Topik: Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG)

  • Harga Penutupan IHSG hari ini, 02 Jan 2025

    Harga Penutupan IHSG hari ini, 02 Jan 2025

    Jakarta, FORTUNE– Indeks Harga Saham Gabungan (Ihsg) menguat 56.82 poin atau 0.01 persen ke level 7136.73 pada penutupan perdagangan 02 Jan 2025. Tercatat ada 25 saham yang mengalami kenaikan dan 25 yang mengalami penurunan.

    Top Gainers & Top Loser Saham Hari Ini 02 Jan 2025

    ilustrasi pergerakan saham (unsplash.com/Wance Paleri)

    Dengan penguatan IHSG hari ini, berikut ini saham-saham yang menjadi Top Gainer dan Top Loser pada perdagangan hari ini:

    Saham PTPP – PP (Persero) Tbk. naik 6.55%Saham WIKA – Wijaya Karya (Persero) Tbk. naik 5.74%Saham BBNI – Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk. naik 4.83%Saham BBTN – Bank Tabungan Negara (Persero) Tbk. naik 4.39%Saham ADRO – Alamtri Resources Indonesia Tbk. naik 3.70%Saham ACES – Aspirasi Hidup Indonesia Tbk. turun -4.43%Saham UNTR – United Tractors Tbk. turun -4.39%Saham TOWR – Sarana Menara Nusantara Tbk. turun -3.82%Saham INDF – Indofood Sukses Makmur Tbk. turun -2.92%Saham TBIG – Tower Bersama Infrastructure Tbk. turun -2.86%

    Meskipun beberapa saham mengalami kenaikan, ada juga saham yang mengalami penurunan. Maka dari itu, penting bagi investor untuk melakukan analisis dengan cermat dan mempertimbangkan faktor-faktor fundamental serta sentimen pasar sebelum membuat keputusan Investasi.

  • IHSG Sesi I Hari Ini Menguat 0,73 Persen

    IHSG Sesi I Hari Ini Menguat 0,73 Persen

    Jakarta, Beritasatu.com – Indeks harga saham gabungan (IHSG) pada perdagangan bursa sesi I hari ini, Kamis (2/1/2025), masih kuat di zona hijau.

    IHSG sesi I hari ini menguat 51,44 poin atau 0,73 persen mencapai 7.131,3.

    IHSG sesi I hari ini bergerak dalam rentang 7.088-7.137. Perdagangan IHSG sesi I hari ini mencatatkan 11,1 miliar lembar saham senilai Rp 4,59 triliun dari 678.345 kali transaksi.

    Sebanyak 307 saham yang diperdagangkan pada sesi ini tercatat menguat, sebanyak 275 saham melemah, dan sebanyak 207 saham stagnan.

    Pada saat IHSG sesi I hari ini menguat, saham-saham Asia sebagian besar merosot karena pasar saham utama kawasan ini di Tokyo tutup karena libur Tahun Baru.

    Indeks S&P/ASx 200 Australia naik 0,4 persen pada awal perdagangan menjadi 8.193,90. Indeks Kospi Korea Selatan turun hampir 0,1 persen menjadi 2.397,54. Indeks Hang Seng Hong Kong turun 1,3 persen menjadi 19.807,19, sementara Shanghai Composite turun 0,8 persen menjadi 3.325,56.

  • Fundamental hingga Kinerja Tiap Sektor

    Fundamental hingga Kinerja Tiap Sektor

    Sepanjang 2024, Pasar Modal Indonesia mengalami berbagai dinamika yang memberikan dampak beragam, baik berupa peluang positif maupun tantangan yang memengaruhi kinerja pasar.

    Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) sempat mencapai titik terendah di level 6.855,62 (11/6/2024), tapi juga berhasil mencatatkan beberapa rekor tertinggi selama tahun ini.

    Pada penutupan perdagangan 2024, IHSG ditutup di level 7.079,90. Indeks pada perdagangan hari tersebut naik 0,62%.

