Topik: Listrik

  • PHE ONWJ Lepas Anjungan Baru Ramah Lingkungan ke Pesisir Laut Jawa

    PHE ONWJ Lepas Anjungan Baru Ramah Lingkungan ke Pesisir Laut Jawa

    Jakarta

    PT Pertamina Hulu Energi Offshore North West Java (PHE ONWJ) memulai babak baru dalam menjaga ketahanan energi nasional. PHE ONWJ mengirim topside Anjungan OOA, berbobot 530 metrik ton menuju pantai utara Jawa Barat.

    Anjungan itu dikirim dari lokasi fabrikasi Proyek Pengembangan Lapangan OO-OX, milik PT Meitech Eka Bintan, anak perusahaan PT Meindo Elang Indah (24/06) kemarin di Pulau Bintan, Kepulauan Riau, melalui jalur laut.

    Anjungan OOA merupakan bagian dari proyek pengembangan lapangan minyak dan gas OO-OX yang dikelola PHE ONWJ, yang bertujuan untuk meningkatkan produksi migas nasional. Selain pembangunan Anjungan OOA, proyek ini juga akan melakukan pemboran 4 (empat) sumur pengembangan, yaitu OOA-1, OOA-2, OOA-3, dan OOA-4.

    Melalui upaya ini, Lapangan OO-OX diestimasi mampu menghasilkan tambahan 2.996 barel minyak per hari (BOPD), dan 21,26 juta standar kubik gas per hari (MMSCFD) ketika mulai berproduksi pada kuartal pertama 2026.

    “Keberadaan Anjungan OOA diharapkan bisa mendukung peningkatan produksi Lapangan OO-OX yang dikelola PHE ONWJ. Peningkatan produksi ini sejalan dengan visi Perusahaan untuk mensukseskan swasembada energi sesuai Program Asta Cita Presiden Republik Indonesia,” ujar Direktur Pengembangan dan Produksi PT Pertamina Hulu Energi, Subholding Upstream Pertamina, Awang Lazuardi dalam keterangan tertulis, Rabu (25/6/2025).

    Sementara itu Deputi Eksploitasi SKK Migas Taufan Marhaendrajana, menyampaikan penyelesaian berbagai proyek migas yang strategis diharapkan dapat memberikan kontribusi signifikan terhadap produksi minyak dan gas bumi nasional dengan mengkonversi cadangan menjadi produksi.

    “Terutama dalam menahan laju penurunan alamiah produksi migas melalui berbagai aktivitas pemeliharaan dan pengembangan, sekaligus memberikan dampak nyata terhadap peningkatan produksi,” ucapnya.

    Pada kesempatan yang sama, VP Production & Operations Pertamina Subholding Upstream Regional Jawa, Rahmat Ali Hakim, menegaskan proyek ini merupakan salah satu kontribusi penting untuk memperkuat energi nasional.

    “Kami berkomitmen penuh untuk mendukung target pemerintah dalam meningkatkan produksi migas secara bertanggung jawab, sekaligus beradaptasi dengan dinamika global yang menekankan keberlanjutan energi,” katanya.

    Proyek yang melibatkan kolaborasi sejumlah entitas/subholding di lingkungan Pertamina, mulai dari rekayasa teknik, pengadaan barang & jasa, fabrikasi dan instalasi anjungan, penggelaran pipa penyalur bawah laut, hingga penyediaan kapal pendukung berbendera Indonesia dilaksanakan oleh Kontraktor Pelaksana PT Meindo Elang Indah (PDN).

    Semua tahapan dilakukan dengan standar keselamatan yang tinggi, baik di area lepas pantai, jalur pipa darat serta fasilitas pengolahan di darat/OPF di Balongan, Indramayu.

    Selain fokus pada peningkatan produksi, PHE ONWJ juga menunjukkan komitmennya terhadap lingkungan dengan pemasangan panel-panel surya berkapasitas 14.22 kW di Anjungan OOA untuk memenuhi kebutuhan listrik dalam mengoperasikan anjungan lepas pantai ini.

    Penggunaan teknologi panel surya di Anjungan OOA bukan hanya sekedar inovasi teknis, melainkan juga sebagai implementasi konkret dalam mengurangi jejak karbon dan mengembangkan energi terbarukan di sektor migas

    General Manager PHE ONWJ, Muzwir Wiratama, menambahkan komitmen terhadap praktik energi terbarukan merupakan bagian penting dalam menjalankan operasi produksi migas yang ramah lingkungan.

    “Dengan terus memperluas penggunaan energi surya, kami tidak hanya meningkatkan efisiensi operasional tetapi juga memberi contoh nyata bagi industri migas Indonesia dalam mengedepankan prinsip ramah lingkungan,” ungkap Wira.

    Pada 2022, PHE ONWJ memperoleh dua rekor MURI untuk penggunaan energi surya di fasilitas migas, yang menandai langkah nyata menuju produksi energi yang lebih bersih dan berkelanjutan.

    Topside Anjungan OOA diperkirakan tiba di lokasi kerja, di pesisir utara Laut Jawa pada sekitar 6 Juli 2025. Tahap pekerjaan berikutnya termasuk pekerjaan instalasi jacket, pekerjaan fondasi piling, dan dilanjutkan dengan instalasi topside.

    Sebelum dapat beroperasi, sejumlah pekerjaan instalasi darat (onshore) dan lepas pantai (offshore) lainnya akan dieksekusi, meliputi instalasi pipa bawah laut dan darat, serta modifikasi pada aset Onshore Processing Facility (OPF) Balongan. Seluruh pekerjaan akan dieksekusi dengan menerapkan prinsip safer, faster, better, atau selamat, lebih cepat, dan menghasilkan kualitas yang lebih baik.

    Vice President Corporate Communication Pertamina Fadjar Djoko Santoso mengatakan Pertamina terus melakukan inovasi dan kolaborasi untuk meningkatkan produksi migas demi mendukung target pertumbuhan ekonomi nasional.

