Topik: karhutla

  • Bertemu Pimpinan LAMR, Kapolda Riau Ungkap Pentingnya Kembali Mengangkat Nilai-nilai Budaya Melayu – Halaman all

    Bertemu Pimpinan LAMR, Kapolda Riau Ungkap Pentingnya Kembali Mengangkat Nilai-nilai Budaya Melayu – Halaman all

    TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA – Kapolda Riau, Irjen Pol Dr. Herry Heryawan melaksanakan kunjungan silaturahmi ke Lembaga Adat Melayu Riau (LAMR), bertempat di Kantor LAMR, Jalan Diponegoro, Pekanbaru, Rabu (9/4/2025).

    Kedatangan Kapolda disambut hangat oleh Ketua Umum Dewan Pimpinan Harian (DPH) LAMR, Datuk Seri Taufik Ikram Jamil, Sekretaris Jenderal DPH LAMR Datuk H. Jonaedi Dasa, Sekretaris Umum Majelis Kerapatan Adat (MKA) LAMR Datuk Alang Rizal, serta sejumlah perangkat adat lainnya.

    Silaturahmi ini bertujuan mempererat hubungan antara kepolisian dengan tokoh adat serta masyarakat Riau, sekaligus memperkuat sinergi dalam menjaga stabilitas keamanan dan ketertiban di wilayah hukum Polda Riau.

    Dalam sambutannya, Kapolda menyampaikan rasa hormat dan terima kasih atas sambutan hangat dari pihak LAMR.

    Ia mengungkapkan bahwa tanjak yang dipasangkan di kepalanya bukan sekadar simbol adat, melainkan lambang bahwa dirinya kini menjadi bagian dari rumah besar masyarakat Melayu Riau.

    “Alhamdulillah, saya merasa sangat tersanjung atas sambutan luar biasa ini. Saya datang bukan hanya sebagai Kapolda, tetapi juga sebagai saudara yang ingin belajar, mendengar, dan berjalan bersama,” ujar Irjen Herry Heryawan.

    Kapolda juga menyinggung kondisi Riau menjelang musim kemarau dan kesiapsiagaan dalam menghadapi kebakaran hutan dan lahan (karhutla).

    Ia menekankan pentingnya kolaborasi antara seluruh pemangku kepentingan, termasuk LAMR, dalam upaya menjaga lingkungan.

    Kapolda turut menyampaikan hasil diskusinya dengan Gubernur Riau yang menyoroti pentingnya mengangkat kembali nilai-nilai budaya Melayu yang mulai tergerus oleh zaman.

    Kapolda juga memperkenalkan tagline Polda Riau yakni Melindungi Tuah, Menjaga Marwah.

    Tagline ini, menurutnya, mencerminkan komitmen Polda Riau untuk memberikan perlindungan secara aktif terhadap keberkahan dan nilai-nilai luhur tanah Melayu.

    “Makna filosofis dari tagline ini adalah komitmen kami dalam mengawal potensi keberuntungan dan berkah Ilahi untuk kesejahteraan masyarakat Riau,” tegas Kapolda.

    Ketua Umum DPH LAMR Datuk Seri Taufik Ikram Jamil menyampaikan ucapan selamat datang  yang diselingi pantun, ia menyambut baik komitmen Polda Riau terhadap pelestarian budaya dan lingkungan.

    Datuk Seri Taufik juga menyampaikan bahwa pada 9 Agustus 2025 mendatang, bertepatan dengan Hari Jadi Provinsi Riau, LAMR akan menggelar peringatan Hari Adat Sedunia.

    “Saya menilai program ini sejalan dengan cita-cita Polda Riau dan Pemprov Riau, yakni menghadirkan kegiatan besar untuk serantau Melayu,” ungkapnya.

    Ia juga mengapresiasi kerja sama yang selama ini telah terjalin antara LAMR dan Polda Riau, khususnya dalam menjaga kelestarian lingkungan.

     

  • Polda Riau Inisiasi Aksi Tanam Pohon, Melindungi Tuah Menjaga Marwah – Halaman all

    Polda Riau Inisiasi Aksi Tanam Pohon, Melindungi Tuah Menjaga Marwah – Halaman all

    TRIBUNNEWS.COM, DUMAI – Ketua Yayasan Tumbuh sekaligus founder dari Tumbuh Institute, Rocky Gerung menghadiri prosesi penanaman pohon yang diinisiasi oleh Polda Riau, Kamis (27/3/2025).

    Penanaman pohon yang digagas langsung oleh Kapolda Riau Irjen Herry Heryawan ini mengambil tema ‘Melindungi Tuah Menjaga Marwah’.

    Menurut Irjen Herry, menamam pohon bukan sekadar menanam kehidupan, tetapi juga menjaga kelestarian alam, melindungi tuah negeri, dan merawat Marwah budaya.

    “Dengan langkah kecil ini, kita berharap Riau semakin hijau, sejuk, dan lestari,” ujar Irjen Herry sesaat sebelum melakukan aksi tanam bibit pohon di Dumai.