    Namun, berdasarkan catatan Otoritas Jasa Keuangan (OJK) per 27 Desember 2024, IHSG ditutup di posisi 7.036,57. Melemah 3,25% year-to-date (ytd) dengan kapitalisasi pasar mengalami pertumbuhan sebesar 5,05% ytd menjadi Rp12,2 ribu triliun.

    Sementara itu, rasio harga pasar terhadap laba (market price to earning ratio/PER) berada di angka 12,71 kali. Lalu, rasio harga pasar terhadap nilai buku (market price to book value/PBV) tercatat 2,09 kali.

    Jika dibandingkan dengan negara-negara tetangga, kinerja IHSG tergolong relatif rendah. Indeks STI Singapura mencatatkan kenaikan hingga 17,14%, VN-Index Vietnam naik 12,95%, dan FTSE Bursa Malaysia KLCI Index meningkat 12,58%, sementara SET Index Thailand justru mengalami penurunan sebesar 1,10%.

    Aliran dana asing tercatat keluar secara besar-besaran dari IHSG, yaitu mencapai Rp38,5 triliun dalam tiga bulan terakhir. Selama periode yang sama, IHSG juga mengalami penurunan sekitar 9% mencapai level 7.036. Catatan tersebut sekaligus menjadi kinerja terburuk di ASEAN.

    Sentimen tekanan IHSG sepanjang 2024

    Berdasarkan analisis Tim Analis Bareksa, IHSG mengalami tekanan akibat beberapa sentimen eksternal dan internal sepanjang 2024, di antaranya:

    Rencana pemangkasan suku bunga oleh The Federal Reserve (The Fed) AS pada 2025 yang lebih rendah dari ekspektasi. Terpilihnya kembali Donald Trump sebagai Presiden AS ke-47, dengan kebijakan yang berpotensi memicu perang dagang dan lonjakan inflasi global yang dapat menghambat implementasi kebijakan suku bunga rendah. Melambatnya inflasi di Indonesia pada semester II-2024 yang meningkatkan kekhawatiran akan makin lemahnya daya beli masyarakat. Rencana kenaikan tarif Pajak Pertambahan Nilai (PPN) menjadi 12 persen mulai Januari 2025, di tengah melemahnya daya beli masyarakat. Terungkapnya berbagai kasus korupsi yang mengurangi minat investor asing terhadap pasar modal Indonesia.

    Kinerja saham tiap sektor

    Sepanjang 2024, sektor saham yang memberikan keuntungan terbesar adalah energi, yakni naik sebesar 28,01%. Sektor lain yang mencatatkan kenaikan signifikan sepanjang 2024, antara lain sektor properti dan real estate (5,97%), kesehatan (5,84%), konsumer primer (1,64%), dan konsumer nonprimer (0,98%).

    Sektor yang mengalami penurunan terbesar, yakni transportasi dan logistik yang turun hingga 18,78%. Disusul sektor teknologi (-9,87%), infrastruktur (-5,81%), industri (-5,32%), finansial (-4,51%), dan material dasar (-4,25%).

    Saham terbanyak diborong asing

    Meskipun ada aliran dana asing yang keluar dan menekan IHSG, beberapa saham justru menarik perhatian investor asing dengan pembelian di atas Rp500 miliar dalam tiga bulan terakhir.

    Saham-saham yang menarik investor asing, antara lain PT Indofood Sukses Makmur Tbk (INDF), PT Astra International Tbk (ASII), PT XL Axiata Tbk (EXCL), PT Aneka Tambang Tbk (ANTM), dan PT United Tractors Tbk (UNTR). Semuanya berasal dari sektor yang cukup beragam.

    ASII dan UNTR berasal dari sektor industri, EXCL dari sektor infrastruktur (telekomunikasi), INDF dari sektor konsumsi non-siklikal, dan ANTM dari sektor industri dasar.

