Topik: Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG)

  • IHSG Seharian di Zona Hijau, Ditutup di Level 7.005

    IHSG Seharian di Zona Hijau, Ditutup di Level 7.005

    Jakarta

    Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) seharian berada di zona hijau. Pada penutupan IHSG berada di level 7.000-an.

    Dikutip dari RTI, Kamis (10/7/2025), IHSG ditutup di level 7.005,37 atau menguat 61,4 poin atau sekitar 0,88%. IHSG hari ini dibuka pada 6.968,79.

    IHSG bergerak di titik tertinggi hingga pada level 7.013,63 dan sempat di titik terendah pada level 6.955,45. IHSG mencatat volume transaksi sebanyak 21,4 miliar saham dengan nilai sebesar Rp 13,3 triliun.

    Frekuensi saham yang diperdagangkan hari ini mencapai 1.286.267 kali. Pada penutupan perdagangan hari ini, tercatat 375 saham menguat, 204 saham melemah, dan 226 saham stagnan.

    (ada/ara)

  • IHSG Rabu pagi dibuka menguat 18,66 poin

    IHSG Rabu pagi dibuka menguat 18,66 poin

    Ilustrasi – Layar digital menampilkan pergerakan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) di Bursa Efek Indonesia (BEI), Jakarta. ANTARA FOTO/Bayu Pratama S/nz/pri.

    IHSG Rabu pagi dibuka menguat 18,66 poin
    Dalam Negeri   
    Editor: Calista Aziza   
    Rabu, 09 Juli 2025 – 09:20 WIB

    Elshinta.com – Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) Bursa Efek Indonesia (BEI) pada Rabu pagi dibuka menguat 18,66 poin atau 0,27 persen ke posisi 6.923,05.

    Sementara itu, kelompok 45 saham unggulan atau Indeks LQ45 naik 1,83 poin atau 0,24 persen ke posisi 764,19.

    Sumber : Antara

  • IHSG Hari Ini Dibuka Menguat ke 6.916

    IHSG Hari Ini Dibuka Menguat ke 6.916

    Jakarta

    Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) berada di zona hijau pada pembukaan perdagangan pagi ini. IHSG menguat ke level 6.900-an.

    Mengutip data RTI, Rabu (9/7/2025), IHSG pada pukul 09.06 WIB menguat 12,07 poin atau 0,17% ke level 6.916,46. Pada pembukaan IHSG berada di level 6.918,69, sempat bergerak ke level tertinggi 6.929,37, dan terendah 6.910,50.

    Volume transaksi tercatat 1,3 miliar, turnover Rp 707 miliar, dengan frekuensi transaksi 86.713 kali. Sebanyak 191 saham menguat, 168 melemah, dan 211 stagnan.

    Dalam sepekan terakhir, pergerakan IHSG melemah 0,53%, kemudian dalam sebulan melemah 4,33%. Sementara dalam tiga bulan terakhir menguat 11,16%, namun dalam setahun melemah 1,68%.

    Tonton juga “Pertumbuhan Ekonomi Indonesia Semester Kedua Harus Lebih Baik” di sini:

    (ada/ara)

  • Membedah Saham BBRI: Layak Jadi Incaran?

    Membedah Saham BBRI: Layak Jadi Incaran?

    Jakarta

    PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk (BBRI) menjadi emiten Badan Usaha Milik Negara (BUMN) dengan kapitalisasi pasar terbesar. BRI menjadi perusahaan terbuka pada 10 November 2003 melalui penawaran umum perdana atau initial public offering (IPO) dengan kode saham BBRI.

    Kala itu, BBRI menawarkan harga Rp 875 per lembar saham. Hingga Desember 2024, harga saham BBRI telah naik lebih dari 43,7 kali lipat dari penawaran umum pada November 2003. Saat ini, harga saham BBRI berada di level Rp 3.670 per lembar saham.

    BRI juga masuk dalam daftar saham blue chip yang layak dikoleksi para investor. Saham BBRI masuk dalam deretan indeks LQ45 yang menjadi motor penggerak Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG). Saham BBRI dalam indeks LQ45 telah bertahan selama 10 tahun terakhir.

    Jika dibandingkan dengan saham perbankan BUMN lainnya, BBRI memimpin posisi teratas dengan kapitalisasi pasar terbesar, yakni 556,22 triliun, kemudian disusul PT Bank Mandiri (Persero) Tbk (BMRI) 442,40 triliun, dan PT Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk (BBNI) dengan kapitalisasi pasar 149,19 triliun.

