Topik: La Nina

  • Imbas Cuaca Buruk di Pelabuhan Merak, KMP Trimas Tabrak Kapal Gas hingga Bengkok

    Imbas Cuaca Buruk di Pelabuhan Merak, KMP Trimas Tabrak Kapal Gas hingga Bengkok

    Bisnis.com, JAKARTA – Arus perairan yang kuat akibat cuaca buruk menyebakan Kapal motor penumpang (KMP) Trimas Fadhila dan kapal muatan gas (MT Gas) Sofia bertabrakan di area labuh Tanjung Sekong, Pelabuhan Merak, Jumat malam. Tidak ada korban jiwa. 

    Dilansir dari Antara, Sabtu (14/12/2024) pemantauan lalu lintas kapal (VTS) di Pelabuhan Merak mengungkapkan pada 19.35 WIB, petugas pemantau lalu lintas kapal (VTSO) Merak menerima laporan dari kapal gas Sofia, bahwa kapal motor Trimas Fadhila menyenggol saat sedang berlabuh di area Tanjung Sekong.

    Tabrakan tersebut terjadi karena KMP Trimas yang saat itu sedang menunggu antrean dermaga tujuh, terseret arus menuju utara hingga menabrak kapal gas. 

    KMP Trimas Fadhila mengalami kerusakan di bagian railing kanan, dan rantai jangkar turun.

    MT Gas Sofia melaporkan kerusakan untuk sementara ada sedikit bengkok di bagian bulbous, mengakibatkan bulbous ada cekungan sedalam 5-10 cm dan dari titik benturan ke belakang terdapat semacam goresan sepanjang 10 meter.

    Kapolsek KSKP Merah Iptu Ignatius Andrean Setianto memastikan dalam peristiwa tersebut tidak ada korban jiwa. Andrean mengatakan seluruh penumpang telah diturunkan dan dievakuasi di dermaga tujuh Pelabuhan Merak.

    “Semua penumpang selamat namun ada kerusakan pada kedua kapal,” ujar Andrean.

    Nataru Dibayangi Cuaca Buruk

    Sebelumnya, Kepala Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika Dwikorita Karnawati mengatakan curah hujan hingga Januari mendatang merupakan kondisi puncak yang membayangi nataru. Curah hujan tinggi membayani 

    “Kondisi tersebut ditambah potensi 20% curah hujan akibat terjadinya La Nina lemah,” kata Dwikorita dalam Rapat Dengar Pendapat Komisi V, rabu (4/12/2024). 

    Dwikorita juga mengatakan sejak minggu lalu, pihaknya telah mendeteksi potensi masuknya seruak udara dingin dari dataran tinggi Siberia. Angin tersebut diproyeksi masuk ke wilayah Indonesia pada 20-29 Desember. 

    Angin seruak serta curah hujan tersebut akan mengakibatkan tingginya kecepatan angin serta tingginya gelombang yang perlu diwaspadai oleh pelayaran terutama di laut Natuna dan bagian barat Indonesia seperti Lampung, Banten dan Jakarta. 

    Dwikorita mengatakan pihaknya menyiapkan aplikasi prakiraan cuaca dan cuaca ekstrem bagi para pengguna jalur mudik darat, laut dan maskapai penerbangan. 

    “Sehingga bagi pelayaran untuk 5 hari ke depan silakan terus memantau dan merencanakan bahkan ini bisa menentukan jalur akan berlayar,” kata dia. 

    Kemudian untuk moda transportasi udara, Dwikorita mengatakan terjadinya erupsi Gunung Lewotobi Laki-Laki di Flores juga wajib diwaspadai karena sebaran abu vulkanik.

  • Mentan Pastikan Cuaca Ekstrem Tak Pengaruhi Produksi Pangan

    Mentan Pastikan Cuaca Ekstrem Tak Pengaruhi Produksi Pangan

    Jakarta

    Menteri Pertanian (Mentan) Andi Amran Sulaiman memastikan cuaca ekstrem tak akan berpengaruh terhadap produksi pangan. Menurutnya cadangan beras saat ini 2 juta ton dan menjadi yang tertinggi selama lima tahun terakhir.

