Topik: ketahanan pangan nasional

  • Kadipaten Pakualaman Kembangkan Pertanian Modern Berbasis Teknologi di Kulonprogo

    Kadipaten Pakualaman Kembangkan Pertanian Modern Berbasis Teknologi di Kulonprogo

    KULONPROGO – Dalam upaya mendukung ketahanan pangan nasional, Kadipaten Pura Pakualaman menggandeng Kora Agri dan Directive One untuk mengembangkan lahan miliknya di pesisir Kalurahan Palihan dan Sindutan, Kapanewon Temon, Kabupaten Kulonprogo, menjadi kawasan pertanian modern berbasis teknologi tinggi.

    Proyek ini mengusung konsep pertanian presisi dengan berbagai inovasi, seperti mekanisasi pengolahan tanah berpasir, sistem irigasi presisi berbasis sensor kelembapan, pemantauan lahan otomatis untuk analisis pertumbuhan tanaman secara real-time, serta penggunaan varietas jagung unggul yang tahan terhadap salinitas dan kondisi pesisir.

    “Kami mengintegrasikan teknologi canggih dalam pertanian untuk menjawab tantangan lingkungan di wilayah pantai,” ujar Direktur Utama PT Direktif Utama Indonesia, Taofiq Hidayah, dalam sosialisasi yang digelar di RM Joglo Saerah, Palihan, Temon, Rabu 30 April.

    Lahan 10 Hektare Siap Digarap

    Total area pengembangan mencapai 103.570 meter persegi yang terdiri atas tiga bidang tanah bersertifikat: SHM No. 02594 (27.240 m²), SHM No. 02595 (35.490 m²), dan SHM No. 02917 (40.840 m²).

    Kora Agri akan menangani manajemen teknis pertanian, mulai dari penyediaan teknologi pengolahan tanah, sistem irigasi, hingga pemantauan produktivitas berbasis drone. Sementara Directive One berperan sebagai manajer proyek dan pengembangan bisnis yang mengatur perencanaan, koordinasi, dan keberlanjutan program.

    “Kami tidak hanya fokus pada peningkatan produksi, tapi juga menjaga keseimbangan ekosistem pesisir. Sebagian lahan tetap menjadi zona konservasi cemara udang sebagai pelindung alami dari abrasi pantai,” imbuh Taofiq.

    Libatkan Masyarakat Lokal

    Proyek ini juga bertujuan memberdayakan masyarakat sekitar pesisir dengan keterlibatan langsung dalam penanaman jagung dan kegiatan pertanian lainnya. Hal ini diharapkan bisa meningkatkan pendapatan dan kesejahteraan keluarga di wilayah tersebut.

    “Inisiatif ini sekaligus menjadi bentuk gotong royong antara Kadipaten, masyarakat, dan pemangku kepentingan lainnya dalam membangun ekonomi rakyat Kulonprogo,” jelas Taofiq.

    Komitmen Pembangunan Berkelanjutan

    Menurut KMT Pangarsowijoyo dari Urusan Panitikismo Kadipaten Pakualaman, pengembangan ini merupakan bagian dari komitmen jangka panjang Kadipaten dalam mendukung pertanian berkelanjutan di wilayah DIY.

    “Lahan milik Kadipaten tersebar di empat kapanewon pesisir Kulonprogo: Wates, Panjatan, Galur, dan Temon,” ujarnya.

    Menanggapi isu terkait surat teguran kepada PT Direktif Utama Indonesia, ia menegaskan bahwa dokumen tersebut bersifat internal dan belum pernah dikirim secara resmi.

    “Sri Paduka KGPAA Pakualam X telah memberikan palilah (izin pemanfaatan) kepada PT Direktif Utama Indonesia dengan syarat kegiatan dilakukan untuk tanaman bermanfaat, tidak mendirikan bangunan, dan harus melibatkan warga setempat,” tegasnya.

    Dengan total lahan Kadipaten Pakualaman yang mencapai sekitar 2.000 hektare, upaya ini diharapkan dapat menjadi model kolaborasi antara budaya, teknologi, dan pemberdayaan masyarakat dalam menghadapi tantangan ketahanan pangan masa depan.

  • Aset Naik Jadi Rp120 Miliar, Koperasi Kana Ekspor Gula ke Tiga Negara – Halaman all

    Aset Naik Jadi Rp120 Miliar, Koperasi Kana Ekspor Gula ke Tiga Negara – Halaman all

    TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA – Koperasi Kana yang berbasis di Surabaya berhasil mengekspor gula ke Hongkong, Thailand dan Malaysia dan jadi contoh sukses model koperasi modern yang mampu bersaing di pasar global sekaligus memperkuat fondasi ketahanan pangan nasional.

    Dalam Rapat Anggota Tahunan (RAT) yang digelar di Yogyakarta pada 30 April 2025 diketahui, dalam dua tahun terakhir, koperasi ini mencatat lonjakan aset signifikan dari Rp20 miliar menjadi Rp102 miliar.

    Tidak hanya tumbuh dari sisi finansial, koperasi ini juga berhasil melakukan ekspor ke sejumlah negara seperti 

    Pencapaian ini dinilai sebagai bentuk pengelolaan profesional yang mampu menjawab tantangan pasar internasional sekaligus membuka peluang besar bagi koperasi lain di Indonesia untuk menempuh jalur serupa.

