Topik: impor beras

  • RI Impor Cabai hingga Bawang Merah, Begini Datanya

    RI Impor Cabai hingga Bawang Merah, Begini Datanya

    Jakarta

    Indonesia melakukan importasi untuk sejumlah komoditas pangan, mulai dari susu, cabai, beras, kedelai, daging sapi, telur hingga bawang merah. Berdasarkan catatan Badan Pusat Statistik (BPS) selama periode Januari-Maret 2025, beberapa komoditas impor mengalami kenaikan.

    Untuk importasi cabai Januari-Maret 2025 sebanyak 13.629 ton, lebih tinggi dibandingkan periode yang sama tahun lalu sebanyak 9.693 ton. Kenaikannya 155%.

    Adapun negara asal impor cabai terbanyak dari India sebanyak 10.072 ton, China 3.555 ton, Malaysia 3 ton, Jepang 9 kilogram (kg), dan lainnya 306 kg.

    Indonesia juga tercatat impor bawang merah. Sepanjang Januari-Maret 2025 tercatat sebanyak 1.011 ton bawang merah yang diimpor dari India, China dan Thailand. Padahal tahun lalu Indonesia tidak melakukan impor bawang merah.

    Kemudian impor susu juga tercatat mengalami kenaikan dibandingkan periode yang sama tahun lalu. Sepanjang Januari-Maret 2025, impor susu tercatat 79.713 ton, naik dari tahun lalu 78.899 ton.

    Asal negara impor susu terbanyak dari Selandia Baru 50.464 ton, Australia 10.245 ton, Amerika Serikat (AS) 5.295 ton, Malaysia 4.707 ton, Belgia 5.646 ton, dan lainnya 3.353 ton.

    Kemudian impor gandum dan meslin tercatat mencapai 2.666.946 ton, turun dibandingkan tahun lalu 3.614.051 ton. Asal negara impor gandum dan meslin dari Australia, Argentina, Kanada, Brasil, AS, dan lainnya.

    Impor kedelai tahun ini tercatat 652.525 ton, turun dari tahun lalu 678.227 ton. Asal negara impor kedelai, AS, Kanada, Bolivia, Malaysia, Jepang, dan lainnya.

    Jagung juga diimpor dari berbagai negara sebanyak 196.402 ton, naik dibandingkan Januari-Maret 2024 sebanyak 238.320 ton. Asal negara impor jagung, Argentina, AS, Thailand, Brasil, Malaysia, dan lainnya.

    Impor gula tahun ini mencapai 760.477 ton, lebih rendah dibandingkan periode yang sama tahun lalu 1,22 juta ton. Kemudian impor bawang putih juga tercatat turun dari 67.222 ton, menjadi 40.738 ton.

    Impor telur unggas juga dilakukan Indonesia, yakni sebanyak 599 ton tahun ini. Lebih banyak dibandingkan tahun lalu 406 ton. Asal negaranya yakni India, Jerman, AS, dan lainnya.

    Sementara impor jenis lembu hanya dari Australia 31.744 ton. Kemudian impor daging jenis lembu tahun ini 31.723 ton, naik dari tahun lalu 11.945 ton. Sumber impor daging jenis lembu dari Australia, Jepang, AS, Selandia Baru, India dan lainnya.

    Beras impor yang masuk tahun ini tercatat jauh lebih rendah dibandingkan tahun lalu. BPS mencatat Indonesia melakukan impor beras sebanyak 112.123 ton pada Januari-Maret 2025.

    Negara asal beras terbanyak dari Vietnam yakni 25.050 ton, kedua Thailand 25.044 ton. Ketiga impor beras dari Myanmar 17.860 ton, Pakistan 17.376 ton, Singapura 233 kilogram (kg), dan lainnya 26.793 ton.

    (ada/kil)

  • Beras Impor Masuk RI 112 Ribu Ton Tahun Ini, Ada dari Singapura

    Beras Impor Masuk RI 112 Ribu Ton Tahun Ini, Ada dari Singapura

    Jakarta

    Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat Indonesia melakukan impor beras sebanyak 112.123 ton pada Januari-Maret 2025. Negara asal beras terbanyak dari Vietnam yakni 25.050 ton, kedua Thailand 25.044 ton.

    Ketiga impor beras dari Myanmar 17.860 ton, Pakistan 17.376 ton, Singapura 233 kilogram (kg), dan lainnya 26.793 ton.

