Topik: La Nina

  • BMKG Ungkap Mengapa Jakarta Rawan Alami Banjir Rob

    BMKG Ungkap Mengapa Jakarta Rawan Alami Banjir Rob

    BMKG Ungkap Mengapa Jakarta Rawan Alami Banjir Rob
    Tim Redaksi
    JAKARTA, KOMPAS.com
    – Deputi Bidang Meteorologi Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (
    BMKG
    ), Guswanto mengungkapkan bahwa
    Jakarta
    memiliki tingkat kerawanan tinggi terhadap bencana
    tsunami
    dan
    banjir rob
    , terutama karena kondisi geografisnya yang rendah.
    “Secara ketinggian wilayah, hampir 80-90 persen Jakarta berada di bawah 15 meter di atas permukaan laut (MDPL),” kata Guswanto dalam diskusi secara virtual, Senin (24/3/2025).
    “Jika terjadi banjir rob atau bahkan tsunami dengan ketinggian lebih dari 10 meter, maka Jakarta menjadi daerah yang paling rawan terdampak pertama kali,” ujarnya lagi.
    Selain itu, BMKG juga mencatat bahwa meskipun luas wilayah Jakarta tidak begitu besar, namun mengalami frekuensi banjir dan genangan yang cukup tinggi setiap tahunnya.
    BMKG menjelaskan bahwa terdapat delapan faktor utama yang memengaruhi kondisi cuaca ekstrem di Indonesia, termasuk yang berkontribusi terhadap risiko tsunami dan banjir rob di Jakarta.
    Faktor-faktor tersebut meliputi, El Nino dan La Nina, yang mempengaruhi suhu permukaan laut di Samudra Pasifik bagian tengah.
    Kemudian, suhu muka laut yang berperan dalam pembentukan awan dan pola curah hujan. Lalu, Indian Ocean Dipole (IOD) yang berdampak pada pola cuaca di Samudra Hindia.
    Selanjutnya, ada siklon tropis, yang bisa memicu hujan ekstrem dan gelombang tinggi di wilayah pesisir. Kemudian, kenaikan permukaan air laut akibat pemanasan global, yang memperburuk dampak banjir rob.
    Ada juga perubahan pola angin Monsun atau Monsun Asia/ Australia, yang berpengaruh pada curah hujan di wilayah Indonesia.
    Sementara itu, Direktur Perubahan Iklim BMKG, Fachri Radjab mengungkapkan bahwa perubahan iklim di Indonesia semakin mengkhawatirkan.
    Berdasarkan laporan terbaru World Meteorological Organization (WMO)–State of Global Climate 2025, suhu global terus meningkat dengan tren yang semakin ekstrem.
    “Tahun 2024 tercatat sebagai tahun terpanas sepanjang sejarah pengamatan suhu dunia selama 175 tahun terakhir. Laju kenaikan suhu global telah mencapai 1,55 derajat Celcius, melampaui ambang batas yang disepakati dalam
    Paris Agreement
    ,” ungkap Fachri.
    Tidak hanya secara global, Indonesia juga disebut mengalami peningkatan suhu yang sangat drastis. Fachri menunjukkan data
    warming stripe
     yang mengindikasikan tren kenaikan suhu di Indonesia sejak tahun 1981 hingga 2024.
    “Dulu, hingga awal tahun 2000-an, kita masih melihat warna biru, artinya suhu masih di bawah rata-rata,” kata Fachri.
    “Namun, sejak 2000 ke atas, semuanya berubah menjadi merah, dan pada 2024, warnanya bahkan merah tua. Ini menunjukkan bahwa suhu di Indonesia meningkat dengan signifikan,” ujarnya lagi.
    BMKG mencatat bahwa tahun 2024 bukan hanya tahun terpanas di dunia, tetapi juga di Indonesia. BMKG memperkirakan, suhu rata-rata Indonesia akan terus meningkat hingga tahun 2100.
    “Peningkatan suhu sampai (tahun) 2100 hampir merata di seluruh wilayah Indonesia,” kata Fachri.
    “Proyeksi perubahan curah hujan, di periode musim hujan, hari-hari dengan hujan ekstrem akan bertambah dan meningkat. Di musim kemarau, hari-hari tanpa hujan panjang akan meningkat,” ujarnya lagi menjelaskan.
    Copyright 2008 – 2025 PT. Kompas Cyber Media (Kompas Gramedia Digital Group). All Rights Reserved.