    “Pemerintah terus memberikan dukungan kepada koperasi yang fokus pada ekspor, karena ini membuktikan bahwa koperasi memiliki potensi besar untuk mendorong pertumbuhan ekonomi rakyat,” ujar Henra Saragih, Deputi Bidang Kelembagaan dan Digitalisasi Koperasi, Kementerian Koperasi dan UKM dalam  keterangan tertulis, Kamis (1/5/2025).

    Menurutnya, meskipun koperasi ekspor masih tergolong sedikit dibandingkan koperasi simpan pinjam, peluangnya sangat besar.

    Koperasi Kana mampu menjadi role model, terutama dalam mendukung program Koperasi Merah Putih untuk memperkuat koperasi desa dan meningkatkan kemandirian ekonomi lokal.

    Ketua Koperasi Kana, Jonathan Danang Wardhana, menilai kebutuhan gula domestik yang mencapai 7 juta ton per tahun—dengan 5 juta ton di antaranya masih harus diimpor merupakan peluang besar yang belum dimanfaatkan secara optimal oleh pelaku industri lokal.

    “Fluktuasi nilai tukar dolar justru menjadi motivasi tambahan bagi kami untuk mendorong ekspor lebih luas. Kami optimistis bisa memberikan kontribusi nyata bagi ketahanan pangan nasional,” ujar Danang.

    Koperasi Kana menjalin kerja sama dengan Universitas Gadjah Mada (UGM) dalam pengembangan pertanian berbasis riset. Produktivitas lahan tebu meningkat drastis dari 120 ton menjadi 200 ton per hektar.

    Investasi dalam mesin dan teknologi modern juga memperkuat kapasitas produksi sekaligus efisiensi operasional.

    Dalam waktu dekat, koperasi ini akan memperluas kapasitas produksinya dengan membuka pabrik baru di Agam, Sumatera Barat, dan Banyuwangi, Jawa Timur, untuk memperkuat daya saing koperasi di sektor gula dan memperluas manfaat ekonomi ke daerah penghasil tebu lain.

    “Dengan ekspansi ini, kami ingin memastikan bahwa pertumbuhan koperasi juga berdampak langsung ke masyarakat. Ini sejalan dengan semangat Koperasi Merah Putih dalam memperkuat ekonomi desa,” kata Danang.

    Pihaknya siap mendukung dan bersinergi dalam penguatan koperasi desa, khususnya melalui program pendampingan bagi petani tebu di Kediri dan sekitarnya.

    “Kami telah berdiskusi dengan Kementerian Koperasi dan siap berkolaborasi untuk mewujudkan koperasi yang tangguh, profesional, dan berdampak luas,” kata dia. 

    Laporan: Reporter Eko Sutriyanto

     

     

  • Selamat, Pengusaha Asal Flores Timur Terpilih Jadi Duta Muda Pertanian 2025

    Selamat, Pengusaha Asal Flores Timur Terpilih Jadi Duta Muda Pertanian 2025

    Menurut Rahman, duta petani milenial memiliki beberapa tugas utama, yaitu mempromosikan pertanian sebagai pilihan karir yang menarik dan menjanjikan bagi anak muda, serta menjadi agen perubahan dalam meningkatkan ketahanan pangan nasional melalui pertanian modern dan berkelanjutan.

    Duta muda pertanian juga berperan dalam mengampanyekan pentingnya gender dalam rantai nilai pertanian dan mendukung pembangunan sosial melalui wirausaha pertanian.

    “Tugas kami selanjutnya menggerakkan lebih banyak anak muda untuk berkontribusi di bidang pertanian. Setiap kegiatan kementerian kami dilibatkan, sebagai pembicara, mengedukasi, memastikan koperasi merah putih berjalan dengan baik. Kami dituntut untuk ambil bagian dalam pelaksanaan koperasi merah putih,” jelas Rahman.

    Diundang ke Kalimantan

    Setelah berhasil terpilih menjadi duta muda pertanian, Rahman Tukan diundang menjadi pembicara di kampus ULM Kalimantan Timur pada tanggal 7 Mei 2025 mendatang.

    FGD itu akan dihadiri seluruh bupati di wilayah Kalimantan dan launching tanam pohon kelapa se-Indonesia. Rahman akan berbicara tentang pertanian khususnya budidaya kelapa dan kelapa sawit.

    “Saya akan berbicara tentang kelapa sebagai komoditi utama, poinnya kelapa milik petani lokal tapi sawit milik banyak investor besar,” ungkapnya.

    Setelah menjadi pembicara di Kalimantan, Rahman akan bertolak ke Jakarta dengan agenda pertemuan khusus dengan Menteri Pertanian RI, Andi Amran Sulaiman.

    “Kami juga diminta melaporkan diri ke dinas pertanian propinsi dan kabupaten, juga sekolah pertanian,” tutupnya.

  • UMKM Kok Sarno Terbang Sampai Pelosok Negeri Berkat KUR BRI  – Halaman all

    UMKM Kok Sarno Terbang Sampai Pelosok Negeri Berkat KUR BRI  – Halaman all

    Laporan Wartawan Tribunnews.com, Chrysnha Pradipha

    TRIBUNNEWS.COM, SOLO – Lorong sempit yang hanya muat satu sepeda motor di Kampung Makam Bergolo, Kecamatan Serengan, Solo, siang itu terasa lengang.

