Topik: La Nina

  • BMKG Peringatkan Cuaca Ekstrem Selama Libur Nataru 2025

    BMKG Peringatkan Cuaca Ekstrem Selama Libur Nataru 2025

    Jakarta: Libur Natal 2024 dan Tahun Baru 2025 (Nataru) diwarnai peringatan dini dari Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG). Kepala BMKG, Dwikorita Karnawati, meminta masyarakat untuk meningkatkan kewaspadaan terhadap potensi cuaca ekstrem yang dapat memicu berbagai bencana hidrometeorologi, seperti banjir, banjir bandang, dan tanah longsor.

    Fenomena La Nina menjadi salah satu penyebab utama dengan potensi peningkatan curah hujan hingga 20-40 persen. Kondisi ini diperparah oleh dinamika atmosfer lainnya, seperti Madden-Julian Oscillation (MJO) dan Cold Surge, yang memengaruhi intensitas curah hujan di banyak wilayah Indonesia. 

    “Kami mewanti-wanti masyarakat untuk lebih waspada. Cuaca ekstrem berpotensi berdampak signifikan, terutama selama periode Nataru,” ujar Dwikorita dalam siaran pers, Senin 25 Noember 2024.

    Baca juga: BMKG Peringatkan Cuaca Ekstrem Selama Libur Nataru 2025

    Tak hanya itu, BMKG juga memberikan peringatan kepada pelaku industri pelayaran, angkutan penyeberangan, dan nelayan terkait risiko gelombang tinggi di laut yang dipicu oleh fenomena Cold Surge. 

    “Peringatan dini ini penting untuk mencegah kecelakaan laut selama periode liburan,” tambahnya.

    Deputi Klimatologi BMKG, Ardhasena, menambahkan bahwa puncak musim hujan di Indonesia diprediksi terjadi pada November 2024 hingga Februari 2025. Wilayah seperti Sumatera, pesisir selatan Jawa, dan Kalimantan akan mengalami curah hujan tertinggi pada November-Desember 2024, sementara Lampung, utara Jawa, Bali, NTB, NTT, dan Papua akan mencapai puncaknya pada Januari-Februari 2025.

    Deputi Meteorologi BMKG, Guswanto, juga menambahkan saat ini ada dua bibit siklon tropis yang terpantau, yaitu Bibit Siklon Tropis 96S di Samudra Hindia barat daya Bengkulu dan Bibit Siklon Tropis 99B di barat Aceh. Kedua siklon ini meningkatkan risiko hujan lebat, kilat, dan angin kencang di wilayah barat Indonesia.

    BMKG meminta pemerintah daerah untuk meningkatkan kesiapsiagaan, mengecek infrastruktur kebencanaan, dan melakukan langkah antisipasi yang lebih komprehensif. Masyarakat juga diimbau memanfaatkan informasi cuaca dari aplikasi @infobmkg untuk mendapatkan data terkini terkait kondisi cuaca dan potensi bencana.

    BMKG berharap peringatan ini dapat membantu mengurangi risiko bencana dan melindungi keselamatan masyarakat selama periode liburan akhir tahun.

    Jakarta: Libur Natal 2024 dan Tahun Baru 2025 (Nataru) diwarnai peringatan dini dari Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG). Kepala BMKG, Dwikorita Karnawati, meminta masyarakat untuk meningkatkan kewaspadaan terhadap potensi cuaca ekstrem yang dapat memicu berbagai bencana hidrometeorologi, seperti banjir, banjir bandang, dan tanah longsor.
     
    Fenomena La Nina menjadi salah satu penyebab utama dengan potensi peningkatan curah hujan hingga 20-40 persen. Kondisi ini diperparah oleh dinamika atmosfer lainnya, seperti Madden-Julian Oscillation (MJO) dan Cold Surge, yang memengaruhi intensitas curah hujan di banyak wilayah Indonesia. 
     
    “Kami mewanti-wanti masyarakat untuk lebih waspada. Cuaca ekstrem berpotensi berdampak signifikan, terutama selama periode Nataru,” ujar Dwikorita dalam siaran pers, Senin 25 Noember 2024.
    Baca juga: BMKG Peringatkan Cuaca Ekstrem Selama Libur Nataru 2025
     
    Tak hanya itu, BMKG juga memberikan peringatan kepada pelaku industri pelayaran, angkutan penyeberangan, dan nelayan terkait risiko gelombang tinggi di laut yang dipicu oleh fenomena Cold Surge. 
     
    “Peringatan dini ini penting untuk mencegah kecelakaan laut selama periode liburan,” tambahnya.
     
    Deputi Klimatologi BMKG, Ardhasena, menambahkan bahwa puncak musim hujan di Indonesia diprediksi terjadi pada November 2024 hingga Februari 2025. Wilayah seperti Sumatera, pesisir selatan Jawa, dan Kalimantan akan mengalami curah hujan tertinggi pada November-Desember 2024, sementara Lampung, utara Jawa, Bali, NTB, NTT, dan Papua akan mencapai puncaknya pada Januari-Februari 2025.
     
    Deputi Meteorologi BMKG, Guswanto, juga menambahkan saat ini ada dua bibit siklon tropis yang terpantau, yaitu Bibit Siklon Tropis 96S di Samudra Hindia barat daya Bengkulu dan Bibit Siklon Tropis 99B di barat Aceh. Kedua siklon ini meningkatkan risiko hujan lebat, kilat, dan angin kencang di wilayah barat Indonesia.
     
    BMKG meminta pemerintah daerah untuk meningkatkan kesiapsiagaan, mengecek infrastruktur kebencanaan, dan melakukan langkah antisipasi yang lebih komprehensif. Masyarakat juga diimbau memanfaatkan informasi cuaca dari aplikasi @infobmkg untuk mendapatkan data terkini terkait kondisi cuaca dan potensi bencana.
     
    BMKG berharap peringatan ini dapat membantu mengurangi risiko bencana dan melindungi keselamatan masyarakat selama periode liburan akhir tahun.
     
    Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
    dan follow Channel WhatsApp Medcom.id

    (DHI)

  • BMKG Beri Peringatan Dampak La Nina di RI, Kapan Berakhir?

    BMKG Beri Peringatan Dampak La Nina di RI, Kapan Berakhir?

    Jakarta, CNBC Indonesia – Wilayah Indonesia, termasuk Jakarta, akhir-akhir ini sering diguyur hujan sedang hingga lebat. Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) mengatakan fenomena La Nina Lemah yang tengah berlangsung menyebabkan potensi penambahan curah hujan hingga 20-40 persen.

    BMKG mengingatkan masyarakat agar terus mewaspadai fenomena masuknya musim hujan yang bergandengan dengan La Nina Lemah. Menurut prediksi BMKG, fenomena ini berlangsung mulai November 2024 sampai setidaknya Maret atau April 2025 mendatang.

    “Kami mengimbau masyarakat untuk mempersiapkan diri menghadapinya karena fenomena ini dapat berdampak signifikan pada kondisi cuaca. Utamanya bagi masyarakat yang bermukim di wilayah perbukitan, lereng-lereng gunung, dataran tinggi, juga sepanjang bantaran sungai,” kata Kepala BMKG, Dwikorita Karnawati, dikutip dari laman resmi BMKG, Senin (25/11/2024).

    Dwikorita mengatakan fenomena La Nina berpotensi mengakibatkan berbagai bencana hidrometeorologi, seperti banjir, banjir bandang, tanah longsor, angin kencang, dan puting beliung.

    Ia mengatakan bencana banjir lahar hujan berpotensi terjadi ketika air hujan bercampur dengan material vulkanik dari gunung berapi berupa pasir, abu, dan bebatuan serta kayu atau pohon, terutama untuk gunung api yang saat ini sedang atau baru saja mengalami erupsi.

    Maka dari itu, menurutnya, dibutuhkan kewaspadaan dan kesiap-siagaan seluruh komponen baik pemerintah pusat, pemerintah daerah, maupun masyarakat.

    Dwikorita menjelaskan bahwa beberapa faktor utama yang mempengaruhi cuaca dan iklim di Indonesia pada tahun 2025 adalah penyimpangan suhu muka laut di Samudra Pasifik, Samudra Hindia, dan perairan Indonesia.

    Penyimpangan suhu di wilayah ini berhubungan erat dengan fenomena La Nina Lemah, yang berpotensi menyebabkan peningkatan curah hujan di Indonesia. Selain itu, fenomena Indian Ocean Dipole (IOD) juga memeengaruhi distribusi hujan di wilayah Indonesia.

    Berdasarkan analisis dinamika atmosfer dan lautan, BMKG memprediksi sebagian besar wilayah Indonesia pada 2025 akan mengalami curah hujan tahunan dalam kategori normal, dengan jumlah berkisar antara 1.000 hingga 5.000 mm per tahun.

    Sebanyak 67% wilayah Indonesia diprediksi akan menerima curah hujan lebih dari 2.500 mm per tahun (kategori tinggi), meliputi sebagian besar Aceh, Sumatera Utara, Sumatera Barat, Riau bagian barat, Jambi, Bengkulu, Sumatera Selatan, Bangka Belitung, Lampung bagian utara, sebagian besar Kalimantan, Sulawesi bagian tengah dan selatan, serta sebagian besar wilayah Papua.

    Sementara itu, 15% wilayah diprediksi mengalami curah hujan di atas normal, termasuk sebagian kecil Sumatera, Kalimantan Timur, Sulawesi Tengah, Sulawesi Selatan, Sulawesi Tenggara, Nusa Tenggara Timur, Kepulauan Maluku, dan Papua bagian tengah.

    Di sisi lain, 1% wilayah Indonesia diprediksi akan mengalami curah hujan di bawah normal, seperti di Sumatera Selatan bagian barat, Nusa Tenggara Timur, dan Maluku Utara.

    Dampak Positif La Nina

    Meski berpotensi menimbulkan bencana hidrometeorologi, lanjut Dwikorita, apabila dimitigasi dengan tepat, fenomena La Nina Lemah disebutnya memiliki sejumlah peluang positif yang dapat dimanfaatkan untuk kesejahteraan masyarakat. Menurutnya, keberlimpahan air hujan akibat La Nina dapat dimanfaatkan secara optimal guna mendukung ketahanan pangan dan air serta energi.

    Di sektor pertanian, papar Dwikorita, petani memiliki peluang percepatan tanam, perluasan area tanam padi baik di lahan sawah irigasi, tadah hujan, maupun ladang. Tentunya, kata Dwikorita, hal ini selaras dengan Program Asta Cita yang digagas Presiden Prabowo Subianto dan Wakil Presiden Gibran Rakabuming Raka yang berkeinginan Indonesia memiliki ketahanan pangan yang kuat dan mencapai swasembada pangan.

    Tidak hanya itu, dengan langkah mitigasi yang tepat, lanjut dia, tingginya curah hujan akibat La Nina juga bermanfaat dalam meningkatkan kapasitas tampungan air di bendungan dan waduk, yang akan mendukung operasional pembangkit listrik tenaga air secara maksimum sehingga menjamin pasokan energi listrik. Masyarakat, tambah dia, dapat memanen air hujan atau rainwater harvesting dan digunakan saat musim kemarau tiba guna mengantisipasi kekeringan.

    “Untuk itu, penting untuk terus menjaga kualitas infrastruktur seperti bendungan dan waduk agar siap digunakan sepanjang tahun. Selain itu, optimalisasi drainase dan tampungan air harus disiapkan guna menghadapi musim kemarau berikutnya,” tuturnya.

    Sementara itu, Deputi Bidang Klimatologi BMKG, Ardhasena Sopaheluwakan, mengatakan bahwa BMKG mendukung penuh program Asta Cita yang digulirkan Presiden Prabowo Subianto untuk mencapai ketahanan pangan, air, dan energi melalui penyediaan informasi cuaca, iklim, dan potensi bencana yang cepat, tepat, dan akurat.

