Topik: impor beras

  • Fokus Wujudkan Swasembada, Pemerintah Tegaskan Tak Impor Pangan

    Fokus Wujudkan Swasembada, Pemerintah Tegaskan Tak Impor Pangan

    Solo, Beritasatu.com – Menteri Koordinator Bidang Pangan Zulkifli Hasan memastikan pemerintah tidak akan melakukan impor berbagai komoditas pangan, seperti beras, jagung, kedelai, garam, dan gula. Hal ini disampaikan Zulhas saat membuka Musyawarah Nasional (Munas) Perpadi 2025 di Diamond Convention Center, Solo, Rabu (15/1/2025). 

    “Dipastikan tidak impor beras, kedelai, jagung, garam, dan gula. Maka kita harus bekerja sama untuk menyediakan pangan. Kalau tidak bisa menyediakan pangan, bagaimana kita tidak impor?” kata Zulhas dalam sambutannya. 

    Untuk mewujudkan swasembada pangan, pemerintah telah menyiapkan sejumlah langkah strategis. Fokus utama tahun ini adalah menyelesaikan pembangunan irigasi serta memperbaiki irigasi yang rusak. Selain itu, pemerintah meningkatkan alokasi pupuk dari 7 juta ton pada 2024 menjadi 9,55 juta ton pada 2025. 

    “Kita perbaiki distribusi pupuk. Sekarang tanggung jawab pupuk hanya di Kementerian Pertanian, yang didistribusikan oleh Pupuk Indonesia kepada petani,” jelas Zulhas. 

    Zulhas juga menegaskan pemerintah memahami keluhan petani. Presiden Prabowo Subianto mendukung penuh target swasembada pangan yang ditetapkan untuk tercapai pada 2027. 

    Sementara itu, Ketua Umum Perpadi Sutarto Alimoeso, menyatakan Perpadi siap mendukung kebijakan pemerintah untuk swasembada pangan. Namun, ia menekankan pentingnya kebijakan yang mendukung revitalisasi alat-alat pertanian dan penetapan harga pembelian beras oleh pemerintah. 

    “Perpadi harus menempatkan diri sebagai bagian dari bangsa untuk mendukung swasembada pangan secara berkelanjutan,” ujar Sutarto.

  • Kepala Bapanas: Kunci kemandirian pangan berada di desa

    Kepala Bapanas: Kunci kemandirian pangan berada di desa

    Jakarta (ANTARA) – Kepala Badan Pangan Nasional (Bapanas) Arief Prasetyo Adi menilai bahwa kunci kemandirian pangan terletak di desa, yang memegang peranan strategis sebagai ujung tombak penghasil pangan untuk mewujudkan ketahanan pangan berkelanjutan.

    “Kami percaya bahwa kunci kemandirian pangan nasional itu berada di desa. Oleh karena itu, dalam menguatkan swasembada pangan, kami mendukung sepenuhnya inisiatif dari semua pihak yang mendorong produktivitas dan kemandirian pangan,” kata Arief saat menghadiri Peringatan Hari Desa dan Festival Bangun Desa Bangun Negeri di Desa Cisaat, Subang, Jawa Barat sebagaimana keterangan di Jakarta, Rabu.

    Dia menyampaikan bahwa Pemerintah di bawah kepemimpinan Presiden Prabowo Subianto menaruh aspek ketahanan pangan sebagai prioritas utama penunjang perwujudan swasembada pangan.

    “Guna mendukung itu, Bapanas turut berkomitmen untuk mendukung terwujudnya visi swasembada pangan tersebut. Salah satunya melalui penguatan desa sebagai basis utama kemandirian pangan,” ujarnya.

    Sebagaimana arahan Presiden Prabowo, lanjut Arief, swasembada pangan perlu didorong dari tingkat desa, misalnya dengan pengembangan lumbung pangan. Sebagai ujung tombak penghasil pangan, desa memegang peranan strategis dalam mewujudkan ketahanan pangan yang berkelanjutan.

    Menurutnya, swasembada pun dapat dimulai dari tingkat desa yang mampu menunjang ketahanan pangan secara nasional.

    “Ini penting supaya cadangan pangan masyarakat desa selalu ada, sehingga hasil panen petani pun selalu terserap,” ujarnya.

    Berkaitan dengan itu, Bapanas telah memetakan untuk pengembangan Lumbung Pangan Masyarakat (LPM). Berdasarkan survei klasifikasi LPM yang dilakukan sampai November 2024, total LPM yang aktif di seluruh Indonesia ada sebanyak 1.751 yang tersebar pada 34 provinsi.

    LPM terbanyak ada di Provinsi Jawa Timur dengan 337 LPM. Sedangkan provinsi terbanyak kedua yakni Jawa Barat dengan 189 LPM.

    “Sementara petani yang ada di Kabupaten Subang telah memiliki program kerja sama ‘Mitra Tani’ bersama Perum Bulog dengan total luasan mencapai 100 hektare,” ucapnya.

    Dia menerangkan, LPM merupakan tempat penyimpanan hasil produksi petani yang dikombinasikan dengan fasilitasi alat dan mesin pengolahan. Ini dibangun untuk memperkuat Cadangan Pangan Masyarakat (CPM) sebagai bagian dari Cadangan Pangan Nasional.

    Arief menuturkan bahwa dengan adanya CPM dapat membantu antisipasi tatkala terjadi paceklik, fluktuasi harga, dan bencana.

    Selain LPM, lanjut Arief, pengembangan pangan berbasis sumber daya lokal di desa juga akan digalakkan. Ini karena pangan lokal termasuk penting dan strategis.

    “Kita akan dorong sepenuhnya pemanfaatan pangan lokal sebagai strategi jangka panjang dalam mendukung swasembada pangan. Ini telah sesuai amanat dalam Perpres 81 Tahun 2024,” terang Arief.

