Topik: Harga Minyak Turun

  • Harga Minyak Turun Imbas Stok Minyak Mentah AS Naik – Page 3

    Harga Minyak Turun Imbas Stok Minyak Mentah AS Naik – Page 3

    Liputan6.com, Jakarta Harga minyak turun pada hari Rabu, dengan patokan AS mencapai titik terendah tahun ini, setelah stok minyak mentah dalam negeri di produsen dan konsumen minyak terbesar dunia meningkat lebih dari yang diperkirakan minggu lalu.

    Dikutip dari CNBC, Kamis (30/1/2025), kontrak berjangka minyak mentah Brent ditutup turun 91 sen, atau 1,2%, pada USD 76,58 per barel. Kontrak berjangka harga minyak mentah AS turun USD 1,15, atau 1,6%, menjadi USD 72,62, harga penutupan terendah tahun ini.

    Stok minyak mentah di AS naik 3,46 juta barel minggu lalu karena pengolahan kilang menurun untuk minggu ketiga berturut-turut, menurut data dari Administrasi Informasi Energi.

    Para analis yang disurvei oleh Reuters memperkirakan kenaikan sebesar 3,19 juta barel.

    Isu Tarif Dagang AS

    Gedung Putih pada hari Selasa menegaskan kembali rencana Presiden Donald Trump untuk memberlakukan tarif 25% pada impor dari Kanada dan Meksiko mulai 1 Februari.

    Perdagangan minyak jangka pendek diperkirakan tetap bergejolak seiring investor mencerna ancaman tarif, sanksi terhadap aliran energi Rusia, dan kekhawatiran pertumbuhan ekonomi di negara-negara konsumen utama, tulis analis UBS Giovanni Staunovo kepada klien pada hari Rabu.

    Mengingat banyaknya ketidakpastian yang ada, kami berpikir pendekatan yang bijaksana masih diperlukan, tulis Staunovo. Meskipun kami berharap harga tetap didukung pada level saat ini, aliran berita terkait Trump kemungkinan akan mendorong volatilitas dalam jangka pendek.

     

  • Harga Minyak Mentah Dunia Turun, Penerimaan Negara Bisa Terkena Dampak

    Harga Minyak Mentah Dunia Turun, Penerimaan Negara Bisa Terkena Dampak

    Jakarta, Beritasatu.com – Pemerintah diingatkan untuk mewaspadai dampak dari tren penurunan harga minyak mentah dunia terhadap penerimaan negara.

    Pada Selasa (28/1/2025), harga minyak mentah Brent turun 1,8% menjadi US$ 77,08 per barel, sementara harga minyak mentah West Texas Intermediate (WTI) turun 2% menjadi US$ 73,17 per barel.

    Kepala Center Makroekonomi dan Keuangan Institute for Development of Economics and Finance (Indef) M Rizal Taufikurahman menyampaikan, penurunan harga minyak mentah dunia dapat berdampak pada pendapatan negara, mengingat minyak masih menjadi salah satu komoditas utama yang diandalkan Indonesia. Fluktuasi harga minyak yang signifikan bisa memengaruhi perekonomian nasional.

    Apabila harga minyak mentah dunia naik, tidak hanya penerimaan negara yang meningkat, tetapi subsidi energi juga ikut naik. Sebaliknya, apabila harga minyak turun, pendapatan negara berkurang, dan subsidi juga menurun.

    “Berkaitan harga minyak mentah dunia yang anjlok, memang punya implikasi terhadap anggaran pendapatan dan belanja negara. Terutama pada komponen penerimaan negara, serta dari sektor migas dan subsidi energi,” ungkap Rizal dalam diskusi yang digelar Indef, Rabu (29/1/2025).

    Rizal juga menyoroti, selain harga minyak, ada faktor lain yang dapat memengaruhi penerimaan negara, seperti nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS).

    Rizal meminta pemerintah untuk tetap waspada terhadap fluktuasi harga minyak global, terutama di tengah dinamika konflik geopolitik yang dapat memicu ketidakpastian pasar.

    “Pemerintah perlu mengantisipasi fluktuasi harga minyak mentah yang tidak stabil karena rentan terhadap kondisi geopolitik. Beberapa saat nanri, harga minyak bisa saja kembali naik secara tiba-tiba,” kata Rizal.

