Topik: Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG)

  • IHSG Hari Ini Jatuh ke Bawah Level 7.000

    IHSG Hari Ini Jatuh ke Bawah Level 7.000

    Jakarta, Beritasatu.com – Indeks harga saham gabungan (IHSG) kembali jatuh hingga di bawah level 7.000 pada penutupan perdagangan hari ini, Selasa (14/1/2025).

    IHSG pada hari ini sebetulnya dibuka menguat, tetapi tiba-tiba berbalik arah menjelang penutupan perdagangan sesi I dan bertahan di zona merah hingga penutupan perdagangan hari ini.

    IHSG jatuh 0,86% atau 60,21 poin ke level 6.956,6.

    IHSG I hari ini bergerak dalam rentang 7.042-7.956. Perdagangan IHSG hari ini mencatatkan 16,4 miliar lembar saham senilai Rp 10 triliun dari 1,32 juta kali transaksi.

    Sebanyak 294 saham yang diperdagangkan hari ini tercatat menguat, sebanyak 298 saham melemah, dan sebanyak 210 saham stagnan.

    Pada saat IHSG hari ini melemah, saham global dibuka beragam. Indeks CAC 40 Prancis naik hampir 1,0% pada perdagangan awal menjadi 7.478,96, sementara indeks DAX Jerman naik 0,6% menjadi 20.263,87. Indeks FTSE 100 Inggris hampir datar pada level 8.227,05.

    Dalam perdagangan di Asia, indeks acuan Nikkei 225 Jepang tergelincir 1,8% hingga berakhir pada 38.474,30 setelah libur pada Senin.

  • Masih Dilego Asing, Saham BBRI Berpotensi Terkoreksi ke Level Rp 3.600

    Masih Dilego Asing, Saham BBRI Berpotensi Terkoreksi ke Level Rp 3.600

    Jakarta, Beritasatu.com – Saham PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk (BBRI) atau BRI tergelincir ke level Rp 3.800 pada perdagangan hari ini, Selasa (14/1/2025), atau terendah sejak 2021. Penurunan ini dipicu oleh aksi jual (net sell) investor asing yang terus berlanjut sejak akhir 2024, sejalan dengan pelemahan indeks harga saham gabungan (IHSG) yang terkoreksi hingga kembali ke level 6.900.

    Senior Equity Research Analyst Panin Sekuritas Felix Darmawan mengungkapkan, saham BBRI saat ini berada dalam tekanan baik secara fundamental maupun teknikal.

    “Secara fundamental, saham BBRI dinilai mixed di tengah turbulensi ekonomi yang melanda masyarakat kelas menengah dan bawah. Sebagai penyedia layanan kredit mikro, penurunan daya beli masyarakat dan inflasi menjadi tantangan besar bagi BBRI,” kata Felix kepada Beritasatu.com, Selasa (14/1/2025).

    Dari sisi teknikal, Felix mencatat bahwa tren bearish saham BBRI semakin kuat setelah menembus level Rp 4.000.

    “Jadi memang adanya peningkatan risiko dari investor asing yang cukup agresif untuk melakukan nett sell. Ini kemudian mengonfirmasi penurunan saham BBRI dalam beberapa bulan terakhir,” ujarnya.

    Felix memprediksi tekanan terhadap saham BBRI masih akan berlanjut dalam waktu dekat. Ia memperkirakan level support berikutnya berada di kisaran Rp 3.600-Rp 3.700.

    “Kita menilai BBRI ini masih bisa mengalami penurunan apabila memang tone negatif atau outflow dari investor asing ini masih masif. Saat ini masih belum tepat untuk masuk ke saham BBRI. Ke depan, level support-nya mungkin di Rp 3.600-Rp 3.700.” kata Felix.

    Lebih lanjut, Felix merekomendasikan kepada para investor untuk dapat menahan transaksinya sampai situasi volatilitas pasar saham mereda.

    Strategi terbaik saat ini menurutnya adalah menunggu hingga tekanan nett sell dari investor asing berkurang. Alternatif lain adalah membeli secara cicil sambil memantau perbaikan sentimen asing yang dapat memulihkan saham big caps seperti saham BBRI.

  • IHSG Sesi I Hari Ini Longsor ke Level 6.981

    IHSG Sesi I Hari Ini Longsor ke Level 6.981

    Jakarta, Beritasatu.com – Indeks harga saham gabungan (IHSG) pada bursa perdagangan sesi I hari ini, Selasa (14/1/205) terkoreksi 35,4 poin atau 0,50% hingga melemah ke level 6.981.