    Arief menyatakan bahwa LPM juga menjadi salah satu fokus dalam arahan Presiden Prabowo Subianto. Kepala Negara mendorong pengembangan lumbung pangan nasional hingga dapat menyentuh ke tingkat desa.

    Senada, Menteri Koordinator Bidang Pangan Zulkifli Hasan (Zulhas) menjelaskan semangat Presiden Prabowo dalam mewujudkan swasembada pangan.

    “Ini baru tiga bulan, (tapi) kita sudah putuskan tidak impor beras. Bapak Presiden bilang semangat dulu, kerja keras dulu, usaha dulu. Jangan sedikit-sedikit impor,” kata Zulhas.

    Zulhas menegaskan pentingnya mengawal program swasembada pangan agar terlaksana segera, hal itu sesuai arahan Presiden Prabowo demi terwujudnya ketahanan pangan nasional.

    “Presiden cintanya kepada rakyat luar biasa. Jangan kita sia-siakan, walaupun 1 detik untuk terus berjuang bersama-sama menuju swasembada pangan, sehingga Indonesia menjadi negara yang maju,” tambah Zulhas.

    Pewarta: Muhammad Harianto
    Editor: Evi Ratnawati
    Copyright © ANTARA 2025

  • Pengamat: Kenaikan HPP gabah jaga petani dapat insentif ekonomi

    Pengamat: Kenaikan HPP gabah jaga petani dapat insentif ekonomi

    Kenaikan HPP patut diapresiasi di saat ongkos produksi padi mengalami kenaikan

    Jakarta (ANTARA) – Pengamat pertanian dari Asosiasi Ekonomi Politik Indonesia (AEPI) Khudori mengatakan kenaikan harga pembelian pemerintah (HPP) untuk gabah kering panen (GKP) dan gabah kering giling (GKG) merupakan langkah untuk menjaga agar petani tetap mendapatkan insentif ekonomi yang memadai.

    Menurut Khudori, kenaikan HPP antara 8,3 persen hingga 10,8 persen juga sebagai wujud menjaga kegairahan petani dalam mengusahakan padi.

    “Kenaikan HPP patut diapresiasi di saat ongkos produksi padi mengalami kenaikan,” kata Khudori kepada ANTARA di Jakarta, Selasa.

    Khudori menyampaikan, kenaikan HPP gabah dan beras pengadaan Bulog tanpa disertai kenaikan harga eceran tertinggi (HET) beras (medium dan premium) dapat dianggap sebagai cara pemerintah untuk memberi peluang kepada dalam Bulog memaksimalkan pengadaan gabah/beras dari produksi domestik.

    Produksi beras diperkirakan akan melimpah pada Maret-Mei 2025. Menurut Khudori, ini periode terbaik bagi Bulog menyerap gabah atau beras.

    Lebih lanjut, Khudori menyebut, kebijakan kenaikan HPP tidak bisa dilepaskan dari tekad pemerintah untuk tidak lagi mengimpor beras tahun ini. Artinya, tidak akan ada penugasan impor beras kepada Bulog seperti dua tahun terakhir.

    “Tahun 2023 impor beras Bulog mencapai 3,06 juta ton dan tahun 2024 mencapai sekitar 3,5 juta ton. Karena tidak ada impor, Bulog harus memaksimalkan penyerapan produksi domestik,” ujar Khudori.

    Khudori berpendapat, saat penyerapan gabah atau beras Bulog dinilai memadai, pada saat itu pemerintah kemungkinan akan memberlakukan HET beras yang baru.

    Ia menjelaskan, gabah merupakan input dari produk beras. Di saat harga input atau bahan baku naik, maka harga output yakni beras dipastikan akan naik.

    “Bagi penggilingan padi, terutama penggilingan padi skala kecil, musim panen raya adalah waktunya bekerja. Peluang besar mereka untuk bisa mendapatkan gabah ya di musim panen raya ini,” ucapnya.

    Namun demikian, Khudori menyebut, apabila HET beras tidak dinaikkan, maka ada dua kemungkinan yang akan diambil oleh penggilingan, yakni menjual beras sesuai HET tapi mengorbankan kualitas serta menjual beras sesuai kualitas tapi dengan harga di atas HET.

    Pemerintah melalui Badan Pangan Nasional (Bapanas), menaikkan HPP dari Rp6.000 per kilogram menjadi Rp6.500 per kilogram untuk GKP di tingkat petani.

    Sedangkan GKP di penggilingan naik dari Rp6.100 per kilogram menjadi Rp6.700 per kilogram.

    Untuk pembelian beras di gudang BULOG naik dari Rp11 ribu per kilogram menjadi Rp12 ribu per kilogram dengan kualitas derajat sosoh 100 persen, dan maksimal kadar air, butir patah dan menir masing-masing sebesar 14 persen, 25 persen dan 2 persen.

    Pewarta: Maria Cicilia Galuh Prayudhia
    Editor: Faisal Yunianto
    Copyright © ANTARA 2025

  • Melihat pemanfaatan hutan untuk cadangan pangan Indonesia

    Melihat pemanfaatan hutan untuk cadangan pangan Indonesia

    Jakarta (ANTARA) – Pada era pemerintahan Presiden Prabowo Subianto, kerap kali kita mendengar salah satu program prioritas mewujudkan swasembada pangan sebagai dasar kedaulatan bangsa yang tertuang dalam Agenda Pembangunan Nasional 2025-2029.

    Presiden Prabowo menegaskan bahwa swasembada pangan merupakan fondasi perlindungan fisik bagi rakyat. Tanpa pangan yang cukup, negara tidak dapat menjamin keberlangsungan kehidupan warga masyarakat.