  • Harga Minyak Dunia Terjun Bebas, Ini Gara-garanya – Page 3

    Harga Minyak Dunia Terjun Bebas, Ini Gara-garanya – Page 3

    Liputan6.com, Jakarta Harga minyak turun sekitar 2% pada hari Senin (Selasa waktu Jakarta), tertekan oleh kerugian di saham teknologi dan energi Wall Street. Harga minyak anjlok karena investor berlindung setelah berita tentang melonjaknya minat terhadap model kecerdasan buatan berbiaya rendah dari perusahaan rintisan China, DeepSeek.

    Harga minyak sudah turun di awal sesi karena data ekonomi yang lemah dari Tiongkok dan kekhawatiran bahwa tarif yang diusulkan Presiden AS Donald Trump dapat semakin menekan pertumbuhan ekonomi dan permintaan energi.

    Dikutip dari CNBC, Selasa (28/1/2025), harga minyak Brent turun USD 1,42 atau 1,81%, dan ditutup pada harga USD 77,08 per barel. Sedangkan harga minyak mentah West Texas Intermediate (WTI) turun USD 1,49 atau 2%, dan ditutup pada USD 73,17.

    Para analis mengatakan harga minyak telah tertekan dalam beberapa hari terakhir menyusul seruan Presiden AS Donald Trump minggu lalu kepada Organisasi Negara-negara Pengekspor Minyak (OPEC) untuk menurunkan harga minyak.

    “Presiden Trump terus memberikan tekanan pada OPEC … dengan meminta kelompok produsen itu untuk menurunkan harga guna membantu mengakhiri perang Rusia di Ukraina,” kata Bob Yawger, Direktur Energi Berjangka di Mizuho.

    OPEC dan sekutunya termasuk Rusia dalam kelompok OPEC+ belum bereaksi terhadap seruan Trump, dengan delegasi OPEC+ menunjuk pada rencana yang ada untuk mulai meningkatkan produksi minyak mulai April.

    Ancaman tarif Presiden Trump juga sebagian besar menekan harga minyak, yang memicu kekhawatiran bahwa perang dagang dapat merugikan pertumbuhan ekonomi global dan permintaan minyak.

    Presiden AS Donald Trump pada hari Kamis menyampaikan pidato di hadapan para pemimpin global di Forum Ekonomi Dunia di Davos, Swiss, menjanjikan masa jabatan keduanya akan mengabaikan norma-norma pasar bebas di dalam dan luar AS.

     

  • Harga Minyak Dunia Terjun Bebas, Ini Gara-garanya – Page 3

    Trump Tekan OPEC, Harga Minyak Jadi Makin Murah – Page 3

    Liputan6.com, Jakarta – Harga minyak stabil pada perdagangan hari Jumat tetapi jika dihitung dalam sepekan ini harga minyak mengalami penurunan. Pelemahan harga minyak pada pekan ini menghentikan kenaikan dalam empat minggu berturut-turut.

    Harga minyak turun pada pekan ini setelah Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump mengumumkan rencana besar untuk meningkatkan produksi dalam negeri sambil menuntut OPEC untuk menurunkan harga minyak mentah.

    Mengutip CNBC, Sabtu (25/1/2025), harga minyak mentah Brent berjangka naik 21 sen atau 0,27% ditutup pada USD 78,50 per barel. Sedangkan harga minyak mentah West Texas Intermediate (WTI) AS naik 4 sen atau 0,05% dan ditutup pada USD 74,66 per barel.

    Harga minyak Brent telah kehilangan 2,83% sepanjang minggu ini dan harga minyak WTI turun 4,13%.

    Donald Trump pada hari Jumat menegaskan kembali seruannya kepada Organisasi Negara-negara Pengekspor Minyak (OPEC) untuk memangkas harga minyak guna merugikan keuangan Rusia yang kaya minyak dan membantu mengakhiri perang di Ukraina.

    “Salah satu cara untuk menghentikannya dengan cepat adalah dengan meminta OPEC berhenti menghasilkan begitu banyak uang dan menurunkan harga minyak. Perang itu akan segera berhenti,” kata Trump saat ia mendarat di North Carolina untuk melihat kerusakan akibat badai.

    Analis StoneX Alex Hodes dalam sebuah catatan pada hari Jumat menuliskan bahwa ancaman sanksi keras AS terhadap Rusia dan Iran, yang merupakan produsen minyak utama, dapat merusak tujuan Trump untuk menurunkan biaya energi.

    “Trump mengetahui hal ini dan telah menekan OPEC untuk menutupi kekosongan yang akan ditimbulkannya,” kata Hodes.

