Topik: Harga minyak dunia

  • Harga Minyak Dunia Naik Tipis Jadi 73,20 Dolar AS per Barel Usai Inflasi AS Mereda – Halaman all

    Harga Minyak Dunia Naik Tipis Jadi 73,20 Dolar AS per Barel Usai Inflasi AS Mereda – Halaman all

    Laporan Wartawan Tribunnews.com Namira Yunia

    TRIBUNNEWS.COM, WASHINGTON –  Harga minyak dunia di perdagangan pasar global dilaporkan bangkit, naik tipis setelah ketegangan pasar mereda pasca data inflasi Amerika Serikat (AS) menunjukkan penurunan.

    Mengutip data CNBC International, perdagangan minyak mentah berjangka Brent selama 24 jam terakhir naik 26 sen atau 0,4 persen menjadi 73,20 per barel, Senin (23/12/2024).

    Kenaikan serupa juga terjadi pada perdagangan minyak mentah berjangka West Texas Intermediate AS (WTI AS) yang melesat naik 31 sen atau 0,5 persen menjadi 69,77 dolar AS per barel.

    Lonjakan ini terjadi lantaran ketegangan pasar mereda usai Ia inflasi AS melambat pada bulan November. Sementara Indeks harga pengeluaran konsumsi pribadi (PCE), ukuran inflasi pilihan The Fed, menunjukkan peningkatan 0,1 persen dari bulan Oktober.

    Ukuran tersebut menunjukkan tingkat inflasi 2,4 persen secara tahunan, masih di atas target The Fed sebesar 2 persen, tetapi lebih rendah dari estimasi 2,5 persen dari Dow Jones.

    “Aset berisiko, termasuk ekuitas berjangka AS dan minyak mentah, mengawali minggu ini dengan posisi yang lebih kuat,” kata analis pasar IG, Tony Sycamore, seraya menambahkan bahwa data inflasi yang lebih dingin membantu meredakan kekhawatiran menyusul pemangkasan suku bunga agresif Federal Reserve.

    “Saya pikir Senat AS yang meloloskan undang-undang untuk mengakhiri penutupan sementara selama akhir pekan telah membantu,” katanya.

    Selain terpengaruh laporan inflasi, lonjakan harga minyak terjadi akibat efek tarif ekspor blok yang diterapkan Trump untuk Eropa.

    Presiden terpilih AS Donald Trump baru-baru ini menebar ancaman kepada Uni Eropa (UE) terkait kebijakan perdagangan migas, yang mengharuskan  Uni Eropa untuk meningkatkan pembelian minyak dan gas dari AS  dalam skala besar.

    Aturan itu perlu dilakukan untuk menutupi kesenjangan defisit yang luar biasa antara pasar Eropa dengan AS, menurut data Eurostat selama 2023 defisit keduanya telah membengkak mencapai 156 miliar euro atau 162 miliar dollar AS.

    Lantaran UE diam-diam memasok bahan bakar dari pipa Rusia yang dibanderol lebih murah ketimbang BBM dari AS. Data perusahaan analitik energi Kepler menunjukkan bahwa negara-negara Uni Eropa masih terus membeli gas Rusia senilai miliaran euro setiap bulan. 

    Pada tahun 2024, blok tersebut diperkirakan mengimpor LNG 10 persen lebih banyak dari Rusia daripada pada tahun 2023.

    Alasan tersebut yang membuat Trump murka hingga memberlakukan aturan belanja migas kepada pasar UE, apabila UE tidak meningkatkan permintaan minyak maka pemerintahan AS akan menerapkan sanksi.

     

  • Ekonomi Indonesia resilien di tengah ketidakpastian global

    Ekonomi Indonesia resilien di tengah ketidakpastian global

    Jakarta (ANTARA) – Ketidakpastian global yang ditandai oleh perlambatan ekonomi dunia, inflasi yang tinggi di negara maju, serta ketegangan geopolitik telah menjadi tantangan besar bagi perekonomian dunia pada tahun 2024.

    Namun, Indonesia menunjukkan kemampuan untuk bertahan dengan baik dalam situasi tersebut. Pemetaan tantangan global yang tengah terjadi saat ini salah satunya dilakukan oleh Kementerian Keuangan ke dalam tiga hal besar. Pertama, konflik geopolitik. Kedua, perubahan kepemimpinan politik di banyak negara. Ketiga, proyeksi ekonomi global dan negara-negara besar di dunia yang masih lemah.

