Topik: Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG)

  • IHSG Selasa dibuka menguat 38,04 poin

    IHSG Selasa dibuka menguat 38,04 poin

    Jakarta (ANTARA) – Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) Bursa Efek Indonesia (BEI) pada Selasa pagi dibuka menguat 38,04 poin atau 0,51 persen ke posisi 7.502,69.

    Sementara kelompok 45 saham unggulan atau indeks LQ45 naik 4,26 poin atau 0,54 persen ke posisi 792,01.

    Pewarta: Muhammad Heriyanto
    Editor: Abdul Hakim Muhiddin
    Copyright © ANTARA 2025

    Dilarang keras mengambil konten, melakukan crawling atau pengindeksan otomatis untuk AI di situs web ini tanpa izin tertulis dari Kantor Berita ANTARA.

  • Pasar cermati data ekonomi domestik, IHSG diprediksi mendatar

    Pasar cermati data ekonomi domestik, IHSG diprediksi mendatar

    IHSG diperkirakan terkonsolidasi (mendatar) di kisaran level psikologis 7.500,

    Jakarta (ANTARA) – Analis Phintraco Sekuritas Ratna Lim memproyeksikan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) Bursa Efek Indonesia (BEI) berpotensi bergerak mendatar pada perdagangan Selasa (05/08), dengan sentimen utama akan berasal dari tingkat domestik.

    Sentimen utama akan berasal dari rilis data-data perekonomian domestik selama pekan ini, diantaranya pertumbuhan ekonomi, cadangan devisa, hingga Indeks Kepercayaan Konsumen (IKK).

    “IHSG diperkirakan terkonsolidasi (mendatar) di kisaran level psikologis 7.500,” ujar Ratna Lim dalam kajiannya di Jakarta, Selasa.

    Dari dalam negeri, pelaku pasar menantikan sejumlah data-data ekonomi yang akan dirilis selama pekan ini, diantaranya pertumbuhan ekonomi atau Produk Domestik Bruto (PDB) kuartal II-2025 pada Selasa (5/8).

    Selain itu, juga cadangan devisa periode Juli 2025 pada Kamis (07/08), serta Indeks Kepercayaan Konsumen (IKK), retail sales, car sales dan motorbike sales pada Jumat (08/08).

    Dari kawasan Asia, China akan merilis data Caixin Service PMI bulan Juli 2025 yang diperkirakan sedikit turun menjadi 50,2 pada Juli 2025 dari sebelumnya 50,6 pada Juni 2025, atau menurun dan merupakan area ekspansi terendah sejak September 2024.

    Dari mancanegara, data tenaga kerja Amerika Serikat (AS) yang melemah telah meningkatkan ekspektasi terhadap penurunan suku bunga The Fed pada September 2025 mendatang.

    Di sisi lain, pelaku pasar menantikan perkembangan negosiasi tarif antara AS dengan mitra dagangnya, sebelum batas waktu 7 Agustus 2025, serta mencermati perkembangan negosiasi dagang antara AS dan China sebelum batas waktu 12 Agustus 2025.

    Selain itu, pelaku pasar akan mencermati indeks ISM Service Juli 2025 dari AS yang diperkirakan membaik pada level 51.5 pada Juli 2025 dari sebelumnya 50.8 pada Juni 2025.

    Pada perdagangan Senin (04/07), bursa saham Eropa ditutup menguat, di antaranya Euro Stoxx 50 menguat 1,50 persen, indeks FTSE 100 Inggris menguat 0,66 persen, indeks DAX Jerman naik 1,42 persen, serta indeks CAC Prancis naik 1,14 persen.

    Sementara itu, bursa saham AS di Wall Street juga ditutup menguat pada perdagangan Senin (04/07), diantaranya Indeks Dow Jones Industrial Average naik 585,06 poin atau 1,34 persen ditutup di level 44.173,64, indeks S&P 500 menguat 1,47 persen ke level 6.329,91, indeks Nasdaq Composite naik 1,87 persen dan ditutup di level 23.188,02.

    Pewarta: Muhammad Heriyanto
    Editor: Abdul Hakim Muhiddin
    Copyright © ANTARA 2025

    Dilarang keras mengambil konten, melakukan crawling atau pengindeksan otomatis untuk AI di situs web ini tanpa izin tertulis dari Kantor Berita ANTARA.

