Antisipasi Bencana Alam di Kabupaten Bandung, 800 Personel Gabungan Disiapkan
Tim Redaksi
BANDUNG, KOMPAS.com
— Forum Koordinasi Pimpinan Daerah (Forkopimda) Kabupaten Bandung melaksanakan apel siaga bencana.
Hal ini mengingat wilayah Kabupaten Bandung termasuk salah satu wilayah di Jawa Barat yang rentan terhadap bencana seperti longsor, puting beliung, dan banjir.
Apel tersebut dilaksanakan lantaran beberapa waktu terakhir wilayah Bandung Raya, termasuk Kabupaten Bandung, dilanda hujan dengan intensitas tinggi yang menyebabkan bencana banjir di beberapa titik.
Wakil Bupati Bandung, Ali Syakieb, membenarkan beberapa hari terakhir di beberapa Kecamatan di Kabupaten Bandung terjadi bencana, baik banjir maupun longsor.
“Yang jelas untuk sekarang kami sama-sama bekerja itu dari saluran-saluran air yang harus kami awasi. Entah itu dari solokan, dari sungai-sungai, dari sampah-sampah. Itu poin-poin pertama yang harus kami selesaikan ke depan,” ujarnya saat ditemui pada Apel Siaga Bencana di Lapangan Panah, Sarana Olahraga (SOR) Stadion Si Jalak Harupat (SJH), Jumat (31/10/2025).
Ali mengaku telah ditugaskan oleh Bupati Bandung, Dadang Supriatna, untuk mengecek beberapa lokasi bencana.
Terkait banjir, dia menyebut ada beberapa faktor penyebab, di antaranya selokan, drainase, hingga tekstur dari tanah yang kerap menyebabkan longsor.
“Kemarin saya ke Kecamatan Rancaekek, itu tanahnya berpotensi longsor karena tekstur tanahnya itu seperti cekungan,” terangnya.
Kapolresta Bandung, Kombes Pol Aldi Subartono, mengatakan seluruh elemen di Kabupaten Bandung hadir dan merespons kesiagaan bencana.
Apel tersebut, kata Aldi, diikuti sebanyak 800 personel yang terdiri dari unsur TNI AD dan AU, BPBD, Basarnas, dan PMI.
Nantinya, semua personel tersebut akan bersiaga di setiap Kecamatan yang ada di Kabupaten Bandung.
“Jadi, agar ke depan bisa respons cepat mitigasi ketika ada bencana sehingga semua personel ini nanti tersebar,” ujarnya.
Saat ini, para personel tersebut akan dilengkapi dengan alat bantu mulai dari perkakas ringan hingga alat berat.
Selain itu, para personel juga difokuskan pada titik yang rawan bencana alam.
Di Kecamatan Pangalengan, misalnya, personel akan disiagakan untuk antisipasi adanya bencana longsor.
Sementara itu, daerah rawan banjir ialah di Dayeuhkolot dan Bojongsoang.
Copyright 2008 – 2025 PT. Kompas Cyber Media (Kompas Gramedia Digital Group). All Rights Reserved.
Topik: longsor
-

Longsor di Tambang Emas Ilegal di Gorontalo, 2 Pekerja Tewas
Jakarta –
Longsor terjadi di tambang emas ilegal di di Kabupaten Pohuwato, Gorontalo. Dua pekerja bernama Risman Abdul Azis (32) dan Arfan Sumaila (36) tewas usai tertimpa material longsor.
“Kami menerima laporan ada dua orang korban meninggal dunia adanya aktivitas tambang emas tanpa izin,” kata Kapolres Pohuwato AKBP Busroni, seperti dilansir detikSulsel, Kamis (30/10/2025).
Peristiwa itu terjadi di Desa Bulangita, Kecamatan Marisa, Kabupaten Pohuwato pada Kamis (30/10) sekitar pukul 13.00 Wita. Lokasi tambang masuk dalam wilayah pertambangan tanpa izin (PETI).
“Dugaan kejadian tanah longsor di lokasi pertambangan emas tanpa izin (PETI),” ucap Busroni.
Busroni mengungkapkan kejadian itu bermula saat kedua pekerja sedang mencari emas. Namun tiba-tiba tanah di area tambang runtuh.
Baca selengkapnya di sini
(lir/lir)
-

BMKG Juanda Ingatkan Warga Jawa Timur Cuaca Ekstrem 30 Oktober-5 November 2025
Surabaya (beritajatim.com) – Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) Juanda mengeluarkan peringatan kepada masyarakat Jawa Timur agar mewaspadai potensi cuaca ekstrem yang diprakirakan terjadi pada periode 30 Oktober hingga 5 November 2025.
