Topik: Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG)

  • Rupiah Jatuh ke Level Rp 16.220 Per Dolar AS

    Rupiah Jatuh ke Level Rp 16.220 Per Dolar AS

    Jakarta, Beritasatu.com – Nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) melemah pada perdagangan Jumat (4/7/2025) pagi.

    Berdasarkan data Bloomberg pada pukul 09.47 WIB di pasar spot exchange, nilai tukar rupiah melemah 25,5 poin atau 0,16% ke posisi Rp 16.220 per dolar AS.

    Untuk mata uang Asia lainnya, Yen Jepang tercatat menguat 0,22% terhadap dolar AS, dolar Singapura menguat 0,05%, dolar Hong Kong menguat 0,01%, Yuan China menguat 0,07%, sedangkan ringgit Malaysia melemah 0,47%.

    Sehari sebelumnya, nilai tukar rupiah terapresiasi 0,32% ke level Rp 16.195 per dolar AS. Pasar obligasi juga menguat, dengan indeks obligasi naik 0,06% dan imbal hasil SBN tenor 10 tahun turun 1 bps menjadi 6,60%.

    Sementara itu di pasar saham, indeks harga saham gabungan (IHSG) masih bergerak di zona hijau hingga pukul 09.55 WIB. IHSG naik tipis 0,05% atau 1,45 poin ke level 6.878,2.

  • Sempat di Zona Hijau, IHSG Balik Arah ke Level 6.878

    Sempat di Zona Hijau, IHSG Balik Arah ke Level 6.878

    Jakarta

    Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) ditutup di zona merah. Setelah sempat dibuka hijau, IHSG ditutup melemah ke level 6.800-an.

    Berdasarkan data RTI, Kamis (3/7/2025), IHSG ditutup di level 6.878 atau melemah 3 poin (0,05%), setelah dibuka di zona hijau pada level 6.898. IHSG hari ini bergerak di rentang tertingginya 6.922 dan terendah 6.877.

    Nilai transaksi perdagangan hari ini mencapai Rp 8 triliun dengan melibatkan 18,50 miliar lembar saham. Frekuensi transaksi tercatat sebanyak 1,03 juta kali.

    Dari jumlah transaksi itu, sebanyak 324 saham menguat, 239 saham melemah dan 230 saham stagnan.

    IHSG melemah secara bulanan 2,65% dan melemah 2,40% secara enam bulanan. IHSG bahkan melemah 2,85% sepanjang 2025 dan melemah 5,18% dalam setahun.

    (acd/acd)

  • IHSG Kamis pagi dibuka menguat 27,52 poin

    IHSG Kamis pagi dibuka menguat 27,52 poin

    Ilustrasi – Pekerja melintasi layar digital pergerakan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) di Bursa Efek Indonesia (BEI), Jakarta. ANTARA FOTO/Muhammad Adimaja/rwa.

    IHSG Kamis pagi dibuka menguat 27,52 poin
    Dalam Negeri   
    Editor: Calista Aziza   
    Kamis, 03 Juli 2025 – 10:25 WIB

    Elshinta.com – Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) Bursa Efek Indonesia (BEI) pada Kamis pagi dibuka menguat 27,52 poin atau 0,40 persen ke posisi 6.908,76.

    Sementara itu, kelompok 45 saham unggulan atau Indeks LQ45 naik 3,56 poin atau 0,46 persen ke posisi 769,78.

    Sumber : Antara

  • IHSG menguat di tengah pasar cermati aksi IPO domestik

    IHSG menguat di tengah pasar cermati aksi IPO domestik

    Jakarta (ANTARA) – Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) Bursa Efek Indonesia (BEI) pada Kamis bergerak menguat di tengah pelaku pasar mencermati aksi Initial Public Offering (IPO) sebanyak delapan perusahaan pada pekan depan.

    IHSG dibuka menguat 27,52 poin atau 0,40 persen ke posisi 6.908,76. Sementara itu, kelompok 45 saham unggulan atau Indeks LQ45 naik 3,56 poin atau 0,46 persen ke posisi 769,78.

