Topik: Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG)

  • DPR Anggap IHSG Turun Hal Wajar, tetapi Perlu Dicermati

    DPR Anggap IHSG Turun Hal Wajar, tetapi Perlu Dicermati

    Jakarta, Beritasatu.com – Penurunan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) dianggap sebagai hal yang wajar dalam dinamika ekonomi, tetapi perlu dicermati secara hati-hati karena berdampak pada stabilitas ekonomi nasional.

    “Kebijakan Presiden AS Donald Trump yang memberlakukan tarif resiprokal untuk produk impor dari berbagai negara membuat pasar keuangan global bergejolak, termasuk saham di Indonesia,” kata Wakil Ketua Komisi XI DPR Fauzi Amro kepada wartawan, Kamis (10/4/2025).

    Menurutnya, berbagai faktor eksternal berdampak pada tren penurunan IHSG saat ini, seperti kebijakan suku bunga The Fed dan kondisi geopolitik yang memengaruhi sentimen investor.

    Sementara dari faktor domestik, kata Fauzi, pelaku pasar masih menantikan kepastian kebijakan ekonomi pascapemilu, termasuk komitmen pemerintah terhadap keberlanjutan fiskal dan reformasi struktural.

    “Penurunan ini mencerminkan adanya tekanan, baik dari dalam negeri maupun luar negeri yang memengaruhi sentimen investor. Kita harus tetap waspada dan menjaga kepercayaan pasar agar jangan sampai tren ini berlarut dan berdampak sistemik,” tuturnya.

    Dia juga mengaku khawatir terhadap dampak yang lebih luas, seperti terganggunya kepercayaan investor terhadap stabilitas ekonomi Indonesia.

    Pasalnya, hal tersebut dapat berpotensi memicu terjadinya capital outflow, pelemahan nilai tukar, serta tekanan pada sektor-sektor riil yang erat kaitannya dengan pasar modal.

    Karena itu, Komisi XI DPR terus memantau perkembangan ini dan mendorong langkah-langkah yang lebih proaktif untuk menjaga stabilitas pasar.

    Fauzi mengatakan, pihaknya telah melakukan diskusi intensif dengan Otoritas Jasa Keuangan (OJK), Bursa Efek Indonesia (BEI) dan Bank Indonesia (BI) melalui berbagai forum, termasuk rapat kerja dan rapat dengar pendapat.

    Ia juga menekankan pentingnya sinergi antara pemerintah, Kemenkeu, OJK dan BEI untuk memperkuat insentif fiskal bagi investor, seperti relaksasi pajak transaksi saham, serta percepatan kebijakan green economy guna menarik investasi yang berkelanjutan.

    Untuk mencegah tren penurunan IHSG secara terus menerus, Komisi XI DPR akan mengawasi upaya-upaya stabilisasi yang dilakukan oleh BI dan OJK dalam menghadapi fluktuasi pasar.

  • IHSG Hari Ini Terbang Tinggi Tembus Level 6.200-an

    IHSG Hari Ini Terbang Tinggi Tembus Level 6.200-an

    Jakarta, Beritasatu.com – Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) mencatat penguatan tajam pada perdagangan hari ini, berhasil kembali menembus level 6.200 setelah sebelumnya beberapa hari bertahan di bawah angka 6.000.

    Mengacu pada data Bursa Efek Indonesia yang diolah Beritasatu.com, IHSG tercatat menguat 265 poin atau setara 4,49% hingga menyentuh posisi 6.233 pada pukul 09.10 WIB. Dari keseluruhan saham yang diperdagangkan, sebanyak 453 saham mengalami kenaikan, 51 saham terkoreksi, dan 92 saham stagnan.

    Di awal sesi perdagangan pertama IHSG hari ini, volume transaksi mencapai 3,4 miliar saham dengan total nilai transaksi sebesar Rp 3,1 triliun. Frekuensi perdagangan juga cukup aktif, tercatat sebanyak 156.212 kali transaksi.

    Kinerja saham sektor-sektor utama turut mendorong kenaikan indeks secara keseluruhan. Sektor bahan baku menjadi yang paling menonjol dengan lonjakan 6,44%.

    Sektor teknologi menyusul dengan kenaikan 5,06%, disusul sektor konsumsi primer yang naik 4,81%, dan infrastruktur yang turut menguat 3,48%.

