Topik: KUHP

  • Ricuh Demo Arema, 8 Arek Malang Divonis 9 Bulan Penjara

    Ricuh Demo Arema, 8 Arek Malang Divonis 9 Bulan Penjara

    Malang (beritajatim.com) – Puluhan orang dari Arek Malang menggelar demonstrasi menuntut 8 tahanan pendemo Kantor Arema FC pada 29 Januari 2023 lalu dibebaskan. Demo dilakukan di depan Pengadilan Negeri Malang pada Rabu, (11/10/2023).

    Massa datang membawa sejumlah poster tuntutan. Mereka melakukan orasi secara bergantian dengan tuntutan agar 8 tahanan masing-masing yakni, Fanda Harianto alias Ambon Fanda (34), Muhammad Fery alias Fery Dampit (37), Adam Rizky (24), Muhammad Fauzi (24), Nauval Maulana (21), Aryon Cahya (29), Andika Bagus Setiawan (29), dan Kholid Aulia (22) segera dibebaskan.

    Salah satu keluarga korban Tragedi Kanjuruhan Devi Athok yang kehilangan dua putrinya dan mantan istrinya turut mensuport aksi Arek Malang di PN Malang.

    Suasana sidang 8 tahanan Arek Malang.

    Menurutnya, 8 tahanan yang kini berstatus terdakwa sebelumnya demo di Kantor Arema FC menuntut agar manajemen bertanggungjawab serta bersama-sama memperjuangkan keadilan bagi 135 nyawa yang meninggal dunia dan 600 lebih orang mengalami luka-luka.

    Meski di luar dugaan, demo pada 29 Januari 2023 di Kantor Arema FC justru berujung ricuh dan pengerusakan. Saat itu massa Arek Malang dan penjaga Kantor Arema FC sama-sama terprovokasi hingga akhirnya bentrok.

    “Bebaskan Arek-arek, Ambon Fanda dan kawan-kawan. Karena arek-arek hanya korban kriminalisasi untuk meredam keadilan di Malang. Karena teman-teman tidak bersalah. Ini hanya kriminalisasi dari pihak kepolisian dan para oknum yang bermain di kasus Kanjuruhan,” kata Devi Athok.

    Sementara itu, di Ruang Sidang Cakra, PN Malang digelar sidang dengan agenda pembacaan vonis bagi 8 tahanan. Majelis Hakim, Arief Karyadi memvonis 8 tahanan dengan kurungan penjara selama 9 bulan.

    BACA JUGA:

    Selain Materi, Polres Malang Bantu Renovasi Rumah Keluarga Korban Tragedi Kanjuruhan

    Ambon Fanda dianggap melanggar pasal 160 KUHP tentang penghasutan. Sementara 7 tahanan lainnya dinyatakan bersalah melanggar pasal 170 KUHP tentang pengerusakan pengeroyokan yang mengakibatkan luka-luka.

    “Karena telah terbukti secara sah dan meyakinkan. Sebanyak delapan terdakwa dijatuhkan pidana penjara 9 bulan,” kata Arief Karyadi.

    Sebagai informasi dengan vonis ini 8 tahanan hanya menunggu 15 hari untuk bisa keluar menghirup udara bebas. Karena, 8 tahanan ini telah ditahan polisi sejak 8 bulan 15 hari. [luc/but]

  • Terbukti Dalangi Perampokan Rumah Dinas, Mantan Walikota Blitar Dihukum 3 Tahun

    Terbukti Dalangi Perampokan Rumah Dinas, Mantan Walikota Blitar Dihukum 3 Tahun

    Surabaya (beritajatim.com) – Majelis hakim PN Surabaya yang diketuai Abu Achmad Sidqi Amsya menjatuhkan hukuman penjara selama dua tahun pada Samanhudi. Mantan walikota Blitar ini terbukti dalangi perampokan rumah dinas walikota Blitar Santoso.

    ” Terdakwa terbukti secara sah mengatur tentang pencurian dengan kekerasan terhadap orang sesuai pasal 365 ayat (2) ke-1, ke-2, dan ke-3 KUHP jo pasal 55 ayat 1 ke-2 KUHP. “Menjatuhkan pidana kepada terdakwa selama dua tahun penjara,” ujarnya pada sidang yang digelar di Pengadilan Negeri (PN) Surabaya, Selasa (10/10/2023).

    Hal yang meringankan hukuman untuk terdakwa yakni terdakwa dianggap tidak menikmati hasil pencurian. “Selain itu terdakwa sopan dan kooperatif selama menjalani sidang,” kata hakim Abu Achmad.

