Topik: Generasi Z

  • Sejoli Gen Z di Jember Dilaporkan Membuang Bayi Perempuan

    Sejoli Gen Z di Jember Dilaporkan Membuang Bayi Perempuan

    Jember (beritajatim.com) – Sejoli Generasi Z dilaporkan membuang bayi perempuan yang berusia satu hari, di parit aliran sungai resapan depan rumah, Dusun Rowotengu, Desa Sidomulyo, Kecamatan Semboro, Kabupaten Jember, Jawa Timur.

    Bayi itu lahir dari rahim G, perempuan kelahiran 2007, hasil hubungan dengan I, pengangguran kelahiran 2003. “Bayi itu ditemukan warga lengkap dengan tali pusar dalam keadaan meninggal dunia, 18 Oktober 2025,” kata Kepala Kepolisian Sektor Semboro Inspektur Satu Andreas Suryo Rubedo.

    Katipah, warga setempat, awalnya melihat bayi dalam kondisi tanpa pakaian itu saat melintasi rumah G pada pukul tujuh pagi. Dia lantas mengabarkan hal itu ke Badir, dan dalam waktu singkat kabar menyebar.

    “Bayi tersebut kemudian diangkat oleh warga dalam kondisi sudah meninggal dunia, dan segera dibawa ke Puskesmas Semboro,” kata Andreas.

    Berdasarkan penyelidikan polisi, diperoleh informasi bahwa bayi itu digugurkan oleh G dengan cara meminum obat yang dibeli I. “Bayinya lahir pada pukul tiga dini hari,” kata Andreas.

    Polisi bertindak cepat mengamankan I. Sementara G dirawat di Puskemas Semboro dan jenazah bayi perempuan dibawa ke Rumah Sakit Daerah dr Soebandi untuk diotopsi. [wir]

  • Cari Kerja Kantoran Makin Susah, Profesi Lama Mendadak Naik Daun

    Cari Kerja Kantoran Makin Susah, Profesi Lama Mendadak Naik Daun

    Jakarta, CNBC Indonesia – CEO Nvidia Jensen Huang menepis anggapan bahwa generasi Z sulit mendapat pekerjaan akibat pesatnya perkembangan kecerdasan buatan (AI). Ia justru menilai peluang kerja semakin terbuka lebar seiring ledakan pembangunan pusat data (data center) di berbagai negara.

    Namun, kata Huang, peluang besar itu bukan untuk lulusan perguruan tinggi, melainkan bagi mereka yang memiliki keterampilan teknis di bidang kejuruan seperti listrik, pipa, hingga pertukangan.

    “Kalau kamu seorang teknisi listrik, tukang ledeng, atau tukang kayu, kita akan membutuhkan ratusan ribu orang seperti itu untuk membangun semua pabrik ini,” ujar Huang dalam wawancara dengan Channel 4 News, dikutip dari Fortune, Jumat (10/10/2025).

    Menurut Huang, sektor tenaga kerja terampil akan menjadi tulang punggung ekonomi baru yang digerakkan oleh teknologi fisik, bukan sekadar perangkat lunak.

    “Segmen tenaga kerja terampil di setiap ekonomi akan mengalami ledakan. Jumlahnya akan terus berlipat ganda setiap tahun,” tegasnya.

    Pernyataan Huang sejalan dengan tren peningkatan permintaan tenaga kerja konstruksi dan teknisi di Amerika Serikat. Berdasarkan laporan McKinsey, belanja modal global untuk pembangunan pusat data diperkirakan mencapai US$7 triliun pada 2030.

    Satu fasilitas pusat data berukuran 250.000 kaki persegi dapat mempekerjakan hingga 1.500 pekerja konstruksi selama masa pembangunan.

    Banyak di antara mereka berpenghasilan lebih dari US$100.000 (Rp1,6 miliar) per tahun tanpa gelar sarjana, belum termasuk lembur. Setelah beroperasi, fasilitas tersebut masih membutuhkan sekitar 50 pekerja tetap untuk perawatan.

    Huang juga menegaskan bahwa Nvidia akan ikut mendukung pembangunan ekosistem tenaga kerja ini.

    Pekan lalu, perusahaan chip raksasa itu mengumumkan investasi US$100 miliar untuk membantu OpenAI mengembangkan jaringan pusat data berbasis prosesor AI milik Nvidia.

    Huang bukan satu-satunya bos teknologi yang menyerukan pentingnya tenaga kerja terampil. CEO BlackRock Larry Fink sebelumnya telah memperingatkan bahwa Amerika Serikat menghadapi krisis tenaga kerja untuk membangun pusat data AI.

    “Saya bahkan mengatakan kepada beberapa anggota tim Trump bahwa kita akan kehabisan teknisi listrik untuk membangun pusat data AI. Kita memang tidak punya cukup banyak tenaga kerja,” kata Fink dalam sebuah konferensi energi pada Maret lalu.

    CEO Ford Jim Farley juga menyampaikan kekhawatiran serupa. Ia menyebut, meski pemerintah AS berambisi memulangkan industri manufaktur (reshoring), tidak ada cukup tenaga kerja untuk mewujudkannya.

    “Bagaimana kita bisa memulangkan industri kalau tidak punya orang untuk bekerja di sana?” ujar Farley kepada Axios.

    Saat ini, AS kekurangan sekitar 600.000 pekerja pabrik dan 500.000 pekerja konstruksi, menurut unggahan Farley di LinkedIn pada Juni lalu.

