Topik: karhutla

  • Puncak Musim Kemarau di Sulut Dimulai Agustus 2025

    Puncak Musim Kemarau di Sulut Dimulai Agustus 2025

    Liputan6.com, Manado – Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG) memperkirakan puncak musim kemarau akan dimulai pada Agustus serta Oktober 2025.

    “Menghadapi kondisi puncak musim kemarau perlu diwaspadai wilayah yang rentan terhadap bencana yang ditimbulkan oleh curah hujan yang rendah antara lain kekeringan, serta kebakaran hutan dan lahan,” kata Koordinator Bidang Observasi dan Informasi BMKG Stasiun Klimatologi Sulut M Candra Buana, akhir pekan lalu.

    Candra Buana menjelaskan, puncak musim kemarau pada Agustus 2025 terjadi di Zona Musim (ZOM) 492 yang meliputi sebagian besar Kabupaten Bolmong Utara, dan sebagian Kabupaten Bolmong.

    Begitupun dengan ZOM 493 meliputi sebagian Kabupaten Bolmong Timur, sebagian besar Kabupaten Minahasa Selatan, sebagian Kabupaten Minahasa Tenggara, Kabupaten Minahasa bagian barat daya hingga barat, dan sebagian Kota Tomohon.

    Dia memaparkan, puncak musim kemarau juga terjadi di ZOM 494 meliputi Kabupaten Minahasa Selatan bagian utara, sebagian Kota Tomohon, Kabupaten Minahasa bagian utara seluruh Kota Manado, sebagian besar Minahasa Utara, sebagian Kota Bitung, serta seluruh Kepulauan Siau Tagulandang Biaro.

    “Di ZOM 495, meliputi sebagian kecil Kabupaten Bolmong Utara, sebagian besar Kabupaten Bolmong, Kabupaten Bolmong Selatan, bagian barat laut dan sebagian kecil bagian timur laut, seluruh Kota Kotamobagu, serta sebagian Kabupaten Bolmong Timur,” tuturnya.

    Masih di puncak musim kemarau pada Agustus yaitu ZOM 498 yang meliputi sebagian kecil Kabupaten Bolaang Mongondow bagian timur, sebagian Kabupaten Bolaang Mongondow Timur, Kabupaten Minahasa Selatan bagian selatan, serta Kabupaten Minahasa Tenggara bagian selatan hingga barat daya.

    Selanjutnya, di ZOM 499 meliputi Kabupaten Minahasa Tenggara bagian timur hingga Tenggara, dan Kabupaten Minahasa bagian selatan, serta ZOM 500 yang mencakup Kabupaten Minahasa bagian timur hingga tenggara, Kabupaten Minahasa Utara bagian selatan, serta sebagian besar Kota Bitung.

    Sebelumnya, BMKG Stasiun Klimatologi Sulut memperkirakan awal musim kemarau pada Juni 2025.

  • Wahai Generasi Muda Riau, Mari Jaga Hutan dari Kebakaran

    Wahai Generasi Muda Riau, Mari Jaga Hutan dari Kebakaran

    Pakanbaru: Polda Riau menggandeng generasi muda untuk bersama-sama menjaga hutan dari kebakaran hutan dan lahan (Karhutla). Kapolda Riau, Irjen Herry Heryawan, mengatakan salah satu cara yang dilakukan yakni menggelar Karhutla Fun Run 2025 serentak di 12 Kabupaten/Kota. 

    “Kegiatan ini juga menjadi sarana membangun sinergi antara TNI-Polri, pemerintah, Manggala Agni, komunitas, dunia usaha, serta kalangan pelajar dan mahasiswa. Kampanye ini juga diperluas ke ranah digital melalui platform media sosial Polri, untuk menjangkau audiens yang lebih luas, khususnya kalangan muda,” kata Herry Heryawan di Pekanbaru, Senin, 14 April 2025.
     

    Herry mengatakan tujuan utama dari Karhutla Fun Run adalah menumbuhkan partisipasi aktif masyarakat dalam pencegahan Karhutla, menyampaikan pesan pentingnya menjaga hutan dan lahan sebagai aset berharga daerah, serta memperkuat pendekatan humanis dan edukatif dalam penanganan Karhutla di Riau. 

    Mengusung filosofi ‘Melindungi Tuah, Menjaga Marwah’, Herry menyebut kegiatan ini menekankan pentingnya pelestarian lingkungan sebagai bentuk menjaga keberkahan alam Riau yang dikenal dengan hutan, gambut, dan keanekaragaman hayatinya (tuah) dan menjaga kehormatan serta identitas masyarakat (marwah). 

    “Filosofi ini menjadi pijakan moral bahwa Karhutla bukan hanya ancaman ekologis, tetapi juga kerusakan terhadap marwah dan martabat daerah di mata bangsa dan dunia,” jelasnya. 

    Sebagai bagian dari strategi edukatif, Karhutla Fun Run juga melibatkan pelajar dan generasi muda sebagai agen perubahan. Melalui media kreatif seperti kaos bertema, banner interaktif, booth informasi, dan pembagian leaflet, pesan-pesan lingkungan disampaikan dengan pendekatan yang menarik dan mudah dipahami. 

    Lebih dari sekadar acara lari bersama, kegiatan ini bertujuan mendorong budaya early warning dalam mendeteksi dan melaporkan potensi Karhutla sejak dini, serta mengajak masyarakat membentuk komunitas peduli lingkungan di lingkungan masing-masing.

    Dalam jangka panjang, diharapkan kegiatan ini dapat menumbuhkan budaya sadar dan cinta lingkungan, serta membangun pola pikir bahwa setiap individu memiliki peran penting dalam menjaga alam. 

    Masyarakat Riau diharapkan tidak hanya menjadi objek penanganan Karhutla, tetapi juga menjadi bagian dari solusi untuk mewujudkan Provinsi Riau yang bebas Karhutla secara berkelanjutan.