    Dari sisi rasio Price-to-Book Value (PBV), kelima saham tersebut tergolong murah dengan PBV sekitar 1x. Bahkan, mayoritas berada di bawah PBV industri.

    Selain itu, rasio harga saham terhadap laba (P/E) juga menunjukkan tren serupa. Meskipun EXCL dan ANTM memiliki P/E yang sedikit lebih tinggi dari rata-rata industri. Penilaian fundamental saham-saham ini bisa dipengaruhi oleh faktor lain seperti pertumbuhan pendapatan dan laba bersih perusahaan.

    Pada kuartal III-2024, ANTM mencatatkan kenaikan pendapatan tahunan (year-on-year/YoY) sebesar 40%, menjadi Rp43,2 triliun. Kenaikan harga emas global turut mendongkrak pendapatan ANTM sebagai produsen emas. Melihat kondisi geopolitik global yang belum stabil, emas tetap menjadi pilihan investasi yang menarik.

    Selain itu, laba bersih EXCL juga melonjak 30% menjadi Rp1,3 triliun dalam periode yang sama. Sektor telekomunikasi menjadi salah satu prioritas pemerintahan Presiden Prabowo Subianto dalam program digitalisasi, sehingga bisa berdampak positif bagi perusahaan telekomunikasi seperti EXCL.

    Berdasarkan Tim Analis Bareksa, kelima saham yang banyak dibeli oleh asing (ASII, UNTR, EXCL, INDF, dan ANTM) masih memiliki prospek menarik untuk 2025 dengan potensi kenaikan harga saham antara 10-35%.

    Investor dengan profil risiko agresif dapat mempertimbangkan untuk mulai mengoleksi saham-saham ini pada harga saat ini, mengingat IHSG yang masih berada di level rendah. Hal ini memberi kesempatan bagi investor untuk memanfaatkan momentum pembelian dengan potensi target harga yang lebih tinggi.

  • Volatilitas Pasar Modal Tahun 2024 Luar Biasa

    Volatilitas Pasar Modal Tahun 2024 Luar Biasa

    Jakarta, FORTUNE – Ketua Dewan Komisioner Otoritas Jasa Keuangan (OJK), Mahendra Siregar, menilai Pasar Modal Indonesia pada tahun 2024 mengalami volatilitas luar biasa. Hal ini tercermin dari pergerakan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG), yang sepanjang tahun menunjukkan fluktuasi signifikan di tengah tantangan perekonomian global.

    “IHSG tahun 2024 pada 30 Desember ditutup di level 7.079,91, turun 2,6 persen dibanding tahun lalu. Namun, posisi ini masih jauh di atas level terendah 6.726,92 yang terjadi pada 19 Juni 2024. Rentang sebesar 1.200 poin antara level tertinggi dan terendah mencerminkan volatilitas luar biasa di pasar modal,” kata Mahendra dalam pembukaan perdagangan Bursa Efek Indonesia 2025 di Gedung BEI, Kamis (2/1).

    Meski IHSG menunjukkan penurunan, nilai kapitalisasi pasar tetap tumbuh sebesar 6 persen, mencapai Rp12,3 ribu triliun. Angka ini setara dengan 56 persen dari Produk Domestik Bruto (PDB) nasional.

    Sepanjang 2024, pasar modal mencatatkan 199 penawaran umum dengan total nilai penghimpunan dana sebesar Rp259,24 triliun. Dari jumlah tersebut, terdapat 43 emiten baru dengan nilai Initial Public Offering (IPO) sebesar Rp16,68 triliun, sementara Penawaran Umum Terbatas (PUPS) mencatat nilai Rp41,77 triliun.

    Pada Bursa Karbon, hingga 27 Desember 2024, volume transaksi mencapai 908 ribu ton CO₂ ekuivalen, dengan total nilai transaksi akumulasi sebesar Rp50,64 miliar.

