Topik: Harga minyak dunia

  • Harga Minyak Dunia Melejit Hari Ini – Page 3

    Harga Minyak Dunia Melejit Hari Ini – Page 3

    Harga minyak dunia naik lebih dari USD 2 per barel pada perdagangan Senin. Kenaikan harga minyak ini setelah rilis berita bahwa produksi minyak mentah di ladang minyak Johan Sverdrup di Norwegia telah dihentikan.

    Selain itu, harga minyak dunia kembali naik karena adanya eskalasi perang Rusia-Ukraina.

    Mengutip CNBC, Selasa (19/11/2024), harga minyak mentah Brent naik USD 2,26, atau 3,18% dan ditutup pada level USD 73,30 per barel. Sementara harga minyak mentah West Texas Intermediate (WTI) AS ditutup pada USD 69,16 per barel, naik USD 2,14 atau 3,19%.

    Equinor, perusahaan energi internasional berkantor pusat di Norwegia, mengatakan telah menghentikan produksi dari ladang minyak Johan Sverdrup, yang merupakan ladang minyak terbesar di Eropa Barat, karena pemadaman listrik.

    Juru bicara Equinor mengatakan, pekerjaan untuk memulai kembali produksi sedang berlangsung, tetapi tidak segera jelas kapan akan dilanjutkan.

    Analis UBS Giovanni Staunovo mengatakan, harga minyak memperpanjang kenaikannya karena berita penghentian produksi, yang mengindikasikan kemungkinan pengetatan pasar minyak mentah Laut Utara. Pasokan fisik minyak mentah dari Laut Utara mendukung kompleks berjangka Brent.

    Harga juga naik karena perang Rusia di Ukraina meningkat selama akhir pekan.

    Dalam pembalikan signifikan kebijakan Washington, pemerintahan Presiden Joe Biden telah mengizinkan Ukraina menggunakan senjata buatan AS untuk menyerang jauh ke Rusia. Hal ini diungkap oleh dua pejabat AS dan sumber yang mengetahui keputusan tersebut.

     

  • Harga Minyak Naik Setelah Ukraina Serang Rusia dengan Rudal Jarak Jauh Buatan AS

    Harga Minyak Naik Setelah Ukraina Serang Rusia dengan Rudal Jarak Jauh Buatan AS

    Chicago, Beritasatu.com – Harga minyak dunia naik tipis pada Selasa (19/11/2024) setelah Ukraina menyerang Rusia dengan rudal jarak jauh buatan AS.

    Harga emas West Texas Intermediate (WTI) acuan AS kontrak Desember naik 23 sen atau (0,33%) mencapai US$ 69,39 per barel. Sementara sepanjang tahun ini, minyak mentah AS telah turun sekitar 3%. 

    Sedangkan harga minyak Brent acuan global kontrak Januari naik 1 sen atau 0,01% menjadi US$ 73,31 per barel. Sejak awal 2024 hingga kini, harga minyak patokan global turun hampir 5%.

    Dilansir CNBC International, meskipun harga minyak sedikit berubah pada Selasa, tetapi naik signifikan sekitar 3% pada Senin (18/11/2024) di tengah kekhawatiran meningkatnya perang Ukraina dan Rusia.

    Serangan itu terjadi setelah Presiden AS Joe Biden mengizinkan Ukraina menggunakan senjata itu untuk menyerang Rusia. Sikap Biden ini sebuah perubahan besar dari posisi Washington sebelumnya.

    Kementerian Pertahanan Rusia pada Selasa mengatakan, Ukraina menyerang fasilitas di wilayah Bryansk dengan enam rudal Atacams saat ketegangan meningkat di Eropa Timur. Sebagai tanggapan, Presiden Rusia Vladimir Putin menurunkan ambang batas Moskwa untuk menggunakan senjata nuklir.

    Keputusan Biden mengizinkan penggunaan rudal buatan AS untuk menyerang Rusia muncul hanya 2 bulan sebelum ia lengser dari jabatannya. Presiden terpilih Donald Trump berkampanye untuk mengakhiri perang di Ukraina.

    Invasi besar-besaran Moskwa ke Ukraina mengguncang pasar energi global pada 2022 karena negara-negara Eropa berusaha mengakhiri ketergantungan pada gas alam Rusia.