    “Kami melihat potensi pergerakan harga yang tinggi membuat investor menjadikan aksi IPO sebagai salah satu magnet utama pekan ini” sebut Tim Riset Lotus Andalan Sekuritas dalam kajiannya di Jakarta, Kamis.

    Dari dalam negeri, delapan perusahaan baru akan resmi mencatatkan sahamnya di BEI pada 8 sampai 10 Juli 2025. Total kapitalisasi awal dari IPO ini diperkirakan mencapai Rp29,62 triliun.

    Dari mancanegara, Presiden AS Donald Trump mengumumkan kesepakatan dagang antara AS dan Vietnam yang mencakup tarif 20 persen atas impor dari negara tersebut.

    Saham Nike yang memproduksi sekitar setengah sepatunya di Vietnam dan China naik 4 persen. Namun, laporan baru menunjukkan bahwa jumlah pekerjaan di sektor swasta justru turun secara mengejutkan pada Juni 2025, memicu kekhawatiran terhadap kondisi ekonomi AS.

    Ekspektasi pemangkasan suku bunga oleh The Fed pada pertemuan Juli 2025 sudah meningkat, menunjukkan kemungkinan sekitar 23 persen, naik dari hampir 21 persen sehari sebelumnya.

    Di sisi lain, pelaku pasar masih berhati-hati menyikapi perkembangan tenggat tarif dagang Donald Trump yang jatuh pada 8 Juli 2025 dan pengesahan RUU fiskal jumbo AS senilai 3,3 triliun dolar AS.

    RUU itu diperkirakan menambah beban utang dan memperbesar defisit AS, memicu kekhawatiran akan stabilitas fiskal global.

    Sementara itu, bursa saham AS di Wall Street ditutup beragam, indeks Nasdaq Composite naik 0,94 persen dan mencatat penutupan rekor di 20.393,13, sementara Dow Jones Industrial Average turun tipis 10,52 poin atau 0,02 persen berakhir di 44.484,42, indeks S&P menguat 0,47 persen dan ditutup di level 6.227,42

    Bursa saham regional Asia pagi ini, antara lain indeks Nikkei melemah 24,46 poin atau 0,57 persen ke 39.725,69, indeks Shanghai melemah 4,54 poin atau 0,40 persen ke 3.450,87, indeks Hang Seng melemah 257,30 poin atau 1,24 persen ke 23.965,55, dan indeks Strait Times melemah 0,11 poin atau 0,44 persen ke 4.010,79.

    Pewarta: Muhammad Heriyanto
    Editor: Evi Ratnawati
    Copyright © ANTARA 2025

    Dilarang keras mengambil konten, melakukan crawling atau pengindeksan otomatis untuk AI di situs web ini tanpa izin tertulis dari Kantor Berita ANTARA.

  • IHSG Hari Ini Dibuka di Zona Hijau ke Level 6.915

    IHSG Hari Ini Dibuka di Zona Hijau ke Level 6.915

    Jakarta

    Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) pagi ini dibuka di zona hijau. Pergerakan IHSG terpantau naik ke level 6.900-an.

    Mengutip data RTI, Kamis (3/7/2025), IHSG pukul 9.05 WIB berada di level 6.915,76, naik 0,50% atau 34,52 poin. Pergerakan IHSG pada pembukaan berada di level 6.898,63 dengan level tertinggi 6.922,73 dan terendah 6.895,98.

    Volume transaksi tercatat 1,02 miliar, turnover Rp 577,64 miliar, dengan frekuensi transaksi 64.209 kali. Sebanyak 215 saham mengalami penguatan, 109 saham melemah, sementara 210 saham stagnan.

    Dalam sepekan terakhir, pergerakan IHSG menguat 1,22%, sementara dalam sebulan melemah 2,11%. Untuk tiga bulan terakhir menguat 3,76%. Namun dalam setahun melemah 4,66%.

    Tonton juga “Pertumbuhan Ekonomi Indonesia Semester Kedua Harus Lebih Baik” di sini:

    (ada/ara)

  • IHSG ditutup melemah seiring pasar cermati sikap Trump ke The Fed

    IHSG ditutup melemah seiring pasar cermati sikap Trump ke The Fed

    Sumber foto: Antara/elshinta.com.