     
    Selain untuk penghijauan, aksi penanaman pohon kali ini juga berangkat dari rapat dengan Kemenkopolkam yang meminta wilayahi Riau untuk mulai siaga dengan pergantian musim dari penghujan ke kemarau.

    Hal ini lantaran saat musim kemarau potensi kebakaran hutan dan lahan (Karhutla) cukup tinggi di wilayah Riau. 

    Selain merugikan masyarakat dan mengganggu kesehatan karena kabut asap, sering kali Karhutla yang gagal ditangani menjadi problem negara tetangga, khususnya Malaysia dan Singapura yang secara geografis berdekatan dengan Provinsi Riau.

    “Kegiatan ini menyadarkan kita untuk siaga supaya ke depan tidak ada lagi ekspor asap ke negara tetangga sehingga membuat citra negara kita tercoreng di mata internasional,” jelas Kapolda.

    Gubernur Riau Abdul Wahid mengatakan, aksi penanaman bibit pohon hari ini diharapkan juga menjadi momen menghidupkan bibit-bibit yang baru terhadap kecintaan masyarakat terhadap Provinsi Riau. 

    “Memang di Sumatera ini, Riau, Jambi, dan Palembang menjadi wilayah yang rawan dengan bencana Karhutla. KIta tidak mau bencana di tahun-tahun lalu terulang kembali hingga siang pun tidak ada sinar matahari karena tertutup kabut asap,” ujar Gubernur Abdul.

    Gubernur berharap, masyarakat dapat memanahi dan berkomitmen bersama dengan seluruh stakeholder terkait untuk bersatu padu mencegah bencana Karhutla kembali terjadi di Negeri Lancang Kuning Riau dan aksi tanam pohon ini bisa membuat Riau makin hijau dan asri.

    Founder Tumbuh Institute Rocky Gerung juga berharap aksi tanam pohon kali ini dapat membawa berkah bagi Provinsi Riau.

    “Semua hal yang kita tumbuhkan dari hati nurani ini akan menjadi berkah pada manusia yang bahkan mereka tidak paham tentang etika lingkungan akhirnya mengerti bahwa hanya dengan menanam kita bisa memuliakan bumi,” ujar Rocky.

    Rocky menilai, Dumai sebagai lokasi yang dipilih untuk aksi tanam pohon kali ini adalah tempat yang sangat mulia untuk memulai suatu percakapan tentang lingkungan karena Dumai langsung berbatasan dengan mereka yang kesal dengan Indonesia karena bencana Karhutla.

    Versi Rocky, menanam adalah merawat oleh karena itu, ia meminta seluruh pihak untuk tidak selesai dengan hanya menanam.

    “Bahkan bila dirasa perlu, masyarakat diberikan insentif untuk ikut menanam dan merawat pohon hingga bertumbuh hingga manfaat dari tumbuhnya pohon tersebut dapat dirasakan seluruh lapisan masyarakat.

    “Kita harus bisa pastikan apa yang kita tanam itu bertumbuh dan kewadahannya itu sampai ke langit,” kata Rocky Gerung. 

  • La Nina Berakhir, Warga RI Siaga Kemarau! Ini Puncaknya

    La Nina Berakhir, Warga RI Siaga Kemarau! Ini Puncaknya

    Jakarta, CNBC Indonesia – Anomali iklim La Nina dinyatakan berakhir di RI. Hal ini diungkap Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) merujuk pertengahan bulan Maret 2025.

    Disebutkan bahwa hasil monitoring indeks IOD dan ENSO, Dasarian I Maret 2025 menunjukkan IOD berada pada kategori Netral dengan indeks-0.31. Fase IOD Netral diprediksi akan bertahan hingga semester kedua tahun 2025.

    Sementara itu, anomali SST di Nino 3.4 menunjukkan indeks sebesar 0.30. Kondisi ini mengindikasikan ENSO Netral dan diprediksi akan tetap Netral hingga semester kedua tahun 2025.

    “La Nina telah berakhir. Artinya, musim kemarau akan normal. Semoga cuaca kondusif,” ujar Kepala BMKG Dwikorita Karnawati.

    Lalu, dengan demikian, apakah musim kemarau akan masuk ke RI? Kapan dimulai?

    Dwikorita mengatakan, musim kemarau di Indonesia akan dimulai secara bertahap mulai Maret ini hingga April mendatang. Beberapa wilayah di Indonesia akan terdampak.

    “Awal musim kemarau umumnya berkaitan erat dengan peralihan angin monsun Asia atau angin daratan beralih menjadi angin monsun Australia yang aktif,” ujar Dwikorita.

    Pada April mendatang, wilayah seperti Lampung bagian timur, pesisir utara Jawa bagian barat, pesisir Jawa Timur, sebagian bali, Nusa Tenggara Barat, dan Nusa Tenggara Timur akan memasuki kemarau. Pada Mei kemarau mulai meluas, mencakup sebagian kecil Sumatra, sebagian besar Jawa Tengah hingga Jawa Timur, sebagian Kalimantan Selatan, Bali, dan Papua bagian Selatan.

