Topik: kota metropolitan

  • Senin pagi, kualitas udara di Jakarta terburuk kedua di dunia

    Senin pagi, kualitas udara di Jakarta terburuk kedua di dunia

    Jakarta (ANTARA) – Kualitas udara di Jakarta pada Senin pagi masuk kategori tidak sehat dan menduduki peringkat kedua sebagai kota dengan kualitas udara terburuk di dunia.

    Berdasarkan data situs pemantau kualitas udara IQAir pada pukul 05.59 WIB, Indeks Kualitas Udara (AQI) di Jakarta berada di angka 172 atau masuk dalam kategori tidak sehat dengan polusi udara PM2.5 dan nilai konsentrasi 85 mikrogram per meter kubik.

    Angka itu memiliki penjelasan tingkat kualitas udaranya tidak sehat bagi kelompok sensitif karena dapat merugikan manusia ataupun kelompok hewan yang sensitif atau bisa menimbulkan kerusakan pada tumbuhan ataupun nilai estetika.

    Situs tersebut juga merekomendasikan terkait kondisi udara di Jakarta, yaitu bagi masyarakat sebaiknya menghindari aktivitas di luar ruangan. Jika berada di luar ruangan gunakanlah masker, kemudian menutup jendela untuk menghindari udara luar yang kotor.

    Sedangkan kategori baik, yakni tingkat kualitas udara yang tidak memberikan efek bagi kesehatan manusia atau hewan dan tidak berpengaruh pada tumbuhan, bangunan ataupun nilai estetika dengan rentang PM2,5 sebesar 0-50.

    Kemudian, kategori sedang, yakni kualitas udaranya yang tidak berpengaruh pada kesehatan manusia ataupun hewan tetapi berpengaruh pada tumbuhan yang sensitif dan nilai estetika dengan rentang PM2,5 sebesar 51-100.

    Lalu, kategori sangat tidak sehat dengan rentang PM2,5 sebesar 200-299 atau kualitas udaranya dapat merugikan kesehatan pada sejumlah segmen populasi yang terpapar. Terakhir, berbahaya (300-500) atau secara umum kualitas udaranya dapat merugikan kesehatan yang serius pada populasi.

    Kota dengan kualitas udara terburuk urutan pertama, yaitu Kinshasa (Kongo) di angka 181, urutan ketiga Dubai (Uni Emirat Arab) di angka 134, urutan keempat Kampala (Uganda) di angka 133 dan urutan kelima Kairo (Mesir) di angka 129.

    Dinas Lingkungan Hidup (DLH) DKI Jakarta telah meluncurkan platform perantau kualitas udara terintegrasi yang didukung 31 titik Stasiun Pemantau Kualitas Udara (SPKU) tersebar di wilayah kota metropolitan tersebut.

    Dari SPKU tersebut, kemudian data yang diperoleh ditampilkan melalui platform pemantau kualitas udara. Hal ini dibuat sebagai penyempurnaan dari yang sudah ada sebelumnya dan sesuai dengan standar yang berlaku secara nasional.

    Laman ini juga menampilkan data dari 31 SPKU di Jakarta yang mengintegrasikan data dari SPKU milik DLH Jakarta, Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG), World Resources Institute (WRI) Indonesia dan Vital Strategies.

    Pewarta: Ilham Kausar
    Editor: Sri Muryono
    Copyright © ANTARA 2025

    Dilarang keras mengambil konten, melakukan crawling atau pengindeksan otomatis untuk AI di situs web ini tanpa izin tertulis dari Kantor Berita ANTARA.

  • Kualitas udara Jakarta menduduki peringkat terburuk kedua di dunia

    Kualitas udara Jakarta menduduki peringkat terburuk kedua di dunia

    Arsip foto – Suasana gedung bertingkat yang terlihat samar karena polusi udara di Jakarta. ANTARA FOTO/Fathul Habib Sholeh (ANTARA)

    Kualitas udara Jakarta menduduki peringkat terburuk kedua di dunia
    Dalam Negeri   
    Editor: Novelia Tri Ananda   
    Sabtu, 23 Agustus 2025 – 06:31 WIB

    Elshinta.com – Kualitas udara di Jakarta pada Sabtu pagi masuk kategori tidak sehat dan menduduki peringkat kedua sebagai kota dengan udara terburuk di dunia. Berdasarkan data situs pemantau kualitas udara IQAir pada pukul 05.00 WIB, indeks kualitas udara (AQI) di Jakarta berada di angka 177 atau masuk dalam kategori tidak sehat dengan polusi udara PM2.5 dan nilai konsentrasi 67 mikrogram per meter kubik.

