Topik: Harga minyak dunia

  • Konflik Timur Tengah Memanas, Pertamina Siapkan Skenario Reroute

    Konflik Timur Tengah Memanas, Pertamina Siapkan Skenario Reroute

    Jakarta, Beritasatu.com – PT Pertamina (Persero) telah menyiapkan skenario reroute atau pengubahan jalur pelayaran logistik apabila konflik di kawasan Timur Tengah semakin memanas.

    Diketahui, Israel telah melancarkan serangan besar-besaran ke Iran. Serangan tersebut memicu aksi balasan dari Iran dan menimbulkan kekhawatiran global terhadap potensi gangguan pasokan minyak.

    “Kalau kemarin-kemarin saat terjadi beberapa konflik, biasanya melakukan reroute, cari jalur pelayaran distribusi yang aman,” ujar VP Corporate Communication PT Pertamina (Persero) Fadjar Djoko Santoso, Jumat (13/6/2025).

    Fadjar menyampaikan, mitigasi dampak dari konflik di Timur Tengah nantinya akan dilakukan oleh Pertamina International Shipping (PIS) dan Pertamina Patra Niaga. Sejauh ini, kata Fadjar, konflik yang terjadi antara Israel dan Iran belum berdampak kepada Pertamina. Oleh karena itu, reroute masih menjadi skenario mitigasi.

    Selain reroute, Pertamina juga mempersiapkan diri untuk mengimpor crude (minyak mentah) dari negara lain yang berlokasi di luar kawasan Timur Tengah.

    Dilansir dari Reuters, harga minyak dunia melonjak lebih dari 7% pada Jumat (13/6/2025) mendekati level tertinggi dalam beberapa bulan terakhir, setelah Israel melancarkan serangan ke Iran.

    Analis dari SEB, Ole Hvalbye mengatakan kekhawatiran utama saat ini adalah apakah situasi ini akan memengaruhi Selat Hormuz, jalur pelayaran penting yang sebelumnya juga berisiko terkena dampak volatilitas kawasan. Hingga saat ini, belum ada gangguan pada aliran minyak melalui selat tersebut.

    Diketahui, sekitar 20% dari total konsumsi minyak dunia, atau sekitar 18-19 juta barel per hari, melewati Selat Hormuz. Dalam skenario terburuk, analis JPMorgan memperkirakan apabila selat tersebut ditutup atau negara-negara produsen minyak utama membalas secara langsung, harga minyak bisa melonjak ke kisaran US$ 120 hingga US$ 130 per barel.

  • Lifting Tembus Target, Wamen ESDM Tak Khawatirkan Konflik Israel-Iran

    Lifting Tembus Target, Wamen ESDM Tak Khawatirkan Konflik Israel-Iran

    Jakarta, Beritasatu.com – Serangan Israel ke Iran membuat harga minyak mentah dunia mengalami kenaikan. Pasalnya, Iran adalah salah satu eksportir minyak terbesar di dunia.

    Wakil Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Yuliot Tanjung cukup percaya diri menghadapi gejolak harga minyak dunia pasca-serangan Israel ke Iran. Pasalnya, lifting minyak Indonesia tercatat 610.000 barel per hari melampaui target di anggaran pendapatan dan belanja negara (APBN) sebesar 605.000 bph.

    Menurutnya, terjadi peningkatan lifting apabila dibandingkan dengan capaian lifting pada kuartal I-2025 yang mencapai 580.000 barel per hari (BPH). Peningkatan produksi minyak dan gas bumi (migas) di dalam negeri ini pun dapat meminimalisir pengaruh gejolak internasional terhadap stabilitas ketersediaan energi di dalam negeri.

    “Jadi, Indonesia ada ketahanan energi, kami mengusahakan ada peningkatan migas dalam negeri,” kata Yuliot ketika ditemui di Kantor Kementerian ESDM, Jakarta, Jumat (13/6/2025).