    Peningkatan investor ritel

    OJK juga mencatat, jumlah investor ritel juga menunjukkan peningkatan yang signifikan. Single Investor Identification (SID) mencapai 14,8 juta, meningkat 22,21 persen dibandingkan tahun sebelumnya. Meski begitu, Mahendra menyoroti beberapa tantangan yang masih perlu diatasi.

    “Indeks LQ45, yang berisi saham-saham perusahaan terbesar dan paling likuid, justru melemah 15,6 persen. Hal ini menunjukkan masih ada ruang perbaikan dalam ekosistem pasar modal kita,” katanya.

    Tantangan dan potensi pasar modal indonesia

    Mahendra membandingkan kontribusi kapitalisasi pasar modal terhadap PDB Indonesia dengan negara-negara tetangga. Saat ini, kontribusi tersebut baru mencapai 56 persen, jauh di bawah India (140 persen), Thailand (101 persen), dan Malaysia (97 persen).

    “Untuk merealisasikan potensi pertumbuhan pasar modal yang masih sangat besar, diperlukan penguatan ekosistem yang mendukung integritas pasar. Hal ini penting agar tercipta pasar modal yang well-functioning dan efisien,” kata Mahendra.

    Dengan berbagai potensi yang ada, OJK bersama seluruh pemangku kepentingan berkomitmen untuk memperkuat pasar modal pada 2025. Berbagai program strategis pemerintah akan diimplementasikan, dengan fokus pada peningkatan pendalaman pasar.

    “Kami akan meningkatkan kuantitas dan kualitas perusahaan tercatat, termasuk mendorong perusahaan dengan kapasitas lebih besar untuk melantai di bursa, serta meningkatkan porsi saham free float,” tutur Mahendra.

  • Harga Penutupan IHSG hari ini, 02 Jan 2025

    Saham teraktif pagi ini, 02 Jan 2025

    Jakarta, FORTUNE– Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) menguat hari ini 02 Jan 2025. Lantas, apa saja daftar saham teraktif dari sisi volume pada awal sesi I ini? Berapa masing-masing volume transaksinya?

    Daftar Saham Teraktif dari Sisi Volume Pagi Ini

    ilustrasi pergerakan saham (unsplash.com/Wance Paleri)

    IHSG dibuka menguat ke level pada pembukaan pagi ini. Selama satu jam perdagangan berjalan, nilai transaksi telah mencapai Rp. 720.498.402.000, sedangkan volume transaksi mencapai 15.897.803.

    Berikut lima saham saham teraktif dari sisi volume di awal perdagangan sesi I hari ini, berdasarkan data Indeks LQ45:

    Saham teraktif BBRI – Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk. 0.74% dengan volume transaksi 17.858.000 saham.Saham teraktif BBCA – Bank Central Asia Tbk. 1.03% dengan volume transaksi 11.659.800 saham.Saham teraktif BMRI – Bank Mandiri (Persero) Tbk. 0.88% dengan volume transaksi 8.943.800 saham.Saham teraktif TLKM – Telkom Indonesia (Persero) Tbk. 0.00% dengan volume transaksi 8.204.900 saham.Saham teraktif ERAA – Erajaya Swasembada Tbk. 5.45% dengan volume transaksi 8.011.700 saham.

    Demikian ulasan seputar daftar saham teraktif dari sisi volume dalam Indeks LQ45 pada pagi ini. Sebelum mengambil keputusan berinvestasi, selalu lakukan riset dan informasi terbaru secara hati-hati

  • IHSG diprediksi menguat terbatas seiring optimisme “January Effect”

    IHSG diprediksi menguat terbatas seiring optimisme “January Effect”

    Pada awal tahun 2025 ini, IHSG diperkirakan bergerak menguat terbatas

    Jakarta (ANTARA) – Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) Bursa Efek Indonesia (BEI) pada Kamis, diperkirakan bergerak menguat terbatas seiring optimisme adanya January Effect.