    “Pertamina melakukan optimalisasi produk dalam negeri untuk mendukung target produksi minyak nasional 1 juta barrel, untuk mencapai target swasembada energi, sekaligus menumbuhkan industri domestik,” ujar Fadjar.

    Sebelumnya, struktur jacket anjungan seberat 200 metrik ton sudah dikirim terlebih dulu pada Sabtu (7/6) dari lokasi yang sama.

    Kedua struktur Anjungan OOA ini akan dirakit dan dihubungkan melalui pipa penyalur bawah laut berdiameter 12 inci sepanjang 14 km ke fasilitas Onshore Processing Facility (OPF) Balongan, Indramayu.

    Pipa penyalur bawah laut ini pada kedalaman 2 meter (TOP) di bawah seabed, sesuai regulasi Pemerintah Indonesia.

    Kegiatan pelepasan topside Anjungan OOA dihadiri perwakilan SKK Migas, Pertamina Hulu Energi (PHE) Subholding Upstream, Regional Jawa Pertamina Subholding Upstream, PHE ONWJ dan pemangku kepentingan lainnya.

    (anl/ega)

  • Selat Hormuz, Nuklir, dan Eskalasi Krisis

    Selat Hormuz, Nuklir, dan Eskalasi Krisis

    Jakarta

    Geopolitik adalah pelajaran tentang negosiasi dan daya tawar negara dalam percaturan politik dunia. Dalam situasi perang, Iran punya dua tawar dalam negosiasi. Dua-duanya berdampak pada skala perang dan dampaknya terhadap dunia. Pertama adalah selat Hormuz, kedua adalah program nuklir.

    Selat Hormuz

    Selat Hormuz adalah celah sempit, terletak di di antara Oman dan Iran, yang menghubungkan Teluk Persia dan Laut Arab. Panjangnya 39 kilometer, lebarnya 33 hingga 95 kilometer. Selat Hormuz adalah chokepoint terpenting dalam lalu lintas pasokan seperempat minyak dunia. Sekitar 21 juta barel per hari minyak diangkut melalui selat ini, dengan nilai ekonomi mencapai US$ 600 miliar per tahun.

    Selat ini istimewa karena menjadi satu-satunya rute maritim tercepat untuk menyalurkan migas dari negara-negara Teluk ke perairan dunia. Melaui Selat Hormuz, kapal tanker berlayar dari kawasan Teluk ke Laut Arab dan Samudra Hindia, menuju negara-negara tujuan ekspor. Meski berkali-kali menggunakan Selat Hormuz sebagai senjata diplomasi, Iran tidak pernah benar-benar berhasil menutupnya.

    Selama perang Irak-Iran (1980-1988), Iran menebar ranjau di perairan Teluk, tetapi Central Command (CENTCOM) AS berhasil menghancurkannya melalui Operasi Praying Mantis pada 1988. Pada 2012, seiring sanksi embargo Barat, Iran mengancam akan menutup selat Hormuz. Ketua Komisi Ekonomi parlemen Iran mengancam, “kami tidak akan membiarkan setetes pun minyak melalui Selat Hormuz, jika kami dikenai sanksi.”

    Kenyataannya, Iran tidak pernah benar-benar memblokir Selat Hormuz. Iran hanya mengintimidasi kapal-kapal yang melewati selat tersebut, seperti dengan menyita dua kapal pada 2023 dan satu kapal pada 2024. Penutupan Selat Hormuz tidak hanya akan mengganggu pasokan minyak global, tetapi menutup keran ekspor Iran sendiri, yang berarti mengganggu aliran pendapatan utamanya dari ekspor minyak.

    Pasca Operasi Godam Tengah Malam oleh militer AS pada Sabtu (21/6/2025), Iran kembali menebar ancaman untuk menutup Selat Hormuz. Keputusan ini dilaporkan disetujui secara bulat oleh anggota parlemen.

    Akankan Iran membuktikan ancamannya? Jika iya, berapa lama? Apa dampaknya bagi dunia?

    Selama periode panjang ketegangan di kawasan Teluk, Iran telah berinvestasi meningkatkan kapasitas militernya untuk menjaga selat Hormuz dengan kombinasi ranjau, perahu kecil, rudal jelajah antikapal, kapal selam, dan rudal balistik. Sejumlah analis menyebut, meskipun kemampuan militer Iran meningkat dalam beberapa dekade, Iran hanya sanggup menutup Selat Hormuz selama seminggu.

    Dunia, terutama AS, berkepentingan mengamankan jalur minyaknya dari Teluk Persia. Begitu Angkatan Laut AS menyerbu, Iran terpaksa membuka kembali jalur tersebut. Namun, jika Iran berhasil menutup Selat Hormuz lebih lama, dunia akan demam karena gangguan pasokan energi. Harga minyak dipastikan melambung tinggi. Harian terkemuka Turki, Hürriyet, menyebut harga minyak berpotensi melonjak hingga US$130 per barel.

    lanjut ke halaman berikutnya

    Program Nuklir

    Program nuklir dunia, termasuk Iran, tidak terlepas dari konstelasi politik. Sebelum rezim Shah digulingkan oleh revolusi Islam pada 1979, Iran memulai program nuklir untuk energi dengan bantuan AS dan Eropa. Pada 1967, AS memasok reaktor nuklir untuk riset berkapasitas 5 MW. Dikawal AS, Iran menandatangani traktat non-proliferasi (NPT) yang mulai berlaku pada 5 Maret 1970.

    Sejak 1974 hingga 1978, Iran melaksanakan penelitian dan pendidikan nuklir di Universitas Teheran. Rezim Shah menginvestasikan US$1 miliar di pabrik pengayaan uranium Prancis milik Eurodif. Kontrak ditandatangani dengan Kraftwerk Union, anak perusahaan Siemens, untuk membangun dua reaktor berkapasitas 1.200 MW di Bushehr. Dengan Framatome, Iran merundingkan kontrak pembangunan dua reaktor tambahan berkapasitas 900 MW.