    Pakanbaru: Polda Riau menggandeng generasi muda untuk bersama-sama menjaga hutan dari kebakaran hutan dan lahan (Karhutla). Kapolda Riau, Irjen Herry Heryawan, mengatakan salah satu cara yang dilakukan yakni menggelar Karhutla Fun Run 2025 serentak di 12 Kabupaten/Kota. 
     
    “Kegiatan ini juga menjadi sarana membangun sinergi antara TNI-Polri, pemerintah, Manggala Agni, komunitas, dunia usaha, serta kalangan pelajar dan mahasiswa. Kampanye ini juga diperluas ke ranah digital melalui platform media sosial Polri, untuk menjangkau audiens yang lebih luas, khususnya kalangan muda,” kata Herry Heryawan di Pekanbaru, Senin, 14 April 2025.
     

    Herry mengatakan tujuan utama dari Karhutla Fun Run adalah menumbuhkan partisipasi aktif masyarakat dalam pencegahan Karhutla, menyampaikan pesan pentingnya menjaga hutan dan lahan sebagai aset berharga daerah, serta memperkuat pendekatan humanis dan edukatif dalam penanganan Karhutla di Riau. 
     
    Mengusung filosofi ‘Melindungi Tuah, Menjaga Marwah’, Herry menyebut kegiatan ini menekankan pentingnya pelestarian lingkungan sebagai bentuk menjaga keberkahan alam Riau yang dikenal dengan hutan, gambut, dan keanekaragaman hayatinya (tuah) dan menjaga kehormatan serta identitas masyarakat (marwah). 

    “Filosofi ini menjadi pijakan moral bahwa Karhutla bukan hanya ancaman ekologis, tetapi juga kerusakan terhadap marwah dan martabat daerah di mata bangsa dan dunia,” jelasnya. 
     
    Sebagai bagian dari strategi edukatif, Karhutla Fun Run juga melibatkan pelajar dan generasi muda sebagai agen perubahan. Melalui media kreatif seperti kaos bertema, banner interaktif, booth informasi, dan pembagian leaflet, pesan-pesan lingkungan disampaikan dengan pendekatan yang menarik dan mudah dipahami. 
     
    Lebih dari sekadar acara lari bersama, kegiatan ini bertujuan mendorong budaya early warning dalam mendeteksi dan melaporkan potensi Karhutla sejak dini, serta mengajak masyarakat membentuk komunitas peduli lingkungan di lingkungan masing-masing.
     
    Dalam jangka panjang, diharapkan kegiatan ini dapat menumbuhkan budaya sadar dan cinta lingkungan, serta membangun pola pikir bahwa setiap individu memiliki peran penting dalam menjaga alam. 
     
    Masyarakat Riau diharapkan tidak hanya menjadi objek penanganan Karhutla, tetapi juga menjadi bagian dari solusi untuk mewujudkan Provinsi Riau yang bebas Karhutla secara berkelanjutan.
     
    Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
    dan follow Channel WhatsApp Medcom.id

    (DEN)

  • Prediksi BMKG soal Waktu dan Sifat Musim Kemarau 2025 di Indonesia

    Prediksi BMKG soal Waktu dan Sifat Musim Kemarau 2025 di Indonesia

    Jakarta

    Musim kemarau mulai menunjukkan tanda-tanda kehadirannya di sejumlah wilayah Indonesia sejak April 2025. Namun, berbeda dari tahun-tahun sebelumnya, musim kemarau kali ini diperkirakan berlangsung lebih singkat.

    Sehubungan dengan itu, BMKG menyampaikan bahwa kondisi iklim global yang relatif stabil membuat musim kemarau tahun ini tidak akan terlalu ekstrem, meskipun tetap membutuhkan langkah antisipatif lintas sektor.

    Awal Musim Kemarau Bertahap Mulai April

    Kepala BMKG, Dwikorita Karnawati, mengatakan awal musim kemarau di Indonesia berlangsung secara bertahap mulai April 2025, yakni sebanyak 115 Zona Musim (ZOM). Jumlah ini diperkirakan terus bertambah pada Mei dan Juni, meliputi sebagian besar wilayah Jawa, Bali, Nusa Tenggara, Kalimantan, hingga Papua.

    “Awal musim kemarau di Indonesia diprediksi tidak terjadi secara serempak. Pada bulan April 2025, sebanyak 115 Zona Musim (ZOM) akan memasuki musim kemarau. Jumlah ini akan meningkat pada Mei dan Juni, seiring meluasnya wilayah yang terdampak, termasuk sebagian besar wilayah Jawa, Bali, Nusa Tenggara, Kalimantan, dan Papua,” kata Dwikorita.

    Fenomena global seperti El Nino dan Indian Ocean Dipole saat ini berada dalam kondisi netral, yang artinya tidak ada gangguan iklim besar dari Samudra Pasifik maupun Hindia hingga pertengahan tahun. Meski demikian, suhu muka laut yang lebih hangat dari normal di sekitar wilayah Indonesia berpotensi memengaruhi pola cuaca lokal hingga September.

    Prediksi Puncak Musim Kemarau: Juni-Agustus

    Sementara puncak musim kemarau tahun ini diperkirakan terjadi pada Juni hingga Agustus. Beberapa wilayah yang diprediksi mengalami kekeringan paling intens antara lain Jawa bagian tengah dan timur, Bali, Nusa Tenggara, Kalimantan, Sulawesi, serta Maluku. Agustus disebut sebagai bulan dengan potensi kekeringan paling tinggi di banyak wilayah tersebut.

    Sifat Musim Kemarau: Normal-Lebih Singkat

    Menariknya, Dwikorita menyebut musim kemarau tahun ini cenderung lebih singkat di sebagian besar wilayah, meski ada sekitar seperempat wilayah, terutama di Sumatera dan Kalimantan, yang justru mengalami durasi kemarau lebih panjang dari rata-rata.