    IHSG dibuka menguat 29,36 poin atau 0,41 persen ke posisi 7.109,26. Sementara itu, kelompok 45 saham unggulan atau Indeks LQ45 naik 3,52 poin atau 0,43 persen ke posisi 830,17.

    “Pada awal tahun 2025 ini, IHSG diperkirakan bergerak menguat terbatas,” sebut Tim Riset Lotus Andalan Sekuritas dalam kajiannya di Jakarta, Kamis.

    Dari dalam negeri, pemerintah akhirnya mengumumkan penetapan Pajak Pertambahan Nilai (PPN) 12 persen hanya untuk barang mewah dan untuk barang sehari-hari yang menjadi kebutuhan masyarakat umum dipastikan tidak terdampak PPN 12 persen.

    Kategori barang mewah yang dimaksud tercantum dalam Peraturan Menteri Keuangan (PMK) nomor 15 tahun 2023.

    Pelaku pasar akan disuguhi sentimen penting pada sesi perdagangan perdana 2025, diantaranya data inflasi dan Purchasing Manager Indexs (PMI) Indonesia yang merupakan indikator penting ekonomi.

    Konsensus memperkirakan Indeks Harga Konsumen (IHK) pada periode Desember 2024 akan naik atau mengalami inflasi secara bulanan sebesar 0,47 persen month to month (mtm) dan 1,61 persen year on year (yoy).

    Pada hari ini juga, akan terdapat rilis data PMI Manufaktur Indonesia periode Desember 2024 yang diperkirakan akan berada di zona ekspansi, apabila terjadi, menjadi pertama kali sejak lima bulan beruntun berada di zona kontraksi.

    Dari mancanegara, untuk 2025, pelaku pasar memperkirakan The Fed akan memangkas 50 basis poin.

    Pelaku pasar diperkirakan akan mencermati valuasi yang tinggi dan ketidakpastian seputar kebijakan pajak dan tarif dari pemerintahan Presiden terpilih Donald Trump.

    Investor kini menunggu katalis baru untuk menggerakkan harga indeks. January effect menjadi salah satu yang diharapkan akan terjadi di 2025

    Sementara itu, bursa saham Amerika Serikat (AS) cemerlang sepanjang 2024 karena didorong oleh performa dari sektor teknologi.

    Meskipun tidak mengalami Santa Claus rally dan ditutup dalam zona pelemahan harian pada akhir tahun, Wall Street berhasil menunjukkan performa ciamik yang didorong oleh perkembangan Artificial Intelligence (AI) dan pemangkasan suku bunga oleh The Federal Reserve (The Fed).

    Pada akhir perdagangan Selasa (31/12), indeks S&P 500 turun 25,14 poin, atau 0,43 persen, dan ditutup pada level 5.881,80 poin, sementara Nasdaq Composite turun 175,99 poin, atau 0,90 persen ke posisi 19.310,79, Sementara, Dow Jones Industrial Average turun 28,46 poin, atau 0,07 persen menjadi 42.545,27

    Bursa saham regional Asia pagi ini antara lain, indeks Nikkei melemah 38662 poin atau 0,00 persen ke level 39.894,54, indeks Shanghai melemah 28,62 poin atau 0,85 persen ke posisi 3.323,14, indeks Kuala Lumpur menguat 7,79 poin atau 0,47 persen ke posisi 1.634,49, dan indeks Straits Times menguat 0,74 poin atau 0,02 persen ke 3.786,55.

    Pewarta: Muhammad Heriyanto
    Editor: Faisal Yunianto
    Copyright © ANTARA 2025

  • Kapitalisasi Pasar Modal RI Tembus Rp12.264 T per Akhir 2024

    Kapitalisasi Pasar Modal RI Tembus Rp12.264 T per Akhir 2024

    Jakarta, CNN Indonesia

    PT Bursa Efek Indonesia (BEI) mencatat kapitalisasi pasar modal (market cap) menembus Rp12.264 triliun per 27 Desember 2024.