    Pihaknya juga akan memitigasi dampak cuaca ekstrem terhadap produksi pangan. Dia yakin cuaca ekstrem tak akan berpengaruh secara signifikan terhadap ketahanan pangan.

    “Insyaallah kita memitigasi risiko dampak, tapi itu tidak akan berpengaruh, tidak terlalu signifikan berpengaruh pada ketahanan pangan kita. Stok kita kurang lebih 2 juta ton itu lima tahun tertinggi,” kata dia dalam konferensi pers, Kamis (12/11/2024).

    Selain itu, produksi padi pada Agustus, Oktober, dan November diklaim menjadi yang tertinggi selama lima tahun. Padahal, menurut Amran produksi pangan belakangan ini di tengah tantangan El Nino dan La Nina.

    “Artinya upaya kolaborasi pompanisasi berhasil dengan baik,” ucapnya.

    Amran menargetkan produksi beras tahun depan bisa mencapai 32 juta ton. Peningkatan juga diharapkan terjadi dengan adanya kolaborasi dengan TNI Angkatan Darat (AD) untuk mencapai swasembada beras.

    “Sesuai dengan komitmen 32 juta ton, semoga bisa di atasnya,” pungkasnya.

    Lihat juga Video: Kemenhut Ungkap 9 Dampak Perubahan Iklim terhadap Ketahanan Pangan Akuatik

    (ara/ara)

  • Cuaca Ekstrem Ancam Penyeberangan di Merak

    Cuaca Ekstrem Ancam Penyeberangan di Merak

    Jakarta, CNN Indonesia

    Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) bersama sejumlah pihak melakukan langkah untuk mengantisipasi potensi cuaca ekstrem yang mengancam jalur penyeberangan Merak-Bakauheni, salah satu lintasan transportasi laut terpadat di Indonesia.

    BMKG menggandeng sejumlah stakeholder terkait, termasuk Kementerian Perhubungan, KSOP, ASDP, TNI AL, Polres, Polda, Polairud, Basarnas, dan Jasa Raharja.

    “Cuaca ekstrem adalah ancaman nyata, terutama di jalur penyeberangan Merak-Bakauheni yang menjadi penghubung vital bagi mobilitas masyarakat,” ujar Dwikorita dalam sebuah keterangan, Senin (9/12).

    “Dengan sinergi yang solid dan penerapan SOP kontingensi, kita dapat memitigasi risiko dan memastikan keselamatan operasional,” imbuhnya.

    Langkah antisipasi tersebut salah satunya BMKG bersama KSOP Banten memeriksa kesiapan sistem pengawasan dan pengendalian operasional kapal. Langkah ini bertujuan mengintegrasikan informasi cuaca yang akurat ke dalam pengambilan keputusan operasional, sehingga arus penyeberangan tetap lancar meski menghadapi kondisi cuaca yang dinamis.

    Kemudian, Dwikorita juga meninjau sistem monitoring, analisis, dan diseminasi informasi cuaca maritim di Stasiun Meteorologi Maritim Kelas 1 Merak.

    Sistem tersebut dirancang untuk memberikan informasi real-time terkait cuaca, gelombang, dan arus laut kepada pihak-pihak terkait, termasuk operator kapal.

    “Sistem yang andal memungkinkan kita memberikan peringatan dini, sehingga semua pihak dapat mempersiapkan langkah mitigasi secara tepat waktu,” katanya.

    Sebelumnya, dalam rapat bersama Komisi V DPR RI, Rabu (4/12), Dwikorita menyebut periode libur Natal 2024 dan Tahun Baru 2025 akan berbarengan dengan puncak musim hujan.

    Selain itu, sejumlah fenomena yang berpotensi menyebabkan cuaca ekstrem juga diperkirakan akan terjadi pada periode tersebut.

    “Saat ini kita sedang memasuki musim hujan, dan puncak musim hujan di sebagian wilayah di Sumatera dan Jawa itu ada di bulan Desember akhir. Kemudian di sebagian wilayah tersebut mengalami puncak musim hujan di bulan Januari,” ujarnya.

    “Artinya selama mudik Nataru ini kebetulan berada atau menuju puncak musim hujan,” imbuhnya.