    Sekadar informasi, serangan Israel ke Teheran membuat ketegangan meningkat, menghapus kabar berdamainya Amerika Serikat (AS) dengan China. Serangan Israel ini sebagai bentuk respons atas tanggapan Iran yang tidak mau menghentikan pengayaan nuklirnya.

    Analis energi senior MST, Marquee Saul Kavonic, mengatakan serangan Israel terhadap Iran telah meningkatkan risiko lebih lanjut. Konflik akan meningkat ke titik Iran membalas serangan tersebut dan memengaruhi infrastruktur minyak di kawasan tersebut sebelum pasokan minyak benar-benar terdampak secara material.

    Dia memperkirakan, dalam skenario ekstrem pasokan minyak mentah Iran bisa turun hingga 20 juta barel per hari dampak dari serangan. Perdana Menteri Benjamin Netanyahu menyebut serangan Israel terhadap Iran ditujukan untuk merusak infrastruktur nuklirnya, pabrik rudal balistiknya, dan banyak kemampuan militernya. 

  • OPEC+ Bahas Kenaikan Produksi Minyak Lebih dari 411.000 Bph

    OPEC+ Bahas Kenaikan Produksi Minyak Lebih dari 411.000 Bph

    Jakarta, Beritasatu.com – Organisasi negara-negara pengekspor minyak dan sekutunya, yang dikenal sebagai OPEC+, dijadwalkan menggelar pertemuan virtual pada akhir pekan ini untuk membahas kenaikan produksi minyak pada Juli 2025. Menurut sumber Reuters, kenaikan yang dipertimbangkan bisa melebihi 411.000 barel per hari (bph).

    Delapan negara anggota utama OPEC+ dilaporkan telah meningkatkan produksi lebih cepat dari rencana, meskipun pasokan tambahan ini turut menekan harga minyak dunia. Strategi ini disebut sebagai langkah Arab Saudi dan Rusia untuk menekan negara-negara anggota yang melanggar kuota produksi, sekaligus merebut kembali pangsa pasar global.

    Pertemuan yang akan digelar pada Sabtu (31/5/2025) sore ini diprediksi akan membahas dua opsi utama, yakni menaikkan produksi lebih tinggi dari 411.000 bph, atau tetap mempertahankan angka tersebut. Beberapa sumber menyebut keputusan ini akan dipengaruhi oleh sikap Kazakhstan, yang menolak memangkas produksinya, meskipun melebihi target yang disepakati.

    “Penolakan Kazakhstan terhadap pembatasan produksi bisa mendorong OPEC+ menaikkan pasokan lebih besar,” ujar Helima Croft dari RBC Capital Markets, dikutip dari Reuters.

    Namun, ia masih memprediksi bahwa peningkatan sebesar 411.000 bph untuk Juli adalah kemungkinan paling realistis.

    Menteri Energi Uni Emirat Arab, Suhail Mohamed Al Mazrouei, mengatakan pada awal pekan ini bahwa OPEC+ berupaya seimbang dalam merespons kondisi pasar.

    Harga minyak dunia sempat jatuh ke level terendah dalam empat tahun pada April 2025, turun di bawah US$ 60 per barel, setelah OPEC+ mengumumkan kenaikan produksi tiga kali lipat untuk bulan Mei 2025. Penurunan harga juga dipicu oleh kekhawatiran pelemahan ekonomi global akibat kebijakan tarif Presiden AS Donald Trump. 

  • Harga Minyak Dunia Turun Tertekan Ekspektasi Kenaikan Produksi

    Harga Minyak Dunia Turun Tertekan Ekspektasi Kenaikan Produksi

    Jakarta, Beritasatu.com – Harga minyak dunia turun pada Jumat (30/5/2025) dan berada di jalur penurunan mingguan kedua berturut-turut. Tekanan datang dari ekspektasi kenaikan produksi oleh OPEC+ pada Juli mendatang, serta ketidakpastian pasar setelah putusan hukum terbaru membuat tarif Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump tetap berlaku.