    Rata-rata Nilai Transaksi Harian (RNTH) pasar modal Indonesia juga tercatat naik 19,6 persen (yoy) menjadi Rp12,85 triliun pada 2024, dari Rp10,75 triliun pada 2023.

    “Rata- rata transaksi kita tumbuh hampir 20 persen ke Rp12,85 triliun per hari. Surat utang kita transaksi per harinya Rp1,04 triliun. Non saham kita sudah Rp4,38 triliun, di dalam non saham ini ada Single Stock Futures (SSF)yang kita launching di November 2024 transaksi sudah Rp1,1 miliar,” ujar Direktur Utama BEI Iman Rachman dalam Konferensi Pers Peresmian Penutupan Perdagangan BEI di Jakarta, seperti dikutip Antara, Senin (30/12).

    Lonjakan juga terjadi pada RNTH untuk Efek Bersifat Utang dan Sukuk (EBUS) di Sistem Penyelenggara Pasar Alternatif (SPPA) sebesar 51,9 persen ke Rp1,04 triliun pada 2024.

    Selanjutnya, total nilai transaksi non saham (rights, warrant, Sructured Warrant (SW), SSF, Kontrak Investasi Kolektif (KIK) dan derivatif) tercatat senilai Rp4,38 triliun per 27 Desember 2024.

    Bursa karbon, instrumen yang relatif baru, juga berhasil mengumpulkan transaksi senilai Rp19,73 miliar per 27 Desember 2024.

    Hingga 27 Desember 2024, investor pasar modal Indonesia tercatat mencapai sebanyak 14,8 juta investor, dengan investor saham tercatat sebanyak 6,4 juta investor.

    Sepanjang tahun ini, pencatatan saham baru atau aksi Initial Public Offering (IPO) dilakukan oleh 41 perusahaan dengan dana terhimpun mencapai senilai Rp14,35 triliun, dengan pipeline (antrean) masih terdapat sebanyak 41 perusahaan.

    Dengan demikian, total perusahaan tercatat di pasar modal Indonesia tercatat sebanyak 943 perusahaan.

    Tahun ini, Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) juga mencatatkan rekor tertinggi sepanjang masa alias All Time High (ATH) di posisi 7.905 pada 19 September 2024.

    (sfr/sfr)

  • IHSG akhir tahun ditutup menguat ikuti mayoritas bursa kawasan Asia

    IHSG akhir tahun ditutup menguat ikuti mayoritas bursa kawasan Asia

    Sumber foto: Antara/elshinta.com.

    IHSG akhir tahun ditutup menguat ikuti mayoritas bursa kawasan Asia
    Dalam Negeri   
    Editor: Sigit Kurniawan   
    Senin, 30 Desember 2024 – 17:46 WIB

    Elshinta.com – Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) Bursa Efek Indonesia (BEI) pada Senin sore ditutup naik mengikuti penguatan mayoritas bursa saham kawasan Asia.

    IHSG ditutup menguat 43,33 poin atau 0,62 persen ke posisi 7.079,90. Sementara kelompok 45 saham unggulan atau indeks LQ45 naik 1,52 poin atau 0,18 persen ke posisi 826,62.

    “Kawasan Asia, pasar saham mencatatkan kinerja yang solid di tahun 2024, dengan indeks MSCI Asia Pasifik sudah naik sekitar 8 persen di tengah pelonggaran kebijakan moneter oleh bank sentral dan juga optimisme seputar Kecerdasan Buatan atau Artificial Intelligence (AI),” sebut Tim Riset Phillip Sekuritas Indonesia dalam kajiannya di Jakarta, Senin.

    Dari sisi makroekonomi, investor mencerna rilis data Industrial Production Korea Selatan yang keluar merosot 0,7 persen month to month (mtm), dibandingkan sebelumnya sebesar 0,1 persen year on year (yoy) pada November 2024.

