Topik: Harga minyak dunia

  • Reforminer Institute: Hulu Migas Mulai Tunjukkan Sinyal Positif Investasi

    Reforminer Institute: Hulu Migas Mulai Tunjukkan Sinyal Positif Investasi

    Bisnis.com, JAKARTA — Research Institute for Mining and Energy Economics (Reforminer Institute) menilai kembalinya perusahaan minyak dan gas raksasa dunia seperti Chevron dan TotalEnergies ke sektor hulu migas Indonesia dinilai menjadi sinyal positif bagi iklim investasi nasional.

    Namun, langkah tersebut belum cukup untuk mendorong lonjakan produksi jangka pendek menuju target ambisius 1 juta barel per hari (bph).

    Founder & Advisor ReforMiner Institute Pri Agung Rakhmanto menilai bahwa kehadiran kembali International Oil Companies (IOCs) sekelas Chevron dan Total di Indonesia membuka peluang ditemukannya cadangan migas dalam skala besar, termasuk ladang dengan potensi minyak di atas 500 juta barel dan gas di atas 3 TCF (trillion cubic feet). 

    Selain itu, proyek-proyek Enhanced Oil Recovery (EOR) berskala besar serta pengembangan teknologi Carbon Capture Storage (CCS) atau Carbon Capture Utilization and Storage (CCUS) juga menjadi lebih realistis untuk direalisasikan.

    “Ini akan menjadi sinyal yang kemudian akan menarik perusahaan sekelas IOCs lainnya untuk kembali berinvestasi di hulu migas kita,” katanya kepada Bisnis dikutip Sabtu (5/7/2025).

    Meski demikian, dia menekankan bahwa potensi besar Indonesia belum cukup untuk menjamin keberlanjutan investasi. Menurutnya, kendala utama justru terletak pada pendekatan pengelolaan sektor hulu yang masih bersifat mikro-manajerial. 

    Pemerintah dinilai terlalu berfokus pada hitung-hitungan biaya dan penerimaan negara justru membuat proyek hulu kehilangan daya tarik dari sisi keekonomian dan birokrasi yang memakan waktu dan menambah ketidakpastian 

    “Semestinya kan titik beratnya lebih ke arah investasi untuk menggerakkan perekonomian dalam arti luas dan produksi migas bisa meningkat untuk ketahanan energi,” katanya. 

    Di sisi lain, terkait dengan meningkatnya ekskalasi perang di Timur Tengah agak terlalu dini untuk melihat dampak langsung ke ICP dan fiskal RI, mengingat perhitungannya dilakukan secara tahunan.

    Kekhawatiran penutupan Selat Hormuz, Pri Amenilai ancaman tersebut masih lebih bersifat psy war atau psychological warfare ketimbang risiko nyata. Menurutnya, secara ekonomi, semua negara termasuk Iran dan China memiliki kepentingan untuk menjaga agar jalur transportasi minyak utama itu tetap terbuka.

    Namun dia tak menampik bahwa sentimen tersebut sudah cukup membuat harga minyak naik, karena kekhawatiran atas 20% suplai global yang melewati selat tersebut 

    “Akan naik sampai berapa? Ya semua akan tergantung pd bgmn ekskalasi perang itu, apakah akan melibatkan sebatas Iran-Israel-AS atau meluas,” ucapnya. 

    Menurutnya, apabila skala terbatas dia meyakini secara perlahan harga akan kembali turun ke fundamentalnya di kisaran US$60 per barel hingga US$70 per barel. Sementara jika skala perang meluas, maka tidak dapat diprediksi ambang batas kenaikannya.

    Dia menilai para perusahaan internasional di sektor migas punya fokus strategi sendiri dalam fundamental acuan harga. Mereka tidak akan secara langsung bereaksi tetapi menunggu dan fokus pada portofolio investasi yang sudah ada.

    Meski harga minyak dunia atau Indonesian Crude Price (ICP) sempat meningkat, Pri mengingatkan bahwa periode kenaikan ini masih terlalu singkat untuk berdampak nyata terhadap keekonomian proyek hulu migas nasional.

  • Harga Batu Bara Anjlok, Bahlil Setuju Pemegang Izin Tambang Dievaluasi Tiap Tahun – Page 3

    Harga Batu Bara Anjlok, Bahlil Setuju Pemegang Izin Tambang Dievaluasi Tiap Tahun – Page 3

    Sebelumnya, Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Bahlil Lahadalia mengusulkan asumsi harga minyak mentah Indonesia, atau Indonesian Crude Price (ICP) di angka USD 60-80 per barel dalam RAPBN 2026.

    Usulan itu disampaikan atas dasar realisasi ICP Januari-Mei 2025 sebesar USD 70,5 per barel. Dengan rata-rata ICP Mei 2025 sebesar USD 62,75 per barel, dan Juni 2025 sebesar USD 69,33 per barel.

    Bahlil mengatakan, asumsi harga minyak mentah Indonesia tersebut sudah turut mempertimbangkan ketegangan geopolitik yang terjadi di Timur Tengah. Seperti diketahui, sekitar 30 persen suplai minyak dunia berasal dari kawasan tersebut.

    “Ketika terjadi gejolak politik yang ada di Timur Tengah, itu berdampak sampai pernah angka tembus di atas USD 80 per barel,” ujar Bahlil dalam RDP bersama Komisi XII DPR RI, Rabu (2/7/2025).

    Selain itu, dia menambahkan, usulan ICP di RAPBN 2026 juga mempertimbangkan perkiraan harga minyak dunia dari kementerian energi negara lain, yang berada di kisaran USD 55-68 per barel.