    Rumah-rumah berdempetan, sebagian temboknya mulai kusam, tapi di balik kesederhanaan itu, ada suara-suara yang mencerminkan kehidupan, gesekan bulu ayam, suara jahitan, dan tawa ringan dari ba[ak-bapak yang bekerja sambil bercengkerama.

    Di sinilah, industri rumahan shuttlecock tumbuh seperti akar pohon yang diam-diam menghidupi tanah, senyap, tapi kuat.

    Sarno, pria 59 tahun yang dikenal ramah dan bersahaja oleh warga setempat, adalah penggerak utama denyut ekonomi kecil itu.

    Ia bukan sekadar perajin, tapi juga pewaris tradisi yang sudah mengakar sejak 1988, meneruskan usaha yang dibangun orang tuanya.

    Di rumahnya yang sederhana namun tertata rapi, Sarno menata lemari berisi kok berbagai jenis dengan merek andalan yaitu T3.

    Merek ini bukan sekadar label dagang, melainkan simbol ketekunan, jatuh bangun, dan solidaritas warga kampungnya.

    Dulu, lebih dari 60 orang ikut membantunya memproduksi kok.

    Kini, sekitar 20-an pekerja tetap setia mengolah bulu ayam menjadi barang bernilai tinggi.

    “Mereka ada yang kerja di sini, ada yang dibawa ke rumah. Fleksibel, yang penting beres,” kata Sarno ditemui Tribunnews pada Senin (21/4/2025).

    Yang menarik, banyak dari para pekerja itu adalah ibu-ibu rumah tangga.

    Tangan-tangan halus itu kini lihai menjahit kok, menyelesaikan tahapan finishing, dan memastikan hasil akhir tetap prima.

    Satu buah kok melewati delapan tahapan, dikerjakan oleh delapan tangan berbeda.

    Mulai dari memilah bulu ayam, yang harus dari ayam kampung jantan berkualitas tinggi hingga akhirnya siap dikemas.

    Dalam seminggu, Sarno bisa memproduksi hingga 600 lusin kok.

    Dalam sebulan, bisa tembus lebih dari 2.000 lusin, dengan harga jual bervariasi dari Rp50.000 hingga lebih dari Rp100.000 per lusin, tergantung kualitas.

    Pasarnya bukan hanya Solo Raya, tapi juga merambah hingga Tasikmalaya, Purwokerto, dan kota-kota lain di Jawa.

    Bulu ayam sebagai bahan baku banyak didatangkan dari Demak dan Surabaya.

    “Kalau pas atlet Indonesia menang, permintaan naik tajam. Tapi kalau musim hujan atau puasa seperti sekarang, ya sepi,” tuturnya.

    Namun dalam setiap musim, baik surut maupun banjir pesanan, Sarno tetap punya satu prinsip: berbagi rezeki dengan orang sekitar.

    Upah yang ia berikan bahkan lebih tinggi dari UMK Kota Solo, dengan sistem kerja borongan.

    “Namanya kerja rumahan, terserah mereka mau mulai jam berapa. Yang penting selesai dan kualitas bagus,” ujarnya.

    Sarno tahu betul, keberhasilan usahanya tak hanya berdampak pada omzet pribadi, tapi juga pada perut banyak orang yang menggantungkan hidup dari shuttlecock.

    Maka ketika ada mantan karyawan yang keluar dan membuka usaha kok sendiri, Sarno tak merasa tersaingi.

    “Kalau ada pesanan banyak, ya saya gandeng lagi mereka. Kita saling bantu,” katanya ringan.

    Kenaikan pesanan biasanya datang jelang 17 Agustus, saat masyarakat berlomba mengadakan turnamen bulutangkis tingkat RT hingga kecamatan.

    Namun, lonjakan permintaan itu juga membuat harga bulu ayam meroket.

    “Sekarang cari bulu itu susah, mahal, makanya kami produksi jauh hari sebelumnya,” katanya sambil menatap rak yang sudah dipenuhi stok produksi.

    Bantuan BRI

    Di balik ceritanya yang inspiratif, ada satu nama yang terus ia sebut penuh rasa syukur yakni lewat Kredit Usaha Rakyat (KUR) BRI.

    “Saya nasabah lama. Dulu pertama kali pinjam cuma Rp1,5 juta. Sekarang plafon pinjaman sudah bisa sampai Rp100 juta,” katanya.

    Sarno mengaku sempat pindah ke bank lain, tapi segera balik karena merasa bunga di BRI lebih ringan dan prosesnya mudah.

    Dari situlah kemudian terbentuk klaster UMKM shuttlecock T3.

    KOK SOLO – Pengrajin kok di Serengan, Solo (Tribunnews.com/Chrysnha Pradipha)

    Kini, dia juga menjadi koordinator kredit kelompok lewat program Kredit Cepat (Kece) tanpa agunan dari BRI.

    “Kalau karyawan butuh modal, saya bantu ajukan. Angsuran dipotong dari gaji, jadi aman,” jelas Sarno.

    Salah satu pekerjanya, Lasiman, adalah contoh nyata bagaimana usaha kecil bisa mengubah nasib seseorang.

    Sejak usia 17 tahun, ia ikut membuat kok bersama Sarno.

    Sempat merantau, akhirnya ia kembali ke Solo dan menetap.

    “Saya ini orang kecil, rumah dulu masih tanah lantainya. Tapi dari kerja dan kredit BRI, saya bisa benahi rumah, bikin kamar mandi, sekolahkan anak,” ucap Lasiman lirih.