    Dilansir dari Reuters, harga minyak mentah Brent untuk kontrak Juli turun 21 sen atau 0,33% menjadi US$ 63,94 per barel pada pukul 13.26 WIB. Sementara itu, West Texas Intermediate (WTI) AS melemah 22 sen atau 0,36% ke posisi US$ 60,72 per barel.

    Secara keseluruhan, kedua acuan harga minyak tersebut telah melemah sekitar 1,3% sepanjang pekan ini.

    Penurunan harga terutama dipicu oleh prospek peningkatan pasokan, seiring investor memperkirakan adanya keputusan kenaikan produksi dalam pertemuan delapan anggota OPEC+ pada akhir pekan ini.

    “Panggung sudah disiapkan untuk peningkatan produksi besar-besaran lainnya,” tulis Robert Rennie, kepala riset komoditas dan Karbon Westpac, dalam sebuah catatan.

    Ia memperkirakan kenaikan bisa melebihi 411.000 barel per hari, seperti yang disepakati pada dua pertemuan sebelumnya.

    Analis dari JPMorgan menyebutkan surplus global kini telah melebar hingga 2,2 juta barel per hari (bph). Hal ini kemungkinan akan mendorong penyesuaian harga untuk menyeimbangkan kembali sisi penawaran dan permintaan.

    Di sisi lain, dari Amerika Serikat, tarif “liberation day” yang dikenakan oleh Trump tetap berlaku setelah pengadilan banding federal memutuskan untuk memberlakukan kembali tarif tersebut. Putusan ini membalikkan keputusan pengadilan perdagangan pada Rabu (28/5/2025) yang sempat memblokir sebagian besar tarif tersebut secara langsung.

    Keputusan itu menyebabkan harga minyak turun lebih dari 1% pada Kamis (29/5/2025), karena pelaku pasar mencemaskan dampaknya. Analis memperkirakan ketidakpastian akan tetap menyelimuti pasar selama proses hukum tarif masih berjalan.

    Sejak pengumuman tarif oleh Trump pada 2 April 2025, harga minyak mentah global telah merosot lebih dari 10%.

  • Harga Minyak Dunia Hari Ini 29 Mei 2025 Naik, Imbas Pertemuan OPEC – Page 3

    Harga Minyak Dunia Hari Ini 29 Mei 2025 Naik, Imbas Pertemuan OPEC – Page 3

    Liputan6.com, Jakarta Negara-negara anggota OPEC+ pada Rabu sepakat untuk mempertahankan kuota produksi resmi mereka. Sementara perhatian pasar harga minyak kini tertuju pada potensi peningkatan produksi dari delapan negara anggota yang selama ini melakukan pemangkasan produksi secara sukarela.

    OPEC+ telah menjalankan kesepakatan produksi secara kolektif, disertai dua jenis pemangkasan tambahan yang dilakukan secara informal oleh delapan negara.

    Sesuai kebijakan formal, kelompok OPEC+ memangkas sekitar 2 juta barel per hari hingga akhir 2026. Dalam pertemuan terakhir, mereka sepakat untuk “menegaskan kembali tingkat produksi minyak mentah keseluruhan” seperti yang telah diputuskan dalam pertemuan Desember lalu.

    Harga Minyak Naik Setelah Pertemuan OPEC

    Dikutip dari CNBC, Kamis (29/5/2025), harga minyak naik sesaat setelah pertemuan OPEC+ berakhir. Kontrak Brent ICE untuk pengiriman Juli ditutup pada USD 64,90 per barel, naik 81 sen atau 1,26%.

    Sementara kontrak minyak mentah WTI Nymex untuk Juli ditutup pada USD 61,84 per barel, naik 95 sen atau 1,56%. Di luar kebijakan resmi, delapan negara OPEC+ — termasuk Rusia dan Arab Saudi — saat ini memangkas produksi sebesar 1,66 juta barel per hari hingga akhir 2025.

    Mereka juga sempat memangkas tambahan 2,2 juta barel per hari hingga Maret, dan kini mulai mengembalikan sekitar 1 juta barel per hari selama April hingga Juni.

