Topik: ketahanan pangan nasional

  • Khofifah Optimistis Jatim Jadi Garda Terdepan Wujudkan Kedaulatan Pangan Nasional – Page 3

    Khofifah Optimistis Jatim Jadi Garda Terdepan Wujudkan Kedaulatan Pangan Nasional – Page 3

    Tidak berhenti sampai di situ, kenaikan produksi padi dan beras Jatim tahun 2025 disokong penambahan luas tanam. Tercatat, luas panen Jatim tahun 2025 periode Januari-Juli mencapai 1.299.222 hektar. Angka itu meningkat 13,4 persen dibanding periode yang sama tahun sebelumnya.

    Khofifah meyakini Jatim bisa menjadi kekuatan baru bagi pangan nasional. Karenanya capaian hasil positif tersebut tidak lepas dari peran semua pihak untuk bersama-sama mewujudkan ketahanan pangan nasional.

    “Jatim siap memberikan upaya maksimal untuk bersama-sama mewujudkan ketahanan pangan nasional,” tandasnya.

    Melihat hal tersebut, Pengamat Politik Universitas Trunojoyo Madura, Surokim Abdussalam menilai masyarakat semestinya mengapresiasi dan mendukung langkah strategis Khofifah di bidang pertanian. Menurutnya, capaian positif itu tak terlepas dari kerja nyata Khofifah.

    “Apa yang dilakukan Bu Khofifah sebagai gubernur patut diapresiasi dan kebijakan-kebijakan pertanian dan dukungan terhadap petani Jatim yang sudah dilakukan selama ini harus ditingkatkan dan dilanjutkan,” ungkap Surokim.

     

  • Panen Jagung Perdana di Lahan Bumdes Pademonegoro, Dukung Ketahanan Pangan Nasional

    Panen Jagung Perdana di Lahan Bumdes Pademonegoro, Dukung Ketahanan Pangan Nasional

    Sidoarjo (beritajatim.com) – Wujud nyata dukungan terhadap program ketahanan pangan nasional dalam Asta Cita Presiden Prabowo Subianto dan arahan Kapolresta Sidoarjo Kombes Pol Christian Tobing mulai tampak di Desa Pademonegoro, Kec. Sukodono.

    Di lahan milik Badan Usaha Milik Desa (BUMDes) setempat, dilaksanakan panen jagung perdana sebagai langkah awal menuju swasembada pangan tahun 2025, Jumat (13/6/2025).

    Kegiatan ini mendapatkan antusiasme tinggi dari masyarakat, serta berbagai unsur Forkopimka. Turut hadir dalam kegiatan tersebut antara lain Kapolsek Sukodono AKP Saadun, Danramil Kapten Ghofur, perwakilan Camat Sukodono M. Suhud, Kepala Desa Pademonegoro Ispriyanto, Kanit Binmas, Bhabinkamtibmas, Babinsa, serta unsur perangkat desa, tokoh agama, tokoh masyarakat, Pokdarkamtibmas, dan warga desa.

    Kegiatan panen jagung diawali dengan arahan dari Kapolsek, Danramil, dan Kepala Desa. Mereka memberikan apresiasi atas kerja keras masyarakat dan para penggerak ketahanan pangan desa, khususnya Bhabinkamtibmas, yang turut aktif mendampingi proses penanaman hingga panen. Harapannya, hasil panen berikutnya akan lebih meningkat baik dari sisi kualitas maupun kuantitas.

    “Panen jagung ini bukan hanya bukti nyata kerja keras bersama, tapi juga simbol harapan bagi kemajuan desa menuju kemandirian pangan,” ujar Kapolsek Sukodono, AKP Saadun.

    Jagung yang dipanen dari lahan BUMDes ini memiliki banyak manfaat. Selain dapat dikonsumsi sebagai makanan pokok seperti nasi jagung, juga berfungsi sebagai bahan campuran dalam berbagai olahan makanan, serta bahan pakan ternak, khususnya ayam dan sapi.

    Dengan demikian, hasil panen ini tidak hanya meningkatkan ketahanan pangan Polresta Sidoarjo Polda Jawa Timur, tetapi juga berpotensi menambah pendapatan masyarakat desa.