    Kini, di usia 54 tahun, Lasiman tinggal di rumah layak huni, hasil dari perjuangan panjang dan kerja keras yang tak pernah henti.

    Penyaluran KUR di BRI Cabang Solo Slamet Riyadi tercatat telah mencapai Rp736,86 miliar hingga 2 Maret 2025.

    Pimpinan Cabang BRI Solo Slamet Riyadi, Eko Hary Wijayanto, menyebutkan total penyaluran tersebut disalurkan kepada 29.273 debitur.

    Menurut Eko, mayoritas penerima KUR merupakan pelaku usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM) yang memiliki karakteristik usaha layak namun belum sepenuhnya bankable.

    “Pelaku UMKM ini menggunakan KUR untuk memenuhi kebutuhan modal kerja, pembelian inventaris, peralatan, renovasi usaha, hingga pengembangan produk,” jelasnya.

    Ia menambahkan, penggunaan dana KUR di wilayah Solo sebagian besar digunakan sebagai tambahan modal usaha.

    KUR dinilai tidak termasuk dalam kategori kredit bermasalah yang dapat dihapusbukukan atau dihapustagihkan, serta memiliki fleksibilitas dan kemudahan akses yang tinggi.

    Dengan sistem tersebut, KUR BRI diyakini turut mendorong pertumbuhan ekonomi daerah melalui dukungan terhadap sektor UMKM yang terus berkembang.

    PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk mempertegas komitmennya dalam memperkuat ekonomi kerakyatan dan peningkatan kesejahteraan masyarakat melalui penyaluran KUR.

    Hingga akhir Triwulan I tahun 2025, BRI telah menyalurkan Kredit Usaha Rakyat (KUR) senilai Rp42,23 triliun atau setara 24,13 persen dari alokasi tahun 2025 sebesar Rp175 triliun yang ditetapkan Pemerintah. Selama periode tersebut, sebanyak 975 ribu debitur pengusaha UMKM telah memperoleh manfaat KUR yang disalurkan BRI.

    Tak hanya dari sisi nilai kredit yang disalurkan dan jumlah debitur, BRI juga memastikan penyaluran KUR diarahkan ke sektor-sektor strategis yang berperan dalam mendorong pertumbuhan ekonomi, yang tercermin dari penyaluran KUR sebesar 62,43 persen ke sektor produksi. Sektor pertanian menjadi sektor ekonomi dengan jumlah penyaluran terbesar, mencapai Rp18,09 triliun. Capaian ini mencerminkan komitmen BRI dalam memperkuat ketahanan pangan nasional.

    BRI konsisten menerapkan manajemen risiko yang prudent dalam penyaluran KUR. Per Maret 2025, rasio kredit bermasalah (Non-Performing Loan/NPL) tercatat sebesar 2,29 persen, mencerminkan portofolio yang sehat dan pengelolaan risiko yang optimal.

    Corporate Secretary BRI Agustya Hendy Bernadi menyampaikan bahwa penyaluran KUR merupakan bagian dari strategi perusahaan dalam memperluas akses pembiayaan yang inklusif dan mendorong pertumbuhan ekonomi nasional.

    “Penyaluran KUR yang berfokus pada sektor produktif merupakan bentuk keberpihakan nyata BRI terhadap pembangunan ekonomi nasional. BRI meyakini bahwa pembiayaan yang tepat sasaran dapat menciptakan multiplier effect yang signifikan, khususnya dalam mendorong kemandirian usaha dan membuka lapangan pekerjaan,” ujarnya.

    Hendy menambahkan bahwa fokus pada sektor pertanian merupakan bagian dari strategi BRI dalam mendukung ketahanan pangan nasional. “Dukungan terhadap sektor pertanian tidak hanya berdampak pada pertumbuhan ekonomi, tetapi juga mendorong peningkatan kesejahteraan masyarakat secara berkelanjutan, serta mendukung upaya pemerintah untuk mewujudkan swasembada pangan. Hal ini sekaligus menunjukkan peran BRI dalam membangun fondasi ekonomi nasional yang tangguh dan inklusif,” pungkas Hendy.

    (*)

  • Gudang Bulog Penuh, Mentan: Bukan Masalah, Ini Kabar Gembira
                
                    
                        
                            Nasional
                        
                        30 April 2025

    Gudang Bulog Penuh, Mentan: Bukan Masalah, Ini Kabar Gembira Nasional 30 April 2025