    Baca Juga: Viral Minuman Kemasan Berisi Miras pada Anak di Surabaya

    Vonis ini lebih ringan 3 tahun dari tuntutan Jaksa Penuntut Umum (JPU) Syahrir Sagir. Pada sidang sebelumnya, JPU dari Kejaksaan Negeri (Kejari) Blitar ini menuntut terdakwa dengan hukuman 5 tahun penjara.

    Usai putusan dibacakan, terdakwa langsung menyatakan akan menempuh upaya hukum banding. “Saya akan mengajukan banding Yang Mulia,” kata terdakwa kepada majelis hakim.

    Pada sidang putusan ini, terdakwa yang menjalani sidang secara online terlihat sangat tenang. Dirinya tak menangis seperti sidang sebelumnya saat diberi kesempatan mengajukan nota pledoi atau pembelaan.

    Baca Juga: Pulung Agustanto Launching Lagu Rambut Putih Untuk Ganjar Pranowo

    Perlu diketahui, Samanhudi diadili sebagai terdakwa perkara tindak pidana membantu kejahatan pencurian disertai dengan kekerasan sebagaimana pasal 365 KUHP Jo Pasal 56 KUHP. Sebelum menangkap Samanhudi, Polda Jatim telah berhasil lebih dulu menangkap tiga tersangka perampokan Rumah Dinas Wali Kota Blitar. Ketiga tersangka diringkus saat melarikan diri ke sejumlah daerah. Saat ini, dua pelaku lainnya masih dalam pengejaran pihak kepolisian. [Uci/ian]

  • Kejari Jombang Nyatakan Berkas Perkara Tersangka Ibu-Anak Sudah Lengkap

    Kejari Jombang Nyatakan Berkas Perkara Tersangka Ibu-Anak Sudah Lengkap

    Jombang (beritajatim.com) – Kejari (Kejaksaan Negeri) Jombang menyatakan bahwa berkas perkara pidana dengan tersangka seorang ibu, Yeni Sulistyowati (78), dan anaknya, Soetikno, sudah lengkap alias P-21. Selanjutnya, kasus tersebut segera dilimpahkan ke PN (Pengadilan Negeri) setempat untuk disidangkan.

    Pernyataan itu ditegaskan oleh Kasi Intelijen Deny Saputra Kurniawan dan Kasi Pidum Andi Wicaksono, usai pemeriksaan tahap dua di Lapas IIB Jombang, tempat sang ibu Yenny dan anaknya, Soetikno, ditahan, Selasa (10/10/2023).

    Kasi Intelijen Kejari Jombang, Deny Saputra menjelaskan, perkara dengan tersangka Yeni sudah dinyatakan P21 oleh Jaksa Peneliti. Sebenarnya kasus tersebut sudah dilakukan upaya restorative justice (penyelesaian tindak pidana dengan melibatkan pelaku, korban, keluarga pelaku, keluarga korban, tokoh masyarakat). Hanya saja, pihak korban tidak hadir.

    “Kasus dengan tersangka Yenny sudah gelar perkara dan dinyatakan P-21. Hari ini kami lakukan tahap dua. Proses tetap berlanjut dan akan dilaksanakan pelimpahan kepada Pengadilan Negeri Jombang yang direncanakan besok,” kata Deny.

    Deny mengungkapkan, berdasarkan hasil gelar perkara unsur pidana memenuhi dari pasal yang disangkakan. Apakah nanti ada perdamaian lihat nanti mekanisme persidangan,” lanjutnya.

    BACA JUGA:
    Menantu Pidanakan Mertua Sendiri di Jombang

    Yeni dilaporkan oleh Diana Soewito, yang tak lain menantunya sendiri atas dugaan penggelapan cincin dan barang yang dinilai berharga lainnya kepada Polsek Jombang. Menurut Deny, wanita 78 tahun ini dijerat pasal 363 ayat 1 ke 4 atau Pasal 372 Jo pasal 55 ayat (1) ke 1 KUHP.

    Sementara itu terkait kasus yang menyeret nama Soetikno, anak kandung Yeni, terkait dugaan pencurian sejumlah uang di rekening mendiang Subroto Adi Wijaya. Almarhum Subroto merupakan suami dari Diana. Kasus tersebut oleh Kejari Jombang juga dinyatakan sudah memenuhi unsur pidana. Berkas perkara juga lengkap atau P-21.

    “Barang bukti atas nama S kita terima secara offline, setelah kita teliti tersangka dan barang bukti sudah memenuhi apa yang menjadi persyaratan persidangan,” ungkap Kasi Pidum Kejari Jombang, Andi Wicaksono.