    Kepala Desa Pademonegoro, Ispriyanto, menyampaikan rasa bangganya atas sinergi antara pemerintah desa, TNI-Polri, dan masyarakat. Ia berharap kegiatan seperti ini bisa terus berkembang dan menjadi budaya baru di tengah masyarakat.

    “Lahan BUMDes ini kami kelola sebagai bagian dari upaya kemandirian desa. Panen hari ini membuktikan bahwa dengan kerja keras dan kolaborasi yang baik, kita mampu memenuhi kebutuhan pangan dari hasil bumi sendiri,” tutur Ispriyanto.

    “Kami optimis, Desa Pademonegoro bisa menjadi contoh bagi desa lain dalam memanfaatkan lahan produktif untuk ketahanan pangan,” tambahnya.

    Program panen ini sejalan dengan upaya Polri dalam mendukung implementasi Asta Cita di bidang ketahanan pangan, melalui gerakan Polisi Cinta Petani. Kegiatan ini juga memperkuat sinergi antara unsur TNI-Polri, pemerintah desa, dan warga dalam membangun ketahanan pangan dari desa.

    Ke depan, Desa Pademonegoro diharapkan bisa menjadi salah satu percontohan desa tangguh pangan di wilayah Sukodono dan Kabupaten Sidoarjo secara umum. [isa/aje]

  • Panen Terong dan Lele, Lapas Mojokerto Buktikan WBP Dukung Ketahanan Pangan

    Panen Terong dan Lele, Lapas Mojokerto Buktikan WBP Dukung Ketahanan Pangan

    Mojokerto (beritajatim.com) – Lembaga Pemasyarakatan (Lapas) Kelas IIB Mojokerto terus menunjukkan kontribusinya dalam mendukung ketahanan pangan nasional serta pembinaan kemandirian warga binaan pemasyarakatan (WBP). Dalam dua hari berturut-turut, Lapas Mojokerto sukses menggelar panen komoditas terong dan lele hasil budidaya WBP di lingkungan lapas.

    Pada Kamis (12/6/2025), puluhan kilogram terong berhasil dipanen dari kebun produktif yang dikelola oleh para WBP di bawah pengawasan dan pendampingan petugas pembinaan. Kepala Lapas Kelas IIB Mojokerto, Rudi Kristiawan, menyampaikan bahwa panen ini merupakan bukti keberhasilan program pertanian produktif di dalam lapas.

    “Panen terong ini menunjukkan bahwa pembinaan di lapas tidak sia-sia. Selain membekali keterampilan bercocok tanam, kegiatan ini juga mendukung program ketahanan pangan yang menjadi prioritas nasional,” ujar Rudi Kristiawan.

    Terong dipilih sebagai komoditas utama karena mudah dibudidayakan, bernilai gizi tinggi, dan memiliki potensi pasar yang luas. Para WBP dilatih tidak hanya dalam aspek teknis pertanian, tetapi juga dalam hal perencanaan, kerja keras, dan tanggung jawab. Hasil panen dimanfaatkan untuk memenuhi kebutuhan dapur lapas, sekaligus menjadi sarana edukasi serta peluang unit usaha pertanian di masa depan.

    Sehari sebelumnya, pada Rabu (11/6/2025), Lapas Mojokerto juga menggelar panen lele di Sarana Asimilasi dan Edukasi (SAE). Budidaya lele ini merupakan bagian dari implementasi 13 Program Akselerasi Kementerian Hukum dan HAM, terutama dalam aspek penguatan ketahanan pangan dan pembinaan kemandirian.

    “Panen lele ini adalah bentuk konkret dari pelaksanaan program akselerasi. Kami ingin menciptakan warga binaan yang produktif, mandiri, dan siap kembali ke masyarakat dengan bekal keterampilan yang bermanfaat,” tambah Rudi.

    Kegiatan budidaya lele melibatkan proses pembesaran, perawatan hingga panen secara konsisten oleh para WBP dengan pendampingan intensif dari petugas. Selain menambah keterampilan teknis, kegiatan ini juga menanamkan nilai kerja sama, kedisiplinan, dan tanggung jawab.