    (fab/fab)

    [Gambas:Video CNBC]

  • Dilema Kepunahan atau Mewariskan Budaya di Indonesia
                
                    
                        
                            Nasional
                        
                        16 Oktober 2025

    Dilema Kepunahan atau Mewariskan Budaya di Indonesia Nasional 16 Oktober 2025

    Dilema Kepunahan atau Mewariskan Budaya di Indonesia
    Aktif menulis tentang sosial keagamaan, mengasuh ponpes Ash-Shalihin Gowa dan Alumni UIN Jakarta
    TANGGAL
    17 Oktober telah resmi ditetapkan sebagai Hari Kebudayaan Nasional (HKN) di Indonesia. Penetapan hari penting ini, yang berawal dari inisiatif para pelaku budaya dan akademisi, bukan sekadar seremonial tahunan, melainkan sebuah penanda genting atas dilema besar yang dihadapi bangsa ini: antara kepunahan warisan adiluhung atau mewariskannya sebagai kekuatan identitas di tengah arus globalisasi yang tak terhindarkan.
    HKN seharusnya menjadi momentum kolektif untuk merenungkan, mengevaluasi, dan merevitalisasi upaya pelestarian budaya kita. Indonesia adalah permadani raksasa dengan ribuan helai budaya yang terbentang dari Sabang sampai Merauke. Kekayaan ini meliputi ratusan bahasa daerah, kearifan lokal, sistem pengetahuan tradisional, seni pertunjukan, hingga teknik kerajinan tangan.
    Namun, ironisnya, kekayaan ini juga berada di ambang kerapuhan. Laporan dan penelitian terus menunjukkan adanya penurunan drastis dalam jumlah penutur bahasa daerah, hilangnya pengetahuan tradisional khususnya yang diwariskan secara lisan serta memudarnya minat generasi muda terhadap praktik budaya lokal. Inilah wajah nyata ancaman kepunahan.
    Senyapnya warisan kearifan lokal dan ancaman kepunahan budaya di Indonesia tidak hanya disebabkan oleh satu faktor, melainkan hasil dari perpaduan faktor internal dan eksternal. Salah satu yang paling kritis adalah keterputusan rantai regenerasi. Pengetahuan budaya, yang selama ini mengandalkan transmisi lisan dari tetua adat atau maestro ke generasi penerus, kini terputus oleh modernisasi.
    Anak-anak muda, yang sibuk dengan pendidikan formal dan terhanyut dalam dunia digital, seringkali menganggap pengetahuan tradisional sebagai sesuatu yang kuno atau tidak relevan. Ketika seorang penenun ulung atau seorang dukun tradisional meninggal, teknik menganyam atau ramuan pengobatan yang dia kuasai bisa ikut lenyap selamanya karena tidak sempat didokumentasikan.
    Globalisasi dan penetrasi budaya luar yang masif, terutama melalui media digital, memperparah kondisi ini. Budaya populer asing, seperti drama Korea atau musik Barat, lebih mudah diakses dan lebih menarik bagi sebagian besar generasi muda dibandingkan pertunjukan wayang semalam suntuk atau tari tradisional yang memerlukan pemahaman filosofi mendalam.
    Hal ini menciptakan krisis jati diri budaya, di mana masyarakat, secara perlahan, kehilangan keterikatan dengan nilai-nilai dan tradisi yang telah membentuk identitas mereka. Ketika nilai-nilai budaya yang berfungsi sebagai pedoman moral memudar, dampaknya bisa merembet ke tantangan sosial, seperti peningkatan sifat individualisme yang berlebihan.
    Selain itu, masalah internal seperti kurangnya apresiasi dan dukungan yang memadai dari pemerintah terutama dalam bentuk alokasi anggaran yang minim untuk program kebudayaan serta konsep pelestarian yang kurang tepat turut menjadi penghambat. Budaya tidak cukup hanya diabadikan di museum atau menjadi objek penelitian, hal ini harus dihidupkan, dipraktikkan, dan diintegrasikan ke dalam kehidupan sehari-hari masyarakat.
    Mewariskan budaya menjadikan warisan relevan dan berdaya. Dilema kepunahan hanya bisa dijawab dengan tekad kuat untuk mewariskan budaya secara efektif. Hari Kebudayaan Nasional harus menjadi motor penggerak untuk mentransformasi cara pandang masyarakat terhadap budaya, dari sekadar peninggalan masa lalu menjadi kekuatan yang relevan dan berdaya saing di masa depan.
    Upaya pewarisan budaya tidak bisa lagi mengandalkan model transmisi lisan semata. Di era digital, pewarisan harus dilakukan melalui dua pendekatan utama yaitu pengalaman budaya atau
    culture experience
    dan pengetahuan budaya atau
    culture knowledge
    . Hal ini perlu didukung oleh teknologi dan kebijakan yang progresif.
    Upaya menjaga budaya tetap relevan hingga hari ini, dapat dilakukan melalui: Pertama, revitalisasi melalui ruang media digital. Ini sering dianggap sebagai ancaman, padahal sesungguhnya adalah peluang besar untuk menjaga budaya yaitu merevitalisasi budaya.
    Generasi muda harus didorong untuk mengemas ulang tradisi dalam bentuk yang lebih menarik, seperti film pendek, musik kontemporer, permainan digital, atau konten media sosial. Ini adalah strategi yang disebut “digitalisasi budaya” untuk memastikan bahwa narasi lokal mendapat tempat di tengah dominasi narasi global. Melalui platform digital, kesenian dan kearifan lokal bisa menjangkau audiens yang lebih luas, melintasi batas geografis dan generasi.
    Kedua, integrasi dalam pendidikan dan apresiasi pewarisan yang terstruktur harus dimulai dari pendidikan. Mengintegrasikan pelajaran budaya lokal ke dalam kurikulum sekolah, tidak hanya sebagai teori, tetapi juga sebagai praktik langsung (
    Culture Experience
    ). Tentu ini akan menumbuhkan rasa memiliki dan kebanggaan sejak dini.
    Ketiga, pemerintah dan masyarakat harus memberikan apresiasi nyata kepada para pelaku budaya, seperti penari, pengrajin, dan penutur tradisi lisan, bukan hanya sebagai penjaga masa lalu, melainkan sebagai aset bangsa yang harus dimuliakan. Apresiasi ini juga harus mencakup dukungan ekonomi agar budaya dapat menjadi sumber mata pencaharian yang berkelanjutan.
    Terakhir, pemberdayaan kearifan lokal. Inti dari pewarisan budaya adalah kearifan lokal yang terkandung di dalamnya, meliputi sistem pengetahuan tentang alam, pengobatan, hingga organisasi sosial. Upaya pelestarian harus fokus pada pemberdayaan kearifan lokal ini di kantong-kantong budaya di seluruh Nusantara. Ini berarti menghidupkan kembali praktik-praktik budaya dalam komunitasnya, memastikan bahwa bahasa daerah digunakan dalam percakapan sehari-hari, dan sistem pengetahuan tradisional dicatat dan dipelajari.
    Hari Kebudayaan Nasional, yang diperingati setiap 17 Oktober, harus berfungsi sebagai titik balik dari kecemasan akan kepunahan menuju optimisme pewarisan. Ini adalah waktu bagi semua elemen bangsa dari pemerintah, akademisi, pelaku budaya, dan terutama generasi muda untuk mengambil tanggung jawab bersama.
    HKN harus dimaknai sebagai penegasan bahwa budaya adalah investasi masa depan, bukan sekadar warisan yang dipajang. Budaya adalah identitas nasional yang kuat, alat diplomasi yang efektif, dan sumber ekonomi kreatif yang tak terbatas. Dengan menetapkan hari khusus ini, Indonesia menyatakan komitmennya untuk memastikan bahwa kisah, ilmu, dan keindahan Nusantara tidak akan lenyap ditelan zaman.
    Mewariskan budaya berarti tidak hanya menyimpan warisan, tetapi juga menghidupkannya, memberinya nafas baru, dan membuatnya berbicara dalam bahasa yang dimengerti oleh generasi milenial dan generasi Z. Mari jadikan 17 Oktober bukan hanya sebatas perayaan, tetapi sebagai awal dari gerakan masif untuk menyelamatkan dan menguatkan jati diri bangsa. Pilihan ada di tangan kita: membiarkan budaya kita punah, atau menjadikannya obor yang menerangi masa depan Indonesia.
    Copyright 2008 – 2025 PT. Kompas Cyber Media (Kompas Gramedia Digital Group). All Rights Reserved.