Kepala Stasiun Meteorologi Kelas I Juanda Sidoarjo, Taufiq Hermawan, menyatakan bahwa selama periode tersebut, sejumlah wilayah di Jawa Timur berpotensi mengalami bencana hidrometeorologi. Bencana yang diwaspadai meliputi hujan lebat, banjir, banjir bandang, tanah longsor, angin kencang, puting beliung, dan hujan es.
“Peningkatan cuaca ekstrem dalam sepekan ke depan ini diprakirakan akan berdampak signifikan terhadap aktivitas masyarakat,” kata Taufiq Hermawan, Kamis (30/10/2025).
Menurut Taufiq, fenomena ini bisa terjadi didorong oleh beberapa faktor, terutama karena adanya aktivitas atmosfer dan kondisi laut yang mendukung pembentukan awan hujan skala luas.
“Saat ini, sebagian wilayah Jawa Timur berada pada masa pancaroba, sementara sebagian lainnya telah memasuki awal musim hujan,” urainya.
Menurut prakiraan BMKG, gangguan atmosfer seperti Madden-Julian Oscillation (MJO) dan Gelombang Rossby yang melintasi Jawa Timur saat ini, turut memperkuat potensi pertumbuhan awan konvektif.
“Selain itu, suhu muka laut yang masih hangat di sekitar Selat Madura (24-31 derajat Celsius dengan anomali mencapai +2 derajat) juga meningkatkan penguapan, sehingga memperbesar peluang terbentuknya hujan lebat,” rincinya.
Wilayah yang diimbau untuk waspada antara lain mencakup Surabaya, Sidoarjo, Malang, Lumajang, Pasuruan, Jember, Probolinggo. Kemudian, Blitar, Kediri, Ponorogo, Trenggalek, Tulungagung, Jombang, Madiun, Mojokerto, Nganjuk, Ngawi, Pacitan, Bangkalan, Pamekasan, dan Sumenep.
Secara khusus, BMKG juga mengingatkan wilayah dengan topografi curam atau bergunung agar lebih waspada terhadap dampak bencana lanjutan, seperti banjir, longsor, pohon tumbang, jalan licin, hingga jarak pandang terbatas.
“Oleh karena itu, masyarakat dan instansi terkait untuk senantiasa waspada terhadap perubahan cuaca mendadak, serta potensi hujan disertai petir dan angin kencang,” tegas Taufiq.
Untuk memantau kondisi terkini, BMKG Juanda menyediakan citra radar cuaca WOFI dan peringatan dini melalui situs stamet-juanda.bmkg.go.id, media sosial @infobmkgjuanda, serta layanan telepon dan WhatsApp 24 jam. (rma/ted)
-

Waspada Bencana Hidrometeorologi! Ini Jenis dan Dampaknya
Jakarta, Beritasatu.com – Bencana hidrometeorologi belakangan ini diklaim akan melanda sejumlah wilayah di Indonesia. Jenis bencana ini dipicu oleh faktor cuaca, iklim, dan air, sehingga sangat erat kaitannya dengan kondisi alam Indonesia yang beriklim tropis dan memiliki curah hujan tinggi sepanjang tahun.
Menurut Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG), bencana hidrometeorologi termasuk jenis bencana alam yang disebabkan oleh unsur-unsur atmosfer, seperti angin, curah hujan, suhu udara, dan kelembapan.
Dampak dari bencana ini bisa sangat luas, mulai dari kerusakan infrastruktur hingga ancaman terhadap keselamatan manusia.
Apa Itu Bencana Hidrometeorologi?
Secara umum, bencana hidrometeorologi adalah fenomena alam atau proses perusak yang berkaitan dengan unsur cuaca (meteorologi), air (hidrologi), dan laut (oseanografi).
Karena Indonesia merupakan negara kepulauan dengan kondisi geografis yang kompleks, risiko terjadinya bencana jenis ini sangat tinggi, terutama saat musim hujan.
Berikut ini beberapa contoh bencana hidrometeorologi yang sering terjadi di berbagai wilayah Indonesia.
1. Kekeringan
Kekeringan terjadi ketika curah hujan berada di bawah normal untuk jangka waktu tertentu. BMKG memantau potensi kekeringan melalui indikator, seperti penurunan curah hujan, peningkatan suhu udara, dan meningkatnya evapotranspirasi. Dampaknya bisa menyebabkan berkurangnya pasokan air bersih dan gagal panen.