    Saham-saham unggulan yang tergabung dalam indeks LQ45 juga bergerak positif, mencatatkan kenaikan sebesar 5,42%. Indeks saham syariah Jakarta Islamic Index (JII) turut bertambah 4,96%, sedangkan indeks Investor33 melonjak 4,56% saat IHSG hari ini naik.

  • Trump Tunda Kebijakan Tarif, IHSG Siap Rebound

    Trump Tunda Kebijakan Tarif, IHSG Siap Rebound

    Jakarta, Beritasatu.com – Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) siap rebound setelah Presiden AS Donald Trump menunda kebijakan tarif resiprokal ke berbagai negara selama 90 hari, kecuali China.

    Menurut Associate Director Pilarmas Investindo Sekuritas Maximilianus Nicodemus, IHSG akan berbalik menguat mengikuti bursa saham global, khususnya Wall Street.

    “Tindakan Trump pada akhirnya telah mendorong para pemimpin bisnis dan investor untuk mengubah arahnya,” kata Nico, dikutip dari Antara, Kamis (10/4/2025).

    Kemudian, Nico mengatakan bahwa strategi pemerintah dalam membentuk satuan tugas (satgas) untuk menghadapi persoalan pemutusan hubungan kerja (PHK) dalam merespons ancaman tarif Trump sudah tepat. Pasalnya, hal ini dapat berdampak ke berbagai sektor di dalam negeri.

    Diketahui, pemerintah kini tengah melakukan pemetaan terhadap daerah yang terdampak dan mencari solusi terkait penyediaan lapangan kerja.

    Presiden Prabowo Subianto telah membangun strategi untuk menciptakan hingga 8 juta pekerjaan baru melalui investasi di sektor pertanian.

    Karenanya, orang nomor satu di Indonesia itu memerintahkan Kementerian Pertanian untuk menyusun rencana strategis terkait hal ini.

    Di sisi lain, Konfederasi Serikat Pekerja Indonesia (KSPI) juga mengusulkan untuk melibatkan perwakilan buruh, pengusaha, kementerian ketenagakerjaan dan DPR dalam pembentukan satgas PHK.

    Hal ini dilakukan untuk menghadapi potensi PHK lanjutan yang kini banyak terjadi di tanah air.

    Nico mengatakan, langkah ini harus dieksekusi secara efisien dan tidak membebani anggaran negara.

    Sebelumnya, Trump telah mengumumkan penundaan tarif resiprokal selama 90 hari kepada berbagai mitra dagang, kecuali China yang dibebankan dengan tarif 125% pada Rabu (9/4/2025).

    Trump memutuskan untuk memberikan tarif resiprokal 10% kepada negara-negara yang sebelumnya diwacanakan akan dikenakan tarif lebih tinggi.

  • Auto Rejection Turun Jadi 15%, Trading Halt Kini Lebih Fleksibel

    Auto Rejection Turun Jadi 15%, Trading Halt Kini Lebih Fleksibel

    PIKIRAN RAKYAT – Mulai Selasa, 8 April 2025, Bursa Efek Indonesia (BEI) resmi memberlakukan dua peraturan terbaru yang bertujuan menjaga stabilitas pasar modal nasional.

    Perubahan ini mencakup penyesuaian batasan Auto Rejection Bawah serta mekanisme penghentian sementara perdagangan (trading halt) dalam kondisi darurat, sebagaimana diatur dalam Surat Keputusan Direksi BEI Nomor Kep-00002/BEI/04-2025 dan Kep-00003/BEI/04-2025.

    Langkah ini dilakukan untuk memastikan perdagangan efek tetap berjalan secara teratur, wajar, dan efisien, sejalan dengan dukungan dan persetujuan Otoritas Jasa Keuangan (OJK).

    Auto Rejection Bawah Disesuaikan Jadi 15%

    BEI menetapkan penyesuaian batasan Auto Rejection Bawah menjadi 15% bagi efek berupa saham yang tercatat pada:

    Papan Utama Papan Pengembangan Papan Ekonomi Baru Exchange-Traded Fund (ETF) Dana Investasi Real Estat (DIRE)

    Penyesuaian ini berlaku untuk seluruh rentang harga, dan diharapkan dapat memberi ruang gerak yang lebih luas dalam dinamika harga saham tanpa mengorbankan perlindungan terhadap investor.