    Angka itu memiliki penjelasan tingkat kualitas udaranya tidak sehat bagi kelompok sensitif karena dapat merugikan manusia maupun kelompok hewan yang sensitif atau bisa menimbulkan kerusakan pada tumbuhan ataupun nilai estetika. Situs tersebut juga merekomendasikan terkait kondisi udara di Jakarta, yaitu bagi masyarakat sebaiknya menghindari aktivitas di luar ruangan. Jika berada di luar ruangan gunakanlah masker, kemudian menutup jendela untuk menghindari udara luar yang kotor.

    Sedangkan kategori baik yakni tingkat kualitas udara yang tidak memberikan efek bagi kesehatan manusia atau hewan dan tidak berpengaruh pada tumbuhan, bangunan ataupun nilai estetika dengan rentang PM2,5 sebesar 0-50. Kemudian, kategori sedang yakni kualitas udaranya yang tidak berpengaruh pada kesehatan manusia ataupun hewan tetapi berpengaruh pada tumbuhan yang sensitif dan nilai estetika dengan rentang PM2,5 sebesar 51-100.

    Lalu, kategori sangat tidak sehat dengan rentang PM2,5 sebesar 200-299 atau kualitas udaranya dapat merugikan kesehatan pada sejumlah segmen populasi yang terpapar. Terakhir, berbahaya (300-500) atau secara umum kualitas udaranya dapat merugikan kesehatan yang serius pada populasi.

    Kota dengan kualitas udara terburuk urutan pertama yaitu Doha, Qatar di angka 250, urutan ketiga Kinshasa, Democratic Repiblic of the Congo di angka 172, urutan keempat Kampala, Uganda di angka 165, dan urutan kelima Addis Ababa, Etiopia di angka 163. Adapun Dinas Lingkungan Hidup DKI Jakarta meluncurkan platform perantau kualitas udara terintegrasi yang didukung 31 titik Stasiun Pemantau Kualitas Udara (SPKU) tersebar di wilayah kota metropolitan tersebut.

    Dari SPKU tersebut, kemudian data yang diperoleh ditampilkan melalui platform pemantau kualitas udara. Hal ini dibuat sebagai penyempurnaan dari yang sudah ada sebelumnya dan sesuai dengan standar yang berlaku secara nasional. Laman ini juga menampilkan data dari 31 SPKU di Jakarta yang mengintegrasikan data dari SPKU milik DLH Jakarta, Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG), World Resources Institute (WRI) Indonesia dan Vital Strategies.

    Sumber : Antara

  • Pemprov DKI dan Ankara sepakati kerja sama layanan air bersih 

    Pemprov DKI dan Ankara sepakati kerja sama layanan air bersih 

    Jakarta (ANTARA) – Pemerintah Provinsi (Pemprov) DKI Jakarta dan Pemerintah Metropolitan Kota Ankara, Turki, menyepakati kerja sama layanan air bersih dan air limbah.

    Kerja sama itu ditandai dengan penandatangan dokumen pernyataan atau Letter of Intent (LoI) antara PAM Jaya dan ASKI (Ankara Su ve Kanalizasyon Idaresi) atau Kantor Administrasi Air dan Saluran Pembuangan Ankara.

    Wakil Gubernur DKI Jakarta Rano Karno dalam keterangannya, Kamis, menegaskan kemitraan antara Jakarta dan Ankara berorientasi pada transfer teknologi dan penguatan tata kelola layanan air yang modern serta berkelanjutan.

    “Jakarta menargetkan cakupan 100 persen layanan air minum perpipaan. Kerja sama dengan ASKI akan mempercepat pipanisasi, meningkatkan efisiensi pengelolaan air, dan memperkuat kapasitas SDM agar setara standar internasional,” ujar Rano.

    Penandatanganan LoI itu pun menjadi landasan kerja sama teknis dan pertukaran pengetahuan antara kedua operator layanan air perkotaan tersebut.