    Dengan semangat Produktif di Balik Jeruji, Lapas Kelas IIB Mojokerto membuktikan bahwa pembinaan warga binaan bukan sekadar formalitas, tetapi merupakan proses nyata yang berdampak positif bagi individu, institusi, dan masyarakat luas. [tin/beq]

  • PDIP Wanti-wanti soal Rekrutmen 24.000 Tamtama TNI AD untuk Batalyon Pangan

    PDIP Wanti-wanti soal Rekrutmen 24.000 Tamtama TNI AD untuk Batalyon Pangan

    Bisnis.com, JAKARTA — Anggota Komisi I DPR RI dari Fraksi PDI Perjuangan (PDIP) TB Hasanuddin mengingatkan soal tugas, pokok, dan fungsi (tupoksi) TNI kala mencuatnya rencana TNI AD akan merekrut 24.000 tamtama guna membentuk batalyon teritorial pembangunan.

    Purnawirawan TNI ini menegaskan pentingnya pemahaman terhadap peran TNI dalam sistem pertahanan rakyat semesta dan ketahanan pangan nasional.

    “Sesuai dengan Undang-Undang yang berlaku, prajurit TNI sebaiknya lebih fokus pada kesiapan tempur dengan melakukan latihan secara intensif,” katanya dalam keterangan tertulis, dikutip Kamis (12/6/2025).

    Terkait hal tersebut, TB menekankan Indonesia itu menganut sistem pertahanan rakyat semesta, sehingga seluruh potensi negara dimanfaatkan untuk kepentingan pertahanan negara.

    “Doktrin utama yang diterapkan adalah perang berlarut, dimulai dengan perang konvensional dan jika diperlukan berlanjut dengan perang gerilya hingga kemenangan tercapai,” ujarnya.

    Dalam konteks perang berlarut, dia menjelaskan bahwa sangat penting untuk menyiapkan wilayah-wilayah logistik, termasuk penyediaan bahan makanan di desa-desa, kampung, dan kota, supaya perlawanan dapat berlangsung selama mungkin.

    “Dalam keadaan perang, prajurit TNI dapat turun langsung menjadi petani di lapangan dalam membangun depot-depot logistik,” sebut Mayjen TNI (Purn) itu.

    Sebaliknya dalam keadaan damai, tugas prajurit membangun ketahanan pangan sebaiknya diserahkan kepada kementerian yang profesional yakni Kementerian Pertanian.

    “Sementara dalam keadaan damai, membangun depot-depot logistik atau ketahanan pangan sebaiknya tidak ditangani langsung oleh prajurit TNI aktif, melainkan diserahkan kepada kementerian terkait yang sudah terstruktur, yakni Kementerian Pertanian,” pungkasnya.

    Sebelumnya, diketahui Batalyon ini nantinya akan terdiri dari empat kompi yakni kompi pertanian, kompi peternakan, kompi medis, dan kompi zeni. 

    Direncanakan, batalyon tersebut akan tersebar di seluruh Indonesia untuk mendukung stabilitas dan pembangunan di 514 kabupaten/kota. 

  • Kapolresta Sidoarjo Apresiasi Budidaya Hidroponik, Dorong Ketahanan Pangan ala Asta Cita

    Kapolresta Sidoarjo Apresiasi Budidaya Hidroponik, Dorong Ketahanan Pangan ala Asta Cita

    Sidoarjo (beritajatim.com) – Kapolresta Sidoarjo Kombes Pol Christian Tobing mengapresiasi sinergitas antara masyarakat, aparat desa, dan berbagai pemangku kepentingan dalam mendukung program ketahanan pangan nasional yang sejalan dengan Asta Cita Presiden Prabowo Subianto.

    Hal ini disampaikannya saat meninjau langsung lahan Badan Usaha Milik Desa (Bumdes) Ponokawan di Kecamatan Krian, Kamis (12/6/2025). Dalam kunjungan tersebut, Kapolresta turut didampingi Forkopimka Krian, Kelompok Tani Desa Ponokawan, Bhabinkamtibmas, serta warga penggerak ketahanan pangan binaan Polresta Sidoarjo.

    Menurut Kombes Pol Christian Tobing, budidaya sayuran pakcoy dengan metode hidroponik menjadi contoh konkret keberhasilan program swasembada pangan. Selain efisien dan praktis, metode ini juga tidak memerlukan lahan luas dan memiliki masa panen yang relatif cepat.