    IHSG ditutup melemah seiring pasar cermati sikap Trump ke The Fed
    Dalam Negeri   
    Editor: Sigit Kurniawan   
    Rabu, 02 Juli 2025 – 18:35 WIB

    Elshinta.com – Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) Bursa Efek Indonesia (BEI) pada Rabu sore ditutup melemah seiring pelaku pasar mencermati sikap Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump terhadap Federal Reserve (The Fed).

    IHSG ditutup melemah 34,12 poin atau 0,49 persen ke posisi 6.881,24. Sementara kelompok 45 saham unggulan atau indeks LQ45 turun 4,36 poin atau 0,57 persen ke posisi 766,22.

    “Bursa regional Asia bergerak variatif, pasar mencermati pernyataan Presiden AS Donald Trump dan pimpinan bank sentral AS, serta menantikan hasil pertemuan Politbiro China,” ujar Associate Director of Research and Investment Pilarmas Investindo Sekuritas Maximilianus Nico Demus di Jakarta, Rabu.

    Dari mancanegara, Presiden AS Donald Trump menyurati Ketua The Fed Jerome Powell untuk menerapkan suku bunga super rendah.

    Hal ini menunjukkan adanya kekhawatiran terhadap kondisi ekonomi AS ke depan seiring dengan kebijakan tarif perdagangan.

    Di platform media sosial Truth Social, Trump mengkritik The Fed yang belum juga menurunkan suku bunga. Dia berpendapat bahwa dewan The Fed seharusnya merasa malu atas kondisi yang dialami oleh AS.

    Sementara itu, pada Selasa (01/07), Jerome Powell menegaskan bahwa bank sentral tetap bersabar mengenai pemotongan suku bunga lebih lanjut, tetapi tidak mengesampingkan pengurangan pada pertemuan bulan ini, dan menekankan bahwa langkah-langkah di masa mendatang akan bergantung pada data yang masuk.

    Powell juga mencatat bahwa The Fed akan memangkas suku bunga, apabila bukan karena dampak inflasi dari tarif Trump.

    Dari kawasan Asia, pelaku pasar beralih ke pertemuan Politbiro di China pada akhir bulan ini, yang mana para pejabat diharapkan untuk mengungkap langkah-langkah stimulus tambahan yang ditujukan untuk mengimbangi dampak ekonomi dari tarif AS yang tinggi.

    Dibuka melemah, IHSG betah di teritori negatif sampai penutupan sesi pertama perdagangan saham.

    Pada sesi kedua, IHSG masih betah di zona merah hingga penutupan perdagangan saham.

    Berdasarkan Indeks Sektoral IDX-IC, empat sektor menguat, yaitu sektor kesehatan naik sebesar 0,86 persen, diikuti oleh sektor barang konsumen non primer dan sektor transportasi & logistik yang naik masing-masing sebesar 0,57 persen dan 0,26 persen.

    Sedangkan tujuh sektor terkoreksi yaitu sektor barang baku paling dalam minus 2,07 persen, diikuti oleh sektor teknologi dan sektor energi yang masing-masing turun sebesar 1,16 persen dan 1,47 persen.

    Saham-saham yang mengalami penguatan terbesar yaitu KRYA, NAIK, PTMP, CINT dan NASI. Sedangkan saham-saham yang mengalami pelemahan terbesar yakni COCO, NOBU, CSMI, NICK dan ISAP.

    Frekuensi perdagangan saham tercatat sebanyak 1.097.133 kali transaksi dengan jumlah saham yang diperdagangkan sebanyak 24,60 miliar lembar saham senilai Rp11,00 triliun. Sebanyak 195 saham naik, 396 saham menurun, dan 196 tidak bergerak nilainya.

    Bursa saham regional Asia sore ini antara lain indeks Nikkei melemah 231,33 poin atau 0,58 persen ke 39.755,50, indeks Hang Seng menguat 149,13 poin atau 0,62 persen ke 24.221,48, indeks Shanghai turun 2,98 poin atau 0,09 persen ke 3.454,78, dan indeks Strait Times menguat 21,01 poin atau 0,53 persen ke 4.010,64.