    Kemudian, dilihat dari jenis beras yang diimpor, BPS mencatat terbanyak adalah beras setengah giling dengan nomor HS 10063099 sebanyak 69.750 ton. Kedua impor beras pecah untuk pakan hewan sebanyak 41.580 ton. Indonesia juga impor beras basmati sebanyak 739 ton.

    Sementara untuk impor beras pada Maret 2025 sebanyak 16.180 ton. Lebih rendah dibandingkan dengan Februari 2025 sebanyak 16.581 ton atau turun 2,41%.

    Jika dibandingkan dengan importasi periode yang sama Januari-Maret 2024, jumlahnya lebih rendah 97,15%. Dalam data volume impor komoditas pangan Maret 2025 milik BPS, impor beras sepanjang Januari-Maret 2024 mencapai 1,4 juta ton.

    Periode yang sama tahun lalu, Indonesia juga terbanyak impor beras dari Thailand sebanyak 654.495 ton, Vietnam 358.636 ton, Myanmar 207.431 ton, Pakistan 224.857, dan Singapura 60 kilogram (kg).

    (kil/kil)

  • Zulhas Optimistis Indonesia Tak Impor Beras hingga 2026, Swasembada di Depan Mata – Halaman all

    Zulhas Optimistis Indonesia Tak Impor Beras hingga 2026, Swasembada di Depan Mata – Halaman all

    TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA – Kabar menggembirakan datang dari sektor pangan nasional. Menteri Koordinator Bidang Pangan, Zulkifli Hasan (Zulhas), menyatakan keyakinannya bahwa Indonesia tidak perlu lagi melakukan impor beras hingga tahun depan.

    Pernyataan ini disampaikan Zulhas menjelang acara Halalbihalal dan Pengumuman Pengurus DPP PAN di Jakarta, Minggu (20/4/2025).

    Menurutnya, hasil serapan beras nasional sejauh ini sudah sangat menjanjikan. Hingga April 2025, serapan beras nasional sudah mencapai 1,5 juta ton dan ditargetkan tembus 2 juta ton pada akhir tahun ini.  

    “Saya barusan ditelepon Mentan, Mentan lagi di Makassar sana. Wamentan besok ada di Sukabumi. Mentan melaporkan pada kami, kita sampai akhir April ini sudah berhasil menyerap 1,5 juta (ton) beras yang baru. Baru sampai April nih,” kata Zulhas.

    Zulhas menilai capaian tersebut menjadi bukti nyata bahwa swasembada pangan bukan lagi mimpi. 

    Ia menyebut, jika dengan capaian 1,5 juta ton saja kebutuhan dalam negeri bisa tertutupi, maka tambahan hingga 2 juta ton di akhir tahun akan memperkuat posisi Indonesia sebagai negara mandiri pangan.

    “Bahasa terangnya kita kalau dikatakan swasembada sudah kita capai sampai April, itu contohnya,” ujarnya.

    MENKO ZULKIFLI HASAN – Ketua Umum PAN sekaligus Menteri Koordinator bidang Pangan Zulkifli Hasan (Zulhas) pada acara halal bihalal DPP PAN, Jakarta Selatan, Minggu (20/4/2025). Ia mengatakan Indonesia tidak akan impor beras sampai tahun depan. (Tribunnews.com/Rahmat W. Nugraha)

    Ia menambahkan, keberhasilan ini tak lepas dari sejumlah langkah strategis, seperti pemangkasan birokrasi yang menghambat, hingga distribusi pupuk yang lebih merata dan efisien.

    “Insya Allah di akhir tahun, produksi kita akan meningkat lagi. Ini bukti pelayanan yang baik, dan arah kebijakan pangan yang semakin jelas,” tutup Zulhas.

    Prabowo target Swasembada Pangan 2025, Impor Beras hingga Gula Dihentikan

    Apa yang disampaikan Zulhas juga sejalan dengan target ambisius Presiden Prabowo Subianto yang menegaskan bahwa pemerintah tidak akan lagi mengimpor beras, jagung, gula konsumsi, dan garam mulai tahun 2025.

    “Kalau swasembada pangan, saya juga gembira. Target yang saya berikan 4 tahun, tapi saya percaya akan tercapai jauh sebelum tahun keempat,” kata Prabowo saat meresmikan puluhan proyek strategis bidang ketenagalistrikan di Sumedang, Jawa Barat, pada 20 Januari 2025 lalu.