    Andi menambahkan, Kejari Jombang mempunyai kewenangan menahan yang bersangkutan selama 20 hari kedepan guna melengkapi administrasi pelimpahan ke persidangan. “Soetikno disangka dalam Pasal 362 KUHP dan/atau Pasal 372 jo Pasal 30 ayat (2) UU No. 19 Tahun 2016 ttg perubahan atas UU No. 21 Tahun 2008 ttg ITE, maksimal 4 th sesuai KUHP,” jelasnya.

    Saat disinggung mengenai proses gugatan perdata oleh pihak tersangka dalam PN Jombang mengenai wanprestasi serta perbuatan melawan hukum, ia menyebut tidak berkaitan dengan proses pidana yang berjalan.

    BACA JUGA:
    Dinilai Wanprestasi, Mertua di Jombang Gugat Menantu

    Atas tahap dua kasus pidana dengan tersangka Yeni dan Soetikno, kuasa hukum pelapor yakni Andri Rachmad memberikan apresiasi kepada para penegak hukum di Jombang. “Apa yang saya ungkapkan kemarin terbukti hari ini dengan dilimpahkannya para tersangka. Pupus sudah harapan mereka untuk menghentikan proses pidana melalui gugatan perdata,” kata Andri.

    Andri juga bersyukur dan terima kasih kepada jajaran Reskrim Polres Jombang serta Reskrim Polsek Jombang atas keberaniannya menegakkan hukum sesuai aturan, meskipun tekanan yang luar biasa. “Kami berikan apresiasi tentunya,” ujarnya.

    Seperti diberitakan, Diana Suwito melaporkan mertuanya, Yeni Sulistyowati, dan kakak iprnya, Soetikno ke polisi dalam kasus berbeda. Yeni terkait penggelapan cincin dan barang berharga lainnya, sedangkan Soetikno terkait dugaan pencurian uang di rekening almarhum Subroto (suami Diana). [suf]

  • Tusuk Perut Kakak Ipar Hingga Meninggal, Samsul Dituntut 10 Tahun

    Tusuk Perut Kakak Ipar Hingga Meninggal, Samsul Dituntut 10 Tahun

    Surabaya (beritajatim.com) – Jaksa Penuntut Umum (JPU) Estik Dilla Rahmawati menuntut pidana penjara selama 10 tahun penjara pada Samsul Anwar. Terdakwa dinilai terbukti melakukan penganiayaan hingga menyebabkan korban Mochammad Faisal meninggal dunia.

    “Memohon kepada ketua majelis hakim untuk mengadili dan menjatuhkan pidana terhadap terdakwa Samsul Anwar dengan hukuman pidana selama 10 tahun penjara,” tuturnya saat membacakan surat tuntutan di Ruang Sari PN Surabaya.

    Terdakwa terbukti menganiaya saudaranya dan dijerat dengan pasal 351 ayat 3 KUHP dan pasal 351 ayat 2 KUHP terkait penganiayaan. Perkara ini berawal saat Samsul Anwar hendak pergi ke rumah potong hewan (RPH) dengan membawa sebilah pisau dengan panjang 21cm. Kala itu, bertepatan dengan Hari Raya Idul Adha.

    Sebelum berangkat, ia menemui ibunya Kiptiyah. Samsul lantas meminta uang. Saat meminta uang itu ternyata kakaknya, Umiyatun mengetahuinya. Lantas, ia menegur Samsul karena dianggap kerap meminta uang ke ibunya.

    Dalam surat dakwaan Jaksa Penuntut Umum Estik Dilla Rahmawati mengatakan hal tersebut dinilai membuat Umiyatun emosi. Lalu, menasihati Samsul.

    Namun, Samsul justru tak terima. Lantas, terjadilah cekcok antara Samsul dan Umiyatun. Mendengar ada suara gaduh, suami Umiyatun, yakni Mochamad Faisal menghampiri mereka. Lantas, Faisal ikut menasihati Samsul.

    Saking geramnya, Faisal lantas memukul kepala Samsul. Bahkan, tubuh samsul terjatuh. “Merasa sakit hati, terdakwa Samsul langsung mencabut sebilah pisau dan menusukkan pisaunya ke perut korban (Faisal),” kata Dilla saat membacakan surat dakwaannya.

    Gegara ada keributan, keponakan Samsul, yakni Hariyanto berhenti ketika melintas. Lalu, ia menghampiri dan melerai pertikaian itu. Nahas, hal tersebut malah membuat Samsul naik pitam. Lalu, memukul Hariyanto. Merasa tak terima, Hariyanto lantas memukul balik Samsul.

    Emosi Samsul kian tak terbendung. Seketika itu juga, ia menusukkan pisau ke perut Hariyanto dan Faisal. Lalu, Samsul melarikan diri. “Kedua saksi (Mochamad Faisal dan Hariyanto) dibawa ke RS Soewandi untuk mendapatkan perawatan. Namun karena luka yang cukup parah membuat saksi (Faisal) meninggal dunia,” ujarnya.