    Sumber : Antara

  • Seharian Melemah, IHSG Ditutup ke Level 6.881

    Seharian Melemah, IHSG Ditutup ke Level 6.881

    Jakarta

    Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) ditutup melemah pada perdagangan hari ini. Pada penutupan pasar, IHSG tercatat melemah seharian di level 6.800-an.

    Berdasarkan data RTI, Rabu (2/6/2025) IHSG ditutup pada level 6.881,25 atau turun 34,11 poin (0,49%). Sementara pada pembukaan IHSG berada di level 6.896,42.

    IHSG hari ini tertinggi pada level 6.905,36. Kemudian untuk level terendahnya berada di 6.838,40. Nilai transaksi indeks pada perdagangan hari ini mencapai Rp 10,72 triliun dengan melibatkan 24.546 miliar lembar saham yang diperdagangkan sebanyak 1.097.080 kali.

    Sebanyak 195 saham hari ini menguat, 396 saham melemah dan 196 saham stagnan. Selain secara harian, IHSG secara mingguan menguat 0,18%.

    Kemudian secara bulanan melemah 4,11%. Secara 6 bulanan masih melemah 5,12%. Lalu secara year to date menguat 2,81%.

    (rea/rrd)

  • Analisis arah pasar di tengah saratnya nuansa kebijakan

    Analisis arah pasar di tengah saratnya nuansa kebijakan

    Jakarta (ANTARA) – Pergerakan pasar global sepanjang pekan ini menunjukkan dinamika yang semakin kompleks dan sarat nuansa kebijakan.

    Di tengah kekhawatiran akan potensi pelemahan ekonomi Amerika Serikat, pasar saham tidak bergerak dalam satu arah yang seragam.

    Dow Jones Industrial Average berhasil menguat, namun S&P 500 dan Nasdaq justru mengalami koreksi.

    Perbedaan ini mencerminkan adanya ketegangan antara optimisme terhadap saham berbasis industri dan kekhawatiran mendalam atas kinerja perusahaan teknologi yang selama ini menjadi tulang punggung pertumbuhan indeks Nasdaq.

    Salah satu penekan paling signifikan adalah penurunan tajam saham Tesla sebesar empat persen dalam satu hari, menyusul pernyataan Presiden Donald Trump yang mengancam akan memangkas subsidi federal bagi perusahaan-perusahaan milik Elon Musk.

    Sentimen ini segera merambat luas ke saham-saham teknologi lain, mempertegas betapa sensitifnya pasar terhadap isu kebijakan fiskal dan relasi antara pemerintah dengan sektor swasta strategis.

    Kondisi ini diperburuk dengan data terbaru dari sektor manufaktur AS. ISM Manufacturing Index masih menunjukkan bahwa sektor ini berada di zona kontraksi.

    Artinya, aktivitas manufaktur belum mampu bangkit dan keluar dari fase perlambatan yang sudah berlangsung beberapa bulan terakhir.

    Sebagai salah satu komponen penting dalam Produk Domestik Bruto AS, lemahnya sektor ini memperkuat dugaan bahwa pemulihan ekonomi pascapandemi masih belum merata.

    Meskipun konsumsi domestik relatif stabil, lemahnya kepercayaan sektor produksi membuat investor kembali bersikap hati-hati dalam mengalokasikan dana. Apalagi ketika data pasar tenaga kerja menunjukkan sinyal yang kontradiktif.

    Laporan JOLTS yang dirilis minggu ini mencatat peningkatan jumlah lowongan pekerjaan sebesar 374.000, menandakan adanya permintaan tenaga kerja yang tinggi. Namun secara bersamaan, data menunjukkan bahwa jumlah perekrutan aktual justru menurun.

    Fenomena ini memberikan gambaran bahwa banyak perusahaan membuka lowongan tapi belum berani melakukan ekspansi nyata.

    Hal ini sejalan dengan pernyataan Ketua The Fed, Jerome Powell, yang menyebut kondisi pasar tenaga kerja saat ini sebagai situasi yang “setengah matang.” Tidak cukup kuat untuk memacu inflasi, tetapi juga belum cukup lemah untuk memicu stimulus moneter agresif.

