Topik: longsor

  • Golkar Kucurkan Rp 3 Miliar untuk Korban Bencana Sumatra, Kader Diminta Turun Langsung ke Lapangan

    Golkar Kucurkan Rp 3 Miliar untuk Korban Bencana Sumatra, Kader Diminta Turun Langsung ke Lapangan

    Liputan6.com, Jakarta Ketua Umum (Ketum) Partai Golkar, Bahlil Lahadalia mengatakan, partainya menaruh perhatian terkait musibah yang terjadi di sejumlah wilayah Aceh, Sumatera Utara dan Sumatera Barat.

    Karena itu, menurut dia, DPP Golkar langsung menyalurkan bantuan sebesar Rp 3 Miliar untuk mendukung penanganan darurat, membantu kebutuhan dasar masyarakat, serta mempercepat proses pemulihan di daerah terdampak.

    “Kami berharap bantuan ini dapat meringankan beban warga dan menjadi dorongan semangat untuk bangkit kembali,” kata Bahlil dalam keterangannya, Minggu (30/11/2025).

    Tak hanya itu, Bahlil juga meminta seluruh elemen Golkar, baik di eksekutif maupun legislatif, untuk aktif terlibat dalam penanganan longsor dan banjir Sumatra. 

    Selain itu, dia juga mengajak seluruh elemen bangsa untuk bergandengan tangan, dan memastikan penanganan bencana dilakukan secara cepat dan tepat.

    “Musibah ini adalah ujian kebersamaan kita. Dengan gotong royong, kita pasti mampu melewati masa sulit ini,” kata Bahlil.

    Sebelumnya, Anggota Komisi VIII DPR RI, Aprozi Alam mendorong percepatan rehabilitasi dan rekonstruksi usai bencana hidrometeorologi di Aceh, Sumatera Utara, dan Sumatera Barat. Dia mengatakan, negara hadir bukan hanya soal respons darurat, tapi juga pemulihan jangka panjang.

    “Pemerintah perlu mempercepat proses rehabilitasi infrastruktur publik yang rusak, seperti jembatan, jalan, dan sekolah, serta membantu masyarakat membangun kembali rumahnya,” ujar Aprozi seperti dikutip dari siaran pers, Minggu (30/11/2025).

  • Cerita Sulitnya Heli BNPB Tembus Desa Terisolasi Sumut Kirim Bantuan Bencana

    Cerita Sulitnya Heli BNPB Tembus Desa Terisolasi Sumut Kirim Bantuan Bencana

    Jakarta

    Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) mengirimkan bantuan kepada warga Desa Sihaporas, Sumatra Utara (Sumut) yang terisolasi akibat bencana banjir. Bantuan dikirimkan melalui helikopter.

    “Ini bukan penerbangan rutin, melainkan sebuah misi kemanusiaan yang menjadi taruhan sebuah janji yang harus ditepati kepada warga Desa Sihaporas, salah satu kawasan di Sumatra Utara yang terisolasi akibat bencana hidrometeorologi,” ujar Kepala Pusat Data, Informasi dan Komunikasi Kebencanaan BNPB, Abdul Muhari kepada wartawan, Minggu (30/11/2025).

    Abdul menceritakan perjalanan helikopter itu tidak mudah. Salah satunya karena faktor cuaca yang membuat pilot diuji skil menerbangkan helikopternya.

    “Di ketinggian jelajah, awan-awan tebal menggumpal liar, menjelma menjadi dinding raksasa yang secara agresif mengepung jalur terbang,” kata dia.

    “Pilot veteran terpaksa beradu keahlian dengan visibilitas yang nyaris nol. Mereka harus memutar rotor ke segala arah, mencari celah sempit di antara massa uap air yang membeku,” tambahnya.

    “Di Sihaporas, tidak ada helipad yang memadai. Opsi menggunakan lapangan terbuka (seperti lapangan sekolah) ditolak keras, sebab pilot tahu, downwash dari baling-baling raksasa bisa merobohkan atap rumah warga,” ujarnya.

    Bantuan berupa makanan, obat, hingga kebutuhan lainnya diberikan kepada warga. Usai bantuan tiba, warga bergotong royong memindahkannya ke tempat aman.

    Sebelumnya, Polda Sumatra Utara (Sumut) mencatat sekitar 28 ribu orang mengungsi imbas bencana banjir dan tanah longsor yang terjadi di wilayahnya. Saat ini, pihak kepolisian bersama instansi lainnya terus melakukan penanganan.