  • Pendaftar Relawan SPPG Polri Palmerah Didominasi Gen Z
                
                    
                        
                            Megapolitan
                        
                        14 Oktober 2025

    Pendaftar Relawan SPPG Polri Palmerah Didominasi Gen Z Megapolitan 14 Oktober 2025

    Pendaftar Relawan SPPG Polri Palmerah Didominasi Gen Z
    Tim Redaksi
    JAKARTA, KOMPAS.com – 
    Rekrutmen relawan di Satuan Pelayanan Pemenuhan Gizi (SPPG) Polri Palmerah diramaikan oleh pendaftar dari kalangan anak muda atau Generasi Z.
    Kepala SPPG Polri Palmerah, Mustaqim, mengungkapkan, dari 91 total pendaftar, mayoritas di antaranya merupakan anak muda yang berkisar antara usia 18 hingga 30 tahun.
    “Kalau yang saya lihat dari pendaftar, untuk rentang umur sih banyak yang Gen Z juga, rata-rata di usia 20-30 tahun,” kata Mustaqim kepada
    Kompas.com
    , Selasa (14/10/2025).
    Mustaqim mengaku memahami beratnya beban kerja di dapur SPPG, yang kerap membuat relawan kelelahan hingga akhirnya memilih mengundurkan diri.
    “Kalau yang saya lihat dari kejadian-kejadian di SPPG lain, relawan biasanya banyak yang enggak sanggup. Di awal itu, banyak yang merasa capek banget, yang enggak kuat, jadi dia pasti keluar,” jelasnya
    Karena itu, dia berinisiatif untuk menggagas sistem kerja
    work life balance
    agar tidak terlalu membebani pekerjaan relawan.
    “Jujur kalau untuk pengkondisian upah kan memang sudah standar. Paling kalau kebijakan saya, saya bakal menerapkan jam kerja yang
    work life balance
    . Tiap divisi saya buat maksimal kerja delapan jam, jadi jangan lebih daripada itu, jangan sampai lembur,” ucapnya.
    Menurut Mustaqim, dengan jam kerja yang terukur, upah yang diterima akan terasa lebih sepadan.
    Adapun, relawan di SPPG Polri Palmerah akan menerima gaji Rp 100.000 per hari, sesuai dengan standar yang ditetapkan pemerintah.
    Namun, menurut Mustaqim, angka gaji harusnya bersifat progresif dan bisa meningkat seiring dengan bertambahnya jumlah porsi yang diproduksi.
    “Makin banyak porsi yang diproduksi, harusnya gaji relawan juga bisa makin naik. Karena kan beda antara orang bikin 3.000 porsi sama 4.000 porsi, pasti bakal lebih capek,” ujarnya.
    Selain itu, kesejahteraan relawan juga ditunjang dengan fasilitas lain berupa uang tunjangan makan dan jaminan sosial melalui BPJS Ketenagakerjaan.
    Sebelumnya diberitakan, Satuan Pelayanan Pemenuhan Gizi (SPPG) Polri Palmerah menggelar demonstrasi operasional perdana pada Selasa (14/10/2025) siang.
    Kegiatan tersebut meliputi uji coba seluruh peralatan masak, tes makanan (
    test food
    ), hingga pengambilan sampel untuk sertifikasi halal dan laik higiene sanitasi.
    “Hari ini benar-benar yang perdana. Kami melakukan demonstrasi operasional untuk mengecek semua elemen, mulai dari kesiapan relawan, alat-alat, hingga kelancaran pasokan dari supplier,” ucap Kepala SPPG Polri Palmerah, Mustaqim, kepada
    Kompas.com
    , Selasa.
    Mustaqim mengaku bahwa proses pembangunan SPPG saat ini telah mencapai 90 persen dan ditargetkan bisa mulai beroperasi pada akhir Oktober 2025.
    Copyright 2008 – 2025 PT. Kompas Cyber Media (Kompas Gramedia Digital Group). All Rights Reserved.