    Angin politik berubah setelah revolusi 1979. Di bawah Ayatullah Khomeini, Iran adalah seteru Barat yang paling lantang. Setelah perang dengan Irak (1980-1988), fasilitas nuklir Iran luluh lantak.

    Dibantu Rusia, China, dan Pakistan, Iran merenovasi program nuklirnya, kali ini di bawah ancaman Barat. Iran menandatangani protokol kerja sama nuklir dengan China pada 1985 dan 1990.

    Pada 1995, Iran menyelesaikan protokol kerja sama dengan Rusia untuk pembangunan reaktor Bushehr dan pabrik pengayaan uranium. Iran juga menerima teknologi pengayaan uranium melalui jaringan rahasia yang dijalankan oleh ilmuwan Pakistan, AQ Khan.

    Badan Energi Atom Internasional (IAEA) mencurigai proyek nuklir Iran berkembang ke tujuan non-sipil melalui Proyek Amad. Iran diduga memperkaya uranium untuk mengintegrasikan muatan nuklir dan memproduksi bahan peledak.

    Natanz dibangun sebagai fasilitas pengayaan uranium, Arak dikembangkan sebagai fasilitas produksi air berat. Natanz dapat menyediakan uranium tingkat senjata, Arak membantunya memperoleh plutonium tingkat senjata.

    Sanksi demi sanksi dijatuhkan Barat dan PBB yang dikendalikan AS dan sekutunya. Tetapi, Iran bergeming. Sanksi yang dijatuhkan tidak membuat Iran mati dan proyek nuklirnya gulung tikar. Atas tekanan IAEA, rencana Amad ditutup, tetapi proyeknya berlanjut di bawah Organisasi Inovasi dan Penelitian Pertahanan (SPND).

    Pada April 2006, Iran mengumumkan berhasil memperkaya uranium hingga tingkat 3,6%. Pada 2009, Barat membocorkan informasi tentang pabrik pengayaan bahan bakar Fordow (FFEP), fasilitas kedua yang telah dibangun Iran selama bertahun-tahun.

    Pada 2016, Iran telah menghasilkan cukup bahan fisil tingkat senjata untuk bom nuklir, dengan pengayaan lebih lanjut, dalam waktu dua atau tiga bulan. Pengayaan uranium Iran mencapai tingkat 60%. Tidak butuh waktu lama mencapai tingkat 90% untuk menghasilkan bom nuklir.

    lanjut ke halaman berikutnya

    Ini dalih Israel menyerbu Iran. Terlepas adakah bukti Iran sudah punya senjata nuklir, perang saat ini membuktikan Iran bukan negara ‘kaleng-kaleng’ dan Israel ketemu lawan tanding sepadan.

    Berbeda dengan Iran, Amerika dan Eropa menerapkan standar ganda terhadap Israel. Israel dibiarkan tidak meratifikasi traktat non-proliferasi (NPT). Israel membangun senjata nuklir, sebagaimana dibocorkan oleh mantan teknisinya, Mordechai Vanunu.

    Ini terungkap dalam artikel heboh di The Sunday Times pada Oktober 1986 bertajuk “Revealed: the secrets of Israel’s nuclear arsenal.” Stockholm International Peace Research Institute (SIPRI) melaporkan, Israel sudah mempunyai 90 hulu ledak nuklir. Jika Iran dan Israel sama-sama telah mempunyai senjata nuklir, terbuka prospek untuk saling menahan diri. Di antara konsensus negara nuklir, mereka sepakat untuk tidak lumat oleh senjata yang dibuat sendiri.

    Dampak bagi Indonesia

    Konflik akan eskalatif jika Iran betul-betul menutup selat Hormuz. Dunia, termasuk Indonesia, akan merasakan dampaknya. Saat pasokan seret, harga minyak melambung.

    Indonesia tidak seperti dulu, saat pecah perang Yom Kippur pada 1973. Ketika Arab-Israel tegang, Indonesia justru menikmat windfall profit dari kenaikan harga minyak dunia.

    Saat itu, status Indonesia adalah eksportir. Sekarang Indonesia importir netto. Setiap kenaikan 1 US$ harga minyak, APBN diperkirakan tekor Rp 1,5 triliun untuk subsidi dan kompensasi.

    Sekarang harga minyak sudah merambat naik mendekati asumsi APBN 2025 sebesar US$ 82 per barel. Jika selat Hormuz ditutup, harga minyak akan melambung di atas US$ 100 per barel. Dunia akan demam. Dampak krisis akan meluas. Krisis energi bisa menjadi pintu masuk bagi krisis politik dan ekonomi.

    Indonesia mengandalkan sebagian impornya dari Timur Tengah, baik minyak mentah maupun produk kilang. Pada 2024, dari total impor crude sebesar 125,7 juta barel, Indonesia mengimpor dari Arab Saudi sebesar 25,6 juta barel (20,3%). Untuk produk kilang, dari 275,2 juta barel impor, Indonesia mengimpor dari Arab Saudi 13,4 juta barel (4,8%), Uni Emirat Arab 12,5 juta barel (4,6%), Qatar 6,5 juta barel (2,3%), Kuwait 3,9 juta barel (1,4%), dan Bahrain 1,2 juta barel (0,4%).

    Ini negara-negara yang jalur pelayarannya melewati Selat Hormuz. Dari total impor, risiko gangguan pasokan dari Selat Hormuz mencapai 16%. Indonesia bisa mengalihkan rute ke alternatif lain, tetapi biaya logistiknya lebih mahal.

    Dampak lain bagi Indonesia adalah tekanan fiskal. Jika harga minyak tembus di atas US$ 100 per barel, Indonesia harus memikul beban subsidi lebih berat. Pada 2024, beban subsidi dan kompensasi energi mencapai Rp 407,1 triliun.