    “Penyesuaian persentase Auto Rejection Bawah dilakukan untuk menjaga volatilitas pasar dan memastikan pelindungan investor,” ujar Kautsar Primadi Nurahmad, Sekretaris Perusahaan BEI, dalam siaran pers resmi yang dirilis Selasa 8 April 2025.

    Auto Rejection adalah batas atas dan bawah perubahan harga saham dalam satu hari bursa. Jika harga melewati batas itu, sistem perdagangan akan secara otomatis menolak transaksi yang tidak sesuai.

    Trading Halt: Sistem Baru Penanganan Krisis

    Selain Auto Rejection, BEI juga memperbarui mekanisme penghentian sementara perdagangan (trading halt) sebagai respons terhadap kondisi pasar yang ekstrem. Ketentuan baru ini diterapkan ketika Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) mengalami penurunan drastis dalam satu hari bursa:

    Penurunan IHSG lebih dari 8%

    BEI akan menghentikan perdagangan selama 30 menit (trading halt).

    Penurunan lanjutan IHSG lebih dari 15%

    Diberlakukan trading halt tambahan selama 30 menit.

    Penurunan lanjutan IHSG lebih dari 20%

    BEI dapat menghentikan perdagangan (trading suspend) dengan opsi: Sampai akhir sesi perdagangan, atau Lebih dari satu sesi, atas persetujuan atau perintah OJK.

    Tujuan dari kebijakan ini adalah memberi waktu bagi investor untuk mencerna informasi dan merespons secara rasional tanpa kepanikan berlebihan.

    “Penyesuaian ketentuan pelaksanaan penghentian sementara perdagangan Efek dilakukan sebagai upaya BEI untuk memberikan ruang likuiditas yang lebih luas bagi investor dalam menentukan strategi investasi dengan mempertimbangkan informasi yang ada,” tutur Kautsar.

    Belajar dari Bursa Dunia, Dengarkan Suara Pelaku Pasar

    BEI menyatakan bahwa perubahan ini tidak dilakukan secara sepihak. Selain mempertimbangkan best practice dari bursa-bursa efek global, kebijakan ini juga menyerap berbagai masukan dari pelaku pasar, mulai dari investor institusi, pialang saham, hingga emiten.

    Perubahan regulasi ini juga menjadi respons atas dinamika pasar yang semakin cepat dan kompleks, sehingga dibutuhkan mekanisme perlindungan yang adaptif namun tetap memberi ruang pada efisiensi dan likuiditas.***

    Simak update artikel pilihan lainnya dari kami di Google News

  • IHSG ditutup menguat 38,26 poin pada hari terakhir perdagangan bursa jelang libur Lebaran

    IHSG ditutup menguat 38,26 poin pada hari terakhir perdagangan bursa jelang libur Lebaran

    Kamis, 27 Maret 2025 17:38 WIB

    Pekerja melintas di depan layar digital yang menampilkan pergerakan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) di Bursa Efek Indonesia (BEI), Jakarta, Kamis (27/3/2025). Pada penutupan perdagangan sebelum memasuki libur Lebaran, IHSG ditutup di zona hijau naik sebesar 38,26 poin ke level 6.510,62 atau naik 0,59 persen. ANTARA FOTO/Bayu Pratama S/tom.

    Pekerja melintas di depan layar digital yang menampilkan pergerakan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) di Bursa Efek Indonesia (BEI), Jakarta, Kamis (27/3/2025). Pada penutupan perdagangan sebelum memasuki libur Lebaran, IHSG ditutup di zona hijau naik sebesar 38,26 poin ke level 6.510,62 atau naik 0,59 persen. ANTARA FOTO/Bayu Pratama S/tom.

  • Ini bukti ekonomi Indonesia kuat dan tahan guncangan akibat aksi Trump

    Ini bukti ekonomi Indonesia kuat dan tahan guncangan akibat aksi Trump

    Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto dalam acara Sarasehan Ekonomi Bersama Presiden Republik Indonesia di Jakarta, Selasa (8/4/2025) (ANTARA/Bayu Saputra)

    Ini bukti ekonomi Indonesia kuat dan tahan guncangan akibat aksi Trump
    Dalam Negeri   
    Editor: Sigit Kurniawan   
    Rabu, 09 April 2025 – 14:21 WIB

    Elshinta.com – Kebijakan tarif Amerika Serikat kembali menjadi pusat guncangan pasar global. Kali ini, kebijakan tersebut datang dari pemerintahan Trump yang baru kembali berkuasa. 