  • Cerita Gen Z Melamar Jadi Pencuci Ompreng MBG karena Tak Dapat Kerja Formal
                
                    
                        
                            Megapolitan
                        
                        14 Oktober 2025

    Cerita Gen Z Melamar Jadi Pencuci Ompreng MBG karena Tak Dapat Kerja Formal Megapolitan 14 Oktober 2025

    Cerita Gen Z Melamar Jadi Pencuci Ompreng MBG karena Tak Dapat Kerja Formal
    Tim Redaksi
    JAKARTA, KOMPAS.com —
     
    Sejumlah anak muda dari kalangan Generasi Z turut bergabung sebagai tim dapur Satuan Pelayanan Pemenuhan Gizi (SPPG) Polri Palmerah, Jakarta Barat.
    Salah satunya adalah Najwa (18), remaja yang baru lulus SMA pada awal 2025.
    Ia memutuskan mendaftar sebagai tenaga kerja di SPPG karena belum juga mendapat pekerjaan setelah berbulan-bulan melamar ke berbagai tempat.
    “Semenjak lulus belum dapat kerja, jadi mau cari pengalaman kerja dulu aja gitu. Makanya ikut daftar MBG (Makan Bergizi Gratis) ini,” kata Najwa kepada
    Kompas.com
    , Selasa (14/10/2025).
    Meski masih berusia muda, Najwa tak merasa malu melamar kerja sebagai petugas pencuci ompreng
    .
    “Kemarin itu aku memang daftarnya jadi pencuci alat makan,” ucap Najwa.
    Warga Palmerah itu memutuskan mendaftar sebagai petugas pencuci ompreng usai mengetahui informasi lowongan pekerjaan di SPPG dari grup WhatsApp warga RW 04.
    Meski begitu, Najwa mengatakan tidak akan menjadikan pekerjaan di SPPG sebagai pekerjaan tetap.
    “Aku sambil nyari-nyari kerja yang lain juga, kayaknya sih enggak menetap di sini,” kata dia.
    Najwa tak menampik kehadiran dapur SPPG dapat membuka lapangan pekerjaan bagi dirinya dan anak-anak muda lain yang membutuhkan pekerjaan.
    Sementara itu, Kepala SPPG Polri Palmerah, Mustaqim, mengonfirmasi bahwa mayoritas pendaftar merupakan kalangan Gen Z dan anak muda usia 18 hingga 30 tahun.
    Ia mengatakan, pihaknya berinisiatif menyesuaikan sistem kerja karena banyaknya anak muda yang bergabung sebagai pekerja.
    Mustaqim menyadari beratnya beban kerja di dapur SPPG, yang kerap membuat semangat relawan menurun hingga akhirnya memilih mengundurkan diri.
    “Kalau yang saya lihat dari kejadian-kejadian di SPPG lain, relawan biasanya banyak yang nggak sanggup. Di awal itu, banyak yang merasa capek banget, yang nggak kuat, jadi dia pasti keluar,” jelasnya.
    Karena itu, ia menggagas sistem kerja
    work life balance
    agar beban kerja relawan tidak terlalu berat.
    “Jujur kalau untuk pengkondisian upah kan memang sudah standar. Paling kalau kebijakan saya, saya bakal menerapkan jam kerja yang
    work life balance
    . Tiap divisi saya buat maksimal kerja delapan jam. Jadi jangan lebih daripada itu, jangan sampai lembur,” ucapnya.
    Menurut dia, dengan jam kerja yang terukur, upah yang diterima akan terasa lebih sepadan.