  • La Nina Berakhir, BMKG Warning Puncak Musim Kemarau di Wilayah RI

    La Nina Berakhir, BMKG Warning Puncak Musim Kemarau di Wilayah RI

    Jakarta, CNBC Indonesia – Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) memperkirakan musim kemarau 2025 akan dimulai secara bertahap antara April hingga Juni pada 402 zona musim (ZOM), atau sekitar 57,7% wilayah Indonesia.

    Musim kemarau diprediksi lebih dulu melanda bagian tenggara, mencakup sebagian Jawa Timur, Bali, NTB, dan NTT, yang akan mengalaminya sejak Maret 2025. Selanjutnya, wilayah barat seperti Jawa Tengah, Jawa Barat, dan Sumatera akan memasuki musim kering, disusul oleh wilayah utara yang mencakup Kalimantan serta sebagian Sulawesi.

    Sementara itu, wilayah timur seperti Maluku dan Papua diperkirakan baru mengalami musim kemarau pada Agustus 2025.

    Secara keseluruhan, sebanyak 409 ZOM atau 59% wilayah Indonesia diperkirakan memasuki musim kemarau dalam periode yang sama atau lebih lambat dari biasanya. BMKG juga mencatat, mayoritas zona musim (ZOM), sekitar 60%, diprediksi akan mengalami curah hujan dengan intensitas normal seperti tahun-tahun sebelumnya, dikutip dari laman resmi BMKG, Selasa (18/3/2025).

    Sementara itu, ada sebagian kecil ZOM, sekitar 26%, yang akan mengalami musim kemarau dengan sifat atas normal, sehingga menerima akumulasi curah hujan musiman yang lebih tinggi dari biasanya. Antara lain sebagian kecil Aceh, sebagian besar Lampung, Jawa Barat, Jawa Tengah, Bali, NTB, NTT, sebagian kecil Sulawesi, dan sebagian Papua bagian tengah.

    Hanya beberapa ZOM, sekitar 14%, yang diprediksi mengalami musim kemarau dengan sifat bawah normal atau lebih kering dari klimatologisnya. Wilayah tersebut mencakup Sumatera Utara, sebagian kecil Kalimantan Barat, sebagian Sulawesi Tengah, Maluku Utara, dan bagian selatan Papua.

    Puncak musim kemarau 2025 diprediksi terjadi pada Juni hingga Agustus mendatang di sebagian besar ZOM di Indonesia. BMKG memprediksi puncak musim kemarau 2025 akan sama atau maju lebih awal dari biasanya di hampir seluruh wilayah Indonesia.

    Adapun durasi musim kemarau di Tanah Air akan beragam. Sebagian besar wilayah Indonesia diprediksi akan mengalami durasi musim kemarau yang lebih pendek dari biasanya.

    Durasi paling singkat selama 6 dasarian (2 bulan) terjadi di sebagian Sumatera dan Kalimantan. Sementara itu, durasi lebih panjang selama 24 dasarian (8 bulan) terjadi di sebagian Sulawesi.

    Prediksi El Nino-Souther Oscillation (ENSO) menunjukkan La Nina sedang bertransisi menuju fase netral pada Maret 2025. Fenomena La Nina dikaitkan dengan peningkatan curah hujan yang disebabkan suhu permukaan laut di Samudra Pasifik lebih dingin dari normal.

    (fab/fab)

  • La Nina Berakhir, BMKG Ungkap Jadwal Musim Kemarau di Wilayah RI

    La Nina Berakhir, BMKG Ungkap Jadwal Musim Kemarau di Wilayah RI

    Jakarta, CNBC Indonesia – Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) memprediksi musim kemarau 2025 dimulai pada periode April-Juni 2025 pada 402 zona musim (ZOM) atau 57,7% di Indonesia.