    Dalam pidatonya di forum bank sentral di Portugal, Powell menegaskan bahwa The Fed belum memutuskan apakah akan memangkas suku bunga pada Juli, karena seluruh keputusan akan bergantung pada data yang masuk.

    Namun, pasar menerjemahkan pidato tersebut sebagai sinyal dovish yang tersirat. Hal ini tercermin dari kenaikan probabilitas pemangkasan suku bunga dari 18,6 persen menjadi 21,2 persen dalam satu hari.

    Ketidakpastian arah kebijakan The Fed ini terjadi bersamaan dengan ketegangan baru di ranah politik domestik Amerika Serikat.

    Senat akhirnya meloloskan RUU andalan Presiden Trump, One Big Beautiful Bill Act, dengan hasil voting imbang 50-50, dan suara penentu dari JD Vance menjadi penentu kemenangan.

    Undang-undang ini menjadi simbol kepemimpinan fiskal Trump dan mempertegas arah kebijakan ekonomi AS ke depan. Yang menarik, undang-undang tersebut disahkan hanya beberapa hari sebelum tenggat waktu penerapan tarif impor baru yang ditetapkan Trump pada 9 Juli.

    Ketegasan Trump untuk tidak memperpanjang batas waktu negosiasi menciptakan tekanan tersendiri, baik untuk mitra dagang seperti Jepang dan India, maupun bagi pasar global yang bergantung pada kepastian arus perdagangan.

    Trump secara terbuka menyatakan pesimisme terhadap peluang tercapainya kesepakatan dengan Jepang, dan mengancam tarif tinggi hingga 35 persen terhadap produk Jepang jika negosiasi gagal.

    Sebaliknya, ia menunjukkan optimisme terhadap India, memberi sinyal bahwa hubungan dagang kedua negara mungkin akan semakin menguat dalam waktu dekat.

    Di sisi lain, Menteri Keuangan AS Scott Bessent pada Senin (30/6) mengatakan ada negara-negara yang bernegosiasi dengan itikad baik dengan AS.

    Namun, ia mengatakan tarif Trump masih dapat kembali ke level yang diumumkan pada 2 April 2025. “Jika kita tidak dapat melewati batas karena mereka (negara mitra AS) bersikap keras kepala,” kata Bessent.

    IHSG terdampak

    Pasar saham Indonesia pun tidak kebal terhadap guncangan ini. Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) dibuka lebih rendah, dan analisis teknikal menunjukkan adanya pelemahan struktur kenaikan.

    Analis Phintraco Sekuritas Ratna Lim berpendapat, secara teknikal, IHSG pada Rabu (2/7) diperkirakan akan cenderung konsolidasi di kisaran level 6.840 – 7.000, menunggu katalis baru untuk menentukan arah. “Selama belum ada breakout dari area tersebut, pergerakan indeks cenderung terbatas dan rawan pullback teknikal,” ujarnya.

    Sejak rebound dari April hingga Mei, pergerakan indeks memiliki karakter yang jelas, didukung volume, rotasi sektor, dan aliran dana yang solid. Namun memasuki akhir Juni, kekuatan rebound mulai melemah.

    Tidak ada tema baru yang mendorong pasar, tidak ada sentimen positif yang dominan, dan tidak terlihat arus dana segar yang signifikan.

    Ini mengindikasikan bahwa kenaikan yang terjadi lebih bersifat pantulan teknikal belaka, tanpa fondasi yang cukup kuat untuk menopang lanjutan tren naik.

    Kondisi ini tercermin dari formasi candle pada grafik harian yang menunjukkan volume menurun dan tekanan beli yang tidak kuat. Banyak investor justru memilih mengambil keuntungan jangka pendek saat harga naik, meninggalkan beban bagi mereka yang masuk belakangan.

    Fenomena ini tidak hanya terjadi di pasar saham, tetapi juga menjalar ke pasar kripto. Ketika Bitcoin mengalami lonjakan besar, banyak altcoin hanya naik sementara lalu terkoreksi karena aliran dana global berfokus pada satu aset.