    Dwikorita mengimbau di sektor pertanian, dapat, menyesuaikan jadwal tanam di wilayah-wilayah yang diprediksi mengalami musim kemarau lebih awal maupun lebih lambat. Mulai dari memilih varietas tahan kekeringan, serta mengoptimalkan pengelolaan air di daerah dengan musim kemarau lebih kering dari normal.

    Sementara itu, wilayah yang berpotensi mengalami musim kemarau lebih basah dapat memanfaatkannya dengan memperluas lahan sawah untuk meningkatkan produksi pertanian.Untuk sektor kebencanaan dapat meningkatkan kesiapsiagaan terhadap kebakaran hutan dan lahan (karhutla), terutama di wilayah rawan yang diprediksi mengalami musim kemarau dengan curah hujan Normal atau Bawah Normal.

    Deputi Bidang Klimatologi BMKG Ardhasena Sopaheluwakan menyebut musim kemarau tahun ini dengan kondisi iklim normal, tanpa pengaruh kuat dari iklim laut dari ENSO dan IOD. Namun demikian, bukan berarti tidak ada hujan karena ada beberapa wilayah Indonesia yang memiliki sifat musim kemarau di atas normal yang memungkinkan menerima akumulasi curah hujan musiman yang lebih tinggi dari biasanya.

    “Jadi utamanya adalah karena tidak adanya dominasi iklim global seperti El Nino, La Nina, dan IOD sehingga prediksi kami iklim tahun ini normal dan tidak sekering tahun 2023 yang berdampak pada banyak kebakaran hutan dan musim kemarau tahun 2025 cenderung mirip dengan kondisi musim kemarau tahun 2024,” kata Ardhasena.

    (sef/sef)

  • Menghijaukan Hutan Riau untuk Melindungi Tuah Menjaga Marwah

    Menghijaukan Hutan Riau untuk Melindungi Tuah Menjaga Marwah

    Dumai: Polda Riau melakukan penanaman pohon yang digagas langsung oleh Kapolda Riau Irjen Herry Heryawan dengan tema ‘Melindungi Tuah Menjaga Marwah’.

    Herry mengatakan menamam pohon bukan sekadar menanam kehidupan, tetapi juga menjaga kelestarian alam, melindungi tuah negeri, dan merawat Marwah budaya.

    “Dengan langkah kecil ini, kita berharap Riau semakin hijau, sejuk, dan lestari,” kata Herry sesaat sebelum melakukan aksi tanam bibit pohon di Dumai, Kamis, 27 Maret 2025.
     

    Prosesi penanaman pohon ini juga dihadiri Ketua Yayasan Tumbuh sekaligus founder dari Tumbuh Institute, Rocky Gerung.
     
    Selain untuk penghijauan, penanaman pohon kali ini juga berangkat dari rapat dengan Kemenkopolkam yang meminta wilayahi Riau untuk mulai siaga dengan pergantian musim dari penghujan ke kemarau.

    Hal ini lantaran saat musim kemarau potensi kebakaran hutan dan lahan (Karhutla) cukup tinggi di wilayah Riau. 

    Selain merugikan masyarakat dan mengganggu kesehatan karena kabut asap, sering kali Karhutla yang gagal ditangani menjadi masalah negara tetangga, khususnya Malaysia dan Singapura yang secara geografis berdekatan dengan Provinsi Riau.

    “Kegiatan ini menyadarkan kita untuk siaga supaya ke depan tidak ada lagi ekspor asap ke negara tetangga sehingga membuat citra negara kita tercoreng di mata internasional,” jelas Herry.

    Sementara Gubernur Riau, Abdul Wahid, mengatakan aksi penanaman bibit pohon ini diharapkan menjadi momen menghidupkan bibit-bibit yang baru terhadap kecintaan masyarakat terhadap Provinsi Riau. 

    “Memang di Sumatera ini, Riau, Jambi, dan Palembang menjadi wilayah yang rawan dengan bencana Karhutla. KIta tidak mau bencana di tahun-tahun lalu terulang kembali hingga siang pun tidak ada sinar matahari karena tertutup kabut asap,” jelas Abdul.

    Dia berharap masyarakat dapat memanahi dan berkomitmen bersama dengan seluruh stakeholder terkait untuk bersatu padu mencegah bencana Karhutla kembali terjadi di Negeri Lancang Kuning Riau.

    Senada, Rocky Gerung juga berharap aksi tanam pohon kali ini dapat membawa berkah bagi Provinsi Riau.

    “Semua hal yang kita tumbuhkan dari hati nurani ini akan menjadi berkah pada manusia yang bahkan mereka tidak paham tentang etika lingkungan akhirnya mengerti bahwa hanya dengan menanam kita bisa memuliakan bumi,” ungkap Rocky.