    “Polda Sumut saat ini masih menangani untuk penanggulangan bencana dan kami laksanakan yang terkena imbas dari bencana ada 21 polres jajaran. Untuk pengungsi yang terdata di Polda Sumut ada 28.427 orang,” kata Kabid Humas Polda Sumut Kombes Ferry kepada wartawan, Sabtu (29/11).

    Menurutnya, wilayah yang paling berat terdampak ada di Tapanuli Tengah. Sebanyak 1.500 personel telah dikerahkan untuk penanganan kebencanaan.

    “Kami sudah melakukan upaya dan sudah menurunkan kurang lebih personel 1.500-an. Kami juga sudah melakukan upaya seperti melakukan evakuasi,” jelasnya.

    Untuk korban meninggal dunia berdasarkan data terbaru ada 147. Sementara masih ada juga 176 orang yang dilaporkan menghilang usia bencana.

    “Untuk korban saat ini ada 147 yang meninggal menurut data Polri. Kemudian yang luka-luka ada 722. Sedangkan yang hilang saat ini ada 176 orang,” sebutnya.

    (ial/idn)

  • Jalur Nasional Sibolga–Padang Sidempuan Putus Total, 7 Wilayah Masih Terisolasi

    Jalur Nasional Sibolga–Padang Sidempuan Putus Total, 7 Wilayah Masih Terisolasi

    Terpisah, Ketua DPD KNPI Sumut Samsir Pohan, mendorong pemerintah pusat segera menetapkan peristiwa tersebut menjadi bencana nasional. Apalagi peristiwa yang sama juga terjadi di dua provinsi lain yakni Sumatera Barat dan Aceh.

    “Di Sumut sudah merenggut 127 nyawa, dan warga sudah mulai menjarah seperti peristiwa di Sibolga. Penjarahan ini tentu sangat meresahkan karena bisa berdampak lain. Pemerintah pusat harus segera menetapkan jadi bencana nasional,” tegas Samsir Pohan di Medan.

    Status bencana nasional ditetapkan resmi dari pemerintah pusat untuk suatu bencana yang sangat besar, yang berdampak luas pada korban jiwa, kerusakan lingkungan, kerugian harta benda, dan dampak sosial ekonomi yang signifikan.

    Penetapan ini dilakukan Presiden berdasarkan rekomendasi dari badan penanggulangan bencana agar penanganan darurat secara terpadu dan membuka akses untuk pengerahan sumber daya yang lebih besar, baik dari pemerintah pusat maupun daerah.

    “Penetapan bencana nasional ini penting agar penangannya secara terpadu dan membuka akses yang lebih besar untuk distribusi logistik,” ujar Mantan Ketum Badko HMI Sumut itu.Sebelumnya diberitakan, Kepala Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) Letjen TNI Suharyanto menjelaskan alasan pemerintah belum menetapkan banjir dan longsor di Sumatera sebagai bencana nasional. Menurutnya, banjir dan longsor di Sumatera Utara, Sumatera Barat, dan Aceh masih berada pada tingkat daerah provinsi.

    Desakan soal bencana nasional juga disuarakan sejumlah tokoh. Di antaranya Ketum DPP KNPI Haris Pertama dan Anggota DPRD RI Dapil Sumut, Hinca Panjaitan.

    “Presiden Prabowo agar segera mengerahkan bantuan dan sumber daya pemerintah semaksimal mungkin. Apalagi di daerah-daerah ini, pada pemilu lalu, Pak Prabowo menang mutlak,” kata Haris Pertama.

    Haris menambahkan tiga provinsi yang kini dilanda bencana merupakan lumbung suara Prabowo saat Pemilu Presiden. “Sudah tiga kali pemilu presiden sejak 2014, tiga provinsi ini lumbung suara Pak Prabowo,” ujar Haris.Anggota DPR Hinca Panjaitan menilai fenomena cuaca ekstrem yang terjadi belakangan ini belum pernah terjadi sebelumnya di Sumut.

    Dikatakan Hinca, langkah cepat pemerintah sangat dibutuhkan karena situasi di lapangan telah menyentuh level darurat dan mengancam keselamatan warga.