    “Nilai plus dari program-program unggulan seperti di Desa Ponokawan inilah harapannya dapat menginspirasi masyarakat di tempat lainnya. Kami tidak tinggal diam dalam mensukseskan program nasional ini. Para Bhabinkamtibmas, stakeholder terkait, dan perangkat desa juga aktif mendampingi serta mengedukasi masyarakat dalam pengelolaan lahan bergizi maupun lestari,” ungkapnya.

    Lebih lanjut, Polda Jawa Timur juga telah menggagas program KTSM Semeru sebagai sarana edukasi dan pendampingan pertanian berbasis teknologi yang menyasar generasi muda. Program ini diharapkan mampu mencetak petani milenial yang tangguh dan adaptif terhadap perubahan zaman.

    “Klinik ini juga diharapkan menjadi pusat inovasi dan konsultasi tani, yang menjembatani antara petani, penyuluh, serta stakeholder pertanian lainnya,” tambah Kombes Pol Christian Tobing. [isa/beq]

  • Desa Ponokawan Jadi Lokasi Unggulan Polresta Sidoarjo di Lomba P2B Hari Bhayangkara ke-79

    Desa Ponokawan Jadi Lokasi Unggulan Polresta Sidoarjo di Lomba P2B Hari Bhayangkara ke-79

    Sidoarjo (beritajatim.com) – Desa Ponokawan, Kecamatan Krian, Kabupaten Sidoarjo, ditetapkan sebagai lokasi unggulan yang mewakili Polresta Sidoarjo dalam Lomba Program Pekarangan Pangan Bergizi (P2B) tingkat Polda Jawa Timur. Lomba ini digelar dalam rangka memperingati Hari Bhayangkara ke-79 dan penilaiannya dilaksanakan secara daring oleh tim dari Biro SDM Polda Jatim serta Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan Jawa Timur.

    Desa ini dinilai berhasil mengoptimalkan pemanfaatan lahan pekarangan melalui budidaya tanaman hortikultura, sayuran hidroponik, dan perikanan. Program ini merupakan bagian dari upaya bersama antara Polresta Sidoarjo, Forkopimka Krian, akademisi, serta kelompok tani setempat dalam mewujudkan ketahanan pangan berbasis desa.

    Penilaian daring diikuti langsung oleh Kapolresta Sidoarjo Kombes Pol Christian Tobing, pejabat utama Polresta Sidoarjo, Forkopimka Krian, Wakil Dekan Fakultas Ketahanan Pangan UNESA Dr. Ahmad Najib Ridwan, serta perwakilan Gabungan Kelompok Tani (Gapoktan) Desa Ponokawan.

    Kapolresta Sidoarjo menyampaikan bahwa kesiapan Desa Ponokawan tidak lepas dari sinergi tiga pilar desa yang secara konsisten mengembangkan lahan Pekarangan Pangan Bergizi (P2B) dan Pekarangan Pangan Lestari (P2L). Program ini juga diperkuat dengan gerakan Polisi Cinta Petani sebagai bentuk keterlibatan langsung kepolisian dalam mendampingi petani mengelola lahan produktif.

    “Ini memberikan semangat besar bagi pihak kepolisian, stake holder terkait, para petani dan tentunya masyarakat untuk saling bersinergi dalam mengoptimalkan implementasi Asta Cita Presiden Prabowo Subianto di sektor ketahanan pangan dan mewujudkan swasembada pangan mandiri sampai tingkat desa,” ujar Kombes Pol Christian Tobing, Kamis (12/6/2025).

    Desa Ponokawan diharapkan menjadi contoh sukses bagi desa-desa lain dalam pemanfaatan pekarangan sebagai sumber pangan dan pendapatan masyarakat, sejalan dengan misi ketahanan pangan nasional. [isa/beq]

  • Anggota DPR: Peran TNI dalam ketahanan pangan perlu lihat kondisi

    Anggota DPR: Peran TNI dalam ketahanan pangan perlu lihat kondisi

    Dalam keadaan perang, prajurit TNI dapat turun langsung menjadi petani di lapangan dalam membangun depot-depot logistik.