    Ardhasena menyampaikan, bahwa selama ini BMKG telah menyediakan berbagai layanan iklim yang dapat membantu petani dalam merencanakan musim tanam. Prediksi curah hujan 10 harian, bulanan hingga enam bulan ke depan yang dikeluarkan BMKG memungkinkan petani mengatur pola tanam sesuai dengan kondisi iklim yang terus berubah.

    “Dalam satu dasawarsa terakhir, BMKG dengan berbagai pihak terkait, juga telah membina lebih dari 20.000 petani melalui program Sekolah Lapang Iklim (SLI). Program ini bertujuan untuk membantu petani memahami data iklim yang relevan dan mengambil keputusan strategis, mulai dari waktu tanam hingga pemilihan komoditas yang tepat,” paparnya.

    Sedangkan pada sektor energi, kata Ardhasena, BMKG menyediakan data radiasi matahari dan kecepatan angin guna mendukung optimalisasi pemanfaatan energi terbarukan. Dengan informasi tersebut, Indonesia dapat meningkatkan ketahanan pangan, menjaga ketersediaan air, dan memaksimalkan potensi energi terbarukan secara berkelanjutan.

    “Informasi iklim yang kami sampaikan harus diikuti oleh tindakan lanjut dari sektor terkait. Kami mendorong kementerian/lembaga/daerah dalam penyusunan program dan kebijakan bisa menyesuaikan prediksi iklim yang kami berikan. Tidak hanya antisipasi dan mitigasi bencana, namun juga berbagai sektor lainnya seperti transportasi, pembangunan infrastruktur, pertanian dan kehutanan, kelautan dan perikanan, tata ruang, kesehatan, pariwisata, industri, hingga pertahanan keamanan,” ia memungkasi.

    (fab/fab)

  • BMKG Wanti-wanti Cuaca Ekstrem Jelang Libur Natal dan Tahun Baru

    BMKG Wanti-wanti Cuaca Ekstrem Jelang Libur Natal dan Tahun Baru

    Jakarta

    Menjelang libur Natal dan Tahun Baru, Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) mewanti-wanti potensi cuaca ekstrem. Kondisi tersebut dipicu sejumlah faktor termasuk salah satunya fenomena La Nina, yang berimbas pada penambahan potensi curah hujan hingga 20 sampai 40 persen.

    Kepala BMKG Dwikorita Karnawati memprediksi cuaca ekstrem akan terjadi selama periode Natal 2024 dan Tahun Baru 2025, berlangsung dari akhir tahun hingga setidaknya April 2025. Menurut Dwikorita, ada pemicu lain yakni dinamika atmosfer yang aktif bersamaan pada pariode Nataru, yakni Madden Julian Oscillation (MJO) dan Cold Surfe, bergerak dari daratan Asia (Siberia) menuju wilayah barat Indonesia.

    Walhasil, intensitas dan volume curah hujan semakin tinggi di berbagai wilayah Indonesia.

    “Untuk itu, kami mewanti-wanti masyarakat untuk mewaspadai potensi cuaca ekstrem yang dapat berdampak pada bencana hidrometeorologi di wilayah Indonesia seperti banjir, banjir bandang, dan tanah longsor, khususnya pada periode Nataru 2024/2025,” ungkap Dwikorita di Jakarta, Sabtu (23/11/2024).

    Dalam kesempatan yang sama, Deputi Bidang Meteorologi BMKG Guswanto menambahkan adanya bibit siklon tropis 96S dan 99B berdampak langsung pada cuaca dan perairan di wilayah Indonesia bagian barat. Fenomena lain yang tengah aktif yaitu MJO, Gelombang Rossby, Kelvin.

    “Sehingga dalam beberapa pekan ke depan masyarakat perlu meningkatkan kewaspadaan dan antisipasi dini terhadap potensi cuaca ekstrem seperti hujan lebat yang dapat disertai kilat/petir dan angin kencang,” beber dia.

    “Hujan sedang hingga lebat diprediksi terjadi di hampir seluruh wilayah Indonesia. Untuk itu, kepada pemerintah daerah diharapkan meningkatkan kesiap-siagaan dengan mengecek kembali sarana dan prasarana kebencanaan yang dimiliki serta melakukan langkah antisipasi yang lebih komprehensif agar potensi bahaya bencana bisa diminimalkan,” lanjut Guswanto.

    Penyakit yang Mengintai di Musim Hujan

    Pakar mengingatkan sejumlah penyakit yang bisa muncul di cuaca ekstrem termasuk DBD, infeksi saluran pernapasan atas (ISPA), pneumonia, hingga COVID-19. Selain itu ada risiko peningkatan infeksi usus yang bisa terjadi di musim hujan.

    “Ya karena kondisi saat ini memang menyebabkan terjadi peningkatan infeksi usus di masyarakat,” kata dokter spesialis penyakit dalam subspesialis konsultan gastroenterologi dan hepatologi Ari Fahrial Syam beberapa waktu lalu.

    “Cuaca yang tidak stabil, berpolusi, dan angin yang cukup kencang bisa membuat lingkungan tidak sehat. Makanan pun dengan mudah terkontaminasi berbagai zat kotor dan bakteri dari polusi yang terbawa angin. Termakan manusia, bakteri atau virusnya masuk ke usus, jadi membuat sakit. Salah satunya diare,” kata dia.

    (naf/kna)

  • BMKG Keluarkan Imbauan Waspada Cuaca Ekstrem di Labuan Bajo Saat Libur Nataru

    BMKG Keluarkan Imbauan Waspada Cuaca Ekstrem di Labuan Bajo Saat Libur Nataru

    Jakarta, Beritasatu.com – Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) mengeluarkan imbauan waspada terkait potensi cuaca ekstrem selama periode Natal 2024 dan Tahun Baru 2025 (Nataru), sekaligus meminta masyarakat bisa mengantisipasi kondisi tersebut.