    Musim kemarau 2025 di Indonesia diramal akan berlangsung secara bertahap. Bagian tenggara yang mencakup sebagian Jawa Timur, Bali, NTB, dan NTT akan dimulai pada Maret 2025.

    Selanjutnya, musim kemarau akan menghampiri wilayah barat yang mencakup Jawa Tengah, Jawa Barat, dan Sumatera. Pada tahap berikutnya, musim kemarau akan tiba di wilayah utara yang mencakup Kalimantan dan sebagian Sulawesi.

    Terakhir, musim kemarau diprediksi akan menghampiri wilayah timur yang mencakup Maluku dan Papua pada Agustus 2025.

    Sebanyak 409 ZOM (59%) yang tersebar di Indonesia diprediksikan akan mulai memasuki musim kemarau pada periode sama atau lebih lambat dari normal.

    Mayoritas ZOM (60%) dikatakan akan memiliki akumulasi curah hujan musim kemarau dalam kategori normal atau sama dengan biasanya, dikutip dari laman resmi BMKG, Selasa (18/3/2025).

    Sementara itu, ada sebagian kecil ZOM (26%) yang akan mengalami musim kemarai dengan sifat atas normal, sehingga menerima akumulasi curah hujan musiman yang lebih tinggi dari biasanya. Antara lain sebagian kecil Aceh, sebagian besar Lampung, Jawa Barat, Jawa Tengah, Bali, NTB, NTT, sebagian kecil Sulawesi, dan sebagian Papua bagian tengah.

    Hanya beberapa ZOM (14%) yang diprediksi mengalami musim kemarai dengan sifat bawah normal atau lebih kering dari klimatologisnya. Wilayah tersebut mencakup Sumatera Utara, sebagian kecil Kalimantan Barat, sebagian Sulawesi Tengah, Maluku Utara, dan bagian selatan Papua.

    Puncak musim kemarau 2025 diprediksi terjadi pada Juni hingga Agustus mendatang di sebagian besar ZOM di Indonesia. BMKG memprediksi puncak musim kemarau 2025 akan sama atau maju lebih awal dari biasanya di hampir seluruh wilayah Indonesia.

    Adapun durasi musim kemarau di Tanah Air akan beragam. Sebagian besar wilayah Indonesia diprediksi akan mengalami durasi musim kemarau yang lebih pendek dari biasanya.

    Durasi paling singkat selama 6 dasarian (2 bulan) terjadi di sebagian Sumatera dan Kalimatan. Sementara itu, durasi lebih panjang selama 24 dasarian (8 bulan) terjadi di sebagian Sulawesi.

    Prediksi El Nino-Souther Oscillation (ENSO) menunjukkan La Nina sedang bertransisi menuju fase netral pada Maret 2025. Fenomena La Nina dikaitkan dengan peningkatan curah hujan yang disebabkan suhu permukaan laut di Samudra Pasifik lebih dingin dari normal.

    (fab/fab)

  • Puncak Musim Kemarau Diprediksi Juni-Agustus 2025, Waspada Wilayah Rawan Kekeringan – Page 3

    Puncak Musim Kemarau Diprediksi Juni-Agustus 2025, Waspada Wilayah Rawan Kekeringan – Page 3

    BMKG memperkirakan musim kemarau tahun ini akan bersifat normal di sebagian besar wilayah Indonesia, tanpa pengaruh kuat dari fenomena iklim global seperti El Nino atau La Nina. Deputi Bidang Klimatologi BMKG, Ardhasena Sopaheluwakan menuturkan, kondisi ini membuat musim kemarau 2025 diperkirakan mirip dengan tahun sebelumnya.

    “Musim kemarau tahun ini cenderung normal, tidak sekering tahun 2023 yang dipengaruhi oleh El Niño. Namun, tetap perlu diwaspadai karena ada beberapa wilayah yang mengalami musim kemarau lebih kering dari biasanya,” ujar Ardhasena, demikian mengutip Antara.

    Secara lebih rinci, BMKG membagi kondisi musim kemarau menjadi tiga kategori utama.