    Jakarta (ANTARA) – Anggota Komisi I DPR RI Tubagus (Tb.) Hasanuddin mengatakan bahwa peran TNI dalam program Ketahanan Pangan Nasional perlu melihat kondisi nasional dan pelaksanaan harus sesuai dengan tugas pokok dan fungsi (tupoksi).

    Dalam kondisi perang, kata Tb. Hasanuddin, TNI perlu menyiapkan wilayah-wilayah logistik, termasuk penyediaan bahan makanan di desa-desa, kampung, hingga kota, karena menganut sistem pertahanan rakyat semesta.

    “Dalam keadaan perang, prajurit TNI dapat turun langsung menjadi petani di lapangan dalam membangun depot-depot logistik,” kata Mayor Jenderal TNI Purn. Tb. Hasanuddin di Jakarta, Rabu.

    Wakil rakyat yang berada di komisi yang membidangi pertahanan, luar negeri, komunikasi dan informatika, dan intelijen ini menjelaskan bahwa sistem pertahanan rakyat semesta memanfaatkan seluruh potensi negara untuk kepentingan pertahanan negara.

    Doktrin utama yang diterapkan, kata Tb. Hasanuddin, adalah perang berlarut, dimulai dengan perang konvensional dan bisa berlanjut dengan perang gerilya.

    Dengan sistem pertahanan itu, menurut dia, perlawanan dapat berlangsung selama mungkin hingga kemenangan bisa tercapai.

    Sementara itu, dalam keadaan damai, purnawirawan bintang dua itu menekankan bahwa tugas membangun ketahanan pangan sebaiknya diserahkan kepada kementerian yang profesional, yaitu Kementerian Pertanian.

    Sesuai dengan undang-undang yang berlaku, dia menilai bahwa prajurit TNI sebaiknya lebih fokus pada kesiapan tempur dengan melakukan latihan secara intensif.

    “Sebaiknya tidak ditangani langsung oleh prajurit TNI aktif, tetapi diserahkan kepada kementerian terkait yang sudah terstruktur,” kata dia.

    Pewarta: Bagus Ahmad Rizaldi
    Editor: D.Dj. Kliwantoro
    Copyright © ANTARA 2025

    Dilarang keras mengambil konten, melakukan crawling atau pengindeksan otomatis untuk AI di situs web ini tanpa izin tertulis dari Kantor Berita ANTARA.

  • Bamsoet dukung rencana TNI AD rekrut 24 ribu prajurituntuk BTP

    Bamsoet dukung rencana TNI AD rekrut 24 ribu prajurituntuk BTP

    “Mendukung rencana TNI Angkatan Darat membentuk Batalyon Teritorial Pembangunan untuk memperkuat ketahanan pangan nasional dan pelayanan kesehatan masyarakat,”

    Jakarta (ANTARA) – Wakil Ketua Umum Forum Komunikasi Putra Putri Purnawirawan dan Putra Putri TNI-Polri (FKKPI) Bambang Soesatyo mendukung rencana Tentara Nasional Indonesia Angkatan Darat (TNI AD) merekrut 24 ribu prajurit baru untuk pembentukan Batalyon Teritorial Pembangunan (BTP).

    “Mendukung rencana TNI Angkatan Darat membentuk Batalyon Teritorial Pembangunan untuk memperkuat ketahanan pangan nasional dan pelayanan kesehatan masyarakat,” kata Bamsoet, sapaan karibnya, dalam keterangan yang diterima di Jakarta, Rabu.

    Hal itu disampaikannya saat menghadiri acara “Penyelenggaraan Komunikasi Sosial Dengan Keluarga Besar TNI Tingkat Pusat Tahun 2025” di Graha Pusat Zeni TNI Angkatan Darat (Pusziad), Jakarta, Rabu.

    “Mereka (calon tamtama yang direkrut) akan disebar di 514 kabupaten/kota untuk mengurus pertanian, perkebunan, peternakan, maupun pelayanan kesehatan. Setiap batalyon akan menggarap lahan 20 hektare,” ujar anggota Komisi III DPR RI itu.