    Indonesia negara yang dianugerahi daratan yang membentang serta lautan luas mengelilingi negeri ini pun bisa dimanfaatkan untuk meningkatkan kemandirian pangan. Semua itu, dengan catatan pemanfaatan untuk swasembada pangan yang memiliki tujuan untuk kesejahteraan masyarakat ini dapat dikelola dengan melibatkan masyarakat serta mengutamakan keberlanjutan dan kelestarian lingkungan.

    Pemanfaatan hutan

    Baru-baru ini, Menteri Kehutanan Raja Juli Antoni mengatakan, pihaknya telah mengidentifikasi seluas 20 juta hektare hutan yang dapat dimanfaatkan sebagai kawasan cadangan pangan, energi dan air.

    Kawasan yang dimaksud adalah lahan yang teridentifikasi. Ide besar untuk dapat mendukung program swasembada pangan seiring dengan menjaga hutan. Perlu digarisbawahi bahwa upaya itu sebetulnya bukanlah deforestasi.

    Kemenhut memproyeksi seluas 1,1 juta hektare lahan yang bisa dimanfaatkan itu menghasilkan hingga 3,5 juta ton beras per tahun atau setara dengan total impor beras Indonesia pada 2023. Selain padi, pemerintah juga berencana menanam pohon aren sebagai sumber bioetanol.

    Satu hektare aren mampu menghasilkan 24 ribu kiloliter bioetanol. Jika kita menanam 1,5 juta hektare aren, kita bisa menghasilkan 24 juta kiloliter bioetanol yang dapat menggantikan impor BBM sebesar 26 juta kiloliter.

    Dengan konsep tersebut diharapkan bisa mendukung ketahanan pangan nasional dengan perluasan wilayah food estate hingga mencakup ke wilayah desa. Kementerian Kehutanan memiliki peran strategis dalam penyediaan lahan untuk program swasembada pangan.

    Melihat lebih jauh soal rencana pemanfaatan lahan hutan sebagai cadangan pangan, Guru Besar Kebijakan Kehutanan Fakultas Kehutanan dan Lingkungan IPB University Dodik Ridho Nurrochmat mengatakan rencana perluasan lahan kelapa sawit, pemanfaatan hutan sebagai cadangan pangan oleh pemerintah harus memerhatikan keberlanjutan serta kelestarian lingkungan.

    Dengan demikian, pemanfaatan hutan untuk cadangan pangan dapat berjalan beriringan dengan kelestarian lingkungan lewat intensifikasi lahan untuk peningkatan produktivitas, hilirisasi untuk peningkatan nilai tambah produk dan ekstensifikasi atau perluasan lahan pertanian untuk peningkatan produksi.

    Lebih jauh, ekstensifikasi perkebunan kelapa sawit dan cadangan pangan tidak selalu mengakibatkan deforestasi atau memicu kerusakan lingkungan, apabila dilakukan dengan perencanaan yang baik dan strategi yang tepat.

    Ekstensifikasi perkebunan kelapa sawit dan hutan cadangan pangan tidak menyebabkan deforestasi jika dilakukan di kawasan hutan yang tidak berhutan atau areal penggunaan lain (APL). Hal ini berdasarkan hasil evaluasi Rencana Kehutanan Tingkat Nasional (RKTN) Tahun 2024, karena tidak semua kawasan hutan secara fisik berhutan.

    Terdapat 29 juta hektare kawasan hutan yang tidak berhutan, dengan lokasi yang menyebar dan kondisi lapangan beragam, dan di antara kawasan hutan yang tidak berhutan tersebut ada yang berupa permukiman, kebun, sawah, maupun lahan telantar dan terdegradasi.

    Karena itu, agar lahan telantar di kawasan hutan tidak boleh dibiarkan tanpa pengelolaan, karena akan menjadi sumber konflik yang mengancam stabilitas sosial, ekonomi, maupun lingkungan.

    Di kawasan hutan produksi, lahan terdegradasi harus segera direhabilitasi dengan pohon dan tanaman komersial, termasuk kelapa sawit dan tanaman pangan, dengan agroforestri pola tertentu melalui skema multiusaha kehutanan, sehingga produktivitas hutan meningkat dan luasan tutupan hutan juga akan meningkat.

    Artinya, penanaman sawit dan tanaman pangan dengan pola agroforestri di kawasan hutan produksi yang terdegradasi justru berpotensi menghadirkan penghutanan kembali atau reforestasi, bukan konversi hutan atau deforestasi. Sementara lahan terdegradasi di kawasan hutan lindung dan konservasi harus direhabilitasi dengan pohon dan tanaman lain yang tidak mengakibatkan perubahan fungsi pokok kawasan.

    Sementara itu, ekonom dan pakar kebijakan publik dari Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jakarta (UPNVJ) Achmad Nur Hidayat mengatakan pemanfaatan 20 juta hektare hutan yang diidentifikasi oleh Kementerian Kehutanan sebagai cadangan pangan, energi, dan air memerlukan kajian mendalam mengenai keberlanjutan ekosistem hutan.

    Bila hutan-hutan yang itu berstatus hutan lindung, maka mengalihfungsikan untuk kebutuhan pangan dan lainnya dapat mengancam keberlangsungan ekosistem, sebab hutan lindung menjadi penjaga keseimbangan lingkungan, penyedia oksigen, pengatur tata air, serta habitat keanekaragaman hayati yang tinggi, mengurangi biodiversitas dan merusak habitat flora dan fauna yang menjadi ciri khas ekosistem tersebut.

    Pengalihfungsian hutan untuk pertanian intensif juga sering kali merusak struktur tanah, mengurangi kesuburannya dan meningkatkan risiko erosi, terutama di wilayah berbukit atau berlereng curam.