    1.Kemarau dengan kondisi normal diprediksi terjadi di sebagian besar wilayah Sumatera, Jawa bagian timur, Kalimantan, sebagian besar Sulawesi, Maluku dan sebagian besar Papua.

    2.Kemarau lebih kering dari biasanya berpotensi terjadi di Sumatera bagian utara, sebagian kecil Kalimantan Barat, Sulawesi bagian tengah, Maluku Utara dan Papua bagian selatan.

    3.Kemarau lebih basah dibandingkan kondisi normal diperkirakan terjadi di sebagian kecil Aceh, sebagian besar Lampung, Jawa bagian barat dan tengah, Bali, Nusa Tenggara Barat, Nusa Tenggara Timur serta sebagian kecil Sulawesi dan Papua bagian tengah.

     

  • Musim Kemarau Datang-La Nina Beres, BMKG: Siaga Cuaca Ekstrem di sini

    Musim Kemarau Datang-La Nina Beres, BMKG: Siaga Cuaca Ekstrem di sini

    Daftar Isi

    Jakarta, CNBC Indonesia – Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) tetap memberikan peringatan akan potensi cuaca ekstrem yang melanda beberapa wilayah di Indonesia dalam sepekan ke depan. Meski, BMKG memprediksi beberapa wilayah Indonesia mulai memasuki musim kemarau secara bertahap pada pertengahan Maret 2025.

    Hal itu terungkap dalam Konferensi Pers Prediksi Awal Musim Kemarau yang digelar secara online, Kamis (13/3/2025). Deputi Bidang Meteorologi BMKG Guswanto mengatakan, beberapa wilayah di Indonesia berpotensi masih akan mengalami hujan dengan intensitas sangat lebat sepekan ke depan yakni periode 16-20 Maret 2025.

    “Jadi sepekan ke depan ini adalah data yang diberikan oleh teman-teman di meteorologi. Dan kita lihat di Jawa, bagaimana di Jawa. Di Jawa, di Jakarta sendiri kita ini bahwa 17 Maret kemungkinan diprediksi. Kemudian di Jawa Barat itu malah 12, 15, 17 Maret. Dan selanjutnya ini juga ada yang di Nusa Tenggara, di Kalimantan, dan sampai di Sulawesi maupun ada di Papua,” kata Guswanto, dikutip Senin (17/3/2025).

    “Jadi intinya karena luasnya wilayah kita, maka cuaca ekstrem ini masih terjadi walaupun ini sudah mulai mereda dan menuju musim kemarau,” tambahnya.

    Dalam kesempatan yang sama, Kepala BMKG Dwikorita Karnawati menjelaskan, meski beberapa wilayah Indonesia sudah memasuki fase menjelang akhir musim hujan, potensi hujan ekstrem masih akan terjadi setidaknya dalam sepekan ke depan.

    “Meski kita sedang pada fase menjelang akhir musim hujan dan nanti transisi ke musim kemarau, dengan logika pikir curah hujan bulanannya semakin rendah, tetapi masih dimungkinkan dalam satu hari itu terjadi lonjakan intensitas hujan. Jadi tadi ada akumulasi hujan, sekarang dalam satu hari itu dimungkinkan terjadi lompatan intensitas hujan yang dapat mencapai 50 mm dalam 24 jam atau bahkan lebih dari itu,” papar Dwikorita.

    “Namun itu sifatnya insidental dan apalagi kalau sudah menjelang kemarau, itu durasinya tidak panjang. Insyaallah tidak seperti tanggal 3 Maret yang lalu, 2-3 Maret yang lalu durasinya sampai beberapa jam. Jadi demikian, meskipun kita sudah membicarakan musim kemarau atau pancaroba, bukan berarti tidak mungkin terjadi insidental,” terangnya.

    Berikut wilayah di Indonesia yang berpotensi masih dilanda hujan lebat hingga sangat lebat periode 17-20 Maret.