    IHSG sempat bergerak positif saat awal perdagangan dan bergerak pada rentang 6.968-7.042. Sebanyak 300 saham menguat, 271 saham melemah, dan 219 saham stagnan.

    Volume perdagangan IHSG sesi I mencapai 8,8 miliar lembar saham dengan transaksi R0 5,2 triliun dan frekuensi mencapai 830.588 kali.

    Namun, saham sektoral mayoritas menguat. Sektor bahan baku catat kenaikan tertinggi mencapai 1,08%, diikuti properti bertambah 0,74%, dan energi naik 0,70%.

    Kemudian empat saham sektoral catat penurunan, dengan sektor industri turun 0,84%, kesehatan melemah 0,53%, keuangan turun 0,42%, dan konsumsi nonprimer anjlok 0,23%

    Sementara, saham dalam unggulan catat penurunan serupa dengan IHSG hari ini. LQ45 melemah 0,58%, Jakarta Islamic Index (JII) berkurang 0,18%, dan Investor33 turun 0,70%.

  • Saham IPO Jadi Sasaran Cuan Ketika Pasar Bergerak Sideways

    Saham IPO Jadi Sasaran Cuan Ketika Pasar Bergerak Sideways

    Jakarta, Beritasatu.com – Indeks harga saham gabungan (IHSG) bergerak sideways sepanjang Januari 2025. Flat-nya IHSG tercermin dari posisinya yang belum dapat keluar dari level 7.000-7.100. Bahkan berdasarkan nilai transaksi, masih di bawah rerata nilai transaksi harian (RNTH) Rp 12,8 triliun per hari. Namun, IPO saham baru di bursa bisa jadi sumber cuan.

    Head of Investment Information Mirae Asset Sekuritas Martha Christina Puspitasari mengatakan, saat ini pasar cenderung flat dikarenakan investor tengah mengantisipasi kebijakan-kebijakan ekonomi dan politik Amerika Serikat (AS). Dua isu yang menjadi fokus utama investor adalah pemerintahan Donald Trump dan arah suku bunga acuan The Fed.

    Menurut Martha, pada saat market cenderung sepi, investor dapat memanfaatkan momen untuk melakukan trading. Saham-saham IPO dapat menjadi pilihan investor untuk mendulang cuan.

    “Direkomendasikan untuk buy and sell dalam kurun waktu yang cepat, atau misalnya seperti swing trade di jangka menengah. Namun, karena memang secara teknikal juga kita lihat indeks bergerak sideways cenderung terkoreksi,” ucap Martha kepada Beritasatu.com di BEI Jakarta, Senin (13/1/2025).

    Ia melanjutkan, saat ini saham-saham big caps cenderung melemah. Jadi investor beralih ke saham-saham IPO.

    “Kalau kita lihat dari sekitar enam saham IPO di bulan Januari, beberapa konsisten menguat dan masih akan terus naik,” ujar Martha.

    Beberapa saham IPO yang Martha nilai berpeluang untuk melanjutkan penguatan adalah RATU dan CBDK. Keduanya adalah anak usaha dari emiten-emiten besar, yakni RAJA dan PANI.

    “Cukup menarik, ya, kedua perusahaan ini karena memiliki growth story-nya masing-masing. RATU memiliki oil and gas sementara CBDK punya properti di kawasan PIK2 yang bertumbuh luar biasa,” ujarnya. 

    Ia melanjutkan, nilai properti PANI terus naik. Kalau dibandingkan dengan induknya, secara valuasi bahkan keduanya lebih menarik.

    “Hal ini Karena baik RAJA dan PANI memiliki valuasi yang sangat tinggi. Jadi ketika anak usaha ini IPO dan harganya di bawah, harganya lebih murah. Jadi cenderung para pelaku pasar mengejar ke sana,” tambah Martha.

    Sebagai informasi, pada saat IPO CBDK pada Senin (13/1/2025) bisa menembus auto rejection atas (ARA) 25%. Hari ini, Selasa (14/1/2024) CBDK menguat 19.70%. Sementara itu RATU menguat 24.87% dan telah terapresiasi 141,81% sejak IPO pada pekan lalu. 

  • Emerging Market Loyo pada Awal 2025, IHSG Bergerak Sideways

    Emerging Market Loyo pada Awal 2025, IHSG Bergerak Sideways

    Jakarta, Beritasatu.com – Indeks harga saham gabungan (IHSG) mencatatkan pergerakan sideways dengan kecenderungan melemah pada awal 2025. 