    Dia lantas menuturkan bahwa di era globalisasi yang semakin kompleks dan dinamis, Indonesia akan menghadapi tantangan keamanan yang jauh melampaui paradigma konvensional.

    Ancaman yang akan dihadapi, menurut dia, tidak lagi hadir dalam bentuk serangan militer langsung, melainkan telah bergeser ke bentuk yang lebih halus, tersembunyi dan multidimensional.

    Dia menyinggung salah satu konsep yang menggambarkan kondisi tersebut adalah “accelerated warfare” dan perang Generasi V yang menekankan pentingnya dominasi informasi, perang opini, pengaruh siber, serta infiltrasi budaya dan sosial.

    “Dalam kondisi ini, garis pemisah antara masa damai dan masa perang menjadi kabur. Negara dapat diserang dan dilemahkan tanpa satu pun peluru ditembakkan karena alat-alat penghancur utama kini berupa algoritma, narasi, dan manipulasi persepsi publik,” ucapnya.

    Dia membeberkan data terbaru menunjukkan peningkatan ancaman siber di Indonesia, dengan laporan bahwa serangan siber terhadap berbagai institusi pemerintah dan swasta meningkat tajam.

    Hal tersebut, lanjut dia, menegaskan betapa pentingnya penguatan koordinasi antarlembaga dalam menghadapi ancaman siber yang bisa merusak stabilitas sosial dan politik.

    Untuk itu, dia mengingatkan Indonesia perlu meningkatkan kewaspadaan terhadap ancaman yang berpotensi memicu hilangnya kemerdekaan dengan bahaya ancaman yang masuk dalam kategori unknown threat dan membuat Indonesia seolah ‘tidur dengan musuh”.

    Menurut dia, salah satu langkah krusial dalam menanggulangi ancaman tersebut adalah dengan memperbarui paradigma dan sistem keamanan nasional yang ada.

    “Paradigma keamanan nasional Indonesia harus bergeser menuju pendekatan keamanan komprehensif yang mengedepankan perlindungan terhadap negara, masyarakat, dan individu secara simultan,” katanya.

    Menurut dia, keterlibatan seluruh warga negara, termasuk Keluarga Besar TNI, menjadi sangat penting dalam konteks Sistem Keamanan Semesta untuk membangun kesadaran kolektif dalam menghadapi berbagai ancaman multidimensi.

    “Keluarga Besar TNI harus hadir sebagai pelurus, sebagai penyebar pesan-pesan damai, dan penjaga akal sehat masyarakat. Narasi yang dibangun harus mampu mengangkat nilai-nilai keindonesiaan yang adil, setara, dan menjunjung martabat semua golongan,” kata dia.

    Pewarta: Melalusa Susthira Khalida
    Editor: Agus Setiawan
    Copyright © ANTARA 2025

    Dilarang keras mengambil konten, melakukan crawling atau pengindeksan otomatis untuk AI di situs web ini tanpa izin tertulis dari Kantor Berita ANTARA.

  • Menjemput Kedaulatan Ekonomi dari Desa

    Menjemput Kedaulatan Ekonomi dari Desa

    Bisnis.com, JAKARTA – Di tengah derasnya gelombang globalisasi dan desentralisasi yang sering kali pincang, negara memerlukan fondasi baru untuk memastikan kedaulatan ekonomi rakyat benar-benar terwujud, bukan sekadar narasi.

    Koperasi Desa/Kelurahan Merah Putih hadir sebagai salah satu upaya strategis untuk menjawab kebutuhan itu. Bukan sekadar program politik populis, Koperasi Desa/Kelurahan Merah Putih merupakan koreksi atas ketimpangan struktural yang selama ini menempatkan desa hanya sebagai penerima limpahan program, bukan subjek pembangunan.

    CELIOS dalam laporannya menyampaikan kritik tajam terhadap desain dan potensi risiko Koperasi Desa/Kelurahan Merah Putih. Kritik tersebut penting untuk menjadi bahan evaluasi, tetapi terlalu dini jika kesimpulan akhirnya memposisikan seluruh gagasan ini sebagai proyek politik elitis yang terputus dari akar rumput.

    Pendekatan yang terlalu skeptis semacam itu justru bisa menjebak kita dalam status quo yang melanggengkan ketimpangan antarwilayah dan menjauhkan desa dari instrumen produktif dalam sistem ekonomi nasional.