    Pada hari Kamis, Trump mengatakan kepada Forum Ekonomi Dunia bahwa ia akan menuntut OPEC dan pemimpin de facto-nya, Arab Saudi, untuk menurunkan harga minyak mentah.

    OPEC+, yang di dalamnya ada Rusia, belum bereaks., Delegasi dari kelompok tersebut memastikan bahwa kesepakatan yang ada saat ini adalah untuk mulai meningkatkan produksi minyak mulai April 2025.

    “Saya tidak benar-benar berharap OPEC akan mengubah kebijakan kecuali ada perubahan fundamental,” kata analis komoditas UBS Giovanni Staunovo.

    “Pasar akan relatif tenang sampai kita mendapatkan kejelasan lebih lanjut tentang kebijakan sanksi dan tarif.”

     

     

     

  • Harga Minyak Dunia Melesat Selama Sepekan Imbas Sanksi AS ke Rusia – Page 3

    Harga Minyak Dunia Melesat Selama Sepekan Imbas Sanksi AS ke Rusia – Page 3

    Sebelumnya, harga minyak turun pada Kamis, 16 Januari 2025. Koreksi harga minyak terjadi seiring milisi Houthi Yaman akan hentikan serangan terhadap kapal-kapal di Laut Merah.

    Selain itu, investor juga mencermati data penjualan eceran Amerika Serikat (AS) yang kuat. Demikian mengutip dari Yahoo Finance, Jumat (17/1/2025).

    Harga minyak Brent berjangka ditutup melemah 74 sen atau 0,9 persen ke posisi USD 81,29 per barel, setelah naik 2,6 persen pada sesi sebelumnya ke harga tertinggi sejak 26 Juli.

    Harga minyak West Texas Intermediate (WTI) merosot USD 1,36 atau 1,7 persen menjadi USD 78,68 per barel, usai naik 3,3 persen pada Rabu ke level tertinggi sejak 19 Juli. Harga minyak mentah AS turun lebih dari USD 2 pada beberapa waktu selama sesi tersebut.

    Sementara itu, pejabat keamanan maritim memperkirakan milisi Houthi akan mengumumkan serangannya terhadap kapal-kapal di Laut Merah. Hal ini setelah kesepakatan gencatan senjata dalam perang di Gaza antara Israel dan kelompok militant Palestina Hamas.

    Serangan tersebut telah menganggu pengiriman global, dan memaksa perusahaan untuk melakukan perjalanan yang lebih jauh dan lebih mahal di sekitar Afrika Selatan selama lebih dari setahun.

    “Perkembangan Houthi dan gencatan senjata di Gaza membantu kawasan tersebut tetap tenang, mengurangi sebagian premi keamanan dari harga minyak,” ujar Partner Again Capital, John Kilduff.

    “Ini semua tentang aliran minyak,” Kilduff menambahkan.

    Namun, investor tetap berhati-hati karena pemimpin Houthi mengatakan kelompoknya akan memantau penerapan kesepakatan gencatan senjata dan melanjutkan serangannya terhadap kapal atau Israel jika kesepakatan itu dilanggar.

    “Gencatan senjata di Jalur Gaza akan dimulai pada Minggu sesuai rencana, meskipun negosiator perlu menyelesaikan “masalah yang belum terselesaikan,” ujar Menteri Luar Negeri AS Antony Blinken.

  • Harga Minyak Mentah Dunia Turun, Penerimaan Negara Bisa Terkena Dampak

    Harga Minyak Dunia Turun Dipengaruhi Ekonomi AS dan Jerman

    Jakarta, Beritasatu.com – Harga minyak dunia mengalami penurunan pada perdagangan Senin (6/1/2025) setelah data ekonomi dari Amerika Serikat (AS) dan Jerman memberikan sentimen negatif.

    Dilansir dari Reuters, harga minyak mentah dunia Brent tercatat turun 21 sen atau 0,3% menjadi US$ 76,30 per barel, sementara West Texas Intermediate (WTI) AS turun 40 sen atau 0,5% menjadi US$ 73,56 per barel.

    Pada akhir pekan lalu, Brent mencapai level tertinggi sejak 14 Oktober 2024, sedangkan WTI mencatat rekor sejak 11 Oktober lalu. Lonjakan harga ini didorong oleh ekspektasi stimulus ekonomi Tiongkok yang bertujuan memulihkan pertumbuhan ekonomi negara tersebut.

    Pasar minyak memasuki 2025 dengan fundamental permintaan dan penawaran yang seimbang. Namun, harga minyak dunia tetap terangkat oleh ketegangan geopolitik.