    Rocky menilai Dumai sebagai lokasi yang dipilih untuk aksi tanam pohon kali ini adalah tempat yang sangat mulia untuk memulai suatu percakapan tentang lingkungan karena Dumai langsung berbatasan dengan negara tetangga.

    Versi Rocky menanam adalah merawat, oleh karena itu ia meminta seluruh pihak untuk tidak selesai dengan hanya menanam, bahkan bila dirasa perlu, masyarakat diberikan insentif untuk ikut menanam dan merawat pohon hingga bertumbuh hingga manfaat dari tumbuhnya pohon tersebut dapat dirasakan seluruh lapisan masyarakat.

    “Kita harus bisa pastikan apa yang kita tanam itu bertumbuh dan kewadahannya itu sampai ke langit,” ujar Rocky Gerung.

    Dumai: Polda Riau melakukan penanaman pohon yang digagas langsung oleh Kapolda Riau Irjen Herry Heryawan dengan tema ‘Melindungi Tuah Menjaga Marwah’.
     
    Herry mengatakan menamam pohon bukan sekadar menanam kehidupan, tetapi juga menjaga kelestarian alam, melindungi tuah negeri, dan merawat Marwah budaya.
     
    “Dengan langkah kecil ini, kita berharap Riau semakin hijau, sejuk, dan lestari,” kata Herry sesaat sebelum melakukan aksi tanam bibit pohon di Dumai, Kamis, 27 Maret 2025.
     

    Prosesi penanaman pohon ini juga dihadiri Ketua Yayasan Tumbuh sekaligus founder dari Tumbuh Institute, Rocky Gerung.
     
    Selain untuk penghijauan, penanaman pohon kali ini juga berangkat dari rapat dengan Kemenkopolkam yang meminta wilayahi Riau untuk mulai siaga dengan pergantian musim dari penghujan ke kemarau.

    Hal ini lantaran saat musim kemarau potensi kebakaran hutan dan lahan (Karhutla) cukup tinggi di wilayah Riau. 
     
    Selain merugikan masyarakat dan mengganggu kesehatan karena kabut asap, sering kali Karhutla yang gagal ditangani menjadi masalah negara tetangga, khususnya Malaysia dan Singapura yang secara geografis berdekatan dengan Provinsi Riau.
     
    “Kegiatan ini menyadarkan kita untuk siaga supaya ke depan tidak ada lagi ekspor asap ke negara tetangga sehingga membuat citra negara kita tercoreng di mata internasional,” jelas Herry.
     
    Sementara Gubernur Riau, Abdul Wahid, mengatakan aksi penanaman bibit pohon ini diharapkan menjadi momen menghidupkan bibit-bibit yang baru terhadap kecintaan masyarakat terhadap Provinsi Riau. 
     
    “Memang di Sumatera ini, Riau, Jambi, dan Palembang menjadi wilayah yang rawan dengan bencana Karhutla. KIta tidak mau bencana di tahun-tahun lalu terulang kembali hingga siang pun tidak ada sinar matahari karena tertutup kabut asap,” jelas Abdul.
     
    Dia berharap masyarakat dapat memanahi dan berkomitmen bersama dengan seluruh stakeholder terkait untuk bersatu padu mencegah bencana Karhutla kembali terjadi di Negeri Lancang Kuning Riau.
     
    Senada, Rocky Gerung juga berharap aksi tanam pohon kali ini dapat membawa berkah bagi Provinsi Riau.
     
    “Semua hal yang kita tumbuhkan dari hati nurani ini akan menjadi berkah pada manusia yang bahkan mereka tidak paham tentang etika lingkungan akhirnya mengerti bahwa hanya dengan menanam kita bisa memuliakan bumi,” ungkap Rocky.
     
    Rocky menilai Dumai sebagai lokasi yang dipilih untuk aksi tanam pohon kali ini adalah tempat yang sangat mulia untuk memulai suatu percakapan tentang lingkungan karena Dumai langsung berbatasan dengan negara tetangga.
     
    Versi Rocky menanam adalah merawat, oleh karena itu ia meminta seluruh pihak untuk tidak selesai dengan hanya menanam, bahkan bila dirasa perlu, masyarakat diberikan insentif untuk ikut menanam dan merawat pohon hingga bertumbuh hingga manfaat dari tumbuhnya pohon tersebut dapat dirasakan seluruh lapisan masyarakat.
     
    “Kita harus bisa pastikan apa yang kita tanam itu bertumbuh dan kewadahannya itu sampai ke langit,” ujar Rocky Gerung.

     
    Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
    dan follow Channel WhatsApp Medcom.id

    (DEN)

  • Kapolda Riau Tindak Tegas Pembakar Hutan untuk Jadi Lahan Perkebunan

    Kapolda Riau Tindak Tegas Pembakar Hutan untuk Jadi Lahan Perkebunan

    Dumai, Beritasatu.com – Kapolda Riau Irjen Herry Heryawan akan menindak tegas para pelaku yang nekat dan sengaja membakar hutan untuk membuka lahan perkebunan.