    Gudang Bulog Penuh, Mentan: Bukan Masalah, Ini Kabar Gembira
    Tim Redaksi
    JAKARTA, KOMPAS.com
    – Menteri Pertanian (Mentan) Andi Amran Sulaiman mengatakan, penuhnya gudang Bulog jangan dianggap sebagai masalah.
    Amran mengatakan, hal ini kabar yang baik lantaran gudang penuh akibat melimpahnya stok beras Tanah Air.
    “Tadi masalah gudang sebenarnya bukan masalah sih, apa ya, ini berita gembira karena gudang Bulog tidak cukup sehingga sudah menyewa sampai hari ini 1,1 juta ton kapasitas,” ucap Amran di Kompleks Istana, Jakarta, Rabu (30/4/2025).
    Amran meminta hal ini dipandang sebagai suatu keberuntungan.
    “Jadi bukan masalah, keberuntungan, jadi pertanyaannya dibalik, katanya ada keberuntungan karena gudang penuh berarti produksi tinggi,” tuturnya.
    Amran juga menjelaskan kedatangannya ke Istana untuk melaporkan ketahanan pangan nasional.
    Dia mengungkapkan sejumlah capaian signifikan di sektor pangan nasional, khususnya dalam ketersediaan stok beras yang menjadi capaian tertinggi dalam 23 tahun terakhir.
    “Saat ini stok kita hampir 3,4 juta ton, semalam itu diperkirakan sudah mencapai 3,4 ton dan kalau ini tidak ada kendala ke depan, 20 hari paling lambat itu mencapai 4 juta ton stok kita,” jelasnya. “Sekarang ini 3,4 juta ton ini tertinggi selama 23 tahun. Ini tertinggi,” tegas Amran.
    Selain itu, ia mengungkap, tingkat serapan beras juga menunjukkan tren positif.
    Dalam satu bulan terakhir, serapan beras mencapai 1 juta ton, sementara total serapan dari Januari hingga April 2025 telah menembus angka 1,7 juta ton.
    “Biasanya, 10 tahun terakhir atau 5 tahun terakhir, serapan beras kita hanya rata-rata 1,2 juta ton,” ungkapnya.
    Menteri Amran juga menyampaikan bahwa bulan Mei diperkirakan menjadi
    puncak panen jagung
    nasional.
    Oleh karenanya, pemerintah juga telah bersiap untuk menyerap produksi jagung dalam jumlah besar.
    “Kelihatan produksi jagung kita cukup baik, sehingga kita harus persiapan serap ke depan,” kata Amran.
    Dalam pertemuan Amran dengan Presiden Prabowo juga akan mendiskusikan langkah strategis dalam penguatan infrastruktur pertanian.
    Amran menyatakan bahwa Kementerian Pertanian dan Kementerian PUPR telah mengidentifikasi 2 juta hektar lahan yang memerlukan rehabilitasi irigasi.
    “Kami sudah sepakat dan insya Allah dikerjakan tahun ini,” ucap Amran.
    *Sewa gudang Sebelumnya diberitakan, Menteri Amran mengatakan, Perum Bulog telah menyewa gudang baru untuk menampung beras.
    Amran mengatakan bahwa gudang-gudang Bulog sudah mulai penuh, sehingga pemerintah menyewa gudang baru.
    “Kemudian sewa gudang, karena Bulog gudangnya sebagian sudah penuh. Itu 750.000 ton kami sudah sewa sampai dengan hari ini,” kata Amran saat memberikan laporan awal ke Presiden Prabowo Subianto di Majalengka, Jawa Barat, Senin (7/4/2025).
    “Karena gudangnya di sebagian kabupaten sudah penuh, sehingga kami sewa,” tambah Amran.
    Copyright 2008 – 2025 PT. Kompas Cyber Media (Kompas Gramedia Digital Group). All Rights Reserved.

  • Eks Tapol Orba Optimistis Swasembada Pangan Terwujud dan Jadi Bukti Kemandirian Nasional

    Eks Tapol Orba Optimistis Swasembada Pangan Terwujud dan Jadi Bukti Kemandirian Nasional

    Laporan Wartawan TribunJakarta.com, Gerald Leonardo Agustino

    TRIBUNJAKARTA.COM, TANJUNG PRIOK – Mantan pimpinan Partai Rakyat Demokratik (PRD), Wignyo Prasetyo, mengapresiasi langkah progresif pemerintah dalam mewujudkan swasembada sebagai bagian dari ketahanan pangan nasional.

    Rasa optimis tersebut dibarengi dengan keinginan Presiden Prabowo Subianto yang menargetkan Indonesia mencapai swasembada pangan dalam tiga hingga empat tahun ke depan.

    Target ini didukung dengan pencetakan luas lahan panen hingga empat juta hektare.

    “Harus optimistis dong. Ini langkah progresif pemerintah yang patut diapresiasi. Kita lihat saja, awal tahun ini sudah tampak tanda-tandanya. Mungkin tidak sampai tiga tahun, swasembada bisa terwujud,” ujar Wignyo kepada wartawan, Selasa (29/04/2025).

    Wignyo, yang juga menjabat sebagai Ketua Koordinator Nasional Tim 8 Prabowo-Gibran, menyatakan bahwa program food estate merupakan salah satu upaya nyata pemerintah dalam mencapai swasembada pangan.

    “Salah satu penyumbang utama swasembada pangan adalah program food estate. Ini harus dilanjutkan dan kita dukung bersama,” tegasnya.

    Lebih lanjut, ia menilai situasi global yang tidak menentu, termasuk adanya perang tarif, mendorong pentingnya Indonesia untuk segera mandiri dalam pemenuhan kebutuhan pangannya.

    Dua wilayah di Jakarta Barat dijadikan gudang penampungan motor curian. Para pelaku menyimpan hasil kejahatannya itu sembari menunggu kian banyaknya jumlah motor hasil curian sebelum dijual ke penadah.

    “Sudah saatnya kita menjadi bangsa yang mandiri. Produksi dalam negeri harus mampu memenuhi kebutuhan nasional, bahkan bisa surplus,” katanya.

    Mantan mahasiswa Universitas Indonesia yang pernah menjadi tahanan politik pada era Orde Baru ini juga memaparkan data dari Badan Pusat Statistik (BPS) mengenai proyeksi kebutuhan dan produksi beras nasional.