    Pemanfaatan hutan sebagai lahan produksi pangan, seringkali membuka peluang ekspansi besar-besaran oleh perusahaan besar yang bisa menggeser masyarakat lokal dan adat dari wilayah mereka. Hal ini bisa menimbulkan konflik sosial serta mengabaikan hak masyarakat adat yang sering kali bergantung pada hutan untuk mata pencaharian.

    Dengan ini perlu dipikirkan bagaimana pemanfaatan hutan sebagai cadangan pangan tetap sejalan dengan prinsip keberlanjutan, dengan tetap menjaga hutan lindung dan hutan konservasi dari perubahan fungsi. Bila terdapat lahan hutan yang mengalami kerusakan atau degradasi, langkah pertama adalah melakukan rehabilitasi untuk memulihkan fungsinya.

    Mengganti fungsi hutan lindung atau konservasi menjadi lahan pangan,energi, atau air bukanlah solusi yang berkelanjutan.

    Pemerintah mendorong intensifikasi pertanian di lahan yang sudah ada dengan memanfaatkan teknologi modern, meningkatkan efisiensi penggunaan lahan, memberdayakan petani melalui pendidikan dan pelatihan, sehingga hasil panen dapat ditingkatkan, tanpa perlu membuka lahan baru.

    Jika pemanfaatan hutan produksi dipilih sebagai cadangan pangan, maka pengelolaan harus dilakukan dengan pengawasan ketat. Pemegang izin pengelolaan hutan perlu diaudit secara berkala untuk memastikan tidak ada penyalahgunaan lahan, terutama pada era yang berdekatan dengan hutan lindung. Sanksi tegas juga diperlukan terhadap pelanggaran, termasuk izin pengelolaan bagi perusahaan yang tidak bertanggung jawab.

    Hal lain yang perlu diperhatikan adalah menggunakan pendekatan agroforestri, yakni mengintegrasikan tanaman pangan dengan pohon-pohon dalam satu kawasan, sehingga upaya memungkinkan produksi pangan dapat berjalan, tanpa menghilangkan fungsi ekologi hutan, seperti penyerapan karbon, konservasi tanah, dan pelestarian biodiversitas.

    Selain mengalihfungsikan hutan menjadi lahan produksi pangan, ada beberapa alternatif yang dapat dilakukan untuk memanfaatkan hutan secara bijaksana, yakni hutan produksi yang tidak dimanfaatkan dengan baik oleh pemegang hak pengelolaan dapat dijadikan area cadangan pangan. Meskipun demikian, hal ini harus dilakukan dengan prinsip kehati-hatian agar tidak membuka celah penyalahgunaan.

    Penilaian menyeluruh terhadap kondisi lahan, potensial memiliki dampak lingkungan, dan kapasitas pengelolaan harus dilakukan sebelum memutuskan pemanfaatannya.

    Alih-alih mengganti fungsi hutan, hasil hutan non-kayu, seperti madu, getah, buah-buahan, dan obat-obatan herbal dapat dikembangkan. Sebab, pengelolaan hasil hutan non-kayu yang berkelanjutan dapat mendukung ketahanan pangan, tanpa merusak fungsi ekologi hutan.

    Lahan kritis atau terdegradasi di luar kawasan hutan dapat direhabilitasi untuk dijadikan lahan pertanian produktif. Pendekatan ini lebih ramah lingkungan dibandingkan mengubah fungsi hutan. Selain itu, teknologi pertanian modern, seperti pertanian vertikal, hidroponik, dan akuaponik, dapat menjadi solusi untuk meningkatkan produksi pangan tanpa memerlukan ekspansi lahan.

    Dengan berbagai usulan serta rekomendasi, diharapkan program swasembada pangan dapat berjalan baik di Indonesia, dengan tetap mengedepankan prinsip keberlanjutan dan kebermanfaatan bagi rakyat Indonesia.

    Editor: Masuki M. Astro
    Copyright © ANTARA 2025

  • RI Setop Impor Beras, Bapanas: Harga Beras Dunia Ikut Turun

    RI Setop Impor Beras, Bapanas: Harga Beras Dunia Ikut Turun

    Bisnis.com, JAKARTA — Badan Pangan Nasional (Bapanas) menyebut langkah Presiden Prabowo Subianto untuk menyetop keran impor beras pada 2025 turut mempengaruhi penurunan harga beras di pasar internasional.

    Kepala Bapanas Arief Prasetyo Adi mengatakan bahwa kebijakan tersebut memicu harga beras di pasar dunia yang ikut turun.

    “Begitu Pak Menko [Zulkifli Hasan] sampaikan bahwa kita tidak mengimpor empat produk pangan, salah satunya beras. Beras dari beberapa negara turun mulai dari US$640 per metrik ton, turun lagi ke US$590–US$490. Hari ini sudah dekat-dekat di US$400-an. Jadi luar biasa kebijakan kita hari ini,” ungkap Arief, dikutip dari keterangan resmi pada Minggu (12/1/2025).

    Menurut data perkembangan harga beras putih 5% (Free on Board) dari beberapa negara, Arief menuturkan bahwa rata-rata harga beras dari Thailand, Vietnam, Pakistan, dan Myanmar pada Januari 2024 berada di rentang harga US$622–US$655 per metrik ton. 

    Adapun, per 19 Desember 2024 merupakan momen setelah pengumuman setop impor beras Indonesia, yang juga mulai menurun di kisaran US$455–US$514 per metrik ton.

    Bapanas mencatat tren harga beras putih semakin menurun pada 8 Januari 2025 menjadi US$430–US$490 per metrik ton.

    Berdasarkan The FAO All Rice Price Index (FARPI) menyebutkan Indeks di Desember 2024 menurun 1,2% dibandingkan bulan sebelumnya menjadi 119,2 poin. Secara setahun penuh, rata-rata indeks FARPI di 2024 masih lebih tinggi 0,8% dibandingkan 2023.