    “Saya dapat laporan dari menteri-menteri bidang pangan bahwa sebelum tahun kedua kita sudah swasembada pangan. Kita tidak akan impor pangan lagi. Energi saya kira dengan kemampuan kita menuju swasembada energi dalam waktu tidak lama,” tambah Prabowo.

    Bahkan, Wakil Menteri Pertanian Sudaryono menegaskan bahwa perintah untuk menghentikan impor pangan adalah mandat langsung dari Presiden Prabowo-Gibran.

    “Ini target namanya perintah (dari Prabowo) nih, kita tidak boleh impor beras di tahun ini 2025. Tidak impor beras, tidak impor jagung, tidak impor gula konsumsi, dan tidak impor garam konsumsi,” kata Sudaryono usai bertemu Menteri Sosial Saifullah Yusuf atau Gus Ipul di Kantor Kementerian Sosial, Jakarta, 20 Januari 2025.

     

  • Swasembada Pangan Tercapai, Zulhas Setop Impor Beras hingga 2026

    Swasembada Pangan Tercapai, Zulhas Setop Impor Beras hingga 2026

    Jakarta, Beritasatu.com – Tingkat penyerapan beras di Indonesia hingga April 2025 diklaim mencapai 1,5 juta. Karena itu, pemerintah pastikan bakal setop mengimpor beras hingga tahun  2026.

    “Saya barusan ditelepon Mentan (Menteri Pertanian Amran Sulaiman), Wamentan (Wakil Menteri Pertanian Sudaryono), melaporkan pada kami, kita sampai akhir April ini sudah berhasil menyerap 1,5 juta beras yang baru. Baru sampai April nih,” kata Menteri Koordinator Bidang Pangan Zulkifli Hazan alias Zulhas di acara halalbihalal PAN, Minggu (20/4/2025).

    Meski demikian, Zulhas berharap tingkat serapan beras di Tanah Air bisa meningkat, yakni 2 juta ton pada akhir tahun.

    Zulhas menyampaikan bahwa target swasembada pangan sudah berhasil dicapai hingga April 2025.

    Ia menilai hal itu merupakan hasil dari pelayanan yang baik, seperti penyaluran pupuk yang cepat dan pemangkasan rantai birokrasi yang sebelumnya panjang.

    Saat ini, pemerintah juga tengah gencar membangun irigasi, yang sebelumnya terkendala aturan berbelit-belit, misalnya pembangunan irigasi untuk lahan seluas 1.000 hektare harus melalui bupati dan 3.000 hektare harus melalui gubernur.

    Aturan tersebut kini telah disederhanakan, sehingga semua pekerjaan bisa langsung dilakukan oleh PU.

    Zulhas meyakini bahwa pada akhir tahun produksi beras akan kembali meningkat. Menurutnya, hal ini menjadi contoh nyata dari peningkatan pelayanan yang dilakukan pemerintah.

  • Menko Zulhas: Insyaallah Kita Tidak Akan Impor Beras Sampai Tahun Depan – Halaman all

    Menko Zulhas: Insyaallah Kita Tidak Akan Impor Beras Sampai Tahun Depan – Halaman all

    TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA – Ketua Umum Partai PAN sekaligus Menteri Koordinator bidang Pangan Zulkifli Hasan (Zulhas) meyakini Indonesia tidak akan impor beras sampai tahun depan.

    Adapun harapan itu disampaikan Menko Zulhas kepada awak media pada acara halal bihalal DPP PAN, Jakarta  Selatan, Minggu (20/4/2025).

    “Hari ini kami mengundang kepala daerah, juga menteri-menteri yang dari PAN, selain silaturahmi IdulFitri, kita menekankan di bawah kepemimpinan Pak Prabowo, beliau presiden, mengandalkan kepada kita untuk berbuat yang terbaik bagi kepentingan masyarakat,” kata Zulhas kepada awak media.

    Misalnya, kata Zulhas pihaknya dipercaya mengkoordinasi di bidang pangan, pangan dalam arti luas. Ada karbohidrat, protein, ada ekosistem pangan di desa yang harus mandiri. 

    “Alhamdulillah, misalnya dengan diberikan harga yang bagus, Rp 6.500, di tingkat petani, itu sekarang semangat kegiatan di desa masyarakat luar biasa,” terangnya.