    Efek perang Ukraina-Rusia masih terasa. Konflik geopolitik di Timur Tengah dan di Laut China Selatan juga masih belum usai, membuat dunia memang berada dalam situasi global yang tidak pasti, bahkan ada kecenderungan kian memanas.

    Ditambah lagi tahun ini banyak negara melakukan pemilihan umum sehingga muncul pimpinan negara baru, baik di negara maju maupun berkembang. Lebih dari 60 negara melakukan pemilihan umum dan melibatkan empat miliar orang di dunia. Perubahan kepemimpinan ini dipastikan akan menimbulkan perbedaan arah kebijakan. Pemilihan umum juga berlangsung di Indonesia dan menciptakan pergantian pimpinan dari Presiden Joko Widodo ke Presiden Prabowo Subianto.

    Tantangan lain yang masih membayangi situasi global adalah kondisi perekonomian global yang belum sepenuhnya pulih dari dampak pandemi COVID-19.

    Pada 2024, aktivitas ekonomi global cenderung lemah dengan kinerja yang bervariasi antarkawasan. Kinerja ekonomi negara-negara maju masih cukup resilien atau tangguh meski masih lebih rendah dibanding periode sebelum pandemi.

    Berbagai dinamika situasi global ini sedikit banyak memberi dampak terhadap perekonomian Indonesia, dan untuk itu diperlukan upaya kolektif dan komprehensif untuk dapat menghadapi tantangan perekonomian global tersebut supaya tetap resilien dan tetap optimis mengalami pertumbuhan yang positif.

    Ekonomi dunia diperkirakan hanya tumbuh 3 persen pada 2024, lebih lambat dibandingkan rata-rata sebelum pandemi (IMF, 2024). Faktor-faktor seperti perang di Ukraina, pemulihan pasca-COVID-19 yang tidak merata, dan pengetatan kebijakan moneter di negara maju memberikan tekanan pada ekonomi global.

    Sebagai negara berkembang, Indonesia juga menghadapi dampak dari ketidakpastian tersebut, terutama melalui kanal perdagangan, investasi, dan nilai tukar.

    Kinerja ekonomi Indonesia

    Indonesia mencatat pertumbuhan ekonomi sebesar 5,1 persen (YoY) hingga kuartal III 2024, sejalan dengan target pemerintah. Konsumsi domestik yang kuat, pemulihan sektor pariwisata, dan peningkatan investasi menjadi pendorong utama pertumbuhan.

    Inflasi Indonesia yang terkendali berada pada level 3,4 persen (YoY) per November 2024, berada dalam rentang target Bank Indonesia sebesar 2-4 persen. Kebijakan moneter yang tepat serta subsidi energi dari pemerintah membantu menjaga stabilitas harga.

    Terkait ekspor-impor, meskipun harga komoditas global cenderung menurun, ekspor Indonesia tetap tumbuh sebesar 4,2 persen, didukung oleh diversifikasi produk ekspor seperti manufaktur dan produk teknologi informasi. Sementara itu, impor tumbuh 3,9 persen, menunjukkan peningkatan aktivitas produksi domestik.

    Sementara itu, nilai tukar rupiah relatif stabil di tengah volatilitas global. Hingga Desember 2024, rupiah berada pada kisaran Rp15.200 per dolar AS, didukung oleh cadangan devisa sebesar 137 miliar dolar AS, cukup untuk membiayai enam bulan impor dan pembayaran utang luar negeri.

    Capaian Pemerintah dalam perekonomian

    Di bidang investasi infrastruktur, pada tahun 2024 pemerintah telah menyelesaikan beberapa proyek strategis nasional, misalnya tol Trans-Sumatra dan pelabuhan di Kalimantan Timur. Investasi infrastruktur ini tidak hanya meningkatkan konektivitas tetapi juga menarik investasi asing langsung (FDI) yang meningkat 11 persen dibandingkan tahun lalu.

    Dalam rangka menghadapi tantangan perubahan iklim, pemerintah meluncurkan insentif untuk pengembangan energi terbarukan. Kapasitas pembangkit listrik tenaga surya meningkat 25 persen pada 2024, sementara Indonesia berhasil menarik komitmen investasi hijau sebesar 2,5 miliar dolar AS dari berbagai negara.