    Adapun, relawan di SPPG Polsek Palmerah akan menerima gaji Rp 100.000 per hari, uang tunjangan makan, serta jaminan sosial berupa BPJS Ketenagakerjaan.
    Copyright 2008 – 2025 PT. Kompas Cyber Media (Kompas Gramedia Digital Group). All Rights Reserved.

  • Gen Z tertarik jadi petugas dapur MBG Polsek Palmerah

    Gen Z tertarik jadi petugas dapur MBG Polsek Palmerah

    Jakarta (ANTARA) – Sebanyak 79 calon petugas Satuan Pemenuhan Pelayanan Gizi (SPPG) Polsek Palmerah berasal dari berbagai kalangan usia, termasuk Generasi Z.

    Salah satunya Najwa, remaja berusia 18 tahun yang mengaku tidak gengsi ikut mendaftar di SPPG karena sejak lulus SMA belum mendapatkan pekerjaan tetap.

    “Jadi mau cari pengalaman kerja. Makanya ikut daftar di dapur MBG ini,” kata Najwa saat ditemui usai mengikuti tahap orientasi calon petugas SPPG Polsek Palmerah, Jakarta Barat, Senin.

    Najwa pun mengetahui informasi pendaftaran program ini dari warga sekitar dan Rukun Warga (RW) setempat mengingat rumahnya memang berada di kawasan Palmerah. “Aku memang tinggal di dekat sini. Langsung tahu dari warga dan RW,” katanya.

    Kendati telah mengikuti seleksi MBG, Najwa tetap berencana mencari pekerjaan lain secara “freelance” sambil menunggu hasil seleksi. “Aku sambil mencari kerja yang lain juga, enggak menetap di sini,” tuturnya.

    Dalam proses pendaftaran, Najwa memilih posisi sebagai pencuci alat makan.

    Mengenai besaran gaji, Najwa mengaku belum mendapatkan informasi pasti karena saat ini masih dalam tahap seleksi.

    Adapun proses seleksi yang sudah dijalani meliputi psikotes, cek kesehatan dan studi banding ke SPPG di Satpas SIM Polda Metro Jaya untuk memahami proses kerja di sana.

    “Studi banding itu untuk melihat seperti apa prosesnya,” katanya.

    Sebagai generasi Z, Najwa melihat Program MBG ini sebagai kesempatan yang bagus dan bermanfaat untuk menambah pundi pendapatan serta mengisi waktu luangnya.

    “Bagus sih, bermanfaat juga adanya MBG. Jadi tambah lapangan pekerjaan juga,” katanya.

    Najwa pun berharap agar program ini terus maju dan dapat membantu lebih banyak pemuda sepertinya. “Semoga makin maju,” katanya.

    Sebanyak 79 pelamar atau calon petugas SPPG Polsek Palmerah, Jakarta Barat, mengikuti orientasi pada Senin siang.

    Pendamping SPPG Polsek Palmerah, Mustaqim mengatakan bahwa mereka telah mengikuti pendampingan di SPPG Polda Metro Jaya di Cengkareng untuk melihat rangkaian persiapan MBG.

    “Dan hari ini, setelah mereka dari sana, mereka lanjut ke sini untuk melihat langsung, nih, orientasi langsung di SPPG yang akan mereka tugaskan,” kata Mustaqim di lokasi tersebut.

    Sesuai arahan Badan Gizi Nasional (BGN), kata Mustaqim, pihaknya hanya akan menyeleksi 47 orang petugas SPPG Polsek Palmerah.

    “Para calon relawan yang tidak terseleksi karena berbagai alasan, misalnya, kesanggupan, nanti akan dijadikan cadangan,” kata dia.

    Sementara 47 orang yang terseleksi akan ditempatkan untuk berbagai posisi, mulai dari persiapan, pemorsian, masak, pengemudi (driver) dan pencuci piring.

    “Besok ada jadwal ‘test food’. Jadi, dari kami kan juga ingin lihat tuh kecepatan mereka masaknya bagaimana, kecakapannya bagaimana, kedisiplinannya bagaimana?,” ujar dia.

    Pewarta: Redemptus Elyonai Risky Syukur
    Editor: Sri Muryono
    Copyright © ANTARA 2025

    Dilarang keras mengambil konten, melakukan crawling atau pengindeksan otomatis untuk AI di situs web ini tanpa izin tertulis dari Kantor Berita ANTARA.

  • Hamas Serahkan Tawanan, Trump ke Tel Aviv

    Hamas Serahkan Tawanan, Trump ke Tel Aviv

    Anda sedang membaca Dunia Hari Ini, rangkuman berita-berita dunia yang terjadi dalam 24 jam terakhir.

    Perkembangan dari Gaza menjadi pembuka edisi Senin, 13 Oktober 2025.

    Tawanan perang dibebaskan

    Media Israel melaporkan Hamas sudah menyerahkan tujuh sandera kepada Palang Merah di Kota Gaza.

    Atas nama seluruh rakyat Israel, selamat datang kembali!

    “Kami telah menunggu kalian, kami memeluk kalian.

    “Sara dan Benjamin Netanyahu,” demikian tulisan yang ditulis PM Netanyahu bagi para tawanan

    Hari ini Presiden Donald Trump diperkirakan akan mendarat di Israel untuk berpidato di hadapan parlemen Israel, kemudian ia akan bertolak ke Mesir untuk menghadiri pertemuan soal Gaza bersama para pemimpin dunia lainnya.