     

  • Emas berjangka masih jadi pilihan di tengah ketidakpastian global

    Emas berjangka masih jadi pilihan di tengah ketidakpastian global

    Kami ingin memastikan bahwa setiap nasabah merasa nyaman dan percaya saat bertransaksi di platform kami

    Jakarta (ANTARA) – PT Dupoin Futures Indonesia (Dupoin) menyampaikan bahwa emas berjangka masih tetap menjadi instrumen investasi favorit di platform Dupoin di tengah ketidakpastian ekonomi global saat ini.

    “Emas ya, karena itu untuk mengatasi inflasi (hedging), apalagi kondisi ekonomi seperti saat ini, pasti orang-orang larinya (investasi) ke emas,” kata Presiden Direktur Dupoin Gunawan Herman dalam media visit di Antara Heritage Center (AHC), Jakarta, Kamis.

    Gunawan mengungkapkan bahwa sejauh ini sekitar 70 persen klien Dupoin masih memilih emas berjangka sebagai instrumen utama investasi mereka.

    Ia menjelaskan bahwa emas berjangka menawarkan keunggulan yang tidak dimiliki bentuk investasi emas lainnya, seperti emas fisik atau reksa dana emas.

    Keunggulan tersebut antara lain adanya fitur leverage, yang memungkinkan investor mengendalikan aset bernilai besar hanya dengan modal yang lebih kecil.

    Potensi keuntungan yang bisa diraih pun lebih tinggi, meskipun risikonya juga signifikan.

    Selain emas, komoditas lain seperti minyak berangka juga masuk dalam lima besar instrumen yang paling banyak diperdagangkan di platform tersebut.

    Namun, menurutnya, fluktuasi harga minyak dunia saat ini membuat investor cenderung bersikap hati-hati.

    “Harga minyak sekarang lagi fluktuatif, orang-orang lagi enggak berani beli karena kondisi minyak yang masih enggak pasti. Tapi minyak masuk top 5 jadi salah satu instrumen yang paling banyak diminati,” ujarnya.

    Dalam kunjungannya ke Kantor Lembaga Kantor Berita Nasional (LKBN) ANTARA, Gunawan menjelaskan bahwa dari sisi demografi, mayoritas pengguna platform Dupoin berada dalam rentang usia 25 hingga 45 tahun, mencapai sekitar 65 persen dari total pengguna.

    Sementara, Gen Z menyumbang sekitar 10 persen dari keseluruhan nasabah aktif.

    Dupoin merupakan platform perdagangan berjangka yang menyediakan layanan transaksi valas (forex), komoditas, indeks, hingga saham.

    Perusahaan perdagangan berjangka itu telah memperoleh izin prinsip dari Otoritas Jasa Keuangan (OJK) sebagai Perantara Pedagang Efek Derivatif Keuangan melalui Sistem Perizinan dan Registrasi Terintegrasi (SPRINT) pada 10 Februari 2025, yang diterbitkan pada 25 Maret 2025 sebagai tindak lanjut dari UU PPSK.

    Dengan adanya pengawasan langsung dari OJK, Bappebti, dan Bank Indonesia, Dupoin memperkuat komitmennya dalam menyediakan layanan yang aman, legal, dan kredibel.

    Gunawan memastikan bahwa kepercayaan dan kenyamanan nasabah menjadi prioritas utama perusahaan.

    “Kami ingin memastikan bahwa setiap nasabah merasa nyaman dan percaya saat bertransaksi di platform kami. Selain manfaat berinvestasi di Dupoin dengan pengawasan OJK,” jelasnya.

    Pewarta: Bayu Saputra
    Editor: Kelik Dewanto
    Copyright © ANTARA 2025

  • Harga Minyak Turun Imbas Isu Perdagangan AS-China – Page 3

    Harga Minyak Turun Imbas Isu Perdagangan AS-China – Page 3

    Liputan6.com, Jakarta Harga minyak dunia melemah pada Rabu (waktu setempat) di tengah meningkatnya ketidakpastian ekonomi yang disoroti oleh Federal Reserve (The Fed). Sentimen harga minyak lainnya, menanti pertemuan dagang antara Amerika Serikat dan China akhir pekan ini.