    Tak hanya puncak musim hujan, wilayah barat Indonesia juga akan semakin basah oleh adanya fenomena La Nina lemah. Menurut Dwikorita, dua fenomena itu, puncak musim hujan dan La Nina, bisa berdampak pada skenario terburuk curah hujan ekstrem hingga banjir bandang.

    Kondisi ini juga diperparah oleh pergerakan seruak udara dingin dari dataran tinggi Siberia.

    Dwikorita menjelaskan seruak dingin menyebabkan terjadinya angin kencang, gelombang tinggi, dan peningkatan curah hujan. Kecepatan angin dan peningkatan gelombang tinggi ini akan terjadi terutama di Laut Natuna.

    Pada kasus paling ringan, seruak dingin tersebut adalah terganggunya aktivitas pelayaran. Dwikorita mencontohkan bagaimana seruak dingin pada 2022 mengganggu aktivitas penyeberangan di pelabuhan.

    Sementara itu, skenario terburuknya adalah potensi banjir parah, mengulang bencana banjir Jakarta yang terjadi pada Januari 2020.

    (lom/dmi)

    [Gambas:Video CNN]

  • Awas! Cuaca Ekstrem Berpotensi selama Natal dan Tahun Baru, di Sulut sudah Terjadi

    Awas! Cuaca Ekstrem Berpotensi selama Natal dan Tahun Baru, di Sulut sudah Terjadi

    Liputan6.com, Manado – Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) menerbitkan peringatan dini cuaca ekstrem berupa peningkatan curah hujan sebesar 20 persen yang diperkirakan melanda sejumlah daerah selama periode Natal 2024 dan Tahun Baru 2025.

    “Cuaca ekstrem diperkirakan berpotensi terjadi hingga Maret-April 2025, dipengaruhi oleh fenomena La Nina lemah yang dapat meningkatkan curah hujan sebesar 20 persen,” ungkap Kepala BMKG Dwikorita Karnawati pada, Minggu (8/12/2024).

    Dwikorita Karnawati mengatakan dinamika atmosfer, seperti Madden-Julian Oscillation (MJO) dan potensi cold surge (seruakan udara dingin) yang bergerak dari daratan Asia (Siberia) menuju wilayah barat Indonesia, juga diproyeksikan aktif selama periode Nataru.

    “Kedua fenomena ini memiliki potensi untuk meningkatkan intensitas dan volume curah hujan di berbagai wilayah Indonesia, meskipun skala dan dampaknya masih memerlukan pemantauan lebih lanjut,” tuturnya.

    Dia mengatakan, berdasarkan survei yang dilakukan Kementerian Perhubungan, diprediksi akan ada 110,67 juta orang yang akan melakukan perjalanan musim libur Natal dan Tahun Baru 2024/2025.

    “Mayoritas pelaku perjalanan tersebut menggunakan kendaraan pribadi berupa mobil dan motor sehingga sangat rentan menghadapi cuaca ekstrem dalam perjalanannya,” katanya.

    Di Sulut, cuaca ekstrem sudah menerjang wilayah utara Pulau Sulawesi itu dalam beberapa hari terakhir ini. curah hujan yang tinggi disertai angin kencang membuat sejumlah kawasan di Kota Manado terendam banjir.

    “Kami terus mewaspadai dampak cuaca ekstrem ini. Apalagi hujan dengan intensitas tinggi disertai angina kencang,” ujar Mikael Labaro, waga Kecamatan Malalayang, Kota Manado.

    Heboh Hujan Es di Gumelar dan Pekuncen Banyumas

  • BMKG Rilis Peringatan Cuaca Ekstrem Saat Libur Nataru

    BMKG Rilis Peringatan Cuaca Ekstrem Saat Libur Nataru

    Jakarta, Beritasatu.com – Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) menerbitkan peringatan dini cuaca ekstrem berupa peningkatan curah hujan sebesar 20% yang diperkirakan melanda sejumlah daerah selama periode libur Natal 2024 dan Tahun Baru 2025 (nataru).

    “Cuaca ekstrem libur nataru diperkirakan terjadi hingga Maret-April 2025, ini dipengaruhi fenomena La Nina lemah yang meningkatkan curah hujan 20%,” kata Kepala BMKG Dwikorita Karnawati dalam keterangannya melalui laman BMKG di Jakarta, Minggu (8/12/2024) dilansir Antara.