    Berdasarkan data BPS, kebutuhan beras nasional pada 2025 diperkirakan mencapai 31 juta ton, sementara pemerintah menargetkan produksi sebesar 32 juta ton.

    Dari Januari hingga April, penyerapan sudah mencapai lebih dari 13 juta ton.

    “Jadi, kita optimistis bahwa hingga akhir 2025, produksi dalam negeri bisa melampaui target. Artinya, kita tidak hanya mampu memenuhi kebutuhan nasional, tapi juga berpotensi surplus,” pungkasnya.

    (TribunJakarta)

    Akses TribunJakarta.com di Google News atau WhatsApp Channel https://whatsapp.com/channel/0029VaS7FULG8l5BWvKXDa0f.

    Pastikan Tribunners sudah install aplikasi WhatsApp ya

  • BNPP-Pemkab Sambas perkuat sektor ekonomi dan pendidikan di perbatasan

    BNPP-Pemkab Sambas perkuat sektor ekonomi dan pendidikan di perbatasan

    Jakarta (ANTARA) – Badan Nasional Pengelola Perbatasan (BNPP) RI dan Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Sambas tengah mempersiapkan sejumlah langkah strategis untuk memperkuat pembangunan kawasan perbatasan mulai dari bidang ekonomi hingga pendidikan.

    Beberapa rencana yang dilakukan termasuk percepatan pembangunan pelabuhan ekspor-impor, peningkatan ketahanan pangan, dan pengembangan akses pendidikan melalui rencana pendirian Sekolah Rakyat serta Politeknik Universitas Pertahanan (Unhan) di Kabupaten Sambas, Kalimantan Barat.

    “Potensi pertanian seperti cabai, bawang, dan berbagai sayuran dari Sambas sangat besar. Dengan akses ekspor yang lebih baik, komoditas ini bisa menjadi unggulan di pasar internasional,” kata Sekretaris BNPP RI Komjen Pol. Makhruzi Rahman dalam keterangan yang diterima di Jakarta, Selasa.

    Adapun, langkah-langkah tersebut dibahas dalam audiensi antara Makhruzi dengan Bupati Sambas Satono pada Senin (28/4), sebagai bagian dari upaya mendorong pertumbuhan ekonomi dan kesejahteraan masyarakat di wilayah perbatasan.

    Dalam bidang perdagangan internasional, Makhruzi menyoroti tantangan besar yang dihadapi Kabupaten Sambas karena belum memiliki pelabuhan ekspor-impor.

    Ia menilai perlu adanya percepatan pembangunan pelabuhan guna mendukung aktivitas ekonomi kawasan yang kaya akan komoditas pertanian.

    Sebagai tindak lanjut, BNPP akan mengajukan surat permohonan kepada Kementerian Perdagangan untuk pengoperasian terminal barang internasional (TBI) di Sambas.

    Penyusunan regulasi operasional TBI juga akan melibatkan Kementerian Perhubungan, Bea Cukai, Imigrasi serta TNI/Polri guna memastikan proses ekspor-impor berjalan efektif dan efisien.

    “TBI ini akan menjadi simpul vital dalam meningkatkan aktivitas perdagangan lintas negara dari wilayah perbatasan. Ini bukan hanya tentang fasilitas fisik, tetapi bagaimana mempercepat pertumbuhan ekonomi masyarakat perbatasan,” ujar Makhruzi.

    Ia juga menegaskan bahwa BNPP mendorong agar seluruh pos lintas batas negara (PLBN), baik tipe A maupun tipe B dapat difasilitasi dengan TBI.

    “Percepatan operasionalisasi TBI dinilai krusial untuk mendukung optimalisasi fungsi PLBN sebagai pusat pertumbuhan baru di wilayah perbatasan,” ujarnya.

    Di bidang pendidikan, BNPP mendukung rencana pembangunan Sekolah Rakyat untuk memperluas akses pendidikan masyarakat di wilayah perbatasan.

    Makhruzi juga menyampaikan dukungannya terhadap rencana pendirian Politeknik Unhan yang akan difokuskan pada sektor pertanian.

    “Politeknik ini akan difokuskan pada sektor pertanian untuk memperkuat ketahanan pangan nasional. Dengan memanfaatkan potensi lokal, kita dapat mencetak sumber daya manusia pertanian yang mumpuni dari masyarakat perbatasan,” ucapnya.

    BNPP juga mengapresiasi Pemkab Sambas atas komitmennya dalam mendukung program nasional.

    Makhruzi menyoroti keberhasilan pelaksanaan Program Makan Bergizi Gratis (MBG) yang telah berjalan dengan baik di wilayah tersebut.

    “Program MBG ini bukan hanya soal memberikan makanan bergizi, tetapi juga membentuk fondasi kesehatan generasi masa depan di wilayah perbatasan serta sejalan dengan program pemerintah,” ujarnya.

    Untuk itu, BNPP dan Pemkab Sambas sepakat untuk terus memperkuat kolaborasi lintas sektor demi mewujudkan kawasan perbatasan yang maju, berdaya saing, dan sejahtera.

    Menurut dia, pertemuan itu menjadi langkah konkret dalam sinergi antara pemerintah pusat dan daerah untuk mempercepat pembangunan berkelanjutan di wilayah perbatasan Indonesia.