  • Keputusan Sembrono Joe Biden Dongkrak Harga Minyak – Page 3

    Keputusan Sembrono Joe Biden Dongkrak Harga Minyak – Page 3

    Liputan6.com, Jakarta – Harga minyak dunia naik lebih dari USD 2 per barel pada perdagangan Senin. Kenaikan harga minyak ini setelah rilis berita bahwa produksi minyak mentah di ladang minyak Johan Sverdrup di Norwegia telah dihentikan.

    Selain itu, harga minyak dunia kembali naik karena adanya eskalasi perang Rusia-Ukraina.

    Mengutip CNBC, Selasa (19/11/2024), harga minyak mentah Brent naik USD 2,26, atau 3,18% dan ditutup pada level USD 73,30 per barel. Sementara harga minyak mentah West Texas Intermediate (WTI) AS ditutup pada USD 69,16 per barel, naik USD 2,14 atau 3,19%.

    Equinor, perusahaan energi internasional berkantor pusat di Norwegia, mengatakan telah menghentikan produksi dari ladang minyak Johan Sverdrup, yang merupakan ladang minyak terbesar di Eropa Barat, karena pemadaman listrik.

    Juru bicara Equinor mengatakan, pekerjaan untuk memulai kembali produksi sedang berlangsung, tetapi tidak segera jelas kapan akan dilanjutkan.

    Analis UBS Giovanni Staunovo mengatakan, harga minyak memperpanjang kenaikannya karena berita penghentian produksi, yang mengindikasikan kemungkinan pengetatan pasar minyak mentah Laut Utara. Pasokan fisik minyak mentah dari Laut Utara mendukung kompleks berjangka Brent.

    Perang Rusia

    Harga juga naik karena perang Rusia di Ukraina meningkat selama akhir pekan.

    Dalam pembalikan signifikan kebijakan Washington, pemerintahan Presiden Joe Biden telah mengizinkan Ukraina menggunakan senjata buatan AS untuk menyerang jauh ke Rusia. Hal ini diungkap oleh dua pejabat AS dan sumber yang mengetahui keputusan tersebut.

     

  • Harga Minyak Dunia Naik Lebih dari 3 Persen Imbas Konflik Rusia-Ukraina

    Harga Minyak Dunia Naik Lebih dari 3 Persen Imbas Konflik Rusia-Ukraina

    Jakarta, Beritasatu.com – Harga minyak mentah dunia naik lebih dari 3% pada perdagangan Senin (18/11/2024), karena laporan gangguan produksi di ladang minyak Johan Sverdrup, Norwegia. Selain itu, harga emas naik karena ketegangan konflik Rusia-Ukraina memanas setelah pernyataan Presiden Amerika Serikat (AS) Joe Biden.

    Mengutip Reuters, Selasa (19/11/2024), harga minyak mentah Brent melesat US$ 2,26 atau 3,2% menjadi US$ 73,30 per barel. Sementara itu, harga minyak mentah West Texas Intermediate (WTI) di Amerika Serikat (AS) menguat US$ 2,14 atau 3,2% menjadi US$ 69,16 per barel.

    Gangguan produksi di ladang minyak Johan Sverdrup, salah satu ladang minyak terbesar di Eropa Barat, terjadi akibat pemadaman listrik. Saat ini, upaya pemulihan produksi sedang dilakukan, tetapi belum ada kepastian kapan operasi akan kembali normal.

    Analis UBS Giovanni Staunovo mengungkapkan, gangguan ini memicu kekhawatiran pasar terkait potensi pengetatan pasokan minyak mentah di kawasan laut utara.

    “Kemudian, ladang minyak Tengiz di Kazakhstan, yang dikelola oleh Chevron, juga mengalami penurunan produksi hingga 30% karena sedang dilakukan perbaikan,” ucapnya.

    Selain itu, harga minyak juga dipengaruhi oleh eskalasi konflik Rusia-Ukraina yang terus meningkat. Pemerintahan Presiden AS Joe Biden telah memberikan izin bagi Ukraina untuk menggunakan senjata buatan AS dalam menyerang wilayah Rusia, termasuk Kursk.

    Langkah ini menuai kecaman dari Kremlin, yang menyebutnya sebagai tindakan ceroboh dan memperingatkan risiko eskalasi konflik dengan NATO.