    “Sepanjang tahun ini, pertumbuhan permintaan diperkirakan akan rendah, sementara pasokan baru, terutama dari AS dan OPEC, kemungkinan besar akan mendominasi pasar,” ujar laporan dari analis Eurasia Group.

    Sebelumnya pada sesi awal perdagangan, harga minyak dunia sempat menguat karena badai musim dingin yang melanda AS. Kenaikan permintaan energi untuk pemanas membuat harga gas alam melonjak hingga 10%, sementara harga solar berjangka mencapai level tertinggi sejak Oktober 2024.

    Melemahnya dolar AS sebesar 1,1% terhadap mata uang global juga mendukung kenaikan harga minyak dunia. Dolar yang lebih lemah membuat komoditas seperti minyak menjadi lebih murah bagi pembeli dengan mata uang lain. Namun, dolar kembali menguat setelah Presiden AS terpilih Donald Trump membantah kabar terkait tarif impor selektif.

    Dengan faktor geopolitik, kebijakan moneter, dan perubahan cuaca yang memengaruhi pasar, harga minyak dunia diperkirakan akan tetap volatil dalam beberapa pekan ke depan.

  • Harga Minyak Dunia Melesat Selama Sepekan Imbas Sanksi AS ke Rusia – Page 3

    Harga Minyak Turun 3% di 2024, Anjlok Dua Tahun Berturut-turut – Page 3

    Liputan6.com, Jakarta – Harga minyak dunia turun sekitar 3% sepanjang perdagangan tahun 2024, dan membukukan pelemahan untuk tahun kedua berturut-turut.

    Pendorong merosotnya harga minyak dunia ini karena pemulihan permintaan pascapandemi terhenti, ekonomi Tiongkok yang menjadi importir utama minyak tak kunjung pulih, dan AS serta produsen non-OPEC lainnya memompa lebih banyak pasokan minyak mentah ke pasar global.

    Mengutip CNBC, Kamis (2/1/2025), harga minyak mentah Brent berjangka pada hari Selasa, hari perdagangan terakhir 2024, ditutup naik 65 sen atau 0,88% menjadi USD 74,64 per barel.

    Sedangkan harga minyak mentah West Texas Intermediate AS ditutup naik 73 sen atau 1,03% menjadi USD 71,72 per barel.

    Harga acuan Brent ditutup turun sekitar 3% dari harga penutupan akhir 2023 sebesar USD 77,04. Sementara harga WTI hampir tidak berubah dengan harga penutupan akhir tahun lalu.

    Pada September, harga minyak mentah Brent ditutup di bawah USD 70 per barel untuk pertama kalinya sejak Desember 2021, dan tahun ini Brent diperdagangkan secara luas di bawah harga tertinggi yang terlihat dalam beberapa tahun terakhir karena permintaan pascapandemi meningkat dan guncangan harga akibat invasi Rusia ke Ukraina pada tahun 2022 mulai mereda.

    Prospek 2025

    Harga minyak mentah kemungkinan akan diperdagangkan sekitar USD 70 per barel pada tahun 2025 karena permintaan Tiongkok yang lemah dan pasokan global yang meningkat, mengimbangi upaya yang dipimpin OPEC+ untuk menopang pasar.

    Prospek permintaan yang lebih lemah di Tiongkok khususnya memaksa Organisasi Negara-negara Pengekspor Minyak dan Badan Energi Internasional (IEA) untuk memangkas ekspektasi pertumbuhan permintaan minyak mereka untuk tahun 2024 dan 2025.

    IEA melihat pasar minyak memasuki 2025 dengan surplus, bahkan setelah OPEC dan sekutunya menunda rencana mereka untuk mulai meningkatkan produksi hingga April 2025 dengan latar belakang harga yang turun.

    Produksi minyak AS naik 259.000 barel per hari ke rekor tertinggi 13,46 juta barel per hari pada bulan Oktober, karena permintaan melonjak ke level terkuat sejak pandemi, data dari Badan Informasi Energi AS menunjukkan pada Selasa kemarin.

    Menurut IEA, produksi akan naik ke rekor baru 13,52 juta barel per hari tahun ini.

     

  • Akhir 2024, Harga Minyak Dunia Merangsek Naik

    Akhir 2024, Harga Minyak Dunia Merangsek Naik

    Houston: Harga minyak dunia mengalami kenaikan pada perdagangan di akhir 2024 (Rabu WIB). Namun demikian, secara tahunan, harga minyak global tersebut justru terpangkas sebanyak tiga persen.
     