    “Durasi kemarau diprediksi lebih pendek dari biasanya di sebagian besar wilayah, meskipun terdapat 26% wilayah yang akan mengalami musim kemarau lebih panjang, terutama di sebagian Sumatera dan Kalimantan,” ujar Dwikorita.

    Imbauan dan Rekomendasi Langkah Antisipatif

    Untuk wilayah yang akan mengalami kemarau lebih basah, ini justru menjadi peluang untuk memperluas lahan tanam, meskipun tetap perlu diwaspadai potensi serangan hama. Sementara itu, sektor kebencanaan diminta meningkatkan kesiapsiagaan terhadap potensi kebakaran hutan dan lahan (karhutla), khususnya di daerah-daerah rawan.

    Pihak pengelola sumber daya air dan energi, seperti PLTA dan jaringan irigasi, juga diminta melakukan pengelolaan air secara bijak demi menjamin kebutuhan masyarakat selama musim kemarau. BMKG juga mengingatkan masyarakat akan potensi penurunan kualitas udara dan risiko gangguan kesehatan akibat cuaca panas dan kelembapan tinggi, khususnya di wilayah perkotaan dan rawan karhutla.

    Di akhir keterangannya, Dwikorita berharap informasi ini dapat digunakan oleh berbagai pemangku kepentingan sebagai panduan dalam menyusun langkah adaptif menghadapi musim kemarau. Pembaruan informasi cuaca dan iklim tersedia secara real-time melalui situs resmi BMKG, akun media sosial @infoBMKG, dan aplikasi InfoBMKG.

    (wia/jbr)

    Hoegeng Awards 2025

    Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini

  • Kunjungan Kerja, Kapolda Riau Tanam Pohon dan Tekankan Profesionalisme Personel Polres Inhil

    Kunjungan Kerja, Kapolda Riau Tanam Pohon dan Tekankan Profesionalisme Personel Polres Inhil

    TRIBUNJAKARTA.COM – Kapolda Riau Irjen Pol Dr Hery Herjawan SIK MH MHum berharap personel Polres Indragiri Hilir (Inhil) untuk menjalankan tupoksi serta menunjukkan kepemimpinan dan etika.

    Selain itu, Irjen Hery Herjawan mengatakan keamanan dan ketertiban masyarakat serta meningkatkan kinerja para personel Inhil.

    Demikian dikatakan Kapolda Irjen Hery Herjawan saat kunjungan kerja ke wilayah Indragiri Hilir, Riau, Senin (14/4/2025) pagi. Irjen Hery disambut Polres Indragiri Hilir (Inhil) dan Forkopimda.

    “Perhatikan kebahagiaan personel dan kesejahteraan anggota. Fokus pada pelayanan publik yang humanis, harus 3P (Profesional, Partnership dan Problem Solver), pantau dinamika sosial dan potensi konflik secara aktif terutama di media sosial, serta kedepankan pendekatan preemtif dan preventif dalam penanganan gangguan Kamtibmas,” kata Irjen Hery dalam keterangannya.

    Dalam kunjungan kerja tersebut, Kapolda Riau Irjen Hery Herjawan ditemani jajaran pejabat Polda Riau disambut Forkopimda Inhil, turut hadir Bupati H Herman, Ketua DPRD Iwan Taruna, Kapolres AKBP Farouk Oktora, Dandim 0314/Inhil, diwakili oleh Kasdim Mayor Arm Luud Guntono, Kajari Nova Fuspitasari, Pengadilan Negeri Tembilahan, Ketua Pengadilan Agama Tembilahan Amiramza serta para Pimpinan OPD, Tokoh Agama, Tokoh Adat, dan Tokoh Masyarakat Indragiri Hilir.

    Salah satu agenda Kapolda Riau yaitu penanaman pohon. Ia mengatakan penanaman ini bukan hanya kegiatan simbolis, tetapi wujud nyata dari tanggung jawab moral dan sosial dalam menjaga lingkungan.

    TANAM POHON – Kapolda Riau Irjen Pol Dr Hery Herjawan SIK MH MHum saat kunjungan kerja ke wilayah Indragiri Hilir, Riau, Senin (14/4/2025) pagi.

    “Penanaman pohon merupakan bagian dari strategi jangka panjang dalam mencegah kebakaran hutan dan lahan (Karhutla), yang menjadi masalah tahunan di Riau. Vegetasi yang baik akan membantu menjaga kelembaban tanah dan mengurangi potensi kebakaran,” katanya.

    Irjen Hery Herjawan mengajak seluruh elemen masyarakat, pemerintah, dan dunia usaha untuk bersama-sama mendukung gerakan hijau ini. bahwa pelestarian lingkungan harus dilakukan secara kolektif.

    “Kami berharap kegiatan ini menjadi inspirasi dan kebiasaan baik bagi generasi muda dalam menjaga dan mencintai lingkungan,” harapnya. 

    Kapolda Riau juga menginstruksikan agar seluruh jajaran Polda Riau untuk memulai gerakan penanaman pohon, dimulai dari lingkungan internal Polda dan Polres jajaran. 

    “Sehingga menciptakan lingkungan yang lebih hijau dan sehat bagi masyarakat Riau serta dapat mengurangi resiko kebakaran hutan dan lahan yang sering terjadi diwilayah Provinsi Riau,” imbuhnya. 

    Pada kesempatan tersebut Kapolda Riau melaksanakan penanaman sebanyak 150 bibit pohon yang terdiri dari pohon jenis buah-buahan dan pohon hias.

    Kegiatan ini merupakan salah satu program Kapolda Riau yakni Program penghijauan alam guna mengurangi polusi udara sesuai dengan filosofi Kapolda Riau 
    “Tunas pohon bisa memberikan pencerahan dan penghidupan kepada bumi. Sebuah tunas, apabila tumbuh dan besar menjadi pohon, maka pohon itu akan tumbuh serta memiliki batang yang kokoh dan dahan yang lebat, dengan didukung oleh batang yang kokoh maka pohon itu bisa menjadi tempat kita bersandar, dan dengan dahan yang lebat pohon tersebut dapat menjadi tempat kita kita berteduh, kemudian akar yang kuat menjadi tempat kita bersela,” jelasnya.

    Usai melakukan penanaman pohon, Kapolda Riau memberikan arahan kepada seluruh personel Polres Inhil. Ia menekankan untuk mensukseskan program pemerintah dari Ketahanan Pangan, Makan Bergizi Gratis (MBG). 

    “Harus terbuka dengan masyarakat dan harus siap di kritik oleh masyarakat serta peka. Jalankan tugas pokok dan fungsi secara baik serta tunjukkan kepemimpinan dan etika,” arahannya. 

    Kapolda Riau menginginkan Indeks Kamtibmas di wilayah Indragiri Hilir yang meningkat seperti 3C (Curat, Curas dan Curanmor) dan narkoba, agar ditingkatkan penegakan hukumnya. 

    “Kita harus melakukan kegiatan preventif lebih besar dari pada kegiatan penegakan hukum. Melakukan mapping terhadap daerah aliran sungai (DAS) yang termasuk dalam kemiskinan ekstrim, dengan melakukan koordinasi bersama dengan Pemda,” tegas Irjen Pol Hery. 

    Akses TribunJakarta.com di Google News atau WhatsApp Channel TribunJakarta.com. Pastikan Tribunners sudah install aplikasi WhatsApp ya

  • Puncak Musim Kemarau 2025 Terjadi pada Juni-Agustus, Waspada Kekeringan Ekstrem – Page 3

    Puncak Musim Kemarau 2025 Terjadi pada Juni-Agustus, Waspada Kekeringan Ekstrem – Page 3

    Meskipun sebagian besar wilayah diprediksi mengalami musim kemarau normal, beberapa daerah perlu mewaspadai potensi kekeringan yang lebih parah dari biasanya. Masyarakat diimbau untuk mulai mempersiapkan diri menghadapi potensi suhu panas dan kekeringan dalam beberapa bulan ke depan. Langkah-langkah antisipasi perlu dilakukan sejak dini untuk meminimalisir dampak negatif.

    Musim kemarau 2025 diperkirakan dimulai pada bulan April dan akan terus meluas hingga pertengahan tahun. Meskipun durasinya diperkirakan lebih pendek dibanding tahun-tahun sebelumnya, risiko kekeringan tetap mengintai sejumlah wilayah strategis di Indonesia. Sektor pertanian, energi, dan kebencanaan perlu bersiap menghadapi puncak kekeringan yang diproyeksikan terjadi antara bulan Juni hingga Agustus.

    Berbeda dari tahun 2023 yang dipengaruhi oleh El Nino kuat, musim kemarau 2025 berlangsung dalam kondisi iklim global yang netral. Namun, suhu muka laut yang lebih hangat dari biasanya berpotensi memicu gangguan cuaca lokal di Indonesia. Hal ini bisa berdampak pada dinamika pertanian, ketersediaan air bersih, serta meningkatnya potensi kebakaran hutan dan lahan di sejumlah daerah.

    Prediksi yang dikeluarkan berdasarkan pemantauan terhadap lebih dari 500 zona musim di Indonesia menunjukkan bahwa musim kemarau tidak terjadi secara serentak. Beberapa wilayah seperti Sumatera dan Kalimantan mulai lebih awal, sementara sebagian lainnya justru mundur dari pola normal. Meskipun tak sepanjang tahun sebelumnya, masyarakat dan pemangku kepentingan tetap diingatkan untuk tidak lengah terhadap ancaman kekeringan maupun penurunan kualitas udara.

    Awal musim kemarau tahun ini telah mulai berlangsung sejak April 2025, dengan 115 zona musim (ZOM) secara bertahap memasuki periode kering yang kemudian meluas hingga Mei dan Juni ke berbagai daerah seperti Jawa, Bali, Kalimantan, dan Papua, seiring penguatan suhu muka laut di sekitar Indonesia. Distribusi awal kemarau diketahui tidak bersifat serentak karena sebagian wilayah mengalami kemunduran atau percepatan dibandingkan rata-rata klimatologi periode 1991–2020.

    Wilayah seperti Sumatera, sebagian Kalimantan, dan Sulawesi tercatat mengalami awal kemarau yang bervariasi, baik maju, mundur, maupun normal, dengan indikator suhu permukaan laut dan kelembapan udara menjadi faktor dominan dalam pembentukan awan hujan dan perubahan pola angin musiman. “Awal musim kemarau di Indonesia diprediksi tidak terjadi secara serempak. Pada bulan April 2025, sebanyak 115 Zona Musim (ZOM) akan memasuki musim kemarau. Jumlah ini akan meningkat pada Mei dan Juni, seiring meluasnya wilayah yang terdampak, termasuk sebagian besar wilayah Jawa, Bali, Nusa Tenggara, Kalimantan, dan Papua,” ujar Kepala BMKG.

    Pentingnya kesiapsiagaan dan antisipasi dini dari seluruh pihak terkait, baik pemerintah maupun masyarakat, sangatlah penting untuk meminimalisir dampak negatif dari musim kemarau 2025. Kerjasama dan koordinasi yang baik akan sangat membantu dalam menghadapi tantangan yang akan dihadapi.

  • BMKG Prediksi Musim Kemarau 2025 Lebih Singkat di Beberapa Wilayah Indonesia – Halaman all

    BMKG Prediksi Musim Kemarau 2025 Lebih Singkat di Beberapa Wilayah Indonesia – Halaman all

    TRIBUNNEWS.COM – Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) memprediksi, musim kemarau tahun 2025 di Indonesia akan berlangsung lebih singkat dibandingkan biasanya di sebagian besar wilayah.

    Hal ini disampaikan oleh Kepala BMKG, Dwikorita Karnawati, dalam pernyataannya pada Sabtu (12/4/2025).

    Menurut Dwikorita, awal musim kemarau tahun ini telah dimulai secara bertahap sejak April 2025.

    Hanya beberapa wilayah yang mengalami musim kemarau di bulan April.

    Meski begitu, beberapa wilayah Indonesia yang belum mengalami musim kemarau, baru akan mengalami musim kemarau pada bulan Mei dan Juni.

    “Awal musim kemarau di Indonesia diprediksi tidak terjadi secara serempak. Pada bulan April 2025, sebanyak 115 Zona Musim (ZOM) akan memasuki musim kemarau.”

    “Jumlah ini akan meningkat pada Mei dan Juni, seiring meluasnya wilayah yang terdampak, termasuk sebagian besar wilayah Jawa, Bali, Nusa Tenggara, Kalimantan, dan Papua,” jelasnya, dikutip dari laman resmi BMKG.

    BMKG menyatakan, prediksi ini didasarkan pada pemantauan dan analisis terhadap dinamika iklim global dan regional hingga pertengahan April. 

    Salah satu faktor utama adalah kondisi netral dari fenomena iklim global seperti El Nino-Southern Oscillation (ENSO) dan Indian Ocean Dipole (IOD).

    Meski tidak ada gangguan besar dari Samudra Pasifik dan Hindia, suhu muka laut di sekitar wilayah Indonesia tercatat lebih hangat dari biasanya dan diperkirakan akan bertahan hingga September.

    Kondisi ini diyakini turut memengaruhi pola cuaca lokal.

    Puncak Musim Kemarau Diprediksi Terjadi pada Agustus

    Dwikorita menyebutkan, puncak musim kemarau tahun ini diperkirakan terjadi antara Juni hingga Agustus 2025, dengan intensitas kekeringan tertinggi pada bulan Agustus. 

    Wilayah-wilayah yang diprediksi akan mengalami puncak kekeringan meliputi Jawa bagian tengah dan timur, Kalimantan, Sulawesi, Bali, Nusa Tenggara, dan Maluku.

    Secara keseluruhan, sekitar 60 persen wilayah Indonesia akan mengalami musim kemarau dengan karakteristik normal, 26 persen wilayah akan mengalami kemarau lebih basah dari biasanya, sementara 14 persen lainnya akan menghadapi musim kemarau yang lebih kering.

    Durasi musim kemarau di sebagian besar wilayah diperkirakan lebih pendek, meskipun ada 26 persen wilayah yang justru akan mengalami musim kemarau lebih panjang, terutama di sebagian wilayah Sumatera dan Kalimantan.

    Mitigasi dan Rekomendasi BMKG untuk Hadapi Musim Kemarau

    Sebagai langkah antisipasi terhadap dampak musim kemarau, BMKG mengeluarkan sejumlah rekomendasi strategis, terutama untuk sektor-sektor vital seperti pertanian, kebencanaan, kesehatan, dan energi.

    Untuk sektor pertanian, BMKG menyarankan penyesuaian jadwal tanam berdasarkan awal musim kemarau di masing-masing wilayah.

    Selain itu, pemilihan varietas tanaman tahan kekeringan dan optimalisasi pengelolaan air dinilai penting untuk menjaga produktivitas di tengah minimnya curah hujan.

    “Wilayah yang mengalami musim kemarau lebih basah bisa menjadi peluang untuk memperluas lahan tanam dan meningkatkan hasil produksi, dengan tetap memperhatikan pengendalian potensi hama,” ujar Dwikorita.

    Sementara itu, di sektor kebencanaan, kewaspadaan terhadap potensi kebakaran hutan dan lahan (karhutla) menjadi sangat penting, terutama di wilayah yang diprediksi mengalami musim kemarau dengan sifat normal hingga kering. 

    BMKG menganjurkan, agar pada masa-masa saat hujan masih terjadi, dilakukan pembasahan lahan gambut dan pengisian embung-embung air untuk mencegah risiko kebakaran.

    Di bidang lingkungan dan kesehatan, Dwikorita mengingatkan pentingnya menjaga kualitas udara, terutama di daerah perkotaan dan kawasan rawan karhutla.

    Suhu panas dan kelembapan tinggi selama musim kemarau juga dapat berdampak pada kesehatan masyarakat, sehingga perlu diantisipasi dengan baik.

    BMKG juga menekankan pentingnya pengelolaan sumber daya air secara bijak, terutama untuk menjamin operasional pembangkit listrik tenaga air (PLTA), sistem irigasi, dan kebutuhan air baku masyarakat selama musim kemarau berlangsung.

    (Tribunnews.com/Farrah)

    Artikel Lain Terkait BMKG dan Musim Kemarau 

  • Kemarau 2025 Lebih Singkat, BMKG: Potensi Risiko Tetap Ada

    Kemarau 2025 Lebih Singkat, BMKG: Potensi Risiko Tetap Ada

    Jakarta, Beritasatu.com – Kepala Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) Dwikorita Karnawati mengungkapkan, awal musim kemarau tahun 2025 telah mulai terjadi sejak April dan akan berlangsung secara bertahap di berbagai wilayah Indonesia.

    Kendati demikian, musim kemarau 2025 diprediksi akan berlangsung lebih singkat dari biasanya di sebagian besar wilayah Indonesia. Hal ini berdasarkan pemantauan dan analisis dinamika iklim global dan regional yang dilakukan BMKG hingga pertengahan April 2025.

    Namun, suhu muka laut di wilayah Indonesia cenderung lebih hangat dari normal dan diperkirakan bertahan hingga September, yang dapat memengaruhi cuaca lokal di Indonesia.

    Ia menjelaskan bahwa puncak musim kemarau akan terjadi pada Juni hingga Agustus 2025, dengan wilayah-wilayah, seperti Jawa bagian tengah hingga timur, Kalimantan, Sulawesi, Bali, Nusa Tenggara, dan Maluku diperkirakan mengalami puncak kekeringan pada Agustus.

    Terkait sifat musim kemarau 2025, sekitar 60% wilayah diprediksi mengalami kemarau dengan sifat normal, 26% wilayah mengalami kemarau lebih basah dari normal, dan 14% wilayah lainnya lebih kering dari biasanya.

    “Durasi kemarau diprediksi lebih pendek dari biasanya di sebagian besar wilayah, meskipun terdapat 26% wilayah yang akan mengalami musim kemarau lebih panjang, terutama di sebagian Sumatera dan Kalimantan,” tambahnya.

    Lebih lanjut, sebagai bentuk mitigasi terhadap risiko musim kemarau, Dwikorita juga menyampaikan sejumlah rekomendasi penting bagi sejumlah sektor vital.

    Di sektor pertanian, disarankan untuk melakukan penyesuaian jadwal tanam sesuai prediksi awal musim kemarau di tiap wilayah, pemilihan varietas tanaman yang tahan terhadap kekeringan, serta optimalisasi pengelolaan air untuk mendukung produktivitas pertanian di tengah keterbatasan curah hujan.

    “Untuk wilayah yang mengalami musim kemarau lebih basah, ini bisa menjadi peluang untuk memperluas lahan tanam dan meningkatkan produksi, dengan disertai pengendalian potensi hama,” imbuhnya.

    Untuk sektor kebencanaan, peningkatan kesiapsiagaan terhadap potensi kebakaran hutan dan lahan (karhutla) menjadi hal yang sangat krusial, terutama di wilayah yang diprediksi mengalami musim kemarau dengan sifat normal hingga lebih kering dari biasanya.

    Pada periode saat ini dimana masih ada hujan, perlu ditingkatkan upaya pembasahan lahan-lahan gambut untuk menaikkan tinggi muka air dan pengisian embung-embung penampungan air di area yang rentan terbakar. 
    Sementara itu, di sektor lingkungan dan kesehatan, BMKG mengingatkan pentingnya kewaspadaan terhadap potensi penurunan kualitas udara di wilayah perkotaan dan daerah rawan karhutla, serta dampak suhu panas dan kelembapan tinggi yang dapat mengganggu kenyamanan dan kesehatan masyarakat.

    Adapun sektor energi dan sumber daya air, tambah dia, diimbau untuk mengelola pasokan air secara bijak dan efisien demi menjamin keberlanjutan operasional pembangkit listrik tenaga air (PLTA), sistem irigasi, dan pemenuhan kebutuhan air baku masyarakat selama periode musim kemarau berlangsung.

  • Kemarau 2025 Lebih Singkat, BMKG: Potensi Risiko Tetap Ada

    Musim Kemarau 2025 Dimulai, Karhutla Tetap Harus Diwaspadai

    Jakarta, Beritasatu.com – Kepala Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) Dwikorita Karnawati mengungkapkan, awal musim kemarau tahun 2025 telah mulai terjadi sejak April dan akan berlangsung secara bertahap di berbagai wilayah Indonesia.

    Kendati demikian, musim kemarau 2025 diprediksi akan berlangsung lebih singkat dari biasanya di sebagian besar wilayah Indonesia. Hal ini berdasarkan pemantauan dan analisis dinamika iklim global dan regional yang dilakukan BMKG hingga pertengahan April 2025.

    Namun, suhu muka laut di wilayah Indonesia cenderung lebih hangat dari normal dan diperkirakan bertahan hingga September, yang dapat memengaruhi cuaca lokal di Indonesia.

    Ia menjelaskan bahwa puncak musim kemarau akan terjadi pada Juni hingga Agustus 2025, dengan wilayah-wilayah, seperti Jawa bagian tengah hingga timur, Kalimantan, Sulawesi, Bali, Nusa Tenggara, dan Maluku diperkirakan mengalami puncak kekeringan pada Agustus.

    Terkait sifat musim kemarau 2025, sekitar 60% wilayah diprediksi mengalami kemarau dengan sifat normal, 26% wilayah mengalami kemarau lebih basah dari normal, dan 14% wilayah lainnya lebih kering dari biasanya.

    “Durasi kemarau diprediksi lebih pendek dari biasanya di sebagian besar wilayah, meskipun terdapat 26% wilayah yang akan mengalami musim kemarau lebih panjang, terutama di sebagian Sumatera dan Kalimantan,” tambahnya.

    Lebih lanjut, sebagai bentuk mitigasi terhadap risiko musim kemarau, Dwikorita juga menyampaikan sejumlah rekomendasi penting bagi sejumlah sektor vital.

    Di sektor pertanian, disarankan untuk melakukan penyesuaian jadwal tanam sesuai prediksi awal musim kemarau di tiap wilayah, pemilihan varietas tanaman yang tahan terhadap kekeringan, serta optimalisasi pengelolaan air untuk mendukung produktivitas pertanian di tengah keterbatasan curah hujan.

    “Untuk wilayah yang mengalami musim kemarau lebih basah, ini bisa menjadi peluang untuk memperluas lahan tanam dan meningkatkan produksi, dengan disertai pengendalian potensi hama,” imbuhnya.

    Untuk sektor kebencanaan, peningkatan kesiapsiagaan terhadap potensi kebakaran hutan dan lahan (karhutla) menjadi hal yang sangat krusial, terutama di wilayah yang diprediksi mengalami musim kemarau dengan sifat normal hingga lebih kering dari biasanya.

    Pada periode saat ini dimana masih ada hujan, perlu ditingkatkan upaya pembasahan lahan-lahan gambut untuk menaikkan tinggi muka air dan pengisian embung-embung penampungan air di area yang rentan terbakar. 
    Sementara itu, di sektor lingkungan dan kesehatan, BMKG mengingatkan pentingnya kewaspadaan terhadap potensi penurunan kualitas udara di wilayah perkotaan dan daerah rawan karhutla, serta dampak suhu panas dan kelembapan tinggi yang dapat mengganggu kenyamanan dan kesehatan masyarakat.

    Adapun sektor energi dan sumber daya air, tambah dia, diimbau untuk mengelola pasokan air secara bijak dan efisien demi menjamin keberlanjutan operasional pembangkit listrik tenaga air (PLTA), sistem irigasi, dan pemenuhan kebutuhan air baku masyarakat selama periode musim kemarau berlangsung.

  • Kemarau Sudah Dimulai, BMKG Ungkap Sejumlah Risiko Ini

    Kemarau Sudah Dimulai, BMKG Ungkap Sejumlah Risiko Ini

    Jakarta, CNBC Indonesia – Kepala BMKG, Dwikorita Karnawati, menyampaikan bahwa awal musim kemarau tahun 2025 telah mulai terjadi sejak April dan akan berlangsung secara bertahap di berbagai wilayah Indonesia.

    Kendati demikian, musim kemarau tahun 2025 diprediksi akan berlangsung lebih singkat dari biasanya di sebagian besar wilayah Indonesia. Hal ini berdasarkan pemantauan dan analisis dinamika iklim global dan regional yang dilakukan BMKG hingga pertengahan April 2025.

    “Awal musim kemarau di Indonesia diprediksi tidak terjadi secara serempak. Pada bulan April 2025, sebanyak 115 Zona Musim (ZOM) akan memasuki musim kemarau. Jumlah ini akan meningkat pada Mei dan Juni, seiring meluasnya wilayah yang terdampak, termasuk sebagian besar wilayah Jawa, Bali, Nusa Tenggara, Kalimantan, dan Papua,” ujar Dwikorita dalam siaran pers, Sabtu (12/4/2025).

    Ia menerangkan fenomena iklim global seperti El Nino-Southern Oscillation (ENSO) dan Indian Ocean Dipole (IOD) saat ini berada dalam fase netral, yang menandakan tidak adanya gangguan iklim besar dari Samudra Pasifik maupun Samudra Hindia hingga semester II tahun 2025. Namun, suhu muka laut di wilayah Indonesia cenderung lebih hangat dari normal dan diperkirakan bertahan hingga September, yang dapat memengaruhi cuaca lokal di Indonesia.

    Dwikorita juga mengungkapkan bahwa puncak musim kemarau akan terjadi pada Juni hingga Agustus 2025, dengan wilayah-wilayah seperti Jawa bagian tengah hingga timur, Kalimantan, Sulawesi, Bali, Nusa Tenggara, dan Maluku diperkirakan mengalami puncak kekeringan pada Agustus.

    Terkait sifat musim kemarau 2025, sekitar 60% wilayah diprediksi mengalami kemarau dengan sifat normal, 26% wilayah mengalami kemarau lebih basah dari normal, dan 14% wilayah lainnya lebih kering dari biasanya.

    “Durasi kemarau diprediksi lebih pendek dari biasanya di sebagian besar wilayah, meskipun terdapat 26% wilayah yang akan mengalami musim kemarau lebih panjang, terutama di sebagian Sumatera dan Kalimantan,” tambahnya.

    Lebih lanjut, sebagai bentuk mitigasi terhadap risiko musim kemarau, Dwikorita juga menyampaikan sejumlah rekomendasi penting bagi sejumlah sektor vital. Di sektor pertanian, disarankan untuk melakukan penyesuaian jadwal tanam sesuai prediksi awal musim kemarau di tiap wilayah, pemilihan varietas tanaman yang tahan terhadap kekeringan, serta optimalisasi pengelolaan air untuk mendukung produktivitas pertanian di tengah keterbatasan curah hujan.

    “Untuk wilayah yang mengalami musim kemarau lebih basah, ini bisa menjadi peluang untuk memperluas lahan tanam dan meningkatkan produksi, dengan disertai pengendalian potensi hama,” imbuhnya.

    Untuk sektor kebencanaan, peningkatan kesiapsiagaan terhadap potensi kebakaran hutan dan lahan (karhutla) menjadi hal yang sangat krusial, terutama di wilayah yang diprediksi mengalami musim kemarau dengan sifat normal hingga lebih kering dari biasanya. Pada periode saat ini dimana masih ada hujan, perlu ditingkatkan upaya pembasahan lahan-lahan gambut untuk menaikkan tinggi muka air dan pengisian embung-embung penampungan air di area yang rentan terbakar.

    Sementara itu, di sektor lingkungan dan kesehatan, BMKG mengingatkan pentingnya kewaspadaan terhadap potensi penurunan kualitas udara di wilayah perkotaan dan daerah rawan karhutla, serta dampak suhu panas dan kelembapan tinggi yang dapat mengganggu kenyamanan dan kesehatan masyarakat.

    Adapun sektor energi dan sumber daya air, tambah dia, diimbau untuk mengelola pasokan air secara bijak dan efisien demi menjamin keberlanjutan operasional pembangkit listrik tenaga air (PLTA), sistem irigasi, dan pemenuhan kebutuhan air baku masyarakat selama periode musim kemarau berlangsung.

    Di akhir pernyataannya, Dwikorita berharap informasi ini dapat digunakan oleh kementerian, lembaga, pemerintah daerah, dan seluruh pihak terkait dalam menyusun langkah-langkah antisipatif dan adaptif menghadapi musim kemarau 2025.

    Lebih lanjut, Dwikorita mengatakan informasi lebih rinci dan pembaruan data iklim serta cuaca secara real time dapat diakses melalui website resmi BMKG, media sosial @infoBMKG, serta aplikasi InfoBMKG.

    (fsd/fsd)

  • Kemarau Rawan Karhutla, Polda Riau Siapkan Strategi Bersama UNRI

    Kemarau Rawan Karhutla, Polda Riau Siapkan Strategi Bersama UNRI

    Pekanbaru: Polda Riau menggandeng Universitas Riau (UNRI) untuk menghadapi musim kemarau yang kerap menimbulkan kebakaran hutan dan lahan (karhutla).

    Kapolda Riau Irjen Herry Heriyawan, bersama sejumlah pejabat utama Polda Riau menemui Rektor UNRI, Sri Indarti, untuk melakukan pembahasan.

    “Situasi di Riau dalam menghadapi musim kemarau dan persiapan kesiapsiapan dalam menghadapi karhutla. Upaya pencegahan karhutla dan memelihara lingkungan harus dilakukan oleh seluruh stake holder terkait,” kata Herry di Pekanbaru dikutip Kamis, 10 April 2025.

    Dalam pertemuan tersebut, Kapolda Riau menyerahkan pohon atau tanaman kepada Rektor Universitas Riau sebagai simbol komitmen bersama menjaga kelestarian lingkungan, terutama dalam menghadapi dampak perubahan iklim global.

    Menurut Herry, Langkah ini juga sudah mendapat lampu hijau dari Gubernur Riau. “Hasil diskusi saya dengan Gubernur Riau, membahas terkait mengangkat kembali nilai nilai budaya melayu yang mulai tergerus. Take line Polda Riau yang saya buat yaitu Melindungi tuah menjaga marwah,” jelasnya.

    Herry menjelaskan Polda Riau berkomitmen memberikan perlindungan aktif dalam keberkahaan dan pemulihan tanah melayu. Kemudian harus mengawal potensi keberuntungan berkat ilahi untuk kesejahteraan masyarakat Riau.

    Penyerahan pohon mencerminkan harapan baik Polda Riau maupun Universitas Riau dapat bekerja sama dalam berbagai program yang mendukung pelestarian alam dan keberlanjutan ekosistem.

    “Ucapan terima kasih atas sambutan hangat dari Universitas Riau dan harapan agar civitas akademika dapat memberikan masukan yang konstruktif dalam berbagai program yang dilaksanakan Polda Riau,” ungkapnya.

    Menurut Herry dalam waktu dekat Polda Riau dan Pemprov Riau akan membuat kegiatan Jambore Karhutla di Tahura Minas dengan melibatkan mahasiswa, Gen Z, Pramuka, dan Walhi diantaranya melalui penanaman pohon, yang akan diawali dengan Fun Run Karhutla. 

    “Kami berharap adanya masukan dari civitas akademika Universitas Riau,” ungkapnya.

    Pada kesempatan yang sama, Rektor Universitas Riau juga menyampaikan terimakasih atas kunjungan Kapolda Riau dan rombongan. Menurut dia agenda pertemuan ini bisa berdampak baik untuk semua pihak terutama mahasiswa.

    “Apabila dapat bersinergi dengan Polda Riau pada kegiatan-kegiatan di Universitas Riau, seperti halnya dapat memberikan pencerahan dan berbagi pengalaman kepada mahasiswa di kampus,” ujar Sri Indarti.

    Pekanbaru: Polda Riau menggandeng Universitas Riau (UNRI) untuk menghadapi musim kemarau yang kerap menimbulkan kebakaran hutan dan lahan (karhutla).
     
    Kapolda Riau Irjen Herry Heriyawan, bersama sejumlah pejabat utama Polda Riau menemui Rektor UNRI, Sri Indarti, untuk melakukan pembahasan.
     
    “Situasi di Riau dalam menghadapi musim kemarau dan persiapan kesiapsiapan dalam menghadapi karhutla. Upaya pencegahan karhutla dan memelihara lingkungan harus dilakukan oleh seluruh stake holder terkait,” kata Herry di Pekanbaru dikutip Kamis, 10 April 2025.

    Dalam pertemuan tersebut, Kapolda Riau menyerahkan pohon atau tanaman kepada Rektor Universitas Riau sebagai simbol komitmen bersama menjaga kelestarian lingkungan, terutama dalam menghadapi dampak perubahan iklim global.
     
    Menurut Herry, Langkah ini juga sudah mendapat lampu hijau dari Gubernur Riau. “Hasil diskusi saya dengan Gubernur Riau, membahas terkait mengangkat kembali nilai nilai budaya melayu yang mulai tergerus. Take line Polda Riau yang saya buat yaitu Melindungi tuah menjaga marwah,” jelasnya.
     
    Herry menjelaskan Polda Riau berkomitmen memberikan perlindungan aktif dalam keberkahaan dan pemulihan tanah melayu. Kemudian harus mengawal potensi keberuntungan berkat ilahi untuk kesejahteraan masyarakat Riau.
     
    Penyerahan pohon mencerminkan harapan baik Polda Riau maupun Universitas Riau dapat bekerja sama dalam berbagai program yang mendukung pelestarian alam dan keberlanjutan ekosistem.
     
    “Ucapan terima kasih atas sambutan hangat dari Universitas Riau dan harapan agar civitas akademika dapat memberikan masukan yang konstruktif dalam berbagai program yang dilaksanakan Polda Riau,” ungkapnya.
     
    Menurut Herry dalam waktu dekat Polda Riau dan Pemprov Riau akan membuat kegiatan Jambore Karhutla di Tahura Minas dengan melibatkan mahasiswa, Gen Z, Pramuka, dan Walhi diantaranya melalui penanaman pohon, yang akan diawali dengan Fun Run Karhutla. 
     
    “Kami berharap adanya masukan dari civitas akademika Universitas Riau,” ungkapnya.
     
    Pada kesempatan yang sama, Rektor Universitas Riau juga menyampaikan terimakasih atas kunjungan Kapolda Riau dan rombongan. Menurut dia agenda pertemuan ini bisa berdampak baik untuk semua pihak terutama mahasiswa.
     
    “Apabila dapat bersinergi dengan Polda Riau pada kegiatan-kegiatan di Universitas Riau, seperti halnya dapat memberikan pencerahan dan berbagi pengalaman kepada mahasiswa di kampus,” ujar Sri Indarti.
     
    Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
    dan follow Channel WhatsApp Medcom.id

    (DEN)