    Kemudian Zulhas mengatakan dirinya baru saja dihubungi Menteri Pertanian (Mentan) Andi Amran Sulaiman.

    “Mentan lagi di Makassar sana, Wamentan besok ada di Sukabumi, melaporkan kepada kami, kita sampai akhir April ini sudah berhasil menyerap 1,5 juta (Ton) beras yang baru,” kata Zulhas.

    Atas hal itu ia menyakini Indonesia bisa swasembada beras.

    “Baru sampai April ini, berarti kalau akhir tahun, kalau 2 juta (Ton beras), 99,9 akan tercapai (Swasembada). Dengan 1,5 juta (Ton) beras saja, artinya insyaallah kita tidak akan impor beras sampai tahun depan. Bahasa terangnya, kita kalau dikatakan swasembada sudah kita capai, sampai April,” kata Zulhas.

    “Itu contohnya, karena kita memberikan pelayanan yang baik pupuknya cepat, rantai birokrasi yang panjang kita potong, sekarang lagi kencang membangun irigasi, irigasi juga aturannya berbelit-belit, harus bupati kalau 1000 hektare, 3000 hektare harus gubernur, ini kita pangkas,” imbuhnya.

    Atas hal itu ia meyakini di akhir tahun kita akan meningkat lagi produksi beras.

    “Itu contoh pelayanan yang baik,” tandasnya.

  • Terungkap Alasan RI Masih Buka Keran Impor di Tengah Wacana Swasembada Pangan

    Terungkap Alasan RI Masih Buka Keran Impor di Tengah Wacana Swasembada Pangan

    Bisnis.com, JAKARTA – Asosiasi Ekonomi Politik Indonesia (AEPI) ungkap alasan mengapa pemerintah masih membuka keran impor untuk sejumlah komoditas pangan di tengah wacana swasembada pangan.

    Pengamat Pertanian dari AEPI Khudori menyampaikan, kegiatan importasi untuk sejumlah komoditas pangan memang perlu dilakukan lantaran kurangnya produksi dalam negeri ataupun produk tersebut tidak dapat dihasilkan oleh Indonesia.

    “Misal jagung, yang diimpor itu jagung pangan bukan untuk pakan. Bawang putih ya produksi lokal hanya 4%-5%, mau enggak mau ya impor,” kata Khudori kepada Bisnis, Kamis (17/4/2025).

    Untuk komoditas pangan lainnya, Khudori melihat adanya peluang untuk mencapai swasembada. Misalnya untuk daging dan kedelai, Khudori melihat adanya peluang untuk mencapai swasembada, meski diakuinya tidak mudah. Menurutnya, hal tersebut membutuhkan kebijakan yang konsisten dan komprehensif. 

    Dalam catatan Bisnis, Indonesia berencana mengimpor tujuh komoditas pangan untuk memenuhi stok cadangan pangan tahun ini. Komoditas itu mulai dari beras khusus, jagung, kedelai, bawang merah, bawang putih, daging sapi dan kerbau, serta gula konsumsi.

    Merujuk Proyeksi Neraca Pangan Nasional 2025 yang diolah Badan Pangan Nasional (Bapanas) per Maret 2025, pemerintah berencana mendatangkan beras dari luar negeri sebanyak 416.220 ton hingga Desember 2025.

    Namun, impor beras pada 2025 hanya untuk kebutuhan beras industri dan beras khusus. Mengingat, Indonesia tahun ini telah berkomitmen untuk menutup keran impor beras umum atau cadangan beras pemerintah (CBP).

    “Tidak ada impor beras umum atau CBP 2025, impor beras 2025 hanya merupakan impor beras industri dan beras khusus,” demikian bunyi Proyeksi Neraca Pangan Nasional 2025 yang diterima Bisnis dari Bapanas, Jumat (11/4/2025).

    Lebih lanjut, pemerintah hingga akhir 2025, juga berencana untuk mendatangkan 859.933 ton jagung dari luar negeri, 2,05 juta ton kedelai, 495 ton bawang merah, dan 587.277 ton bawang putih. 

    Kemudian, 485.031 ton daging ruminansia seperti daging sapi dan kerbau, serta gula konsumsi sebanyak 190.000 ton tahun ini.  

    Kepala Bapanas Arief Prasetyo Adi sebelumnya menegaskan, pemerintah tetap mengutamakan produksi pangan dalam negeri. Neraca komoditas yang disusun pun, kata dia, tentunya selalu mengusung semangat melindungi petani dan peternak Indonesia. 