2. Badai petir
Badai petir terbentuk akibat munculnya awan cumulonimbus (Cb) yang memunculkan kilat dan suara petir. Fenomena ini terjadi karena adanya uap air, ketidakstabilan udara, dan pengangkatan massa udara ke lapisan atmosfer.
Petir merupakan pelepasan muatan listrik bertegangan tinggi di atmosfer, baik antarawan maupun antara awan dan permukaan bumi.
3. Puting beliung
Puting beliung adalah pusaran angin kencang dengan kecepatan mencapai 120 km/jam atau lebih. Fenomena ini sering muncul di wilayah tropis akibat perbedaan tekanan udara ekstrem.
Jika terbentuk di laut, puting beliung dapat menimbulkan gelombang tinggi dan banjir pesisir saat angin kuat mendorong air ke daratan.
4. Banjir
Banjir terjadi ketika air meluap dan menenggelamkan wilayah daratan yang seharusnya kering. Penyebabnya bisa karena meluapnya sungai, danau, atau laut, serta hujan lebat yang membuat tanah tak lagi mampu menyerap air. Banjir merupakan bencana hidrometeorologi paling umum di Indonesia.
5. Tanah longsor
Longsor terjadi di daerah berkontur miring seperti pegunungan atau tebing pantai. Penyebabnya antara lain curah hujan tinggi, gempa bumi, atau aktivitas manusia yang mengubah kemiringan lereng. Longsor sering disertai banjir bandang dan bisa menyebabkan korban jiwa.
6. Angin kencang
Angin kencang adalah pergerakan udara dengan kecepatan di atas 27,8 km/jam, bergerak dari tekanan tinggi ke tekanan rendah. Jika terjadi secara mendadak dan singkat, fenomena ini disebut gusty, biasanya disertai hujan deras dan muncul bersamaan dengan pembentukan awan cumulonimbus.
Dampak Bencana Hidrometeorologi
Bencana hidrometeorologi membawa berbagai dampak negatif terhadap lingkungan, sosial, dan ekonomi. Berikut beberapa dampak utamanya:
Angin kencang dan banjir dapat merusak rumah, jalan, jembatan, serta jaringan listrik dan komunikasi. Pemulihan pascabencana sering kali membutuhkan waktu dan biaya besar.
Kekeringan yang berkepanjangan dapat menimbulkan kekurangan air bersih, gagal panen, hingga meningkatnya risiko kebakaran hutan dan lahan (karhutla).
Sektor pertanian, perikanan, dan industri bisa berhenti beroperasi akibat dampak bencana, menimbulkan kerugian finansial besar bagi masyarakat dan pemerintah.
Banjir, longsor, dan kebakaran hutan menyebabkan degradasi tanah, berkurangnya keanekaragaman hayati, serta pencemaran udara dan air.
Korban jiwa dan kesehatan
Bencana hidrometeorologi juga dapat menimbulkan korban jiwa dan gangguan kesehatan, terutama di wilayah padat penduduk yang minim fasilitas medis dan sanitasi.
Bencana hidrometeorologi adalah ancaman nyata yang perlu diwaspadai, terutama di negara tropis seperti Indonesia. Dengan memahami penyebab, jenis, dan dampaknya, masyarakat diharapkan dapat meningkatkan kesiapsiagaan terhadap potensi bencana yang mungkin terjadi sewaktu-waktu.
-

Berkaca dari Tragedi Longsor Tulungagung, Pemkab Blitar Larang PKL Jualan di Tepi JLS
Blitar (beritajatim.com) – Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Blitar mengambil langkah cepat dan tegas untuk melindungi keselamatan warganya menyusul peristiwa longsor yang merusak warung di Jalur Lintas Selatan (JLS) Sine, Tulungagung, beberapa waktu lalu. Pemkab Blitar resmi melarang aktivitas berjualan di sepanjang pinggir JLS yang teridentifikasi sebagai zona rawan longsor, khususnya di ruas-ruas yang menghubungkan wilayah tersebut.
Larangan ini bukan tanpa alasan. Berdasarkan pemetaan dan pengalaman pahit di daerah tetangga, keberadaan warung dan aktivitas pedagang kaki lima (PKL) di tepi JLS yang notabene berada di lereng bukit atau tebing rawan, sangat membahayakan nyawa utamanya pada saat cuaca buruk seperti saat ini.
“Jadi jangan berjualan jangan mengadakan kegiatan di daerah yang berbahaya seperti di tepi JLS,” ungkap Puguh Imam Susanto, Kepala Dinas Perhubungan (Dishub) Kabupaten Blitar pada Kamis (30/10/2025).