    Terkait digitalisasi dan UMKM, Pemerintah mempercepat transformasi digital melalui program literasi digital untuk UMKM. Hingga akhir tahun, 21 juta UMKM telah terhubung dengan platform digital, meningkatkan kontribusi UMKM terhadap PDB hingga 62 persen.

    Meski menunjukkan kinerja yang kuat, Indonesia tetap menghadapi beberapa tantangan diantaranya adalah kesenjangan pembangunan regional.

    Pertumbuhan ekonomi yang masih terkonsentrasi di Pulau Jawa memerlukan perhatian lebih agar daerah lain dapat mengejar ketertinggalan. Ini sejalan juga dengan pandangan teori Keynesian mengenai pentingnya peran pemerintah dalam menjaga permintaan agregat melalui pengeluaran publik, terutama dalam situasi ketidakpastian global. Investasi infrastruktur yang dilakukan oleh pemerintah Indonesia menjadi salah satu contoh penerapan teori ini, yang tidak hanya menciptakan lapangan kerja tetapi juga mendorong pertumbuhan ekonomi jangka Panjang diseluruh wilayah Republik Indonesia.

    Tantangan lain adalah peningkatan produktivitas tenaga kerja. Produktivitas tenaga kerja Indonesia masih rendah dibandingkan negara-negara ASEAN lainnya. Investasi dalam pendidikan dan pelatihan vokasi harus ditingkatkan, terutama dalam digital talent untuk meningkatkan daya saing global.

    Studi McKinsey (2023) menunjukkan bahwa digitalisasi dapat meningkatkan produktivitas hingga 40 persen dalam sektor ekonomi tertentu. Adopsi digital oleh UMKM di Indonesia menjadi bukti nyata bahwa teknologi memainkan peran penting dalam menjaga daya saing di tengah tekanan global.

    Hal lain adalah ketahanan energi. Ketergantungan pada energi fosil masih menjadi tantangan. Pemerintah perlu mempercepat transisi energi terbarukan untuk mengurangi risiko terhadap volatilitas harga minyak dunia. Indonesia memiliki potensi besar energi terbarukan, seperti panas bumi (28.5 GW, terbesar di dunia), Hidro (94.5 GW), Energi surya (207.8 GWp), Angin dan bioenergi. Namun, pemanfaatan energi terbarukan baru sekitar 2-3 persen dari total potensi.

    Di tengah ketidakpastian global, ekonomi Indonesia menunjukkan resiliensi yang kuat menjelang akhir tahun 2024. Dukungan konsumsi domestik, kebijakan pemerintah yang proaktif, dan transformasi digital menjadi fondasi utama yang menopang perekonomian.

    Namun, pemerintah harus terus berfokus pada penyelesaian tantangan struktural untuk memastikan pertumbuhan yang inklusif dan berkelanjutan.

    Dengan demikian, Indonesia dapat memanfaatkan momentum ini untuk terus memperkuat posisinya di kancah ekonomi global.

    *) Dr. M. Lucky Akbar, S.Sos, M.Si, Kepala Kantor Pengolahan Data dan Dokumen Perpajakan Jambi

    Copyright © ANTARA 2024

  • Harga Minyak Dunia Anjlok, WTI Melemah di Posisi 70,27 Dolar Per Barel Dampak Gejolak Pasar China – Halaman all

    Harga Minyak Dunia Anjlok, WTI Melemah di Posisi 70,27 Dolar Per Barel Dampak Gejolak Pasar China – Halaman all

    Laporan Wartawan Tribunnews.com Namira Yunia

    TRIBUNNEWS.COM, WASHINGTON – Harga minyak mentah di perdagangan pasar global anjlok di level terendah pekan ini, buntut melemahnya belanja konsumen di Tiongkok, selaku importir minyak terbesar di dunia.

    Gejolak pasar di China mulai terjadi setelah  Biro Statistik Nasional China mengumumkan data IHK yang menjadi tolok ukur utama inflasi, naik 0,2 persen pada bulan November secara tahunan, dan turun dari 0,3 persen pada bulan Oktober.

    Kondisi ini mengindikasikan adanya tekanan deflasi di perekonomian China, yang menjadi sinyal bahwa permintaan domestik tetap lemah sehingga memberikan tekanan pada Beijing untuk meningkatkan stimulus bagi ekonomi yang rapuh yang menghadapi tarif perdagangan AS di bawah pemerintahan Trump yang kedua.