    “Produksi dalam negeri itu selalu menjadi yang utama. Nomor satu itu. Adapun kalau belum cukup atau insufficient, nah itu baru dipikirkan pengadaan dari luar negeri. Jadi pengadaan dari luar negeri itu adalah alternatif terakhir,” jelas Arief dalam keterangannya, dikutip Jumat (11/4/2025).

  • Penjelasan Mentan soal Prabowo Mau Hapus Kuota Impor

    Penjelasan Mentan soal Prabowo Mau Hapus Kuota Impor

    Jakarta

    Menteri Pertanian (Mentan) Andi Amran Sulaiman menerangkan rencana Presiden Prabowo Subianto menghapus kuota impor. Menurut Amran, hal tersebut tak lepas demi kepentingan rakyat.

    Amran menerangkan regulasi yang akan dibuat pemerintah ke depan, baik impor maupun ekspor untuk meningkatkan kesejahteraan petani dan menggerakkan ekonomi rakyat.

    “Seluruh regulasi yang kita bangun, kepentingan rakyat. Jangan ada kepentingan oknum. Jadi prinsip bekerja kita adalah bagaimana meningkatkan kesejahteraan petani Indonesia, untuk pangan dan menggerakkan ekonomi ke rakyat. Itu kita ke sana,” kata Amran saat ditemui di kantornya, Jakarta Selatan, Kamis (17/4/2025).

    Amran pun mencontohkan untuk komoditas beras. Amran menyebut Indonesia saat ini telah mengalami surplus beras dan stok beras di gudang Bulog tertinggi dalam 20 tahun terakhir. Menurut Amran, dengan kondisi tersebut Indonesia dapat menutup keran impor beras.

    Hal serupa terjadi pada ekspor kelapa. Amran menerangkan pemerintah mempermudah ekspor kelapa di saat harganya sedang tinggi. Untuk itu, dia menilai apapun regulasi yang diambil pemerintah ke depan demi menguntungkan rakyat.

    “Jadi yang dimaksud Bapak adalah mana yang menguntungkan rakyat Indonesia, apapun modelnya, mau impor, mau ekspor mana yang menguntungkan rakyat,” terang Amran.

    Saat ditanya mengenai rencana Prabowo yang juga menghapus pertimbangan teknis (Pertek), Amran menerangkan regulasi yang menghambat lebih baik dipangkas saja. Dia pun telah memangkas sebanyak 240 regulasi, termasuk regulasi untuk penyaluran pupuk subsidi.

    “Jadi regulasi yang menghambat, ngapain? Kita bypass aja. Contoh pupuk. Pupuk ini ada 12 Menteri harus setuju tanda tangan, 38 Gubernur, 500 Bupati dan Wali Kota. Tanda tangan baru pupuknya sampai ke lapangan. Perpres diterbitkan beliau (Prabowo, Permentan yang mengikuti. Dari (Kementerian) Pertanian setuju ke Pupuk Indonesia, langsung ke Gapoktan,” jelas Amran.

    Setidaknya ada 145 regulasi yang menghambat penyaluran pupuk subsidi tersebut dipangkas. Amran pun menyebut terjadi peningkatkan produksi beras sebesar 62%.

    “Bayangkan 145 regulasi menjadi satu Perpres keluar. Itulah mungkin contoh yang diberikan Bapak (Prabowo). Apa yang terjadi? Produksi kita naik berapa? 62%. Itu kata BPS,” imbuh Amran.

    Lihat juga Video ‘Kata AHY Soal Prabowo Minta Keran Impor Dibuka Lebar’:

    (rea/rrd)

  • RI Impor 7 Komoditas Pangan Tahun Ini: Beras Khusus hingga Gula Konsumsi

    RI Impor 7 Komoditas Pangan Tahun Ini: Beras Khusus hingga Gula Konsumsi

    Bisnis.com, JAKARTA – Indonesia berencana mengimpor tujuh komoditas pangan guna memenuhi stok cadangan pangan tahun ini. Komoditas itu mulai dari beras, jagung, kedelai, bawang merah, bawang putih, daging sapi dan kerbau, serta gula konsumsi.

    Merujuk Proyeksi Neraca Pangan Nasional 2025 yang diolah Badan Pangan Nasional (Bapanas) per Maret 2025, pemerintah berencana mendatangkan beras dari luar negeri sebanyak 416.220 ton hingga Desember 2025.