    Dalam 10 hari perdagangan pertama, IHSG masih terjebak dalam rentang 7.000-7.100 dengan koreksi sebesar 0,72% selama sepekan terakhir. Tren pelemahan ini tidak hanya terjadi di Indonesia, tetapi juga di negara-negara berkembang atau emerging market, seperti India, Thailand, dan Vietnam.

    Menurut Head of Investment Information Mirae Asset Sekuritas Indonesia Martha Christina Puspitasari, pelemahan pasar saham di emerging market dipengaruhi oleh sentimen global, khususnya kebijakan politik dan moneter Amerika Serikat (AS). 

    “Ini sebenarnya bukan hanya terjadi di Indonesia. Rata-rata emerging market, seperti India, Thailand, Vietnam, kemudian juga Filipina, itu rata-rata mengalami penurunan,” kata Martha kepada Beritasatu.com di BEI Jakarta, Senin (13/1/2025). 

    India mencatat net sell yang cukup besar karena menjadi pilihan utama investor di emerging market, mengingat pertumbuhan ekonominya di atas 6%. Dengan penguatan dolar AS dan perekonomian AS yang membaik, serta kemungkinan pemangkasan suku bunga yang lebih kecil, pasar Asia, khususnya India, juga terkena aksi jual.

    Data menunjukkan, selama sepekan terakhir, indeks NIFTY 50 India terkoreksi sebesar 676,85 bps atau 2,85%, Kospi Korea Selatan turun 0,28%, dan SSET Thailand mengalami penurunan signifikan sebesar 4,31%.

    Martha menjelaskan, pelemahan ini merupakan reaksi investor terhadap isu dan berita ekonomi, termasuk kebijakan hawkish dari The Fed dan potensi kebijakan ekonomi dari pemerintahan Donald Trump.

    Menurutnya, pasar saat ini bersikap reaktif sambil menunggu kejelasan kebijakan. Setelah ada pengumuman kebijakan, biasanya pelemahan pasar akan lebih terbatas. Kampanye Donald Trump sebelumnya sudah memberikan gambaran arah kebijakan, sehingga tidak terlalu mengejutkan.

    Meski melemah, Martha optimistis situasi pasar akan membaik pada Februari 2025. Ia memproyeksikan aksi net sell investor akan mulai mereda, meskipun mencapai net buy dalam waktu dekat masih sulit.

    “Pada Februari, data kinerja keuangan, khususnya sektor perbankan, mulai dirilis. Performa sektor perbankan selama 11 bulan terakhir masih cukup positif dan bisa menjadi katalis pergerakan IHSG dan biasanya mulai menghitung berapa dividennya. Jadi memang setelah Februari, Maret, kita lihat sentimennya cukup positif. Maret nanti sudah mulai masuk masa Ramadan, sehingga belanja akan meningkat,” kata Martha. 

    Sementara itu, Financial Expert Ajaib Sekuritas Ratih Mustikoningsih dalam risetnya mengatakan pergerakan IHSG pada hari ini berpotensi kembali melemah di tengah derasnya aksi profit taking, khususnya pada saham big banks. IHSG diprediksi bergerak melemah dalam range 6.970-7.060.

  • Muncul Kabar Tarif Trump Diterapkan Bertahap, Bursa Asia Bergerak Variatif

    Muncul Kabar Tarif Trump Diterapkan Bertahap, Bursa Asia Bergerak Variatif

    Bisnis.com, JAKARTA – Bursa Asia terpantau bergerak variatif pada pada perdagangan Selasa (14/1/2025) di tengah kabar bahwa tim ekonomi Donald Trump sedang mempertimbangkan kenaikan tarif secara bertahap.

    Mengutip Bloomberg, beberapa pasar yang terpantau menguat di antaranya adalah China dengan indeks komposit Shanghai naik 1,18% ke 3.197,98. 

    Selanjutnya, indeks Hang Seng Hong Kong juga menguat 0,99% ke 19.060,55, sedangkan indeks S&P/ASX 200 Australia naik 0,32% ke level 8.217,90. Sementara itu, Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) naik tipis 0,09% ke 7.023,23.

    Di sisi lain, sejumlah pasar lain di Asia mengalami koreksi. Tercatat, indeks Topix Jepang melemah 1,27% ke level 2.679,75. Indeks Kospi Korea Selatan juga terpantau terkoreksi tipis 0,03% ke level 2.488,75. 

    Indeks SET Thailand melemah 1% ke level 1.354,34, sedangkan indeks PSEI FIlipina turun 0,75% ke level 6.295,70. Sementara itu, indeks Nifty50 India terkoreksi 1,47% ke level 23.085,95.

    Adapun, kemungkinan tarif AS yang diterapkan secara bertahap menimbulkan optimisme di seluruh Asia, mengingat ancaman Trump telah membayangi semua instrumen investasi di kawasan tersebut, khususnya China. 

    Laporan tersebut juga dapat membantu meredakan kekhawatiran inflasi karena para pedagang memantau data AS pada minggu ini yang dapat memberikan lebih banyak petunjuk tentang lintasan suku bunga Fed. 

    Kepala ekonom Asia di HSBC Holdings Plc, Frederic Neumann menyebut pemberlakuan tarif secara bertahap juga dapat memberi sedikit lebih banyak ruang bagi eksportir Asia untuk menemukan pasar alternatif atau menyesuaikan strategi penetapan harga mereka dengan tarif impor AS. 

    Akan tetapi, dia menyebut pada akhirnya, tarif AS akan terbukti sama mengganggunya bagi perdagangan. 

    “Investor mungkin dapat bernapas lega setelah rencana tarif terperinci diluncurkan karena ini akan menghilangkan ketidakpastian atas jadwal dan tingkat tarif,” ujar Neumann.

  • Dibayangi Aksi Profit Taking, IHSG Hari Ini Berpotensi Kembali Melemah

    Dibayangi Aksi Profit Taking, IHSG Hari Ini Berpotensi Kembali Melemah

    Jakarta, Beritasatu.com – Indeks harga saham gabungan (IHSG) ditutup melemah sebesar 1,02% ke level 7.016 pada Senin (13/1/2025). IHSG berpotensi kembali melemah pada perdagangan Selasa (14/1/2025) di tengah derasnya aksi profit taking, khususnya pada saham big banks. 

    “IHSG hari ini (14/1/2025) diprediksi bergerak melemah dalam range 6.970-7.060,” ujar Financial Expert Ajaib Sekuritas Ratih Mustikoningsih dalam risetnya.

    Ratih menyampaikan, selain aksi profit taking, pelaku pasar juga khawatir kenaikan imbal hasil obligasi Amerika Serikat (AS) memberikan dampak terhadap capital outflow dan melemahnya nilai tukar rupiah yang berkelanjutan. 

    Senada dengan melemahnya IHSG, investor asing mencatatkan outflow di pasar ekuitas senilai Rp 383,46 miliar. 

    Selain Indonesia, sejumlah bursa di kawasan ASEAN turut tertekan akibat kenaikan imbal hasil obligasi AS menjelang pelantikan Presiden Donald Trump pada 20 Januari 2025 mendatang.

    Sementara itu, IHSG pada perdagangan hari ini dibuka menguat. IHSG pukul 10.24 WIB menguat 14,49 poin atau 0,24% mencapai 7.033,3. Sebelumnya pada Senin (13/1/2025), IHSG jatuh hingga 1,02% atau 71,98 poin ke level 7.016,8.

  • IHSG menguat di tengah “wait and see” pelantikan Donald Trump

    IHSG menguat di tengah “wait and see” pelantikan Donald Trump

    IHSG hari ini (14/1) diprediksi bergerak melemah dalam range 6.970 sampai 7.060

    Jakarta (ANTARA) – Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) Bursa Efek Indonesia (BEI) pada Selasa pagi, bergerak menguat di tengah pelaku pasar bersikap wait and see terhadap pelantikan presiden terpilih Amerika Serikat (AS) Donald Trump.

    IHSG dibuka menguat 10,18 poin atau 0,15 persen ke posisi 7.027,06. Sementara itu, kelompok 45 saham unggulan atau Indeks LQ45 turun 0,04 poin atau 0,00 persen ke posisi 810,93.

    “IHSG hari ini (14/1) diprediksi bergerak melemah dalam range 6.970 sampai 7.060,” ujar Financial Expert Ajaib Sekuritas Ratih Mustikoningsih di Jakarta, Selasa.

    Dari dalam negeri, pelaku pasar khawatir bahwa kenaikan imbal hasil obligasi Amerika Serikat (AS) memberikan dampak terhadap capital outflow dan melemahnya nilai tukar rupiah yang berkelanjutan.

    Senada dengan melemahnya IHSG, investor asing mencatatkan outflow di pasar ekuitas senilai Rp383,46 miliar.

    Selain Indonesia, sejumlah bursa di kawasan ASEAN turut tertekan akibat kenaikan imbal hasil obligasi AS menjelang pelantikan Presiden Trump pada 20 Januari 2025 mendatang.

    Dari mancanegara, pelaku pasar menantikan data inflasi AS yang berpotensi masih di atas target The Fed sebesar 2 persen, pasalnya, kebijakan kenaikan tarif Presiden Donald Trump dapat mengakibatkan kenaikan inflasi.

    Dari Asia, China melaporkan kenaikan surplus neraca dagang pada Desember 2024 menjadi 104,84 miliar dolar AS atau lebih tinggi dari periode yang sama tahun lalu sebesar 75,31 miliar dolar AS.

    Ekspor tumbuh 10,7 persen year on year (yoy), sementara impor naik 1 persen (yoy), atau meningkat signifikan akibat produsen meningkatkan pesanan sebelum kenaikan tarif yang akan dikenakan pada masa kepemimpinan Presiden Trump.

    Sementara itu, bursa saham Amerika Serikat bergerak variatif pada perdagangan Senin (13/0q), indeks Dow Jones Industrial Average ditutup menguat 327,13 poin atau 0,78 persen ke level 42.267,13, indeks S&P 500 ditutup naik 3,51 poin atau 0,06 persen ke level 5.830,71, indeks Nasdaq Composite turun 112,53 poin atau 0,58 persen ke posisi 19.050,53.

    Bursa saham regional Asia pagi ini antara lain, indeks Nikkei melemah 760,48 poin atau 1,94 persen ke level 38.429,39, indeks Shanghai menguat 30,00 poin atau 0,95 persen ke posisi 3.190,76, indeks Kuala Lumpur menguat 7,43 poin atau 0,47 persen ke posisi 1.593,01, dan indeks Straits Times melemah 5,43 poin atau 0,37 persen ke 3 786,30.

    Pewarta: Muhammad Heriyanto
    Editor: Faisal Yunianto
    Copyright © ANTARA 2025

  • IHSG Hari Ini Naik Tipis pada Awal Perdagangan Bursa

    IHSG Hari Ini Naik Tipis pada Awal Perdagangan Bursa

    Jakarta, Beritasatu.com – Indeks harga saham gabungan (IHSG) naik tipis pada perdagangan bursa hari ini, Selasa (14/1/2025). IHSG Hari ini dibuka turun tipis pada awal perdagangan, hingga mampu berbalik arah dan bergerak di zona hijau.

    Berdasarkan data bursa yang diolah Beritasatu.com, IHSG hari ini hingga pukul 10.15 WIB menguat 3,6 poin atau 0,05% hingga mencapai level 7.020.

    Volume perdagangan mencapai 1,8 miliar lembar saham dengan transaksi mencapai 1,29 triliun dan frekuensi perdagangan sebanyak 160.798 kali.

    Sebanyak 224 saham menguat, 165 saham melemah, dan 207 saham stagnan.

    Mayoritas saham sektoral menguat saat IHSG hari ini naik tipis. Sektor properti catat kenaikan tertinggi mencapai 1,30%, diikuti energi bertambah 0,88%, teknologi menguat 0,60%, dan infrastruktur naik 0,55%.

    Sementara, tiga saham tercatat melemah, yakni konsumsi nonprimer turun 0,39%, kesehatan melemah 0,27%, dan bahan baku turun tipis 0,01%.

    Saat IHSG hari ini naik, saham unggulan LQ45 juga menguat 0,15% dan Investor33 naik 0,23%. Sementara, saham syariah Jakarta Islamic Index turun 0,20%.

  • IHSG Selasa dibuka menguat 10,18 poin

    IHSG Selasa dibuka menguat 10,18 poin

    Jakarta (ANTARA) – Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) Bursa Efek Indonesia (BEI) pada Selasa pagi, dibuka menguat 10,18 poin atau 0,15 persen ke posisi 7.027,06.

    Sementara itu, kelompok 45 saham unggulan atau Indeks LQ45 turun 0,04 poin atau 0,00 persen ke posisi 810,93.

    Pewarta: Muhammad Heriyanto
    Editor: Faisal Yunianto
    Copyright © ANTARA 2025