  • Mendagri Tinjau Lokasi Banjir Aceh, Soroti Kerusakan Infrastruktur Publik yang Harus Segera Dipulihkan

    Mendagri Tinjau Lokasi Banjir Aceh, Soroti Kerusakan Infrastruktur Publik yang Harus Segera Dipulihkan

    Liputan6.com, Pidie Jaya Menteri Dalam Negeri (Mendagri) Muhammad Tito Karnavian meninjau sejumlah lokasi terdampak banjir bandang dan longsor di Kabupaten Pidie dan Pidie Jaya, Aceh, Sabtu (29/11/2025). Dalam kunjungan itu, Mendagri turut memberi perhatian khusus pada infrastruktur publik yang rusak serta percepatan pemulihan jaringan listrik.

    Dalam kesempatan itu, Tito menyampaikan duka mendalam atas bencana yang melanda wilayah tersebut. Ia memastikan pemerintah pusat bersama pemerintah daerah bergerak cepat menangani dampak bencana, termasuk pemenuhan kebutuhan warga dan perbaikan jaringan listrik yang menjadi salah satu prioritas.

    Ia menjelaskan telah meninjau sejumlah area yang terdampak, termasuk lokasi pengungsian serta infrastruktur yang rusak. Salah satunya adalah jembatan nasional yang terputus di Kabupaten Pidie Jaya. Jembatan tersebut menjadi penghubung antara Aceh dan Medan. Di sekitar jembatan tersebut juga terjadi longsor.

    “Kita kali ini datang ke titik ini (jembatan nasional yang terputus) karena ini adalah infrastruktur yang sangat penting, yaitu jembatan nasional, jalan nasional yang menghubungkan Banda Aceh ke Medan, dan kita lihat kondisi jembatan dalam keadaan roboh, terputus. Kemudian juga kiri-kanan terjadi longsor,” ujar Mendagri.

    Perbesar

    Mendagri menyerahkan bantuan dari pemerintah pusat kepada para pengungsi di Kabupaten Pidie dan Pidie Jaya, Aceh, Sabtu (29/11/2025)…. Selengkapnya

    Kondisi tersebut mengakibatkan gangguan transportasi dari Banda Aceh menuju Medan dan sebaliknya. Selain berdampak terhadap mobilitas masyarakat, kondisi ini juga menghambat distribusi barang.

    “Kita berharap dengan semua kekuatan yang ada, yang sudah dikerahkan oleh pemerintah kabupaten, provinsi, kemudian pemerintah pusat, semuanya akan bergerak cepat untuk bisa memulihkan situasi dan juga membantu para korban yang terdampak,” harapnya.

    Perbesar

    Menteri Dalam Negeri (Mendagri) Muhammad Tito Karnavian meninjau sejumlah lokasi terdampak banjir bandang dan longsor di Kabupaten Pidie dan Pidie Jaya, Aceh, Sabtu (29/11/2025)…. Selengkapnya

    Mendagri juga meminta kepala daerah mendata jembatan-jembatan yang rusak, terutama yang banyak dimanfaatkan siswa menuju sekolah. Data tersebut dibutuhkan sebagai acuan pemerintah dalam melakukan perbaikan. Ia menegaskan, Presiden Prabowo Subianto memberikan atensi terhadap jembatan yang menjadi akses para siswa menuju sekolah.

    Sementara itu, Bupati Pidie Jaya Sibral Malasyi menyampaikan apresiasi kepada Mendagri dan jajaran pemerintah yang telah hadir dan memberikan dukungan langsung. Ia menegaskan bahwa situasi di lapangan membutuhkan percepatan penanganan, terutama pada Jembatan Meureudu yang menjadi bagian jalur lintas nasional.

    “Ini juga perlu mendapat perhatian dari pemerintah pusat supaya ini bisa langsung ditangani karena juga akan mempengaruhi kepada perekonomian masyarakat yang ada di sekitarnya,” ujarnya.

    Perbesar

    Mendagri menyerahkan bantuan dari pemerintah pusat kepada para pengungsi di Kabupaten Pidie dan Pidie Jaya, Aceh, Sabtu (29/11/2025)…. Selengkapnya

    Dalam kesempatan itu, Mendagri juga menyerahkan bantuan dari pemerintah pusat kepada para pengungsi. Bantuan tersebut di antaranya air mineral, susu bayi, pakaian, hingga perlengkapan salat. Mendagri juga berdialog dengan masyarakat sekaligus menyerap berbagai aspirasi kebutuhan masyarakat yang terdampak bencana.

     

    (*)

  • Dompet Dhuafa Waspada Salurkan 10.000 Liter Air Bersih Bagi Ratusan Kepala Keluarga

    Dompet Dhuafa Waspada Salurkan 10.000 Liter Air Bersih Bagi Ratusan Kepala Keluarga

    FAJAR.CO.ID, MEDAN – Hingga pagi ini, Minggu (30/11/2025), Dompet Dhuafa melalui Cabang Waspada terus menyalurkan bantuan berupa 10.000 liter air bersih untuk ratusan Kepala Keluarga (KK).