    “Harga beras di dunia turun, namun harga petani kita disesuaikan lebih baik lagi, menjelang panen raya tahun ini,” ujarnya.

    Dia menjelaskan bahwa kesejahteraan petani padi tercermin dari perkembangan indeks Nilai Tukar Petani Pangan (NTPP). NTPP di Februari 2024 adalah 120,30 menjadi paling tinggi dibandingkan NTPP bulan-bulan sebelumnya selama lima tahun terakhir. Sementara itu, NTPP di Desember 2024 dengan angka 108,90.

    Di sisi lain, Bapanas menyampaikan bahwa kondisi di hilir juga cukup baik dengan inflasi yang terus dijaga dan dikendalikan pemerintah. Tingkat inflasi umum secara tahunan di 2024 menjadi yang terbaik sejak 1958 dengan raihan 1,54%.

    “Tugas kami di Badan Pangan Nasional dan Bulog mempersiapkan penyerapan berasnya. Jadi panen gabah petani kita harus terserap sesuai perintah Bapak Presiden Prabowo,” jelasnya.

    Menteri Koordinator bidang Pangan Zulkifli Hasan (Zulhas) sebelumnya menegaskan bahwa pemerintah akan menghentikan impor empat komoditas pangan pada 2025. Keempat komoditas tersebut terdiri dari beras, jagung, gula, dan garam.

    Zulhas menuturkan bahwa Presiden Prabowo Subianto telah menyetujui agar tak ada lagi kegiatan impor beras, jagung, gula, hingga garam pada tahun ini.

    “Alhamdullilah dalam ratas yang pertama kami sudah memutuskan, yang pertama dulu tidak impor beras, ya, Pak Mentan, ya? Tahun depan tidak impor beras, jagung, tambah gula untuk konsumsi, tambah garam,” kata Zulhas usai menghadiri Rapat Terbatas (ratas) di Istana Negara, Senin (30/12/2024).

    Ketua Umum Partai Amanat Nasional (PAN) itu juga menjelaskan komitmen untuk mewujudkan swasembada pangan tersebut salah satunya dengan mengurangi ketergantungan impor pangan yang dimulai pada 2025.

    Adapun, upaya penghentian impor ini guna mencapai visi swasembada pangan yang menjadi program prioritas utama pemerintah.

  • Pemerintah Klaim Harga Beras Dunia Turun Sejak RI Stop Impor Beras – Halaman all

    Pemerintah Klaim Harga Beras Dunia Turun Sejak RI Stop Impor Beras – Halaman all

    TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA – Pemerintah RI mengklaim harga beras dunia mengalami penurunan usai Indonesian menghentikan impor beras pada tahun ini.

    Kepala Badan Pangan Nasional (Bapanas) Arief Prasetyo Adi mengatakan, harga beras dunia turun dari 640 dolar Amerika Serikat (AS) per metrik ton menjadi sekitar 400 dolar AS metrik ton.

    “Ternyata kebijakan kita turut memicu harga beras di pasar dunia turun,” kata Arief saat Rapat Koordinasi Bidang Pangan di Banten, dikutip dari siaran pers pada Sabtu (11/1/2025).

    “Beras dari beberapa negara turun mulai dari 640 dolar AS per metrik ton, turun lagi ke 590 dolar AS sampai 490 dolar AS. Hari ini sudah dekat-dekat di 400-an dolar AS. Jadi luar biasa kebijakan kita hari ini,” jelasnya.

    Berdasarkan data perkembangan harga beras putih 5 persen (Free on Board) dari beberapa negara yang dihimpun Bapanas, rata-rata harga beras dari Thailand, Vietnam, Pakistan, dan Myanmar pada Januari 2024 berada di rentang harga 622 sampai 655 dolar AS per metrik ton.

    Kemudian, per 19 Desember 2024 yang merupakan momen setelah pengumuman stop impor beras Indonesia, harga mulai menurun di rentang 455 sampai 514 dolar AS per metrik ton.

    Di bulan ini, India sudah mulai membuka keran ekspornya. Tren harga beras putih pun semakin menurun pada 8 Januari 2025 menjadi rentang 430 sampai 490 dolar AS per metrik ton.

    Sementara itu, menurut data The FAO All Rice Price Index (FARPI), indeks di Desember 2024 menurun 1,2 persen dibandingkan bulan sebelumnya menjadi 119,2 poin.

    Namun dilihat secara setahun penuh, rata-rata indeks FARPI di 2024 masih lebih tinggi 0,8 persen dibandingkan 2023.

    “Harga beras di dunia turun, namun harga petani kita disesuaikan lebih baik lagi, menjelang panen raya tahun ini. Sekali lagi terima kasih kebijakan kepada petani Indonesia,” ujar Arief.

    Target Produksi

    Sebagaimana diketahui, Menteri Koordinator Bidang Pangan Zulkifli Hasan (Zulhas) menargetkan, produksi beras untuk konsumsi dalam negeri akan mencapai 32 juta ton di 2025.

    Zulhas bilang, di tahun 2025 Indonesia akan menutup impor beras sebab produksinya diyakini akan jauh lebih banyak dibandingkan kebutuhan dalam negeri sebesar 31 juta ton.

    Namun, impor beras yang akan disetop adalah beras konsumsi. Beras basmati yang biasanya digunakan di restoran masih akan didatangkan dari luar negeri.

    “Itu beras yang dimakan biasanya kalau ke restoran Jepang itu masih dikit-dikit impornya masih ada. Biasanya beras basmati. Kita tidak bisa bikin, itu ada (impor tahun depan, red), tapi sedikit,” katanya ketika memberi sambutan dalam acara Indonesia Marine & Fisheries Business Forum di Jakarta Selatan, Selasa (10/12/2024).