    Dikutip dari CNBC, Kamis (8/5/2025), Harga minyak Brent turun sebesar USD 1,03 atau 1,66% ke level USD 61,12 per barel, sementara minyak West Texas Intermediate (WTI) melemah USD 1,02 atau 1,73% menjadi USD 58,07 per barel.

    The Fed memutuskan untuk mempertahankan suku bunga acuan, namun menyatakan bahwa ketidakpastian terhadap prospek ekonomi telah meningkat. Dalam pernyataannya, The Fed juga menilai risiko inflasi dan pengangguran lebih tinggi kini makin nyata.

    Sentimen negatif juga diperburuk oleh keputusan OPEC+ untuk mempercepat peningkatan produksi minyak, yang memicu kekhawatiran akan kelebihan pasokan global di tengah tekanan permintaan akibat tarif AS yang semakin membebani ekonomi global.

    Pertemuan Dagang AS-China Dinanti, Namun Ekspektasi Tetap Rendah

    Pertemuan antara AS dan China yang dijadwalkan berlangsung di Swiss menjadi fokus investor. Ini dianggap sebagai langkah awal untuk meredakan perang dagang yang telah mengganggu perekonomian dunia. Namun, analis menilai peluang tercapainya terobosan signifikan masih rendah.

    “Meski pertemuan ini bisa menjadi tanda mencairnya hubungan, ekspektasi untuk hasil konkret tetap tipis,” ujar Thiago Duarte, analis pasar dari Axi.

    Menurutnya, tanpa konsesi besar dari China, kecil kemungkinan akan terjadi deeskalasi lebih lanjut. Investor juga menantikan arah kebijakan The Fed selanjutnya, dengan ekspektasi suku bunga tetap di kisaran 4,25%–4,50% hingga pertemuan berikutnya pada 29-30 Juli.

     

  • Harga Minyak Dunia Bangkit Usai Capai Titik Terendah, Brent dan WTI Dipatok Segini – Page 3

    Harga Minyak Dunia Bangkit Usai Capai Titik Terendah, Brent dan WTI Dipatok Segini – Page 3

    Liputan6.com, Jakarta Harga minyak naik lebih dari 3% pada hari Selasa (Rabu waktu Jakarta) di tengah tanda-tanda meningkatnya permintaan di Eropa dan China. Selain itu, harga minyak dunia juga dipengaruhi  meningkatnya ketegangan di Timur Tengah dan munculnya pembeli sehari setelah harga minyak anjlok ke level terendah dalam empat tahun akibat keputusan OPEC+ untuk meningkatkan produksi.

    Dikutip dari CNBC, Rabu (7/5/2025), harga minyak Brent naik USD 1,92 atau 3,19% dan ditutup pada harga USD 62,15 per barel. Sedangkan harga minyak mentah West Texas Intermediate AS  (WTI) naik USD 1,16a tau 3,43% dan ditutup pada USD 59,09.

    Kedua acuan harga minyak dunia itu naik, sehari setelah mencapai titik terendah sejak Februari 2021.

    OPEC+, Organisasi Negara-negara Pengekspor Minyak (OPEC) dan sekutu seperti Rusia, memutuskan pada akhir pekan untuk  mempercepat  kenaikan produksi minyak untuk bulan kedua berturut-turut.

    “Setelah mengevaluasi langkah OPEC+ terbaru untuk mempercepat pelonggaran pemotongan pasokan, pelaku pasar berfokus pada perkembangan perdagangan dan kemungkinan … bahwa kesepakatan perdagangan akan tercapai,” kata Tamas Varga, Analis di PVM.

    Varga juga menunjuk pada peningkatan premi risiko geopolitik di Timur Tengah saat Israel menyerang  sasaran Houthi yang didukung Iran di Yaman  sebagai pembalasan atas serangan di bandara Ben Gurion.