    Hal ini disampaikan Kapolda Riau Irjen Herry Heryawan ketika menghadiri apel gelar pasukan dan perlengkapan, serta penanaman pohon antisipasi kebakaran hutan dan lahan (karhutla) di Bandara Pinang Kampai, Kota Dumai, Riau, Kamis (27/3/2025).

    “Kita menyiapkan sumber daya tentang bagaimana penegakan hukum untuk pelaku-pelaku karhutla atau pembakaran hutan dan lahan tersebut. Saya sudah koordinasi dengan Kajati Riau apabila ada kasus kebakaran hutan dan lahan agar segera kita duduk bersama untuk dibawa ke pengadilan,” tegas Irjen Herry Heryawan.

    Dijelaskan Irjen Herry, pihaknya menyiagakan sebanyak 1.300 personel gabungan yang terdiri dari Polri, TNI, BPBD, Manggala Agni, dan masyarakat peduli api (MPA) serta relawan lainnya untuk mencegah karhutla.

    Tujuannya untuk menunjukkan komitmen dalam mencegah dan memberantas kasus karhutla. “Kita turun langsung, komplain bukan hanya masyarakat Riau tetapi di negara tetangga kita. Kita tunjukkan bahwa kita sudah berkomitmen melakukan langkah-langkah mitigasi upaya preventif kalau nantinya ini terjadi kita lebih cepat untuk mengatasinya,” ujar Kapolda Riau Irjen Herry Heryawan.

    Dia menegaskan upaya pencegahan karhutla lebih diutamakan guna menghindari dampak kabut asap yang dapat merugikan masyarakat dan negara tetangga seperti Malaysia dan Singapura.

    “Dalam beberapa tahun terakhir, kebakaran hutan dan lahan telah menjadi masalah yang berulang, terutama di wilayah Provinsi Riau, dampaknya meluas ke berbagai sektor, termasuk kesehatan masyarakat, ekonomi, transportasi, dan hubungan diplomatik dengan negara-negara tetangga,” katanya.

    Sementara itu, Gubernur Riau Abdul Wahid mengungkapkan, Pemprov Riau bersama Forkopimda telah siap siaga dalam mengantisipasi potensi karhutla saat musim kemarau panjang.

    “Mulai 1 April nanti mulai berlaku kesiapsiagaan ini hingga November,” kata Abdul Wahid.

    Dia mengungkapkan, ada tiga daerah di Riau yang rawan karhutla, yakni Kota Dumai, Kabupaten Bengkalis, dan Kabupaten Siak. Untuk menimbulkan kesadaran masyarakat akan bahaya karhutla, Pemprov Riau dan Forkopimda akan mengagendakan Jambore Karhutla.

    “Kita bikin Jambore menyadarkan mulai dari anak-anak agar kita sadar bagaimana untuk menjaga alam supaya tidak ada kebakaran ini lah kita ingin bangkitkan semangat kebersamaan itu hingga ke lapisan bawah,” tutur Wahid.

    Kegiatan ini dihadiri oleh akademisi Rocky Gerung. Rocky menilai upaya Pemprov Riau, Polda dan Forkopimda sudah maksimal dan terorganisasi.

    “Semua upaya harus berorientasi kepada amdal. Amdal itu harus dikembalikan kepada masyarakat. Ini serius, kebakaran hutan pasti terjadi tetapi sekarang kita pastikan bahwa keterlibatan masyarakat sipil untuk menjaga hutan. Ada peralatan, petugas dan lain-lain, tetapi kalau nurani tidak bicara maka percuma, itu penting,” tandasnya.

    Selain Kapolda Riau Irjen Herry Heryawan dan Gubernur Riau Abdul Wahid, turut hadir Wakil Gubernur SF Hariyanto, Wakapolda Brigjen Jossy Kusumo, dan sejumlah pejabat Forkopimda Riau, Kota Dumai, Kabupaten Siak serta Kabupaten Bengkalis.

  • Kemenhut Libatkan TNI Antisipasi Kemunculan Titik Api Berujung Karhutla saat Kemarau – Halaman all

    Kemenhut Libatkan TNI Antisipasi Kemunculan Titik Api Berujung Karhutla saat Kemarau – Halaman all

    TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA – Kementerian Kehutanan (Kemenhut) bersiap mengantisipasi potensi kebakaran hutan dan lahan (karhutla) saat musim kemarau, dengan menggelar apel siaga kebakaran hutan dan lahan (karhutla) di Daops Manggala Agni, Palangkaraya, Kalimantan Tengah pada Kamis (20/3/2025).

    Berdasarkan prediksi BMKG, musim kemarau diprediksi berlangsung mulai April, Mei, Juni dan puncaknya Agustus.

    Kalimantan Tengah jadi salah satu wilayah rawan hotspot api bersama dengan Gorontalo, NTT, Sumatera Selatan, Jambi, Lambung, Bangka Belitung, Kalimantan Selatan, Sumatera barat, Sumatera Utara, Kalimantan Barat, Kalimantan Timur dan Papua Selatan.