    Dominasi Bitcoin menarik likuiditas dari aset lain, menciptakan tekanan harga pada kripto kecil dan menengah.

    Namun pola seperti ini juga membuka peluang rotasi dana yang menarik. Setelah Bitcoin memasuki fase konsolidasi, investor cenderung mencari aset dengan valuasi yang lebih rendah untuk mengejar pertumbuhan berikutnya.

    Fenomena ini juga berlaku di pasar saham. Ketika sektor energi mengalami lonjakan, sektor lain seperti perbankan atau konsumer justru menjadi target selanjutnya dari aliran dana.

    Pola rotasi dana seperti ini bukan hal baru. Dalam sejarah pasar, investor institusional selalu memindahkan dana dari sektor yang sudah overvalued ke sektor yang masih undervalued untuk memaksimalkan imbal hasil.

    Yang membedakan kali ini adalah kecepatan perpindahan dan pengaruh sentimen global yang jauh lebih besar. Dengan rilis data Non-Farm Payroll yang dijadwalkan besok malam, banyak investor menahan posisi dan bersikap lebih konservatif.

    Jika data menunjukkan pelemahan signifikan, ekspektasi pemangkasan suku bunga akan meningkat, dan ini bisa menjadi katalis baru untuk pergerakan pasar ke arah yang lebih positif.

    Namun tetap harus diingat bahwa dalam kondisi yang rapuh seperti saat ini, arah pergerakan pasar sangat tergantung pada kejelasan arah kebijakan moneter dan stabilitas hubungan dagang internasional.

    Setiap kebijakan, baik dari bank sentral maupun pemerintahan, memiliki potensi menciptakan gelombang baru, baik dalam bentuk peluang maupun risiko.

    Oleh karena itu, pemahaman mendalam terhadap dinamika pasar, rotasi sektor, dan strategi alokasi dana menjadi lebih penting dari sekadar mengikuti tren sesaat.

    Pasar sedang berada pada titik kritis, di mana keputusan-keputusan mikro dan makro berjalan sangat dekat satu sama lain.

    Ketika likuiditas global berpotensi berubah, investor dituntut untuk lebih presisi dalam membaca arah rotasi dana dan membedakan antara kenaikan semu dan tren yang benar-benar didukung oleh kekuatan fundamental.

    Dalam dunia investasi, memilih arah yang benar jauh lebih penting daripada bergerak terlalu cepat. Momentum hanyalah alat, bukan tujuan akhir.

    Di saat pasar bergerak liar, kemampuan membaca data dan menahan emosi seringkali menjadi kunci keberhasilan jangka panjang.

    Copyright © ANTARA 2025

    Dilarang keras mengambil konten, melakukan crawling atau pengindeksan otomatis untuk AI di situs web ini tanpa izin tertulis dari Kantor Berita ANTARA.

  • IHSG Selasa dibuka menguat 24,00 poin

    IHSG Selasa dibuka menguat 24,00 poin

    Pekerja berjalan di dekat layar digital yang menampilkan pergerakan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) di Bursa Efek Indonesia (BEI), Jakarta, Kamis (26/6/2025). ANTARA FOTO/Fauzan/rwa./aa.

    IHSG Selasa dibuka menguat 24,00 poin
    Dalam Negeri   
    Editor: Novelia Tri Ananda   
    Selasa, 01 Juli 2025 – 11:29 WIB

    Elshinta.com – Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) Bursa Efek Indonesia (BEI) pada Selasa pagi dibuka menguat 24,00 poin atau 0,35 persen ke posisi 6.951,68. Sementara itu, kelompok 45 saham unggulan atau Indeks LQ45 naik 3,82 poin atau 0,49 persen ke posisi 776,47.

    Sumber : Antara

  • Misbakhun Yakin Indonesia Masih Aman dari Efek Perang Israel dan Iran

    Misbakhun Yakin Indonesia Masih Aman dari Efek Perang Israel dan Iran

    Jakarta

    Ketua Komisi XI DPR RI, Mukhamad Misbakhun, meyakini perekonomian Indonesia masih relatif aman dari efek perang Israel vs Iran. Namun legislator Partai Golkar itu meminta pemerintah agar tak menggelontorkan dana untuk hal yang tidak semestinya dilakukan.