    Peringatan dini ini disampaikan untuk mengantisipasi dan meminimalisir potensi terjadinya kecelakaan. Masyarakat juga bisa mengakses informasi cuaca 24 jam penuh melalui platform @infobmkg.

    Disebutkan kondisi itu dipicu oleh sejumlah faktor, di antaranya fenomena La Nina yang mengakibatkan potensi penambahan curah hujan hingga 20-40%. Fenomena ini akan berlangsung mulai akhir 2024 hingga setidaknya April 2025.

    Plt Direktur Utama Badan Pelaksana Otorita Labuan Bajo Flores (BPOLBF) Frans Teguh mengingatkan, seluruh wisatawan dan masyarakat mengenai potensi cuaca ekstrem yang dapat terjadi di kawasan wisata Labuan Bajo Flores dan sekitarnya.

    BPOLBF akan bekerja sama dan akan terus berkoordinasi dengan BMKG Kabupaten Manggarai Barat, Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) Kabupaten Manggarai Barat, Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kab Manggarai Barat, dan Kantor Kesyahbandaran dan Otoritas Pelabuhan (KSOP) Kelas III Labuan Bajo, Dinas Perhubungan Kab Manggarai Barat serta stakeholder terkait.

    “Kami akan memastikan bahwa informasi terkait cuaca ekstrem dan potensi bencana alam akan terus diperbarui dan dapat diakses oleh seluruh pihak yang berkepentingan,” kata Frans kepada wartawan Senin (25/11/2024).

    Adapun beberapa imbauan yang ditekan untuk menghadapi potensi cuaca ekstrem di kawasan destinasi wisata Labuan Bajo Flores dan sekitarnya, yaitu potensi cuaca ekstrem pada masa libur panjang Nataru.

    “Para wisatawan diharapkan untuk memperhatikan peringatan cuaca yang diberikan oleh pihak berwenang demi keselamatan bersama sebelum merencanakan aktivitas wisata,” jelas dia.

    Sebagai bentuk antisipasi, seluruh stakeholder kepariwisataan akan bekerja sama dalam meningkatkan upaya mitigasi di seluruh kawasan wisata yang rawan, terutama guna memperkuat resiliensi destinasi dalam menghadapi potensi cuaca ekstrem dan bencana alam.

    Langkah-langkah mitigasi ini diharapkan dapat mengurangi risiko yang ada dan memastikan kelancaran aktivitas pariwisata selama libur panjang.

    Wisatawan diminta untuk mematuhi arahan petugas setempat dan menghindari daerah-daerah yang rawan terdampak bencana.

    “Keamanan dan keselamatan adalah prioritas utama, sehingga diharapkan semua pihak dapat bekerja sama untuk menjaga keselamatan bersama,” tutup Frans Teguh.

    BPOLBF mengimbau seluruh wisatawan dan masyarakat untuk selalu waspada dan berhati-hati dalam beraktivitas ditengah potensi cuaca ekstrem dan bencana, khususnya pada momen nataru.
     

  • La Nina Berlangsung hingga April 2025, Waspadai Bencana Hidrometeorologi

    La Nina Berlangsung hingga April 2025, Waspadai Bencana Hidrometeorologi

    Jakarta, Beritasatu.com – Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) mengingatkan masyarakat untuk bersiap menghadapi musim hujan yang bersamaan dengan fenomena la nina lemah. Fenomena ini diperkirakan akan meningkatkan curah hujan sebesar 20%-40% dan berlangsung hingga Maret atau April 2025.

    La nina sendiri merupakan anomali iklim global yang terjadi akibat penurunan suhu permukaan laut di Samudra Pasifik hingga lebih dingin dari biasanya.

    “Kami mengimbau masyarakat untuk lebih siaga, terutama yang tinggal di daerah perbukitan, lereng gunung, dataran tinggi, serta di sepanjang bantaran sungai,” ujar Kepala BMKG Dwikorita Karnawati dalam keterangan resminya, dikutip Senin (25/11/2024).

    Dwikorita menambahkan, la nina dapat memicu bencana hidrometeorologi, seperti banjir, tanah longsor, banjir bandang, angin kencang, dan puting beliung. Ia juga mengingatkan potensi banjir lahar hujan, terutama di area gunung berapi yang baru mengalami erupsi.

    Berdasarkan analisis BMKG, sebagian besar wilayah Indonesia pada 2025 akan mengalami curah hujan tahunan dalam kategori normal, yakni 1.000-5.000 mm per tahun. Sekitar 67% wilayah akan mengalami curah hujan tinggi (di atas 2.500 mm per tahun), dan 15% wilayah diperkirakan mengalami curah hujan di atas normal. Hanya 1% wilayah yang diprediksi mengalami curah hujan di bawah normal.

    Meskipun berisiko menimbulkan bencana, Dwikorita menyebut fenomena la nina juga membawa peluang positif apabila dikelola dengan benar. Curah hujan tinggi dapat dimanfaatkan untuk mendukung ketahanan pangan, air, dan energi.

  • Pelajaran banjir dari Spanyol bagi pengelolaan lahan di Indonesia

    Pelajaran banjir dari Spanyol bagi pengelolaan lahan di Indonesia

    Jakarta (ANTARA) – Bagi Spanyol pentas kejuaraan dunia MotoGP 2024 telah menjadi saksi suka dan duka yang bergabung menjadi satu.

    Bangsa Spanyol layak bersukacita karena pada 17 November 2024 silam salah seorang anak bangsanya, Jorge Martin, dinobatkan sebagai Juara Dunia MotoGP 2024.

    Martin mampu mengalahkan pesaing terberatnya Francesco Bagnaia dari Italia yang juga Juara Dunia MotoGP 2022 dan 2023. Martin menjadi penghibur atas duka Spanyol karena banjir bandang dua pekan sebelumnya.