    Serangkaian tekanan ini lantas meningkatkan kekhawatiran investor terhadap kesehatan ekonomi China sebagai importir minyak mentah terbesar di dunia, hingga mereka melakukan wait and see membuat harga minyak anjlok ke level terendah di pekan ini.

    Mengutip dari Reuters, selama 24 jam terakhir harga minyak mentah Brent ditutup pada di level terendah yakni 73,91 per barel, turun 58 sen, atau 0,8 persen lebih rendah dari rekor tertinggi pada 22 November lalu.

    Sementara minyak mentah West Texas Intermediate AS ditutup pada level 70,71 per barel, turun 58 sen, dan juga turun 0,8 persen dari rekor tertinggi sejak 7 November.

    Selain dampak pasar China, harga minyak mentah melemah tipis dari level tertinggi dalam beberapa minggu terakhir imbas ketegangan investor jelang rapat pemangkasan suku bunga yang dilakukan Bank sentral AS The Fed.

    Risalah Fed mengungkapkan bahwa sebagian besar pejabat Fed condong ke arah potensi penurunan suku bunga sebesar 0,25 persen atau sekitar 50 bps pada pertemuan pekan depan,

    Penundaan pelonggaran kebijakan moneter dan mempertahankan suku bunga lebih tinggi lebih lama memiliki implikasi besar pergerakan harga minyak dunia. Lantaran keputusan ini berpotensi Sikap The Fed memicu kekhawatiran pertumbuhan ekonomi terkait adanya melambat permintaan bahan bakar.

    Ketegangan investor semakin diperparah dengan adanya kekhawatiran tentang gangguan pasokan jika terjadi sanksi tambahan dari AS terhadap pemasok utama seperti Rusia dan Iran. 

    Menteri Keuangan AS, Janet Yellen, mengatakan kepada Reuters pada hari Jumat bahwa AS sedang mempertimbangkan sanksi lebih lanjut terhadap armada kapal tanker “gelap” dan tidak menutup kemungkinan sanksi terhadap bank-bank China.

    Langkah ini diklaim dapat mengurangi pendapatan minyak Rusia dan akses negara tersebut ke pasokan luar negeri yang digunakan untuk mendanai perang di Ukraina.

     Namun sanksi baru AS terhadap entitas yang memperdagangkan minyak Iran telah memicu masalah baru,  mengurangi daya beli investor yang kemudian membuat harga minyak anjlok,

     

  • Pasar Bergejolak, Harga Minyak Dunia Tergelincir di Tengah Beragam Sentimen

    Pasar Bergejolak, Harga Minyak Dunia Tergelincir di Tengah Beragam Sentimen

    Jakarta, Beritasatu.com – Harga minyak dunia mengalami penurunan pada perdagangan Kamis (12/12/2024) di tengah berbagai sentimen yang memengaruhi pasar. Salah satunya prediksi pasokan yang melimpah hingga ekspektasi pemangkasan suku bunga oleh Federal Reserve (The Fed).

    Mengutip Reuters, Jumat (13/12/2024), harga minyak mentah Brent turun sebesar 11 sen (0,15%) menjadi US$ 73,41 per barel, sementara minyak mentah West Texas Intermediate (WTI) AS melemah 27 sen (0,38%) ke US$ 70,02 per barel.

    Badan Energi Internasional (IEA) melakukan sedikit revisi terhadap proyeksi permintaan minyak untuk 2024, tetapi tetap memperkirakan pasokan akan mencukupi kebutuhan pasar.

    Di sisi lain, OPEC pada Rabu (11/12/2024) kembali memangkas proyeksi pertumbuhan permintaan minyak untuk 2024, menjadi revisi kelima secara berturut-turut. Hal itu disebut memengaruhi harga minyak dunia yang merosot.

    “Jika melihat data yang tersedia, IEA menyatakan bahwa surplus pasokan seharusnya sudah terjadi saat ini,” ungkap analis Price Futures Group Phil Flynn.

    Data IEA menunjukkan, pada Oktober, stok minyak global mengalami penurunan sebanyak 39,3 juta barel akibat aktivitas kilang yang rendah bersamaan dengan meningkatnya permintaan minyak global.