    Dalam operasi kesiapsiagaan karhutla, Kemenhut turut menggandeng sejumlah instansi lain, termasuk TNI/Polri, polisi hutan, relawan, dan BPBD setempat.

    “Kolaborasi TNI/Polri punya pasukan sampai ke desa, ke pelosok, nah kerjasama ini yang membuat kita percaya diri karhutla ini bisa berkurang dari tahun lalu,” kata Menteri Kehutanan Raja Juli Antoni saat apel kesiapsiagaan.

    “Intinya kita mencoba mengantisipasi, lebih baik mencegah dari pada mengobati,” lanjutnya.

    Raja Antoni menerangkan, ada sejumlah hal yang harus disiapkan untuk pencegahan karhutla. Satu diantaranya mengecek ketersediaan air. 

    Modifikasi cuaca akan dilakukan saat masa transisi musim hujan ke musim kemarau. Gambut yang masih basah diharapkan dapat mencegah potensi kebakaran meluas.

    Selain itu, selagi masih musim penghujan, Raja Antoni meminta jajaran di daerah untuk memenuhi air di sumur-sumur, kolam, dan embung danau. Ini bertujuan sebagai sumber air untuk menanggulangi kejadian karhutla.

    “Mumpung masih hujan, penuhi sumur-sumur, kolam-kolam, embung danau yang ada untuk menjadi sumber air nanti, meskipun kita punya teknologi secanggih apapun, kalau airnya nggak ada kan nggak bisa, sekat kanal itu menjadi penting,” jelasnya.

    “Patroli secara rutin perlu dilakukan, modifikasi cuaca juga kemaren diputuskan tidak pada musim panas tapi di transisi, ketika gambutnya masih basah, ditambah airnya lagi supaya nanti potensi kebakarannya tidak besar,” kata dia.

    Adapun berdasarkan data karhutla dari tahun ke tahun, kejadian kebakaran lahan dan hutan alami penurunan. 

    Raja Antoni menyebut pada tahun 2019, kebakaran hutan menyentuh 1,6 juta hektare. Namun 4 tahun berselang, karhutla turun menjadi 1,1 juta hektare.

    “Laju karhutla itu masih bisa kita kontrol dan turun terus menerus, dibandingkan 2019. Itu kita kebakaran 1,6 juta hektar, 4 tahun kemudian dengan kerja keras dan kolaborasi kita bisa mengurangi jadi 1,1 juta,” pungkasnya.

  • Cuaca Indonesia Hari Ini Kamis 20 Maret 2025: Mayoritas Wilayah Hujan Siang – Page 3

    Cuaca Indonesia Hari Ini Kamis 20 Maret 2025: Mayoritas Wilayah Hujan Siang – Page 3

    Musim kemarau yang panjang berpotensi menyebabkan berbagai dampak bagi lingkungan dan kehidupan masyarakat. Salah satu dampak utama adalah meningkatnya risiko kekeringan yang dapat mengganggu pasokan air bersih dan pertanian.

    Selain itu, curah hujan yang rendah juga meningkatkan risiko kebakaran hutan dan lahan, terutama di wilayah-wilayah yang rentan seperti Sumatera dan Kalimantan. Kebakaran hutan ini tidak hanya berdampak pada ekosistem, tetapi juga berkontribusi terhadap polusi udara dan kesehatan masyarakat.

    Dengan mengetahui potensi risiko ini, langkah mitigasi seperti pengelolaan sumber daya air yang lebih efisien dan peningkatan sistem peringatan dini kebakaran perlu dilakukan sejak dini.

    Bagaimana Cara Mengantisipasi Musim Kemarau?

    Menghadapi musim kemarau yang lebih panjang, masyarakat dan pemerintah harus melakukan berbagai upaya mitigasi. Salah satu langkah utama adalah memastikan ketersediaan cadangan air dengan membangun embung atau waduk di daerah yang rawan kekeringan.

    Selain itu, petani perlu diberikan edukasi mengenai teknik irigasi yang lebih hemat air dan memilih jenis tanaman yang lebih tahan terhadap kondisi kering. Hal ini bertujuan agar sektor pertanian tetap produktif meskipun menghadapi musim kemarau yang lebih panjang.

    Pemerintah juga perlu meningkatkan sosialisasi mengenai bahaya kebakaran hutan serta memperketat pengawasan terhadap aktivitas pembakaran lahan, terutama di daerah yang rawan mengalami kebakaran selama musim kemarau.

    Apa yang Harus Dilakukan Masyarakat?

    Masyarakat memiliki peran penting dalam mengurangi dampak musim kemarau. Salah satu langkah yang bisa dilakukan adalah menghemat penggunaan air dalam kehidupan sehari-hari, seperti mengurangi penggunaan air berlebihan untuk mencuci atau menyiram tanaman.