    Jadi, beras basmati tidak akan disetop impornya karena menurut Zulhas jika itu juga ikut dihentikan, Indonesia akan dikenakan sanksi.

    Selain itu, beras basmati juga digunakan untuk nasi biryani. Jika impor ini disetop, Zulhas mengatakan Indonesia bisa “dimarahi” India dan Pakistan.

    “Kalau nanti restoran-restoran (yang menyediakan nasi) biryani dan sebagainya perlu beras basmati, kalau kita tidak kasih itu nanti Pakistan, India, Bangladesh bisa marah sama kita.”

    “(Impor tetap dilakukan) tapi volumenya kecil,” ujar pria yang juga Ketua Umum Partai Amanat Nasional (PAN) itu. 

    Bisa Hemat Devisa

    Indonesia diproyeksikan mampu menghemat devisa hingga puluhan triliun usai menghentikan impor beras, gula, garam dan jagung.

    Menurut Menteri Perdagangan Budi Santoso, penghentian impor empat komoditas tersebut membuat Indonesia bisa menghemat devisa hingga 5,2 miliar dolar SS atau sekitar Rp 84,1 triliun dengan asumsi kurs Rp 16.188/dolar AS.

    “Penghematan ini bisa digunakan untuk keperluan lain, misalnya (penyediaan) pupuk untuk pertanian maupun kebutuhan perikanan,” kata Budi dalam Rapat Koordinasi Bidang Pangan di Surabaya, Jawa Timur, dikutip dari siaran pers pada Rabu (8/1/2025).

    Berdasarkan catatannya, selama 2020–2024, Indonesia mengimpor beras, gula, garam, dan jagung dalam nilai yang cukup besar.

    Meskipun begitu, pada periode tersebut, tren impor gula dan garam cenderung turun.

    Dalam rangka mencapai target swasembada pangan pada 2027, Budi menyoroti sejumlah komoditas yang sudah diekspor.

    Misalnya, minyak kelapa sawit (Crude Palm Oil/CPO) yang pangsa pasar ekspornya secara nasional sebesar 11,2 persen.

    Sementara itu, di Jawa Timur sendiri, CPO menempati posisi pertama ekspor produk pangan. 

    Setelah CPO, ada ikan dan ikan olahan, gula, susu, bawang merah, kedelai, jagung, serta daging ayam yang sudah diekspor. 

    “Artinya, sudah banyak contoh komoditas yang sudah swasembada pangan. Sehingga, kalau komoditas yang lain juga akan swasembada, saya pikir itu bisa kita lakukan,” ujar Budi.

    Guna mendukung penyimpanan pasokan barang kebutuhan pokok (bapok), Kemendag mempersiapkan gudang-gudang program Sistem Resi Gudang (SRG) agar dapat digunakan sebagai penyimpanan komoditas pertanian.

    Terdapat enam gudang SRG aktif, 17 flat, dan satu silo SRG pada posisi idle (belum beroperasi) di Jawa Timur. Kapasitas total gudang SRG idle di wilayah Jawa Timur sendiri mencapai 25.900 ton.

     

     

     

  • Video: Wamendag SBY Ungkap Cara RI Swasembada & Setop Impor Beras Cs

    Video: Wamendag SBY Ungkap Cara RI Swasembada & Setop Impor Beras Cs

    Jakarta, CNBC Indonesia- Wakil Menteri Perdagangan RI 2011-2014, Bayu Krisnamurthi memandang rencana pemerintahan Prabowo untuk mencapai target swasembada pangan cuku realistis. Hal ini berdasarkan keberhasilan Indonesia sebelumnya mencapai swasembada beras, daging ayam, telur ayam hingga sejumlah komoditas buah-buahan, meski untuk komoditas tertentu seperti jagung, keledai, gula maka produksi dalam negeri masih sangat kurang.

    Terdapat sejumlah hal yang harus diperhatikan pemerintah dalam merealisasikan target swasembada pangan dan penghentian impor pangan. Hal ini terkait strategi stok pangan di Bulog, perkiraan produksi pangan yang tepat dengan pemanfaatan teknologi serta memastikan harga pangan di masyarakat tetap terjaga.

    Dalam menjaga produksi pangan persoalan lahan dan irigasi disebut Bayu sangat penting untuk diselesaikan agar target peningkatan produksi dapat tercapai

    Seperti apa prospek dan tantangan RI menghentikan impor pangan dan mencapai target swasembada pangan? Selengkapnya simak dialog Bramudya Prabowo dengan Wakil Menteri Perdagangan RI 2011-2014, Bayu Krisnamurthi dalam Squawk Box,CNBCIndonesia (Kamis, 09/01/2025)

  • Stok Tersedia Tidak Ada Hambatan di Musim Tanam

    Stok Tersedia Tidak Ada Hambatan di Musim Tanam

    Serang, Beritasatu.com – Menteri Koordinator (Menko) Bidang Pangan, Zulkifli Hasan (Zulhas) memastikan stok pupuk bersubsidi di Provinsi Banten tersedia sehingga tidak ada hambatan dalam menghadapi musim tanam. Hal ini disampaikan Menko Pangan saat mengunjungi Gudang Lini III Sumurpecung, Kota Serang, usai Rapat Koordinator Bidang Pangan di Pendopo Gubernur Banteng, Jumat (10/1/2025).

    “Ketika melihat pemaparan dari pupuk (Pupuk Indonesia, Red), sistem distribusinya, pergudangannya, angkutannya, saya kira aman. Secara umum, tanggal 10 Januari, barang sudah banyak, sehingga tidak akan ada hambatan pupuk di musim tanam,” ujar Menko Pangan di hadapan awak media.