    Secara fundamental, kinerja keuangan BRI naik signifikan. Pertumbuhan ini tercermin dari perolehan laba bersih tahun berjalan perseroan yang tercatat mencapai Rp 18,64 triliun hingga Mei 2025.

    Berdasarkan laporan keuangan BBRI, capaian laba bersih perseroan turut ditopang pendapatan Mei tahun ini. Tercatat pendapatan bunga Rp 66,81 triliun dan kredit yang tumbuh 5,01% secara tahunan (yoy) menjadi Rp 1.262,71 triliun.

    Selain itu, capaian laba bersih BRI juga ditopang pendapatan dividen Rp 230,03 miliar. Sedangkan untuk pendapatan komisi BRI sebesar Rp 8,22 triliun pada Mei. Dengan begitu, BRI membukukan laba bersih pada Mei 2025 sebesar Rp 3,36 triliun.

    Harga Saham Diperkirakan Naik

    Senior Investment Information Mirae Asset Sekuritas Nafan Aji Gusta menjelaskan, laba bersih BRI terus mengalami pertumbuhan seiring dengan naiknya dana pihak ketiga (DPK). Menurutnya, tren pertumbuhan ini akan semakin menguatkan kinerja bisnis utama perseroan, yakni pada segmen kredit Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM).

    Diketahui, pertumbuhan DPK BRI menjadi Rp 1.423,87 triliun. Komposisi DPK perseroan hingga akhir Mei 2025 yakni, giro tumbuh 7% menjadi 387,21 triliun, tabungan naik 5,03% menjadi Rp 538,56 triliun, deposito tercatat Rp 498,09 triliun.

    “Permintaan kredit di semester II, tren penurunan suku bunga acuan dari BI (Bank Indonesia) itu juga akan terus dilakukan. Sebenarnya BI sudah menurunkan suku bunga acuan di semester I, satu kali. Jadi wajar saja per Mei ini mengalami kinerja dari sisi laba bersih dan DPK-nya,” ujar Nafan kepada detikcom, Minggu (6/7/2025).

    Menurut Nafan, pergerakan harga saham BBRI masih berpotensi naik hingga Rp 4.490 per lembar. Saat ini, harga sama BBRI berada di level Rp 3.670 per lembar.

    Namun, ia menilai angka tersebut masih bisa terus tumbuh jika BRI mampu meningkatkan pertumbuhan kreditnya dua digit di semester II tahun ini. Menurutnya, meningkatkan rasio kredit perlu perjuangan yang luar biasa.

    Pasalnya, permintaan kredit di sektor UMKM diprediksi menurun lantaran kebijakan pemutihan. “Tapi paling tidak, di tengah valuasi yang menarik ini, dari BBRI secara technical rata-rata di bawah medium, ini semestinya investor akan mencermati, investor asing juga akan terus meningkatkan kepemilikan sahamnya,” jelasnya.

    Saham BBRI Diborong JPMorgan

    Mengutip dari Antara, saham BBRI mulai menarik investor global, tercermin dari keputusan JPMorgan Chase & Co, yang menambah porsi kepemilikannya. Berdasarkan data Bloomberg, JPMorgan membeli 117,42 juta saham BBRI sejak April hingga Juni bulan lalu. Dengan begitu, JPMorgan memiliki saham BBRI mencapai 1,54 miliar.

    Optimisme pasar terhadap BRI juga didukung oleh konsensus analis. Setidaknya dari Bloomberg ada sebanyak 31 analis merekomendasikan beli, 5 tahan, dengan target harga rata-rata 12 bulan ke depan sebesar Rp 4.703,61.

    Direktur PT Reliance Sekuritas Indonesia Tbk Reza Priyambada menilai, langkah JPMorgan memborong saham BBRI mencerminkan kepercayaan pasar terhadap arah transformasi dan fundamental BRI yang semakin kuat.

    “Meskipun, saat ini saham BBRI sedang mengalami tekanan seiring dengan kondisi pasar, namun secara fundamental masih kokoh, dengan dukungan fondasi bisnisnya yang kuat juga strategi transformasi,” kata Reza dikutip dari Antara, Minggu (6/7/2025).