  • IHSG Bisa Tembus 7.800 di Tengah Net Sell Asing dan Pelemahan Rupiah

    IHSG Bisa Tembus 7.800 di Tengah Net Sell Asing dan Pelemahan Rupiah

    Jakarta, Beritasatu.com – Indeks harga saham gabungan (IHSG) masih memiliki peluang untuk menembus level 7.800 di akhir tahun meski sempat terkoreksi cukup dalam akibat aksi jual asing. Pada perdagangan Senin (4/8/2025), IHSG turun 0,88% ke level 7.464,64, terseret tekanan dari arus keluar dana asing yang cukup besar.

    Pendiri Republik Investor Hendra Wardana mencatat, selama pekan terakhir Juli 2025, investor asing menarik dana sekitar Rp 16,24 triliun dari pasar keuangan Indonesia. Penarikan ini tidak hanya terjadi di pasar saham, tetapi juga di Surat Berharga Negara (SBN) dan Sekuritas Rupiah Bank Indonesia (SRBI).

    “Penyebab utama capital outflow ini adalah meningkatnya ketidakpastian global, mulai dari negosiasi tarif antara AS dan China hingga spekulasi kebijakan suku bunga The Fed setelah data tenaga kerja AS yang melemah,” ujar Hendra.

    Ia menambahkan, pelemahan nilai tukar rupiah yang sempat menyentuh Rp 16.385 per dolar AS turut memperburuk persepsi risiko terhadap aset dalam negeri.

    “Ketika kurs rupiah melemah tajam, maka imbal hasil riil dalam mata uang asing menjadi kurang menarik bagi investor global,” jelasnya.

    Namun, Hendra menilai sentimen domestik tidak sepenuhnya negatif. Ia melihat beberapa katalis positif, seperti kinerja emiten yang tetap solid di semester I 2025 dan ekspektasi pemangkasan suku bunga Bank Indonesia di paruh kedua tahun ini, berpotensi menopang pergerakan IHSG.

    Sementara, VP Marketing, Strategy & Planning Kiwoom Sekuritas Oktavianus Audi mengungkapkan, hingga awal Agustus 2025, investor asing mencatat net sell sebesar Rp 62 triliun, dengan sebagian besar berasal dari saham perbankan besar.

    “Net sell terbesar ada di BBCA Rp 18,7 triliun, disusul BMRI Rp 13,6 triliun, BBRI Rp 4,47 triliun, dan BBNI Rp 3,5 triliun,” ujarnya.

    Menurut dia, tekanan pada sektor perbankan disebabkan oleh perlambatan kinerja akibat suku bunga tinggi, rebalancing indeks global, serta kebijakan pemerintah terhadap bank Himbara yang dinilai membatasi profitabilitas seperti pembatasan dividen dan penugasan sosial.

    Namun, Oktavianus tetap optimistis tekanan ini hanya bersifat sementara. “Kami melihat outlook lebih stabil di semester II 2025, seiring rencana pelonggaran moneter oleh BI sebesar 25-50 basis poin dan membaiknya situasi global, termasuk meredanya ketegangan dagang AS-China,” paparnya.

    Kiwoom Sekuritas mempertahankan target konservatif IHSG di kisaran 7.700–7.800 pada akhir tahun, dengan asumsi pemangkasan suku bunga terjadi dan kondisi makroekonomi domestik membaik.
     

  • IHSG ditutup melemah seiring `profit taking` investor

    IHSG ditutup melemah seiring `profit taking` investor

    Sumber foto: Antara/elshinta.com.

    IHSG ditutup melemah seiring `profit taking` investor
    Dalam Negeri   
    Editor: Sigit Kurniawan   
    Senin, 04 Agustus 2025 – 19:56 WIB

    Elshinta.com – Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) Bursa Efek Indonesia (BEI) pada Senin sore ditutup melemah seiring aksi ambil untung atau profit taking yang dilakukan oleh investor di pasar modal Indonesia.

    IHSG ditutup melemah 73,12 poin atau 0,97 persen ke posisi 7.464,65. Sedangkan kelompok 45 saham unggulan atau indeks LQ45 turun 9,07 poin atau 1,14 persen ke posisi 787,75.