    Di Amerika Serikat, inflasi tercatat sedikit meningkat pada November sesuai ekspektasi para ekonom. Hal ini memicu keyakinan bahwa The Fed kemungkinan besar akan kembali memangkas suku bunga, mendorong optimisme terhadap prospek ekonomi dan permintaan energi.

    “Laporan inflasi memberikan angin segar bagi pasar. Meski tidak sempurna, tingkat inflasi tampaknya cukup rendah untuk memungkinkan The Fed menurunkan suku bunga pada pertemuan mendatang,” jelas kepala analis komoditas SEB Bjarne Schieldrop terkait harga minyak dunia yang melemah.

  • Harga Minyak Dunia Anjlok, WTI Melemah di Posisi 70,27 Dolar Per Barel Dampak Gejolak Pasar China – Halaman all

    Minyak Dunia Anjlok Akibat OPEC+ Tunda Peningkatan Produksi, Brent Dijual 68,30 Dolar AS – Halaman all

    Laporan Wartawan Tribunnews.com Namira Yunia

    TRIBUNNEWS.COM, WASHINGTON – Harga minyak dunia mengalami penurunan yang signifikan di pasar global akibat keputusan OPEC untuk menunda peningkatan produksi.

    Mengutip data dari CNBC International, harga minyak mentah Brent saat ini diperdagangkan pada angka 72,09 dolar AS per barrel, mengalami penurunan 22 sen atau 0,3 persen.

    Sementara itu, minyak WTI dari AS turun 24 sen atau 0,35 persen menjadi 68,30 dolar AS per barel.

    Penurunan ini terjadi setelah OPEC (Organisasi Negara-negara Pengekspor Minyak) sepakat untuk menunda rencana peningkatan produksi yang sebelumnya sudah ditetapkan sejak Oktober 2024.

    OPEC dan sekutunya memilih untuk menunda peningkatan pasokan untuk ketiga kalinya.

    Keputusan ini diambil buntut lambatnya permintaan global dan melonjaknya produksi minyak di luar kelompok OPEC.

    Dalam situasi ini, OPEC merasa perlu untuk mempertahankan kestabilan harga dengan cara menunda rencana peningkatan produksi.

    Adapun daftar 13 negara anggota OPEC yangs epakat menunda produksi diantaranya  termasuk Aljazair, Angola, Arab Saudi, Gabon, Guinea Khatulistiwa, Iran, Irak, Kongo, Kuwait, Libya, Nigeria, Uni Emirat Arab, dan Venezuela, secara kolektif mengambil keputusan untuk menjaga produksi tetap rendah demi stabilitas pasar.

    Apa Dampak dari Penurunan Harga Minyak?

    Menurut Mukesh Sahdev, kepala pasar komoditas minyak global di Rystad Energy, meskipun ada sinyal positif yang dapat mencegah penurunan lebih lanjut dalam jangka pendek, faktor surplus yang ada dalam pasar memicu lemahnya permintaan, yang pada akhirnya menyebabkan harga minyak melemah.

    Penurunan harga ini juga dipengaruhi oleh berbagai faktor, termasuk situasi geopolitik yang mempengaruhi pasar energi, terutama di Timur Tengah dan Rusia.

    Terlebih harga minyak mentah telah terkurung dalam kisaran yang ketat sejak pertengahan Oktober, yang mencerminkan ketidakpastian dalam permintaan global.

    Dengan OPEC menunda peningkatan produksi dan kondisi pasar yang masih bergejolak, harga minyak kemungkinan akan terus dipengaruhi oleh faktor-faktor internal dan eksternal.

    Oleh karenanya Investor dan pelaku pasar perlu memantau perkembangan ini secara seksama untuk memahami tren harga yang mungkin terjadi di masa mendatang lantaran tantangan dalam permintaan global akan terus menjadi pengaruh utama bagi pergerakan harga minyak.

     

  • Harga Minyak Dunia Tergelincir di Tengah Meredanya Risiko Pasokan

    Harga Minyak Dunia Tergelincir di Tengah Meredanya Risiko Pasokan

    Houston: Harga minyak dunia turun tipis pada perdagangan Jumat waktu setempat (Sabtu WIB) dan membukukan penurunan mingguan lebih dari tiga persen, tertekan oleh meredanya kekhawatiran atas risiko pasokan dari konflik Israel-Hizbullah dan prospek peningkatan pasokan pada 2025 bahkan ketika OPEC+ diperkirakan akan memperpanjang pemangkasan produksi.
     