    Ia mengatakan, dinamika atmosfer, seperti madden-julian oscillation (MJO) dan potensi cold surge (seruakan udara dingin) yang bergerak dari daratan Asia (Siberia) menuju wilayah barat Indonesia, diproyeksikan aktif selama periode nataru.

    “Kedua fenomena ini memiliki potensi meningkatkan intensitas dan volume curah hujan di berbagai wilayah Indonesia, meskipun dampaknya masih memerlukan pemantauan lebih lanjut,” katanya.

    Dwikorita mengatakan, berdasarkan survei yang dilakukan Kementerian Perhubungan, diprediksi akan ada 110,67 juta orang yang akan melakukan perjalanan musim libur nataru 2024/2025.

    “Mayoritas pelaku perjalanan tersebut menggunakan kendaraan pribadi berupa mobil dan motor sehingga sangat rentan menghadapi cuaca ekstrem pada periode nataru,” katanya.

    BMKG terus memantau kondisi ini secara cermat dan menyampaikan informasi terkini untuk mendukung langkah antisipatif serta mengurangi risiko di lapangan.

    Ia mengatakan, peringatan dini cuaca ekstrem saat libur nataru akan disampaikan setiap pekan dan diulang 3 hari sebelum kejadian, bahkan hingga 3 jam sebelum kejadian cuaca ekstrem.

  • Legislator minta DKI persiapkan lima langkah konkret antisipasi banjir

    Legislator minta DKI persiapkan lima langkah konkret antisipasi banjir

    Pedagang sayur menarik gerobaknya melintasi banjir rob di Muara Angke, Jakarta, Senin (2/12/2024). Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG) mengeluarkan peringatan banjir pesisir atau rob di Jakarta pada 28 November hingga 6 Desember 2024 yang disebabkan adanya fenomena pasang maksimum air laut bersamaan dengan fase bulan baru. ANTARA FOTO/Zaky Fahreziansyah

    Legislator minta DKI persiapkan lima langkah konkret antisipasi banjir
    Dalam Negeri   
    Editor: Calista Aziza   
    Sabtu, 07 Desember 2024 – 10:49 WIB

    Elshinta.com – Anggota Komisi D DPRD DKI Jakarta Hardiyanto Kenneth meminta Pemerintah Provinsi DKI Jakarta untuk mempersiapkan lima langkah konkret sebagai kesiapsiagaan dalam mengantisipasi banjir di musim hujan ini.

    “Saya meminta Pemprov Jakarta untuk lebih proaktif dan cepat dalam menghadapi potensi bencana tersebut,” kata Kenneth di Jakarta, Sabtu.

    Hal ini disampaikannya menanggapi prediksi Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG) yakni musim hujan saat ini disertai fenomena La Nina membuat curah hujan meningkat hingga 20 persen dari normalnya.

    “Koordinasi yang lebih baik, peningkatan infrastruktur dan edukasi kepada masyarakat menjadi langkah-langkah penting dalam mengurangi dampak banjir yang dapat merugikan banyak pihak,” katanya.

    Fenomena itu bisa berdampak pada skenario terburuk curah hujan yang ekstrem hingga banjir bandang seperti yang pernah terjadi di Jakarta pada 2020.

    Dengan kesiapsiagaan yang baik diharapkan Jakarta dapat mengurangi risiko banjir dan memastikan keselamatan warganya.

    “Ada beberapa saran konkret kepada Pemprov Jakarta dalam rangka mengantisipasi potensi bencana banjir di musim hujan ini,” ujar Kenneth.

    Pertama, Pemerintah Provinsi (Pemprov) Jakarta harus segera memastikan bahwa seluruh infrastruktur drainase berfungsi maksimal dengan melakukan pemeriksaan dan pemeliharaan rutin.

    Pemprov juga diharapkan dapat melakukan pengerukan lumpur di sungai atau kali di Jakarta serta mempercepat normalisasi sungai dan saluran air agar mampu menampung volume air yang tinggi.