    1. Lampung (17 Maret 2025)
    2. Jakarta (17 Maret 2025)
    3. Jawa Barat (17 Maret 2025)
    4. Jawa Timur (17-19 Maret 2025)
    5. Nusa Tenggara Timur (17-19 Maret 2025)
    6. Kalimantan Barat (18 Maret 2025)
    7. Sulawesi Selatan (17-19 Maret 2025)

    Prediksi Awal Musim Kemarau di RI Tahun 2025

    Sementara itu, BMKG memprakirakan, musim kemarau di Indonesia akan dimulai secara bertahap mulai Maret ini hingga April mendatang di beberapa wilayah di Indonesia.

    “Secara lebih rinci, musim kemarau 2025 diprediksi pertama kali terjadi pada saat ini, Maret 2025, di enam zona musim atau 0,86% zona musim,” ujar Dwikorita.

    Adapun musim kemarau di Indonesia juga mulai terjadi setelah adanya peralihan antara angin monsun Asia dengan angin monsun Australia.

    “Awal musim kemarau umumnya berkaitan erat dengan peralihan angin monsun Asia atau angin daratan beralih menjadi angin monsun Australia yang aktif,” ujar Dwikorita.

    Adapun wilayahnya pada April mendatang, sebagian wilayah di Indonesia akan mulai memasuki musim kemarau, seperti Lampung bagian timur, pesisir utara Jawa bagian barat, pesisir Jawa Timur, sebagian bali, Nusa Tenggara Barat, dan Nusa Tenggara Timur.

    Sedangkan pada Mei mendatang, wilayah yang akan memasuki musim kemarau mulai meluas, yakni mencakup sebagian kecil Sumatra, sebagian besar Jawa Tengah hingga Jawa Timur, sebagian Kalimantan Selatan, Bali, dan Papua bagian Selatan.

    Foto: Prediksi awal musim kemarau 2025, tangkapan layar bahan paparan Kepala BMKG Dwikorita Karnawati saat jumpa pers BMKG, Kamis (13/3/2025). (via zoom BMKG)
    Prediksi awal musim kemarau 2025, tangkapan layar bahan paparan Kepala BMKG Dwikorita Karnawati saat jumpa pers BMKG, Kamis (13/3/2025). (via zoom BMKG)

    Musim Kemarau Tanpa Anomali Iklim

    Dalam Analisis Dinamika Atmosfer Dasarian I Maret 2025 yang dirilis Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) pada Kamis (13/3/2025) disebutkan, hasil monitoring indeks IOD dan ENSO, Dasarian I Maret 2025 menunjukkan IOD berada pada kategori Netral dengan indeks-0.31, fase IOD Netral diprediksi akan bertahan hingga semester kedua tahun 2025.

    Sementara itu, anomali SST di Nino 3.4 menunjukkan indeks sebesar 0.30. Kondisi ini mengindikasikan ENSO Netral dan diprediksi akan tetap Netral hingga semester kedua tahun 2025.

    Deputi Bidang Klimatologi BMKG Ardhasena Sopaheluwakan menyebut musim kemarau tahun ini dengan kondisi iklim normal, tanpa pengaruh kuat dari iklim laut dari ENSO dan IOD. Artinya tanpa pengaruh anomali iklim La Nina maupun El Nino.

    Namun, sambungnya, bukan berarti tidak ada hujan karena ada beberapa wilayah Indonesia yang memiliki sifat musim kemarau di atas normal memungkinkan menerima akumulasi curah hujan musiman yang lebih tinggi dari biasanya.

    “Jadi utamanya adalah karena tidak adanya dominasi iklim global seperti El Nino, La Nina, dan IOD sehingga prediksi kami iklim tahun ini normal dan tidak sekering tahun 2023 yang berdampak pada banyak kebakaran hutan dan musim kemarau tahun 2025 cenderung mirip dengan kondisi musim kemarau tahun 2024,” kata Ardhasena.

