Topik: Generasi Z

  • Memahami ‘Avoidant Style’ yang Viral di Kalangan Gen Z, Ternyata Ini Pemicunya

    Memahami ‘Avoidant Style’ yang Viral di Kalangan Gen Z, Ternyata Ini Pemicunya

    Jakarta

    Istilah avoidant style sedang ramai diperbincangkan di media sosial. Banyak Generasi Z mengaku memiliki kepribadian ini, bahkan menjadikannya alasan di balik perilaku ‘dingin’ dalam hubungan.

    Tapi, sebenarnya apa sih arti avoidant style dan kenapa bisa muncul?

    Sederhananya, avoidant style adalah gaya seseorang yang cenderung menghindari keterikatan emosional yang lebih dalam dan adanya perasaan tidak nyaman dengan kedekatan dalam hubungan.

    Biasanya mereka akan terlihat mandiri dan kuat, namun sebenarnya ada ketakutan mendalam terhadap kedekatan yang dapat merusak hubungan yang sebenarnya memiliki potensi baik.

    Apa Pemicu Avoidant Style?

    Menurut psikolog klinis Maharani Octy Ningsih, biasanya memang berakar dari pengalaman traumatis dari hubungan sebelumnya atau juga pengalaman masa kecil mereka dimana kebutuhan emosinya tidak terpenuhi dengan baik.

    “Pola avoidant sering terbentuk dari kombinasi antara tanggung jawab berlebih dan luka emosional yang tidak disadari Mereka merasakan tekanan untuk sempurna agar diterima atau dipuji,” kata Rani kepada detikcom, Rabu (5/11/2025).

    “Dalam konteks ini, sifat avoidant muncul sebagai mekanisme bertahan (survival mechanism), bukan sifat asli yang buruk. Kadang juga karena pengalaman ditolak, diabaikan, atau disalahkan waktu berusaha menunjukkan perasaan jadinya mereka memadamkan sisi itu demi bertahan.” sambungnya.

    Rani menambahkan bahwa kebiasaan ini dapat mengganggu sosial seseorang, seperti sulit meminta bantuan, merasa tidak nyaman saat menerima perhatian, hingga ingin menyelesaikan segalanya sendiri.

    Dampak Positif dan Negatif

    Ada beberapa sisi positif dari (avoidant attachment style), terutama kalau berkembang dalam kadar ringan.

    “Misalnya kemandirian dan mampu mengandalkan diri sendiri, rasional dan tenang dalam tekanan, serta efisien dan fokus pada tugas karena emosi sering dianggap suatu distraksi. Jadi mereka punya kecenderungan kuat untuk tetap fokus dan menyelesaikan target,” kata Rani.

    Namun, ada juga sisi negatif yang ujungnya mempersulit mereka dalam melakukan aktivitas sosial.

    “Sulitnya membangun kedekatan emosional, menutup diri dari kedekatan dengan seseorang, biasanya sering menghindar dari percakapan yang mendalam, mengalihkan topik ketika bicara tentang perasaan,” kata Rani.

    “Selain itu menolak dukungan dan kasih sayang. Mereka merasa tidak nyaman ketika diperhatikan atau ditolong karena bisa saja dianggap tanda kelemahan,” tutupnya.

    Halaman 2 dari 2

    Simak Video “Video: Gejala Trauma yang Ditemukan pada Anak-anak Gaza Pasca-perang”
    [Gambas:Video 20detik]
    (dpy/kna)

  • Melihat dari Dekat Kecanggihan Alsintan Combine Harvester Terbaru Buatan Anak Bangsa

    Melihat dari Dekat Kecanggihan Alsintan Combine Harvester Terbaru Buatan Anak Bangsa

    FAJAR.CO.ID, TANGERANG – Menteri Pertanian (Mentan) Andi Amran Sulaiman mengungkapkan kebanggaannya terhadap kemajuan teknologi alat mesin pertanian (alsintan). Salah satunya adalah generasi terbaru combine harvester hasil pengembangan Balai Besar Perakitan dan Modernisasi Mekanisasi Pertanian (BRMP Mektan) di Serpong, Tangerang.

    Saat meninjau langsung dan menjajal performa prototipe Combine Harvester – MUD MAX pada Senin (3/11/2025), Mentan Amran menegaskan bahwa transformasi menuju pertanian modern adalah kunci keberlanjutan swasembada pangan nasional.