    Harga Saham Diramal Naik

    Senior Technical Analyst Sucor Sekuritas Reyhan Pratama mengatakan, saham BBRI berada di jalur perbaikan fundamental. Menurutnya, perbaikan konsisten ini dapat meningkatkan valuasi saham BBRI ke level Rp 5.300 per lembar saham.

    “BBRI berada di jalur perbaikan fundamental. jika tren ini berlanjut di semester II/2025, maka tekanan laba bisa makin mereda dan valuasi Rp5.300 menjadi realistis untuk dicapai kembali,” jelas Reyhan kepada detikcom, Selasa (8/7/2025)..

    Namun, terang Reyhan, saham BBRI masih dalam tren turun dan belum menunjukkan tanda pembalikan arah. Menurutnya, dari sisi teknikal saham BBRI masih membutuhkan waktu agar harga berbalik arah.

    “Untuk sementara beli bisa di area Rp 3.730 atau Rp 3.350,” ungkapnya.

    Sementara itu, Senior Investment Information Mirae Asset Sekuritas Nafan Aji Gusta menjelaskan, laba bersih BRI terus mengalami pertumbuhan seiring dengan naiknya dana pihak ketiga (DPK). Menurutnya, tren pertumbuhan ini akan semakin menguatkan kinerja bisnis utama perseroan, yakni pada segmen kredit Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM).

    Diketahui, DPK BRI mencatat pertumbuhan menjadi Rp 1.423,87 triliun. Adapun komposisi DPK perseroan hingga akhir Mei 2025 yakni, giro tumbuh 7% menjadi 387,21 triliun, tabungan naik 5,03% menjadi Rp 538,56 triliun, deposito tercatat Rp 498,09 triliun.

    “Permintaan kredit di semester kedua, tren penurunan suku bunga acuan dari BI (Bank Indonesia) itu juga akan terus dilakukan. Sebenarnya BI sudah menurunkan suku bunga acuan di semester I, satu kali. Jadi wajar saja per Mei ini mengalami kinerja dari sisi laba bersih dan DPK-nya,” ujar Nafan kepada detikcom, Minggu (6/7/2025).

    Menurut Nafan, pergerakan harga saham BBRI masih berpotensi naik hingga Rp 4.490 per lembar. Saat ini, harga sama BBRI berada di level Rp 3.670 per lembar.

    Namun, ia menilai angka tersebut masih bisa terus tumbuh jika BRI mampu meningkatkan pertumbuhan kreditnya dua digit di semester II tahun ini. Menurutnya, meningkatkan rasio kredit perlu perjuangan yang luar biasa.

    Pasalnya, permintaan kredit di sektor UMKM diprediksi menurun lantaran kebijakan pemutihan. “Tapi paling tidak, di tengah valuasi yang menarik ini, dari BBRI secara technical rata-rata di bawah medium, ini semestinya investor akan mencermati, investor asing juga akan terus meningkatkan kepemilikan sahamnya,” jelasnya.

    Rekomendasi Saham BBRI

    Mirae Asset Sekuritas Indonesia (4/7)

    Investor direkomendasikan untuk Accumulative Buy Saham BBRI dengan target price (TP) atau rentang harga Rp 4.490.

    PT Reliance Sekuritas Indonesia Tbk (5/7)

    Investor direkomendasikan Buy saham BBRI di TP Rp 4.800.

    Sucor Sekuritas (8/7)

    Investor direkomendasikan Buy saham BBRI di TP 5300. Namun untuk saat ini, investor dapat membeli saham BBRI di area Rp 3.730 atau Rp 3.350

    Bina Artha Sekuritas (8/7)

    Investor direkomendasikan untuk Hold/Buy on Weakness saham BBRI pada TP atau rentang harga Rp 3960, Rp 4100, Rp 4230 dan Rp 4370. Kemudian disarankan membeli di rentang harga Rp 3520-3630.

    Tonton juga “Macam-Macam Resiko Investasi untuk Gen Z dan Milenial” di sini:

    (ara/ara)

  • IHSG Selasa dibuka melemah 10,09 poin

    IHSG Selasa dibuka melemah 10,09 poin

    Pengunjung mengambil gambar layar digital pergerakan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) di Bursa Efek Indonesia (BEI), Jakarta, Kamis (26/6/2025). ANTARA FOTO/Fauzan/rwa.