    Analis IG Markets Tony Sycamore menyoroti, ketegangan geopolitik ini berpotensi mendorong harga minyak naik lebih tinggi.

    “Jika Ukraina mulai menargetkan infrastruktur minyak Rusia, hal tersebut bisa berdampak signifikan pada pasokan energi global,” pungkasnya.

    Serangan itu juga akan berpengaruh ke harga minyak dunia yang akan terus naik.

  • Harga Minyak Dunia Diskon Lagi 2%

    Harga Minyak Dunia Diskon Lagi 2%

    Houston: Harga minyak dunia turun lebih dari dua persen pada perdagangan Jumat waktu setempat (Sabtu WIB), karena investor khawatir tentang melemahnya permintaan Tiongkok dan potensi perlambatan laju pemotongan suku bunga Federal Reserve Amerika Serikat (AS).
     
    Mengutip data Yahoo Finance, Sabtu, 16 November 2024, harga minyak mentah Brent turun USD1,52, atau 2,09 persen, menjadi USD71,04 per barel. Sedangkan harga minyak mentah West Texas Intermediate (WTI) AS turun USD1,68, atau 2,45 persen, menjadi USD67,02. Selama seminggu, Brent turun sekitar empat persen, sementara WTI turun sekitar lima persen.
     
    Penyulingan minyak Tiongkok pada Oktober memproses 4,6 persen lebih sedikit minyak mentah daripada tahun sebelumnya karena penutupan pabrik dan pengurangan tingkat operasi pada penyulingan independen yang lebih kecil.
     
    Pertumbuhan produksi pabrik negara itu melambat bulan lalu dan kemerosotan permintaan di sektor properti menunjukkan sedikit tanda-tanda akan mereda, menambah kekhawatiran investor terhadap kesehatan ekonomi importir minyak mentah terbesar di dunia.
     
    Harga minyak juga turun minggu ini karena para peramal utama mengindikasikan melambatnya pertumbuhan permintaan global.
     
    IEA memperkirakan pasokan minyak global akan melebihi permintaan lebih dari satu juta barel per hari pada 2025, bahkan jika pemotongan tetap dilakukan oleh OPEC+.
     
    Sementara itu, OPEC memangkas perkiraan pertumbuhan permintaan minyak global untuk tahun ini dan 2025, yang menyoroti kelemahan di Tiongkok, India, dan kawasan lain.
     
    Rencana kebijakan Trump untuk tarif impor Tiongkok
     
    Di sisi lain, Presiden terpilih AS Donald Trump telah berjanji untuk mengakhiri status perdagangan negara paling disukai Tiongkok dan mengenakan tarif pada impor Tiongkok melebihi 60 persen, jauh lebih tinggi daripada yang dikenakan selama masa jabatan pertamanya.
     
    Ekonom Goldman Sachs Research telah sedikit menurunkan perkiraan pertumbuhan mereka untuk Tiongkok pada 2025, kata bank tersebut dalam sebuah catatan, menyusul ekspektasi kenaikan tarif yang signifikan di bawah Trump.
     
    Penjualan eceran AS meningkat sedikit lebih banyak daripada yang diharapkan pada Oktober, menunjukkan perekonomian memulai kuartal keempat dengan catatan yang kuat.
     
    Data tersebut menambah perdebatan di antara para pembuat kebijakan Federal Reserve mengenai kecepatan dan tingkat pemotongan suku bunga karena investor semakin menurunkan ekspektasi mereka terhadap penurunan suku bunga pada pertemuan bank sentral pada Desember.
     
    Suku bunga yang lebih rendah biasanya memacu pertumbuhan ekonomi, membantu permintaan bahan bakar. Namun, Presiden Federal Reserve Bank of Boston Susan Collins tidak mengesampingkan kemungkinan pemotongan suku bunga pada Desember.
     
    Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
    dan follow Channel WhatsApp Medcom.id

    (HUS)

  • Harga Minyak Dunia Naik Tipis di Tengah Penarikan Stok Bahan Bakar AS

    Harga Minyak Dunia Naik Tipis di Tengah Penarikan Stok Bahan Bakar AS

    Jakarta, Beritasatu.com – Harga minyak dunia ditutup naik tipis pada perdagangan fluktuatif, Kamis (14/11/2024). Hal ini terjadi karena penarikan stok bahan bakas Amerika Serikat (AS) lebih besar daripada kekhawatiran kelebihan pasokan dan permintaan.