    Kedua, Pemprov Jakarta perlu memastikan sistem peringatan dini berjalan efektif dan cepat tersampaikan ke masyarakat. Simulasi evakuasi untuk masyarakat juga perlu diperkuat sehingga warga yang tinggal di kawasan rawan banjir bisa dengan cepat bergerak menuju tempat aman.

    Ketiga, Pemprov perlu memaksimalkan kapasitas pompa air dan memastikan operasionalnya berjalan lancar. Hal ini penting untuk menghindari genangan air di wilayah-wilayah yang rawan banjir.

    Keempat, Pemprov juga diminta untuk menggencarkan kampanye edukasi kepada masyarakat terkait cara-cara mitigasi banjir yang sederhana namun efektif, seperti menjaga kebersihan saluran air dan mengurangi pembuangan sampah sembarangan.

    Kelima, Pemprov Jakarta perlu untuk melibatkan sektor swasta, Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM), dan masyarakat dalam berbagai program mitigasi banjir. Pendekatan kolaboratif ini akan memaksimalkan sumber daya yang tersedia untuk pembangunan infrastruktur yang lebih baik.

    Langkah-langkah mitigasi BPBD DKI Jakarta seharusnya bisa berjalan lebih efektif dalam menghadapi bencana, khususnya banjir dan angin kencang.

    Ke depannya, kata dia, penting untuk terus memperkuat koordinasi antar instansi, meningkatkan kesiapsiagaan masyarakat dan memanfaatkan teknologi untuk pemantauan dan respons bencana yang lebih cepat.

    Sebelumnya, Pemprov DKI Jakarta bersama BMKG akan melakukan rekayasa cuaca hingga akhir tahun 2024 guna mengantisipasi potensi curah hujan yang diprediksi tinggi pada akhir tahun.

    Rekayasa cuaca akan dilakukan untuk pertengahan sampai akhir tahun. Hal ini sedang dijajaki dan akan dibicarakan dengan Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB)

    “Tentu saja dengan BMKG juga terkait penggunaan dana Belanja Tidak Terduga (BTT) untuk rekayasa cuaca,” kata Penjabat Gubernur DKI Jakarta Teguh Setyabudi di Jakarta Pusat, Jumat (6/12).

    Sumber : Antara

  • BPBD Jakarta Gelar Operasi Modifikasi Cuaca untuk Kurangi Curah Hujan Tinggi – Page 3

    BPBD Jakarta Gelar Operasi Modifikasi Cuaca untuk Kurangi Curah Hujan Tinggi – Page 3

    Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) mengingatkan masyarakat untuk memperbarui informasi prakiraan cuaca secara berkala selama periode Natal 2024 dan Tahun Baru 2025 (Nataru). Langkah ini penting untuk mengantisipasi potensi cuaca ekstrem yang dapat mengganggu kelancaran perjalanan lintas moda transportasi.

    “Seperti kata pepatah, sedia payung sebelum hujan. Kami meminta masyarakat untuk terus memantau prakiraan cuaca melalui aplikasi InfoBMKG yang selalu diperbarui. Peringatan dini akan disampaikan sepekan, tiga hari, hingga tiga jam sebelum potensi cuaca ekstrem,” ujar Kepala BMKG, Dwikorita Karnawati kepada wartawan, Kamis (5/12/2024).

    BMKG memprediksi cuaca ekstrem akan berlangsung hingga Maret-April 2025, dipengaruhi oleh fenomena La Nina Lemah yang meningkatkan curah hujan sebesar 20 persen. Selain itu, dinamika atmosfer seperti Madden-Julian Oscillation (MJO) dan Cold Surge dari Siberia diproyeksikan aktif selama libur Nataru. Kedua fenomena ini dapat memperkuat intensitas dan volume hujan di berbagai wilayah.

    “Kondisi ini rawan memicu bencana hidrometeorologi seperti banjir, genangan, atau longsor. Informasi cuaca berkala sangat penting untuk mendukung keselamatan selama perjalanan atau kunjungan ke destinasi wisata,” tambah Dwikorita.

    BMKG juga mengingatkan bahwa survei Kementerian Perhubungan memproyeksikan 110,67 juta orang akan melakukan perjalanan selama Nataru, mayoritas menggunakan kendaraan pribadi yang lebih rentan terhadap dampak cuaca buruk.