Tepi JLS merupakan salah satu daerah rawan bencana. Pada musim penghujan seperti saat ini tepi JLS rawan terjadi longsor, sehingga demi keselamatan Pemkab Blitar mengimbau warga agar tidak berjualan di tepi JLS.
“Jadi warga yang berada di daerah rawan bencana harus siap siaga,” tegasnya.
JLS Blitar sendiri saat ini sudah tembus hingga Trenggalek. Meski telah bisa dilalui kendaraan, namun JLS Blitar belum resmi beroperasi. Sejauh pedagang kaki lima pun sudah ada yang berjualan di tepi JLS, namun lokasinya dirasa masih cukup aman.
“Selama ini belum dilewati JLS itu jadi kami imbau kepada para pedagang dan warga untuk selalu siaga atas ancaman bencana,” tandasnya. [owi/beq]
-

BMKG Juanda Peringatkan Potensi Cuaca Ekstrem di Mojokerto
Mojokerto (beritajatim.com) – Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) Juanda mengingatkan masyarakat untuk mewaspadai potensi cuaca ekstrem yang diperkirakan terjadi di sejumlah wilayah Jawa Timur, termasuk Kabupaten dan Kota Mojokerto. Peringatan ini berlaku untuk periode 30 Oktober hingga 5 November 2025.
Kepala BMKG Juanda, Taufiq Hermawan, menjelaskan bahwa kondisi atmosfer dalam sepekan ke depan berpotensi memicu berbagai bencana hidrometeorologi, mulai dari hujan sedang hingga lebat, banjir, banjir bandang, tanah longsor, angin kencang, puting beliung, hingga hujan es.
“Wilayah Mojokerto perlu mewaspadai potensi hujan intensitas sedang hingga lebat yang bisa disertai petir dan angin kencang selama sepekan ke depan. Masyarakat di daerah rawan seperti lereng perbukitan, tepi sungai, serta kawasan padat pohon besar diminta untuk lebih waspada,” ungkapnya, Rabu (29/10/2025).
Taufiq menuturkan, potensi peningkatan curah hujan ini dipengaruhi oleh gangguan gelombang atmosfer, seperti Madden-Julian Oscillation (MJO) dan Gelombang Rossby yang melintas di wilayah Jawa Timur. Selain itu, suhu muka laut yang hangat di sekitar Selat Madura juga memicu pertumbuhan awan-awan konvektif penyebab hujan lebat.
Lebih lanjut, ia menjelaskan bahwa sebagian wilayah Jawa Timur sudah memasuki awal musim hujan, sedangkan sebagian lainnya masih dalam masa pancaroba. Kondisi transisi ini membuat cuaca dapat berubah secara cepat dan ekstrem, sehingga masyarakat diminta tetap waspada terhadap potensi dampaknya terhadap aktivitas harian.
“Kami mengimbau masyarakat Mojokerto agar tetap waspada terhadap perubahan cuaca mendadak dan selalu memperbarui informasi prakiraan serta peringatan dini cuaca dari BMKG Juanda. Masyarakat dapat memantau kondisi cuaca terkini melalui citra radar cuaca WOFI dan peringatan dini yang diperbarui setiap beberapa jam di situs resmi BMKG Juanda,” tegasnya.
Informasi lebih lanjut dapat diakses melalui situs stamet-juanda.bmkg.go.id, media sosial @infobmkgjuanda, saluran telepon (031) 8668989, atau WhatsApp 0895800300011. Dengan meningkatnya potensi cuaca ekstrem, BMKG Juanda berharap masyarakat serta instansi terkait di Mojokerto dapat lebih siaga dalam mengantisipasi risiko banjir lokal, jalan licin, pohon tumbang, maupun gangguan jarak pandang akibat hujan deras. [tin/beq]
/data/photo/2025/10/31/690453b59d42f.jpg?w=1200&resize=1200,0&ssl=1)

:strip_icc():format(jpeg)/kly-media-production/medias/5396602/original/061374700_1761743887-SD_di_Sukabumi_porak-poranda_diterjang_banjir.jpg?w=1200&resize=1200,0&ssl=1)
:strip_icc():format(jpeg)/kly-media-production/medias/5396481/original/097826000_1761736896-Dampak_banjir_di_Sukabumi.jpg?w=1200&resize=1200,0&ssl=1)
:strip_icc():format(jpeg)/kly-media-production/medias/5396456/original/070172000_1761736264-148094.jpg?w=1200&resize=1200,0&ssl=1)