    IHSG Selasa dibuka melemah 10,09 poin
    Dalam Negeri   
    Editor: Calista Aziza   
    Selasa, 08 Juli 2025 – 10:51 WIB

    Elshinta.com – Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) Bursa Efek Indonesia (BEI) pada Selasa pagi dibuka melemah 10,09 poin atau 0,15 persen ke posisi 6.890,84.

    Sementara itu, kelompok 45 saham unggulan atau Indeks LQ45 turun 2,63 poin atau 0,34 persen ke posisi 764,87.

    Sumber : Antara

  • IHSG ditutup menguat di tengah `wait and see` kebijakan dagang AS

    IHSG ditutup menguat di tengah `wait and see` kebijakan dagang AS

    Sumber foto: Antara/elshinta.com.

    IHSG ditutup menguat di tengah `wait and see` kebijakan dagang AS
    Dalam Negeri   
    Editor: Sigit Kurniawan   
    Senin, 07 Juli 2025 – 18:10 WIB

    Elshinta.com – Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) Bursa Efek Indonesia (BEI) pada Senin sore ditutup menguat di tengah pelaku pasar bersiap “wait and see” terhadap kebijakan dagang Amerika Serikat (AS), menjelang batas waktu pemberlakuan tarif resiprokal pada 9 Juli 2025.

    IHSG ditutup menguat 35,74 poin atau 0,52 persen ke posisi 6.900,93. Sementara kelompok 45 saham unggulan atau indeks LQ45 naik 3,99 poin atau 0,52 persen ke posisi 767,50.

    “Indeks saham di Asia pada sore ini ditutup beragam dengan kecenderungan melemah, di tengah kebingungan karena pejabat Amerika Serikat (AS) mengisyaratkan penundaan tarif namun tidak memberikan rincian dari perubahan tersebut,” sebut Tim Riset Phillips Sekuritas Indonesia dalam kajiannya di Jakarta, Senin.

    Dari mancanegara, Presiden AS Donald Trump mengkonfirmasi bahwa tarif timbal balik (reciprocal tariff) yang pertama kali diumumkan pada April 2025 lalu, akan berlaku pada 1 Agustus 2025 bagi negara-negara yang belum mencapai kesepakatan dagang dengan AS, bukan tanggal 9 Juli 2025.

    Pada Minggu (06/07), Trump mengatakan Amerika hampir menyelesaikan beberapa perjanjian dagang dalam beberapa hari mendatang dan akan memberitahukan negara-negara lain tentang tingkat tarif yang lebih tinggi paling lambat pada 9 Juli 2025, dengan tingkat tarif yang lebih tinggi akan berlaku pada 1 Agustus 2025.

    Secara terpisah, Trump mengumumkan bahwa tarif tambahan sebesar 10 persen akan dikenakan kepada negara-negara yang berpihak pada kebijakan anti Amerika yaitu BRICS tanpa memberikan penjelasan lebih lanjut.

    Pengumuman disampaikan pada saat negara-negara berkembang yang tergabung dalam BRICS berkumpul di Rio de Janeiro, Brasil, untuk menghadiri pertemuan puncak selama dua hari.

    Di sisi lain, para pemimpin negara-negara anggota BRICS menyoroti kebijakan tarif perdagangan Trump dalam pernyataan bersama (joint statement) pada Minggu (07/07), dengan memberikan peringatan terhadap “tindakan proteksionis sepihak yang tidak dapat dibenarkan, termasuk peningkatan tarif timbal balik yang tidak pandang bulu,”.

    Tanpa menyebut AS, para pemimpin BRICS menyuarakan kekhawatiran serius mengenai munculnya tarif sepihak (unilateral) dan tindakan non-tarif yang mendistorsi perdagangan dan tidak konsisten dengan peraturan Organisasi Perdagangan Dunia atau World Trade Organization (WTO).

    Dibuka melemah, IHSG betah di teritori negatif sampai penutupan sesi pertama perdagangan saham. Pada sesi kedua, IHSG bergerak ke zona hijau hingga penutupan perdagangan saham.

    Berdasarkan Indeks Sektoral IDX-IC, empat sektor menguat, yaitu sektor barang konsumen non primer naik sebesar 0,85 persen, diikuti oleh sektor teknologi dan sektor infrastruktur yang naik masing-masing sebesar 0,44 persen dan 0,20 persen.