    Dalam kesempatan itu, Direktur Utama PAM Jaya Arief Nasrudin menyampaikan kesepahaman itu sejalan dengan agenda percepatan layanan air di Jakarta.

    “Kolaborasi ini akan dijalankan secara profesional, transparan, dan akuntabel untuk menghadirkan layanan yang makin andal bagi warga,” kata Arief.

    Sementara itu, General Manager ASKI Memduh Aslan Akcay menyatakan pihaknya siap berbagi praktik terbaik, mulai dari deteksi kebocoran berbasis Internet of Things (IoT) hingga penguatan sistem pengolahan air limbah, serta mempelajari tantangan layanan air di kota metropolitan, seperti Jakarta.

    Setelah penandatanganan LoI, Rano dan rombongan mengunjungi Instalasi Pengolahan Air Limbah ASKI di Tatlar (Tatlar Wastewater Treatment Plant) yang merupakan fasilitas utama pengolahan air limbah yang melayani distrik pusat Ankara.

    Kunjungan itu menitikberatkan pada peningkatan efisiensi kapasitas, penguatan infrastruktur, serta peluang pemulihan sumber daya dari air limbah.

    Rombongan kemudian berlanjut ke ITC Integrated Solid Waste Management Systems di Ankara, sebuah sistem pengelolaan limbah padat terpadu yang dioperasikan ITC Invest Trading and Consulting.

    Di lokasi itu, rombongan meninjau alur pengelolaan, mulai dari pemilahan, landfill sanitari, hingga pembangkitan listrik berbasis gas landfill dan inisiatif waste-to-energy berskala kota.

    ITC mengoperasikan fasilitas di wilayah Mamak, Ankara, dengan kapasitas pemrosesan limbah yang besar serta pengembangan energi bersih dari sampah.

    Rano menekankan pentingnya pertukaran keahlian semacam itu untuk memperkuat transformasi layanan air di Jakarta, mempercepat perluasan jaringan, mengurangi kehilangan air (non-revenue water), dan menata sistem air limbah secara lebih efektif, sambil memastikan keberlanjutan lingkungan dan tata kelola yang baik.

    Rangkaian kerja sama antara Jakarta dan Ankara itu diharapkan berlanjut ke tahap kajian teknis, program peningkatan kapasitas, serta proyek perdana berbasis teknologi cerdas dalam layanan air bersih dan air limbah di Jakarta.

    Kerja sama itu juga selaras dengan agenda Jakarta sebagai kota global yang inklusif dan berketahanan.

    Pewarta: Lia Wanadriani Santosa
    Editor: Rr. Cornea Khairany
    Copyright © ANTARA 2025

    Dilarang keras mengambil konten, melakukan crawling atau pengindeksan otomatis untuk AI di situs web ini tanpa izin tertulis dari Kantor Berita ANTARA.

  • Israel Akan Bangun 3 Ribu Rumah Pemukim, Kubur Ide Negara Palestina

    Israel Akan Bangun 3 Ribu Rumah Pemukim, Kubur Ide Negara Palestina

    Jakarta

    Menteri garis keras Israel Bezalel Smotrich mengumumkan bahwa ia berencana untuk menyetujui tender pembangunan lebih dari 3.000 unit rumah di proyek permukiman E1 yang sangat kontroversial antara Yerusalem dan Ma’ale Adumim di Tepi Barat. Dia mengatakan bahwa langkah tersebut “mengubur ide tentang negara Palestina.”

    Proyek tersebut sebelumnya telah dibekukan selama beberapa dekade, di tengah pertentangan sengit dari komunitas internasional, yang khawatir lingkungan permukiman baru tersebut akan menghalangi pembentukan negara Palestina.

    “Persetujuan rencana pembangunan di E1 mengubur gagasan negara Palestina dan melanjutkan berbagai langkah yang kami ambil di lapangan sebagai bagian dari rencana kedaulatan de facto yang telah kami mulai laksanakan dengan pembentukan pemerintah,” kata Smotrich yang menjabat sebagai Menteri Keuangan dalam sebuah pernyataan, dilansir The Times of Israel, Kamis (14/8/2025).