    “Ini terjadi karena pertama, sekalipun terjadi perang, supply and demand itu pasti akan mempengaruhi harga minyak dunia. Sekarang di beberapa negara terjadi oversupply,” ungkap dia.

    “Sementara permintaan itu landai, karena memang terjadi pertumbuhan ekonomi global yang tidak terlalu menggembirakan. Bahkan terjadi koreksi penurunan terhadap pertumbuhan ekonomi global,” dia menekankan.

  • Sri Mulyani Ramal Harga Minyak di Kisaran 66-94 Dolar AS per Barel

    Sri Mulyani Ramal Harga Minyak di Kisaran 66-94 Dolar AS per Barel

    JAKARTA – Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati memproyeksikan harga minyak dunia akan berada pada kisaran 66 hingga 94 dolar AS per barel pada semester II tahun 2025.

    Proyeksi ini mempertimbangkan dinamika geopolitik global, termasuk ketegangan di Timur Tengah serta arah kebijakan dari negara-negara produsen minyak.

    “Kami memperkirakan (harga minyak) cukup lebar antara 66 hingga 94 dolar AS per barel di semester II,” kata Sri Mulyani dilansir ANTARA, Rabu, 2 Juli.

    Meski demikian, dirinya mengakui outlook harga minyak ke depan masih diliputi ketidakpastian.

    Harga minyak dunia sendiri sempat melonjak akibat insiden pengeboman di Iran oleh Israel.

    Namun, Sri Mulyani yakin kondisi perlahan akan mereda dan mendorong keyakinan bahwa harga minyak tidak akan menembus angka psikologis 100 dolar AS per barel hingga akhir tahun.

    “Semoga tetap terjaga suasana kondusif dari sisi geopolitik dan perang di Timur Tengah,” ujarnya.

    Di sisi lain, Bendahara Negara itu mencermati sejumlah proyeksi dari lembaga global yang menunjukkan angka bervariasi.

    Lembaga Energi Dunia memperkirakan harga minyak bisa berada di level 66 dolar AS per barel, Bloomberg menempatkannya di angka 69 dolar AS, sementara Bank Dunia lebih konservatif dengan estimasi 64 dolar AS per barel.

    Sementara mengenai lifting minyak, pemerintah memperkirakan volume produksi minyak pada semester kedua berada di kisaran 593.000 hingga 597.000 barel per hari, termasuk tambahan dari lapangan minyak Banyu Urip.

    Kemudian, lifting gas diproyeksikan antara 976.000 hingga 980.000 barel setara minyak per hari.

    “Untuk lifting (minyak) tadi selain yang kami sampaikan di Rapat Paripurna DPR mengenai tambahan dari (lapangan minyak) Banyu Urip, ini adalah antara 593.000-597.000barel per hari. Sedangkan gas masih di bawah 1 juta, yaitu 976-980 dolar AS per BSMPH di semester II,” tutur Sri Mulyani

    Sri Mulyani dalam paparannya menjelaskan, pergerakan harga minyak mentah Indonesia (ICP) pada semester I tahun 2025 cenderung menurun, yang dipengaruhi oleh faktor permintaan global serta dinamika kebijakan luar negeri.

    Intervensi AS terhadap kebijakan OPEC+ untuk menaikkan produksi mulai Juli 2025, serta peluang kesepakatan dagang AS-China, turut memengaruhi ekspektasi pasar.

    Sementara untuk semester II harga masih akan dinamis, dengan potensi tren naik akibat gangguan suplai dari konflik Timur Tengah.

    Namun, menurutnya, tetap ada sinyal OPEC+ untuk melanjutkan rencana peningkatan produksi.

  • Menkeu proyeksikan harga minyak di kisaran 66-94 dolar AS per barel

    Menkeu proyeksikan harga minyak di kisaran 66-94 dolar AS per barel

    Kami memperkirakan harga minyak cukup lebar antara 66 hingga 94 dolar AS per barel di semester II

    Jakarta (ANTARA) – Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati memproyeksikan harga minyak dunia akan berada pada kisaran 66 hingga 94 dolar AS per barel pada semester II tahun 2025.

    Proyeksi ini mempertimbangkan dinamika geopolitik global, termasuk ketegangan di Timur Tengah serta arah kebijakan dari negara-negara produsen minyak.

    “Kami memperkirakan (harga minyak) cukup lebar antara 66 hingga 94 dolar AS per barel di semester II,” kata Sri Mulyani dikutip di Jakarta, Rabu.

    Meski demikian, dirinya mengakui outlook harga minyak ke depan masih diliputi ketidakpastian.

    Harga minyak dunia sendiri sempat melonjak akibat insiden pengeboman di Iran oleh Israel.

    Namun, Menkeu yakin kondisi perlahan akan mereda dan mendorong keyakinan bahwa harga minyak tidak akan menembus angka psikologis 100 dolar AS per barel hingga akhir tahun.

    “Semoga tetap terjaga suasana kondusif dari sisi geopolitik dan perang di Timur Tengah,” ujarnya.

    Di sisi lain, Bendahara Negara itu mencermati sejumlah proyeksi dari lembaga global yang menunjukkan angka bervariasi.

    Lembaga Energi Dunia memperkirakan harga minyak bisa berada di level 66 dolar AS per barel, Bloomberg menempatkannya di angka 69 dolar AS, sementara Bank Dunia lebih konservatif dengan estimasi 64 dolar AS per barel.

    Sementara mengenai lifting minyak, pemerintah memperkirakan volume produksi minyak pada semester kedua berada di kisaran 593 ribu hingga 597 ribu barel per hari, termasuk tambahan dari lapangan minyak Banyu Urip.

    Kemudian, lifting gas diproyeksikan antara 976 ribu hingga 980 ribu barel setara minyak per hari.

    “Untuk lifting (minyak) tadi selain yang kami sampaikan di Rapat Paripurna DPR mengenai tambahan dari (lapangan minyak) Banyu Urip, ini adalah antara 593 ribu-597 ribu barel per hari. Sedangkan gas masih di bawah 1 juta, yaitu 976-980 dolar AS per bsmph di semester II,” tutur Menkeu..

    Lebih lanjut, dalam paparannya, Sri Mulyani menjelaskan bahwa pergerakan harga minyak mentah Indonesia (ICP) pada semester I tahun 2025 cenderung mengalami penurunan, yang dipengaruhi oleh faktor permintaan global serta dinamika kebijakan luar negeri.

    Intervensi AS terhadap kebijakan OPEC+ untuk menaikkan produksi mulai Juli 2025, serta peluang kesepakatan dagang AS-China, turut memengaruhi ekspektasi pasar.

    Sementara untuk semester II harga masih akan dinamis, dengan potensi tren naik akibat gangguan suplai dari konflik Timur Tengah.

    Namun, menurutnya, tetap ada sinyal OPEC+ untuk melanjutkan rencana peningkatan produksi.

    Pewarta: Bayu Saputra
    Editor: Agus Salim
    Copyright © ANTARA 2025

    Dilarang keras mengambil konten, melakukan crawling atau pengindeksan otomatis untuk AI di situs web ini tanpa izin tertulis dari Kantor Berita ANTARA.

  • Bahlil Usulkan Harga Minyak US$ 80/Barel, Lifting Minyak 610 Ribu BPH di 2026

    Bahlil Usulkan Harga Minyak US$ 80/Barel, Lifting Minyak 610 Ribu BPH di 2026

    Jakarta

    Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Bahlil Lahadalia mengusulkan asumsi dasar sektor ESDM untuk Rancangan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (RAPBN) 2026 dalam Rapat Kerja dengan Komisi XII DPR RI. Bahlil mengusulkan harga rata-rata Minyak Mentah (Indonesian Crude Price/ICP) 2026 berada di kisaran US$ 60-80 per barel.

    Usulan tersebut memperhatikan rata-rata harga ICP Januari-Mei US$ 70,5 per barel, sementara untuk target APBN 2025 sebesar US$ 82 per barel.

    “Dan ini sudah dimasukkan angka di mana terjadi ketegangan geopolitik di Timur Tengah. Kita tahu bahwa 30% lebih suplai minyak dunia ini dari Timur Tengah dan ketika terjadi gejolak politik yang ada di Timur Tengah, itu berdampak sampai dengan pernah angka tembus di atas US$ 80 per barel,” kata Bahlil di Gedung DPR RI, Jakarta Pusat, Rabu (2/7/2025).

    Usulan ICP untuk RAPBN 2026 sebesar US$ 60-80 per barel juga mengacu dari perkiraan dari beberapa lembaga di dunia, yakni Departemen Energi di Amerika Serikat (AS) dan Timur Tengah.

    “Kita juga melihat bahwa mereka akan memperkirakan harga minyak dunia pada 2026 sekitar US$ 55-58 per barel bahkan ada sampai dengan US$ 67 per barel nah ini terjadi karena pertama sekalipun terjadi perang supply and demand itu pasti akan mempengaruhi harga,” katanya.

    Berikutnya, lifting minyak bumi diusulkan 605.000-610.000 barel per hari pada RAPBN 2026, naik dibandingkan target pada APBN 2025 sebanyak 605.000 barel per hari. Bahlil optimistis target lifting 2026 bisa tercapai.

    “Lifting minyak bumi kita, kita rencanakan sekitar 605 sampai 610 ribu bareng per hari (RAPB 2026),” katanya.

    Sementara itu, lifting gas bumi pada RAPBN 2026 diusulkan 993.000-1,01 juta barel setara minyak per hari. “Kemudian gas bumi, kita untuk merencanakan sebesar 993 sampai 1.017 ribu barel setara minyak per hari,” katanya.

    (ara/ara)

  • Harga Minyak Stabil di Tengah Antisipasi Kenaikan Produksi OPEC+ – Page 3

    Harga Minyak Stabil di Tengah Antisipasi Kenaikan Produksi OPEC+ – Page 3

    Liputan6.com, Jakarta Harga minyak dunia tetap stabil pada hari Selasa saat para investor mengevaluasi ekspektasi bahwa OPEC+ akan mengumumkan kenaikan produksi minyak untuk bulan Agustus dalam pertemuan mendatang serta perkembangan negosiasi perdagangan.

    Dikutipd ari CNBC, Rabu (2/7/2025), harga minyak mentah Brent naik 37 sen, atau 0,55%, menjadi USD 67,11 per barel, sementara minyak mentah West Texas Intermediate (WTI) AS naik 34 sen, atau 0,55%, menjadi USD 65,45 per barel.

    Fokus utama pasar saat ini adalah pada rencana kenaikan produksi sebesar 411.000 barel per hari yang diperkirakan akan diumumkan oleh OPEC+ dalam pertemuan tanggal 6 Juli, kata analis Saxo Bank, Ole Hansen.

    Namun, sentimen ini sebagian diimbangi oleh potensi kesepakatan dagang yang dapat meningkatkan prospek permintaan.

    Kekhawatiran Pasar

    Menurut Daniel Hynes, ahli strategi komoditas senior di ANZ, “Pasar kini khawatir bahwa aliansi OPEC+ akan terus melanjutkan laju percepatan peningkatan produksinya.”

    Empat sumber dari OPEC+ mengatakan kepada Reuters pekan lalu bahwa kelompok tersebut – yang mencakup OPEC dan sekutunya termasuk Rusia – berencana menaikkan produksi sebesar 411.000 barel per hari pada Agustus, menyusul kenaikan serupa pada Mei, Juni, dan Juli. Jika disetujui, total peningkatan pasokan OPEC+ tahun ini akan mencapai 1,78 juta barel per hari, setara dengan lebih dari 1,5% dari permintaan minyak global.

     

  • Wamen ESDM Pede Target Setoran PNBP Migas Rp 120,9 T Tercapai, Ini Strateginya

    Wamen ESDM Pede Target Setoran PNBP Migas Rp 120,9 T Tercapai, Ini Strateginya

    Jakarta

    Wakil Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Yuliot Tanjung optimistis target Penerimaan Negara Bukan Pajak (PNBP) dari Sumber Daya Alam (SDA) minyak dan gas (Migas) yang telah ditetapkan dalam Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) 2025 sebesar Rp 120,99 triliun dapat tercapai.

    Meskipun pada periode Januari-Juni 2025 PNBP dari sektor SDA Migas baru mencapai Rp 39,83 triliun atau baru sebesar 32,92% dari target, ia yakin target bisa tercapai karena PNBP dari sektor SDA Migas selalu melebihi dari target yang ditetapkan.

    “Jadi kalau pengalaman kita tahun 2024 yang lalu itu justru PNBP dari ESDM 118%,” kata Yuliot di Kementerian ESDM, Jakarta Pusat, Selasa (1/7/2025).

    Yuliot menjelaskan strategi yang akan dilakukan Kementerian ESDM untuk mencapai target tersebut dengan terus memaksimalkan potensi sumur minyak untuk dieksplorasi. Hal ini diyakini akan meningkatkan lifting migas dalam negeri yang ujungnya potensi penerimaan negara akan meningkat.

    “Kalau ini liftingnya dinaikin berarti kan potensi peningkatan negara akan terjadi peningkatan,” katanya.

    Sebelumnya, Pelaksana Tugas (Plt) Direktur Jenderal Minyak dan Gas (Migas) Kementerian ESDM Tri Winarno pun menjelaskan penyebab capaian setoran PNBP masih 32% lantaran rata-rata harga minyak dunia masih berada di bawah asumsi ICP pada APBN 2025.

    “Terkait hal ini mungkin disebabkan dengan asumsi harga ICP pada tahun 2025, yaitu US$ 82 per barel, sedangkan pada realisasinya rata-rata minyak ICP sampai dengan bulan Mei 2025 adalah sebesar US$ 70 per barel,” terang Winarno dalam Rapat Dengar Pendapat (RDP) bersama Komisi XII DPR di Jakarta, Senin (30/6/2025).

    Selain imbas asumsi harga ICP yang tidak stabil, Winarno menyebut lambatnya PNBP SDA terjadi akibat lifting migas yang belum mencapai target APBN 2025 sebesar 605 ribu BOPD. ICP pada 2026 diperkirakan berada di kisaran US$ 60-80 per barel.

    Menurut Winarno, perkembangan harga minyak mentah dunia saat ini mengalami tren penurunan dibanding asumsi APBN 2025. Hingga Mei 2025 rata-rata ICP tercatat sebesar US$ 70,05 per barel atau lebih rendah dari asumsi APBN US$ 82 per barel.

    “Untuk tahun 2026 diproyeksikan harga minyak mentah Indonesia, ini berdasarkan rapat awal adalah sebesar US$ 60-80 per barel,” jelasnya.

    Tren pelemahan ini terjadi imbas ketegangan geopolitik di Timur Tengah. Di sisi lain, kenaikan tarif dagang Amerika Serikat (AS) juga menyumbang sentimen pergerakan harga komoditas migas dunia.

    Ia memaparkan, berdasarkan data US Energy Information Administration (EIA) dan hasil pooling Reuters, harga minyak mentah Brent diperkirakan menyentuh angka US$ 64,6 per barel, sedangkan West Texas Intermediate (WTI) sebesr US$ 60,80 per barel.

    Ia merinci, Departemen Energi AS juga memprediksi harga minyak WTI berada di level US$ 62,33 dan Brent US$ 65,97 per barel. Sedangkan berdasarkan kajian Reuters, harga minyak WTI sebssr US$ 64,12 dan Brent US$ 67,71 per barel.

    “Untuk tahun 2026 diproyeksikan harga minyak mentah Indonesia, ini berdasarkan rapat awal dengan Kementerian Keuangan, adalah sebesar US$ 60-80 per barrel yang didasarkan pada publikasi US-IAE dan polling Reuters,” imbuhnya.

    Lihat juga Video KPK Pamer Kinerja 5 Tahun, Tangani 597 Kasus-Aset Recovery PNBP Rp 2,4 T

    (ara/ara)

  • Harga Minyak Dunia Melemah Dampak OPEC+ Siap Tambah Produksi – Page 3

    Harga Minyak Dunia Melemah Dampak OPEC+ Siap Tambah Produksi – Page 3

    Di sisi lain, data dari perusahaan jasa energi Baker Hughes menunjukkan bahwa jumlah rig minyak aktif di Amerika Serika yang menjadi indikator produksi masa depan, turun sebanyak enam unit menjadi 432 rig, level terendah sejak Oktober 2021. Penurunan ini mengindikasikan bahwa produksi AS mungkin akan melambat dalam waktu dekat.

    Meskipun harga melemah minggu lalu yang merupakan terbesar sejak Maret 2023, harga minyak Brent dan WTI masih mencatat kenaikan bulanan lebih dari 5% untuk bulan Juni, menandai kenaikan dua bulan berturut-turut.

  • Misbakhun Yakin Indonesia Masih Aman dari Efek Perang Israel dan Iran

    Misbakhun Yakin Indonesia Masih Aman dari Efek Perang Israel dan Iran

    Jakarta

    Ketua Komisi XI DPR RI, Mukhamad Misbakhun, meyakini perekonomian Indonesia masih relatif aman dari efek perang Israel vs Iran. Namun legislator Partai Golkar itu meminta pemerintah agar tak menggelontorkan dana untuk hal yang tidak semestinya dilakukan.

    “Semuanya masih aman,” kata Misbakhun dalam diskusi publik bertema ‘Dampak Perang Iran-Israel Terhadap Perekonomian Indonesia’ yang digelar Institute for Development of Economics and Finance (INDEF) secara daring pada Minggu (29/6/2025) sore.

    Dalam diskusi itu, Misbakhun memaparkan sejumlah indikator untuk memperkuat argumennya. Misalnya, indeks harga saham gabungan (IHSG) masih bertahan dari gejolak.

    “Nilai tukar rupiah terhadap (dolar Amerika Serikat (USD) juga masih stabil,” ucapnya.

    Indikator lainnya yakni harga minyak dunia juga masih di bawah asumsi Indonesian Crude Price (ICP) di APBN 2025 yang dipatok USD 82 per barel. Selama harga minyak dunia masih di bawah patokan ICP, Misbakhun meyakini beban APBN masih aman.

    “Harga minyak masih dalam range moderat, situasi ini harus kita jaga,” ujar Misbakhun.

    “Apakah itu ditanggung pemerintah atau dengan menaikkan harga (BBM). Pasti pemerintah memikirkan ulang. Risiko kenaikan harga BBM pasti ke inflasi,” katanya.

    Meski demikian, Misbakhun mengatakan kenaikan harga minyak dunia juga tidak serta-merta menjadi tekanan bagi Indonesia. Misalnya, kenaikan harga minyak akan diikuti peningkatan harga batu bara dan mineral lainnya.

    Indikator lain yang membuat Misbakhun optimistis ialah pendapatan negara di APBN 2025 per Mei 2025 yang mencapai Rp 995,3 triliun atau 33,1 persen dari target. Jumlah itu bersumber dari pemasukan perpajakan sebesar Rp 806,2 triliun dan penerimaan negara bukan pajak (PNBP) sebesar Rp 188,7 triliun.

    Adapun belanja negara mencapai Rp 1.016,3 triliun. Dengan demikian, defisitnya di angka Rp 21 triliun atau 0,09 persen dari produk domestik bruto (PDB) 2025 yang ditargetkan mencapai Rp 24 ribu triliun.

    “Angka defisitnya masih 0,09 persen dari PDB,” ujarnya.

    Oleh karena itu, Misbakhun menyebut perang Israel vs Iran justru menjadi semacam ujian bagi berbagai skenario dalam menjaga perekonomian nasional. Kalaupun konflik di Timur Tengah yang menyeret AS itu berlanjut, Misbakhun memprediksi efeknya pada pertumbuhan ekonomi dan inflasi.

    Namun sepanjang harga minyak terjaga, Misbakhun meyakini APBN masih aman. “Pemerintah tidak perlu memberikan governance financing (tata kelola pembiayaan) yang baru,” katanya.

    Oleh karena itu, Misbakhun menegaskan pentingnya para pembantu Presiden Prabowo Subianto untuk menyodorkan data yang sahih. “Pengelola fiskal harus memberikan data detail kepada Bapak Presiden,” ucapnya.

    Sementara itu, ekonom senior INDEF Tauhid Ahmad mengatakan pemerintah hendaknya juga melakukan penyesuaian-penyesuaian karena lembaga keuangan dunia seperti Dana Motener Internasional (IMF) dan World Bank Dunia MF dan Bank Dunia juga mengoreksi proyeksi pertumbuhan ekonomi Indonesia pada 2025 dari sebelumnya sekitar 5,1 persen menjadi 4,7 persen.

    Menurut Tauhid, penyesuaian itu diperlukan agar target di APBN yang realisainya meleset pada kuartal pertama dan kedua bisa tercapai sesuai asumsi.

    “Paling tidak memberikan keyakinan bagi market bahwa prospek kita masih bagus meski ada perlambatan,” ujar Tauhid.

    (fas/fas)

    Hoegeng Awards 2025

    Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini

  • Update Harga BBM Pertamina per 1 Juli 2025: Pertamax Naik Lagi

    Update Harga BBM Pertamina per 1 Juli 2025: Pertamax Naik Lagi

    PIKIRAN RAKYAT – Update harga BBM Pertamina nonsubsidi yang mengalami kenaikan di sejumlah produk, salah satunya adalah Pertamax (RON 92). Produk BBM ini sempat mengalami beberapa kali penurunan harga sejak informasi “oplosan” beredar luas. Namun kondisi geopolitik global turun mempengaruhi kenaikan harga minyak dunia yang turut berpengaruh ke harga Bahan Bakar Minyak (BBM) dalam negeri.

    Dalam laporan yang dikutip dari situs resmi Pertamina, harga Pertamax (RON 92) mengalami kenaikan harga sebesar Rp400 per Selasa, 1 Juli 2025 sehingga harga terbaru adalah Rp12.500 dari sebelumnya Rp12.100.

    “Penyesuaian harga bahan bakar minyak (BBM) Umum dalam rangka mengimplementasikan Keputusan Menteri (Kepmen) ESDM No. 245.K/MG.01/MEM.M/2022 sebagai perubahan atas Kepmen No. 62 K/12/MEM/2020 tentang Formula Harga Dasar Dalam Perhitungan Harga Jual Eceran Jenis Bahan Bakar Minyak Umum Jenis Bensin dan Minyak Solar yang Disalurkan Melalui Stasiun Pengisian Bahan Bakar Umum,” dalam keterangan Senin, 30 Juni 2025.

    Kenaikan juga terjadi di produk BBM nonsubsidi Pertamina yang lain yakni Pertamax Turbo (RON 98), Pertamax Green 95, Pertamina Dex (CN 53), dan Dexlite (CN 51). Sementara BBM bersubsidi Pertalite dan Solar tidak mengalami perubahan harga.

    Berikut daftar harga BBM Pertamina saat ini: 

    Pertalite tetap Rp10.000/liter Solar tetap Rp6.800/liter Pertamax naik jadi Rp12.500/liter dari sebelumnya Rp12.100/liter Namun Pertamax di Pertashop seharga Rp12.400/liter Pertamax Turbo naik jadi Rp13.500/liter dari sebelumnya Rp13.050/liter Pertamax Green naik jadi Rp13.250/liter dari sebelumnya Rp12.800/liter Pertamina Dex naik jadi Rp13.650/liter dari sebelumnya Rp13.200/liter Dexlite naik jadi Rp13.420/liter, dari sebelumnya Rp12.740/liter  Daftar Harga BBM Nonsubsidi Tiap Provinsi

    Stasiun pengisian bahan bakar minyak (BBM) Pertamina, Tanjung Wangi. Daftar harga BBM nonsubsidi setiap provinsi.

    Berikut ini adalah harga BBM nonsubsidi Pertamina mulai 1 Juli 2025 di setiap Provinsi:

    1. Aceh

    Pertamax: Rp 12.800/liter dari sebelumnya Rp 12.400/liter Pertamax Turbo: Rp 13.800/liter dari sebelumnya Rp 13.350/liter Dexlite: Rp 13.610/liter dari sebelumnya Rp 13.020/liter Pertamina Dex: Rp 13.950/liter dari sebelumnya Rp 13.500/liter

    2. Free Trade Zone (FTZ) Sabang

    Pertamax: Rp 11.800/liter dari sebelumnya Rp 11.400/liter Dexlite: Rp 11.460/liter dari sebelumnya Rp 11.920/liter

    3. Sumatra Utara

    Pertamax: Rp 12.800/liter dari sebelumnya Rp 12.400/liter Pertamax Turbo: Rp 13.800/liter dari sebelumnya Rp 13.4500/liter Dexlite: Rp 13.610/liter dari sebelumnya Rp 13.020/liter Pertamina Dex: Rp 13.950/liter dari sebelumnya Rp 14.500/liter

    4. Sumatra Barat

    Pertamax: Rp 13.100/liter dari sebelumnya Rp 12.700/liter Pertamax Turbo: Rp 14.100 dari sebelumnya Rp 13.600/liter Dexlite: Rp 13.900/liter dari sebelumnya Rp 13.290/liter Pertamina Dex: Rp 14.250/liter dari sebelumnya Rp 13.800/liter

    5. Riau

    Pertamax: Rp 13.100/liter dari sebelumnya Rp 12.700/liter Pertamax Turbo: Rp 14.100 dari sebelumnya Rp 13.600/liter Dexlite: Rp 13.900/liter dari sebelumnya Rp 13.290/liter Pertamina Dex: Rp 14.250/liter dari sebelumnya Rp 13.800/liter

    6. Kepulauan Riau/Kepri

    Pertamax: Rp 13.100/liter dari sebelumnya Rp 12.700/liter Pertamax Turbo: Rp 14.100 dari sebelumnya Rp 13.600/liter Dexlite: Rp 13.900/liter dari sebelumnya Rp 13.290/liter Pertamina Dex: Rp 14.250/liter dari sebelumnya Rp 13.800/liter

    7. Free Trade Zone (FTZ) Batam

    Pertamax: Rp 12.000/liter dari sebelumnya Rp 11.600/liter Pertamax Turbo: Rp 12.800/liter dari sebelumnya Rp 12.350/liter Dexlite: Rp 12.640/liter dari sebelumnya Rp 12.080/liter Pertamina Dex: Rp 13.000/liter dari sebelumnya Rp 12.550/liter

    8. Jambi

    Pertamax: Rp 12.800/liter dari sebelumnya Rp 12.400/liter Pertamax Turbo: Rp 13.800/liter dari sebelumnya Rp 13.4500/liter Dexlite: Rp 13.610/liter dari sebelumnya Rp 13.020/liter Pertamina Dex: Rp 13.950/liter dari sebelumnya Rp 14.500/liter

    9. Bengkulu

    Pertamax: Rp 13.100/liter dari sebelumnya Rp 12.700/liter Pertamax Turbo: Rp 14.100 dari sebelumnya Rp 13.600/liter Dexlite: Rp 13.900/liter dari sebelumnya Rp 13.290/liter Pertamina Dex: Rp 14.250/liter dari sebelumnya Rp 13.800/liter

    10. Sumatra Selatan

    Pertamax: Rp 12.800/liter dari sebelumnya Rp 12.400/liter Pertamax Turbo: Rp 13.800/liter dari sebelumnya Rp 13.4500/liter Dexlite: Rp 13.610/liter dari sebelumnya Rp 13.020/liter Pertamina Dex: Rp 13.950/liter dari sebelumnya Rp 14.500/liter

    11. Bangka Belitung

    Pertamax: Rp 12.800/liter dari sebelumnya Rp 12.400/liter Pertamax Turbo: Rp 13.800/liter dari sebelumnya Rp 13.4500/liter Dexlite: Rp 13.610/liter dari sebelumnya Rp 13.020/liter Pertamina Dex: Rp 13.950/liter dari sebelumnya Rp 14.500/liter

    12. Lampung

    Pertamax: Rp 12.800/liter dari sebelumnya Rp 12.400/liter Pertamax Turbo: Rp 13.800/liter dari sebelumnya Rp 13.4500/liter Dexlite: Rp 13.610/liter dari sebelumnya Rp 13.020/liter Pertamina Dex: Rp 13.950/liter dari sebelumnya Rp 14.500/liter

    13. DKI Jakarta

    Pertamax: Rp 12.500/liter dari sebelumnya Rp 12.100/liter Pertamax Turbo: Rp 13.500/liter dari sebelumnya Rp 13.050/liter Pertamax Green 95: Rp 13.250/liter dari sebelumnya Rp 12.800/liter Dexlite: Rp 13.420/liter dari sebelumnya Rp 12.740/liter Pertamina Dex: Rp 13.650/liter dari sebelumnya Rp 13.200/liter

    14. Banten

    Pertamax: Rp 12.500/liter dari sebelumnya Rp 12.100/liter Pertamax Turbo: Rp 13.500/liter dari sebelumnya Rp 13.050/liter Pertamax Green 95: Rp 13.250/liter dari sebelumnya Rp 12.800/liter Dexlite: Rp 13.420/liter dari sebelumnya Rp 12.740/liter Pertamina Dex: Rp 13.650/liter dari sebelumnya Rp 13.200/liter

    15. Jawa Barat

    Pertamax: Rp 12.500/liter dari sebelumnya Rp 12.100/liter Pertamax Turbo: Rp 13.500/liter dari sebelumnya Rp 13.050/liter Pertamax Green 95: Rp 13.250/liter dari sebelumnya Rp 12.800/liter Dexlite: Rp 13.420/liter dari sebelumnya Rp 12.740/liter Pertamina Dex: Rp 13.650/liter dari sebelumnya Rp 13.200/liter

    16. Jawa Tengah

    Pertamax: Rp 12.500/liter dari sebelumnya Rp 12.100/liter Pertamax Turbo: Rp 13.500/liter dari sebelumnya Rp 13.050/liter Pertamax Green 95: Rp 13.250/liter dari sebelumnya Rp 12.800/liter Dexlite: Rp 13.420/liter dari sebelumnya Rp 12.740/liter Pertamina Dex: Rp 13.650/liter dari sebelumnya Rp 13.200/liter

    17. DI Yogyakarta

    Pertamax: Rp 12.500/liter dari sebelumnya Rp 12.100/liter Pertamax Turbo: Rp 13.500/liter dari sebelumnya Rp 13.050/liter Pertamax Green 95: Rp 13.250/liter dari sebelumnya Rp 12.800/liter Dexlite: Rp 13.420/liter dari sebelumnya Rp 12.740/liter Pertamina Dex: Rp 13.650/liter dari sebelumnya Rp 13.200/liter

    18. Jawa Timur

    Pertamax: Rp 12.500/liter dari sebelumnya Rp 12.100/liter Pertamax Turbo: Rp 13.500/liter dari sebelumnya Rp 13.050/liter Pertamax Green 95: Rp 13.250/liter dari sebelumnya Rp 12.800/liter Dexlite: Rp 13.420/liter dari sebelumnya Rp 12.740/liter Pertamina Dex: Rp 13.650/liter dari sebelumnya Rp 13.200/liter

    19. Bali

    Pertamax: Rp 12.500/liter dari sebelumnya Rp 12.100/liter Pertamax Turbo: Rp 13.500/liter dari sebelumnya Rp 13.050/liter Dexlite: Rp 13.320/liter dari sebelumnya Rp 12.740/liter Pertamina Dex: Rp 13.650/liter dari sebelumnya Rp 13.200/liter

    20. Nusa Tenggara Barat

    Pertamax: Rp 12.500/liter dari sebelumnya Rp 12.100/liter Pertamax Turbo: Rp 13.500/liter dari sebelumnya Rp 13.050/liter Dexlite: Rp 13.320/liter dari sebelumnya Rp 12.740/liter Pertamina Dex: Rp 13.650/liter dari sebelumnya Rp 13.200/liter

    21. Nusa Tenggara Timur

    Pertamax: Rp 12.500/liter dari sebelumnya Rp 12.100/liter Pertamax Turbo: Rp 13.500/liter dari sebelumnya Rp 13.050/liter Dexlite: Rp 13.320/liter dari sebelumnya Rp 12.740/liter Pertamina Dex: Rp 13.650/liter dari sebelumnya Rp 13.200/liter Solar Non Subsidi: Rp 13.220/liter dari sebelumnya, Rp 12.640/liter

    22. Kalimantan Selatan

    Pertamax: Rp 13.100/liter dari sebelumnya Rp 12.700/liter Pertamax Turbo: Rp 14.100/liter dari sebelumnya Rp 13.600/liter Dexlite: Rp 13.900/liter dari sebelumya Rp 13.290/liter Pertamina Dex: Rp 14.250/liter dari sebelumnya Rp 13.800/liter

    23. Kalimantan Timur

    Pertamax: Rp 12.800/liter dari sebelumnya Rp 12.400/liter Pertamax Turbo: Rp 13.800/liter dari sebelumnya Rp 13.350/liter Dexlite: Rp 13.610/liter dari sebelumnya Rp 13.020/liter Pertamina Dex: Rp 13.950/liter dari sebelumnya Rp 13.500/liter

    24. Kalimantan Utara

    Pertamax: Rp 12.800/liter dari sebelumnya Rp 12.400/liter Pertamax Turbo: Rp 13.800/liter dari sebelumnya Rp 13.350/liter Dexlite: Rp 13.610/liter dari sebelumnya Rp 13.020/liter Pertamina Dex: Rp 13.950/liter dari sebelumnya Rp 13.500/liter

    25. Kalimantan Barat

    Pertamax: Rp 12.800/liter dari sebelumnya Rp 12.400/liter Pertamax Turbo: Rp 13.800/liter dari sebelumnya Rp 13.350/liter Dexlite: Rp 13.610/liter dari sebelumnya Rp 13.020/liter Pertamina Dex: Rp 13.950/liter dari sebelumnya Rp 13.500/liter

    26. Kalimantan Tengah

    Pertamax: Rp 12.800/liter dari sebelumnya Rp 12.400/liter Pertamax Turbo: Rp 13.800/liter dari sebelumnya Rp 13.350/liter Dexlite: Rp 13.610/liter dari sebelumnya Rp 13.020/liter Pertamina Dex: Rp 13.950/liter dari sebelumnya Rp 13.500/liter

    27. Sulawesi Utara

    Pertamax: Rp 12.800/liter dari sebelumnya Rp 12.400/liter Pertamax Turbo: Rp 13.800/liter dari sebelumnya Rp 13.350/liter Dexlite: Rp 13.610/liter dari sebelumnya Rp 13.020/liter Pertamina Dex: Rp 13.950/liter dari sebelumnya Rp 13.500/liter

    28. Gorontalo

    Pertamax: Rp 12.800/liter dari sebelumnya Rp 12.400/liter Pertamax Turbo: Rp 13.800/liter dari sebelumnya Rp 13.350/liter Dexlite: Rp 13.610/liter dari sebelumnya Rp 13.020/liter Pertamina Dex: Rp 13.950/liter dari sebelumnya Rp 13.500/liter

    29. Sulawesi Tengah

    Pertamax: Rp 12.800/liter dari sebelumnya Rp 12.400/liter Pertamax Turbo: Rp 13.800/liter dari sebelumnya Rp 13.350/liter Dexlite: Rp 13.610/liter dari sebelumnya Rp 13.020/liter Pertamina Dex: Rp 13.950/liter dari sebelumnya Rp 13.500/liter

    30. Sulawesi Tenggara

    Pertamax: Rp 12.800/liter dari sebelumnya Rp 12.400/liter Pertamax Turbo: Rp 13.800/liter dari sebelumnya Rp 13.350/liter Dexlite: Rp 13.610/liter dari sebelumnya Rp 13.020/liter Pertamina Dex: Rp 13.950/liter dari sebelumnya Rp 13.500/liter

    31. Sulawesi Selatan

    Pertamax: Rp 12.800/liter dari sebelumnya Rp 12.400/liter Pertamax Turbo: Rp 13.800/liter dari sebelumnya Rp 13.350/liter Dexlite: Rp 13.610/liter dari sebelumnya Rp 13.020/liter Pertamina Dex: Rp 13.950/liter dari sebelumnya Rp 13.500/liter

    32. Sulawesi Barat

    Pertamax: Rp 12.800/liter dari sebelumnya Rp 12.400/liter Pertamax Turbo: Rp 13.800/liter dari sebelumnya Rp 13.350/liter Dexlite: Rp 13.610/liter dari sebelumnya Rp 13.020/liter Pertamina Dex: Rp 13.950/liter dari sebelumnya Rp 13.500/liter

    33. Maluku

    Pertamax: Rp 12.800/liter dari sebelumnya 12.400/liter Dexlite: Rp 13.610/liter dari sebelumnya Rp 13.020/liter

    34. Maluku Utara

    Pertamax: Rp 12.800/liter dari sebelumnya Rp 12.400/liter Dexlite: Rp 13.610/liter dari sebelumnya Rp 13.020/liter

    35. Papua

    Pertamax: Rp 12.800/liter dari sebelumnya 12.400/liter Dexlite: Rp 13.610/liter dari sebelumnya Rp 13.020/liter Pertamax Turbo: Rp 13.800/liter dari sebelumnya Rp 13.350/liter

    36. Papua Barat

    Pertamax: Rp 12.800/liter dari sebelumnya 12.400/liter Dexlite: Rp 13.610/liter dari sebelumnya Rp 13.020/liter Pertamina Dex: Rp 13.950/liter dari sebelumnya Rp 13.500/liter

    37. Papua Selatan

    Pertamax: Rp 12.800/liter dari sebelumnya 12.400/liter Dexlite: Rp 13.610/liter dari sebelumnya Rp 13.020/liter

    38. Papua Pegunungan

    Pertamax: Rp 12.800/liter dari sebelumnya 12.400/liter Dexlite: Rp 13.610/liter dari sebelumnya Rp 13.020/liter

    39. Papua Tengah

    Pertamax: Rp 12.800/liter dari sebelumnya 12.400/liter Dexlite: Rp 13.610/liter dari sebelumnya Rp 13.020/liter

    40. Papua Barat Daya

    Pertamax: Rp 12.800/liter dari sebelumnya 12.400/liter Dexlite: Rp 13.610/liter dari sebelumnya Rp 13.020/liter Pertamina Dex: Rp 13.950/liter dari sebelumnya Rp 13.500/liter

    Situasi geopolitik global di timur tengah turut mempengaruhi hal ini. Semoga perang di Timur Tengah segera berakhir.***