    Namun, pelarian Samsul sia-sia. Sebab, tak berselang lama usai kejadian, ia dibekuk polisi. [uci/kun]

    BACA JUGA: Ronald Tannur Menangis saat Jalani Rekonstruksi Penganiayaan

  • Residivis Pembobol Rumah Dibekuk Polisi, Beraksi di Jombang-Lamongan

    Residivis Pembobol Rumah Dibekuk Polisi, Beraksi di Jombang-Lamongan

    Jombang (beritajatim.com) – Residivis pembobol rumah dibekuk oleh Satuan Reserse dan Kriminal Polres Jombang. Dia sudah enam kali masuk penjara. Pelaku beraksi lima kali di wilayah Jombang dan satu kali di Lamongan.

    Pelaku bernama Yasin (41), warga Desa Manduro Kecamatan Kabuh Kabupaten Jombang. “Pelaku kita tangkap Senin kemarin berikut barang bukti. Saat ini yang bersangkutan kita jebloskan ke tahanan,” ujar Kasatreskrim Polres Jombang AKP Aldo Febrianto, Selasa (10/10/2023).

    Aksi Yasin terakhir dilakukan pada Selasa 12 September 2023. Saat itu Yasin membobol rumah milik Mi’rojul Nikmah (47), warga Desa Pulogedang Kecamatan Tembelang Kabupaten Jombang. Ceritanya, sekitar jam 07.30 Wib korban berangkat mengajar.

    Sebelum keluar dia sudah menguci semua pintu rumahnya. Sekitar dua jam berselang atau pukul 09.00 Wib, korban pulang. Alangkah kagetnya Nikmah, karena pintu belakang rumahnya sudah dalam keadaan terbuka. Grendel pintu sudah menggantung di kusen dalam keadaan rusak.

    Merasa ada yang yidak beres, Nikmah mengecek barang berharga di rumahnya. Nah, dari situlah diketahui bahwa dua unit HP (Handphone) dan uang tunai sebesar Rp500 ribu serta surat-surat penting sudah tidak ada.

    BACA JUGA:
    Pencurian di Jombang Terus Terjadi, Kali Ini Giliran Wilayah Mojoagung

    Korban kemudian melaporkan kasus pencurian tersebut ke Polsek Tembelang. Menindaklanjuti laporan itu, korps berseragam coklat langsung bergeral cepat. Penyelidikan dilakukan. Sejumlah saksi diperiksa. Hasilnya, petugas mencurigai Yasin sebagai pelakunya.

    “Selanjutnya tersangka dan barang bukti kita amankan ke Polres Jombang untuk proses lebih lanjut. Dia dijerat Pasal 363 KUHP tentang pencurian dengan pemberatan. Pelaku merupakan seorang residivis. Dia enam kali masuk penjara,” pungkas Aldo. [suf]

  • Ronald Tannur Anak DPR Cuma Dijerat Pasal Penganiayaan, Pakar Hukum Ubaya: Harusnya Pembunuhan!

    Ronald Tannur Anak DPR Cuma Dijerat Pasal Penganiayaan, Pakar Hukum Ubaya: Harusnya Pembunuhan!

    Surabaya (beritajatim.com) – Pakar Hukum Pidana Universitas Surabaya (Ubaya) Dr Elfina Lebrine Sahetapy menilai kasus yang menjerat anak DPR bisa mengarah pada pasal pembunuhan, bukan sekedar penganiayaan.

    Diketahui, polisi menjerat tersangka Gregorius Ronald Tanur, anak DPR yang menganiaya kekasihnya dengan Pasal 351 ayat 3 dan atau 359 KUHP tentang penganiayaan yang mengakibatkan seseorang meninggal.

    Menyikapi itu, Dr Elfina menilai jika kasus tersebut bisa mengarah pada pembunuhan. Pasalnya, saat tersangka melindas korban, bisa jadi itu merupakan sebuah kesengajaan untuk menghilangkan nyawa seseorang.

    Baca Juga: LAMFI Survei Akreditasi Fasyankes di Madiun, Jamin Mutu Pelayanan Pasien

    Menurutnya, dalam kasus ini pihak kepolisian harus melaksanakan tugasnya dengan benar agar masyarakat percaya bahwa proses rekontruksi yang dilakukan bisa dipercaya.

    “Proses rekontruksi tidak ada proses rekayasa jadi betul betul murni bahwa kejadiannya seperti itu,” ujar Dr Elfina kepada beritajatim.com saat ditemui di Fakultas Hukum Ubaya, Senin (9/10/23).