    Harga minyak juga mendapat dukungan setelah konsumen di  Tiongkok  meningkatkan pengeluaran selama perayaan May Day dan ketika pelaku pasar kembali setelah liburan lima hari.

    “China juga dibuka kembali hari ini, dan sebagai importir (minyak) terbesar, pembeli kemungkinan besar akan berbondong-bondong mengamankan minyak pada level rendah saat ini,” kata Priyanka Sachdeva, Analis Pasar Senior Phillip Nova.

     

  • ENTREV: Kendaraan Listrik adalah Kunci Swasembada Energi Indonesia – Halaman all

    ENTREV: Kendaraan Listrik adalah Kunci Swasembada Energi Indonesia – Halaman all

    TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA – Enhancing Readiness for the Transition to Electric Vehicles (ENTREV) menegaskan komitmennya dalam mendukung target swasembada energi nasional melalui percepatan pengembangan ekosistem kendaraan listrik. 

    Langkah ini sejalan dengan visi besar Presiden terpilih, Prabowo Subianto, yang menempatkan swasembada energi sebagai salah satu pilar utama arah pembangunan nasional ke depan.

    National Project Manager ENTREV, Boyke Lakaseru, menekankan bahwa kendaraan listrik bukan hanya solusi mobilitas masa depan, melainkan strategi kunci untuk mewujudkan kemandirian energi yang kokoh dan berkelanjutan.

    “Kita tidak bisa terus-menerus bergantung pada impor bahan bakar minyak. Kendaraan listrik membuka jalan menuju sistem energi yang lebih mandiri dan berbasis potensi nasional. Ini selaras dengan cita-cita Presiden Prabowo untuk menjadikan swasembada energi sebagai fondasi ketahanan negara,” ujar Boyke.

    Lebih lanjut, Boyke memaparkan bahwa lebih dari 40 persen konsumsi energi final di Indonesia berasal dari sektor transportasi, yang saat ini didominasi oleh bahan bakar fosil impor.

    Menurutnya, percepatan adopsi kendaraan listrik akan mengalihkan kebutuhan energi nasional ke listrik yang dapat dipasok dari pembangkit dalam negeri, termasuk energi baru terbarukan seperti tenaga surya, panas bumi, dan air.

    “Kita punya semua sumber daya energi itu di dalam negeri. Jika kita mampu memobilisasi kendaraan listrik secara masif, kita sekaligus menciptakan pasar domestik untuk energi nasional,” jelasnya.

    ENTREV, sebagai proyek kolaborasi antara Kementerian ESDM dan UNDP dengan dukungan pendanaan dari Global Environment Facility (GEF), dirancang untuk memperkuat kesiapan Indonesia dalam mengembangkan infrastruktur kendaraan listrik dari hulu ke hilir.

    Selain penyediaan fasilitas pengisian daya dan pelatihan teknis, ENTREV juga aktif membangun kesadaran publik serta menjembatani kolaborasi antara industri otomotif, UMKM, dan komunitas masyarakat.

    “Visi swasembada energi bukan hanya soal memproduksi energi di dalam negeri. Ini juga soal kedaulatan. Kita membutuhkan kendaraan listrik karena itu membuat kita tidak lagi terikat dengan dinamika harga minyak dunia,” tambah Boyke.

    Ia juga menekankan pentingnya mengintegrasikan kendaraan listrik dengan sumber energi terbarukan, seperti Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS) atap, terutama di wilayah-wilayah non-perkotaan. ENTREV, lanjut Boyke, telah menjajaki model pengisian daya berbasis tenaga surya dan mikrogrid, yang memungkinkan penggunaan motor listrik secara mandiri di desa-desa terpencil.

    “Bayangkan satu desa memiliki PLTS, warganya menggunakan motor listrik, dan tidak perlu lagi membeli bensin dari kota. Itulah swasembada dalam bentuk paling nyata,” tegasnya.