    Untuk mendukung masyarakat, BMKG menyediakan fitur Digital Weather for Traffic (DWT) dalam aplikasi InfoBMKG. Fitur ini memberikan informasi cuaca untuk jalur darat, laut, udara, serta pelabuhan dan penyeberangan.”Pengguna dapat mengecek peringatan dini, cuaca jalur mudik, hingga informasi gelombang dan penerbangan melalui aplikasi ini,” jelas Dwikorita.

  • Pemprov DKI Lakukan Rekayasa Cuaca Antipasi Curah Hujan Tinggi

    Pemprov DKI Lakukan Rekayasa Cuaca Antipasi Curah Hujan Tinggi

    Jakarta, CNN Indonesia

    Pemerintah Provinsi (Pemprov) DKI Jakarta bakal melakukan rekayasa cuaca mengantisipasi curah hujan tinggi dalam beberapa hari ke depan.

    Penjabat (Pj) Gubernur DKI Jakarta Teguh Setyabudi mengatakan pihaknya telah mendapat informasi dari BMKG soal potensi curah hujan tinggi hingga tahun depan.

    “Diperkirakan tanggal 6 sampai 9 ini hujannya cukup lumayan, kemudian nanti mulai pertengahan tahun sampai dengan akhir tahun itu juga hujan cukup tinggi. Bahkan wanti-wanti kemungkinan bisa menjadi siklus lima tahunan, seperti tahun 2020. Oleh karena itu ada beberapa langkah. Pertama, Pemprov DKI akan berupaya untuk melakukan rekayasa cuaca,” kata Teguh kepada wartawan, Jumat (6/12).

    Ia menjelaskan rekayasa cuaca bakal dilakukan menggunakan anggaran dari Badan Penanggungalangan Bencana Daerah (BPBD).

    Teguh mengatakan rekayasa cuaca juga bakal dilakukan pertengahan 2025 hingga akhir 2025.

    “Ini sedang dijajaki, kita akan bicarakan dengan BNPB, tentu saja dengan BMKG juga, terkait penggunaan dana BTT untuk rekayasa cuaca. Tapi karena menggunakan dana BTT, maka kita harus ada pernyataan status darurat. Nah ini sedang kita jajaki dan kita koordinasikan,” ujarnya.

    Dari sisi infrastruktur, ia mengatakan Pemprov siap mengantisipasi jika curah hujan di bawah 200 mm. Teguh menjelaskan seluruh organisasi perangkat daerah juga sudah siap jika terjadi banjir.

    “Tapi kalau hujannya itu juga katakanlah misalnya 10 hari betul-betul turut, itu kondisi tanah akan jenuh. Ini juga akan memperlambat aliran. Ini yang juga harus kita lakukan antisipasinya,” katanya.

    Teguh mengatakan Pemprov juga tengah mengkaji kebijakan WFH jika banjir bisa diprediksi terjadi pada hari kerja.

    “Misalnya kita prediksi akan terjadi banjir pada waktu weekday, kita akan cermati, kita akan pelajari, pertimbangkan bagaimana misalnya masalah WFH, khususnya untuk diinstansi pemerintah ataupun untuk anak-anak sekolah. Tapi ini masih sedang pencermatan,” katanya.

    Kepala BMKG Dwikorita Karnawati sebelumnya menjelaskan sejumlah daerah di Jabodetabek potensi mengalami curah hujan ekstrem hingga banjir bandang seperti yang pernah terjadi di empat tahun lalu.

    Kondisi itu karena musim hujan saat ini turut disertai fenomena La Nina meningkatkan curah hujan hingga 20 persen dari normalnya yang akan terjadi akhir tahun hingga awal 2025.

    “Saat ini kita sedang memasuki musim hujan, dan puncak musim hujan di sebagian wilayah di Sumatera dan Jawa itu ada di bulan Desember akhir. Kemudian di sebagian wilayah tersebut mengalami puncak musim hujan di bulan Januari,” kata Dwikorita, Rabu (4/12).

    “Artinya selama mudik Nataru ini kebetulan berada atau menuju puncak musim hujan,” ucapnya kemudian.