    Selain 20 orang Israel yang ditawan Hamas, hampir 2.000 warga Palestina ditahan Israel, yang rencananya juga akan dibebaskan sebagai bagian dari fase pertama rencana perdamaian.

    Mahasiswa Madagaskar dituduh lakukan kudeta

    Tuduhan mahasiswa hendak merebut kekuasaan dengan kekerasan disampaikan Kantor kepresidenan Madagaskar, setelah semakin banyak tentara yang mendukung gerakan protes yang dipimpin oleh pemuda.

    Presiden Magadaskar, Andry Rajoelina mendesak melakukan “dialog untuk menyelesaikan krisis”, sebut pernyataan itu.

    Namun, keberadaan Rajoelina tidak diketahui, sehingga banyak warga yakin ia sudah meninggalkan negara itu.

    Protes yang terinspirasi oleh gerakan yang dipimpin Generasi Z di Kenya dan Nepal ini dimulai pada 25 September, dipicu kekurangan air dan listrik, sebelum bergulir lebih besar dan menjadi ancaman bagi pemerintahan Rajoelina sejak terpilih kembali pada tahun 2023.

    Setidaknya 41 orang tewas di Meksiko

    Penyebabnya adalah tanah longsor dan banjir yang dipicu oleh hujan lebat yang terus-menerus di Meksiko bagian tengah dan tenggara.

    Di Veracruz, curah hujan tercatat lebih dari 50 cm sepanjang 6-9 Oktober.

    Di Poza Rica, sebuah kota penghasil minyak yang terletak 275 kilometer di timur laut Mexico City, hampir tidak ada peringatan sebelum air datang.

    Pihak berwenang mengatakan hingga saat ini mereka sedang mencari 27 orang hilang di seluruh negeri.

    Sementara itu, lebih dari 320.000 orang terkena dampak pemadaman listrik yang disebabkan oleh hujan lebat.

    Pemerintah Australia bersikukuh tidak bernegosiasi dengan peretas

    Pemerintah federal Australia tetap pada pendiriannya untuk tidak bernegosiasi dengan penjahat siber atau membayar tebusan, setelah ada ancaman untuk merilis data Qantas yang dicuri.

    Perusahaan penerbangan Australia ini adalah salah satu dari 40 perusahaan global pengguna cloud Salesforce yang datanya dicuri.

    Setelah batas waktu pembayaran tebusan yang ditetapkan berakhir akhir pekan lalu, peretas merilis data yang melibatkan data pribadi 5,7 juta pelanggan Qantas tersebut di web gelap.

    Bagi sebagian besar pelanggannya, data yang dicuri terbatas pada nama, alamat email, dan detail frequent flyer, sementara beberapa lainnya mencakup alamat, tanggal lahir, nomor telepon, dan jenis kelamin, tetapi Qantas mengatakan tidak ada detail kartu kredit yang terdampak.

    Jaksa Agung Federal Michelle Rowland mengatakan pemerintah telah mengalami kemajuan setelah berkomitmen untuk menegakkan hukum privasi, dibuktikan dengan kewenangan baru Komisioner Informasi Australia dan peningkatan sanksi bagi perusahaan yang gagal melindungi data pelanggan.

  • Gen Z Hadapi Kiamat Pekerjaan Gegara Digusur AI

    Gen Z Hadapi Kiamat Pekerjaan Gegara Digusur AI

    Jakarta

    Generasi muda terutama Gen Z, yang memasuki dunia kerja mulai menghadapi ‘kiamat pekerjaan’. Dalam studi baru di Inggris, para pebisnis berinvestasi dalam kecerdasan buatan (AI) daripada perekrutan pegawai baru.

    Laporan British Standards Institution (BSI) menemukan para bos memprioritaskan otomatisasi melalui AI untuk menutup kesenjangan keterampilan dan memungkinkan mereka mengurangi jumlah karyawan, alih-alih melatih staf junior.

    Empat dari 10 (41%) bos mengatakan AI memungkinkan mereka memangkas jumlah karyawan dalam survei terhadap lebih dari 850 pemimpin bisnis di tujuh negara yaitu Inggris, AS, Prancis, Jerman, Australia, China, dan Jepang.

    Hampir sepertiga (31%) mengatakan organisasi mereka sedang mempertimbangkan solusi AI sebelum keinginan untuk mempekerjakan seseorang, dengan dua perlima mengharapkan hal ini terjadi dalam waktu lima tahun.

    Sebagai tanda tantangan yang dihadapi pekerja generasi Z yang lahir antara tahun 1997 dan 2012, seperempat pimpinan mengatakan mereka yakin bahwa semua atau sebagian besar tugas yang dilakukan oleh karyawan tingkat pemula dapat dilakukan oleh AI.

    “AI menghadirkan peluang sangat besar bagi bisnis secara global, tapi seiring mereka mengejar produktivitas dan efisiensi lebih tinggi, kita tidak boleh melupakan fakta bahwa pada akhirnya manusialah yang mendorong kemajuan,” cetus Susan Taylor Martin, kepala eksekutif BSI yang dikutip detikINET dari Guardian.

    “Penelitian kami memperjelas bahwa ketegangan antara memaksimalkan AI dan tenaga kerja yang berkembang pesat merupakan tantangan menentukan zaman kita. Ada kebutuhan mendesak untuk pemikiran jangka panjang dan investasi tenaga kerja, di samping investasi dalam AI, untuk memastikan pekerjaan berkelanjutan dan produktif,” imbuhnya.