    Dua pekan sebelumnya, yakni pada 29-30 Oktober 2024, kota Valencia dan sekitarnya di Spanyol diterjang banjir dahsyat yang merengut nyawa 226 orang dengan kerugian ekonomi mencapai Rp342 triliun.

    Sirkuit MotoGP Valencia juga rusak berat sehingga pentas MotoGP dialihkan ke Kota Catalunya, Barcelona.

    Penyelanggara lantas membuat tema balapan ‘Solidarity GP of Barcelona 2024: Racing for Valencia’ dengan menyisihkan hasil penjualan tiket untuk korban banjir. Membeli tiket MotoGP bermakna menyumbang untuk Valencia.

    Banjir yang didorong oleh badai Dana itu memang tak terduga bagi masyarakat awam. Badan Cuaca Nasional Spanyol (Aemet) mencatat wilayah Valencia diguyur hujan yang jumlahnya di atas normal yaitu setara curah hujan dalam setahun hanya dalam waktu delapan jam.

    Tinggi curah hujan sebanyak 491 mm setara dengan volume 491 Liter air pada luasan satu meter persegi. Curah hujan tersebut termasuk dalam kategori hujan ekstrem (curah hujan > 150 mm).

    Akibatnya, bencana banjir bandang tidak dapat dihindari. Dalam sekejap wilayah Valencia bak danau besar yang menelan jalanan dan pemukiman setempat.

    Citra Satelit Landsat 9 dari United States Geological Survey (USGS) yang diolah oleh Badan Antariksa Eropa (ESA) memantau area banjir sebelum dan sesudah kejadian banjir bandang.

    Dalam citra satelit itu, tampak wilayah yang terkena bencana berada di sekitar laguna Albufera. Aliran air sungai dari hulu menuju hilir begitu besar sehingga meluap menutupi sebagian besar wilayah hilir di Alzira.

    Wilayah terpapar banjir bandang seperti Andalusia, Murcia, dan Valencia yang merupakan pemasok hasil pertanian terbesar ke pasar Eropa menjadi terendam.

    Spanyol, negara dengan lahan pertanian terluas di Eropa. Di kala normal negara tersebut sangat membutuhkan air dengan jumlah yang sangat besar untuk menghidupi wilayah pertaniannya.
    Namun, ketika banjir besar terjadi, kapasitas lahan tak lagi mampu menopang jumlah air yang sangat melimpah.

    Spanyol memang sangat tergantung pada tanahnya. Perserikatan Bangsa Bangsa (PBB) telah memperkirakan bahwa 74 persen wilayah di Spanyol telah mengalami proses gurunisasi dan 18 persen di antaranya telah mengalami proses gurun secara permanen.

    Dua bulan sebelum banjir bandang terjadi, sebuah saluran Youtube dengan nama Geografyi telah mengingatkan bahwa wilayah Spanyol akan diprediksi menjadi gurun karena proses gurunisasi.

    Maksud gurunisasi adalah terjadinya degradasi tanah. Hal itu merupakan sebuah proses menurunnya kesuburan dan kualitas, serta kemampuan tanah.

    Degradasi lahan mengancam keberlangsungan kehidupan pada lahan-lahan pertanian. Semula lahan-lahan di Spanyol merupakan kebun tanaman tahunan yang tidak membutuhkan air banyak seperti zaitun, jeruk, dan anggur.

    Kini lahan-lahan tersebut telah berubah secara masif menjadi lahan pertanian tanaman pangan semusim yang sangat membutuhkan banyak air. Spanyol memenuhi kebutuhan itu melalui saluran irigasi.

    Kebutuhan air bersih di Spanyol semakin meningkat dengan bertambahnya penduduk dan perluasan lahan pertanian semusim.

    Perencanaan yang kurang cermat membuat ketika terjadi badai Dana, maka lahan tak mampu meresapkan air ke dalam tanah atau menahan air meluap ke luar jaringan irigasi.

    Kondisi di wilayah hulu Spanyol yang sudah mengalami perubahan drastis memperparah keadaan saat curah hujan ekstrem terjadi yang mengakibatkan terjadinya banjir bandang tersebut.

    Kondisi tanah di Indonesia

    Potensi banjir bandang juga banyak terjadi di wilayah Indonesia. Tanah-tanah di Indonesia didominasi oleh tanah-tanah vulkanik yang bersifat muda terutama di Pulau Jawa dan Sumatera, sedangkan di Kalimantan wilayahnya didominasi bentang lahan tektonik yang berbahan induk batuliat dan batupasir di daerah hulu dan alluvial di daerah hilir.

    Lahan-lahan tersebut awalnya banyak yang berupa hutan, terutama di Pulau Kalimantan sebelumnya berupa hutan hujan tropis dan terkenal menjadi paru-paru dunia.

    Lazimnya di wilayah yang sebelumnya berupa hutan hujan tropis terdapat siklus curah hujan yang tinggi.

    Ketika hutan-hutan primer masih hijau dengan fungsi yang baik sebagai penyeimbang alam, potensi banjir dari curah hujan ekstrem dan di atas normal dapat dihindari.

    Kini luas hutan primer sudah semakin berkurang akibat alih fungsi lahan. Hutan sekunder yang ada saat ini tidak lagi mampu menanggung beban alam jika terjadi kejadian hujan di atas normal.

    Demikian pula telah terjadi percepatan alih fungsi lahan di wilayah hulu yang sangat masif. Banjir bandang dapat berpotensi terjadi di masa depan jika manusia, si pengelola Bumi, abai dalam masalah kerusakan lingkungan.

    Terlebih pada Januari hingga Maret 2025 diperkirakan La Nina tiba di Indonesia, musim basah, sehingga persiapan mencegah bencana layak dilakukan.

    Pengembangan kawasan pertanian tanaman pangan, perkebunan, permukiman, perdesaan, perkotaan, dan industri mesti dirancang mengikuti kaidah lingkungan agar keberlanjutan tetap dapat dijaga.