    Sedangkan tujuh sektor terkoreksi yaitu sektor barang baku paling dalam minus 0,52 persen, diikuti oleh sektor properti dan sektor barang konsumen primer yang turun masing-masing sebesar 0,46 persen dan 0,36 persen.

    Saham-saham yang mengalami penguatan terbesar yaitu VICO, SHID, LABA, TRJA, dan VINS. Sedangkan saham-saham yang mengalami pelemahan terbesar yakni CSMI, IOTF, INPS, YUPI, dan MFIN.

    Frekuensi perdagangan saham tercatat sebanyak 885.794 kali transaksi dengan jumlah saham yang diperdagangkan sebanyak 14,82 miliar lembar saham senilai Rp7,50 triliun. Sebanyak 257 saham naik, 309 saham menurun, dan 226 tidak bergerak nilainya.

    Bursa saham regional Asia sore ini antara lain indeks Nikkei melemah 223,33 poin atau 0,56 persen ke 39.587,50, indeks Hang Seng melemah 28,23 poin atau 0,12 persen ke 23.887,48, indeks Shanghai menguat 0,81 poin atau 0,02 persen ke 3.473,78, dan indeks Strait Times menguat 18,24 poin atau 0,45 persen ke 4.031,64.

    Sumber : Antara

  • Pasar cermati kesepakatan dagang RI dan AS, IHSG diprediksi mendatar

    Pasar cermati kesepakatan dagang RI dan AS, IHSG diprediksi mendatar

    Layar digital menampilkan pergerakan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) di Bursa Efek Indonesia (BEI), Jakarta, Kamis (26/6/2025). ANTARA FOTO/Fauzan/rwa. (ANTARA FOTO/FAUZAN)

    Pasar cermati kesepakatan dagang RI dan AS, IHSG diprediksi mendatar
    Dalam Negeri   
    Editor: Novelia Tri Ananda   
    Senin, 07 Juli 2025 – 10:09 WIB

    Elshinta.com – Analis Phintraco Sekuritas Ratna Lim memproyeksikan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) akan bergerak mendatar pada perdagangan Senin (07/07), dengan sentimen utama akan berasal dari tingkat global. Sentimen utama akan berasal dari perkembangan negosiasi dagang antara Indonesia dan Amerika Serikat (AS), seiring semakin dekatnya batas waktu jeda tarif resiprokal selama 90 hari yaitu pada 9 Juli 2025.

    “IHSG diperkirakan masih akan bergerak konsolidasi dalam kisaran 6.800 sampai 7.000,” ujar Ratna Lim di Jakarta, Senin.

    Selama pekan ini, pelaku pasar akan fokus terhadap perkembangan kesepakatan dagang antara AS dengan negara mitra dagang. Presiden AS Donald Trump mulai mengirimkan surat kepada 12 negara mengenai besaran tarif yang akan mereka hadapi. Delegasi Indonesia dijadwalkan akan menandatangani nota kesepahaman (MoU) dengan AS pada 7 Juli 2025.

    Indonesia menawarkan komitmen untuk melakukan pembelian produk AS dalam jangka panjang senilai 34 miliar dolar AS, atau di atas defisit neraca perdagangan AS terhadap Indonesia yang sebesar 19 miliar dolar AS. Pembelian itu termasuk pembelian energi senilai 15,5 miliar dolar AS.

    Di sisi lain, pelaku pasar juga akan mencermati Federal Open Market Committee (FOMC) Minutes untuk mencermati kejelasan lebih lanjut mengenai arah kebijakan moneter The Fed pada tahun ini. Sementara itu, OPEC+ akan menaikkan produksi minyak sebesar 548 ribu barel per hari (bpd) mulai Agustus 2025, atau lebih cepat dari sebelumnya 411 ribu bpd pada periode Mei hingga Juli 2025.

    Dari dalam negeri, selama pekan ini, pelaku pasar menyambut aksi penawaran saham perdana atau Initial Public Offering (IPO), yang mana ada delapan perusahaan yang akan mencatatkan sahamnya di Bursa Efek Indonesia (BEI). Di sisi lain, selama pekan ini akan dirilis data cadangan devisa, penjualan motor dan mobil, consumer confidence, serta retail sales.