    Dalam langkah agresifnya, AS menaikkan tarif impor terhadap produk-produk utama dari Tiongkok, memicu aksi balasan dari Beijing. 

    Efek domino langsung terasa di pasar keuangan global: investor global buru-buru melepas aset berisiko dan memindahkan portofolionya ke safe haven assets seperti dolar AS, emas, dan obligasi negara maju.

    Namun di tengah kepanikan ini, Indonesia justru menunjukkan ketahanan yang relatif baik dibandingkan banyak negara lain.

    Rupiah Stabil, Meski Tertekan

    Dari sisi nilai tukar, data Bloomberg yang diolah Kemenkeu menunjukkan rupiah hanya melemah 0,8% terhadap dolar AS dalam periode 2 hingga 8 April 2025. Ini tergolong stabil jika dibandingkan dengan negara lain seperti Brasil (-4,5%), Meksiko (-2,2%), atau bahkan Euro dan Yen yang masing-masing turun lebih dari 1%.

    Ini menunjukkan bahwa pasar valuta asing tidak terlalu panik terhadap kondisi di Indonesia, bahkan ketika pengumuman kebijakan tarif itu bertepatan dengan masa libur Lebaran di dalam negeri.

    “Nilai tukar rupiah relatif stabil meski ada pelemahan, tetapi dibandingkan negara lain seperti Jepang, kita masih lebih baik,” klaim Menko Perekonomian Airlangga Hartarto.

    IHSG Terkoreksi, Tapi Masih Dalam Kendali

    Meski begitu, Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) terkoreksi cukup tajam, yaitu -7,8% selama periode yang sama. Namun jika dilihat secara global, koreksi ini masih lebih baik dibandingkan Argentina (-14,0%), Vietnam (-13,8%), atau bahkan indeks Italia dan Jerman yang masing-masing turun lebih dari -10%.

    “Investor portfolio merespons negatif kebijakan RRT. Kita semuanya hari ini adalah hari pertama pembukaan bursa dan kita sudah melihat Indonesia tadi sesi yang kedua di bawah 8%,” sebut Sri Mulyani di Jakarta, Selasa (8/4/2025).

    Artinya, pasar saham Indonesia masih mampu menahan tekanan eksternal lebih baik dari banyak negara lain, bahkan negara-negara maju.

    Obligasi Masih Diincar Investor

    Yang paling mencolok adalah kinerja pasar obligasi pemerintah Indonesia, yang justru mencatat inflow. Imbal hasil obligasi naik 9 basis poin, mengindikasikan adanya permintaan yang tetap kuat dari investor, terutama saat negara lain seperti Jepang (-24 bps), Arab Saudi (-20 bps), dan bahkan AS (-2 bps) mengalami penurunan yield akibat lonjakan permintaan yang menandakan flight to safety.

    Ini menandakan bahwa Indonesia masih dianggap memiliki daya tarik di mata investor, bahkan di tengah gejolak kebijakan proteksionis AS.

    Kenapa Kebijakan Tarif AS Picu Kepanikan?

    Kebijakan tarif yang diumumkan Trump bertujuan melindungi industri domestik AS, khususnya manufaktur dan teknologi. Namun, langkah ini langsung dibalas oleh Tiongkok dengan menaikkan tarif impor barang-barang dari AS, memperuncing tensi dagang dua ekonomi terbesar dunia.

    Efek langsungnya adalah peningkatan ketidakpastian global, perlambatan perdagangan, dan potensi inflasi karena naiknya harga barang impor. Bagi pasar keuangan, ini adalah sinyal bahaya, terutama bagi negara berkembang yang selama ini bergantung pada ekspor dan aliran modal asing.

    Apa Artinya untuk Indonesia?

    Meskipun IHSG terkoreksi dan rupiah melemah, pasar obligasi yang tetap diminati menunjukkan bahwa fundamental ekonomi Indonesia dinilai cukup kuat oleh investor global. Cadangan devisa yang tinggi, inflasi yang terkendali, serta prospek pertumbuhan yang stabil menjadi bantalan penting di tengah ketidakpastian global.

    “Saya akui memang jauh lebih baik, sebab market merespon positif resiliensi perekonomian Indonesia,” kata Analis Mirae Asset Nafan Aji Gusta Utama.

    Namun, ke depan, pemerintah dan pelaku pasar tetap perlu waspada terhadap risiko lanjutan dari tensi dagang global ini. Koordinasi antara kebijakan fiskal, moneter, dan stabilitas pasar keuangan menjadi kunci menjaga kepercayaan investor di tengah guncangan eksternal.

    Sumber : Elshinta.Com

  • Ekonom tekankan diversifikasi pasar ekspor hadapi tarif Trump

    Ekonom tekankan diversifikasi pasar ekspor hadapi tarif Trump

    Sumber foto: Antara/elshinta.com.

    Ekonom tekankan diversifikasi pasar ekspor hadapi tarif Trump
    Dalam Negeri   
    Editor: Sigit Kurniawan   
    Rabu, 09 April 2025 – 15:43 WIB

    Elshinta.com – Kepala Ekonom Bank Permata Josua Pardede mengatakan, dalam menghadapi kebijakan tarif resiprokal Amerika Serikat (AS) di bawah kepemimpinan Donald Trump, Indonesia sebaiknya melanjutkan dan memperkuat strategi diversifikasi pasar ekspor.

    Selain itu, ia menuturkan Indonesia dapat memanfaatkan peluang pergeseran rantai pasok global, dan memaksimalkan keunggulan di sektor-sektor yang memiliki preferensi tarif lebih rendah seperti pakaian jadi dan alas kaki.

    “Tarif yang lebih rendah untuk Indonesia dibandingkan Vietnam, Bangladesh, dan Kamboja memberikan ruang untuk ekspansi pasar yang lebih agresif,” kata Josua saat dihubungi Antara di Jakarta, Rabu.

    Untuk itu, lanjut dia, pemerintah perlu mempercepat deregulasi, terutama terkait Non-Tariff Measures (NTM) yang masih membebani 70 persen nilai impor Indonesia, serta memperbaiki efisiensi logistik dan proses perizinan, yang saat ini jauh lebih lambat dibandingkan negara pesaing di ASEAN.

    Josua menilai, ketahanan ekonomi Indonesia terhadap gejolak tarif Trump juga relatif solid. Stabilitas sektor keuangan, pertumbuhan kredit yang tetap positif, serta cadangan devisa dan CAR perbankan yang kuat menunjukkan bahwa Indonesia memiliki bantalan yang cukup untuk menahan guncangan eksternal.

    Meski Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) dan nilai tukar mengalami tekanan, fundamental ekonomi tetap tumbuh positif, dan daya saing nasional meningkat signifikan (peringkat ke-27 dunia, naik tujuh peringkat).

    Namun demikian, tantangan tetap ada, terutama dari sisi ketergantungan pada ekspor komoditas strategis yang harganya tengah mengalami penurunan akibat lemahnya permintaan global.

    Josua merekomendasikan sejumlah langkah strategis ke depan untuk menghadapi tarif Trump, yakni pertama, peningkatan daya saing industri padat karya melalui insentif fiskal, fasilitasi akses bahan baku, dan pembiayaan produktif.

    Kedua, akselerasi implementasi perjanjian dagang seperti Comprehensive and Progressive Agreement for Trans-Pacific Partnership (CPTPP), Regional Comprehensive Economic Partnership (RCEP), European Union Comprehensive Economic Partnership Agreement (EU-CEPA), dan BRICS+ untuk memperluas akses pasar dan mitigasi risiko tarif AS.

    Ketiga, optimalisasi Devisa Hasil Ekspor Sumber Daya Alam (DHE SDA) dan hilirisasi untuk meningkatkan nilai tambah dan menurunkan ketergantungan pada ekspor bahan mentah.

    Keempat, penguatan diplomasi ekonomi agar Indonesia tidak hanya menjadi “penerima” kebijakan perdagangan global, tetapi juga aktif membentuk arsitektur perdagangan internasional yang lebih adil dan inklusif.

    Menurut dia, strategi Indonesia menghadapi tarif Trump sudah berada di jalur yang tepat, yaitu dengan menghindari eskalasi, memanfaatkan peluang pasar, memperkuat ketahanan domestik, dan mengedepankan diplomasi serta reformasi struktural sebagai alat utama untuk menghadapi ketidakpastian global.

    Josua mengatakan, langkah Pemerintah Indonesia dalam merespons kebijakan tarif Trump menunjukkan pendekatan yang strategis dan adaptif, mencerminkan kematangan dalam pengelolaan kebijakan perdagangan luar negeri di tengah meningkatnya proteksionisme global.

    Pemerintah Indonesia memilih untuk tidak mengambil langkah retaliasi langsung, melainkan menempuh jalur negosiasi bilateral dan multilateral, serta mendorong penyelesaian melalui kerangka kerja seperti Trade and Investment Framework Agreement (TIFA).

    “Ini merupakan pendekatan yang bijak mengingat posisi Indonesia sebagai negara dengan surplus perdagangan yang relatif kecil terhadap AS, serta fleksibilitas dalam meningkatkan impor barang-barang strategis dari AS seperti minyak, gas, gandum, hingga alutsista, yang pada gilirannya dapat menyeimbangkan neraca dagang dan memperkuat hubungan ekonomi strategis jangka panjang dengan AS,” ujarnya.

    Sumber : Antara

  • Rupiah dan IHSG Anjlok, Puan Dorong Langkah Mitigasi Guna Antisipasi Dampak Kehidupan Rakyat

    Rupiah dan IHSG Anjlok, Puan Dorong Langkah Mitigasi Guna Antisipasi Dampak Kehidupan Rakyat

    PIKIRAN RAKYAT – Ketua DPR RI Puan Maharani menyoroti lemahnya nilai tukar rupiah yang kini telah menembus angka Rp17.000 per USD. Puan mendorong otoritas moneter dan pemerintah untuk segera mengambil langkah-langkah strategis dan konkret guna menjaga stabilitas nilai tukar rupiah, sehingga dapat menjaga perekonomian yang tetap kondusif dan APBN terjaga. 

    “Kondisi perekonomian yang kondusif akan memberikan ruang bagi peningkatan kesejahteraan rakyat,” kata Ketua DPR Puan Maharani, Rabu, 9 April 2025.

    Selain itu Puan memastikan, DPR melalui fungsi konstitusionalnya, akan terus bergotong royong bersama pemerintah, dalam menjaga stabilitas ekonomi nasional serta meningkatkan daya beli masyarakat di tengah ketidakpastian ekonomi global. 

    “Kami di DPR RI siap bekerja sama dengan pemerintah untuk menjaga stabilitas ekonomi nasional. Namun yang lebih penting, kita harus memastikan bahwa rakyat kecil tidak menjadi korban dari ketidakpastian global,” ucapnya. 

    Puan juga menyoroti anjloknya indeks harga saham gabungan (IHSG) lebih dari 9 persen pada awal perdagangan per Selasa, 8 April. Menurutnya, penurunan IHSG ini tidak bisa dianggap sepele. 

    “Atas situasi ini, kami mendorong pemerintah serta otoritas pasar modal untuk melakukan mitigasi sehingga dapat menjaga perkonomian nasional yang tetap kondusif, khususnya bagi investor untuk berinvestasi, di tengah ketidakpastian ekonomi global,” ujarnya.

    “Karena kestabilan ekonomi bukan hanya tentang angka-angka di pasar saham, melainkan juga tentang kepastian hidup bagi jutaan rakyat kecil. Setiap kebijakan yang diambil pemerintah dalam merespons kondisi ini, harus menempatkan kesejahteraan rakyat sebagai prioritas utama,” katanya.***

    Simak update artikel pilihan lainnya dari kami di Google News

  • IHSG Terus Melemah, BEI Yakinkan Fundamental Emiten Tetap Sehat

    IHSG Terus Melemah, BEI Yakinkan Fundamental Emiten Tetap Sehat

    Jakarta, Beritasatu.com – Pasar modal Indonesia tengah diguncang sentimen perang dagang antara Amerika Serikat (AS) dengan negara-negara lain di Dunia. Tercatat setelah periode libur Panjang Idulfitri, Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) terus melemah, bahkan sempat mencatatkan pelemahan 9,19% pada Selasa (8/4/2025) pagi.

    Meski demikian, Bursa Efek Indonesia (BEI) meyakinkan para investor bahwa secara fundamental emiten tetap dalam kondisi baik. Hal tersebut dibuktikan dengan kinerja keuangan emiten yang positif.

    “Kami juga meyakini fundamental perusahaan-perusahaan yang tercatat di Bursa Efek Indonesia Sampai saat ini juga masih kuat,” ungkap Direktur BEI Jeffrey Hendrik, Rabu (9/4/2025).

    Berdasarkan laporan keuangan yang diserahkan emiten-emiten ke otoritas bursa tersebut, dia menyebutkan kondisi mayoritas perusahaan tersebut dalam kondisi baik walau indikator IHSG melemah.

    “Dari 738 perusahaan itu Ada 703 yang bisa dibandingkan dengan laporan keuangan tahun sebelumnya. Terdapat pertumbuhan aset sebesar 6,31% Pertumbuhan ekuitas 7,91% Pertumbuhan pendapatan atau revenue 3,24% Dan pertumbuhan laba bersih 19,32%. Dari data tersebut Menunjukkan bahwa tahun 2024 kemarin perusahaan-perusahaan yang tercatat di Bursa Bank Indonesia secara agregat masih membukukan pertumbuhan yang baik,” ucap Jeffrey.

    Ke depannya, dia juga mengungkapkan harapannya agar pertumbuhan kinerja perusahaan tersebut dapat konsisten hingga tahun 2025.

    “Tentu kita berharap resiliensi itu tetap ada Untuk sepanjang tahun 2025 ini Agar laporan keuangan di tahun 2025 ini juga semakin baik Sehingga pada giliran yang nanti Akan bisa memberikan benefit bagi para pemegang saham baik dalam bentuk dividen yang lebih baik maupun dari capital gain yang lebih baik,” pungkas Jeffrey.

    Sebagai informasi, IHSG bergerak fluktuatif cenderung terkoreksi pada perdagangan hari ini. Sempat menyentuh level tertingginya pada 6.092, kini IHSG melemah 0,64% ke level 5.956.
     

  • Puan Minta Pemerintah Tak Anggap Sepele Rupiah Melemah dan IHSG Anjlok – Page 3

    Puan Minta Pemerintah Tak Anggap Sepele Rupiah Melemah dan IHSG Anjlok – Page 3

    Pasar saham Indonesia membuka perdagangan pasca libur panjang Lebaran dengan gejolak luar biasa. Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) langsung anjlok 9,19% ke level 5.912,06 pada sesi pembukaan dan memicu penghentian sementara perdagangan (trading halt) selama 30 menit, sesuai ketentuan Bursa Efek Indonesia (BEI).

    Kepanikan pasar tercermin bukan hanya pada indeks utama, tetapi juga pada LQ45 yang berisi saham-saham unggulan, yang terjun 11,31% ke posisi 651,46. Saham-saham blue chip menjadi korban utama aksi jual. Di antaranya, BBCA turun 12,94%, BBRI melemah 14,57%, TLKM terkoreksi 14,94%, BBNI merosot 13,21%, dan ASII turun lebih ringan sebesar 3,46%.

    Menurut Pengamat Pasar Modal sekaligus Founder Stocknow.id, Hendra Wardhana, penurunan tajam ini bukan terjadi tanpa alasan. Selama libur bursa, pasar dihantam berbagai sentimen negatif global yang belum sempat direspons secara bertahap, dan akhirnya meledak dalam satu hari perdagangan.

    “Penurunan ini sangat dalam karena seluruh sentimen negatif global yang menumpuk selama libur langsung dicerminkan dalam satu sesi perdagangan,” jelas Hendra Wardhana dalam keterangan resmi yang diterima Kanal Bisnis Liputan6.com, Selasa (8/4/2025).

    Hendra menilai pemicu utama dari tekanan masif ini adalah kebijakan terbaru Presiden AS Donald Trump, yang menaikkan tarif dagang hingga 32% terhadap beberapa negara berkembang, termasuk Indonesia.

    Meski kontribusi ekspor Indonesia ke AS hanya sekitar 9,9%, pasar meresponsnya secara berlebihan karena melihat potensi perang dagang global yang kembali memanas, risiko perlambatan ekonomi dunia, hingga terganggunya rantai pasok global.

    Lebih lanjut, absennya pernyataan atau reaksi cepat dari otoritas Indonesia menjelang pembukaan pasar juga ikut memperparah kepanikan.

    “Ketiadaan reaksi cepat dari pemerintah RI sebelum pasar dibuka juga membuat pelaku pasar kehilangan kepercayaan,” tegas Hendra.