    Mengutip Reuters, Jumat (15/11/2024), harga minyak mentah Brent ditutup 28 sen atau 0,4% lebih tinggi pada US$ 72,56 per barel. Kemudian, harga minyak mentah West Texas Intermediate AS naik 27 sen atau 0,4% pada US$ 68,70. Kedua harga acuan sempat merosot ke wilayah negatif selama sesi perdagangan.

    Brent diperkirakan akan kehilangan sekitar 1,7% dalam seminggu, sementara WTI diperkirakan akan mengakhiri minggu dengan penurunan lebih dari 2% karena dolar AS yang lebih kuat dan kekhawatiran tentang meningkatnya pasokan di tengah pertumbuhan permintaan yang lambat.

    Badan Informasi Energi menyebutkan, persediaan bensin AS turun 4,4 juta barel minggu lalu, dibandingkan dengan ekspektasi analis dalam jajak pendapat Reuters untuk penambahan 600.000 barel. Persediaan sebesar 206,9 juta barel untuk minggu yang berakhir pada 8 November adalah yang terendah sejak November 2022.

    Badan Energi Internasional memperkirakan pasokan minyak global akan melebihi permintaan pada 2025 bahkan jika pemotongan tetap dilakukan oleh OPEC+. Pemotongan itu mencakup organisasi negara-negara pengekspor minyak dan sekutu, seperti Rusia, karena meningkatnya produksi dari AS dan produsen luar lainnya di tengah permintaan lesu.

    Badan itu menaikkan perkiraan pertumbuhan permintaan pada 2024 sebesar 60.000 barel per hari menjadi 920.000 barel per hari, dan menargetkan perkiraan pertumbuhan permintaan minyak pada 2025 menjadi 990.000 barel per hari.

    Dolar AS yang lebih kuat membuat minyak dalam denominasi dolar lebih mahal bagi pemegang mata uang lainnya. Hal itu dapat mengurangi permintaan.

    Ahli strategi minyak UBS Switzerland AG Giovanni Staunovo mengatakan, minyak mentah Brent diperkirakan mencapai rata-rata US$ 80 sepanjang 2025, turun dari perkiraan akhir September sebesar US$ 85 berdasarkan pertumbuhan permintaan yang lebih rendah, terutama dari China.

    “Secara keseluruhan, kami melihat pasar minyak seimbang hingga sedikit kelebihan pasokan tahun depan,” pungkas Staunovo.

  • Harga Minyak Dunia Melejit Hari Ini – Page 3

    Harga Minyak Dunia Pulih dari Level Terendah 2 Minggu, Ini Penyebabnya – Page 3

    Dari sisi pasokan, pasar masih mungkin menghadapi gangguan dari Iran atau konflik lebih lanjut antara Iran dan Israel, tulis Barclays dalam sebuah catatan.

    Pemilihan Senator Marco Rubio oleh Trump sebagai calon Menteri Luar Negeri diperkirakan dapat berdampak positif bagi harga minyak, karena pandangannya yang keras terhadap Iran mungkin akan memicu penerapan sanksi, yang berpotensi mengurangi pasokan global hingga 1,3 juta barel per hari, kata Ashley Kelty dari Panmure Liberum.

    Menteri Minyak Iran mengatakan bahwa Teheran telah menyusun rencana untuk mempertahankan produksi dan ekspor minyak serta siap menghadapi kemungkinan pembatasan minyak oleh AS, seperti yang dilaporkan situs berita Kementerian Shana.

    Membatasi kenaikan harga minyak, dolar naik mendekati level tertinggi tujuh bulan terhadap mata uang utama lainnya setelah data menunjukkan inflasi AS untuk Oktober meningkat sesuai ekspektasi, yang menunjukkan bahwa Federal Reserve akan terus memangkas suku bunga.

    Dolar yang lebih kuat membuat minyak yang dihargakan dalam dolar AS menjadi lebih mahal bagi pemegang mata uang lainnya, yang dapat mengurangi permintaan.

    Data inventaris mingguan dari American Petroleum Institute, yang dijadwalkan pada pukul 16:30 EST, menjadi fokus, dengan para analis yang disurvei oleh Reuters memperkirakan adanya peningkatan sebesar 100.000 barel dalam stok minyak mentah minggu lalu. Data pemerintah akan dirilis pada Kamis pukul 11:00, dengan kedua laporan tertunda sehari karena libur Hari Veteran pada hari Senin.