    Banjir dipicu oleh curah hujan ekstrem dan luapan tiga sungai utama (Deli, Babura, dan Belawan). Pada Kamis, ketinggian air di beberapa titik terparah sempat mencapai dada orang dewasa, melumpuhkan wilayah terutama Kelurahan Karang Berombak.

    “Distribusi 10.000 liter air bersih dari DDW difokuskan pada empat lokasi prioritas, dengan total 228 KK sebagai penerima manfaat langsung. Titik-titik distribusi tersebut mencakup: RS Sufina Aziz, Masjid Nurul Islam, Masjid As-Syafi’iyyah, dan pemukiman warga di Jln. Karya Gg. Maruto, Medan Barat,”ujar Sulaiman selaku Pimpinan Cabang Dompet Dhuafa Waspada.

    Selain air bersih, Dompet Dhuafa Waspada juga mendirikan dua Pos Hangat di Jalan Karya dan Masjid Nurul Islam, serta menyalurkan 100 paket makanan siap saji untuk membantu warga di Kelurahan Medan Barat.

    Per hari ini, Jumat (28/11), banjir di sebagian besar wilayah Medan dilaporkan telah mulai surut, dan aliran listrik berangsur-angsur pulih. Namun, menurut Pimpinan Cabang Dompet Dhuafa Waspada, Sulaiman, tantangan distribusi logistik dan pemulihan masih terus dilakukan.

    “Hari ini, di Kota Medan banjir sudah mulai surut. Tim respon kloter kedua dari Dompet Dhuafa Waspada bergerak ke Sibolga sore ini dengan durasi perjalanan 12 jam, insyaallah sampai lokasi besok pagi,” ujar Sulaiman.

    Banjir Medan juga dipicu oleh masalah infrastruktur seperti pendangkalan sungai, drainase yang tidak memadai, serta alih fungsi lahan. Laporan BPBD mencatat, selain kelumpuhan aktivitas dan terganggunya jalur transportasi, bencana banjir dan longsor di Sumatra Utara secara keseluruhan telah menyebabkan 47 orang meninggal dunia.

  • Menkeu Purbaya Siap Kucurkan Dana Darurat Penanggulangan Bencana Sumatera

    Menkeu Purbaya Siap Kucurkan Dana Darurat Penanggulangan Bencana Sumatera

    Sebelumnya, Presiden Prabowo Subianto menyampaikan duka cita atas bencana alam banjir dan longsor yang melanda tiga provinsi di Pulau Sumatera. Prabowo menekankan pentingnya menjaga hutan, mencegah pembabatan pohon, dan kerusakan hutan.

    “Menjaga hutan-hutan kita. Benar-benar mencegah pembabatan pohon-pohon, perusakan hutan-hutan,” kata Prabowo saat menghadiri Puncak Peringatan Hari Guru Nasional di Indonesia Arena, Jakarta, Jumat 28 November 2025.

    Selain itu, dia mengingatkan, sungai harus dijaga kebersihan agar dapat menyalurkan air dengan lancar. Prabowo mengajak semua pihak berperan menjaga lingkungan untuk mencegah terjadinya banjir dan longsor.

    “Sungai-sungai harus kita jaga agar bersih sehingga dapat menyalurkan air yang bisa tiba-tiba datang. Ini nanti usaha bersama kita tiap rumah ikut berperan secara keseluruhan,” ucap Prabowo.

    Menurut dia, banjir yang melanda Aceh, Sumatera Utara (Sumut), dan Sumatera Barat (Sumbar) menjadi pengingat bahwa dunia menghadapi tantangan perubahan iklim, pemanasan global, serta kerusakan lingkungan.

    Prabowo pun ingin para guru-guru memulai pembelajaran atau menambah silabus pelajaran mengenai pentingnya menjaga lingkungan dan hutan.

    “Mungkin para guru-guru di seluruh indonesia yang sudah bisa mulai saya yakin sudah mulai. Tapi mungkin perlu kita tambah dalam silabus dalam mata pelajaran dan juga kesadaran akan sangat pentingnya kita menjaga lingkungan alam kita,” jelas Prabowo.