    Mengutip Yahoo Finance, Rabu, 1 Januari 2025, harga minyak mentah Brent ditutup naik 65 sen, atau 0,88 persen, menjadi USD74,64 per barel. Sementara harga minyak mentah West Texas Intermediate (WTI) AS ditutup naik 73 sen, atau 1,03 persen, menjadi USD71,72 per barel.
     
    Adapun, harga minyak turun sekitar tiga persen pada 2024, merosot untuk tahun kedua berturut-turut, karena pemulihan permintaan pascapandemi terhenti, ekonomi Tiongkok sedang berjuang, dan Amerika Serikat (AS) serta produsen non-OPEC lainnya memompa lebih banyak minyak mentah ke pasar global yang pasokannya mencukupi.
     
    Harga acuan Brent turun sekitar tiga persen dari harga penutupan akhir 2023 sebesar USD77,04. Sementara WTI hampir stabil dengan harga penutupan akhir tahun lalu.
     
    Pada September 2024, harga minyak mentah Brent ditutup di bawah USD70 per barel untuk pertama kalinya sejak Desember 2021, dan tahun ini Brent diperdagangkan secara luas di bawah harga tertinggi yang terlihat dalam beberapa tahun terakhir karena permintaan pascapandemi kembali pulih dan guncangan harga akibat invasi Rusia ke Ukraina di 2022 mulai memudar.
     

     

    Harga minyak bakal di kisaran USD70 di 2025
     
    Minyak kemungkinan akan diperdagangkan sekitar USD70 per barel pada 2025 karena permintaan Tiongkok yang lemah dan meningkatnya pasokan global, mengimbangi upaya yang dipimpin OPEC+ untuk menopang pasar.
     
    Prospek permintaan yang lebih lemah di Tiongkok khususnya memaksa Organisasi Negara Pengekspor Minyak dan Badan Energi Internasional (IEA) untuk memangkas ekspektasi pertumbuhan permintaan minyak mereka untuk 2024 dan 2025.
     
    IEA memperkirakan pasar minyak memasuki 2025 dengan surplus, bahkan setelah OPEC dan sekutunya menunda rencana mereka untuk mulai meningkatkan produksi hingga April 2025 dengan latar belakang penurunan harga.
     
    Produksi minyak AS naik 259 ribu barel per hari ke rekor tertinggi 13,46 juta barel per hari pada Oktober, karena permintaan melonjak ke level terkuat sejak pandemi. Produksi akan meningkat ke rekor baru sebesar 13,52 juta barel per hari pada tahun depan, kata EIA.
     
    Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
    dan follow Channel WhatsApp Medcom.id

    (HUS)

  • Harga Minyak Dunia Turun Sepanjang 2024, Bagaimana di 2025? – Page 3

    Harga Minyak Dunia Turun Sepanjang 2024, Bagaimana di 2025? – Page 3

    Liputan6.com, Jakarta Harga minyak turun sekitar 3% pada tahun 2024 dan merosot selama dua tahun berturut-turut. Penurunan harga minyak dunia ini karena terhentinya pemulihan permintaan pasca-pandemi, perekonomian Tiongkok yang terpuruk, dan AS serta produsen non-OPEC lainnya memompa lebih banyak minyak mentah ke pasar global yang memiliki pasokan yang cukup.

    Dikutip dari CNBC, Rabu (1/1/2025), harga minyak mentah berjangka Brent naik 65 sen, atau 0,88%, menjadi USD 74,64 per barel. Sedangkan harga minyak mentah West Texas Intermediate AS naik 73 sen, atau 1,03%, menjadi USD 71,72 per barel.

    Patokan harga minyak dunia Brent turun sekitar 3% dari harga penutupan akhir tahun 2023 sebesar USD 77,04, sementara WTI secara kasar datar dengan penutupan akhir tahun lalu.

    Pada bulan September, harga Brent berjangka ditutup di bawah USD 70 per barel untuk pertama kalinya sejak Desember 2021, dan tahun ini Brent secara luas diperdagangkan di bawah level tertinggi yang terlihat dalam beberapa tahun terakhir karena permintaan pasca-pandemi meningkat dan guncangan harga akibat invasi Rusia ke Ukraina pada tahun 2022 mulai mereda. memudar.