    Dikutip dari Yahoo Finance, Sabtu, 30 November 2024, minyak mentah Brent turun 34 sen, atau 0,46 persen, menjadi USD72,94 per barel. Sementara minyak mentah berjangka West Texas Intermediate (WTI) AS turun 72 sen, atau 1,05 persen, menjadi USD68, dari penutupan terakhir sebelum libur Thanksgiving pada Kamis.
     
    Aktivitas perdagangan lesu karena hari libur umum di Amerika Serikat (AS). Selama seminggu, Brent turun sebesar 3,1 persen sementara WTI turun sebanyak 4,8 persen.
    Di sisi lain, empat tank Israel memasuki desa perbatasan Lebanon, kantor berita resmi Lebanon melaporkan pada Jumat. Gencatan senjata yang mulai berlaku pada Rabu telah mengurangi premi risiko minyak, sehingga harga minyak turun, meskipun ada tuduhan pelanggaran oleh kedua belah pihak.
     
    Namun, konflik Timur Tengah tidak mengganggu pasokan, yang diperkirakan akan lebih melimpah pada 2025. Badan Energi Internasional melihat prospek kelebihan pasokan lebih dari satu juta barel per hari (bpd), yang setara dengan lebih dari satu persen produksi global.
     
    “Gambaran terkini menunjukkan tahun depan menjanjikan akan lebih longgar daripada tahun sekarang dan harga minyak akan berada di bawah level rata-rata di 2024,” kata Tamas Varga dari pialang minyak PVM.
     

     

    OPEC+ tunda pertemuan kebijakan

    Kelompok OPEC+ yang terdiri dari Organisasi Negara-negara Pengekspor Minyak dan sekutunya termasuk Rusia menunda pertemuan kebijakan berikutnya hingga 5 Desember dari 1 Desember. OPEC+ diperkirakan akan memutuskan perpanjangan lebih lanjut terhadap pemotongan produksi pada pertemuan tersebut.
     
    “Setelah dua kali penundaan, kelompok tersebut harus mempertimbangkan risiko pelemahan harga lebih lanjut di tengah pelepasan barel yang saat ini tidak diinginkan, paling tidak karena ekspektasi produksi yang kuat dari produsen non-OPEC+ tahun depan dapat menyebabkan surplus minyak mentah,” kata analis Saxo Bank, Ole Hansen.
     
    Harga minyak Brent bisa mencapai rata-rata USD74,53 per barel pada 2025, menurut jajak pendapat Reuters yang melibatkan 41 analis. Hal ini menandai revisi penurunan harga bulanan ketujuh berturut-turut dalam jajak pendapat Reuters.
     
    Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
    dan follow Channel WhatsApp Medcom.id

    (HUS)

  • Harga Minyak Dunia Makin Mahal Gara-gara Tuduhan Pelanggaran Gencatan Senjata

    Harga Minyak Dunia Makin Mahal Gara-gara Tuduhan Pelanggaran Gencatan Senjata

    Houston: Harga minyak dunia naik pada perdagangan Kamis waktu setempat (Jumat WIB) setelah Israel dan kelompok bersenjata Lebanon, Hizbullah, saling menuduh gencatan senjata mereka telah dilanggar, dan saat tank-tank Israel menembaki Lebanon selatan. OPEC+ juga menunda beberapa hari pertemuan yang kemungkinan akan memperpanjang pemangkasan produksi.
     
    Mengutip data Yahoo Finance, Jumat, 29 November 2024, harga minyak mentah Brent naik tipis 34 sen, atau 0,5 persen, menjadi USD73,17 per barel. Sementara harga minyak mentah West Texas Intermediate AS naik 16 sen, atau 0,2 persen, menjadi USD68,88. Perdagangan sepi karena hari libur Thanksgiving AS.
     
    Militer Israel mengatakan gencatan senjata dilanggar setelah apa yang disebutnya tersangka, beberapa di antaranya menggunakan kendaraan, tiba di beberapa daerah di zona selatan.
    Kesepakatan tersebut, yang mulai berlaku pada Rabu, dimaksudkan untuk memungkinkan orang-orang di kedua negara untuk mulai kembali ke rumah di daerah perbatasan yang hancur akibat pertempuran selama 14 bulan.
     