    Sebelumnya, Pemerintah mengirimkan bantuan bencana alam ke tiga provinsi terdampak bencana banjir yakni, Aceh, Sumatera Utara (Sumut), dan Sumatera Barat (Sumbar), Jumat 28 November 2025. Pengiriman bantuan sesuai instruksi Presiden Prabowo Subianto.

  • BTN dan HKBP Inisiasi Salurkan Bantuan Bencana Banjir Bandang ke Sumatera Utara

    BTN dan HKBP Inisiasi Salurkan Bantuan Bencana Banjir Bandang ke Sumatera Utara

    JAKARTA – BTN Bersama Huria Kristen Batak Protestan (HKBP) menginisiasi penyaluran bantuan untuk korban bencana banjir bandang dan longsor di Sumatera bagian Utara.

    Dalam inisiasi tersebut BTN memberikan bantuan program Tanggung Jawab Sosial dan Lingkungan (TJSL) kepada masyarakat yang terdampak banjir bandang dan longsor di Sumatera Utara melalui HKBP. Inisiasi pemberian bantuan tersebut secara simbolis dilakukan di Jakarta, Jumat, 28 November.

    “Kami turut prihatin atas musibah banjir bandang yang melanda saudara-saudara kita di Sumatera. Semoga seluruh warga terdampak diberikan kekuatan dan proses pemulihan dapat berlangsung dengan baik dan cepat,” kata Direktur Utama BTN Nixon LP Napitupulu dalam siaran pers yang diterima redaksi VOI, Jumat, 28 November.

    Menurut Nixon, kolaborasi dengan HKBP di Sumatera, khususnya Sumatera Utara, sangat strategis karena HKBP memiliki jangkauan hingga ke desa-desa dan telah menyiapkan posko bantuan di berbagai titik.

    Dengan demikian, HKBP lebih memahami kondisi lapangan dan titik-titik wilayah yang paling membutuhkan dukungan. BTN memastikan penyaluran bantuan dilakukan melalui mitra yang kredibel, mengingat bencana banjir yang melanda sejumlah wilayah di Sumatera bagian utara sehingga bantuan harus segera diberikan.

    Hingga saat ini BTN telah menyalurkan bantuan ke lokasi-lokasi terdampak dan juga menjadwalkan kunjungan langsung ke sejumlah daerah seperti Sibolga, Medan, Padang, Bukti Tinggi, Langsa, Takengon dan Pidie.

    Pada Senin, 1 Desember, manajemen BTN akan meninjau kondisi di Aceh dan beberapa lokasi di Sumatera Barat untuk memastikan proses distribusi berjalan optimal.

    “BTN berkomitmen hadir melalui bantuan yang nyata dan dibutuhkan warga, khususnya pada masa-masa awal penanganan bencana ketika akses bantuan dan kebutuhan logistik sangat krusial”. Kta Nixon LP Napitupulu.

    Sebagai bentuk komitmen tersebut, BTN menyalurkan bantuan berupa paket sembako, obat-obatan, selimut, perlengkapan kebersihan, serta kebutuhan darurat lainnya. Bantuan ini disalurkan melalui kantor BTN Wilayah Sumatera dengan memprioritaskan jangkauan ke titik-titik yang terdampak paling parah.

    Dalam proses penyaluran bantuan, BTN juga berkolaborasi dengan pemerintah daerah, TNI, Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD), serta unsur masyarakat setempat untuk memastikan bantuan dapat diterima secara cepat dan tepat sasaran.