    Harga minyak kemungkinan akan diperdagangkan sekitar USD 70 per barel pada tahun 2025 karena lemahnya permintaan Tiongkok dan meningkatnya pasokan global, mengimbangi upaya yang dipimpin OPEC+ untuk menopang pasar, menurut jajak pendapat bulanan Reuters pada hari Selasa.

    Prospek permintaan yang lebih lemah di Tiongkok khususnya memaksa Organisasi Negara-negara Pengekspor Minyak dan Badan Energi Internasional (IEA) untuk memangkas ekspektasi pertumbuhan permintaan minyak mereka untuk tahun 2024 dan 2025.

    Pasar Minyak

    IEA melihat pasar minyak memasuki tahun 2025 dalam keadaan surplus, bahkan setelah OPEC dan sekutunya menunda rencana mereka untuk mulai meningkatkan produksi hingga April 2025 karena penurunan harga.

    Produksi minyak AS naik 259.000 barel per hari ke rekor tertinggi 13,46 juta barel per hari pada bulan Oktober, karena permintaan melonjak ke level terkuat sejak pandemi, menurut data dari Badan Informasi Energi AS (EIA) pada hari Selasa.

    Produksi minyak diperkirakan akan meningkat ke rekor baru sebesar 13,52 juta barel per hari pada tahun depan, kata EIA.

     

  • Waktunya Belanja, Hari Ini Harga Pangan Turun

    Waktunya Belanja, Hari Ini Harga Pangan Turun

    Jakarta: Badan Pangan Nasional (Bapanas) pada Kamis mencatat harga sejumlah komoditas pangan secara umum mayoritas turun, seperti bawang merah dan telur ayam.
     
    Melansir Antara, Kamis, 26 Desember 2024, menurut data dari Panel Harga Bapanas pada pukul 08.00 WIB, harga di tingkat pedagang eceran secara nasional untuk beras premium turun 2.22 persen atau Rp340 menjadi Rp14.970 per kg.
     
    Begitu pun beras medium turun 1,57 persen atau Rp210 menjadi Rp13.180 per kg; lalu beras stabilitas pasokan dan harga pangan (SPHP) Bulog juga turun 3,02 persen atau Rp340 menjadi Rp10.900 per kg.
    Selanjutnya komoditas bawang merah terpantau turun 6,99 persen atau Rp2.860 menjadi Rp38.050 per kg; lalu bawang putih bonggol juga turun 4,73 persen atau Rp2.000 menjadi Rp40.310 per kg.
     
    Kemudian, harga komoditas cabai merah keriting turun 5,27 persen atau Rp2.270 menjadi Rp40.830 per kg; lalu cabai rawit merah juga turun 1,26 persen atau Rp650 menjadi Rp50.900 per kg.
     
    Sementara itu, untuk harga daging sapi murni juga turun 3,76 persen atau Rp5.050 menjadi Rp129.360 per kg; begitu pun daging ayam ras turun 0,37 persen atau Rp140 menjadi Rp37.650 per kg; sedangkan telur ayam ras naik 5,44 persen atau Rp1.670 menjadi Rp32.380 per kg.
     
    Sedangkan untuk harga kedelai biji kering (impor) terpantau turun 2,30 atau Rp240 menjadi Rp10.180 per kg; lalu gula konsumsi juga turun 1,84 persen atau Rp330 menjadi Rp17.590 per kg.
     

    Harga minyak turun
    Untuk harga minyak goreng kemasan sederhana juga tercatat turun 1,55 persen atau Rp290 menjadi Rp18.390 per kg; lalu minyak goreng curah juga turun 3,88 persen atau Rp680 menjadi Rp16.480 per kg.
     
    Kemudian komoditas tepung terigu curah turun 3,38 persen atau Rp340 menjadi Rp9.720 per kg; begitu pula terigu non curah juga turun 2,11 persen atau Rp270 menjadi Rp12.520 per kg.
     
    Berbeda dengan harga jagung di tingkat peternak naik 2,99 persen atau Rp180 menjadi Rp6.210 per kg; sedangkan harga garam halus beryodium turun 3,02 persen atau Rp340 menjadi Rp10.900 per kg.
     
    Kemudian untuk harga ikan kembung terpantau naik hingga 13,30 persen atau Rp4.930 menjadi Rp42.000 per kg; lalu ikan tongkol juga naik 9,56 persen atau Rp3.120 menjadi Rp35.750 per kg; begitu pun dengan ikan bandeng naik 10,67 persen atau Rp3.570 menjadi Rp37.040 per kg.
     
     
    Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
    dan follow Channel WhatsApp Medcom.id

    (ANN)