    Pewarta: Benardy Ferdiansyah
    Editor: Laode Masrafi
    Copyright © ANTARA 2025

  • Anggota DPR Dave Laksono: Kebijakan Presiden Soal Pertanian Fokus pada Kemandirian Pangan – Halaman all

    Anggota DPR Dave Laksono: Kebijakan Presiden Soal Pertanian Fokus pada Kemandirian Pangan – Halaman all

    TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA – Anggota DPR RI Fraksi Partai Golkar, Dave Laksono, menilai  kebijakan pangan Presiden Prabowo Subianto telah mencatat pencapaian luar biasa.

    Menurutnya, kebijakan Prabowo berfokus pada kemandirian pangan dan kesejahteraan petani yang berdampak nyata bagi masyarakat.

    Pembukaan 2 juta hektar lahan baru untuk pertanian berhasil meningkatkan luas panen dan memperkuat ketahanan pangan nasional, sehingga produksi beras Indonesia meningkat signifikan.

    “Alhamdulillah, dalam enam bulan, Indonesia mencatat rekor baru dengan stok cadangan beras pemerintah mencapai 3,18 juta ton, tertinggi dalam 23 tahun,” kata Dave kepada wartawan, Senin (28/4/2025).

    Selain itu, produksi beras nasional juga meningkat 50–62 persen antara Januari hingga April 2025 berdasarkan data dari Badan Pusat Statistik (BPS). 

    Pemerintah telah memperbesar alokasi pupuk, menyederhanakan regulasi, dan mempercepat distribusi sarana produksi untuk meningkatkan hasil panen.

    Wakil Ketua Komisi I DPR RI itu menyebut Indonesia berpeluang besar mengekspor beras ke negara tetangga, sesuai pernyataan Presiden Prabowo di Banyuasin, Sumatra Selatan. 

    “Dengan cadangan beras melimpah, Indonesia dapat memenuhi kebutuhan domestik dan mendukung ketahanan pangan regional,” kata dia

    Selain meningkatkan produksi, Dave menyebut kebijakan Presiden Prabowo juga memperhatikan kesejahteraan petani dengan menetapkan harga serap gabah Rp 6.500 per kilogram, yang membantu meningkatkan pendapatan dan mendorong petani tetap aktif dalam sektor pertanian.

    “Keberhasilan ini mencerminkan visi Presiden Prabowo dalam mewujudkan kemandirian pangan dan meningkatkan taraf hidup masyarakat, khususnya petani. Lonjakan produksi beras tersebut juga didukung oleh arahan Presiden melalui Inpres dan Perpres untuk mempercepat peningkatan produksi pertanian,” tandasnya.

    Sebelumnya, Presiden Prabowo Subianto mengatakan bahwa meningkatnya produksi pertanian kini tak hanya cukup untuk kebutuhan dalam negeri saja, tapi juga mulai diminati oleh negara lain. 

    Hal itu disampaikan Presiden dalam sambutannya pada Peluncuran Program Gerakan Indonesia Menanam (Gerina) di Kabupaten Banyuasin, Provinsi Sumatra Selatan, pada Rabu, (23/4/2025).

    Menurut Presiden, hasil produksi pertanian dalam empat bulan terakhir menunjukkan lonjakan signifikan hingga membuat beberapa negara meminta bantuan pangan dari Indonesia. Hal ini dianggap sebagai lompatan besar dari posisi Indonesia sebelumnya yang dikenal sebagai pengimpor pangan.

    “Beberapa negara minta agar kita kirim beras ke mereka, saya izinkan dan saya perintahkan kirim beras ke mereka dan kalau perlu atas dasar kemanusiaan,” katanya. 

    Presiden menekankan bahwa bantuan tersebut akan tetap memperhitungkan biaya produksi, distribusi, dan administrasi. Namun, tetap dilandasi oleh semangat solidaritas dan tanggung jawab global. 

    “Kita jangan terlalu cari untung besar, yang penting ongkos produksi plus angkutan plus administrasi kembali. Kita buktikan bangsa Indonesia sekarang menjadi bangsa bukan bangsa yang minta-minta, tapi bangsa yang bisa membantu dan memberi bangsa lain,” tambahnya. 

    Sebagai bagian dari program besar ini, pemerintah juga mendorong pembangunan gudang dan pendingin hasil panen di setiap desa, serta memberikan truk pengangkut agar hasil pertanian tidak terbuang sia-sia. Presiden mengungkapkan keprihatinannya atas banyak hasil panen petani yang rusak karena tidak sempat dipasarkan.

    “Sekarang tiap desa akan punya gudang. Tiap desa akan punya kamar pendingin. Hasil apapun akan aman sampai dia mampu menjual. Dan tiap kooperasi akan kita beri truk,” katanya.

    Lebih lanjut, Presiden menegaskan bahwa bangsa Indonesia tidak akan tunduk atau meminta-minta kepada negara lain. Ia mengajak seluruh elemen bangsa untuk bekerja, bukan mengeluh, dan membangun dari kekuatan sendiri.

    “Kita buktikan hari ini bahwa Indonesia mampu. Bangsa yang mampu bukan bangsa yang menyerah, bukan bangsa yang kalah bukan bangsa yang minta-minta,” pungkas Presiden. 

  • Dukung UMKM Naik Kelas, Pemerintah Siap Salurkan KUR Senilai Rp300 Triliun!

    Dukung UMKM Naik Kelas, Pemerintah Siap Salurkan KUR Senilai Rp300 Triliun!