    “Koreksi indeks antara lain didorong oleh aksi ‘profit taking’ setelah mengalami penguatan pada perdagangan Jumat (01/08), di tengah meningkatnya ketidakpastian global akibat tarif dan data tenaga kerja Amerika Serikat (AS) yang melemah,” kata Tim Riset Pilarmas Investindo Sekuritas dalam kajiannya di Jakarta, Senin.

    Selain itu, pelemahan IHSG juga terdorong oleh laporan kinerja keuangan beberapa emiten dalam negeri yang mengalami penurunan.

    Dari dalam negeri, pelaku pasar menantikan sejumlah indikator ekonomi yang akan dirilis pada pekan ini, yaitu pertumbuhan Produk Domestik Bruto (PDB) kuartal II-2025 pada Selasa (05/08).

    Selain itu, data cadangan devisa periode Juli 2025 pada Kamis (07/08), serta data consumer confidence, retail sales, car sales dan motorbike sales pada Jumat (08/08).

    Dari mancanegara, pelaku pasar mencermati pelemahan data tenaga kerja AS, pengumuman tarif baru oleh Presiden AS Donald Trump, serta potensi penurunan suku bunga acuan The Fed.

    Dibuka melemah, IHSG betah di teritori negatif sampai penutupan sesi pertama perdagangan saham. Pada sesi kedua, IHSG masih betah di zona merah hingga penutupan perdagangan saham.

    Berdasarkan Indeks Sektoral IDX-IC, tujuh sektor menguat yaitu dipimpin sektor kesehatan yang naik sebesar 1,87 persen, diikuti oleh dan sektor teknologi dan sektor barang konsumen non primer yang masing-masing naik sebesar 1,46 persen dan 0,84 persen.

    Sedangkan empat sektor terkoreksi yaitu sektor energi turun paling dalam sebesar 1,41 persen, diikuti oleh sektor barang baku dan sektor konsumen primer yang masing-masing turun sebesar 1,35 persen dan 0,54 persen.

    Adapun saham-saham yang mengalami penguatan harga terbesar yaitu PPRI, DKHH, OASA, AGAR dan COIN. Sedangkan saham-saham yang mengalami pelemahan harga terbesar yakni AMMN, CBUT, INRU, LIFE dan AMMS.

    Frekuensi perdagangan saham tercatat sebanyak 2.038.590 kali transaksi dengan jumlah saham yang diperdagangkan sebanyak 29,69 miliar lembar saham senilai Rp15,91 triliun. Sebanyak 325 saham naik, 317 saham menurun, dan 162 tidak bergerak nilainya.

    Bursa saham regional Asia sore ini antara lain indeks Nikkei melemah 499,10 poin atau 1,22 persen ke 40.300,00, indeks Shanghai menguat 23,36 poin atau 0,66 persen ke 3.583,31, indeks indeks Hang Seng menguat 225,64 poin atau 0,92 persen ke 24.733,22, dan indeks Strait Times menguat 43,40 poin atau 1,04 persen ke 4.197,23.

    Sumber : Antara

  • BEI cetak rekor tertinggi dengan kapitalisasi pasar Rp13.700 T

    BEI cetak rekor tertinggi dengan kapitalisasi pasar Rp13.700 T

    Sumber foto: Antara/elshinta.com.

    OJK: BEI cetak rekor tertinggi dengan kapitalisasi pasar Rp13.700 T
    Dalam Negeri   
    Editor: Sigit Kurniawan   
    Senin, 04 Agustus 2025 – 22:10 WIB

    Elshinta.com – Otoritas Jasa Keuangan (OJK) melaporkan Bursa Efek Indonesia (BEI) sempat mencetak rekor tertinggi dengan nilai kapitalisasi pasar saham domestik menembus angka Rp13.700 triliun pada 29 Juli 2025.

    Capaian tersebut menjadi titik tertinggi sepanjang sejarah bursa dan terjadi selama tiga hari berturut-turut di bulan Juli.