    Dua perlima (39%) pemimpin mengatakan peran tingkat pemula telah dikurangi atau dipangkas akibat efisiensi yang dicapai menggunakan perangkat AI untuk melakukan penelitian atau menjalankan tugas administratif dan pengarahan.

    AI diadopsi dengan cepat oleh bisnis di Inggris dan tiga perempat (76%) mengatakan mereka mengharapkan perangkat AI baru memberikan manfaat nyata bagi organisasi dalam 12 bulan ke depan. Mereka terutama berinvestasi dalam AI untuk meningkatkan produktivitas dan efisiensi, serta memangkas biaya dan mengisi kesenjangan keterampilan.

    Survei terpisah baru-baru ini mengungkapkan separuh orang dewasa di Inggris khawatir tentang dampak AI pada pekerjaan, karena khawatir hal itu dapat mengambil atau mengubah pekerjaan mereka, menurut jajak pendapat Kongres Serikat Buruh.

    (fyk/fay)

  • Anies Bicara Potensi Anak Muda, Singgung Citayam Fashion Week di Dukuh Atas

    Anies Bicara Potensi Anak Muda, Singgung Citayam Fashion Week di Dukuh Atas

    Jakarta

    Anies Baswedan bicara mengenai pengaruh generasi muda di Indonesia. Mantan Gubernur DKI Jakarta ini menilai anak muda memiliki potensi untuk melakukan perubahan di masa depan.

    Keyakinan itu disampaikan Anies dalam peluncuran buku berjudul Leadership XYZ, di Taman Ismail Marzuki, Jakarta Pusat, Rabu (8/10/2025) malam. Dia menyampaikan, anak muda belum memiliki pengalaman karena usianya, namun mereka mampu menawarkan masa depan.

    “Memang anak muda karena usianya dia belum memiliki pengalaman, karena itulah anak muda tidak menawarkan masa lalu, anak muda menawarkan masa depan,” kata Anies.

    “Jadi, kalau anak muda jangan ditanya pengalamannya apa. Saya sering bilang pada anak muda, mahasiswa, kalau Anda daftar di sebuah perusahaan, ditanya jelaskan pada saya pengalaman Anda, maka jawab ‘Kalau Bapak cari orang pengalaman, silakan cari orang tua. Tapi kalau Bapak ingin masa depan, maka ambil saya bagian dari tim Anda’,” lanjut Anies.

    Dia mencontohkan trotoar tempat orang menyeberang yang ada di terowongan Jalan Kendal, Dukuh Atas, Jakarta Pusat yang disulap anak muda menjadi catwalk sampai ramai dan viral di media sosial. Kekuatan anak muda, kata Anies, tidak boleh disepelekan.

    “Di tangan anak-anak muda berubah menjadi catwalk. Mereka menyebutnya ‘Citayam Fashion Week’. Dilihat dengan perspektif baru yang kita nggak pernah lihat sebelumnya. Karena itu jangan sepelekan kekuatan anak muda dalam melihat sesuatu yang nggak terbayangkan,” ujarnya.

    Buku Leadership XYZ ditulis Anies bersama Dedi Wijaya dan Sarah Ardiwinata. Ketiganya lahir dari tiga generasi berbeda.

    Anies disebut masuk dalam generasi X, yakni generasi yang lahir antara pertengahan 1960 hingga 1980-an. Sementara, Dedi adalah Generasi Y, yakni generasi yang lahir antara 1981 hingga 1996, dan Sarah Generasi Z , yakni generasi yang lahir antara 1999 hingga 2012.

    Anies memaparkan, buku tersebut ditulis 3 generasi yang berbeda bukan untuk menunjukkan perbedaan antar generasi X,Y dan Z, namun untuk menunjukkan bahwa dialog lintas generasi berpotensi menghadirkan kebijaksanaan-kebijaksanaan baru. Anies menilai, masing-masing generasi memiliki perspektif berbeda dalam melihat suatu hal, namun sayangnya perspektif itu kurang didengar.

    “Menulis kepemimpinan itu bukan soal siapa lahir lebih dulu, tapi soal siapa mau mendengar. Dan kita sering menyaksikan bahwa banyak organisasi banyak perkumpulan itu sulit maju dan berkembang itu bukan karena kurang pemimpin, tapi karena terlalu banyak yang ingin didengar dan kekurangan orang yang mau mendengar,” ucapnya.

    Anies mengatakan awal mula bertemu Dedi pada 2011 lalu di Tanimbar, Maluku. Kemudian bertemu Sarah saat acara Desak Anies di Bandung pada November 2023.

    Saat itu Sarah bercerita pernah protes dan menghapus Masa Orientasi Siswa (MOS) di sekolah ketika Anies menjabat sebagai Menteri Pendidikan dan Kebudayaan (Mendikbud). Dari sana Anies melihat potensi Sarah.

    Kemudian, pada Januari 2024, Sarah bergabung dengan tim Anies membantu kampanye saat gelaran Pilpres 2024. Dedi lebih dulu menjadi bagian dari tim tersebut.

    Dari situlah ketiganya intes berdiskusi dan bertukar pikiran. Meski di awal sebelum buku ini ditulis, Dedi dan Sarah tidak tahu harus menulis topik apa, sampai akhirnya muncul ide menulis tentang kepemimpinan.