    Proyek kontroversial yang akan membagi Tepi Barat menjadi utara dan selatan itu telah dibekukan selama beberapa dekade karena tekanan internasional.

    “Setelah puluhan tahun tekanan dan pembekuan internasional, kami melanggar konvensi dan menghubungkan Ma’ale Adumim dengan Yerusalem. Inilah Zionisme yang terbaik – membangun, menetap, dan memperkuat kedaulatan kami di Tanah Israel,” kata Smotrich, yang juga seorang menteri di Kementerian Pertahanan yang bertanggung jawab atas isu-isu sipil Tepi Barat.

    Potensi pembangunan permukiman baru untuk permukiman Ma’ale Adumim di zona yang disebut E1, telah lama menimbulkan kekhawatiran di komunitas internasional. Hal ini akan membagi Tepi Barat menjadi wilayah utara dan selatan dan mencegah pembangunan kota metropolitan Palestina yang menghubungkan Yerusalem Timur dengan Betlehem dan Ramallah, yang telah lama diharapkan oleh Palestina akan menjadi fondasi negara masa depan mereka.

    Tonton juga video “Israel Gempur Gaza, Ratusan Orang Tewas dalam Sehari” di sini:

    Namun, menurut lembaga pengawas permukiman Peace Now, rencana yang disetujui bukanlah untuk proposal E1 yang asli, melainkan permukiman terpisah dari Ma’ale Adumim.

    “3.300 unit rumah di Ma’ale Adumim mewakili peningkatan sekitar 33% dalam stok perumahan permukiman tersebut – sebuah ekspansi yang sangat besar untuk permukiman yang populasinya stagnan di sekitar 38.000 jiwa selama dekade terakhir dan telah mengalami migrasi keluar bersih. Tender tersebut ditujukan untuk sebuah lingkungan besar yang akan menghubungkan kawasan terbangun Ma’ale Adumim dengan kawasan industri di sebelah timurnya,” demikian pernyataan Peace Now.

    Sebelumnya pada bulan Maret, kabinet keamanan Israel menyetujui pembangunan jalan pintas “Fabric of Life” khusus Palestina di wilayah Yerusalem, dalam upaya untuk memisahkan lalu lintas Israel dan Palestina serta memperkuat kehadiran Israel di luar Garis Hijau.

    Lihat Video ‘Israel Dikabarkan Berunding dengan 5 Negara untuk Terima Warga Gaza’:

    Halaman 2 dari 2

    (ita/ita)

  • Potret Taiwan Shutdown, Ratusan Penerbangan Dibatalkan

    Potret Taiwan Shutdown, Ratusan Penerbangan Dibatalkan

    Diketahui, sembilan kota dan kabupaten mengumumkan penangguhan kegiatan belajar dan mengajar hari ini, termasuk kota-kota metropolitan di selatan Taiwan, Kaohsiung dan Tainan. Namun ibu kota Taipei, pusat pasar keuangan Taiwan, tidak ada dampak. (REUTERS/Ann Wang)

  • DKI Kemarin, 100 PPSU Jaksel cukur rambut hingga kampanye Gemarikan

    DKI Kemarin, 100 PPSU Jaksel cukur rambut hingga kampanye Gemarikan

    Jakarta (ANTARA) – Sejumlah peristiwa terjadi di Jakarta pada Kamis (7/8), mulai dari 100 petugas Penanganan Prasarana dan Sarana Umum (PPSU) mendapatkan cukur gratis hingga kampanye Gerakan Memasyarakatkan Makan Ikan (Gemarikan) di Jakarta Pusat.

    Berikut lima pemberitaan yang bisa Anda simak kembali untuk menemani aktivitas pagi hari ini:

    100 PPSU kompak cukur rambut bareng di Jakarta Selatan

    Jakarta (ANTARA) – Sebanyak 100 petugas Penanganan Prasarana dan Sarana Umum (PPSU) mendapatkan layanan cukur rambut gratis di aula Kantor Kelurahan Pejaten Timur, Kecamatan Pasar Minggu, Jakarta Selatan.

    “Ini bentuk apresiasi kecil kami terhadap kerja keras para petugas PPSU yang setiap hari menjaga kebersihan dan kenyamanan lingkungan,” kata Lurah Pejaten Timur, Rocky Tarigan di Jakarta, Kamis.