    Realitasnya, selama dua dekade reformasi, tidak semua desa mampu membangun kelembagaan ekonomi yang kuat secara mandiri. BUMDes memang lahir dengan semangat kemandirian, tetapi tidak sedikit yang stagnan karena terbatasnya akses pembiayaan, lemahnya kapasitas SDM, hingga minimnya pasar.

    Di sinilah Koperasi Desa/Kelurahan Merah Putih mengambil peran sebagai fasilitator akselerasi pembangunan ekonomi desa. Dengan pendekatan skala nasional dan pendampingan multisektor, koperasi desa ini bisa menjadi agregator rantai pasok, distributor pangan lokal, hingga kendaraan transformasi ekonomi berbasis komunitas.

    Kekhawatiran soal penggunaan Dana Desa sebagai jaminan pembiayaan memang perlu dijawab dengan desain mitigasi risiko yang tepat. Namun, membatalkan seluruh skema karena ketakutan akan kredit macet sama saja dengan membiarkan desa terus-menerus bergantung pada transfer fiskal pusat tanpa instrumen pencipta nilai tambah.

    Dalam banyak kasus di negara lain, koperasi yang disokong negara bisa menjadi institusi kuat dan mandiri, asal governance dan kontrol sosialnya bekerja. Oleh sebab itu, yang perlu diperkuat bukan pembatalan program, melainkan tata kelola dan akuntabilitasnya.

    Lebih jauh, posisi strategis Koperasi Desa/Kelurahan Merah Putih juga berkaitan dengan tantangan geopolitik dan ketahanan pangan nasional. Kita tak bisa hanya mengandalkan sektor pangan besar atau swasta korporatis. Desa harus menjadi simpul kekuatan produksi dan distribusi.

    Dalam konteks ini, koperasi bukanlah alat negara untuk mengontrol rakyat, melainkan instrumen rakyat untuk memperkuat kedaulatannya di bidang ekonomi, sebagaimana pernah dicita-citakan Bung Hatta.

    Bukan berarti semua berjalan mulus. Kritik terhadap sentralisasi format dan minimnya partisipasi warga adalah alarm yang harus didengar. Pemerintah perlu membuka ruang konsultasi publik yang lebih luas dan fleksibel. Tetapi justru dengan adanya cetak biru nasional, desa-desa yang tertinggal dapat terbantu dari sisi manajemen dan akses awal modal.

    Inilah esensi keadilan distributif, bukan menyeragamkan kreativitas lokal, tetapi menyediakan tangga pijakan bagi mereka yang belum sempat naik ke lantai ekonomi produktif.

    Koperasi Desa/Kelurahan Merah Putih bukan proyek instan. Dia adalah jembatan panjang menuju ekonomi rakyat yang lebih terorganisir dan modern. Tidak sempurna, tetapi bisa diperbaiki. Tidak bebas kritik, tetapi layak dicoba. Karena jika kita terus menunggu koperasi ideal yang lahir secara organik tanpa intervensi, kita akan selamanya terjebak dalam romantisme ekonomi kerakyatan tanpa transformasi nyata.

    Sudah saatnya kita memandang Koperasi Desa/Kelurahan Merah Putih tidak semata sebagai program pemerintah, melainkan sebagai platform struktural untuk merevitalisasi ekonomi perdesaan. Jika kita hanya berkutat pada narasi resistensi, kita justru kehilangan peluang sejarah untuk membentuk arsitektur ekonomi yang berpihak pada desa, yang inklusif tetapi terorganisasi, yang berakar pada rakyat namun tersambung ke jaringan pasar nasional.

    Rekomendasi utamanya bukanlah menghentikan program, tetapi menyempurnakannya. Pertama, negara terus berupaya memastikan mekanisme checks and balances yang kuat di tingkat lokal dengan melibatkan lembaga desa, tokoh masyarakat, dan akademisi independen dalam proses verifikasi usaha dan evaluasi dampak.