    Bagi APBN yang sudah defisit sejak awal tahun, kondisi ini akan memaksa Pemerintah memangkas subsidi. Ini dilakukan dengan menaikkan harga energi, baik BBM maupun listrik. Di tengah penurunan daya beli, langkah ini bisa menimbulkan gejolak sosial dan politik. Karena itu, pemerintah perlu mengantisipasi potensi krisis ini sejak dini.

    M. Kholid Syeirazi
    Direktur Eksekutif Center for Energy Policy
    Dosen Fakultas Ilmu Administrasi UI

  • PLTS jadi Senjata Industri Semen Tekan Emisi Karbon – Page 3

    PLTS jadi Senjata Industri Semen Tekan Emisi Karbon – Page 3

    Liputan6.com, Jakarta PT Semen Indonesia (Persero) Tbk (SIG) terus meningkatkan penggunaan energi baru terbarukan (EBT) melalui pengembangan Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS) sebagai sumber energi alternatif yang ramah lingkungan dan berkelanjutan di seluruh area operasi Perusahaan, salah satunya di pabrik Tuban, Jawa Timur. 

    Pada November 2024, instalasi panel surya berkapasitas 6,4 Megawatt peak (MWp) pada sepuluh atap bangunan pabrik Tuban telah mencapai tahap commercial operation. Capaian di pabrik tersebut, yang dikelola PT Solusi Bangun Indonesia Tbk selaku anak usaha SIG, mendongkrak total kapasitas panel surya di SIG Group hingga 6 kali lipat menjadi 6,5 MWp, dari 0,12 MWp (2023).

    Megawatt peak adalah potensi maksimal pembangkitan listrik terbarukan, ketika semua daya dukung teknis terpenuhi.

    Direktur Utama SIG, Indrieffouny Indra mengatakan, SIG menempatkan aspek keberlanjutan sebagai fondasi dalam menjalankan bisnis. Sebagai perusahaan bahan bangunan yang memanfaatkan sumber daya alam, SIG memiliki komitmen kuat menjalankan praktik bisnis terbaik dalam koridor keberlanjutan dan memiliki Sustainability Roadmap 2030 sebagai acuan operasi yang bertanggung jawab dan ramah lingkungan. 

    ”Konstruksi panel surya di Pabrik Tuban yang telah rampung semakin membuktikan komitmen SIG untuk menjalankan operasi bisnis yang ramah lingkungan. Penggunaan sumber energi alternatif ini tidak hanya membantu Perusahaan dalam mencapai target penurunan emisi Gas Rumah Kaca (GRK), tetapi juga berdampak positif pada efisiensi biaya konsumsi listrik,” kata Indrieffouny Indra.

     

  • Raja Ojol Tinggalkan RI, Kini Bawa Petaka Buat Driver

    Raja Ojol Tinggalkan RI, Kini Bawa Petaka Buat Driver

    Jakarta, CNBC Indonesia – Uber, raksasa transportasi online yang sempat menguasai jalanan Indonesia sebelum hengkang pada 2018, kini memimpin revolusi taksi tanpa sopir (robotaxi) di Amerika Serikat (AS). Industri robotaxi yang makin kompetitif membawa kekhawatiran soal punahnya profesi driver di masa depan.

    Bersama Waymo, anak perusahaan Google, Uber memperluas layanan robotaxi di Atlanta, setelah sebelumnya hadir di Austin, Texas.

    Layanan ini menggunakan mobil listrik Jaguar I-PACE yang dikemudikan sepenuhnya oleh sistem otomasi tanpa sopir. Tak hanya efisien, pengguna hanya dikenakan tarif setara UberX atau Comfort, tanpa opsi memberikan tip. Dengan kata lain, ini akan menjadi era ancaman bagi para supir atau driver taksi online karena posisi mereka mulai diganti teknologi.

    Uber diketahui menjual divisi kendaraan otomatis pada 2020, menyusul tragedi fatal yang menewaskan pejalan kaki akibat mobil otomatis perusahaan pada 2018.

    Namun kini, Uber kembali ke dunia robotaxi dengan strategi baru, yakni menggandeng mitra teknologi seperti Waymo.

    Kedua perusahaan pertama kali mengumumkan rencana ini pada September 2024, dengan cakupan wilayah seluas 168 kilometer persegi di Atlanta. Layanan ini memungkinkan pengguna memesan mobil otonom Waymo langsung melalui aplikasi Uber, demikian dikutip dari Reuters, Rabu (25/6/2025).

    Saat ini, terdapat 100 mobil Waymo yang beroperasi di platform Uber di Austin, dan puluhan lainnya akan meluncur di Atlanta.

    Waymo sebelumnya juga menyatakan akan menghadirkan layanan taksi otonom penuh di Washington D.C. pada tahun depan.

    Perusahaan kini memiliki lebih dari 1.500 kendaraan dan menangani lebih dari 250.000 perjalanan per minggu di San Francisco, Los Angeles, Phoenix, dan Austin.

    (fab/fab)

    [Gambas:Video CNBC]

  • Taksi Terbang Mengudara di RI, Raffi Ahmad dan Rudy Salim Jadi Penumpang

    Taksi Terbang Mengudara di RI, Raffi Ahmad dan Rudy Salim Jadi Penumpang

    Jakarta

    Taksi terbang Ehang 216 S melakukan uji coba terbang dengan penumpang di Phantom Ground Park PIK 2, Kab. Tangerang, Banten, Rabu (256/2025). Artis Raffi Ahmad dan pengusaha Rudy Salim terpantau menjadi penumpang kendaraan terbang tanpa pilot tersebut.

    Rudy Salim, Executive Chairman dari Prestige Aviation yang merupakan perusahaan yang membawa dan menjual EHang 216 mengatakan sudah mengantongi izin demo flight dengan penumpang dari Direktorat Kelaikudaraan dan Pengoperasian Pesawat Udara, yang merupakan salah satu direktorat di bawah Direktorat Jenderal Perhubungan Udara, Kementerian Perhubungan (Kemenhub).