    JABAR EKSPRES – Pemerintah melalui perbankan telah menyiapkan pembiayaan berupa kredit usaha rakyat (KUR) sebesar Rp300 triliun. Itu sebagai dukungan terhadap pelaku usaha mikro, kecil, dan menangah (UMKM) naik kelas.

    Dari alokasi dana itu, PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk (BRI) mendapat jatah Rp175 triliun. Bank plat merah itu memastikan KUR disalurkan ke sejumlah sektor strategis.

    Hal itu disampaikan Corporate Secretary BRI Agustya Hendy Bernadi. “Pertanian menjadi sektor dengan penyaluran terbesar mencapai Rp18,09 triliun,” ujarnya, dikutip Senin (28/4/2025).

    BACA JUGA:Dorong Stabilitas Harga dan Perkembangan UMKM Lokal, Pemkot Bandung Bakal Gelar Bazar Murah Tiap Triwulan 

    Hingga akhir triwulan I 2025, BRI telah menyalurkan KUR senilai Rp42,23 triliun kepada 975 ribu debitur UMKM. Itu setara 24,13 persen dari alokasi perseroan tahun ini.

    Menurut Hendy, penyaluran ini mampu mendorong pertumbuhan ekonomi dan ketahanan pangan nasional. Hal itu tercermin dari penyaluran KUR sebanyak 62,43 persen ke sektor produksi.

    Selain itu, dia juga memastikan bahwa dalam penyaluran KUR pihaknya menerapkan manajemen risiko yang prudent. Per Maret 2025, rasio kredit bermasalah alias non-performing loan (NPL) tercatat 2,29 persen. Dengan demikian, portofolio masih sehat dan pengelolaan risiko yang optimal.

    Ia juga menyakini ini meruapakn strategi perseroan dalam memperluas pembiayaan yang inklusif.

    BACA JUGA:Realisaasi Penghapusan Piutang UMKM Didepan Mata, Tembus Rp15,5 Tiliun!

    “BRI meyakini bahwa pembiayaan yang tepat sasaran dapat menciptakan multiplier effect yang signifikan, khususnya dalam mendorong kemandirian usaha dan membuka lapangan pekerjaan,” ujarnya.

    Kemudian di sektor pertanian, kata dia, penyaluran KUR merupakan strategi BRI dalam mendukung ketahanan pangan nasional. Ini mendorong peningkatan kesejahteraan masyarakat secara berkelanjutan. Serta mendukung upaya pemerintah untuk mewujudkan swasembada pangan.

    “Hal ini sekaligus menunjukkan peran BRI dalam membangun fondasi ekonomi nasional yang tangguh dan inklusif,” jelasnya.

  • Pesisir Ternyata Bisa jadi Lahan Pertanian Subur, Ini Buktinya – Page 3

    Pesisir Ternyata Bisa jadi Lahan Pertanian Subur, Ini Buktinya – Page 3

    Liputan6.com, Jakarta PT Perusahaan Gas Negara Tbk (PGN) selaku Subholding Gas Pertamina berkomitmen mendukung ketahanan pangan nasional melalui keberhasilan panen padi Biosalin seluas 20 hektare di wilayah pesisir utara Kelurahan Mangunharjo, Kecamatan Tugu, Semarang, Jawa Tengah.

    Panen ini menjadi penanda suksesnya implementasi Program Riset Smart Farming Biosalin 1 dan 2 yang merupakan kolaborasi antara Pemerintah Kota Semarang, Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN), dan PGN pada Desember 2024 lalu.

    Padi Biosalin merupakan varietas benih padi yang tahan terhadap kadar garam tinggi, menjadikannya solusi inovatif bagi lahan-lahan pesisir yang sebelumnya tidak produktif akibat intrusi air laut. Sebagian besar lahan seluas 20 hektare yang dipanen itu merupakan lahan tidur salin milik Kelompok Tani Sumber Rezeki di desa setempat.

    Lahan tidur tersebut sudah tidak lagi dimanfaatkan sejak kejadian gagal panen akibat salinitas atau tingkat keasinan dalam air yang tinggi pada tahun 2021, sehingga Biosalin menjadi tanaman yang cocok untuk menghidupkan kembali lahan pesisir.

    Adapun panen kali ini menghasilkan total produksi sebesar 116,95 ton Gabah Kering Panen (GKP), dengan rata-rata produktivitas mencapai 5,85 ton per hektare. Varietas padi Biosalin 1 memberikan hasil sebesar 6,03 ton per hektare, sementara Biosalin 2 mencatat produktivitas 5,67 ton per hektare.

    Sekretaris Perusahaan PT Perusahaan Gas Negara Tbk (PGN), Fajriyah Usman mengatakan, capaian ini menjadi bukti nyata keberhasilan inovasi pertanian adaptif terhadap salinitas tinggi, sekaligus menunjukkan dampak positif dari sinergi antara energi, riset, dan pemberdayaan masyarakat melalui program Social Responsibility (CSR) PGN.

    “Keberhasilan panen padi Biosalin ini menunjukkan bahwa upaya kolaboratif antara pemerintah, lembaga riset, dan dunia usaha mampu mewujudkan ketahanan pangan di wilayah yang menantang. PGN bangga bisa berkontribusi nyata bagi masyarakat pesisir melalui pemanfaatan lahan tidur yang kini menjadi sumber harapan baru,” ungkap Fajriyah Usman, Sabtu (26/4).