    Dalam kerangka visi besar Presiden Prabowo, Boyke menilai proyek seperti ENTREV akan menjadi instrumen penting dalam membangun basis energi nasional yang kuat, berdaulat, dan memberdayakan rakyat.

    “Jika kita ingin Indonesia berdiri di atas kaki sendiri dalam urusan energi, maka kendaraan listrik adalah batu loncatan awalnya. ENTREV siap menjadi bagian dari gerakan besar itu,” kata Boyke.

  • Minyak Dunia Bullish, Naik Tipis usai Perang Dagang China vs AS Diisukan Mereda – Halaman all

    Minyak Dunia Bullish, Naik Tipis usai Perang Dagang China vs AS Diisukan Mereda – Halaman all

    TRIBUNNEWS.COM – Harga minyak dunia WTI hingga Brent di pasar global dilaporkan bullish, naik tipis di penutupan perdagangan Jumat (25/4/2025).

    Mengutip laporan Anadolu pada Jumat, 25 April 2025, patokan minyak mentah WTI, naik 0,95 persen, melonjak hingga dibanderol 62,86 dolar AS per barel.

    Sementara patokan internasional, harga minyak mentah Brent, diperdagangkan 0,7 persen lebih tinggi pada harga 66,58 dolar AS per barel.

    Adapun lonjakan ini terjadi merespons komentar dari Menteri Keuangan AS, Scott Bessent, yang menyebutkan bahwa perang dagang dengan Tiongkok mulai mereda dan “tidak berkelanjutan,”.

    Isu de-eskalasi dalam perang dagang dan potensi pembukaan pembicaraan tarif dan perdagangan antara China-AS juga dibenarkan sumber kepercayaan Gedung Putih .

    Dalam keterangan resmi, diungkap bahwa Trump sedang mempertimbangkan rencana untuk memangkas tarif impor China dalam upaya untuk meredakan ketegangan.

    Apabila rencana tersebut direalisasikan, maka tarif impor barang-barang asal China dapat turun dari level saat ini sebesar 145 persen menjadi antara 50 persen atau 65 persen.

    AS menyadari penerapan tarif impor sebesar 145 persen terhadap China sangat besar.

    Oleh karenanya ia mengatakan nantinya tarif impor terhadap China tidak akan sebesar 145 persen.

    Meredanya perang dagang meningkatkan optimisme pasar bahwa kedua negara akan mencapai kesepakatan perdagangan.

    Lebih lanjut tanda-tanda perubahan kebijakan dari Federal Reserve AS juga memberikan sentimen positif.

    Karena hal ini mempengaruhi nilai tukar dolar dan daya beli global, yang pada gilirannya mempengaruhi permintaan energi.

    Ada Potensi Kenaikan Stok Minyak Global

    Meskipun saat ini ada kenaikan harian, kedua acuan harga minyak tersebut diperkirakan akan mengalami penurunan mingguan masing-masing.

    Ini lantaran organisasi negara-negara Pengekspor Minyak (OPEC) dan sekutunya, yang dikenal sebagai OPEC+, berencana meningkatkan produksi bulan ini dan diperkirakan akan mempertahankan laju tersebut hingga Juni.

    Hal itu diungkap tiga sumber yang mengetahui pembicaraan internal OPEC+ yang menyatakan kepada Reuters bahwa anggota blok tersebut akan mengusulkan percepatan peningkatan produksi minyak hingga Juni.

    Jika peningkatan dilakukan secara tidak terkoordinasi atau melebihi kesepakatan kuota maka dapat menyebabkan harga minyak anjlok.

    Karena logika dasar supply and demand (penawaran dan permintaan), mengingat sejauh ini proyeksi permintaan minyak tetap suram akibat ketegangan dagang antara China dan Amerika Serikat.

    Konflik tersebut yang dikhawatirkan dapat menyebabkan lonjakan biaya produksi, gangguan rantai pasok global.

    Serta perlambatan ekonomi dunia yang dapat berdampak pada permintaan minyak.

    (Tribunnews.com / Namira)