    Ia menyebut, Pasal 351 ayat 3 KUHP mengatur tentang penganiayaan berat hingga mengakibatkan kematian bagi korban. Kata dia, seharusnya Ronald juga dijerat dengan pasal 338 KUHP tentang pembunuhan.

    Dr Elfina Pembunuhan dengan penganiayaan yang berakibat pada kematian ini memiliki perspektif berbeda. Untuk itu, perlu dilihat tujuan dari perbuatan pelaku.

    Baca Juga: Terancam 9 Bulan, Pelaku Pamer Alat Kelamin di Mojokerto Tak Ditahan

    “Kalau ini pembunuhan ya harus dilihat lagi pembunuhan biasa atau pembunuhan biasa kalau menurut saya sih dengan kronologi korban dilindas seperti itu hanya pembunuhan biasa, jadi on the spot di lokasi lagi jengkel gitu langsung melakukan hal itu,” sebutnya.

    Ia juga menyinggung soal hukum bagi orang mabuk usai mengkonsumsi minuman keras. Bagi Dr Elfina, minuman keras tidak bisa menghapuskan perilaku seseorang dari jeratan hukum.

    Menurutnya, seseorang yang mabuk itu seharusnya tidur. Jika seorang mabuk masih bisa melakukan kegiatan, bisa saja dikatakan seseorang itu dalam kondisi sadar.

    Baca Juga: Bupati Tuban Terima Penghargaan Anugerah Inotek Jatim 2023

    “Orang mabuk tidak bisa menghapuskan pidananya bahkan mengurangi pidananya sekalipun karena kalau belajar ukuran yang normal orang mabuk itu pasti tidur, kalau dia masih bisa jalan bisa melakukan sesuatu buat saya apa yang dilakukan tidak dipikirkan,” tandasnya. [ipl/ian]

  • Terancam 9 Bulan, Pelaku Pamer Alat Kelamin di Mojokerto Tak Ditahan

    Terancam 9 Bulan, Pelaku Pamer Alat Kelamin di Mojokerto Tak Ditahan

    Mojokerto (beritajatim.com) – Pelaku pamer alat kelamin, GDP (26), dijerat pasal 281 KUHP dan Pasal 5 Undang-undang Republik Indonesia Nomor 12 Tahun 2022 tentang Tindak Pidana Kekerasan Seksual. Lantaran ancaman sembilan bulan, pelaku tak ditahan.

    Warga Desa Tunggal Pager, Kecamatan Pungging, Kabupaten Mojokerto ini diamankan di rumah mertuanya pada, Kamis (5/10/2023). Pelaku diringkus anggota Unit Resmob Satreskrim Polres Mojokerto setelah korban menyebarkan video aksi pelaku di grup media sosial (medsos) Facebook (FB) Info Lantas Mojokerto.

    Waka Polres Mojokerto, Kompol Afner Nixon Bernandus Pangaribuan mengatakan, pelaku dijerat Pasal 281 KUHP dan Pasal 5 Undang-undang Republik Indonesia Nomor 12 Tahun 2022 tentang Tindak Pidana Kekerasan Seksual dengan pidana penjara paling lama sembilan bulan dan denda Rp10 juta.

    “Motifnya kepuasan seksual, kami akan konsultasikan kepada ahlinya terkait permasalahan ini. Apakah ada kelainan seksual tapi dugaan awal seperti itu. Kami tidak melakukan penahanan karena dibawah satu tahun (ancaman). Baru sekali ini (pengakuan pelaku), kami coba akan melakukan pengembangan,” jelasnya, Senin (9/10/2023).

    Penangkapan pelaku setelah postingan korban di Facebook (FB) di grup “INFO LANTAS MOJOKERTO” viral dan mendapatkan perhatian banyak dengan netizen. Polres Mojokerto melakukan patroli cyber dan mengetahui adanya postingan tersebut sehingga Tim Resmob diterjunkan bersama Polsek Puri.

    BACA JUGA:
    Terduga Pelaku Pamer Kelamin ke Pelajar di Mojokerto Berhasil Diringkus

    “Diamankan di rumah mertuanya, kita kan mencatat plat nomor kendaraannya dan kita lacak. Iya sudah memiliki istri, ditangkap di rumah nertuanya, korban dua orang berboncengan. Sama-sama berstatus pelajar, sementara baru dua korban. Kita akan melakukan pengembangan jika nanti ada laporan lain akan kita cek,” tegasnya.

    Aksi pelaku dilakukan Jalan Raya Medali, Desa Medali, Kecamatan Puri, Kabupaten Mojokerto pada, Senin (2/10/2023) sekira pukul 15.00 WIB. Korban dua orang, NZM (15) dan SFNH (15) sedang perjalanan pulang dari sekolah naik sepeda motor berboncengan dari sekolah.

    “Tiba-tiba di pertengahan jalan tepatnya di Jalan Raya Desa Medali, Kecamatan Puri, ada seorang laki-laki memakai masker hitam jaket hitam helm bogo hitam dan sepeda motor Scoopy mendekati korban lewat jalur kiri. Korban yang sedang berboncengan di dekati pelaku yang mengendarai sepeda motor,” ujarnya.

    Pelaku mengendarai sepeda motor Honda Scoopy nopol S 2210 NBX warna hijau lumut tersebut dengan posisi tangan kanan memegang setir sepeda dan tangan kirinya memegang kemaluannya sambil senyum-senyum. Korban merasa takut dan mempercepat kecepatan sepeda, namun pelaku mengikuti.

    “Pelaku mengikuti laju sepeda motor korban sambil masih dalam keadaan tangan kiri mengocok kemaluannya. Kejadian kejar-kejaran tersebut berlangsung selama berapa menit sampai korban mencapai terowongan Dusun Genengan, Desa Banjaragung, Kecamatan Puri hingga korban ketakutan dan menangis,” tuturnya.

    Dia kemudian berhenti mengejar dan terlihat dari spion sepeda motor korban, pelaku tersebut membenarkan celananya. Kedua korban melanjutkan perjalanan sambil masih dalam keadaan ketakutan dan atas saran teman-teman korban di sekolah, kejadian tersebut dibagikan ke media sosial (medsos).

    BACA JUGA:
    Ibu-ibu di Mojokerto Didatangi Lelaki Pamer Alat Kelamin

    “Barang bukti yang diamankan berupa satu potong jaket hitam bertuliskan THE BOZEL, satu buah helm hitam bertuliskan CARGLOSS dan sepeda Motor merek Honda Scoopy nopol S 2210 NBX warna hijau lumut,” pungkasnya.

    Sebelumnya, pelaku pamer alat kelamin di Mojokerto berhasil diringkus anggota Unit Resmob Satreskrim Polres Mojokerto. Pelaku berhasil diringkus setelah aksinya memamerkan alat kelaminnya ke pelajar di Mojokerto viral di grup media sosial (medsos) Facebook (FB) Info Lantas Mojokerto.

    Aksi pelaku viral di medsos setelah korban memposting foto terduga pelaku ketika sedang mengendarai sepeda motor Honda Scoopy nopol S 2210 NBX warna hijau lumut. Informasi pencarian terduga pelaku tersebut diposting pemilik akun Zahrah Nafilah yang berhasil dikomentari 1.570, 11 kali dibagikan dan mendapat like sebanyak 1.777. [tin/suf]

  • Pengamat Hukum Ubaya: Ronald Tannur Harusnya Dikenakan Pasal Pembunuhan

    Pengamat Hukum Ubaya: Ronald Tannur Harusnya Dikenakan Pasal Pembunuhan

    Surabaya (beritajatim.com) – Kasus penganiayaan terhadap perempuan 28 tahun yang dilakukan kekasihnya Gregorius Ronald Tanur, polisi menjerat tersangka dengan pasal 351 ayat 3 dan atau 359 KUHP tentang penganiayaan yang mengakibatkan seseorang meninggal.

    Beberapa pihak menilai seharusnya Ronald Tanur dijerat dengan pasal pembunuhan.

    Pengamat Hukum Pidana Universitas Surabaya, Dr. Elfina Lebrine Sahetapy menyebut kasus penganiayaan bisa mengarah ke dalam pembunuhan.

    Hal ini disebabkan saat tersangka yang melindas korban bisa jadi itu merupakan sebuah kesengajaan untuk menghilangkan nyawa seseorang.

    Dalam kasus ini pihak kepolisian harus melaksanakan tugasnya dengan benar agar masyarakat percaya bahwa proses rekontruksi yang dilakukan bisa dipercaya.

    “Seperti proses rekontruksi nantinya pokisi harus melakukan itu sesuai dengan fakta yang terjadi di lapangan tidak boleh mengarang cerita atau mengarahkan pelaku. Sehingga proses rekontruksi itu berjalan sesuai dengan kejadian yang sebenarnya dan bisa dipercaya oleh masyarakat,” kata Dr. Elfina Lebrine Sahetapy, Senin (9/10/2023).

    Lebih lanjut Dr Elfina Lebrine Sahetapy menyebut Pasal 351 ayat 3 KUHP mengatur tentang penganiayaan berat hingga mengakibatkan kematian bagi korban.

    Menurutnya, seharusnya Ronald juga dijerat dengan pasal 338 KUHP tentang Pembunuhan. Pembunuhan dengan penganiayaan yang berakibat pada kematian ini memiliki perspektif berbeda.

    Untuk itu, perlu dilihat tujuan dari perbuatan pelaku. Doktor Elfina mengatakan kalau ini pembunuhan ya harus dilihat lagi pembunuhan biasa atau pembunuhan biasa kalau menurut saya sih dengan kronologi korban dilindas seperti itu hanya pembunuhan biasa, jadi on the spot di lokasi lagi jengkel gitu langsung melakukan hal itu.

    Lebih lanjut Dr. Elfina Lebrine Sahetapy mengatakan minuman keras tidak bisa menghapuskan perilaku seseorang dari jeratan hukum, karena dalam pemahamannya seseorang yang mabuk itu tidur, jika seorang mabuk bisa melakukan kegiatan bisa dikatakan seseorang itu dalam kondisi sadar.

    Jadi orang dikatakan terpengaruh minuman beralkohol tidak bisa menghapuskan pidana ataupun mengurangi pidananya. (ted)

    [berita-terkait number=”3″ tag=”blackhole-ktv”]

  • Warga Sampang Bangun Tidur, HP dan Motor Hilang Digondol Maling

    Warga Sampang Bangun Tidur, HP dan Motor Hilang Digondol Maling

    Sampang (beritajatim.com) – Seorang pemuda inisial RM (21) asal Dusun Dalem, Desa Banjar Talelah, Kecamatan Camplong, Kabupaten Sampang, diamankan polisi lantaran terlibat kasus pencurian sepeda motor milik warga Desa Banjar Tabulu, Camplong.

    “Setelah diamankan tersangka mengakui telah mengambil barang berupa dua unit sepada motor dan satu buah Handphone,” terangnya, Kasi Humas Polres Sampang, Ipda Sujianto (8/10/2023).

    Lebih laniut Sujianto menambahkan aksi pencurian itu bermula korban Abdul Holik memarkir motornya Honda Beat warna putih bersebelahan dengan motor adiknya dengan posisi kunci kontak masih menempel.

    Baca Juga: Bertahun-tahun Keruk Bumi Blitar, Penambang Pasir Hanya Sumbang 24 Juta untuk Perbaikan Jalan

    Lalu korban masuk ke dalam kamar dan otak atik handphone hingga ia tertidur. Setelah bangun, ternyata handphonenya sudah tidak ada di tempat semula. Yang lebih mengagetkan lagi, sepeda motor miliknya juga hilang.

    “Jadi, selain handphone juga sepeda motor milik korban hilang digondol maling,” imbuhnya.

    Sementara akibat kejadian tersebut, korban mengalami kerugian akibat pencurian hingga mencapai Rp 17 juta.

    Baca Juga: Tawaran Pemkab Bojonegoro Bagi Warga Terdampak Bendungan Karangnongko Masih Buntu

    “Tersangka RM terancam dijerat dengan pasal 363 ayat 2 KUHP tentang pencurian,” pungkasnya. [sar/ian]

  • Ronald Tannur Gagal Bohongi Dokter, Berhasil Kibuli Polisi

    Ronald Tannur Gagal Bohongi Dokter, Berhasil Kibuli Polisi

    Surabaya (beritajatim.com) – Kebohongan Ronald Tannur dibongkar oleh dokter dari National Hospital dan RSUD dr Soetomo yang sempat menangani Dini Sera Afrianti.

    Anak anggota DPR-RI itu sempat membuat keterangan bahwa Dini meninggal dunia karena penyakit jantung dan sakit lambung.

    Ronald Tannur langsung membawa Andini ke National Hospital usai kondisi pacarnya terus melemah. Setiba di National Hospital, tiga orang tenaga kesehatan mengecek kondisi Andini yang semakin lemas di jok kursi depan.

    Saat itu, jam menunjukan pukul 02.32 WIB. Dokter yang memeriksa Andini lantas menyatakan bahwa wanita asal Sukabumi itu sudah tidak bernyawa 30-40 menit sebelum dibawa ke rumah sakit. Ronald Tannur berteriak histeris. Mungkin ia tidak menyangka aksi penganiayaan brutal kepada pacarnya berakibat fatal.

    National Hospital tidak bisa menerbitkan surat kematian karena status Dini adalah Died on Arrival (DOA). Pihak rumah sakit National Hospital lantas meminta agar jenazah dirujuk ke RSUD dr. Soetomo. Ronald tidak diperbolehkan langsung membawa jenazah Andini pulang. Selain itu, jenazah Andini juga penuh luka lebam.

    Di RSUD dr. Soetomo, mayat Andini dimasukkan ke ruang otopsi. Dokter forensik yang piket melakukan visum luar terhadap mayat perempuan asal Sukabumi, Jawa Barat itu. Didapati banyak luka lebam. Disini tim dokter curiga karena Ronald Tannur mengatakan bahwa Andini tewas karena serangan jantung dan asam lambung.

    Dengan kebohongan itu, Sebenarnya Ronald berharap bisa langsung dan dengan cepat membawa pulang jenazah Andini. Namun, ada Standar Operasi Prosedur (SOP) dalam mengurus surat kematian dan memulangkan jenazah. Untuk mengurus surat kematian dari rumah sakit, harus ada kronologi kematian yang jelas. Setelah dipastikan jelas, maka keluarga diminta untuk menandatangani surat menolak otopsi.

    Bekas ban yang ditemukan di tangan kanan Dini Sera saat proses otopsi di kamar jenazah RSUD dr. Soetomo.

    Ada dua ganjalan Roni Tannur ketika hendak membawa pulang jenazah Dini. Pertama, kronologi yang disampaikan tidak sesuai dengan kondisi jenazah. Kedua, saat mengantarkan jenazah tidak satupun keluarga Andini hadir. Dua hambatan itu yang lantas membuat Ronald Tannur harus ke Polsek Lakarsantri untuk membuat surat laporan kematian.

    Sayangnya, cerita bohong yang dikarang oleh Roni Tannur dipercaya oleh Polsek Lakarsantri hingga akhirnya Kanit Reskrim Iptu Samikan membuat statement di media bahwa tidak ada penganiayaan. Dini tewas karena asam lambung. Bahkan, Iptu Samikan menjadikan satu kresek muntah sebagai penguat statusnya.

    “Punya gejala lambung. Pucat kondisinya. Ada muntah satu kantung kresek di kamar apartemennya. Gak ada memar di tubuhnya,” ujar Samikan pada Rabu (04/10/2023).

    Statment Iptu Samikan itu lantas dipatahkan oleh hasil autopsi dari tim dokter. dr. Reni tim dari kedokteran forensik RSUD dr. Soetomo mengatakan bahwa pihaknya menemukan berbagai luka lebam di sekujur tubuh Dini. Dari pemeriksaan luar ditemukan luka memar di kepala sisi belakang, lalu luka lebam di leher kanan dan kiri, luka lebam kedua tangan, lalu luka lebam di dada, perut kiri bagian bawah, luka lebam di lutut, paha dan punggung tangan.

    Pada pemeriksaan dalam, tim dokter menemukan resapan darah di bagian leher kanan dan kiri. Patah tulang iga ke 2 sampai 5 disertai dengan pendarahan dalam. Ada pendarahan di bagian paru-paru dan luka di organ hati.

    “Pemeriksaan kami sudah sesuai SOP dan sudah kami laporkan ada berbagai luka,” ujar dr. Reni di saat konferensi pers di Polrestabes Surabaya, Jumat (06/10/2023).

    Tim dokter baru bisa melakukan otopsi setelah pihak kepolisian dari Unit Jatanras Satreskrim Polrestabes Surabaya mengajukan permohonan pada hari Rabu (04/10/2023) pukul 23.00 WIB. Saat otopsi, Kasatreskrim Polrestabes Surabaya, AKBP Hendro Sukmono memberikan sinyal kalau statment awal yang dikeluarkan oleh Polsek Lakarsantri salah. Namun, dirinya tidak mau mengambil resiko dan menunggu hasil pasti dari tim kedokteran forensik.

    Dalam waktu kurang 2 hari Unit Jatanras Satreskrim Polrestabes Surabaya bekerja keras. Mereka melakukan pemeriksaan terhadap 15 saksi dan mengamankan CCTV di hampir 5 lokasi. Kamis (05/10/2023) malam, Ronald Tannur resmi jadi tersangka.

    Ia lalu diperlihatkan ke publik dengan memakai baju orange dan dalaman kaos warna hitam. Tangannya diborgol dengan kabel tis warna putih. Selama proses penjelasan rilis ia hanya menghadap ke belakang sembari menunduk.

    Integritas pihak kepolisian sempat diragukan masyarakat karena Ronald Tannun adalah anak anggota DPR-RI. Selain itu dengan kesalahan Iptu Samikan berstatment di media membuat masyarakat ragu polisi akan memberikan pasal yang sesuai kepada Ronald Tannun.

    Keraguan itu dijawab oleh Kanit Jatanras Iptu Ryo Pradana dan Kasatreskrim Polrestabes Surabaya AKBP Hendro Sukmono. Semua anggapan miring masyarakat utamanya di media sosial berubah menjadi apresiasi ketika polisi menerapkan pasal 351 ayat (3) dan/atau pasal 359 KUHP dengan ancaman maksimal kurungan penjara 12 tahun. (ang/ted)

    [berita-terkait number=”3″ tag=”blackhole-ktv”]