    Timur Tengah adalah salah satu wilayah penghasil minyak utama dunia, dan meskipun konflik yang sedang berlangsung sejauh ini belum memengaruhi pasokan, hal itu tercermin dalam premi risiko bagi para pedagang.
     

     

    OPEC+ tunda pertemuan

    Di tempat lain, OPEC+, yang terdiri dari Organisasi Negara-negara Pengekspor Minyak dan sekutu termasuk Rusia, menunda pertemuan kebijakan berikutnya hingga 5 Desember dari 1 Desember untuk menghindari konflik dengan acara lain.
     
    Yang juga mendukung harga, sumber-sumber OPEC+ mengatakan akan ada lagi diskusi mengenai penundaan lain untuk peningkatan produksi minyak yang dijadwalkan Januari.
     
    Kelompok ini memompa sekitar setengah dari minyak dunia tetapi telah mempertahankan pemotongan produksi untuk mendukung harga. Mereka berharap mengakhiri pemotongan tersebut, tetapi permintaan global yang lemah telah memaksanya untuk menunda dimulainya peningkatan bertahap.
     
    Sedikit menekan harga, stok bensin AS naik 3,3 juta barel dalam minggu yang berakhir pada 22 November, Badan Informasi Energi AS mengatakan pada Rabu, melawan ekspektasi penarikan kecil stok bahan bakar menjelang perjalanan liburan.
     
    Perlambatan pertumbuhan permintaan bahan bakar di konsumen utama Tiongkok dan AS juga telah membebani harga minyak tahun ini.
     
    Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
    dan follow Channel WhatsApp Medcom.id

    (HUS)

  • Harga Minyak Mentah Turun Lebih dari US$ 2 karena Potensi Gencatan Senjata di Timur Tengah

    Harga Minyak Mentah Turun Lebih dari US$ 2 karena Potensi Gencatan Senjata di Timur Tengah

    Jakarta, Beritasatu.com – Harga minyak dunia turun lebih dari US$ 2 per barel pada Senin (25/11/2024) setelah adanya laporan bahwa Israel dan Lebanon telah menyetujui syarat-syarat kesepakatan untuk mengakhiri konflik Israel-Hizbullah.

    Harga minyak Brent turun 2,87% atau US$ 2,16 menjadi US$ 73,01 per barel. Sementara itu, harga minyak mentah West Texas Intermediate (WTI) AS turun US$ 2,30 atau 3,23% mencapai US$ 68,94 per barel.

    Dilansir dari Reuters, Israel dilaporkan sedang menuju gencatan senjata dengan Hizbullah, meskipun masih ada isu-isu yang perlu diselesaikan. Sementara itu, pejabat Lebanon menyuarakan optimisme yang hati-hati karena Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu dinilai sulit untuk dipercaya.

    “Berita mengenai gencatan senjata antara Israel dan Lebanon tampaknya menjadi penyebab penurunan harga minyak mentah, meskipun konflik ini tidak mengganggu pasokan minyak, dan premi risiko terhadap minyak sudah rendah sebelum penurunan harga terbaru,” ujar Giovanni Staunovo dari UBS.

    Menurut Phil Flynn, analis senior di Price Futures Group, harga minyak dunia terus berfluktuasi seiring kekhawatiran tentang potensi gangguan pasokan.

    “Adanya laporan bahwa Perdana Menteri Israel Netanyahu menyetujui kesepakatan gencatan senjata dengan Lebanon secara prinsip bisa menjadi katalis penurunan harga minyak dunia. Namun, kita perlu melihat detail lebih lanjut,” tulis Flynn.

  • Harga Minyak Dunia Melesat Tersengat Memanasnya Perang Ukraina-Rusia – Page 3

    Harga Minyak Dunia Melesat Tersengat Memanasnya Perang Ukraina-Rusia – Page 3

    Sebelumnya, harga minyak mentah global meningkat pada Kamis, didorong oleh ketegangan geopolitik setelah Rusia dan Ukraina saling meluncurkan rudal. Kenaikan harga minyak ini mengesampingkan dampak dari peningkatan stok minyak mentah AS yang lebih besar dari perkiraan.