    “Hari ini akan menjadi awal eHang membawa manusia di Indonesia,” kata Rudy di Phantom Ground Park PIK 2, Kab. Tangerang, Banten, Rabu (25/6/2025).

    Terpantau Raffi Ahmad juga hadir dalam acara demo flight tersebut. Utusan Khusus Presiden Bidang Pembinaan Generasi Muda dan Pekerja Seni itu juga menjadi penumpang eHang 216 S.

    Raffi Ahmad terbang bersama Rudy Salim. Dalam amatan detikcom di lokasi, Ehang 216 S naik secara vertikal, berputar di atas secara statis, kemudian mendarat lagi. Penerbangan awal ini terlihat lancar tanpa kendala. Keduanya keluar dari Ehang 216 S dengan aman.

    Taksi terbang eHang 216 S Foto: Ridwan Arifin

    “Saya tadi sudah mencobanya secara langsung, Alhamdulillah terbang. Agak deg-degan sedikit karena kita biasanya pilot kelihatan. Ternyata ini sudah diatur, nggak kelihatan,” kata Raffi Ahmad.

    Ehang 216 menggunakan baterai listrik tanpa bahan bakar minyak.

    Taksi terbang eHang 216 S Foto: Ridwan Arifin

    Sebagai kendaraan tanpa awak kemudi, Ehang 216 dioperasikan melalui pusat komando dan kendali AAV (Autonomous Aerial Vehicle) yang berada di darat menggunakan jaringan 4G/5G sebagai saluran transmisi nirkabel berkecepatan tinggi untuk berkomunikasi dengan lancar dengan pusat komando dan kendali.

    Taksi terbang eHang 216 S Foto: Ridwan Arifin

    Ehang punya dimensi tinggi mencapai 1,77 meter dan lebar mencapai 5,61 meter bisa ditumpangi dua orang, atau mengangkut beban maksimal 220 kg.

    Adapun jarak terbang dengan muatan maksimal mencapai 30 km. waktu terbang mencapai 18-25 menit, serta kecepatan maksimal mencapai 130 km/jam. EHang 216-S ditenagai oleh tenaga listrik, dilengkapi dengan 16 baling-baling dan motor.

    Ehang 216 S telah mendapat sertifikasi untuk mengangkut penumpang pertama di dunia. Sertifikat Tipe itu dikeluarkan secara resmi oleh Administrasi Penerbangan Sipil Tiongkok (Civil Aviation Administration of China/ CAAC).

    Direktur Kelaikudaraan dan Pengoperasian Pesawat Udara Kemenhub Sokhib Al Rohman menjelaskan pihaknya sedang menerbitkan regulasi untuk kendaraan terbang otonom supaya bisa legal terbang di langit Indonesia.

    “Kami dari Direktorat Jenderal Perhubungan Udara selalu mendukung kegiatan ini. Kami tidak anti-teknologi,” kata Sokhib.

    “Rencana kita mau revisi atau amandemen Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2009, di mana salah satu item yang ingin kita masukkan mengakomodir operasional, mulai dari desain, operational, personil, fasilitas.”

    “Undang-undang ini sudah 15 tahun, jadi memang perlu dievaluasi,” tambah dia.

    “Kami akan rapat dengan civil aviation authority of china, salah satunya membahas arrangement produk china untuk melakukan type certificate validasi, sehingga nanti bisa menjadi resmi masuk dan dipakai operator Indonesia, apalagi Pak Bamsoet mau beli. Insya Allah nanti sudah valid, Pak. Sehingga nanti kita bisa terbitkan SOP standar yang bisa dipakai buat komersil,” jelas Rudy.

    (riar/rgr)

  • Terkuak, Serangan AS Disebut Gagal Hancurkan Nuklir Iran

    Terkuak, Serangan AS Disebut Gagal Hancurkan Nuklir Iran

    Jakarta

    Serangan militer Amerika Serikat terhadap tiga fasilitas nuklir Iran dilaporkan tidak menghancurkan komponen inti program nuklir negara itu dan kemungkinan hanya menundanya beberapa bulan.

    Penilaian tersebut dibuat Defense Intelligence Agency, badan intelijen Pentagon. Namun analisis kerusakan dan dampak serangan masih berlangsung dan dapat berubah seiring dengan tersedianya lebih banyak informasi intelijen.

    Temuan awal tersebut bertentangan dengan klaim berulang Presiden Donald Trump bahwa serangan tersebut sepenuhnya melenyapkan fasilitas pengayaan nuklir Iran. Menteri Pertahanan Pete Hegseth juga mengklaim ambisi nuklir Iran telah hilang.

    Namun dikutip detikINET dari CNN, sumber menyebut persediaan uranium yang diperkaya Iran tak hancur dan sentrifus sebagian besar utuh. Sumber lain mengatakan, intelijen menilai uranium yang diperkaya telah dipindah sebelum serangan AS.

    Gedung Putih mengakui adanya penilaian itu tapi mereka tak setuju. Adapun militer AS menyatakan operasi berjalan sesuai rencana dengan keberhasilan luar biasa. Namun masih terlalu dini untuk memiliki gambaran komprehensif tentang dampak serangan.

    Israel menyerang fasilitas nuklir Iran berhari-hari tapi butuh bom penghancur bunker milik AS untuk menyelesaikan pekerjaan. Jet pembom B-2 AS memang menjatuhkan lebih dari selusin bom di dua fasilitas nuklir yaitu pabrik Pengayaan Bahan Bakar Fordow dan Kompleks Pengayaan Natanz, namun menurut sumber bom itu tak sepenuhnya menghancurkan sentrifus dan uranium di sana.

    Dampak pada ketiga lokasi itu (Fordow, Natanz, dan Isfahan) sebagian besar terbatas pada bangunan di atas tanah yang rusak parah. Itu termasuk infrastruktur listrik dan beberapa fasilitas yang digunakan untuk mengubah uranium jadi logam untuk pembuatan bom.