    Ia pun mengapresiasi kerja keras Pupuk Indonesia dalam mempersiapkan stok pupuk bersubsidi di seluruh Indonesia sesuai dengan regulasi yang ditentukan. Dengan dukungan banyak stakeholder, termasuk Pupuk Indonesia, Menko Pangan semakin optimistis target swasembada pangan tercapai di tahun 2027.

    “Saya tambah PD (Percaya Diri), tambah yakin, kita tidak akan impor beras lagi, tidak perlu menunggu lama, karena semangatnya sudah sama. Terima kasih Pak Dirut Pupuk Indonesia, saya apresiasi kerja keras Bapak. Semangatnya kita percepatan swasembada pangan tahun 2027,” tandas Menko Pangan.

    Sementara itu, Direktur Utama Pupuk Indonesia, Rahmad Pribadi menambahkan bahwa, gudang yang dikunjungi Menko Pangan merupakan salah satu gudang Pupuk Indonesia yang ada di Banten. Khusus di Provinsi Banten, Pupuk Indonesia memiliki sebanyak delapan gudang, 14 distributor, 441 kios pengecer, 11 sebelas petugas lapangan untuk memastikan distribusi pupuk bersubsidi di Provinsi Banten lancar sesuai amanah Pemerintah.

    “Gudang ini berkapasitas 8.000 ton, isinya penuh, stoknya cukup. Jadi tidak hanya sistemnya bagus, tapi stoknya juga ada. Bagi petani yang mau menebus, kita siap melayani,” tandas Rahmad.

    Adapun stok pupuk bersubsidi di Provinsi Banten per tanggal 9 Januari 2025 mencapai 14.155 ton. Rinciannya pupuk Urea sebanyak 9.962,9 ton, stok ini lima kali lebih banyak atau 501 persen dari ketentuan minimum yang diatur Pemerintah sebanyak 1.989,4 ton. Berikutnya pupuk NPK sebesar 4.032,1 ton atau 310 persen dari syarat minimal 1.300,3 ton, dan pupuk organik 160 ton.

    Rahmad juga mengungkapkan, keberhasilan Pupuk Indonesia menyalurkan pupuk bersubsidi sejak awal tahun merupakan dukungan banyak pihak, mulai dari Kementerian Koordinator Bidang Pangan, Kementerian Pertanian, dan Kementerian BUMN Republik Indonesia.

    “Hasilnya sangat luar biasa, tanggal 1 Januari, petani di seluruh Indonesia sudah bisa menebus. Ini sudah kita buktikan, kalau berkolaborasi, satu visi kita bisa jalan,” ujarnya.

    Terakhir ia juga mendorong petani di Indonesia untuk mengoptimalkan stok pupuk bersubsidi yang telah disiapkan. Adapun realisasi penebusan pupuk bersubsidi di Banten per tanggal 8 Januari 2025 untuk pupuk Urea mencapai 1.923,5 ton, NPK sebanyak 1.541 ton, serta organik 5 ton. 

    “Pupuk Indonesia juga berkolaborasi dengan Pemerintah Provinsi Banten untuk optimalisasi penebusan pupuk bersubsidi melalui sejumlah program. Kami berharap petani bisa mengoptimalkan stok ini untuk mendukung percepatan swasembada pangan,” pungkasnya.

  • Bapanas Sebut Harga Beras Dunia Turun setelah Indonesia Umumkan Stop Impor Beras

    Bapanas Sebut Harga Beras Dunia Turun setelah Indonesia Umumkan Stop Impor Beras

    Jakarta, Beritasatu.com – Kepala Badan Pangan Nasional (Bapanas) Arief Prasetyo Adi menyampaikan, kebijakan menghentikan impor beras yang diterapkan oleh Pemerintah Indonesia di bawah Presiden Prabowo Subianto, telah memberikan dampak signifikan pada penurunan harga beras dunia di pasar internasional.

    “Keputusan ini berpengaruh pada turunnya harga beras di pasar dunia. Begitu diumumkan bahwa kita menghentikan impor untuk empat produk pangan, termasuk beras,” ungkap Arief dikutip dari Antara, Sabtu (11/1/2025).

    Menurut Arief, harga beras dari beberapa negara penghasil beras mengalami penurunan signifikan. Harga yang sebelumnya berada di kisaran US$ 640 per metrik ton turun menjadi US$ 590, bahkan menyentuh angka US$ 490 per metrik ton.

    “Hari ini, harga sudah mendekati US$ 400 dolar AS per metrik ton. Ini menunjukkan kebijakan kita berhasil memberikan dampak positif,” tambah Arief.

    Data dari Bapanas menunjukkan bahwa harga rata-rata beras putih dengan kadar pecah 5% (free on board) dari negara-negara, seperti Thailand, Vietnam, Pakistan, dan Myanmar pada Januari 2024 berkisar antara US$ 622 hingga US$ 655 per metrik ton.

    Namun, setelah pengumuman penghentian impor beras pada Desember 2024, harga beras dunia mulai turun ke kisaran US$ 455 hingga US$ 514 per metrik ton.

    Pada awal Januari 2025, tren ini terus berlanjut, dengan harga beras putih turun lagi menjadi US$ 430 hingga US$ 490 per metrik ton, seiring dengan dibukanya kembali ekspor beras dari India.

    Berdasarkan The FAO All Rice Price Index (Farpi), indeks harga beras global pada Desember 2024 mengalami penurunan sebesar 1,2% dibandingkan bulan sebelumnya, menjadi 119,2 poin. Namun, rata-rata indeks sepanjang 2024 masih tercatat lebih tinggi 0,8% dibandingkan 2023.