    Bursa saham AS di Wall Street ditutup menguat pada perdagangan terakhir Jumat (04/07) pekan kemarin, menjelang kesepakatan tarif dagang antara AS dengan beberapa negara mitra dagang. Indeks Dow Jones menguat 0,77 persen di level 44.825,53. Begitu juga dengan S&P 500 naik 0,83 persen di level 6.279,35, dan indeks Nasdaq melesat 1,02 persen ke 20.601,10.

     

    Sumber : Antara

  • IHSG ditutup melemah di tengah pasar cermati arah perdagangan global

    IHSG ditutup melemah di tengah pasar cermati arah perdagangan global

    Sumber foto: Antara/elshinta.com.

    IHSG ditutup melemah di tengah pasar cermati arah perdagangan global
    Dalam Negeri   
    Editor: Sigit Kurniawan   
    Jumat, 04 Juli 2025 – 19:45 WIB

    Elshinta.com – Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) Bursa Efek Indonesia (BEI) pada Jumat sore ditutup melemah di tengah pelaku pasar mencermati arah kesepakatan perdagangan di tingkat global.

    IHSG ditutup melemah 12,86 poin atau 0,19 persen ke posisi 6.865,19. Sementara kelompok 45 saham unggulan atau indeks LQ45 turun 2,08 poin atau 0,27 persen ke posisi 763,51.

    “Bursa regional Asia bergerak melemah, pelaku pasar berjuang untuk mendapatkan arah yang jelas karena pelaku bergulat dengan ketidakpastian perdagangan global, ” ujar Associate Director of Research and Investment Pilarmas Investindo Sekuritas Maximilianus Nico Demus di Jakarta, Jumat.

    Dari mancanegara, pelaku pasar tetap berhati-hati setelah Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump mengumumkan rencana untuk mulai mengeluarkan surat tentang tarif perdagangan, yang berpotensi menetapkan tarif unilateral baru.

    Di sisi lain, AS mulai mencabut pembatasan ekspor pada teknologi-teknologi utama seperti perangkat lunak desain chip, etana, dan mesin jet ke China, yang menandakan upaya untuk meredakan ketegangan perdagangan.

    Langkah-langkah itu merupakan bagian dari perjanjian perdagangan AS dan China yang lebih luas, bertujuan untuk melanjutkan pertukaran logam tanah jarang dan teknologi canggih.

    Di sisi lain, data tenaga kerja AS yang kuat menunjukkan bahwa perusahaan menambah lebih dari 147.000 pekerjaan pada Juni 2025, dan tingkat pengangguran secara tak terduga turun menjadi 4,1 persen.

    Data itu memperkuat alasan bagi Federal Reserve (The Fed) untuk mempertahankan suku bunga acuan tetap stabil. Selain itu, pelaku pasar menilai data itu dapat meredakan kekhawatiran investor terhadap perlambatan ekonomi AS.

    Dari dalam negeri, pelaku pasar merespon langkah DPR RI yang menyetujui permintaan pemerintah dalam penggunaan Saldo Anggaran Lebih (SAL) sebesar Rp85,6 triliun menutupi pelebaran defisit Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) 2025.

    Langkah itu merupakan kebijakan yang proaktif, yang akan mendorong stabilitas fiskal yang lebih baik sehingga ini akan meningkatkan kepercayaan pasar terhadap ekonomi dalam negeri.

    Dibuka menguat, IHSG bergerak ke teritori negatif sampai penutupan sesi pertama perdagangan saham. Pada sesi kedua, IHSG betah di zona merah hingga penutupan perdagangan saham

    Berdasarkan Indeks Sektoral IDX-IC, tiga sektor menguat yaitu dipimpin sektor teknologi yang naik sebesar 1,35 persen, diikuti oleh sektor energi dan sektor industri yang naik masing- masing sebesar 0,24 persen dan 0,20 persen.

    Sedangkan, tujuh sektor melemah yaitu sektor infrastruktur yang turun sebesar 1,26 persen, diikuti oleh sektor transportasi & logistik dan sektor barang konsumen primer yang turun sebesar 0,98 persen dan 0,66 persen.

    Adapun saham-saham yang mengalami penguatan terbesar yaitu GTBO, SHID, FAST, KRAS dan WAPO. Sedangkan saham-saham yang mengalami pelemahan terbesar yakni INPS, IOTF, BRNA, CSMI dan GDST.