    Penilaian Israel terhadap dampak serangan AS juga menemukan kerusakan lebih sedikit di Fordow daripada yang diperkirakan. Namun, pejabat Israel yakin kombinasi aksi militer AS dan Israel di beberapa lokasi telah menunda program nuklir Iran selama dua tahun.

    Hegseth mengklaim pengeboman AS melenyapkan kemampuan Iran membuat senjata nuklir. “Bom besar kami mengenai tempat yang tepat di setiap target dan bekerja sempurna. Dampak bom itu terkubur di bawah tumpukan puing di Iran, jadi siapa pun yang mengatakan bom tidak menghancurkan hanya mencoba melemahkan Presiden dan misi yang berhasil,” cetusnya.

    Jeffrey Lewis, ahli senjata dan profesor di Middlebury Institute of International Studies yang meninjau citra satelit komersial dari lokasi serangan, setuju dengan penilaian bahwa serangan tersebut tampaknya tidak mengakhiri program nuklir Iran.

    “Gencatan senjata sudah terjadi tanpa Israel atau Amerika Serikat mampu menghancurkan beberapa fasilitas nuklir bawah tanah utama, termasuk di dekat Natanz, Isfahan, dan Parchin,” kata Lewis. Parchin adalah kompleks nuklir terpisah di dekat Teheran.

    “Fasilitas-fasilitas ini dapat berfungsi sebagai dasar untuk penyusunan kembali program nuklir Iran secara cepat,” sebutnya.

    Memang juga ada pertanyaan tentang apakah bom penghancur bunker AS, Massive Ordnance Penetrators, akan mampu menghancurkan sepenuhnya situs nuklir Iran yang dijaga ketat dan terkubur jauh di bawah tanah, khususnya di Fordow dan Isfahan, kompleks penelitian nuklir terbesar Iran.

    AS menyerang Isfahan dengan rudal Tomahawk dari kapal selam, bukan bom penghancur bunker. Itu karena diduga bom itu kemungkinan takkan berhasil menembus Isfahan, yang terkubur lebih dalam dari Fordow. Pejabat AS yakin Iran juga punya fasilitas nuklir rahasia yang tidak diserang dan tetap beroperasi.

    (fyk/rns)

  • Fasilitas Wisata Toron Samalem di Pamekasan Ludes Terbakar, Apa Penyebabnya?
                
                    
                        
                            Surabaya
                        
                        24 Juni 2025

    Fasilitas Wisata Toron Samalem di Pamekasan Ludes Terbakar, Apa Penyebabnya? Surabaya 24 Juni 2025

    Fasilitas Wisata Toron Samalem di Pamekasan Ludes Terbakar, Apa Penyebabnya?
    Tim Redaksi
    PAMEKASAN, KOMPAS.com
    – Fasilitas Wisata Kampung Toron Samalem di Desa Blumbungan, Kecamatan Larangan, Kabupaten Pamekasan, Jawa Timur, terbakar pada Selasa malam (24/6/2025) pukul 18. 40 WIB.
    Gazebo melingkar dan kamar mandi di tempat wisata tersebut ludes terbakar.
    Anggota Tim Pemadam Kebakaran (Damkar) Regu 03, Syaiful Arif menyampaikan, kebakaran berlangsung cepat. Sebab, gazebo terbuat dari bahan yang mudah terbakar.
    “Gazebonya sangat cepat terbakar. Tapi kami tetap berusaha memadamkan api sampai melakukan pendinginan di lokasi,” katanya.
    Petugas Damkar sempat kesulitan memadamkan api karena gazebo berada di ketinggian 50 meter.
    Mobil damkar tidak bisa menjangkau lokasi. Sehingga, digunakan dua selang air ke atas untuk memadamkan api.
    “Akses ke lokasi sangat sulit. Tapi kita naik menarik selang dan dibantu warga di lokasi,” tuturnya.
    Menurutnya, selain akses sulit, di lokasi tersebut terjadi pemadaman listrik karena kabel ikut terbakar.
    Dugaan sementara kebakaran diakibatkan terjadinya korsleting listrik. Sebab di lokasi ada kabel besar yang terbakar.
    Mosleh (47), warga setempat, mengatakan, pihaknya langsung melapor ke petugas damkar saat mendengar tempat wisata Toron Samalem terbakar.
    “Sepertinya memang akibat listrik, yang terbakar gazebo dan kamar mandi,” katanya.
    Menurutnya, lokasi wisata tersebut sempat ditutup dan tidak terawat satu tahun. Namun dibuka lagi tapi tidak ada pengunjung.
    “Yang biasa merawat sudah tidak ada. Sudah lama tidak dikelola karena sepi pengunjung,” katanya.
    Lokasi wisata tersebut cukup jauh dari permukiman warga. Sehingga, kebakaran tidak diketahui dengan cepat oleh warga sekitar.
    Lokasi wisata tersebut dibuka pada 2018 dengan tarif Rp 15.000 per orang.
     
    Copyright 2008 – 2025 PT. Kompas Cyber Media (Kompas Gramedia Digital Group). All Rights Reserved.

  • Rugi! Raksasa Otomotif Jepang Mau Tutup Pabrik-PHK 20.000 Pekerja

    Rugi! Raksasa Otomotif Jepang Mau Tutup Pabrik-PHK 20.000 Pekerja

    Jakarta, CNBC Indonesia – Pabrikan otomotif raksasa Jepang, Nissan Motor Co., diperkirakan akan menghadapi pengawasan ketat dari para pemegang sahamnya dalam rapat umum yang akan datang. Perusahaan yang sedang dilanda krisis ini akan menyajikan rencana pemulihan yang ambisius di tengah catatan kerugian finansial terparah dalam dua dekade terakhir.

    Mengutip Reuters, Selasa (24/6/2025), saham perusahaan telah anjlok sekitar 36% selama setahun terakhir dan pembayaran dividen telah ditangguhkan. Nissan melaporkan kerugian bersih sebesar US$4,5 miliar pada tahun fiskal lalu, dan tidak ada jaminan bahwa perusahaan akan kembali mencetak laba tahun ini.