    Namun, impor beras pada 2025 hanya untuk kebutuhan beras industri dan beras khusus. Mengingat, Indonesia tahun ini telah berkomitmen untuk menutup keran impor beras umum atau cadangan beras pemerintah (CBP).

    “Tidak ada impor beras umum atau CBP 2025, impor beras 2025 hanya merupakan impor beras industri dan beras khusus,” demikian bunyi Proyeksi Neraca Pangan Nasional 2025 yang diterima Bisnis dari Bapanas, Jumat (11/4/2025).

    Lebih lanjut, pemerintah hingga akhir 2025, juga berencana untuk mendatangkan 859.933 ton jagung dari luar negeri, 2,05 juta ton kedelai, 495 ton bawang merah, dan 587.277 ton bawang putih. Kemudian, 485.031 ton daging ruminansia seperti daging sapi dan kerbau, serta gula konsumsi sebanyak 190.000 ton tahun ini. 

    Adapun, importasi dilakukan lantaran stok yang ada saat ini tidak cukup untuk memenuhi kebutuhan konsumsi. Komoditas kedelai misalnya. Masih merujuk data Proyeksi Neraca Pangan Nasional 2025, stok awal 2025 tercatat sebanyak 313.665 ton dengan perkiraan produksi kedelai tahun ini mencapai 78.376 ton.

    Sementara itu, kebutuhan tahunan untuk komoditas ini mencapai 2,62 juta ton sehingga diperlukan pengadaan dari luar negeri untuk memenuhi kebutuhan tersebut.

    Adapun, Kepala Bapanas Arief Prasetyo Adi sebelumnya menegaskan, pemerintah tetap mengutamakan produksi pangan dalam negeri. Neraca komoditas yang disusun pun, kata dia, tentunya selalu mengusung semangat melindungi petani dan peternak Indonesia.

    “Produksi dalam negeri itu selalu menjadi yang utama. Nomor satu itu. Adapun kalau belum cukup atau insufficient, nah itu baru dipikirkan pengadaan dari luar negeri. Jadi pengadaan dari luar negeri itu adalah alternatif terakhir,” jelas Arief dalam keterangannya, dikutip Jumat (11/4/2025).

    Dia menuturkan, proyeksi yang disusun pemerintah memuat angka-angka yang kredibel dengan tetap melindungi kepentingan produsen dalam negeri. Arief memastikan, pengadaan luar negeri akan diupayakan tidak memberi dampak disruptif.

    Berikut daftar tujuh komoditas yang diimpor Indonesia tahun ini:

    1. Beras 416.220 ton

    2. Jagung 859.933 ton

    3. Kedelai 2,05 juta ton

    4. Bawang Merah 495 ton

    5. Bawang putih 587.277 ton

    6. Daging sapi-kerbau 485.031 ton

    7. Gula konsumsi 190.000 ton

  • Prabowo Setop Keran Impor Beras, Produksi Dalam Negeri Aman?

    Prabowo Setop Keran Impor Beras, Produksi Dalam Negeri Aman?

    Bisnis.com, JAKARTA – Pemerintahan Presiden Prabowo Subianto kian serius dalam menjalankan komitmennya untuk menutup keran impor beras konsumsi. Lantas, apakah produksi beras dalam negeri sudah dapat memenuhi kebutuhan nasional?

    Melalui Instruksi Presiden (Inpres) No.6/2025, pemerintah mempertegas ketahanan pangan nasional dan pencapaian swasembada beras dengan memastikan penyerapan gabah dan beras petani lokal secara optimal.

    Kepala Badan Pangan Nasional (Bapanas) Arief Prasetyo Adi menyampaikan, kebijakan ini menjadi pedoman pemerintah dan Perum Bulog untuk menyerap hasil panen petani dalam negeri secara maksimal.

    “Pemerintah telah berkomitmen tidak ada impor beras lagi. Jadi produksi dalam negeri harus mampu memenuhi kebutuhan kita,” kata Arief dalam keterangannya, Selasa (8/4/2025).

    Melalui beleid ini, pemerintah kembali menegaskan target pengadaan beras dalam negeri sebanyak 3 juta ton di 2025. Pemerintah melalui Perum Bulog menyerap hasil panen petani dengan Harga Pembelian Pemerintah (HPP) Rp6.500 per kilogram (kg) untuk gabah kering panen (GKP) dengan segala kualitas di tingkat petani.