    “Nilai kapitalisasi pasar pada bulan Juli 2025 menyentuh ‘all time high’ selama tiga hari berturut-turut. Puncaknya tercatat pada tanggal 29 Juli 2025 dengan nilai sebesar Rp13.700 triliun, dan pada akhir Juli 2025 nilai kapitalisasi tercatat sebesar Rp13.492 triliun,” kata Kepala Eksekutif Pengawas Pasar Modal, Keuangan Derivatif, dan Bursa Karbon OJK Inarno Djajadi dalam konferensi pers hasil Rapat Dewan Komisioner Bulanan (RDKB) OJK di Jakarta, Senin.

    Kinerja positif tersebut turut dibarengi oleh peningkatan likuiditas di pasar saham. Rata-rata nilai transaksi harian saham secara year-to-date (ytd) pada Juli 2025 mencapai Rp13,42 triliun, naik dari posisi Juni sebesar Rp13,29 triliun.

    Dari sisi indeks harga saham gabungan (IHSG), pasar saham Tanah Air menunjukkan pemulihan signifikan. IHSG tercatat naik ke level 7.484 per 31 Juli 2025, menguat 5,71 persen dalam sebulan dibandingkan posisi akhir Juni di 6.927.

    “Dengan kinerja indeks sektoral di bulan Juli 2025, seluruhnya mengalami peningkatan,” ujar dia.

    Adapun total jumlah investor yang bertransaksi di Bursa Efek Indonesia (BEI) per Juli 2025 tercatat 17,42 juta investor.

    Meski demikian, Inarno mengatakan investor non-residen juga tercatat melakukan aksi jual bersih (nett sell) sebesar Rp8,34 triliun selama Juli 2025. Secara kumulatif, nett sell investor asing sejak awal tahun mencapai Rp61,91 triliun.

    Sementara itu, ia mengatakan dari sisi penghimpunan dana, pasar modal masih menunjukkan tren positif.

    Total nilai penawaran umum mencapai Rp144,78 triliun hingga Juli 2025, termasuk Rp8,49 triliun yang berasal dari 16 emiten baru. Sementara itu, pendanaan melalui securities crowdfunding (SCF) tercatat mengumpulkan dana Rp1,64 triliun, dengan melibatkan 876 efek dari 534 penerbit dan 184.504 pemodal.

    Sumber : Antara

  • OJK: BEI cetak rekor tertinggi dengan kapitalisasi pasar Rp13.700 T

    OJK: BEI cetak rekor tertinggi dengan kapitalisasi pasar Rp13.700 T

    Jakarta (ANTARA) – Otoritas Jasa Keuangan (OJK) melaporkan Bursa Efek Indonesia (BEI) sempat mencetak rekor tertinggi dengan nilai kapitalisasi pasar saham domestik menembus angka Rp13.700 triliun pada 29 Juli 2025.

    Capaian tersebut menjadi titik tertinggi sepanjang sejarah bursa dan terjadi selama tiga hari berturut-turut di bulan Juli.

    “Nilai kapitalisasi pasar pada bulan Juli 2025 menyentuh ‘all time high’ selama tiga hari berturut-turut. Puncaknya tercatat pada tanggal 29 Juli 2025 dengan nilai sebesar Rp13.700 triliun, dan pada akhir Juli 2025 nilai kapitalisasi tercatat sebesar Rp13.492 triliun,” kata Kepala Eksekutif Pengawas Pasar Modal, Keuangan Derivatif, dan Bursa Karbon OJK Inarno Djajadi dalam konferensi pers hasil Rapat Dewan Komisioner Bulanan (RDKB) OJK di Jakarta, Senin.

    Kinerja positif tersebut turut dibarengi oleh peningkatan likuiditas di pasar saham. Rata-rata nilai transaksi harian saham secara year-to-date (ytd) pada Juli 2025 mencapai Rp13,42 triliun, naik dari posisi Juni sebesar Rp13,29 triliun.

    Dari sisi indeks harga saham gabungan (IHSG), pasar saham Tanah Air menunjukkan pemulihan signifikan. IHSG tercatat naik ke level 7.484 per 31 Juli 2025, menguat 5,71 persen dalam sebulan dibandingkan posisi akhir Juni di 6.927.

    “Dengan kinerja indeks sektoral di bulan Juli 2025, seluruhnya mengalami peningkatan,” ujar dia.

    Adapun total jumlah investor yang bertransaksi di Bursa Efek Indonesia (BEI) per Juli 2025 tercatat 17,42 juta investor.