    Manusia seringkali lupa atas historis lahan-lahan tersebut sebelum dialihfungsikan, sehingga alam kemudian mengembalikannya sedemikian rupa melalui caranya sendiri.

    Hal penting dan pelajaran yang dapat diambil dari kasus banjir bandang Spanyol adalah pentingnya memahami sejarah sebuah lahan sebagai bekal menjaga kualitas serta kemampuan lahan yang beralih fungsi.

    Kemudian pengembangan lahan pertanian, permukiman, perdesaan, perkotaan bahkan kawasan industri idealnya tetap mempertahankan tanaman tahunan di sekitarnya sebagai penyangga.

    Lalu penting dilakukan percepatan reboisasi dan reklamasi yang secara parsial dan terukur; dan hindari kebijakan perubahan bentang lahan secara mendadak dalam skala luas dan masif.

    Perubahan bentang alam sebaiknya lakukan secara bertahap sesuai dengan daya dukung lahan dan lingkungan setempat serta pembangunan kawasan penyangganya. Dengan pelajaran tersebut bencana banjir bandang dapat dihindari di kemudian hari.

    *) Penulis adalah Peneliti di Pusat Riset Tanaman Pangan, BRIN.

    Copyright © ANTARA 2024

  • BMKG: Waspada Bencana Hidrometeorologi Hingga April 2025, Akibat La Nina!

    BMKG: Waspada Bencana Hidrometeorologi Hingga April 2025, Akibat La Nina!

    Bisnis.com, JAKARTA – Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) mengimbau masyarakat untuk mewaspadai fenomena masuknya musim hujan yang bersamaan dengan La Nina Lemah.

    Hal ini mengakibatkan potensi penambahan curah hujan hingga 20-40 persen. Fenomena ini berlangsung mulai November atau akhir tahun 2024 hingga setidaknya Maret atau April 2025.

    Sebagai informasi, La Nina adalah fenomena anomali iklim global yang diakibatkan oleh suhu permukaan laut di Samudra Pasifik yang mendingin, lebih dingin dibandingkan biasanya.

    “Kami mengimbau masyarakat untuk mempersiapkan diri menghadapinya karena fenomena ini dapat berdampak signifikan pada kondisi cuaca. Utamanya bagi masyarakat yang bermukim di wilayah perbukitan, lereng-lereng gunung, dataran tinggi, juga sepanjang bantaran sungai,” ungkap Kepala BMKG, Dwikorita Karnawati dilansir dari laman resmi BMKG.

    Dwikorita mengatakan, fenomena La Nina ini berpotensi mengakibatkan berbagai bencana hidrometeorologi, seperti banjir, banjir bandang, tanah longsor, angin kencang, dan puting beliung.

    Termasuk, kata dia, bencana banjir lahar hujan yang berpotensi terjadi ketika air hujan bercampur dengan material vulkanik dari gunung berapi berupa pasir, abu, dan bebatuan serta kayu atau pohon, terutama untuk gunung api yang saat ini sedang atau baru saja mengalami erupsi. Maka dari itu, menurutnya, dibutuhkan kewaspadaan dan kesiap-siagaan seluruh komponen baik pemerintah pusat, pemerintah daerah, maupun masyarakat.

    Dwikorita menjelaskan bahwa beberapa faktor utama yang mempengaruhi cuaca dan iklim di Indonesia pada tahun 2025 adalah penyimpangan suhu muka laut di Samudra Pasifik, Samudra Hindia, dan perairan Indonesia. Penyimpangan suhu di wilayah ini berhubungan erat dengan fenomena La Nina Lemah, yang berpotensi menyebabkan peningkatan curah hujan di Indonesia. Selain itu, fenomena Indian Ocean Dipole (IOD) juga mempengaruhi distribusi hujan di wilayah Indonesia.

    Berdasarkan analisis dinamika atmosfer dan lautan, BMKG memprediksi sebagian besar wilayah Indonesia pada 2025 akan mengalami curah hujan tahunan dalam kategori normal, dengan jumlah berkisar antara 1.000 hingga 5.000 mm per tahun. Sebanyak 67% wilayah Indonesia diprediksi akan menerima curah hujan lebih dari 2.500 mm per tahun (kategori tinggi), meliputi sebagian besar Aceh, Sumatera Utara, Sumatera Barat, Riau bagian barat, Jambi, Bengkulu, Sumatera Selatan, Bangka Belitung, Lampung bagian utara, sebagian besar Kalimantan, Sulawesi bagian tengah dan selatan, serta sebagian besar wilayah Papua.

    Sementara itu, 15% wilayah diprediksi mengalami curah hujan di atas normal, termasuk sebagian kecil Sumatera, Kalimantan Timur, Sulawesi Tengah, Sulawesi Selatan, Sulawesi Tenggara, Nusa Tenggara Timur, Kepulauan Maluku, dan Papua bagian tengah. Di sisi lain, 1% wilayah Indonesia diprediksi akan mengalami curah hujan di bawah normal, seperti di Sumatera Selatan bagian barat, Nusa Tenggara Timur, dan Maluku Utara.

    Dampak Positif La Nina

    Meski berpotensi menimbulkan bencana hidrometeorologi, lanjut Dwikorita, apabila dimitigasi dengan tepat, fenomena La Nina Lemah disebutnya memiliki sejumlah peluang positif yang dapat dimanfaatkan untuk kesejahteraan masyarakat. Menurutnya, keberlimpahan air hujan akibat La Nina dapat dimanfaatkan secara optimal guna mendukung ketahanan pangan dan air serta energi.

    Di sektor pertanian, papar Dwikorita, petani memiliki peluang percepatan tanam, perluasan area tanam padi baik di lahan sawah irigasi, tadah hujan, maupun ladang. Tentunya, kata Dwikorita, hal ini selaras dengan Program Asta Cita yang digagas Presiden Prabowo Subianto dan Wakil Presiden Gibran Rakabuming Raka yang berkeinginan Indonesia memiliki ketahanan pangan yang kuat dan mencapai swasembada pangan.