    Ketiganya diketahui pernah menjabat sebagai Ketua Organisasi Siswa Intra Sekolah (OSIS) saat duduk di bangku Sekolah Menengah Atas (SMA). Anies merupakan Ketua OSIS SMAN 2 Yogyakarta pada masanya, lalu Dedi Ketua OSIS SMK Rajawali dan Sarah Ketua OSIS SMAN 8 Bandung.

    Sarah mengatakan ide membuat buku tentang kepemimpinan muncul lantaran mereka pernah menjadi Ketua OSIS dari generasi yang berbeda. Ide itu diucapkan Sarah dengan spontan.

    “Lucu juga kalau tiga ketua OSIS dari 3 generasi nulis buku bersama tentang kepemimpinan,” kata Sarah.

    Sementara Dedi menyampaikan, buku tersebut juga didedikasikan untuk almarhum Syafiq Basri yang merupakan dosen di salah satu Universitas swasta di Jakarta dan pernah menjadi wartawan. Dia menyebut, sebagian pemikiran Syafiq Basri mengenai anak muda dan kepemimpian ada dalam buku tersebut.

    “Saya bertemu Pak Syafiq, beliau dosen di London School of Public Relation dan itu sangat membekas. Pak Syafiq bilang ‘Mas Dedi waktu sudah berubah, yang sekarang banyak punya cerita itu anak-anak muda’,” ujar Dedi.

    “Jadi kita juga dedikasikan bukunya untuk beliau, seorang senior yang dengan sadar melibatkan mahasiswa untuk ikut terlibat. Ini bagi kami inspirasi semoga sebagian dari pemikiran baik beliau juga tercantum di buku ini,” imbuhnya.

    Di sampul belakang buku tersebut, tertulis bahwa buku ini mengajak pembaca menapaki kepemimpinan sebagai perjalanan manusiawi yang bermuara pada tiga hal: memimpin diri, memimpin orang lain, dan memimpin dalam ruang lintas generasi.

    Halaman 2 dari 2

    (dek/ygs)

  • Strategi Axis Gaet Pelanggan Muda: Fokus Digitalisasi

    Strategi Axis Gaet Pelanggan Muda: Fokus Digitalisasi

    Bisnis.com, JAKARTA— PT XLSMART Telecom Sejahtera Tbk (XLSMART) melalui brand AXIS mengungkapkan strategi untuk menggaet pelanggan muda.

    Head Marketing Communication Youth Segment XLSMART, Nahdiyah Estu Pawestri, menjelaskan saat ini banyak merek mulai berbicara tentang generasi muda atau generasi Z (Gen Z). Namun, Axis berupaya melangkah lebih jauh dengan memahami generasi berikutnya yang akan menjadi pasar potensial di masa depan.

    “Jadi salah satu strateginya itu adalah kita gimana caranya stay ahead. Untuk tau nih next generation kayak Gen Alpha tuh gimana. Meanwhile sekarang semua orang lagi bicara Gen Z. Masih bicara Gen Z. Kita udah mulai depend up,” kata Nahdiyah ditemui usai acara Road To Grand Final Axis Nation Cup, Selasa (7/10/2025).

    Selain fokus pada regenerasi audiens, Nahdiyah menuturkan bahwa Axis juga memberi perhatian besar terhadap proses digitalisasi pelanggan muda. Nahdiyah menjelaskan tantangan utama dalam menghadapi segmen muda adalah keterbatasan mereka dalam hal finansial dan administrasi. 

    Sebagian besar masih mengandalkan uang saku dan belum memiliki KTP, sehingga akses mereka terhadap sistem pembayaran digital pun masih terbatas.

    “Tapi kami fokus gimana caranya digitalisasi mereka supaya mereka mendapat benefit yang lebih maksimal,” katanya.

    Upaya digitalisasi itu diwujudkan melalui aplikasi AxisNet, yang menawarkan berbagai kemudahan serta keuntungan eksklusif bagi pelanggan muda. Dari sisi branding, Axis mengusung semangat kebebasan berekspresi, yang dianggap sebagai nilai utama generasi muda saat ini.

    “Karena kan bedanya sama generasi kita. Kita tuh takut punya pilihan ya. Tapi kan anak-anak ini kan enggak ya. Pilihan hidupnya banyak banget. Nah itu yang kita encourage. Makanya opsi kita tuh beragam banget,” tutur Nahdiyah.

    Axis juga mencermati pola konsumsi data di segmen muda yang didominasi oleh aktivitas streaming, media sosial, dan gaming. Untuk menjawab kebutuhan tersebut, Axis menghadirkan paket data yang fleksibel dan terjangkau sesuai kemampuan finansial pengguna muda.

    “Kekuatan kami adalah di short validity. Short validity itu artinya apa? Di 3 hari, 5 hari. Berapanya itu macam-macam. Kami kasih varian. Tergantung gigabyte-nya, tergantung benefit di dalamnya. Tapi memang itu kayaknya masuk akal banget sama pocket money-nya mereka ya,” kata Nahdiyah.

    Selain itu, Axis juga mengedepankan personalisasi melalui fitur “Paket Suka-Suka” di aplikasi AxisNet. Nahdiyah menegaskan kustomisasi menjadi kunci dalam menjangkau segmen muda.

    “Makanya yang kita sekarang perjuangkan itu adalah customize. Itu salah satu hero dari produknya Axis di kategori youth. Anak-anak kecil dan anak-anak muda ini semua di-customize ya sekarang,” pungkasnya.