    Sementara itu, penjualan ritel Korea Selatan naik 0,4 persen (mtm) pada November 2024, atau pulih dari penurunan 0,8 persen (mtm) pada Oktober 2024, menandakan pertumbuhan positif pertama dalam empat bulan terakhir.

    Dari Jepang, perhitungan akhir data Jibun Bank Manufacturing PMI berada di level 49,6 pada Desember 2024, atau sedikit di atas perhitungan awal 49,5 dan naik dari level 48,0 pada November 2024.

    Meskipun tertinggi sejak September 2024, data ini memperpanjang kontraksi di sektor manufaktur Jepang menjadi enam bulan beruntun.

    Dibuka melemah, IHSG bergerak ke teritori positif sampai penutupan sesi pertama perdagangan saham. Pada sesi kedua, IHSG masih betah di zona hijau hingga penutupan perdagangan saham.

    Berdasarkan Indeks Sektoral IDX-IC, sembilan sektor menguat dipimpin oleh sektor teknologi sebesar 2,67 persen, diikuti oleh sektor barang baku dan sektor kesehatan yang menguat sebesar 1,59 persen dan 1,31 persen.

    Sementara itu, dua sektor melemah yaitu sektor keuangan turun paling dalam minus 0,66 persen, diikuti oleh sektor industru yang turun sebesar 0,06 persen.

    Saham-saham yang mengalami penguatan terbesar yaitu WAPO, MMIX, KEJU, SSMS dan TRST. Sedangkan saham-saham yang mengalami pelemahan terbesar yakni VTNY, JGLE, ANDI, KREN dan XSSI.

    Frekuensi perdagangan saham tercatat sebanyak 1.001.000 kali transaksi dengan jumlah saham yang diperdagangkan sebanyak 24,71 miliar lembar saham senilai Rp12,11 triliun. Sebanyak 363 saham naik 261 saham menurun, dan 323 tidak bergerak nilainya.

    Bursa saham regional Asia sore ini antara lain, indeks Nikkei melemah 386,62 poin atau 0,96 persen ke level 38.894,54, indeks Shanghai menguat 7,19 poin atau 0,21 persen ke posisi 3.407,33, indeks Kuala Lumpur menguat 9,54 poin atau 0,59 persen ke posisi 1.637,68, dan indeks Straits Times menguat 9,08 poin atau 0,24 persen ke 3.780,71.

    Sumber : Antara

  • Wow! Kapitalisasi Pasar Modal Indonesia Rp12.264 Triliun

    Wow! Kapitalisasi Pasar Modal Indonesia Rp12.264 Triliun

    Jakarta: PT Bursa Efek Indonesia (BEI) mencatatkan kapitalisasi pasar modal (market cap) senilai Rp12.264 triliun per 27 Desember 2024.
     
    Rata-rata Nilai Transaksi Harian (RNTH) pasar modal Indonesia tercatat senilai Rp12,85 triliun pada 2024, atau meningkat 19,6 persen year on year (yoy) dibandingkan senilai Rp10,75 triliun pada 2023.
     
    “Rata- rata transaksi kita tumbuh hampir 20 persen ke Rp12,85 triliun per hari. Surat utang kita transaksi per harinya Rp1,04 triliun. Non saham kita sudah Rp4,38 triliun, di dalam non saham ini ada Single Stock Futures (SSF) yang kita launching di November 2024 transaksi sudah Rp1,1 miliar,” kata Direktur Utama BEI Iman Rachman dikutip dari Antara, Senin, 30 Desember 2024.
    Sementara itu, RNTH untuk Efek Bersifat Utang dan Sukuk (EBUS) di Sistem Penyelenggara Pasar Alternatif (SPPA) tercatat senilai Rp1,04 triliun pada 2024, atau meningkat 51,9 persen (yoy) dibandingkan senilai Rp686 miliar pada 2023.
     

     

    Investor pasar modal capai 14,8 juta

    Kemudian, total nilai transaksi non saham (rights, warrant, Structured Warrant (SW), SSF, Kontrak Investasi Kolektif (KIK) dan derivatif) tercatat senilai Rp4,38 triliun per 27 Desember 2024.
     