    Tidak hanya itu, dengan langkah mitigasi yang tepat, lanjut dia, tingginya curah hujan akibat La Nina juga bermanfaat dalam meningkatkan kapasitas tampungan air di bendungan dan waduk, yang akan mendukung operasional pembangkit listrik tenaga air secara maksimum sehingga menjamin pasokan energi listrik. Masyarakat, tambah dia, dapat memanen air hujan atau rainwater harvesting dan digunakan saat musim kemarau tiba guna mengantisipasi kekeringan.

    “Untuk itu, penting untuk terus menjaga kualitas infrastruktur seperti bendungan dan waduk agar siap digunakan sepanjang tahun. Selain itu, optimalisasi drainase dan tampungan air harus disiapkan guna menghadapi musim kemarau berikutnya,” tuturnya.

    Sementara itu, Deputi Bidang Klimatologi BMKG, Ardhasena Sopaheluwakan, mengatakan bahwa BMKG mendukung penuh program Asta Cita yang digulirkan Presiden Prabowo Subianto untuk mencapai ketahanan pangan, air, dan energi melalui penyediaan informasi cuaca, iklim, dan potensi bencana yang cepat, tepat, dan akurat.

    Ardhasena menyampaikan, bahwa selama ini BMKG telah menyediakan berbagai layanan iklim yang dapat membantu petani dalam merencanakan musim tanam. Prediksi curah hujan 10 harian, bulanan hingga enam bulan ke depan yang dikeluarkan BMKG memungkinkan petani mengatur pola tanam sesuai dengan kondisi iklim yang terus berubah.

    “Dalam satu dasawarsa terakhir, BMKG dengan berbagai pihak terkait, juga telah membina lebih dari 20.000 petani melalui program Sekolah Lapang Iklim (SLI). Program ini bertujuan untuk membantu petani memahami data iklim yang relevan dan mengambil keputusan strategis, mulai dari waktu tanam hingga pemilihan komoditas yang tepat,” paparnya.

    Sedangkan pada sektor energi, kata Ardhasena, BMKG menyediakan data radiasi matahari dan kecepatan angin guna mendukung optimalisasi pemanfaatan energi terbarukan. Dengan informasi tersebut, Indonesia dapat meningkatkan ketahanan pangan, menjaga ketersediaan air, dan memaksimalkan potensi energi terbarukan secara berkelanjutan.

    “Informasi iklim yang kami sampaikan harus diikuti oleh tindakan lanjut dari sektor terkait. Kami mendorong kementerian/lembaga/daerah dalam penyusunan program dan kebijakan bisa menyesuaikan prediksi iklim yang kami berikan. Tidak hanya antisipasi dan mitigasi bencana, namun juga berbagai sektor lainnya seperti transportasi, pembangunan infrastruktur, pertanian dan kehutanan, kelautan dan perikanan, tata ruang, kesehatan, pariwisata, industri, hingga pertahanan keamanan,” pungkasnya. 

  • BMKG Minta Warga Waspada Potensi Cuaca Ekstrem Periode Natal dan Tahun Baru Nanti

    BMKG Minta Warga Waspada Potensi Cuaca Ekstrem Periode Natal dan Tahun Baru Nanti

    Jakarta, Beritasatu.com – Kepala Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) Dwikorita Karnawati mengimbau warga mewaspadai potensi cuaca ekstrem pada periode Natal 2024 dan Tahun Baru 2025 (Nataru).

    Dwikorita dalam keterangannya, Minggu (24/11/2024) mengatakan, potensi cuaca ekstrem tersebut dipicu oleh sejumlah faktor dari peningkatan curah hujan.

    “Fenomena La Nina mengakibatkan potensi penambahan curah hujan hingga 20-40%. Fenomena ini akan berlangsung mulai akhir tahun 2024 hingga setidaknya April 2025,” katanya.

    Selain itu potensi cuaca ekstrem dipicu karena dinamika atmosfer yang diprediksi pada periode Nataru tahun ini aktif bersamaan, seperti Madden-Julian Oscillation (MJO) dan cold surge yang bergerak dari daratan Asia (Siberia) menuju wilayah barat Indonesia.

    “Situasi itu berpotensi menambah intensitas dan volume curah hujan di berbagai wilayah Indonesia,” katanya.

    BMKG juga mengimbau masyarakat untuk mewaspadai potensi cuaca ekstrem yang dapat berdampak pada bencana hidrometeorologi di wilayah Indonesia seperti banjir, banjir bandang, dan tanah longsor, khususnya pada periode Nataru.

    BMKG mengimbau pengelola perusahaan pelayaran, angkutan penyeberangan, hingga nelayan untuk waspada potensi cuaca ekstrem, mengingat fenomena cold surge juga dapat memicu gelombang tinggi laut sehingga membahayakan keselamatan aktivitas pelayaran serta penangkapan ikan.

  • Cuaca Hari Ini Minggu 24 November 2024: Langit Pagi Jabodetabek Berawan Tebal – Page 3

    Cuaca Hari Ini Minggu 24 November 2024: Langit Pagi Jabodetabek Berawan Tebal – Page 3

    El Nino adalah fenomena alam yang menjadi perhatian serius bagi banyak negara di dunia, terutama negara-negara yang berada di sekitar Samudera Pasifik. Fenomena iklim ini telah menjadi topik hangat dalam diskusi perubahan cuaca global, dimana el nino adalah penyebab utama terjadinya kemarau panjang dan berbagai anomali cuaca di berbagai wilayah.

    Dalam konteks ilmiah, El Nino adalah peristiwa pemanasan Suhu Muka Laut (SML) yang terjadi di atas kondisi normalnya di Samudera Pasifik bagian tengah. Fenomena ini menarik untuk dipelajari karena el nino adalah salah satu indikator perubahan iklim yang dapat diprediksi dan memiliki dampak signifikan terhadap berbagai aspek kehidupan, mulai dari pertanian hingga ekonomi global.