    Arief juga menegaskan bahwa penyesuaian harga beras dunia ini tetap diiringi upaya menjaga harga gabah petani di dalam negeri agar lebih menguntungkan, terutama menjelang panen raya.

    Kesejahteraan petani tercermin dalam nilai tukar petani pangan (NTPP) yang mencapai 120,30 pada Februari 2024, angka tertinggi dalam lima tahun terakhir. Pada Desember 2024, NTPP masih stabil di atas 100 dengan nilai 108,90.

    Dari sisi hilir, tingkat inflasi tahunan pada 2024 tercatat sebagai yang terendah sejak 1958, yakni 1,54%. Badan Pusat Statistik (BPS) menyebut salah satu faktor utama terkendalinya inflasi adalah stabilnya harga pangan sepanjang tahun.

    “Kami ingin menciptakan ekosistem pangan yang ideal. Petani terus berproduksi dengan harga yang menguntungkan, sementara konsumen menikmati harga stabil,” ujar Arief dalam menanggapi harga beras dunia setelah Indonesia terapkan kebijakan impor beras.

  • RI setop impor beras, harga beras dunia terpengaruh turun

    RI setop impor beras, harga beras dunia terpengaruh turun

    Kepala Badan Pangan Nasional (Bapanas) Arief Prasetyo Adi dalam Rapat Koordinasi Bidang Pangan Provinsi Banten bersama Menteri Koordinator Bidang Pangan Zulkifli Hasan dan pihak terkait lainnya di Pendopo Gubernur, Serang, Banten, Jumat (10/1/2025). ANTARA/HO-Humas Bapanas

    Bapanas: RI setop impor beras, harga beras dunia terpengaruh turun
    Dalam Negeri   
    Editor: Sigit Kurniawan   
    Jumat, 10 Januari 2025 – 22:49 WIB

    Elshinta.com – Kepala Badan Pangan Nasional (Bapanas) Arief Prasetyo Adi mengatakan bahwa tekad menyetop importasi beras yang digagas Pemerintahan Presiden Prabowo Subianto dilaporkan turut mempengaruhi penurunan harga beras di pasar internasional.

    “Izin Pak Menko Pangan, ternyata kebijakan kita turut memicu harga beras di pasar dunia turun. Begitu Pak Menko sampaikan bahwa kita tidak mengimpor empat produk pangan, salah satunya beras,” kata Arief dalam Rapat Koordinasi Bidang Pangan Provinsi Banten bersama Menteri Koordinator Bidang Pangan Zulkifli Hasan dan pihak terkait lainnya di Pendopo Gubernur, Serang, Banten, Jumat (10/1).

    Arief menyampaikan bahwa beras dari beberapa negara turun mulai dari 640 dolar AS per metrik ton turun ke 590 dolar AS hingga 490 dolar AS per metrik ton.

    “Hari ini sudah dekat-dekat di 400-an dolar AS (per meterik ton). Jadi luar biasa kebijakan kita hari ini,” beber Arief sebagaimana keterangan diterima di Jakarta.

    Berdasarkan data perkembangan harga beras putih 5 persen (Free on Board) dari beberapa negara yang dihimpun tim Bapanas, lanjut Arief, terlihat rata-rata harga beras dari Thailand, Vietnam, Pakistan, dan Myanmar pada Januari 2024 berada di rentang harga 622 dolar AD sampai 655 dolar AS per metrik ton.

    Kemudian per 19 Desember 2024 yang merupakan momen setelah pengumuman setop impor beras Indonesia, juga mulai turun ke rentang 455 dolar AS sampai 514 dolar AS per metrik ton.

    “Di bulan ini, India sudah mulai membuka keran ekspornya. Tren harga beras putih pun semakin menurun pada 8 Januari 2025 menjadi rentang 430 sampai 490 dolar AS per metrik ton,” terangnya.

    Sementara itu, berdasarkan The FAO All Rice Price Index (FARPI) menyebutkan Indeks di Desember 2024 turun 1,2 persen dibandingkan bulan sebelumnya menjadi 119,2 poin. Namun dilihat secara setahun penuh, rerata indeks FARPI di 2024 masih lebih tinggi 0,8 persen dibandingkan tahun 2023.

    “Harga beras di dunia turun, namun harga petani kita disesuaikan lebih baik lagi, menjelang panen raya tahun ini. Sekali lagi terima kasih kebijakan kepada petani Indonesia,” sebut Arief.

    Kesejahteraan petani padi dapat tercermin dari perkembangan indeks Nilai Tukar Petani Pangan (NTPP). NTPP di Februari 2024 yakni 120,30 menjadi paling tinggi dibandingkan NTPP bulan-bulan sebelumnya selama 5 tahun terakhir. NTPP di Desember 2024 pun cukup baik dengan masih menorehkan lebih dari 100 dengan angka 108,90.

    Sementara kondisi di hilir juga cukup baik dengan inflasi yang terus dijaga dan dikendalikan pemerintah. Tingkat inflasi umum secara tahunan di 2024 menjadi yang terbaik sejak tahun 1958 dengan raihan 1,54 persen.

    Terkendalinya tingkat inflasi disebut Badan Pusat Statistik (BPS), salah satunya dipengaruhi penurunan harga komoditas pangan yang lebih stabil selama 2024 dalam 2 tahun terakhir.

    “Tentu kita ingin terus membentuk ekosistem pangan yang ideal. Di hulu, petani kita terus berproduksi dan memperoleh harga yang baik. Di hilir pun inflasi pun terkendali dengan baik,” kata Arief.

    “Nah kalau sudah seperti ini, tugas kami di Badan Pangan Nasional dan Bulog mempersiapkan penyerapan berasnya. Jadi panen gabah petani kita harus terserap sesuai perintah Bapak Presiden Prabowo,” tambah Arief.

    Sumber : Antara