    Selanjutnya

    MRT Jakarta prioritaskan revitalisasi kawasan bersejarah untuk Fase 2A

    Jakarta (ANTARA) – PT MRT Jakarta (Perseroda) mengambil pendekatan berbeda dalam pengembangan kawasan berorientasi transit (TOD) di jalur Fase 2A dengan memprioritaskan revitalisasi aset-aset bersejarah di kawasan Glodok hingga Kota Tua, alih-alih membangun area komersial baru.

    Selengkapnya

    Dua kota ini punya biaya transportasi umum termahal di Bodetabek

    Jakarta (ANTARA) – Analis kebijakan transportasi dari FAKTA Indonesia, Azas Tigor Nainggolan mengatakan Depok dan Bekasi merupakan kota dengan biaya transportasi umum yang termahal di wilayah Bogor, Depok, Tangerang, dan Bekasi (Bodetabek), yakni di atas Rp1 juta per bulan.

    Selanjutnya

    Lebih dari 100 pelanggar perda di Jakarta Barat ditindak petugas

    Jakarta (ANTARA) – Satuan Polisi Pamong Praja (Satpol PP) Jakarta Barat menindak sebanyak 102 pelanggar Peraturan Daerah (Perda) Nomor 8 Tahun 2007 tentang Ketertiban Umum dalam Operasi Bina Tertib Praja pada Kamis.

    Selengkapnya

    Kampanye Gemarikan untuk tingkatan konsumsi ikan di Jakarta

    Jakarta (ANTARA) – Dinas Ketahanan Pangan, Kelautan dan Pertanian DKI Jakarta menyelenggarakan kampanye Gerakan Memasyarakatkan Makan Ikan (Gemarikan) di Sekolah Dasar (SD) di Jakarta Pusat untuk meningkatkan konsumsi ikan di kota metropolitan ini.

    Selanjutnya

    Pewarta: Khaerul Izan
    Editor: Rr. Cornea Khairany
    Copyright © ANTARA 2025

    Dilarang keras mengambil konten, melakukan crawling atau pengindeksan otomatis untuk AI di situs web ini tanpa izin tertulis dari Kantor Berita ANTARA.

  • Kampanye Gemarikan untuk tingkatan konsumsi ikan di Jakarta

    Kampanye Gemarikan untuk tingkatan konsumsi ikan di Jakarta

    Jakarta (ANTARA) – Dinas Ketahanan Pangan, Kelautan dan Pertanian DKI Jakarta menyelenggarakan kampanye Gerakan Memasyarakatkan Makan Ikan (Gemarikan) di Sekolah Dasar (SD) di Jakarta Pusat untuk meningkatkan konsumsi ikan di kota metropolitan ini.

    Kepala Dinas Ketahanan Pangan, Kelautan, dan Pertanian (KPKP) DKI Jakarta, Hasudungan Sidabalok di Jakarta, Kamis, mengatakan, angka konsumsi ikan di Provinsi Jakarta masih kecil, yaitu 50 kilogram per kapita per tahun, padahal secara nasional ditargetkan 62,5 kilogram.

    “Maka kegiatan seperti ini sangat penting supaya angka per kapita konsumsi ikan di Jakarta khususnya Jakarta Pusat semakin meningkat,” katanya.

    Menurut dia, kampanye Gemarikan sangat baik karena protein hewani dapat memicu perkembangan otak. Apalagi anak-anak SD masih dalam masa pertumbuhan.

    Hasudungan percaya bahwa gerakan perubahan perilaku konsumsi hanya akan berhasil jika dimulai dari komunitas terkecil. Yaitu keluarga dan sekolah dengan mempromosikan ikan sebagai menu harian anak-anak.

    “Pada ikan ada zat asam amino esensial Omega 3 yang sangat baik sekali bagi seluruh otak untuk merespon rangsangan, memproses informasi dan dapat meningkatkan kecerdasan,” ujarnya.

    Ia menambahkan, mempromosikan ikan sebagai menu harian merupakan langkah strategis dalam menciptakan sumber daya manusia yang sehat, produktif dan berdaya saing di masa depan sebagai calon Generasi Emas 2045.