    (dce)

  • Video: Ahok Kaget Ada Fraud Tata Kelola Minyak Mentah – Anomali Cuaca

    Video: Ahok Kaget Ada Fraud Tata Kelola Minyak Mentah – Anomali Cuaca

    Jakarta, CNBC Indonesia – Kejaksaan Agung memeriksa Basuki Tjahaja Purnama alias Ahok sebagai saksi dalam kasus dugaan korupsi tata kelola minyak mentah dan produk kilang. Pemeriksaan terkait kasus hukum di PT Pertamina Subholding dan Kontraktor Kontrak Kerja Sama (KKKS) tahun 2018-2023 ini berlangsung hingga 9 Jam. Selain itu memasuki pertengahan bulan Maret 2025 fenomena anomali iklim, La Nina, dinyatakan berakhir.

    Simak informasi selengkapnya dalam program Profit CNBC Indonesia (Jumat, 14/03/2025) berikut ini.

  • El Nino dan La Nina, BRIN: Bukti Nyata Iklim Indonesia Dinamis

    El Nino dan La Nina, BRIN: Bukti Nyata Iklim Indonesia Dinamis

    Dicuplik dari Kanal Regional, Liputan6.com, Peneliti Ahli Utama dari Pusat Riset Iklim dan Atmosfer Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) Erma Yulihastin menyebutkan otoritasnya menggunakan aplikasi berbasis web, Sadewa dan Kamajaya, untuk memitigasi potensi siklon tropis di Indonesia. Erma menjelaskan siklon tropis merupakan sistem tekanan udara rendah yang terbentuk di daerah tropis dan hanya terjadi di lautan hangat.

    “Kami memitigasi terjadinya siklon tropis di Indonesia dengan Sadewa dan Kamajaya, mengingat dampaknya dapat menyebabkan kehilangan nyawa dan kerusakan infrastruktur di daerah terdampak,” ujar Erma saat menerima kunjungan pelajar SMK Wira Buana 2 di KST Samaun Samadikun, BRIN Bandung, pada pertengahan Februari 2025.

    Erma menerangkan berdasarkan strukturnya, siklon tropis adalah daerah raksasa yang terdiri atas aktivitas awan, angin, dan badai petir yang berputar.

    Jika dipantau melalui situs zoom.earth, Erma menyebutkan bahwa siklon tropis yang terdeteksi pada pertengahan Februari 2025, diperkirakan akan mencapai Australia pada Jumat (14/2) pukul 19.00.

    “Dengan kategori 4, yang ditentukan berdasarkan kecepatan angin, perlu diwaspadai dampak yang mungkin terjadi di Indonesia. Mata badai ini selain berputar juga bergerak, menciptakan jalur panjang dari squall line (gerombolan awan) yang dapat menjangkau wilayah Indonesia,” kata Erma.

    Tercatat, dari tahun 1851 hingga 2006, badai siklon tropis belum pernah terjadi di Indonesia. Secara umum, fenomena ini terbentuk di wilayah tropis pada lintang 15–20 derajat.

    Namun, beberapa badai siklon telah terdeteksi di sekitar wilayah Indonesia dalam beberapa dekade terakhir. Indonesia pernah mengalami badai siklon pada 27 November 2001, yaitu Badai Siklon Vamei.

    “Beberapa jurnal menyebutkan bahwa peristiwa ini hanya terjadi setiap 100–400 tahun sekali di Indonesia dan diyakini tidak akan terulang. Namun, kenyataannya Badai Siklon Ingrid terjadi pada 6 Maret 2005 di sekitar wilayah Indonesia,” ungkap Erma.

    Kemudian, lanjut Erma, Siklon Tropis Dahlia pada 26 November 2017 di selatan Yogyakarta merusak sejumlah tambak, Badai Siklon Lili terjadi di Laut Arafura pada 8 Mei 2019, dan yang terbaru Siklon Tropis Seroja pada 4 April 2021. Untuk memitigasi dampak siklon tropis, Erma menuturkan BRIN mengembangkan aplikasi berbasis web untuk memantau Sadewa dan Kamanjaya yang dapat diakses oleh masyarakat umum

    “Melalui Sadewa, kami memantau pergerakan awan yang dapat memprediksi cuaca hingga tiga hari ke depan dengan pembaruan setiap jam. Sebelum Siklon Tropis Seroja terjadi pada 4 April 2021, kami telah mendeteksi dua bibit siklon yang tumbuh di Perairan Banda pada 28 Maret pukul 10.00. Sedangkan melalui Kamajaya, kami memprediksi potensi badai siklon hingga enam bulan sebelumnya, dan hal itu sudah terlihat sejak 1–10 April 2021,” jelas Erma.

    Erma berharap agar Aplikasi Sadewa dan Kamajaya ini dapat mendukung pemerintah daerah untuk mempersiapkan atau mewaspadai rangkaian siklon tropis. “Alat pantau atau prediksi udah ada dan kami sediakan, melalui presentasi ini kami mendesiminasikan untuk Masyarakat agar mengakses website tersebut dengan alat yang ada di BRIN agar lebih memahami dan mengantisipasi terjadinya musim kemarau atau hujan. Serta pemerintah daerah dapat membuat kebijakan yang melindungi Masyarakat dari bahaya siklon tropis,” tukas Erma.

  • BPS Prediksi Produksi Beras Meningkat, Pemerintah Diharapkan Serap Gabah Petani

    BPS Prediksi Produksi Beras Meningkat, Pemerintah Diharapkan Serap Gabah Petani

    Jakarta, Beritasatu.com – Badan Pusat Statistik (BPS) memperkirakan produksi beras Januari- April 2025 mencapai 13,95 juta ton beras, atau meningkat sebesar sebesar 2,88 juta ton (25,99%) dibanding Januari-April 2024. Proyeksi ini berdasarkan potensi produksi beras Januari 2025 yang sebesar 1,24 juta ton dan produksi beras Februari-April 2025 diperkirakan mencapai 12,71 juta ton.

    “Potensi produksi beras sepanjang Januari-April tahun 2025 diperkirakan menjadi yang tertinggi dalam tujuh tahun terakhir atau sejak Januari-April 2019,” ucap Kepala BPS Amalia Adininggar Widyasanti dalam konferensi pers di kantor BPS pada Senin (3/3/2025).

    Terkait hal ini, peneliti dari Center of Reform on Economic (Core) Indonesia Eliza Mardian Eliza menilai laporan BPS ini memberi sinyal positif bagi para petani. Kepastian pasar akan meningkatkan motivasi petani untuk terus menanam. Terlebih lagi, pemerintah berencana untuk menyerap gabah dari petani.

    “Jika petani mendapat kepastian pasar, mereka akan lebih bersemangat untuk menanam. Wacana pemerintah untuk menyerap gabah petani tentunya disambut baik oleh para petani,” ujar Eliza kepada wartawan, Senin (3/3/2025).

    Dia berharap agar penggiling dan pemerintah dapat memenuhi komitmennya untuk menyerap gabah petani sesuai dengan instruksi Presiden Prabowo Subianto. Dengan demikian, para petani tidak akan kecewa saat panen raya tiba.

    “Saat panen raya, pemerintah harus menepati janjinya untuk benar-benar menyerap gabah sehingga petani yang telah bekerja keras untuk menyediakan pangan dalam negeri tidak merasa dirugikan,” lanjut Eliza.

    Dia menilai kenaikan produksi padi tersebut bisa dipengaruhi oleh faktor cuaca yang mendukung, salah satunya adalah fenomena La Nina yang menyebabkan curah hujan lebih tinggi.

    “Curah hujan yang melimpah tentunya membantu pasokan air untuk irigasi. Namun jika tidak terkendali, bisa menyebabkan banjir yang akhirnya mengancam hasil panen,” jelas Eliza.

    Dikatakannya jika dibandingkan dengan tahun lalu yang masih terpengaruh El Nino 2023, pada 2025 ini akan mengalami produksi yang lebih tinggi karena kondisi cuaca yang lebih mendukung.

    Selain faktor cuaca, Eliza juga mencatat penggunaan varietas padi yang lebih unggul, yang disalurkan oleh pemerintah, turut mendongkrak produksi. Para petani kini tidak hanya bergantung pada varietas Ciherang, tetapi juga varietas padi Inpari 32 yang memiliki hasil lebih tinggi dan tahan terhadap penyakit.

    Menurutnya, perkiraan peningkatan produksi beras dan komitmen pemerintah dalam menyerap gabah petani akan membuat stok beras dalam negeri aman.

  • Cuaca Hari Ini Minggu 23 Februari 2025: Jakarta Diprediksi Diguyur Hujan – Page 3

    Cuaca Hari Ini Minggu 23 Februari 2025: Jakarta Diprediksi Diguyur Hujan – Page 3

    Liputan6.com, Jakarta Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) melaporkan, cuaca Jakarta hari ini, Minggu (23/2/2025) diprakirakan akan diguyur hujan di sepanjang wilayahnya.

    Dilansir dari laman BMKG, berpotensi terjadi hujan dengan intensitas sedang hingga lebat yang dapat disertai kilat atau petir dan angin kencang di Kota Jakarta Utara.

    “Dan dapat meluas ke wilayah kota Jakarta Pusat, kota Jakarta Utara, Kota Jakarta Selatan, dan Jakarta Timur,” demikian seperti dikutip.

    Selain wilayah Jakarta, Kabupaten Bekasi, Kabupaten Tangerang, Kota Tangerang pun juka diprakirakan akan mengalami cuaca hujan yang sama.

    Sebelumnya, Kepala Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG), Dwikorita Karnawati, mengatakan, sebagian wilayah indonesia masih mengalami puncak musim hujan dengan intensitas menengah hingga tinggi, bahkan beberapa wilayah mengalami intensitas sangat tinggi.

    Dia menyebut, hal ini karena fenomena La Nina lemah diperkirakan berlangsung hingga Mei 2025, meningkatkan intensitas hujan di Indonesia, terutama pada Maret–April 2025. Adapun, curah hujan diprediksi dalam kategori menengah hingga tinggi, dengan potensi hujan lebat disertai petir dan angin kencang di beberapa daerah.

     

  • Ada Bibit Siklon Tropis 99S Dekat NTT, Ini Dampaknya
                
                    
                        
                            Regional
                        
                        22 Februari 2025

    Ada Bibit Siklon Tropis 99S Dekat NTT, Ini Dampaknya Regional 22 Februari 2025

    Ada Bibit Siklon Tropis 99S Dekat NTT, Ini Dampaknya
    Tim Redaksi
    KUPANG, KOMPAS.com –
    Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) memperingatkan adanya
    bibit Siklon Tropis
    99 S di sekitar Samudra Hindia, persisnya sebelah selatan Provinsi Nusa Tenggara Timur (NTT), dalam beberapa hari ke depan.
    Prakirawan BMKG Stasiun Meteorologi Kelas II El Tari Kupang Natalia Ernesta Bajo mengatakan, saat ini wilayah NTT berada pada periode puncak musim hujan.
    “Jadi, masih terpantau adanya bibit Siklon Tropis 99 S di sekitar Samudra Hindia selatan NTT,” kata Natalia, kepada Kompas.com, Sabtu (22/2/2025).
    Natalia menjelaskan, kecepatan angin maksimum 25 knot atau 46 kilometer per jam dan tekanan minimum 1006 hPa dengan pergerakan ke arah barat daya.
    Selain itu kata Natalia, terpantau aktifnya Monsun Asia, Fenomena La Nina lemah dan adanya peningkatan suhu muka laut yang lebih hangat.
    Kondisi itu mengakibatkan peningkatan pertumbuhan awan hujan di wilayah NTT sehingga dapat menyebabkan hujan sedang hingga lebat yang dapat di sertai petir dan angin kencang di wilayah NTT.
    Dia pun meminta masyarakat waspadai dampak hujan sedang hingga Lebat serta angin kencang di wilayah NTT, dari hari ini hingga tanggal 24 Februari 2025 mendatang.
    Hujan itu, tentunya dapat menyebabkan bencana hidrometeorologi seperti banjir, banjir bandang, tanah longsor, pohon tumbang, jalan licin dan kerusakan pada bangunan atau fasilitas umum.(K57-12).
    Copyright 2008 – 2025 PT. Kompas Cyber Media (Kompas Gramedia Digital Group). All Rights Reserved.