    Nissan pun menolak memberikan proyeksi laba tahunan secara penuh, dan memperkirakan akan mengalami kerugian sebesar 200 miliar yen ($1,38 miliar) pada kuartal pertama.

    Penurunan penjualan kendaraan secara global, termasuk di pasar penting seperti China dan bahkan di pasar domestik Indonesia, menjadi salah satu pemicu utama.

    Untuk mengatasi kemerosotan ini, Nissan telah meluncurkan rencana restrukturisasi besar-besaran yang dikenal sebagai “Re:Nissan”. Rencana ini mencakup langkah-langkah drastis seperti penutupan tujuh lokasi produksi global, termasuk beberapa pabrik di Jepang dan Meksiko.

    Selain itu, akan ada rencana pemangkasan sekitar 11.000 hingga 20.000 pekerjaan di seluruh dunia. Bahkan, beredar kabar bahwa kantor pusat global Nissan juga akan dijual sebagai bagian dari upaya efisiensi.

    Para pemegang saham diperkirakan akan menyuarakan kekecewaan mereka terhadap kinerja perusahaan dan menuntut akuntabilitas dari manajemen. Rapat ini akan menjadi platform krusial bagi jajaran direksi, termasuk CEO Nissan yang baru, Ivan Espinosa, untuk meyakinkan para investor bahwa strategi yang diusung akan mampu membalikkan keadaan dan mengembalikan profitabilitas perusahaan. 

    Di tengah situasi yang sulit ini, Nissan berjanji akan fokus pada pengurangan biaya variabel, meningkatkan efisiensi produksi, dan mempercepat pengembangan kendaraan baru. Mereka juga menargetkan pengurangan waktu pengembangan kendaraan dari 37 bulan menjadi 30 bulan. Selain itu, Nissan berencana untuk lebih agresif dalam ekspansi kendaraan listrik (EV) dan mengembangkan model-model hybrid e-Power untuk mendorong penjualan, terutama di pasar seperti Indonesia di mana penjualan mereka terus menurun.

    Seorang analis otomotif terkemuka, Kenji Tanaka, mengatakan bahwa rencana Re:Nissan terdengar menjanjikan di atas kertas, tetapi implementasinya akan menjadi kunci. Menurutnya, Nissan harus menunjukkan hasil nyata dalam waktu singkat untuk memulihkan kepercayaan pasar.

    “Tantangan yang dihadapi Nissan tidak hanya datang dari internal, tetapi juga dari persaingan pasar yang semakin ketat, terutama dengan munculnya merek-merek China yang menawarkan harga kompetitif,” tutur Tanaka.

    “Pasar global berubah dengan cepat, dan Nissan harus lebih adaptif. Mengandalkan nama besar saja tidak lagi cukup.”

    Meski begitu, rencana penutupan pabrik dan PHK mulai ditanggapi dengan ketakutan oleh sejumlah serikat pekerja dan pemerintah daerah. Mereka mengaku sebenarnya memahami situasi, namun masih merasa enggan untuk mendukung rencana ini.

    “Ini adalah keputusan yang sangat sulit, tetapi diperlukan untuk masa depan Nissan,” ujar seorang juru bicara perusahaan yang enggan disebutkan namanya.

    (tps/luc)

    [Gambas:Video CNBC]

  • Brasil Was-was Dibanjiri Mobil Listrik China

    Brasil Was-was Dibanjiri Mobil Listrik China

    Jakarta

    Industri otomotif Brazil mulai wanti-wanti dengan kehadiran mobil listrik asal China yang diimpor utuh alias Completely Built Up (CBU).

    Kapal pembawa mobil terbesar di dunia, – setara 20 lapangan sepak bola baru-baru ini berlabuh ke Itajai, Brasil. Tapi tidak semua pihak bersorak sorai untuk kedatangannya.

    Dikutip Reuters, sejak awal 2025, Brasil mengimpor sekitar 22.000 kendaraan buatan China, dan diperkirakan akan mencapai 200.000 unit sepanjang tahun ini – sekitar 8% dari seluruh mobil ringan yang didaftarkan di Brasil.

    Produsen mobil dan serikat pekerja Brasil khawatir mobil murah dari China akan mengganggu produksi dalam negeri dan mengancam lapangan pekerjaan. Mereka mendesak agar pemerintah mempercepat rencana peningkatan tarif impor EV dari 10% menjadi 35%.

    “Negara-negara di seluruh dunia mulai menutup pintu mereka untuk orang Cina, tetapi Brasil tidak,” kata Aroaldo da Silva, seorang pekerja produksi Mercedes-Benz dan presiden Industri ALL Brasil, sebuah konfederasi serikat pekerja di enam sektor industri.

    “China memanfaatkan itu,” tambah dia.

    Kritik muncul karena investor China dinilai lebih fokus pada ekspor saja-mereka belum mengembangkan rantai pasokan atau pabrikan komponen lokal secara signifikan.

    Berbagai pihak menyambut baik mobil listrik murah karena memudahkan masyarakat beralih ke kendaraan ramah lingkungan. Tapi di sisi lain, industri lokal dipandang bakal kesulitan bersaing.

    Jika impor EV terus mendominasi tanpa produksi lokal berkembang cepat, peluang kerja bagi tenaga kerja Brasil bisa tergerus.

    BYD berencana memulai produksi lokal dengan mengubah pabrik bekas Ford di negeri bagian Bahia, tetapi investigasi pelanggaran hak tenaga kerja menunda target hingga akhir 2026. Mobil Listrik China lainnya, seperti GWM, juga mengalami penundaan.

    Kementerian Pembangunan, Industri & Perdagangan Luar Negeri Brasil mengatakan kepada Reuters bahwa permintaan oleh asosiasi mobil Brasil, ANFAVEA, dan lainnya untuk menarik tarif yang lebih tinggi sedang ditinjau.