    Bagi Indonesia sebagai negara kepulauan, pemahaman tentang el nino adalah hal yang krusial mengingat dampaknya yang signifikan terhadap pola cuaca nasional. Berdasarkan data dari BMKG, fenomena ini diprediksi akan terus mempengaruhi cuaca hingga akhir tahun, dimana el nino adalah faktor utama yang menyebabkan berkurangnya curah hujan dan potensi kekeringan di berbagai wilayah.

    Berikut ini telah Liputan6.com rangkum dari berbagai sumber pengertian, penyebab, dampak dan perbedaan El Nino dengan La Nina, pada Senin (18/11).

    El Nino merupakan istilah yang berasal dari Bahasa Spanyol dengan arti “anak laki-laki”. Sejarah penamaan ini memiliki latar belakang yang menarik, dimana awalnya istilah ini digunakan oleh para nelayan Peru untuk menandai kondisi arus laut hangat tahunan yang mengalir ke arah selatan di sepanjang pesisir Peru dan Ekuador saat menjelang natal, yang dikenal sebagai El Nino de Navidad.

    Fenomena ini telah muncul selama berabad-abad dan memiliki dampak yang signifikan terhadap pola cuaca global. Dalam konteks meteorologi modern, El Nino ditandai dengan pemanasan suhu permukaan laut yang tidak biasa di Samudera Pasifik bagian tengah. Kondisi ini menciptakan serangkaian reaksi berantai yang mempengaruhi pola cuaca di berbagai belahan dunia.

    Sistem sirkulasi atmosfer yang terganggu akibat El Nino menyebabkan perubahan signifikan dalam pola angin dan curah hujan. Di Indonesia khususnya, fenomena ini seringkali mengakibatkan berkurangnya pembentukan awan yang berpotensi menurunkan curah hujan, sehingga memicu periode kekeringan yang lebih panjang dari biasanya.

    Proses Terjadinya El Nino dan Mekanismenya

    Proses terbentuknya El Nino dimulai dengan perubahan pola angin dan suhu permukaan laut di Samudera Pasifik. Dalam kondisi normal, angin pasat yang kuat akan mendorong air laut dengan permukaan hangat ke arah Pasifik barat, menciptakan gradien suhu yang signifikan di Samudera Pasifik dengan air yang lebih dingin di sepanjang pantai Amerika Selatan.

    Namun, ketika El Nino terjadi, terjadi pelemahan angin pasat yang memungkinkan air hangat bermigrasi ke arah timur. Peristiwa ini mengakibatkan terganggunya gradien suhu normal dan mempengaruhi sirkulasi atmosfer secara keseluruhan. Perairan yang menghangat kemudian melepaskan panas ke atmosfer, menyebabkan kenaikan suhu udara dan pembentukan sistem tekanan rendah di Pasifik tengah dan timur.

    Perubahan ini memiliki dampak cascade effect pada Sirkulasi Walker, yang merupakan sistem sirkulasi udara yang bergerak sejajar dengan garis khatulistiwa. Di Indonesia, perubahan ini mengakibatkan Sirkulasi Walker berubah dari bentuk konvergen (naik) menjadi subsiden (turun), yang pada akhirnya mengurangi potensi pembentukan awan konvektif pembentuk hujan.

  • Cuaca Hari Ini Sabtu 23 November 2024: Jakarta Pagi Hingga Malam Berawan dan Berawan Tebal – Page 3

    Cuaca Hari Ini Sabtu 23 November 2024: Jakarta Pagi Hingga Malam Berawan dan Berawan Tebal – Page 3

    Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) memprediksi bahwa Indonesia akan menghadapi peningkatan suhu yang signifikan pada tahun 2025.

    Kepala BMKG, Dwikorita Karnawati, menyampaikan bahwa kenaikan temperatur ini terutama akan terasa pada periode Mei hingga Juli, dengan suhu permukaan rata-rata bulanan yang diproyeksikan mengalami anomali sebesar +0,3 hingga +0,6 derajat Celsius.

    “Ini artinya, suhu akan lebih panas hingga sekitar 0,4 derajat Celsius dibandingkan rata-rata, yang tentunya perlu diwaspadai masyarakat,” ujar Dwikorita dalam konferensi pers pada Senin (4/11/2024).

    BMKG juga telah mengidentifikasi wilayah-wilayah yang paling berpotensi mengalami peningkatan suhu, yang meliputi, Sumatera Bagian Selatan, Pulau Jawa, Nusa Tenggara Barat (NTB), Nusa Tenggara Timur (NTT).

    Kondisi ini menuntut masyarakat di wilayah-wilayah tersebut untuk meningkatkan kewaspadaan, terutama bagi mereka yang rentan terhadap dampak suhu tinggi.

    Menurut Dwikorita, meskipun suhu diprediksi akan meningkat, kondisi iklim tahun 2025 diperkirakan stabil tanpa anomali iklim ekstrem.

    Faktor iklim global seperti ENSO (El Niño-Southern Oscillation) dan IOD (Indian Ocean Dipole) diperkirakan berada dalam kondisi netral sepanjang tahun.

    Sementara itu, La Nina lemah yang berlangsung hingga awal 2025 tidak diharapkan memicu perubahan iklim yang signifikan.

    “Curah hujan tahunan pun diperkirakan dalam kategori normal, dengan rata-rata antara 1.000 hingga 5.000 mm per tahun,” jelas Dwikorita, dikutip dari Antara, Senin (28/10/2024).

    BMKG memproyeksikan suhu di Indonesia lebih panas karena anomali suhu rata-rata permukaan diperkirakan akan meningkat antara +0,3 hingga +0,6 derajat Celsius pada Mei-Juli 2025. Hal ini disebabkan oleh faktor iklim global dan kondisi atmosfer yang mendukung peningkatan suhu.