    Frekuensi perdagangan saham tercatat sebanyak 856.799 kali transaksi dengan jumlah saham yang diperdagangkan sebanyak 17,30 miliar lembar saham senilai Rp8,25 triliun. Sebanyak 260 saham naik 323 saham menurun, dan 207 tidak bergerak nilainya.

    Bursa saham regional Asia sore ini antara lain Indeks Nikkei menguat 34,10 poin atau 0,09 persen ke 49.820,00, indeks Shanghai menguat 20,20 poin atau 0,59 persen ke 3.444,19, indeks Hang Seng melemah 153,27 poin atau 0,87 persen ke posisi 23.916,31, dan indeks Straits Times melemah 1,91 poin atau 0,05 persen ke 4.012,09.

    Sumber : Antara

  • IHSG Melemah ke Level 6.865, Sektor Transportasi Paling Tertekan

    IHSG Melemah ke Level 6.865, Sektor Transportasi Paling Tertekan

    Jakarta, Beritasatu.com – Indeks harga saham gabungan (IHSG) ditutup melemah pada perdagangan Kamis (4/7/2025), turun 12,859 poin atau 0,19% ke level 6.865. Padahal, sejak pembukaan, IHSG sempat menguat di level 6.893 dan bergerak dalam rentang 6.843 hingga 6.916 sepanjang sesi perdagangan.

    Volume transaksi tercatat mencapai 17,3 miliar lembar saham, dengan nilai mencapai Rp 8,2 triliun dan frekuensi perdagangan sebanyak 858.815 kali. Secara rinci, terdapat 323 saham yang ditutup melemah, mengalahkan 260 saham yang menguat. Sementara 207 saham lainnya stagnan.

    Tekanan jual menghantam sejumlah sektor, terutama sektor transportasi yang memimpin pelemahan dengan koreksi 0,63%. Sektor infrastruktur menyusul dengan penurunan 1,34%, diikuti sektor barang konsumsi nonsiklikal dan siklikal yang juga terkoreksi cukup dalam. Sentimen negatif juga menekan sektor kesehatan dan bahan baku, yang masing-masing mencatat pelemahan tipis.

    Sebaliknya, sektor teknologi menjadi penopang utama indeks dengan penguatan 0,78%, didorong oleh sentimen positif terhadap transformasi digital dan ekspansi perusahaan teknologi. Sektor industri dan keuangan turut mencatat penguatan, meski tidak sebesar sektor teknologi.

    Di tengah fluktuasi pasar, saham PT Garda Tujuh Buana Tbk (GTBO) menjadi bintang pada perdagangan hari ini setelah melonjak hingga 34,18%. Disusul oleh PT Hotel Sahid Jaya International Tbk (SHID) dan PT Fast Food Indonesia Tbk (FAST) yang juga menguat signifikan.

    Pada sisi lain, tekanan paling dalam dialami oleh saham PT Sinarmas Asset Management (XSBC), PT Indah Prakasa Sentosa Tbk (INPS), dan PT Sumber Sinergi Makmur Tbk (IOTF), yang masing-masing terkoreksi lebih dari 14%.
     

  • IHSG Sesi I dan Rupiah Kompak Melemah

    IHSG Sesi I dan Rupiah Kompak Melemah

    Jakarta, Beritasatu.com – Indeks harga saham gabungan (IHSG) jatuh pada sesi I perdagangan hari ini, Jumat (4/7/2025).

    IHSG hari ini sebetulnya dibuka menguat, tetapi tidak bertahan lama. IHSG pada sesi ini tercatat turun 0,21% atau 14,19 poin ke level 6.863,8. Sepanjang sesi ini, IHSG bergerak dalam rentang 6.854-6.916.

    Volume transaksi pada sesi ini mencapai 10,5 miliar lembar saham. Nilai perdagangan tercatat sebesar Rp 4,63 triliun dari total 511.032 kali transaksi.

    Dari seluruh saham yang diperdagangkan, sebanyak 252 saham menguat, 296 saham melemah, dan 236 saham stagnan.

    Pada saat IHSG sesi I jatuh, nilai tukar rupiah juga terpantau melemah. Berdasarkan data Bloomberg di pasar spot exchange, rupiah siang ini berada di level Rp 16.202 per dolar AS, turun tipis 7 poin atau 0,04%.