    Makan ikan bukan sekedar pilihan tapi kebutuhan. Makan ikan bukan sekedar kampanye tetapi intervensi masa depan.

    “Semoga semangat Gemarikan ini tidak berhenti di sekolah saja tetapi menular ke rumah-rumah, meja makan keluarga dan menjadi gaya hidup masyarakat Jakarta,” katanya.

    Kepala Suku Dinas (Kasudin) KPKP Jakarta Pusat, Penty Yunesi Pudyastuti mengatakan, Gemarikan bisa berkontribusi untuk konvergensi penurunan stunting. Apalagi nantinya juga ada edukasi dari narasumber untuk menyampaikan manfaat konsumsi ikan.

    “Kita juga memberikan kepada para siswa-siswi bingkisan berupa baso ikan, somay dan bandeng presto,” katanya.

    Pewarta: Khaerul Izan
    Editor: Sri Muryono
    Copyright © ANTARA 2025

    Dilarang keras mengambil konten, melakukan crawling atau pengindeksan otomatis untuk AI di situs web ini tanpa izin tertulis dari Kantor Berita ANTARA.

  • Capek Dikejar Target, Kaum Muda Pilih Jalani Hidup Pelan-pelan

    Capek Dikejar Target, Kaum Muda Pilih Jalani Hidup Pelan-pelan

    Jakarta

    Di tengah tekanan ekonomi dan ritme kehidupan yang serba cepat, sebagian anak muda mulai melirik konsep hidup slow living. Gaya hidup ini menawarkan pendekatan yang lebih tenang, tidak tergesa-gesa, dan cenderung menghindari konsumsi berlebihan.

    Slow living dianggap sebagai alternatif dari budaya kerja keras berlebihan atau hustle culture, yang dalam jangka panjang dapat berdampak pada kesehatan mental. Konsep ini menekankan pentingnya kesederhanaan dan mempertimbangkan setiap keputusan secara matang. Tujuannya bukan hanya efisiensi, tapi juga keseimbangan hidup, baik secara pribadi maupun sosial.

    Ekonom senior dari Institute for Development of Economics and Finance (INDEF), Tauhid Ahmad, menjelaskan gaya hidup slow living banyak diminati generasi milenial dan Gen Z. Menurutnya, dua generasi ini berupaya menjaga keseimbangan antara pekerjaan dan kesehatan mental.

    “Jadi, tidak hanya mengejar ekonomi. Tetapi ada keseimbangan, misalnya kegiatan-kegiatan kesehatan mental sekadar ke kafe, atau ngopi, atau berkebun, atau lari pagi, dan sebagainya. Komunitas itu memang tumbuh seiring dengan perkembangan kebutuhan kota-kota besar yang demikian cepat tumbuhnya, tapi seperti kerja tidak ada habisnya,” ujar Tauhid kepada detikcom, Sabtu kemarin.

    Tauhid menilai, gaya hidup slow living belum banyak dijumpai di kota besar seperti Jakarta. Sebaliknya, konsep ini lebih mungkin diterapkan di kota-kota yang ritmenya lebih lambat dan memiliki tata kota yang mendukung.

    “Jakarta ‘kan dengan kehidupan kota metropolitan dengan kemacetan, dengan kebutuhan hidup yang tinggi, lapangan pekerjaan terbatas, dan sebagainya. Orang berburu waktu, berburu uang. Sulit menerapkan kehidupan itu (slow living),” bebernya.

    Beberapa kota seperti Yogyakarta, Malang, Banyuwangi, hingga Bandung disebut lebih memungkinkan bagi warganya untuk menjalani hidup yang lebih tenang, karena tekanan hidup yang relatif lebih rendah dan ruang terbuka yang lebih tersedia.

    Menariknya, slow living juga bisa dipicu oleh tekanan ekonomi. Di tengah kebutuhan yang meningkat dan pendapatan yang tidak selalu mengikuti, sebagian masyarakat justru memilih hidup sederhana untuk menekan biaya.

    “Slow living juga dimaknai untuk mengurangi konsumsi-konsumsi yang tidak perlu. Mengurangi kebutuhan atau gaya hidup yang terlalu tinggi,” katanya.

    Namun, Tauhid mengingatkan bahwa menjalani slow living di kota besar juga bisa menjadi tantangan tersendiri. Kegiatan yang diasosiasikan dengan gaya hidup ini, seperti bersantai di kafe atau mengikuti kelas kebugaran, tetap membutuhkan biaya yang tidak sedikit.

    “Slow living memang ada dua perspektif. Kalau tekanan ekonomi tinggi, dia bisa memanfaatkan slow living untuk mengurangi cost. Tapi slow living di kota besar biasanya membutuhkan biaya yang tinggi. Misalnya, mereka seringkali nongkrong di kafe itu kan butuh uang. Kemudian harus ke tempat gym, atau tempat olahraga yang tidak murah juga. Nah, itu yang di kota besar yang tidak disiapkan,” tutupnya.

    (fdl/fdl)

  • Saat Generasi Muda Mulai Bosan Mengejar Uang

    Saat Generasi Muda Mulai Bosan Mengejar Uang

    Jakarta

    Sebagian dari masyarakat mulai melirik konsep hidup slow living di tengah gempuran tantangan ekonomi dan kondisi global yang serba cepat serta tidak menentu. Konsep ini mengedepankan ritme yang tidak terburu-buru. Kontradiksi dari gaya hidup hustle culture, sebuah budaya yang cenderung mengakibatkan permasalahan psikologis.

    Garis besar dari konsep slow living ini meliputi kesederhanaan; yang berarti segala sesuatunya dipertimbangkan secara matang, agar kebermanfaatan menjadi prioritas. Selain itu, mengurangi konsumsi yang berlebihan dengan memikirkan dampak atas langkah yang akan diambil.

    Ekonom senior dari Institute for Development of Economics and Finance (INDEF), Tauhid Ahmad, mengatakan konsep ini cenderung digandrungi oleh kalangan generasi milenial dan generasi Z. Kedua generasi ini, Tauhid bilang, punya upaya besar agar bisa seimbang antara kebutuhan kerja, dengan keseimbangan mental dan sosial.

    “Jadi, tidak hanya mengejar ekonomi. Tetapi ada keseimbangan, misalnya kegiatan-kegiatan kesehatan mental sekadar ke kafe, atau ngopi, atau berkebun, atau lari pagi, dan sebagainya. Komunitas itu memang tumbuh seiring dengan perkembangan kebutuhan kota-kota besar yang demikian cepat tumbuhnya, tapi seperti kerja tidak ada habisnya. Sehingga, tumbuh semacam komunitas atau kelompok masyarakat untuk hidup slow living,” ujar Tauhid kepada detikcom, Sabtu (26/7/2025).

    Fenomena ini cenderung tidak terjadi di kota besar, seperti Jakarta. Lebih banyak terjadi di kawasan pinggiran. Selain soal tata kota yang tidak mumpuni untuk hidup slow living, Jakarta acap kali menjadi sasaran utama masyarakat untuk ikut dalam ajang beradu nasib dan mengais rezeki.

    “Jakarta ‘kan dengan kehidupan kota metropolitan dengan kemacetan, dengan kebutuhan hidup yang tinggi, lapangan pekerjaan terbatas, dan sebagainya. Orang berburu waktu, berburu uang. Sulit menerapkan kehidupan itu (slow living). Itu hanya tumbuh di kota yang, katakanlah, uang bukanlah segalanya. Misal Yogyakarta, Bali, Malang, Banyuwangi, atau mungkin yang terdekat ada Bandung. Desain kotanya juga ada ruang terbuka hijau jauh lebih banyak,” bebernya.

    Bisa jadi, kata Tauhid, kondisi hadirnya slow living mengindikasikan adanya pelemahan ekonomi di suatu wilayah. Meskipun secara garis besarnya, konsep slow living dimaknai sebagai mengurangi kebutuhan atau gaya hidup yang terlalu tinggi.

    “Slow living juga dimaknai untuk mengurangi konsumsi-konsumsi yang tidak perlu. Mengurangi kebutuhan atau gaya hidup yang terlalu tinggi. Jadi, tinggal di pinggiran kota yang bisa dapat semuanya. Misalnya, para pekerja yang sifatnya bisa work from home, atau para pekerja di sektor informal itu lebih punya waktu untuk memanfaatkan slow living,” katanya.

    Tauhid bilang, slow living punya sejumlah perspektif. Salah satunya, ketika tekanan ekonomi sedang tinggi, maka slow living bisa dimanfaatkan untuk mengurangi biaya hidup.

    “Slow living memang ada dua perspektif. Kalau tekanan ekonomi tinggi, dia bisa memanfaatkan slow living untuk mengurangi cost. Tapi slow living di kota besar biasanya membutuhkan biaya yang tinggi. Misalnya, mereka seringkali nongkrong di kafe itu kan butuh uang. Kemudian harus ke tempat gym, atau tempat olahraga yang tidak murah juga. Nah, itu yang di kota besar yang tidak disiapkan,” tutupnya.

    (fdl/fdl)

  • Rabu pagi, kualitas udara Jakarta terburuk ketiga di dunia

    Rabu pagi, kualitas udara Jakarta terburuk ketiga di dunia

    Jakarta (ANTARA) – Kualitas udara di Jakarta pada Rabu pagi masuk kategori tidak sehat dan menduduki peringkat ketiga sebagai kota dengan udara terburuk di dunia.

    Berdasarkan data situs pemantau kualitas udara IQAir pada pukul 05.52 WIB, Indeks Kualitas Udara (AQI) di Jakarta berada di angka 159 atau masuk dalam kategori tidak sehat dengan polusi udara PM2.5 dan nilai konsentrasi 66,5 mikrogram per meter kubik.

    Angka itu memiliki penjelasan tingkat kualitas udaranya tidak sehat bagi kelompok sensitif karena dapat merugikan manusia ataupun kelompok hewan yang sensitif atau bisa menimbulkan kerusakan pada tumbuhan ataupun nilai estetika.

    Situs tersebut juga merekomendasikan terkait kondisi udara di Jakarta, yaitu bagi masyarakat sebaiknya menghindari aktivitas di luar ruangan. Jika berada di luar ruangan gunakanlah masker, kemudian menutup jendela untuk menghindari udara luar yang kotor.

    Sedangkan kategori baik, yakni tingkat kualitas udara yang tidak memberikan efek bagi kesehatan manusia atau hewan dan tidak berpengaruh pada tumbuhan, bangunan ataupun nilai estetika dengan rentang PM2,5 sebesar 0-50.

    Kemudian, kategori sedang yakni kualitas udaranya yang tidak berpengaruh pada kesehatan manusia ataupun hewan tetapi berpengaruh pada tumbuhan yang sensitif dan nilai estetika dengan rentang PM2,5 sebesar 51-100.

    Lalu, kategori sangat tidak sehat dengan rentang PM2,5 sebesar 200-299 atau kualitas udaranya dapat merugikan kesehatan pada sejumlah segmen populasi yang terpapar. Terakhir, berbahaya (300-500) atau secara umum kualitas udaranya dapat merugikan kesehatan yang serius pada populasi.

    Kota dengan kualitas udara terburuk urutan pertama, yaitu Kinshasa (Kongo-Kinshasa) di angka 189, urutan kedua Kampala (Uganda) di angka 162, urutan keempat Lahore (Pakistan) di angka 157 dan urutan kelima Santiago de Chile, (Cile) di angka 143.

    Adapun Dinas Lingkungan Hidup (DLH) DKI Jakarta meluncurkan platform pemantau kualitas udara terintegrasi yang didukung 31 titik Stasiun Pemantau Kualitas Udara (SPKU) tersebar di wilayah kota metropolitan tersebut.

    Dari SPKU tersebut, kemudian data yang diperoleh ditampilkan melalui platform pemantau kualitas udara. Hal ini dibuat sebagai penyempurnaan dari yang sudah ada sebelumnya dan sesuai dengan standar yang berlaku secara nasional.

    Laman ini juga menampilkan data dari 31 SPKU di Jakarta yang mengintegrasikan data dari SPKU milik DLH Jakarta, Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG), World Resources Institute (WRI) Indonesia dan Vital Strategies.

    Pewarta: Ilham Kausar
    Editor: Azhari
    Copyright © ANTARA 2025

    Dilarang keras mengambil konten, melakukan crawling atau pengindeksan otomatis untuk AI di situs web ini tanpa izin tertulis dari Kantor Berita ANTARA.