    Selain itu, kesadaran akan bahaya kebakaran hutan juga harus ditingkatkan. Masyarakat di sekitar hutan dan lahan gambut harus lebih waspada dalam menggunakan api dan segera melaporkan jika ada indikasi kebakaran.

    Dengan persiapan yang matang dan kerja sama dari berbagai pihak, dampak negatif musim kemarau 2025 dapat diminimalkan. Masyarakat, petani, dan pemerintah harus saling bahu-membahu dalam menghadapi tantangan ini.

  • BMKG Ungkap Wilayah RI yang Masuk Musim Kemarau di Bawah Normal, Ini Daftarnya

    BMKG Ungkap Wilayah RI yang Masuk Musim Kemarau di Bawah Normal, Ini Daftarnya

    Jakarta

    Indonesia sudah memasuki musim kemarau sejak awal Maret 2025, puncaknya diprediksi tidak terjadi serentak, sebagian besar wilayah mengalami puncak kemarau pada bulan Juni dan sisanya baru terjadi pada Juli 2025.

    Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) tidak melihat anomali terkait perubahan tren musim kemarau 2025. Artinya, awal musim kemarau terjadi di periode normal seperti yang dilaporkan dalam 30 tahun terakhir.

    “Sesuai dengan musim kemarau selama 30 tahun terakhir, wilayah yang mengalami periode normal awal musim kemarau adalah sebesar 207 zona musim atau 30 persen, namun ada yang mengalami mundur dari rata-rata normalnya yaitu sebesar 204 zona musim atau 29 persen zona musim, dan 22 persen atau 154 zona musim maju dari rata-rata normal,” tutur Kepala BMKG Dwikorita dalam konferensi pers daring, Jumat (14/2/2025).

    Bila dirinci, BMKG melihat sejumlah wilayah yang berpotensi mengalami kekeringan lebih intens dari biasanya. Dikategorikan sebagai zona musim dengan periode kemarau di bawah normal. Tercatat sebanyak 98 zona musim atau 14 persen zona musim yang mengalaminya.

    “Zona musim yang mengalami musim kemarau dengan sifat di bawah normal, artinya lebih kering dari rata-rata curah hujan klimatologisnya,” tandas Dwikorita.

    Wilayah Mana Saja?

    Sejumlah wilayah yang mengalami periode musim kemarau lebih kering dari biasanya meliputi:

    Sumatera bagian utaraSebagian kecil Kalimantan BaratSebagian Sulawesi TengahMaluku utaraPapua bagian selatan

    “Tentunya yang lebih kering ini perlu diwaspadai terkait dengan rendahnya curah hujan karena ada potensi kekeringan ataupun karhutla,” wanti-wanti Dwikorita.

    Sementara wilayah lain memasuki musim kemarau di atas normal, artinya akan menerima akumulasi curah hujan musiman lebih tinggi. Di mana saja? Berikut daftarnya:

    AcehSebagian besar LampungPulau Jawa bagian barat dan tengahBaliNTBNTTSebagian kecil SulawesiPapua bagian tengah

    (naf/kna)

  • BMKG Prediksi Puncak Musim Kemarau Juni-Agustus 2025, Ini Imbauan di Sektor Energi hingga Pertanian – Page 3

    BMKG Prediksi Puncak Musim Kemarau Juni-Agustus 2025, Ini Imbauan di Sektor Energi hingga Pertanian – Page 3

    Liputan6.com, Jakarta – Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) prediksi musim kemarau terjadi pada Juni, Juli, dan Agustus 2025, sehingga antisipasi dini dari berbagai sektor menjadi sangat krusial. BMKG juga memprediksi potensi peningkatan kebakaran hutan dan lahan (karhutla) terutama di Sumatera dan Kalimantan.

    “Puncak musim kemarau 2025 di sebagian besar wilayah Indonesia diprediksi terjadi pada Juni, pada Juli dan pada Agustus 2025,” ujar Kepala BMKG, Dwikorita Karnawati pada Kamis, 13 Maret 2025, dikutip Jumat (15/3/2025) dari laman BMKG.

    Ia menjelaskan, jika dibandingkan terhadap rerata klimatologinya (periode 1991-2020), awal musim kemarau 2025 di Indonesia diprediksi terjadi pada periode waktu yang sama dengan normalnya pada 207 zona musim (ZOM) (30%). Kemudian mundur pada 204 ZOM (29%), dan maju pada 104 ZOM (22%).

    Wilayah yang Alami Awal Musim Kemarau

    Dwikorita menuturkan, wilayah yang mengalami awal musim kemarau diperkirakan sama dengan normalnya yakni Sumatera, Jawa Tengah, Kalimantan Timur, Sulawesi Selatan, Gorontalo dan Sulawesi Utara, sebagian Maluku serta sebagian Maluku Utara.

    Sementara itu, wilayah yang akan mengalami awal musim kemarau yang mundur atau datang lebih lambat dibandingkan dengan normalnya, adalah Kalimantan bagian Selatan, Bali, Nusa Tenggara Barat, Nusa Tenggara Timur, di Sulawesi, sebagian Maluku utara dan Merauke.