    (yoa/fra)

    [Gambas:Video CNN]

  • Jakarta Berpotensi Dilanda Banjir saat Nataru, Ini Kata BMKG

    Jakarta Berpotensi Dilanda Banjir saat Nataru, Ini Kata BMKG

    Jakarta: Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) memprediksi Jakarta berpotensi dilanda banjir saat libur Natal dan Tahun Baru (Nataru) 2024. 

    Hal tersebut disampaikan langsung oleh Kepala BMKG Dwikorita Karnawati, dalam rapat bersama Komisi V DPR RI, Rabu, 4 Desember 2024. 

    Menurutnya, fase puncak musim hujan akan terjadi pada akhir Desember 2024. “Saat ini kita sedang memasuki musim hujan dan puncak musim hujan di sebagian wilayah di Sumatera dan Jawa itu ada di bulan Desember akhir. Kemudian di sebagian wilayah itu mengalami puncak musim hujan di bulan Januari,” kata Dwikorita. 

    “Artinya selama mudik Nataru ini kebetulan berada atau menuju puncak musim hujan,” imbuhnya. 
     

     

    Ancaman badai La Nina di penghujung tahun

    Tak hanya ancaman banjir, BMKG juga mengajak masyarakat untuk mewaspadai ancaman badai La Nina saat libur Nataru.

    Menurut BMKG, pada Desember dan Januari juga ada ancaman adanya fenomena La Nina yang bisa meningkatkan curah hujan hingga 20 persen.

    BMKG juga sudah mendeteksi potensi masuknya seruak dingin tersebut ke wilayah Indonesia.

    “Sejak minggu lalu kami mendeteksi adanya potensi masuknya seruak udara dingin dari dataran tinggi Siberia. Kemudian diprediksi mulai Desember ini sudah bergerak mengarah ke wilayah Indonesia,” Jelas Dwikorita. 

    “Diprediksi landing-nya ini kira-kira sekitar tanggal 20 Desember sampai sekitar 29 Desember,” pungkasnya. 

    Jakarta: Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) memprediksi Jakarta berpotensi dilanda banjir saat libur Natal dan Tahun Baru (Nataru) 2024. 
     
    Hal tersebut disampaikan langsung oleh Kepala BMKG Dwikorita Karnawati, dalam rapat bersama Komisi V DPR RI, Rabu, 4 Desember 2024. 
     
    Menurutnya, fase puncak musim hujan akan terjadi pada akhir Desember 2024. “Saat ini kita sedang memasuki musim hujan dan puncak musim hujan di sebagian wilayah di Sumatera dan Jawa itu ada di bulan Desember akhir. Kemudian di sebagian wilayah itu mengalami puncak musim hujan di bulan Januari,” kata Dwikorita. 
    “Artinya selama mudik Nataru ini kebetulan berada atau menuju puncak musim hujan,” imbuhnya. 
     

     

    Ancaman badai La Nina di penghujung tahun

    Tak hanya ancaman banjir, BMKG juga mengajak masyarakat untuk mewaspadai ancaman badai La Nina saat libur Nataru.
     
    Menurut BMKG, pada Desember dan Januari juga ada ancaman adanya fenomena La Nina yang bisa meningkatkan curah hujan hingga 20 persen.
     
    BMKG juga sudah mendeteksi potensi masuknya seruak dingin tersebut ke wilayah Indonesia.
     
    “Sejak minggu lalu kami mendeteksi adanya potensi masuknya seruak udara dingin dari dataran tinggi Siberia. Kemudian diprediksi mulai Desember ini sudah bergerak mengarah ke wilayah Indonesia,” Jelas Dwikorita. 
     
    “Diprediksi landing-nya ini kira-kira sekitar tanggal 20 Desember sampai sekitar 29 Desember,” pungkasnya. 
     
    Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
    dan follow Channel WhatsApp Medcom.id

    (PRI)

  • Cuaca Ekstrem Berpotensi Ancam RI hingga April 2025

    Cuaca Ekstrem Berpotensi Ancam RI hingga April 2025

    Jakarta, CNN Indonesia

    Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) memprediksi cuaca ekstrem berpotensi terjadi hingga Maret-April 2025 imbas aktifnya fenomena La Nina. Simak penjelasannya.