  • 2
                    
                        Alam Takambang Jadi Guru
                        Regional

    2 Alam Takambang Jadi Guru Regional

    Alam Takambang Jadi Guru
    Dosen Fakultas Hukum Universitas Pasundan & Sekretaris APHTN HAN Jawa Barat
    BAGI
    orang Minangkabau, alam bukan sekadar lanskap, melainkan lembaga pendidikan paling tua dan paling jujur.
    “Alam takambang jadi guru” bukan ungkapan puitis, tetapi fondasi filsafat hidup: manusia belajar dari pergerakan air, arah angin, lenturnya bambu, kedewasaan pohon, dan harmoni rimba.
    Alam adalah kitab yang tak pernah selesai dibaca. Namun, manusia hari ini lebih sibuk membaca angka pertumbuhan ekonomi daripada membaca tanda-tanda alam.
    Kita memaksa tanah mengalah demi investasi, memaksa sungai tunduk pada beton, dan memaksa hutan diam saat perluasan lahan terus berjalan.
    Kita memperlakukan alam bukan sebagai guru, tetapi sebagai pelayan. Maka ketika banjir bandang, longsor, dan gelombang besar menghantam, kita menyebutnya musibah; padahal itu hanyalah pelajaran yang selama ini kita abaikan.
    Bencana yang menerpa banyak kawasan di Sumatera Barat bukan datang tiba-tiba. Ia adalah rangkaian panjang dari kelalaian yang diulang-ulang.
    Ketika hutan di lereng gunung ditebang, kita diam. Ketika rumah dibangun di bantaran sungai, kita maklum.
    Ketika batuan dan pasir diambil tanpa kendali, kita sebut sebagai mata pencaharian. Ketika perizinan mengabaikan kontur tanah dan karakter wilayah, kita menyebutnya kemajuan.
    Kita lupa bahwa pembangunan yang tidak menghormati ruang adalah undangan bagi bencana. Pelajaran itu selalu datang terlambat — datang setelah air bah menerjang rumah dan murid-murid sekolah mengungsi, setelah jembatan roboh dan masyarakat kehilangan mata pencaharian.
    Kita seakan menolak mengingat fakta sederhana: alam menyimpan semua perlakuan manusia, baik atau buruk.
    Minangkabau sejak dulu menempatkan rasa sebagai inti kearifan —
    raso jo pareso. Raso
    berarti empati;
    pareso
    berarti kemampuan menguji diri.
    Itulah etika batin yang membuat masyarakat memutuskan sesuatu bukan hanya berdasarkan benar–salah secara formal, tetapi juga berdasarkan pantas–tidak pantas secara moral.
    Namun, hari ini
    raso
    semakin tergusur oleh kalkulasi. Kita bertanya: berapa keuntungan? Berapa pendapatan daerah? Berapa nilai investasi?
    Namun, kita jarang bertanya: berapa nyawa bisa selamat jika kita menahan diri? Berapa generasi yang terlindungi jika hutan dipertahankan?
    Raso
    pudar ketika ruang hidup hanya dinilai dari uang, bukan dari kehidupan. Alam tidak pernah menolak manusia mencari nafkah, tetapi alam menolak manusia kehilangan
    raso
    hingga membiarkan seimbangnya dunia runtuh.
    Tidak ada gunanya berpura-pura: kerusakan alam bukan hanya soal perilaku masyarakat, tetapi juga soal keberanian negara mengambil sikap.
    Perizinan longgar, konflik tata ruang, eksploitasi kawasan rawan, dan tumpang tindih kewenangan memperbesar risiko bencana di banyak wilayah Sumatera Barat.
    Pemerintah daerah kerap berdalih bahwa mereka membutuhkan pemasukan PAD, sedangkan pemerintah pusat menekankan percepatan pembangunan.
    Keduanya benar — tetapi keduanya bisa salah ketika keselamatan publik hanya menjadi catatan kaki.
    Negara hadir setelah bencana, tetapi negara seharusnya hadir sebelum bencana. Kiriman logistik dan kunjungan pejabat menyentuh hati; tetapi keberanian menolak izin yang merusak ruang hidup jauh lebih menyelamatkan.
    Pemimpin bukan hanya mereka yang membantu korban, tetapi mereka yang mencegah munculnya korban.
    Dalam kosmologi Minangkabau, surau bukan hanya tempat ibadah, tetapi universitas masyarakat.
    Surau mengajarkan agama, adat, dan etika hidup — terutama tanggung jawab moral manusia atas alam.