  • CEO Citi paparkan efek positif-negatif kemenangan Trump

    CEO Citi paparkan efek positif-negatif kemenangan Trump

    Secara global, efeknya itu ada positif dan negatifnyaJakarta (ANTARA) – CEO Citi Indonesia Batara Sianturi memaparkan efek positif dan negatif dari kemenangan Donald Trump pada Pemilihan Presiden (Pilpres) Amerika Serikat (AS) 2024.

    “Secara global, efeknya itu ada positif dan negatifnya,” kata Batara saat ditemui usai konferensi pers di Jakarta, Rabu.

    Untuk dampak positif, dia melihat ada dua benefit dari kemenangan Trump. Pertama, potensi pemangkasan suku bunga Fed Fund Rate (FFR) oleh Federal Reserve atau The Fed. Potensi ini diharapkan dapat memancing kondisi ekonomi global yang kondusif.

    Kedua, China sedang melakukan stimulus, yang bisa memitigasi pelemahan nilai tukar mata uang negara berkembang terhadap dolar AS.

    Sementara potensi dampak negatif dari kemenangan Trump diperkirakan mencakup empat hal.

    Pertama, kemenangan Trump juga diiringi dengan kemenangan besar Partai Republik. Hal ini akan memancing penguatan dolar AS dan berdampak pada pelemahan rupiah.

    Kedua, potensi kenaikan tarif impor, terutama terhadap China. Bila AS mengenakan tarif impor hingga mencapai 60 persen terhadap produk China, sebagaimana yang Trump lakukan pada periode jabatannya yang lalu, kemungkinan akan memicu inflasi di Amerika dan pelemahan ekonomi China.

    Baca juga: Sri Mulyani antisipasi ASEAN terimbas tarif impor tinggi Trump

    Baca juga: BRI prediksi kemenangan Trump sebabkan tekanan pada ekonomi global

    Sementara nilai tukar China selaras dengan nilai tukar negara berkembang. Artinya, bila nilai tukar China melemah, hal serupa juga terjadi pada nilai tukar negara berkembang, termasuk Indonesia.

    Ketiga, kebijakan dovish di Eropa juga bisa menguatkan dolar AS, dan berujung pada pelemahan rupiah.

    Terakhir, harga minyak dunia juga akan turut terdampak, terlebih dengan tensi geopolitik global yang masih belum mereda.

    Adapun terkait dengan pasar modal Indonesia, Batara berpendapat dampaknya masih belum bisa dipastikan.

    Jika dolar AS menguat, aliran investasi cenderung mengarah ke pasar negara maju seperti AS, dan ini dapat mengakibatkan pelemahan mata uang pasar berkembang. Namun, kebijakan konkret dari Trump terkait tarif perdagangan dan strategi diplomasi masih belum jelas.

    “Belum ada kebijakan yang ofisial, apakah tarif benar-benar akan diterapkan atau hanya sebagai alat negosiasi dengan mitra dagang,” tuturnya.

    Baca juga: Rosan sebut keluarga Trump tertarik berinvestasi di Indonesia

    Baca juga: AS dukung Indonesia percepat permohonan aksesi OECD

    Pewarta: Imamatul Silfia
    Editor: Agus Salim
    Copyright © ANTARA 2024

  • Gegara Ini Harga Minyak Dunia Tergelincir hingga 2%

    Gegara Ini Harga Minyak Dunia Tergelincir hingga 2%

    Houston: Harga minyak dunia turun lebih dari dua persen pada perdagangan Senin waktu setempat (Selasa WIB), setelah rencana stimulus terbaru Tiongkok mengecewakan investor yang mencari pertumbuhan permintaan di konsumen minyak terbesar kedua di dunia, sementara pasokan tampaknya akan meningkat pada 2025.
     
    Dikutip dari Yahoo Finance, Selasa, 12 November 2024, harga minyak mentah Brent ditutup pada USD71,83 per barel, turun USD2,04 atau 2,76 persen. Sementara harga minyak mentah West Texas Intermediate (WTI) AS ditutup pada USD68,04 per barel, turun USD2,34, atau 3,32 persen. Kedua acuan tersebut turun lebih dari dua persen pada perdagangan Jumat lalu.
     