    Jika dibandingkan terhadap rerata klimatologinya, secara umum musim kemarau 2025 diprediksi bersifat normal sebanyak 416 Zona Musim/ZOM (60%), 185 ZOM (26%) diprediksi mengalami musim kemarau dengan sifat atas normal, dan 98 ZOM (14%) diprediksi mengalami musim kemarau dengan sifat bawah normal.

    Adapun wilayah yang akan mengalami sifat musim kemarau normal (416 ZOM/60%) meliputi sebagian besar Sumatera, Jawa bagian Timur, Kalimantan, sebagian besar Sulawesi, Maluku, dan sebagian besar Pulau Papua.

    Sedangkan, wilayah yang diprediksi mengalami sifat musim kemarau di atas normal (185 ZOM/26%) meliputi sebagian kecil Aceh, sebagian besar Lampung, Jawa bagian barat dan Tengah, Bali, Nusa Tenggara Barat, Nusa Tengga Timur, sebagian kecil Sulawesi, dan Papua bagian Tengah.

    Di sisi lain, wilayah dengan sifat musim kemarau di bawah normal (98 ZOM/14%) atau lebih kering dari klimatologisnya meliputi wilayah Sumatera bagian utara, sebagian kecil Kalimantan Barat, Sulawesi bagian tengah, Maluku Utara, dan Papua bagian selatan.

    Mengenai Dinamika Atmosfer-Laut 2025, berdasarkan monitoring suhu muka laut pada awal Maret 2025, diketahui fenomena La Niña di Samudra Pasifik telah bertransisi menuju fase El Nino Southern Oscillation (ENSO) Netral.

    Sementara itu, di Samudra Hindia, fenomena Indian Ocean Dipole (IOD) juga berada pada fase Netral. Kedua fenomena tersebut (ENSO dan IOD) diprediksi akan tetap berada dalam fase Netral sepanjang musim kemarau 2025.

     

  • Wagub Ingkong Ala Rakor dengan Menko Polhukam, Bahas Pencegahan Karhutla 

    Wagub Ingkong Ala Rakor dengan Menko Polhukam, Bahas Pencegahan Karhutla 

    JAKARTA – Pemerintah Provinsi (Pemprov) Kalimantan Utara (Kaltara) menyatakan siap menghadapi berbagai potensi kebakaran hutan dan lahan (Karhutla) di tahun ini. 

    Hal Itu dikatakan Wakil Gubernur Kaltara Ingkong Ala saat mengikuti Rapat Koordinasi (Rakor) yang dipimpin langsung Menteri Koordinator Bidang Politik, Hukum, dan Keamanan, Budi Gunawan, di kantor Kemenko Polhukam, Jakarta, Kamis, 13 Maret.

    Ingkong Ala juga menyampaikan sebelum diluncurkan Desk pemerintah pusat, pemerintah daerah telah membentuk tim untuk mengantisipasi serta mengatasi karhutla. 

    “Tim ini sudah ada sejak tahun 2017, yang terdiri dari seluruh perangkat daerah dan instansi vertikal terkait. Seperti, Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB), Dinas Lingkungan Hidup (DLH), Dinas Kehutanan, Polda, TNI dan masyarakat,” kata Ingkong Ala. 

    “Kita berkolaborasi dengan masyarakat setempat, juga perusahaan yang berada di sekitar wilayah rawan kebakaran sudah kita minta wajib membantu, termasuk alat-alat pemadam mereka juga,” sambung dia. 

    Wagub Ingkong mengatakan Tanjung Palas Timur menjadi salah satu wilayah yang rawan berada di Kabupaten Bulungan. Daerah tersebut cukup sulit dalam mendapatkan air dan didominasi lahan gambut. 

    Sedangkan daerah pegunungan, ketika terjadi karhutla tidak sampai meluas, karena masyarakatnya sudah paham dan punya kearifan lokal dalam membuka lahan di waktu tanam padi. 

    “Dipastikan masyarakat akan terlebih dahulu membuat sekat bakar dan mengetahui waktu yang tepat harus membakar. Begitu juga dengan luasnya tidak terlalu luas serta dilakukan secara bergotong royong,” jelasnya. 

    Ditegaskannya, perusahaan yang berada di Kaltara memiliki kewajiban untuk mengamankan arealnya serta mempunyai peralatan pemadam kebakaran seperti pompa pemadam dan kendaraan tangki yang dilengkapi APD untuk tugas pemadaman.

    Kemudian, untuk wilayah yang minim air atau aliran akan dibuat titik–titik kolam yang disebut “Embung” untuk penampungan air sehingga memudahkan dalam proses pemadaman karhutla. 

    “Kalau terjadi kebakaran semua lini harus turun ke lapangan, sebagai koordinator di daerah BPBD dibantu TNI, Polri sampai tingkat bawah, lalu OPD seperti Satpol PP, pemadam, Dishut, DLH dan Dinas Pertanian,” kata dia.