    Adapun, pengadaan beras dalam negeri oleh Perum Bulog berdasarkan penugasan Bapanas. Penugasan itu diputuskan dalam rapat koordinasi bidang pangan.

    Pada awal 2025, kementerian/lembaga di bawah Kementerian Koordinator Bidang Pangan telah menyepakati Perum Bulog menyerap 3 juta ton beras.

    Pemerintah kemudian menerbitkan sejumlah kebijakan demi mendukung pencapaian target tersebut. Salah satunya, dengan menerbitkan Keputusan Kepala Badan Pangan Nasional No.14/2025 tentang Perubahan atas Keputusan Kepala Badan Pangan Nasional No.2/2025 tentang Perubahan atas Harga Pembelian Pemerintah dan Rafaksi Harga Gabah dan Beras.

    Melalui beleid itu, pemerintah mencabut rafaksi harga pembelian pemerintah (HPP) gabah dan menetapkan harga gabah kering panen (GKP) di tingkat petani sebesar Rp6.500 per kg.

    Bapanas juga menetapkan HPP beras di gudang Perum Bulog Rp12.000 per kg dengan standar kualitas yaitu derajat sosoh minimal 100% yang kemudian disesuaikan menjadi 95%, kadar air 14%, butir patah maksimal 25%, dan butir menir maksimal 25%.

    Arief mengatakan, penyesuaian ini dilakukan atas permintaan Menteri Pertanian (Mentan) Andi Amran Sulaiman dan Perkumpulan Pengusaha Penggilingan Padi dan Beras (Perpadi).

    “Jadi atas permintaan Menteri Pertanian dan teman-teman Perpadi, derajat sosoh yang sebelumnya 100% kita turunkan menjadi 95%, sehingga diharapkan bisa membantu penyerapan Bulog,” kata Arief dalam keterangannya, dikutip Jumat (31/1/2025).

    Penyerapan Gabah

    Sementara itu, Pengamat Pertanian dari Center of Reform on Economics (Core) Indonesia Eliza Mardian mengatakan, sudah seharusnya Bulog mengoptimalkan penyerapan gabah dalam negeri. Mengingat, selama ini cadangan beras pemerintah 80% dipenuhi melalui impor, bukan penyerapan dalam negeri.

    “Saatnya Bulog untuk mengoptimalkan menyerap gabah di dalam negeri,” kata dia kepada Bisnis, Kamis (10/4/2025).

    Lebih lanjut, Eliza menyebut bahwa Perum Bulog telah mendapatkan dukungan dari sejumlah kementerian/lembaga. Dalam hal ini, Kementerian Pekerjaan Umum maupun Kementerian BUMN telah mendukung Perum Bulog dengan menyediakan gudang-gudang penyimpanan, serta Kemenkeu telah mendukung dari sisi pendanaan.

    Dia mengatakan, tugas Perum Bulog saat ini adalah mencari cara agar dapat menjangkau seluruh sentra-sentra produksi di Indonesia. Mengingat, gedung Bulog tak selalu tersedia di daerah sentra produksi sehingga dibutuhkan percepatan untuk menyerap gabah-gabah petani.

    Petani menjemur gabah hasil panen di Majalengka, Jawa Barat, Sabtu (5/4/2024).

    Menurutnya, Bulog dapat melakukan jemput bola seperti yang dilakukan para tengkulak, mengingat petani terbiasa menjual hasil panen di lahan. Cara ini juga dinilai memudahkan para petani lantaran tidak harus membawa hasil panennya ke penggilingan-penggilingan.

    “Berarti kan tinggal Bulog bagaimana mereka bisa menjemput bola, gabah-gabah milik petani,” ujarnya.

    Selain itu, jika Bulog berbenah dan melakukan percepatan penyerapan dengan memanfaatkan berbagai macam instrumen yang ada, dia optimistis Perum Bulog dapat menjalankan penugasan tersebut.

    “Dan ini akan menguntungkan dari sisi petani juga, karena mereka akan dari sisi kepastian pasar, mereka juga mendapatkan kepastian pasar dan juga adanya kepastian harga,” tuturnya

    Proyeksi Produksi

    Lantas, bagaimana proyeksi produksi beras dalam negeri di tengah kebijakan setop impor beras?