    “Jadwal untuk dimulainya kembali tarif secara bertahap, dengan penurunan kuota, ditetapkan untuk memungkinkan perusahaan melanjutkan rencana pengembangan mereka dan menghormati kematangan manufaktur di negara ini,” tambah juru bicara kementerian.

    “Kami mendukung kedatangan merek baru di Brasil untuk memproduksi, mempromosikan sektor komponen, menciptakan lapangan kerja dan membawa teknologi baru,” Igor Calvet, presiden ANFAVEA, mengatakan kepada Reuters.

    “Tetapi dari saat kelebihan impor menyebabkan investasi yang lebih rendah dalam produksi di Brasil, itu membuat kami khawatir,” kata dia.

    Da Silva dari IndustriALL mengatakan konfederasi serikat pekerjanya belum mendengar tentang hubungan pemasok lokal yang sedang dikembangkan atau kontrak yang ditandatangani untuk pabrik BYD, seperti yang biasanya diharapkan 18 bulan sejak dimulainya produksi.

    “Bahkan jika pabriknya ada di sini – nilai apa yang benar-benar ditambahkan jika komponen, pengembangan, dan teknologi semuanya berasal dari luar negeri?” da Silva berkata.

    (riar/dry)

  • Pertamina NRE & LONGi Luncurkan Proyek Manufaktur Modul Panel Surya

    Pertamina NRE & LONGi Luncurkan Proyek Manufaktur Modul Panel Surya

    Jakarta, CNBC Indonesia – Pertamina New & Renewable Energy (Pertamina NRE), bekerja sama dengan LONGi Green Technology Co., Ltd., meluncurkan proyek strategis pembangunan fasilitas manufaktur panel Surya (Photovoltaic/PV) di Indonesia. Inisiatif ini mendukung komitmen pemerintah terhadap pemenuhan Tingkat Komponen Dalam Negeri (TKDN) dan bertujuan memenuhi permintaan yang terus meningkat terhadap modul solar PV di dalam negeri dan kawasan Asia Tenggara.

    Fasilitas ini ditargetkan memiliki kapasitas produksi sebesar 1,4 GW per tahun dan akan menggunakan teknologi terbaru dari LONGi, yakni Hybrid Passivated Back Contact (HPBC) 2.0 tipe N yang dapat menghasilkan modul surya berdaya efisiensi tinggi.

    Proyek solar PV ini berlokasi di Deltamas, Jawa Barat, merupakan wilayah strategis yang memudahkan distribusi dan rantai pasok dalam proses produksinya. Fasilitas ini diharapkan dapat menyerap tenaga lokal dan meningkatkan perekonomian nasional.

    Dirjen EBTKE Kementerian ESDM Eniya Listiani menyebut proyek strategis ini akan mendukung proses transisi energi di Indonesia, yang menargetkan bauran energi hingga 34,3% pada 2034. Eniya berharap proyek ini dapat berjalan lancar sehingga dapat mendukung Rencana Usaha Penyediaan Tenaga Listrik (RUPTL) dengan target tambahan kapasitas pembangkit sebesar 69,5 gigawatt (GW).

    “Dari target tersebut, 61% atau 42,6 GW berasal dari pembangkit EBT,” terang Eniya dikutip Selasa (24/6/2025).

    Sementara itu, Deputi Bidang Pengendalian Pelaksanaan Penanaman Modal, Kementerian Investasi/BKPM Edy Junaedi juga menyampaikan apresiasi atas kontribusi dari LONGi dan Pertamina NRE yang meningkatkan kapabilitas manufaktur Indonesia, juga mengintegrasikan Indonesia ke dalam rantai pasok global dalam industri energi baru terbarukan.

    “Hal ini akan memperkuat dan meningkatkan kolaborasi kedua negara dalam mempercepat transisi energi” ujar Edy.

    Menurut data Kementerian Perindustrian kemampuan produksi panel surya dalam negeri saat ini baru sebesar 1.6 GWp per tahun. Sehingga proyek ini akan meningkatkan kemampuan produksi nasional hingga 3 GWp agar dapat mendukung penambahan PLTS sesuai target pemerintah sebesar 300-400 GWp di tahun 2060.

    Sementara itu, CEO Pertamina NRE John Anis menyampaikan kerja sama ini merupakan tonggak penting dalam transisi energi di Indonesia.

    “Dengan membangun kapasitas manufaktur lokal, kami ingin memperkuat rantai pasok solar pv dalam negeri, menurunkan biaya produksi, dan menciptakan lapangan kerja hijau yang berkeahlian,” tambah John.

    Menurut VP LONGi Global, Dennis She kerja sama ini merupakan peluang bagi LONGi dalam mengembangkan bisnis dalam industri energi di Asia Tenggara.

    “Dengan kerja sama ini kami harap bisa terus mendukung target transisi energi di Indonesia dengan saling berbagi pengetahuan dan teknologi dalam industri solar pv,” ujar Dennis

    Untuk diketahui Indonesia memiliki peta jalan tentang potensi peningkatan permintaan solar pv hingga tahun 2035, sehingga proyek ini dinilai potensial dan akan mendukung realisasi pengembangan proyek PLTS dalam RUPTL “terhijau”, mendukung pengembangan industri supply chain seperti solar cell, serta mendukung pengembangan proyek hidrogen hijau (green hydrogen) ke depannya.

    Vice President Corporate Communication PT Pertamina (Persero) Fadjar Djoko Santoso menambahkan, langkah Pertamina NRE dalam mendorong pengembangan energi transisi merupakan upaya proaktif Pertamina dalam mendukung target swasembada energi dan net zero emission (NZE) Pemerintah.

    “Sejalan dengan program Pertamina sebagai pemimpin energi transisi, Pertamina berharap proyek pembangunan fasilitas manufaktur panel surya ini dapat memperkuat ekosistem energi transisi di Indonesia,” jelas Fadjar.

    (rah/rah)

    [Gambas:Video CNBC]