    Kemenangan Donald Trump dalam pemilu AS mungkin akan terus memengaruhi pasar, kata Phil Flynn, analis senior di Price Futures Group. Menurut dia, Pemilu dengan janji Trump untuk ‘mengebor’, telah menghilangkan sebagian insentif untuk mengambil posisi beli.
    Indeks dolar AS, ukuran nilainya relatif terhadap keranjang mata uang asing, sedikit melampaui nilai tertinggi yang terlihat tepat setelah pemilihan presiden AS minggu lalu, dengan pasar masih menunggu kejelasan tentang kebijakan AS di masa mendatang.
     
    Dolar yang lebih kuat membuat komoditas dalam mata uang AS, seperti minyak, lebih mahal bagi pemegang mata uang lain dan cenderung membebani harga.
     

     

    Pasokan minyak mentah bakal tumbuh

    Bank of America Securities mengatakan dalam sebuah catatan, pasokan minyak mentah non-OPEC diperkirakan akan tumbuh sebesar 1,4 juta barel per hari (bph) pada 2025 dan 900 ribu bph pada 2026.
     
    Pertumbuhan non-OPEC yang signifikan tahun depan dan paket stimulus Tiongkok yang tidak meyakinkan kemungkinan berarti persediaan akan membengkak bahkan tanpa peningkatan OPEC+.
     
    Pada akhir September, OPEC+ mengatakan akan meningkatkan pasokan pada Desember sebesar 180 ribu barel per hari, tetapi awal bulan ini sebuah kesepakatan dicapai di antara negara anggota dan sekutu untuk menunda perluasan pasokan hingga Januari.
     
    Regulator produksi lepas pantai AS mengatakan 25,7 persen produksi minyak mentah dan 13 persen produksi gas alam masih ditutup karena Badai Rafael, yang pada Senin pecah dan hanya menjadi badai sisa di Teluk Meksiko bagian tengah.
     
    Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
    dan follow Channel WhatsApp Medcom.id

    (HUS)

  • Harga Minyak Hari Ini Turun Tertekan Stimulus China

    Harga Minyak Hari Ini Turun Tertekan Stimulus China

    Jakarta, Beritasatu.com – Harga minyak dunia turun lebih dari 2% pada perdagangan, Senin (11/11/2024) waktu setempat, imbas stimulus China yang membuat kecewa investor terkait peningkatan permintaan.

    Mengutip Reuters, Selasa (12/11/2024), harga minyak Brent ditutup turun US$ 2,04 (2,76%) menjadi US$ 71,83 per barel. Sementara itu, harga minyak mentah West Texas Intermediate (WTI) AS berakhir anjlok US$ 2,34 (3,32%) menjadi US$ 68,04 per barel. Kedua patokan harga minyak itu juga menurun lebih dari 2% pada Jumat pekan lalu.

    Di China, harga konsumen naik dengan laju paling lambat dalam empat bulan pada Oktober, sementara deflasi harga produsen semakin dalam meskipun Pemerintah China menggandakan upaya stimulus untuk menopang ekonominya.

    “Angka inflasi China kembali lemah, dengan pasar mengkhawatirkan deflasi, terutama karena perubahan tahunan indeks harga produsen semakin jatuh ke wilayah negatif. Momentum ekonomi China tetap negatif,” kata analis pasar XM Achilleas Georgolopoulos.

    Selain itu, Kemenangan Donald Trump dalam Pemilihan Presiden (Pilpres) Amerika Serikat (AS) 2024 juga diperkirakan akan memengaruhi pasar minyak.

    Analis senior di Price Futures Group Phil Flynn menjelaskan, janji Trump untuk “drill, baby, drill” mengurangi minat investor untuk melakukan posisi beli.

    Indeks dolar AS, yang mengukur nilai dolar terhadap sejumlah mata uang asing, sedikit melewati titik tertinggi yang terlihat setelah pemilu AS minggu lalu.

    Pasar masih menantikan kejelasan terkait kebijakan masa depan AS. Dolar yang lebih kuat membuat komoditas yang dihargai dalam dolar AS, seperti harga minyak yang akan lebih mahal bagi pemegang mata uang lainnya, sehingga cenderung menekan harga.