    Dikutip dari CNBC, Jumat (22/11/2024), brent crude futures naik sebesar USD 1,44 atau 1,98%, mencapai USD 74,25 per barel. Sementara West Texas Intermediate (WTI) naik USD 1,35 atau 1,96%, menetap di USD 70,10 per barel.

    Ketegangan Geopolitik Menekan Pasar

    Pada Rabu, Ukraina menggunakan rudal jelajah buatan Inggris untuk menyerang Rusia, sehari setelah meluncurkan rudal buatan AS.

    Sebagai tanggapan, Rusia pada Kamis pagi meluncurkan rudal balistik antarbenua ke Ukraina, menandai pertama kalinya Moskow menggunakan senjata jarak jauh dan kuat tersebut selama konflik.

    Rusia menegaskan bahwa penggunaan senjata Barat untuk menyerang wilayahnya jauh dari perbatasan adalah eskalasi besar dalam perang. Namun, Kyiv bersikeras bahwa untuk mempertahankan diri, mereka harus mampu menghantam basis Rusia yang mendukung invasi Moskow, yang kini memasuki hari ke-1.000.

    “Bagi pasar minyak, risiko besar adalah jika Ukraina menargetkan infrastruktur energi Rusia. Risiko lainnya adalah ketidakpastian bagaimana Rusia merespons serangan tersebut,” tulis analis dari ING dalam sebuah catatan.

  • Harga Minyak Melonjak Gegara Rusia-Ukraina Saling Serang

    Harga Minyak Melonjak Gegara Rusia-Ukraina Saling Serang

    Houston: Harga minyak dunia mengalami kenaikan pada perdagangan Kamis waktu setempat (Jumat WIB), didorong oleh kekhawatiran gangguan pasokan yang berasal dari memburuknya ketegangan dalam perang Rusia-Ukraina, meskipun peningkatan persediaan Amerika Serikat (AS) membatasi kenaikan keseluruhan.
     
    Dikutip dari Investing.com, Jumat, 22 November 2024, minyak mentah Brent naik 1,9 persen menjadi USD74,19 per barel. Sementara minyak mentah West Texas Intermediate (WTI) naik 2,1 persen menjadi USD70,19 per barel.
     
    Harga minyak naik minggu ini karena penggunaan senjata jarak jauh oleh Ukraina terhadap Rusia meningkatkan ketegangan antara kedua negara, memicu kekhawatiran bahwa pasokan minyak dari Moskow dapat terganggu.
     
    Ukraina menembakkan rudal jelajah Inggris ke Rusia pada Rabu, sehari setelah negara itu menembakkan rudal AS. Angkatan udara Kyiv mengatakan Rusia menanggapi pada Kamis pagi, dengan meluncurkan rudal balistik antarbenua ke Ukraina, pertama kalinya Moskow menggunakan rudal jarak jauh yang begitu kuat selama perang.
     

     

    Stok minyak AS kebanyakan
     
    Sementara data dari Badan Informasi Energi menunjukkan persediaan AS tumbuh 0,5 juta barel dalam seminggu hingga 15 November, lebih besar dari yang diharapkan.
     
    Yang lebih mengkhawatirkan bagi pasar minyak adalah peningkatan persediaan bensin hampir 2,1 juta barel, yang memicu kekhawatiran permintaan bahan bakar AS mendingin saat musim dingin mendekat.
     
    Harga minyak tetap gelisah karena prospek peningkatan pasokan dan melemahnya permintaan di tahun mendatang, yang menurut beberapa analis akan menyebabkan kelebihan pasokan.
     
    Di sisi lain Badan Energi Internasional mengatakan minggu lalu pasokan minyak akan jauh melebihi permintaan pada 2025, bahkan jika pemotongan OPEC+ tetap ada.
     
    Organisasi Negara-negara Pengekspor Minyak, dan sekutunya, suatu kelompok yang dikenal sebagai OPEC+, akan bertemu lagi di awal Desember, dimana kartel tersebut mungkin akan menunda peningkatan produksi lagi karena lemahnya permintaan minyak global.
     
    Kelompok produksi minyak tersebut memompa sekitar setengah dari minyak dunia, dan pada awalnya berencana untuk secara bertahap membalikkan pemotongan produksi mulai akhir 2024 dan sepanjang 2025.
     
    Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
    dan follow Channel WhatsApp Medcom.id

    (HUS)