    Meski demikian, Inarno mengatakan investor non-residen juga tercatat melakukan aksi jual bersih (nett sell) sebesar Rp8,34 triliun selama Juli 2025. Secara kumulatif, nett sell investor asing sejak awal tahun mencapai Rp61,91 triliun.

    Sementara itu, ia mengatakan dari sisi penghimpunan dana, pasar modal masih menunjukkan tren positif.

    Total nilai penawaran umum mencapai Rp144,78 triliun hingga Juli 2025, termasuk Rp8,49 triliun yang berasal dari 16 emiten baru. Sementara itu, pendanaan melalui securities crowdfunding (SCF) tercatat mengumpulkan dana Rp1,64 triliun, dengan melibatkan 876 efek dari 534 penerbit dan 184.504 pemodal.

    Pewarta: Bayu Saputra
    Editor: Virna P Setyorini
    Copyright © ANTARA 2025

    Dilarang keras mengambil konten, melakukan crawling atau pengindeksan otomatis untuk AI di situs web ini tanpa izin tertulis dari Kantor Berita ANTARA.

  • Sempat Menguat Saat Dibuka, IHSG Ditutup Melemah ke Level 7.464

    Sempat Menguat Saat Dibuka, IHSG Ditutup Melemah ke Level 7.464

    Jakarta

    Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) babak belur mengawali perdagangan di awal pekan ini. IHSG terus melemah dan konstan di zona merah selama seharian, penguatan nampak hanya terjadi pada saat pembukaan saja.

    Dikutip dari RTI Business, Senin (4/8/2025), IHSG ditutup di level 7.464,64 atau melemah 73,12 poin atau sekitar 0,97%. IHSG hari ini dibuka pada 7.552,49.

    Paling dalam pelemahan IHSG tercatat di level 7.448. Sementara itu IHSG juga sempat dijual dengan level tertinggi pada 7.560.

    IHSG mencatat volume transaksi sebanyak 29,69 miliar saham dengan nilai sebesar Rp 15,9 triliun. Adapun frekuensi saham yang diperdagangkan hari ini mencapai 2.038.590 kali.

    Pada penutupan perdagangan hari ini, tercatat 325 saham menguat, 317 saham melemah, dan 162 saham yang stagnan.

    (hal/rrd)

  • IHSG berpotensi variatif seiring sentimen domestik dan global

    IHSG berpotensi variatif seiring sentimen domestik dan global

    Jakarta (ANTARA) – Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) Bursa Efek Indonesia (BEI) pada Senin berpotensi bergerak variatif seiring sentimen data-data ekonomi domestik dan global.

    IHSG dibuka melemah 7,46 poin atau 0,10 persen ke posisi 7.530,31.

    Sementara, kelompok 45 saham unggulan atau indeks LQ45 turun 2,07 poin atau 0,26 persen ke posisi 794,75.

    “IHSG diperkirakan fluktuatif di level 7.400 sampai 7.680 seiring pasar yang akan lebih reaktif pada pekan ini,” ujar Analis Phintraco Sekuritas Ratna Lim dalam kajiannya di Jakarta, Senin.

    Dari dalam negeri, pelaku pasar akan menantikan data pertumbuhan ekonomi kuartal II 2025 yang diperkirakan 4,8 persen year on year (yoy) dari sebelumnya 4,87 persen (yoy).

    Selain itu, pelaku pasar masih akan mencermati kelanjutan earning season kuartal II 2025.

    Dari mancanegara, data nonfarm payrolls (NFP) Amerika Serikat (AS) pada Juli 2025 tercatat sebanyak 73 ribu, atau di bawah estimasi 110 ribu.

    Sementara itu, untuk data NFP Juni 2025 direvisi turun menjadi 14 ribu dari sebelumnya 147 ribu, dan Mei 2024 direvisi menjadi 19 ribu dari 125 ribu.

    Data itu mengindikasikan pasar tenaga kerja AS mulai melemah, yang menimbulkan kekhawatiran terhadap perlambatan pertumbuhan ekonomi.

    Data tenaga kerja terbaru itu meningkatkan ekspektasi bahwa The Fed akan menurunkan suku bunga pada September 2025 mendatang.