    Di sana, anak-anak diajarkan bahwa kesalehan bukan hanya soal ritual, tetapi juga soal menjaga kehidupan.
    Doa tanpa tindakan adalah kesalehan yang lumpuh. Ibadah tanpa kepedulian terhadap lingkungan adalah ketaatan yang belum selesai.
    Namun, generasi hari ini tumbuh di zaman di mana pendidikan lebih mengutamakan keahlian teknis daripada kesadaran ekologis, lebih mengagungkan kompetisi daripada kebersamaan menjaga ruang hidup.
    Kita mengubah banyak hal, tetapi kita kehilangan sesuatu yang jauh lebih penting: kompas moral dalam memperlakukan alam.
    Dalam sejarah Minangkabau, keputusan hidup tidak pernah dibuat sendirian. Ada kaum, ada musyawarah, ada tanggung jawab bersama.
    Ketika seseorang menebang pohon di hulu, itu menjadi urusan masyarakat hilir. Ketika air keruh, itu menjadi kewajiban bersama untuk mencari sebab.
    Orang menganggap membuang sampah ke sungai adalah urusan pribadi, membangun rumah di daerah rawan adalah keputusan ekonomi keluarga, dan mengalihkan fungsi hutan adalah kewenangan administratif.
    Padahal, akibatnya berskala umum: desa terendam, sawah rusak, anak-anak sekolah tak bisa belajar, dan pengungsian menjadi takdir tahunan. Kita kehilangan gotong royong ekologis — padahal itu pernah menjadi kekuatan terbesar masyarakat Minang.
    Adat Minangkabau sejak dulu bersandar pada alam:
    adat basandi syarak, syarak basandi Kitabullah; syarak mangato, adat mamakai.
    Di balik formula itu tersimpan logika ekologis yang kuat.
    Syarak
    mengajarkan amanah menjaga titipan Tuhan, adat menerjemahkannya ke dalam tata ruang dan tata perilaku manusia.
    Itulah sebabnya
    karuhun
    menentukan kawasan yang tidak boleh diganggu: hutan larangan, mata air, dan aliran sungai. 
    Namun, adat kehilangan daya ketika hukumnya tidak dijadikan pijakan kebijakan, dan
    syarak
    kehilangan kekuatannya ketika ia berhenti pada kewajiban ibadah tanpa etika ekologis.
    Keduanya tidak hilang, tetapi keduanya kurang dihidupkan. Padahal, jika adat dan
    syarak
    konsisten dijalankan, banyak bencana dapat dicegah, bahkan tanpa teknologi modern.
    Kita tidak perlu menunggu bencana berikutnya untuk berubah. Kita hanya perlu mengingat pelajaran yang selama ini diberikan alam.
    Menjaga lereng berarti menjaga warga hilir. Menjaga
    leuweung
    berarti menjaga sawah. Menjaga sungai berarti menjaga sekolah dan masa depan anak-anak.
    Menjaga laut berarti menjaga ekonomi rakyat. Mitigasi bukan pengeluaran, melainkan investasi untuk generasi mendatang. Keselamatan bukan biaya, melainkan kewajiban.
    Pemerintah pusat dan daerah harus satu napas: keselamatan publik adalah batas tertinggi pembangunan.
    Masyarakat pun harus kembali pada
    raso jo pareso
    : mengambil secukupnya, tidak merampas melebihi yang diperlukan.
    Kita tidak akan kehilangan kemajuan jika kita memperlambat ambisi. Namun, kita akan kehilangan masa depan jika kita terus mengabaikan pelajaran alam.
    Bencana bukan finalitas. Ia adalah panggilan untuk sadar. Alam bukan musuh yang perlu dilawan, tetapi guru yang perlu didengarkan.
    Yang rusak bukan takdir; yang rusak adalah pilihan. Maka pulih bukan hanya pekerjaan teknis — membangun jembatan, menata tebing, mengeruk sungai — tetapi pekerjaan batin: menata cara kita memandang alam.
    Alam akan kembali ketika manusia kembali. Sungai akan tenang ketika ambisi mereda. Hutan akan tumbuh ketika keserakahan berkurang. Masa depan akan aman ketika keputusan-keputusan hari ini berani berpihak pada kehidupan.
    “Alam takambang jadi guru” bukan wejangan masa lalu — ia adalah kompas agar bangsa ini tidak belajar melalui duka, tetapi melalui kebijaksanaan.
    Bencana bukan nasib, itu pelajaran. Dan pelajaran itu akan berhenti ketika manusia mau belajar.
    Copyright 2008 – 2025 PT. Kompas Cyber Media (Kompas Gramedia Digital Group). All Rights Reserved.

  • Banjir Bandang Sumatera, Danantara dan BUMN Kerahkan Bantuan Darurat

    Banjir Bandang Sumatera, Danantara dan BUMN Kerahkan Bantuan Darurat

    Bisnis.com, JAKARTA — Danantara Indonesia mengoordinasikan sejumlah BUMN untuk merespons cepat bencana hidrometeorologi di Sumatera yang kini berstatus darurat bencana akibat banjir bandang dan longsor.

    Hujan ekstrem diketahui telah memicu luapan sungai, merusak permukiman, dan menghancurkan infrastruktur dasar. Laporan resmi menunjukkan sedikitnya 22 orang meninggal, sementara lebih dari 20.700 warga harus mengungsi ke lokasi penampungan sementara hingga Jumat (28/11/2025).

    Managing Director Stakeholders Management Danantara Indonesia, Rohan Hafas, mengatakan bahwa pihaknya telah mengaktifkan jaringan koordinasi dengan BUMN yang memiliki operasi di wilayah terdampak. 

    Langkah tersebut, lanjutnya, ditempuh untuk memastikan kebutuhan dasar warga segera terpenuhi dan akses vital bisa kembali dibuka.

    “Kami bergerak sejak awal untuk memastikan kebutuhan dasar terpenuhi, akses kritis dipulihkan, dan pemulihan bisa dilakukan tanpa menunggu lama,” ujar Rohan melalui keterangan resmi, dikutip Minggu (30/11/2025).

    Di lapangan, sejumlah BUMN menurunkan relawan untuk membantu evakuasi warga, sekaligus mengirimkan logistik berupa pangan, air bersih, perlengkapan dasar, serta kebutuhan kesehatan ke titik-titik pengungsian. 

    Rohan menyatakan bahwa perusahaan dengan kemampuan teknis turut mengoperasikan alat berat untuk membuka ruas jalan yang tertutup material longsor agar distribusi bantuan dapat kembali berjalan.

    Pemulihan jaringan seluler dan sambungan listrik juga menjadi prioritas awal guna memperlancar koordinasi antarlembaga selama masa tanggap darurat.

    Di Sumatera Barat, BUMN seperti PT Pegadaian, Semen Padang, BNI, Hutama Karya, Angkasa Pura, PLN, dan Pertamina telah mengirimkan bantuan sejak hari pertama. Bantuan mencakup makanan, pakaian, obat-obatan dasar, tenda darurat, perahu karet, hingga excavator untuk mendukung evakuasi. 

    Adapun di Sumatera Utara, bantuan disalurkan Pegadaian, BRI, BNI, Inalum, Angkasa Pura, BTN, Kawasan Industri Medan (KIM), Pertamina, dan PTPN. Bantuan meliputi pangan, air bersih, perlengkapan bayi, obat-obatan, tenda pengungsian, dan suplai bahan bakar untuk operasional alat berat.

    “Dengan langkah cepat di masa tanggap darurat serta rencana pemulihan yang terarah, Danantara Indonesia dan jaringan BUMN yang terkait ingin memastikan masyarakat di wilayah terdampak dapat kembali menjalani kehidupan normal secepat mungkin,” kata Rohan.

    ————————-

    Disclaimer: berita ini tidak bertujuan mengajak membeli atau menjual saham. Keputusan investasi sepenuhnya ada di tangan pembaca. Bisnis.com tidak bertanggung jawab terhadap segala kerugian maupun keuntungan yang timbul dari keputusan investasi pembaca.

  • 4.000 Warga Mengungsi, 85 Orang Meninggal Dunia

    4.000 Warga Mengungsi, 85 Orang Meninggal Dunia

    Liputan6.com, Jakarta Kepala Pelaksana Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Agam, Sumatra Barat, Rahmat Lasmono mengatakan, jumlah warganya yang mengungsi akibat banjir dan longsor di wilayahnya sudah mencapai 4.000 orang.

    “Mereka tersebar di 11 dari 16 kecamatan di Agam. Ini merupakan data per Sabtu (29/11) pukul 20.00 WIB,” kata dia di Lubuk Basung, Minggu (30/11/2025).

    Adapun ia merinci seperti dilansir dari Antara, 4.000 orang itu berasal dari Kecamatan Palembayan 167 orang, Ampek Nagari 600 orang, Palupuh 100 orang, dan Tanjung Mutiara 965 orang. Sedangkan di Kecamatan Tanjung Raya 1.129 orang, Baso 30 orang, Malalak 135 orang, Banuhampu 10 orang, Matur 300 orang, Ampek Koto 778 orang, dan Lubuk Basung 129 orang.

    “Ini berdasarkan data yang kita peroleh dari pemerintah nagari atau desa di 11 kecamatan itu,” ungkap Rahmat.

    Dia pun menjelaskan, mereka mengungsi di ke masjid, mushalla, rumah saudara, dan lainnya. Di pengungsian, tambahnya, untuk kebutuhan makan warga telah dibangun 26 dapur umum.

    Di sisi lain, Rahmat menjelaskan, bencana banjir, longsor ini mengakibatkan 468 unit rumah rusak ringan, rusak sedang 26 unit, dan rusak berat 49 unit.

    Sementara korban meninggal dunia 85 orang, tersebar di Kecamatan Malalak 10 orang, Tanjung Raya empat orang, Matua satu orang, Palupuh satu orang, dan Palembayan 55 orang. Untuk korban hilang 78 orang.