    Hingga akhir Oktober, pemantauan terhadap suhu permukaan laut di Samudra Pasifik menunjukkan kecenderungan yang terus mendingin, dengan indeks El Nino Southern Oscillation (ENSO) sudah melewati ambang batas La Nina, yakni -0,59. Kondisi La Nina yang berstatus lemah ini akan bertahan setidaknya sampai dengan Maret 2025.

    Dalam keterangan di laman resminya, Kepala BMKG Dwikorita Karnawati menjelaskan bahwa “cuaca ekstrem diperkirakan berpotensi terjadi hingga Maret-April 2025, dipengaruhi oleh fenomena La Nina Lemah yang dapat meningkatkan curah hujan sebesar 20 persen.”

    Faktor lain yang turut mempengaruhi kondisi cuaca tersebut adalah dinamika atmosfer seperti Madden-Julian Oscillation (MJO). Potensi Cold Surge atau seruak udara dingin yang bergerak dari Siberia menuju wilayah barat Indonesia juga diproyeksikan aktif selama periode Natal dan Tahun Baru (Nataru).

    Menurut BMKG, kedua fenomena ini berpotensi meningkatkan intensitas dan volume curah hujan di berbagai wilayah Indonesia, “meskipun skala dan dampaknya masih memerlukan pemantauan lebih lanjut”.

    Dwikorita dalam beberapa kesempatan juga mengimbau masyarakat untuk tetap mewaspadai menghadapi cuaca ekstrem dan potensi bencana hidrometeorologi yang ditimbulkannya.

    “Pemerintah daerah dan masyarakat harus meningkatkan kewaspadaan. Saat ini sebagian besar wilayah Indonesia telah memasuki musim penghujan. Adanya fenomena La Nina mengakibatkan potensi penambahan curah hujan hingga 20 persen sampai awal 2025. Situasi ini juga berpotensi meningkatkan frekuensi bencana hidrometeorologi,” ungkap Dwikorita awal November lalu.

    Menurut dia pemerintah harus meningkatkan optimalisasi fungsi infrastruktur sumber daya air pada wilayah urban atau yang rentan terhadap banjir, seperti penyiapan kapasitas pada sistem drainase, sistem peresapan dan tampungan air, agar secara optimal dapat mencegah terjadinya banjir.

    Selain itu juga perlu dipastikan keandalan operasional waduk, embung, kolam retensi, dan penyimpanan air buatan lainnya untuk pengelolaan curah hujan tinggi saat musim hujan dan penggunaannya di saat musim kemarau.

    Banjir Jakarta 2020 berpotensi terulang

    BMKG juga mengungkap potensi bencana banjir Jakarta pada 2020 terulang imbas pergerakan seruak udara dingin dari dataran tinggi Siberia.

    “Sejak minggu lalu kami mendeteksi adanya potensi masuknya seruak udara dingin dari dataran tinggi Siberia. Kemudian diprediksi mulai Desember ini sudah bergerak mengarah ke wilayah Indonesia,” kata Dwikorita dalam Raker Kesiapan Nataru dengan Komisi V DPR RI, Rabu (4/12).

    “Diprediksi landing-nya ini kira-kira sekitar tanggal 20 Desember sampai sekitar 29 Desember,” ujar dia menambahkan.

    Dwikorita menjelaskan seruak dingin tersebut menyebabkan terjadinya angin kencang, gelombang tinggi, dan peningkatan curah hujan.

    Menurut dia kecepatan angin dan peningkatan gelombang tinggi ini akan terjadi terutama di Laut Natuna.

    Di wilayah barat Indonesia, seruak dingin ini dalam skenario terburuk dapat menyebabkan banjir parah yang menerjang Jakarta pada 2020.

    “Kemudian kalau saat landing ke Indonesia bagian barat yaitu Jawa Barat, Lampung, kemudian Banten, DKI. Skenario terburuk itu meningkatkan curah hujan dengan intensitas yang ekstrem. Contoh yang sudah terjadi di tahun 2020 di bulan Januari kondisi terparah adalah Jabodetabek banjir saat itu,” jelas Dwikorita.

    “Itu akibat kami mendeteksi seruak udara dingin tadi,” imbuhnya.

    (tim/dmi)

    [Gambas:Video CNN]