    Kedua, perlu penyesuaian desain agar memberikan keleluasaan kepada desa memilih bentuk usaha koperasi yang sesuai potensi lokal, alih-alih menyeragamkan sektor bisnis. Ketiga, model pembiayaan sebaiknya diformulasikan dalam bentuk blended finance dengan insentif khusus bagi koperasi yang mampu menunjukkan kinerja sosial dan ekonomi yang baik, bukan dengan skema hutang standar yang membebani Dana Desa secara kaku.

    Di atas segalanya, pemerintah juga menyadari bahwa keberhasilan Koperasi Desa/Kelurahan Merah Putih tidak semata ditentukan oleh seberapa cepat target 80.000 unit tercapai, tetapi seberapa kuat desa merasa memiliki dan memimpin gerak langkah koperasi tersebut. Sebab ketika koperasi tumbuh bukan dari kewajiban, tetapi dari kesadaran, saat itulah republik ini benar-benar sedang menjemput kedaulatan ekonomi dari akar rumputnya, yaitu desa.

  • Jawa Timur Jadi Lumbung Pangan Nasional, Mentan: Harus Dijaga

    Jawa Timur Jadi Lumbung Pangan Nasional, Mentan: Harus Dijaga

    Lumajang, Beritasatu.com – Menteri Pertanian (Mentan) Andi Amran Sulaiman menegaskan, Provinsi Jawa Timur memiliki peran strategis sebagai lumbung pangan nasional yang tidak tergantikan.

    Hal ini disampaikannya saat kunjungan kerja ke Kebun P240T milik PG Djatiroto di Kecamatan Jatiroto, Kabupaten Lumajang, Selasa (10/6/2026).

    “Jawa Timur ini jadi lumbung pangan nomor satu di Indonesia. Kita harus jaga betul. Kalau daerah ini terganggu, maka ketahanan pangan nasional ikut terguncang,” ujar Amran.

    Produksi Pangan dan Komoditas Strategis

    Jawa Timur saat ini menjadi salah satu provinsi dengan kontribusi terbesar terhadap produksi padi, jagung, dan komoditas strategis lain, seperti tebu, kopi, kakao, dan karet.

    Keberadaan kebun dengan produktivitas tinggi, seperti di Lumajang memperkuat posisi Jawa Timur dalam mendukung swasembada pangan nasional.

    Amran menyatakan bahwa ketahanan pangan Indonesia sangat bergantung pada keberhasilan produksi di daerah-daerah utama, seperti Jawa Timur.

    Dalam upaya meningkatkan hasil pertanian, Kementerian Pertanian terus menggenjot program modernisasi pertanian di Jawa Timur melalui penguatan benih unggul, irigasi presisi, dan digitalisasi pembiayaan petani.

    Tak hanya itu, Mentan Amran juga menyoroti pentingnya kolaborasi lintas sektor antara pemerintah pusat, daerah, BUMN, dan petani guna mewujudkan swasembada gula nasional.

    “Dulu zaman Belanda, kita bisa produksi hingga 14 ton gula per hektare. Sekarang tinggal 4 ton. Ini PR kita bersama,” tegasnya.

    Amran menekankan, yang ingin dicapai adalah produktivitas tinggi seperti masa lalu, bukan kondisi kolonialnya.

    Jaga dan Wariskan Lumbung Pangan Nasional

    Mentan Amran mengajak seluruh elemen masyarakat dan pemerintah untuk menjaga, memperkuat, dan mewariskan lumbung pangan ini bagi generasi mendatang.

    “Kalau kita jaga Jawa Timur, maka kita jaga Indonesia. Lumbung ini harus kita lindungi, tingkatkan, dan wariskan,” tambahnya.

    Ia juga menekankan pentingnya pengawasan distribusi sarana produksi pertanian agar tidak terjadi penyimpangan yang dapat merugikan petani di lapangan.

    Sebagai penghasil utama berbagai komoditas strategis, Jawa Timur memainkan peran vital dalam menjaga ketahanan pangan nasional.

    Kementerian Pertanian berkomitmen untuk terus memperkuat provinsi ini melalui program-program modernisasi, kolaborasi multisektor, dan pengawasan ketat distribusi pertanian.

    Masa depan pangan Indonesia, kata Mentan Amran, berakar dari kekuatan lumbung-lumbung pangan nasional, seperti Jawa Timur.