    Untuk produk derivatif baru yaitu Bursa Karbon tercatat total transaksi karbon senilai Rp19,73 miliar per 27 Desember 2024. Sampai 27 Desember 2024, investor pasar modal Indonesia tercatat mencapai sebanyak 14,8 juta investor, dengan investor saham tercatat sebanyak 6,4 juta investor.
     
    Terkait pencatatan saham baru atau aksi Initial Public Offering (IPO), sebanyak 41 perusahaan telah mencatatkan saham perdana di BEI dengan dana terhimpun mencapai senilai Rp14,35 triliun, dengan pipeline (antrean) masih terdapat sebanyak 41 perusahaan. Dengan demikian, saat ini total perusahaan tercatat di pasar modal Indonesia tercatat sebanyak 943 perusahaan.
     
    Lebih lanjut, Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) mencatatkan rekor tertinggi sepanjang masa atau All Time High (ATH) di posisi 7.905 pada 19 September 2024.
     
    Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
    dan follow Channel WhatsApp Medcom.id

    (HUS)

  • Ekspansi Produk Derivatif, BEI Target Rilis KBIA di Q1-2025

    Ekspansi Produk Derivatif, BEI Target Rilis KBIA di Q1-2025

    Jakarta, FORTUNE – PT Bursa Efek Indonesia (BEI) menargetkan untuk merilis produk derivatif Kontrak Berjangka Indeks Saham Asing (KBIA) atau foreign index futures pada kuartal I 2025.

    Sebagai langkah awal, BEI akan menggelar soft launching KBIA di penutupan perdagangan tahun 2024, Senin (30/12). Partner pertamanya adalah Indeks MSCI.

    “Kami mulai soft-launching untuk KBIA dari MSCI listed large caps, perusahaan tercatat dengan kapitalisasi pasar besar di Bursa Efek Hong Kong,” kata Iman di Gedung BEI.

    BEI sudah menandatangani kontrak lisensi dengan penyedia indeks yang bermarkas di New York itu. Ke depan, jumlah penyedia indeksnya pun akan bertambah, misalnya dengan menggandeng Indeks Hang Seng yang berbasis di Hong Kong atau Nikkei yang bermarkas di Jepang.

    Iman berujar, “Yang membedakan, bursa tanda tangani kontrak lisensi resmi dengan MSCI. Nanti dengan Hang Seng ataupun Nikkei akan lakukan hal serupa.”

    Langkah itu berkaitan dengan upaya memprbanyak produk derivatif di psar modal. Harapannya, semakin banyak produk derivatif, maka investor akan mempunyai lebih banyak alternatif pendanaan.

    Produk derivatif di pasar modal

    Di bursa sendiri, ada produk derivatif yang sudah dirilis lebih dulu, yakni waran terstruktur. Sepanjang 2024, ada 495 waran terstruktur yang sudah dicatatkan di bursa.

    Pada 2025, BEI berencana untuk menerbitkan tipe put warrant, yang mana memungkinkan investor memiliki hak untuk menjual underlying sekuritas (saham atau indeks efek) pada harga dan  jangka waktu tertentu. Itu kebalikan dari call warrant, yang memberi investor hak untuk membeli underlying sekuritas pada harga dan jangka waktu tertentu.

    “Jadi kalau sekarang, ketika kita punya waran terstruktur, itu lebih ke yang long. Artinya, ketika indeks naik, karena kita punya call structure warrant, maka call akan banyak. Tapi, ketika indeks turun, opsinya terbatas, karena tak bisa short,” jelas Iman.

    Dengan demikian, produk derivatif diharap dapat menjadi alternatif investasi bagi para investor, ketika indeks terkoreksi. 

    Adapun, selama 2024 ini, Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) telah melemah hampir 3 persen secara year to date atau per 30 Desember 2024 sore.