    Di sisi lain, Presiden AS Donald Trump melalui perintah eksekutif menetapkan tarif impor antara 10-41 persen untuk 68 negara mitra dagang yang akan mulai berlaku pada 7 Agustus 2025.

    Sebagai dampak dari potensi penurunan suku bunga The Fed pada September 2025, tarif impor, dan pengunduran diri salah seorang Gubernur The Fed, US 10-year Bond Yield turun 13 basis poin level 4.236 persen pada Jumat (1/8/2025).

    Hal itu juga mendorong penguatan harga emas akibat permintaan akan safe haven. Harga minyak turun karena kekhawatiran akan kenaikan produksi oleh OPEC+ pada September.

    Pada perdagangan Jumat (1/8/2025), bursa saham Eropa ditutup melemah, diantaranya Euro Stoxx 50 melemah 2,90 persen, indeks FTSE 100 Inggris melemah 0,70 persen, indeks DAX Jerman turun 2,66 persen, serta indeks CAC Prancis melemah tipis 2,91 persen.

    Bursa saham AS di Wall Street juga ditutup melemah pada Jumat (1/8/2025), di antaranya Dow Jones melemah 1,23 persen di level 43.588,58, indeks S&P 500 turun 1,60 persen di level 6.238,01, dan Nasdaq merosot 2,24 persen ke level 20.650,1.

    Bursa saham regional Asia pagi ini, antara lain indeks Nikkei melemah 689,82 poin atau 1,67 persen ke 40.111,50, indeks Shanghai menguat 8,42 poin atau 0,23 persen ke 3.567,87, indeks Hang Seng menguat 85,69 poin atau 0,21 persen ke 24.586,55, dan indeks Strait Times menguat 27,74 poin atau 0,71 persen ke 4.183,45.

    Pewarta: Muhammad Heriyanto
    Editor: Kelik Dewanto
    Copyright © ANTARA 2025

    Dilarang keras mengambil konten, melakukan crawling atau pengindeksan otomatis untuk AI di situs web ini tanpa izin tertulis dari Kantor Berita ANTARA.

  • Awal Pekan, IHSG Bergerak ke Zona Merah

    Awal Pekan, IHSG Bergerak ke Zona Merah

    Jakarta

    Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) melemah pagi ini. IHSG berada zona merah di level 7.517,92.

    Dikutip dari data RTI, Senin (4/8/2025) IHSG sempat dibuka hijau di level 7.552,49 Kemudian sekitar pukul 09.05 nilanya merosot 19,84 poin atau 0,26% ke posisi 7.517,92.

    Pada perdagangan pagi ini, IHSG sempat mencapai level tertinggi di posisi 7.560,05. IHSG juga sempat mencapai level terendah di posisi 7.507,7.

    Volume transaksi tercatat 1,84 miliar dengan turnover Rp 1,065 triliun. Frekuensi transaksi tercatat 160,278 kali. Ada 231 saham yang menguat, 222 melemah, serta 201 stagnan.

    Sementara itu, dalam sepekan terakhir IHSG tercatat mengalami pelemahan 1,30%, lalu dalam satu bulan terakhir pergerakannya naik 8,91%. Sedangkan tiga bulanan terakhir nilainya menguat 13,29%.

    Selanjutnya pergerakan IHSG dalam 6 bulan terakhir tercatat menguat 6,11%. Kemudian secara year-to-date (YTD) menguat 6,16%, dan dalam setahun menguat 5,27%.

    (ada/ara)

  • IHSG Senin dibuka melemah 7,46 poin

    IHSG Senin dibuka melemah 7,46 poin

    Jakarta (ANTARA) – Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) Bursa Efek Indonesia (BEI) pada Senin pagi dibuka melemah 7,46 poin atau 0,10 persen ke posisi 7.530,31.

    Sementara, kelompok 45 saham unggulan atau indeks LQ45 turun 2,07 poin atau 0,26 persen ke posisi 794,75.

    Pewarta: Muhammad Heriyanto
    Editor: Kelik Dewanto
    Copyright © ANTARA 2025

    Dilarang keras mengambil konten, melakukan crawling atau pengindeksan otomatis untuk AI di situs web ini tanpa izin tertulis dari Kantor Berita ANTARA.