    “Semuanya masih aman,” kata Misbakhun dalam diskusi publik bertema ‘Dampak Perang Iran-Israel Terhadap Perekonomian Indonesia’ yang digelar Institute for Development of Economics and Finance (INDEF) secara daring pada Minggu (29/6/2025) sore.

    Dalam diskusi itu, Misbakhun memaparkan sejumlah indikator untuk memperkuat argumennya. Misalnya, indeks harga saham gabungan (IHSG) masih bertahan dari gejolak.

    “Nilai tukar rupiah terhadap (dolar Amerika Serikat (USD) juga masih stabil,” ucapnya.

    Indikator lainnya yakni harga minyak dunia juga masih di bawah asumsi Indonesian Crude Price (ICP) di APBN 2025 yang dipatok USD 82 per barel. Selama harga minyak dunia masih di bawah patokan ICP, Misbakhun meyakini beban APBN masih aman.

    “Harga minyak masih dalam range moderat, situasi ini harus kita jaga,” ujar Misbakhun.

    “Apakah itu ditanggung pemerintah atau dengan menaikkan harga (BBM). Pasti pemerintah memikirkan ulang. Risiko kenaikan harga BBM pasti ke inflasi,” katanya.

    Meski demikian, Misbakhun mengatakan kenaikan harga minyak dunia juga tidak serta-merta menjadi tekanan bagi Indonesia. Misalnya, kenaikan harga minyak akan diikuti peningkatan harga batu bara dan mineral lainnya.

    Indikator lain yang membuat Misbakhun optimistis ialah pendapatan negara di APBN 2025 per Mei 2025 yang mencapai Rp 995,3 triliun atau 33,1 persen dari target. Jumlah itu bersumber dari pemasukan perpajakan sebesar Rp 806,2 triliun dan penerimaan negara bukan pajak (PNBP) sebesar Rp 188,7 triliun.

    Adapun belanja negara mencapai Rp 1.016,3 triliun. Dengan demikian, defisitnya di angka Rp 21 triliun atau 0,09 persen dari produk domestik bruto (PDB) 2025 yang ditargetkan mencapai Rp 24 ribu triliun.

    “Angka defisitnya masih 0,09 persen dari PDB,” ujarnya.

    Oleh karena itu, Misbakhun menyebut perang Israel vs Iran justru menjadi semacam ujian bagi berbagai skenario dalam menjaga perekonomian nasional. Kalaupun konflik di Timur Tengah yang menyeret AS itu berlanjut, Misbakhun memprediksi efeknya pada pertumbuhan ekonomi dan inflasi.

    Namun sepanjang harga minyak terjaga, Misbakhun meyakini APBN masih aman. “Pemerintah tidak perlu memberikan governance financing (tata kelola pembiayaan) yang baru,” katanya.

    Oleh karena itu, Misbakhun menegaskan pentingnya para pembantu Presiden Prabowo Subianto untuk menyodorkan data yang sahih. “Pengelola fiskal harus memberikan data detail kepada Bapak Presiden,” ucapnya.

    Sementara itu, ekonom senior INDEF Tauhid Ahmad mengatakan pemerintah hendaknya juga melakukan penyesuaian-penyesuaian karena lembaga keuangan dunia seperti Dana Motener Internasional (IMF) dan World Bank Dunia MF dan Bank Dunia juga mengoreksi proyeksi pertumbuhan ekonomi Indonesia pada 2025 dari sebelumnya sekitar 5,1 persen menjadi 4,7 persen.

    Menurut Tauhid, penyesuaian itu diperlukan agar target di APBN yang realisainya meleset pada kuartal pertama dan kedua bisa tercapai sesuai asumsi.

    “Paling tidak memberikan keyakinan bagi market bahwa prospek kita masih bagus meski ada perlambatan,” ujar Tauhid.

    (fas/fas)

    Hoegeng Awards 2025

    Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini