Topik: Harga minyak dunia

  • Prabowo Kumpulkan Menteri dan Bos Pertamina, Ekonom Bilang Sudah Saatnya Turunkan Harga BBM

    Prabowo Kumpulkan Menteri dan Bos Pertamina, Ekonom Bilang Sudah Saatnya Turunkan Harga BBM

    GELORA.CO  – Sejumlah menteri Kabinet Merah Putih dipanggil Presiden Prabowo Subianto ke Istana Kepresidenan, Jakarta, Rabu (30/10/2024) siang.

    Tampak hadir di Istana yakni Menko Perekonomian Airlangga Hartarto, Menteri Ketenagakerjaan Yassierli, Menteri Investasi Rosan Roeslani, Menteri Keungan Sri Mulyani, Menteri Desa dan Pembangunan Daerah Tertinggal Yandri Susanto, Menko Pemberdayaan Masyarakat Muhaimin Iskandar, Menteri Sosial Saifullah Yusuf, dan lainnya. 

    Selain itu, hadir juga Direktur Utama PLN Darmawan Prasodjo, Dirut Pertamina Nicke Widyawati.

    Menko Perekonomian Airlangga Hartarto mengatakan bahwa rapat yang digelar merupakan rapat internal yang salah satunya membahas soal ekonomi.

    Baca juga: Harga Minyak Dunia Melandai, Anjlok 5 Persen Pasca Iran Klaim Serangan Israel Seperti Kembang Api

    “Rapat internal, nanti setelah rapat saya sampaikan, (subsidi) salah satunya,” kata Airlangga.

    Hal senada disampikan oleh Menteri Ketenagakerjaan Yassierli. Ia mengatakan bahwa rapat digelar membahas program subsidi.

    “Iya salah satunya itu (subsidi),” katanya.

    Harga BBM Diturunkan

    Pemerintah diminta menurunkan harga BBM subsidi maupun non-subsidi di tengah penurunan harga minyak dunia dan upaya menjaga daya beli masyarakat.

    Ekonom Publik UPN Veteran Jakarta, Achmad Nur Hidayat mengatakan, penyesuaian harga BBM tidak hanya sekadar mencerminkan perubahan harga pasar, tetapi juga penting untuk menjaga daya beli masyarakat yang menurun. 

    Selain itu, langkah ini dapat membantu sektor industri yang tertekan serta mengimbangi tekanan deflasi yang terus berlanjut.

    “Penurunan harga BBM secara langsung akan membantu memulihkan daya beli masyarakat. Hal ini juga dapat menjaga stabilitas ekonomi dan memberikan ruang bagi industri untuk bertumbuh dalam kondisi permintaan yang lemah dan indeks PMI yang menunjukkan pelemahan,” papar Achmad dikutip Rabu (30/10/2024).

    Achmad menjelaskan, ada beberapa pertimbangan harga BBM di dalam negeri mesti diturunkan.

    Pertama, harga minyak mentah dunia telah mengalami penurunan signifikan dalam beberapa waktu terakhir, terutama pada jenis West Texas Intermediate (WTI) dan Brent. 

    Pada Oktober 2024, harga WTI sempat anjlok sebesar 6 persen dalam sehari, mencapai level terendah sejak awal bulan Oktober di kisaran USD67 per barel.

    “Penurunan harga ini disebabkan oleh lemahnya permintaan global dan kondisi geopolitik di Timur Tengah yang mulai mereda,” paparnya.

    Dengan adanya penurunan harga minyak global, kata Achmad, biaya pengadaan bahan bakar di dalam negeri juga ikut mengalami penurunan. Idealnya, penurunan ini tercermin pada harga jual BBM, baik subsidi maupun nonsubsidi, di dalam negeri.

    Kedua, daya beli masyarakat Indonesia mengalami penurunan yang signifikan, terlihat dari angka deflasi yang terjadi selama lima bulan berturut-turut. 

    Menurutnya, kondisi ini mengindikasikan bahwa banyak konsumen kesulitan memenuhi kebutuhan dasar, sementara harga BBM yang tetap tinggi memperburuk situasi.

    “Penurunan harga BBM akan langsung berdampak pada peningkatan daya beli masyarakat, karena biaya transportasi dan logistik akan lebih rendah. Hal ini akan menstabilkan harga barang kebutuhan dan membantu masyarakat dalam memenuhi kebutuhan sehari-hari,” tuturnya.

    Ketiga, harga BBM yang tinggi menciptakan beban biaya tambahan bagi sektor industri, terutama industri yang sangat bergantung pada bahan bakar, seperti transportasi, logistik, dan manufaktur. 

    Achmad menyampaikan, dalam kondisi ekonomi global yang lemah dan permintaan yang menurun, sektor industri menghadapi tantangan besar untuk menjaga profitabilitas sambil tetap memenuhi kebutuhan operasional.

    Penurunan harga BBM akan mengurangi beban operasional bagi perusahaan dan memberikan ruang bagi industri untuk beroperasi lebih efisien. 

    “Ini juga membantu menjaga harga produk lebih stabil dan menghindari pengurangan produksi atau PHK. Dengan harga BBM yang lebih rendah, sektor industri dapat lebih kompetitif, meningkatkan kapasitas produksi, dan mendorong pertumbuhan ekonomi yang lebih inklusif,” tutur Achmad.

    Keempat, deflasi yang berlanjut selama lima bulan berturut-turut menunjukkan adanya ketidakseimbangan dalam struktur ekonomi saat ini. Penurunan harga ini disebabkan oleh menurunnya permintaan konsumen.

    Kondisi ini dapat menjadi ancaman serius bagi pertumbuhan ekonomi, karena konsumen dan perusahaan akan menahan pengeluaran dan investasi mereka. Hal ini dapat memperlambat pertumbuhan ekonomi lebih lanjut.

    Kelima, indeks Manajer Pembelian (PMI) Indonesia baru-baru ini menunjukkan tren penurunan, yang mencerminkan penurunan aktivitas di sektor manufaktur dan industri secara keseluruhan. Tren ini mengindikasikan pelemahan sektor industri yang cukup mengkhawatirkan.

    Indeks PMI yang lebih rendah menunjukkan bahwa sektor-sektor utama mengalami penurunan pesanan baru dan produksi. Dengan menurunkan harga BBM, pemerintah dapat memberikan stimulus bagi sektor industri.

    Penurunan harga BBM ini juga dapat membantu menjaga biaya produksi pada level yang lebih kompetitif. Sehingga sektor manufaktur dapat kembali bergairah dan berkontribusi positif bagi perekonomian.

    Keenam, harga BBM yang tinggi membuat ketergantungan masyarakat terhadap BBM subsidi semakin besar. Dengan menurunkan harga BBM nonsubsidi, masyarakat dapat beralih ke BBM nonsubsidi dengan beban yang lebih ringan.

    Ketujuh, dalam kondisi ekonomi global yang tidak menentu, konsumsi domestik memiliki peran penting sebagai penopang utama pertumbuhan ekonomi nasional. 

    Kedelapan, penurunan harga BBM juga sejalan dengan upaya pemerintah untuk memulihkan ekonomi pascapandemi. 

    Kesembilan, harga BBM yang lebih rendah akan meningkatkan daya saing ekonomi Indonesia secara keseluruhan. 

    “Pemerintah perlu mempertimbangkan langkah ini sebagai strategi untuk menjaga keseimbangan ekonomi di tengah ketidakpastian global dan tantangan domestik yang ada,” ucapnya

  • Harga Minyak Dunia Anjlok, Imbas Serangan Israel ke Iran? – Page 3

    Harga Minyak Dunia Anjlok, Imbas Serangan Israel ke Iran? – Page 3

    Amerika Serikat (AS) mengungkapkan akan menambah cadangan minyak, ketika harga minyak dunia semakin menurun.

    Mengutip Marketwatch, Selasa (29/10/2024) Departemen Energi AS (DOE) mengeluarkan seruan baru untuk membeli minyak untuk Cadangan Minyak Strategis karena harga semakin turun dari target harga akuisisi USD 79 per barel.

    DOE mengatakan mereka akan menerima tawaran pembelian hingga 3 juta barel minyak untuk pengiriman ke fasilitas Bryan Mound milik SPR di Texas mulai April hingga Mei 2025. Adapun tawaran untuk permintaan terbaru akan jatuh tempo pada 6 November mendatang.

    Departemen tersebut mengatakan mereka telah membeli lebih dari 55 juta barel minyak hingga saat ini untuk mengisi kembali SPR dengan harga rata-rata sekitar USD 76 per barel, dibandingkan dengan USD 95 per barel yang diterima untuk penjualan darurat dari cadangan minyak tersebut pada 2022, untuk menahan biaya minyak bagi konsumen setelah perang Rusia – Ukraina.

    DOE mengatakan bahwa mereka masih berencana membeli minyak pada harga USD 79 per barel atau kurang untuk mengisi kembali cadangan, dengan mempertimbangkan pengembalian kurs yang direncanakan dan perkembangan pasar.

    Harga minyak dunia turun pada Senin, 28 Oktober 2024 setelah serangan balasan Israel terhadap Iran akhir pekan lalu tidak mengenai fasilitas minyak atau nuklir, sehingga mengurangi kekhawatiran di pasar tentang eskalasi konflik yang dapat mengganggu pasokan minyak.

    Minyak mentah West Texas Intermediate, patokan AS, turun 6,1% menjadi USD 67,38 per barel di New York Mercantile Exchange.

    Minyak yang disimpan di SPR mencapai 384,6 juta barel per 18 Oktober, dibandingkan dengan 638,1 juta barel pada awal pemerintahan Biden.

  • Perang Timur Tengah Pecah, Bahlil Waswas Harga Minyak Melambung

    Perang Timur Tengah Pecah, Bahlil Waswas Harga Minyak Melambung

    Jakarta

    Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Bahlil Lahadalia menyoroti perang yang terjadi Timur Tengah. Kondisi tersebut dikhawatirkan mengerek harga minyak dunia.

    Dia mengatakan, jika harga minyak dunia terus naik maka akan membebani APBN. Apalagi, Indonesia kini impor minyak.

    “Ya kita melihat bahwa sudah ada tanda-tanda kan. Ada tanda-tanda kalau perang ini terus terjadi, tidak menutup kemungkinan harga minyak dunia akan terkoreksi. Maka kita berdoa agar harga minyak dunia tidak terkoreksi karena kalau ini terjadi maka pasti akan membebani APBN kita karena kita kan masih impornya kurang lebih 900-1 juta barel per day,” kata Bahlil di Jakarta, Senin malam (7/10/2024).

    Dia mengatakan, jika harga minyak bergerak tapi masih di bawah batas APBN maka belum memberikan pengaruh. Namun, jika harga minyak terus meningkat maka bisa berdampak ke perekonomian.

    “Kalau sampai dengan harga masih dalam batas APBN itu nggak ada pengaruh. Artinya kalau perang terjadi dan harga minyak dunia tidak bergerak itu nggak apa-apa, tapi kalau perang terjadi tapi harga minyak dunia naik, itu berdampak pada perekonomian dan beban keuangan APBN kita ya,” ujarnya.

    Sementara itu, dia menyebut, jika harga minyak rendah maka subsidi bisa berkurang. “Oh bagus, subsidi kita akan berkurang ya,” katanya.

    Simak: Video: Risiko Harga Minyak Dunia Meroket Setelah Iran Serang Israel

    (acd/ara)

  • Israel-AS Ancam Serang Kilang Iran, Harga Minyak Mentah Meroket!

    Israel-AS Ancam Serang Kilang Iran, Harga Minyak Mentah Meroket!

    Jakarta

    Memanasnya tensi di Timur Tengah memicu kenaikan harga minyak dunia. Harga minyak tercatat naik 5% pada Kamis kemarin usai munculnya pernyataan dari Presiden Amerika Serikat (AS) Joe Biden.

    Biden menyatakan bahwa AS berpotensi membantu Israel untuk menyerang kilang milik Iran. Hal itu merupakan balas dendam atas serangan Iran ke Israel baru-baru ini.

    “Kami sedang mendiskusikan hal itu,” kata Biden, dikutip dari CNBC, Jumat (4/10/2024).

    Ahli strategi komoditas senior di TD Securities, Daniel Ghali menilai pernyataan Biden menjadi katalis yang mendorong harga minyak naik lebih tinggi. Menurutnya, gejolak geopolitik di Timur Tengah saat ini adalah yang tertinggi sejak Perang Teluk.

    “Risiko geopolitik di Timur Tengah mungkin berada pada tingkat tertinggi sejak Perang Teluk,” sebut dia.

    Harga minyak WTI berjangka melonjak 5,5% di awal sesi ke level tertinggi US$ 73,99 per barel. West Texas Intermediate naik sekitar 8% minggu ini atau yang tertinggi sejak Maret 2023.

    Harga minyak Brent ditutup naik US$ 3,72 atau 5,03% menjadi US$ 77,62 per barel. Sementara West Texas Intermediate naik US$ 3,61 atau 5,15% ke level US$ 73,71 per barel.

    Risiko gangguan pasokan minyak meningkat seiring dengan semakin intensifnya pertikaian di Timur Tengah. Meskipun OPEC+ disebut masih mempunyai persediaan minyak mentah dalam jumlah yang besar.

    “Kapasitas cadangan tersebut untuk saat ini mencegah kenaikan harga di tengah salah satu krisis terdalam dan paling parah di Timur Tengah dalam empat dekade terakhir,” kata Claudio Galimberti, kepala ekonom di Rystad Energy.

    Kapasitas cadangan OPEC+ akan cukup untuk menutupi gangguan terhadap ekspor Iran jika Israel benar-benar menyerang kilang minyak Iran.

    (ily/rrd)

  • Awas! Konflik Iran-Israel Berpotensi Picu Kenaikan Harga BBM

    Awas! Konflik Iran-Israel Berpotensi Picu Kenaikan Harga BBM

    Yogyakarta (beritajatim.com)- Konflik yang terjadi antara Iran dengan Israel menimbulkan potensi dan ancaman tersendiri bagi dunia termasuk dari sisi perekonomian. Pasalnya konflik Iran-Israel ini sangat berpotensi memicu kenaikan harga minyak mentah dunia dan berimbas pada kenaikan harga Bahan Bakar Minyak (BBM).

    Pengamat Ekonomi Energi UGM, Dr. Fahmy Radhi, MBA menyatakan konflik Iran-Israil berpotensi menaikan harga minyak dunia yang akan memicu kenaikan harga bahan bakar minyak (BBM) di dalam negeri.

    Dia mengatakan itu dengan alasan lokasi konflik di seputar Selat Hormuz, dan dimungkinkan akan mengganggu jalur supply chain minyak dunia sehingga menghambat pasokan minyak dan menaikkan biaya distribusi.

    “Berpotensi menaikan harga minyak dunia. Apalagi sebelum pecah konflik harga minyak dunia sudah naik pada kisaran US $89 per barrel, potensi kenaikan harga minyak dunia akan berlanjut saat eskalasi ketegangan Iran-Israil meluas”, ujarnya melalui siaran pers.

    Dia menjelaskan sebagai net-importir, kenaikan harga minyak dunia sudah pasti akan berpengaruh terhadap harga BBM di Indonesia, bahkan berpotensi di atas asumsi ICP (Indonesian Crude Price) asumsi APBN 2024 yang telah ditetapkan sebesar US $ 82 per barrel. Dijelaskan pula dalam kondisi ketidakpastian harga minyak dunia, Pemerintah melalui Menteri Koordinator Perekonomian menjamin bahwa Pemerintah tidak akan menikan harga BBM Subsidi sampai Juni 2024.

    Disebutnya Pemerintah hanya akan melakukan penyesuaian arah subsidi energi. Meski begitu jika eskalasi konflik Iran-Israil meluas, tidak menutup kemungkinan harga minyak dunia akan melambung.

    “Bahkan diperkirakan bisa mencapai di atas US $ 100 per barrel. Dalam kondisi tersebut, Pemerintah dihadapkan pada dilemma dalam penetapan harga BBM di dalam negeri”, jelasnya.

    Menurutnya, jika harga BBM Subsidi tidak dinaikan, beban APBN akan membengkak. Berikutnya kenaikan harga minyak dunia akan semakin menguras devisa untuk membiayai impor BBM.

    Ujung-ujungnya semakin memperlemah kurs rupiah terhadap dollar AS, yang saat ini sudah sempat menembus Rp. 16.000 per dollar AS. Sementara jika harga BBM Subsidi dinaikan dipastikan akan memicu inflasi yang menyebabkan kenaikan harga-harga kebutuhan pokok sehingga menurunkan daya beli rakyat.

    “Dalam kondisi ketidakpastian harga minyak dunia akibat konflik Iran-Israil ini, sebaiknya Pemerintah jangan memberikan PHP atau harapan palsu kepada rakyat dengan menjamin bahwa harga BBM Subsidi tidak akan dinaikan hingga Juni 2024. Pemerintah sebaiknya mengambil keputusan realistis berdasarkan indikator terukur, salah satunya harga minyak dunia”, katanya.

    Karena itu sarannya, jika harga minyak dunia masih di bawah US $100 per barrel, harga BBM Subsidi tidak perlu dinaikan. Namun, jika harga minyak dunia mencapai di atas US $100 per barrel, harga BBM Subsidi sebaiknya dinaikan, sembari memberikan Bantuan Langsung Tunai (BLT) kepada rakyat miskin yang terdampak. [aje]

  • Harga Minyak Dunia Terancam, LaNyalla: Hindari Naikkan BBM Subsidi

    Harga Minyak Dunia Terancam, LaNyalla: Hindari Naikkan BBM Subsidi

    Surabaya (beritajatim.com) – Konflik di Timur Tengah yang memicu ketegangan militer antara Iran dan Israel dikhawatirkan akan mendongkrak harga minyak mentah dunia. Kenaikan harga ini diprediksi jauh melampaui USD82 per barel, melebihi asumsi yang dipatok dalam APBN.

    Hal ini menjadi sorotan Ketua DPD RI, AA LaNyalla Mahmud Mattalitti, yang mendesak pemerintah untuk tidak menaikkan harga BBM Subsidi.

    Menurut LaNyalla, kenaikan harga BBM Subsidi akan menjadi beban baru bagi fiskal Indonesia, terutama di tengah kondisi ekonomi masyarakat yang belum pulih pasca pandemi. Kenaikan ini dinilai tidak tepat waktunya, mengingat momen Ramadhan dan Lebaran yang baru saja dilalui, di mana masyarakat mengalami peningkatan pengeluaran, terutama untuk biaya transportasi mudik dan kebutuhan pendidikan anak.

    “Saya minta pemerintah untuk tidak mengambil langkah menaikkan harga BBM Subsidi. Timing waktunya sangat tidak tepat bagi kondisi ekonomi masyarakat di lapis bawah dan menengah,” tegas LaNyalla.

    Sebagai solusi, LaNyalla mengusulkan agar pemerintah melakukan penyesuaian atau pengalihan alokasi anggaran program kementerian yang masih bisa ditunda, untuk membiayai dampak kenaikan harga minyak dunia jika berlangsung dalam waktu lama.

    “Kami menyadari bahwa lifting minyak Indonesia jauh di bawah kebutuhan, sehingga impor kita sudah di atas lifting. Tetapi tugas pemerintah mencari jalan keluar yang berorientasi kepada tujuan negara, salah satunya melindungi rakyat, terutama mereka yang harus dilindungi,” tandasnya.

    Kenaikan harga BBM Subsidi dikhawatirkan akan memicu inflasi dan memperparah daya beli masyarakat. Oleh karena itu, langkah-langkah alternatif yang tidak memberatkan rakyat perlu dipertimbangkan oleh pemerintah untuk mengantisipasi dampak kenaikan harga minyak dunia. [beq]

  • Ketua Banggar DPR Said: Waspadai Dampak Perang Israel-Iran

    Ketua Banggar DPR Said: Waspadai Dampak Perang Israel-Iran

    Surabaya (beritajatim.com) – Iran secara resmi menyatakan penghentian serangan ke Israel, setelah Sabtu 13 April 2024 lalu Iran menyerang secara langsung Israel. Serangan Iran terhadap Israel ini berdampak kontan atas kenaikan beberapa komoditas strategis global.

    Terjadi kenaikan harga minyak, menyentuh di level 90,5 US Dollar per barel dari posisi sebelumnya di harga 89 US Dollar per barel. Setelah menyatakan penghentian serangan atas Israel pada 13 April 2024 lalu, apakah perang antara Iran dan Israel akan berakhir?

    “Kita berharap serangan ini berakhir, sehingga ketegangan di Timur Tengah makin mereda. Namun, melihat kemungkinan tren yang ada, eskalasi geopolitik di Timur Tengah akan tetap membara,” tutur Ketua Badan Anggaran DPR RI, Said Abdullah, Selasa (16/4/2024).

    Seperti kita ketahui bersama, sejak pecah Revolusi1979, Iran mengubah orientasi kebijakan luar negerinya terhadap Israel. Kedua negara terlibat perang proxy berlangsung sangat lama.

    “Karena itulah, saya perkirakan permusuhan kedua negara tidak akan segera berakhir dalam waktu dekat, dan setiap saat bisa terjadi konfrontasi lanjutan. Merespons situasi tersebut, saya selaku Ketua Badan Anggaran DPR RI meminta pemerintah pro aktif melakukan langkah-langkah strategis,” katanya.

    Langkah strategis, menurut Said yang juga Ketua DPP PDI Perjuangan itu, antara lain pro aktif melakukan upaya diplomatik,melalui lembaga lembaga internasional, baik di PBB, maupun OKI. Yakni, untuk mendorong gencatan senjata dari kedua negara, sejalan dengan mencari upaya damai perang antara Israel dan Palestina.

    Kemudian, mendorong PBB untuk lebih memiliki makna dalam upaya penciptaan perdamaian dunia. Upaya ini memang tidak mudah, sebab pembelaan Amerika Serikat dan Inggris yang begitu kuat kepada Israel.

    Apalagi jika dilihat dari sisi keuntungan ekonomi, eskalasi di Timur Tengah yang mendongkrak harga minyak dunia, menguntungkan kedua ‘blok politik’ besar, yakni Tiongkok, Rusia versus Amerika Serikat, Arab Saudi, Kanada yang sama-sama produsen minyak bumi dan senjata besar di dunia.

    “Pro aktif juga mengamankan pasokan minyak bumi untuk kebutuhan di dalam negeri, sebab kita bergantung dari impor minyak mentah dan hasil minyak rata-rata 3,5 juta ton per bulan, merujuk data tahun 2023. Jika perang masih berlanjut, jalur suplai minyak bumi melalui Selat Hormuz akan terganggu. Apalagi Iran termasuk 10 negara terbesar dunia yang memproduksi minyak buminya hingga 3,45 juta barel per hari pada tahun 2023. Dampak kenaikan harga minyak dunia akan menjadi beban besar bagi APBN kita,” jelasnya.

    Pemerintah juga harus pro aktif mempersiapkan kesiapan APBN menghadapi tekanan eksternal imbas dari kenaikan harga minyak dan depresiasi US Dollar terhadap Rupiah. Sebab setiap rupiah yang melemah sebesar Rp 500 dan harga minyak naik 10 US Dollar per barel, maka anggaran subsidi atau kompensasi diproyeksi meningkat Rp 100 triliun. APBN 2024 mematok rupiah di level Rp 15.000/US Dollar dan ICP 82 US Dollar/barel.

    Beberapa pengamat menyatakan, harga minyak bumi bisa menyentuh 120 US Dollar per barel, jika distribusi minyak bumi melalui Selat Hormuz terganggu. Sebab jalur ini menjadi penopang 21 persen lalu lintas minyak bumi dunia.

    Juga, pro aktif memastikan ketersediaan US Dollar bagi para importir komoditas strategis, seperti bahan pangan, dan minyak bumi, sekurang kurangnya enam bulan ke depan, untuk memastikan efektivitas lindung nilai. Termasuk pro aktif untuk mengembangkan skema pembayaran lebih variatif untuk menggantikan US Dollar, dengan terus mengembangkan local currency settlement, terutama pada pembayaran komoditas strategis di sektor pangan dan energi.

    “Pemerintah juga harus pro aktif memastikan kemampuan untuk pembayaran Surat Berharga Negara (SBN) dan utang luar negeri yang berdenominasi US Dollar, mengingat tren adanya depresiasi Rupiah dari US Dollar, dari batas rata rata yang ditetapkan di APBN 2024,” pungkasnya. [tok/aje]

  • Harga Minyak Naik Tipis Imbas ‘Gangguan’ Houthi Yaman Terus Berlanjut

    Harga Minyak Naik Tipis Imbas ‘Gangguan’ Houthi Yaman Terus Berlanjut

    Jakarta, CNN Indonesia

    Harga minyak dunia naik di pembukaan perdagangan Asia pada Selasa (27/2), memperpanjang merangkaknya harga dalam tiga hari berturut-turut.

    Pemicunya adalah kekhawatiran pasar karena gangguan pengiriman yang terjadi terus-menerus dilakukan Houthi Yaman di Laut Merah bakal berdampak pada pasokan minyak.

    Mengutip Reuters, minyak mentah berjangka Brent naik 16 sen atau 0,2 persen ke US$82,69 per barel. Sementara minyak mentah berjangka West Texas Intermediate (WTI) AS naik 15 sen atau 0,2 persen menjadi US$77,73 per barel.

    Kedua harga acuan tersebut telah ditutup naik lebih dari 1 persen pada Senin.

    Kelompok Houthi Yaman, yang bersekutu dengan Iran, terus melakukan serangan terhadap pengiriman minyak di Laut Merah.

    Lalu, meskipun agresi Israel ke Palestina tidak secara signifikan membatasi pasokan minyak, tetapi hal ini telah meningkatkan tarif logitik dan waktu pengiriman. Imbasnya, minyak berada di perairan lebih lama.

    Senin kemarin (26/2), Presiden AS Joe Biden berharap gencatan senjata dalam konflik Israel-Hamas di Gaza dapat dimulai pada Senin pekan depan, ketika pihak-pihak yang bertikai tampaknya mencapai kesepakatan selama negosiasi di Qatar, serta untuk menengahi pembebasan sandera.

    Sementara itu, Presiden Federal Reserve Bank Kansas City Jeffrey Schmid memberi sinyal bahwa dia akan bersikap sama seperti sebagian besar rekan bank sentral di AS, tidak terburu-buru untuk menurunkan suku bunga.

    Biaya pinjaman yang tinggi biasanya mengurangi pertumbuhan ekonomi dan permintaan minyak.

    (pta/pta)

  • Minim Sentimen, Harga Minyak Dunia Melemah Pagi Ini

    Minim Sentimen, Harga Minyak Dunia Melemah Pagi Ini

    Jakarta, CNN Indonesia

    Harga minyak dunia turun di awal perdagangan pasar Asia pada Senin (26/2) pagi. Ini melanjutkan tren pelemahan harga minyak yang pekan lalu terkoreksi 2 persen hingga 3 persen.

    Mengutip Reuters, harga minyak mentah berjangka Brent turun 34 sent menjadi US$81,28 per barel. Sementara, West Texas Intermediate (WTI) juga turun 33 sen menjadi US$76,16 per barel.

    Penurunan harga minyak ini terjadi di tengah kekhawatiran pasar terhadap peningkatan inflasi. Hal ini disinyalir dapat menunda penurunan suku bunga Amerika Serikat (AS).

    Selain itu, Anaslis ANZ menyebut harga minyak mentah turun karena kurangnya faktor pendorong baru.

    “Minyak terjebak di antara faktor-faktor bullish seperti penurunan produksi OPEC dan peningkatan risiko geopolitik serta kekhawatiran bearish terhadap lemahnya permintaan di Tiongkok,” tulis catatan Analis ANZ.

    Apalagi, meskipun kelompok Houthi yang bersekutu dengan Iran terus menyerang kapal-kapal di Laut Merah, perang Israel-Hamas tidak secara signifikan membatasi pasokan minyak.

    Penurunan pagi ini melanjutkan pelemahan harga minyak pekan lalu. Saat itu, harga Brent turun sekitar 2 persen dan WTI turun lebih dari 3 persen.

    Analis ANZ memperkirakan stok minyak akan mulai berkurang dalam beberapa pekan mendatang. Pasalnya, kilang sudah pulih pemeliharaan. Hal ini dapat memberikan dukungan terhadap harga.

    Badan Informasi Energi AS mengatakan pekan lalu bahwa persediaan minyak mentah telah meningkat sebesar 3,5 juta barel menjadi 442,9 juta barel dalam pekan yang berakhir 16 Februari lalu.

    Angka tersebut lebih kecil dibandingkan dengan ekspektasi analis dalam jajak pendapat Reuters yang memperkirakan kenaikan sebesar 3,9 juta barel.

    (agt/agt)

  • Siap-siap, Harga Pertamax Cs Bakal Naik Usai Pemda DKI Kerek Pajak BBM

    Siap-siap, Harga Pertamax Cs Bakal Naik Usai Pemda DKI Kerek Pajak BBM

    Jakarta, CNN Indonesia

    PT Pertamina (Persero) buka suara ihwal kebijakan Pemerintah Provinsi DKI Jakarta mengerek pajak bahan bakar kendaraan bermotor (PBBKB) alias pajak BBM dan dampaknya terhadap harga jual BBM non-subsidi.

    Vice President Corporate Communication Pertamina Fadjar Djoko Santoso mengungkapkan pajak BBM menjadi salah satu komponen pembentuk harga BBM non-subsidi, di mana besarannya ditetapkan oleh pemerintah daerah.

    “Sehingga jika ada penyesuaian PBBKB oleh pemerintah daerah, maka akan mempengaruhi harga jual BBM non-subsidi,” kata dia saat dihubungi CNNIndonesia.com, Senin (29/1).

    Fadjar menjelaskan harga BBM non-subsidi mengikuti tren harga minyak dunia sehingga bersifat fluktuatif.

    “Setiap bulannya penyesuaian harga BBM non-subsidi sudah diberlakukan sehingga masyarakat diharapkan sudah terbiasa,” lanjut dia.

    Untuk harga BBM subsidi, Fadjar menjelaskan itu penetapan harganya merupakan kewenangan pemerintah pusat karena ada subsidi di dalamnya.

    Kenaikan PBBKB menjadi 10 persen ditetapkan dalam Peraturan Daerah DKI Jakarta Nomor 1 Tahun 2024 tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah.

    PBBKB sendiri adalah pajak yang dipungut atas penggunaan bahan bakar kendaraan. Objek PBBKB merupakan penyerahan bahan bakar dari penyalur kepada konsumen.

    Pemungutan pajak ini dilakukan oleh produsen atau importir bahan bakar kepada pihak penyalur bahan bakar seperti SPBU, bukan kepada konsumen atau pengguna. Sedangkan dasar pengenaan PBBKB adalah nilai jual bahan bakar sebelum dikenakan pajak pertambahan nilai.

    “Tarif PBBKB ditetapkan sebesar 10% (sepuluh persen),” tulis Pasal 24 ayat (1).

    Lalu Pasal 24 ayat (2) menetapkan tarif PBBKB untuk kendaraan umum sebesar 50 persen dari tarif PBBKB buat kendaraan pribadi.

    Aturan ini sudah ditandatangani oleh Pj Gubernur Jakarta Heru Budi Hartono pada 5 Januari 2024 dan berlaku pada tanggal yang sama.

    (del/pta)