    Sebelumnya, Menteri Koordinator Bidang Pangan Zulkifli Hasan optimistis produksi beras nasional akan mencapai 32,8 juta ton pada 2025. Proyeksi ini seiring dengan diyakini adanya peningkatan produksi saat musim panen.

    Produksi beras dalam negeri diperkirakan cukup bagus tahun ini. Berdasarkan hasil Survei Kerangka Sampel Area (KSA) 2025, total produksi padi diperkirakan mencapai 34,47 juta ton GKP atau melampaui target awal yang ditetapkan.

    Jika produksi padi dikonversikan menjadi beras untuk konsumsi masyarakat, produksi beras sementara pada periode Januari-Mei 2025 mencapai 16,62 juta ton beras.

    Jumlah tersebut meningkat 1,83 juta ton beras atau 12,40% dibandingkan produksi beras pada periode yang sama tahun lalu yang tercatat sebanyak 14,78 juta ton beras.

  • Perbaiki Kesejahteraan Petani untuk Capai Swasembada Pangan

    Perbaiki Kesejahteraan Petani untuk Capai Swasembada Pangan

    PIKIRAN RAKYAT – Anggota Komisi IV DPR RI, Rokhmin Dahuri, menegaskan bahwa indikator utama ketahanan pangan nasional tidak hanya bergantung pada tingkat produksi, tetapi juga mencakup kesejahteraan petani serta keberlanjutan sistem pangan secara menyeluruh. Hal ini disampaikannya saat mengikuti Kunjungan Kerja Reses Komisi IV DPR RI ke Gudang Beras Bulog di Kota Medan, Sumatera Utara, Rabu, (9/4/2025).

    “Indikator ketahanan pangan itu pertama, produksi nasional harus lebih besar daripada konsumsi. Kedua, petani, nelayan, peternak, dan produsen pangan lainnya harus sejahtera. Jangan sampai produksi kita melimpah tapi pelaku utamanya tetap hidup melarat. Ketiga, keberhasilan tersebut harus berkelanjutan,” ujar Rokhmin.

    Ia mengungkapkan bahwa Indonesia saat ini memiliki tantangan besar dalam mewujudkan ketahanan pangan sejati. Salah satunya adalah ketidaksesuaian antara pernyataan kebijakan dan realisasi di lapangan. Ia menyinggung janji pemerintah pada akhir 2024 untuk tidak mengimpor empat komoditas pangan strategis yaitu beras, jagung, gula, dan daging. Namun nyatanya impor tetap dilakukan.

    “Bulan desember lalu pemerintah bersumpah tidak akan impor beras, jagung, gula, dan daging pada tahun 2025. Tapi nyatanya, bulan lalu kita impor 200 ribu ton. Kami di Komisi IV merasa tertampar. Kalau memang tidak bisa memenuhi, jangan buat janji yang tidak realistis,” tegasnya.

    Terkait kondisi saat ini, Rokhmin menjelaskan bahwa produksi beras nasional masih menjadi komoditas paling siap. Menurut data Kementerian Pertanian, proyeksi produksi beras tahun 2025 mencapai 33 juta ton, sementara kebutuhan nasional hanya sekitar 31 juta ton.

    “Artinya, kita surplus dua juta ton. Ditambah cadangan beras Bulog saat ini sebesar 2,4 juta ton, maka ketersediaan cukup untuk stabilisasi harga dan pasokan,” ungkapnya.

    Namun, ia menyoroti bahwa persoalan pangan tidak hanya berhenti pada aspek produksi. Komoditas lain seperti jagung, gula, dan kedelai masih menjadi pekerjaan rumah besar. Selain itu, aspek logistik, distribusi dan pergudangan juga perlu mendapat perhatian serius karena produksi pangan tidak merata di seluruh wilayah Indonesia.

    “Contohnya beras, ada daerah yang surplus seperti di pulau jawa dan sulawesi selatan, tapi ada juga daerah minus seperti NTT dan riau. Jadi penting sekali perbaikan sistem transportasi dan pergudangan agar distribusi merata,” urainya.

    Rokhmin menutup dengan menegaskan bahwa mewujudkan swasembada pangan nasional harus melibatkan tiga subsistem utama: produksi, konsumsi, dan logistik. Ia meminta pemerintah dan seluruh pihak terkait untuk tidak terjebak pada angka produksi semata, melainkan memastikan keseimbangan seluruh aspek dalam sistem pangan nasional. ***

     

    Simak update artikel pilihan lainnya dari kami di Google News