    “Kita transformasi pertanian tradisional ke modern. Kita pakai drone untuk memupuk dan menanam. Kita menggunakan precision agriculture, smart farming. Ini harus kita lakukan terus-menerus ke depan. Kenapa? Karena kalau kita menggunakan pertanian modern, itu biaya turun dan produktivitas naik,” kata Mentan Amran.

    Menurutnya, kehadiran generasi baru combine harvester menjadi simbol kemajuan mekanisasi pertanian Indonesia. Teknologi ini memungkinkan kegiatan panen dilakukan lebih cepat, efisien, dan presisi, bahkan di lahan sawah dengan kondisi drainase buruk sekalipun.

    BRMP Mektan mencatat, prototipe Combine Harvester – MUD MAX memiliki lebar kerja 2,05 meter, daya mesin 100 HP, dan bobot 2.905 kilogram. Dengan tekanan tanah (ground pressure) sebesar 0,17 kg/cm² dan ground clearance 480 mm

    Alat ini terbukti mampu bekerja optimal di lahan berlumpur dengan daya sangga rendah (soil bearing capacity 0,204 kg/cm²).

    “Kita ingin alat seperti ini terus dikembangkan. Yang kami inginkan adalah nanti menggunakan baterai kemudian robotik. Jadi nanti autonomous, milenial dan generasi Z bisa mengolah lahan dan panen, itu dikontrol dari jauh. Itulah mimpi pertanian masa depan,” ujarnya.

  • Viral Avoidant Attachment Jadi ‘Bahasa Baru’ Gen Z, Ahli Jiwa Ungkap Maknanya

    Viral Avoidant Attachment Jadi ‘Bahasa Baru’ Gen Z, Ahli Jiwa Ungkap Maknanya

    Jakarta

    Istilah avoidant attachment sedang ramai di media sosial. Banyak Generasi Z yang menggunakan istilah ini sebagai alasan mereka sulit dekat secara emosional atau cenderung menarik diri saat hubungan mulai serius.

    Di TikTok sendiri sudah lebih dari 150 ribu tagar #avoidantattachment dipakai para creator sebagai konten video. Tapi, apa sih arti sebenarnya dari avoidant attachment?

    Spesialis kedokteran jiwa dr Lahargo Kembaren, SpKJ mengatakan secara psikologis ‘avoidant attachment’ adalah gaya keterikatan (attachment style) yang mulai terbentuk sejak masa kecil.

    “Biasanya karena pengalaman hubungan emosional dengan orang tua atau pengasuh yang kurang responsif, dingin, atau menolak ekspresi emosi anak,” kata dr Lahargo kepada detikcom, Rabu (5/11/2025).

    Individu dengan gaya avoidant ini akan tumbuh menjadi orang yang cenderung menjaga jarak dari orang lain, tidak nyaman dengan keintiman, dan lebih suka mengandalkan diri sendiri daripada meminta dukungan emosional.

    “Jadi benar, di TikTok gaya ini sering digambarkan sebagai orang yang ‘lebih nyaman sendiri’, ‘tidak mau terikat’, atau ‘tak butuh orang lain’, tapi sebenarnya itu adalah mekanisme pertahanan diri emosional yang terjadi secara unconscious (di bawah sadar), jadi bukan sekadar pilihan gaya hidup,” katanya.

    Apa sih yang Dirasakan oleh Individu dengan Avoidant Attachment?

    Menurut dr Lahargo, individu dengan avoidant attachment cenderung menekan emosi sendiri karena percaya bahwa menampilkan perasaan merupakan tanda kelemahan.

    Lalu, mereka juga memiliki batasan ketat dalam hubungan, baik pertemanan maupun romantik. Tampak kuat, mandiri, dan rasional, tetapi sebenarnya juga takut ditolak atau kehilangan kendali.

    “Saat orang lain mendekat terlalu dekat secara emosional, mereka bisa merasa tidak nyaman atau bahkan sesak’,” tutur dr Lahargo.

    “Jadi, ‘strong independent person’ ini sering bukan karena benar-benar tak butuh orang lain, tapi karena takut kehilangan kendali atas dirinya bila terlalu dekat dengan orang lain,” tutupnya.

    Halaman 2 dari 2

    Simak Video “Video: CISDI Ungkap Alasan Kesehatan Mental Masih Disepelekan”
    [Gambas:Video 20detik]
    (dpy/kna)

  • Punya Rp10 T, Mentan Amran Pakai AI & Drone Bikin Pertanian RI Modern

    Punya Rp10 T, Mentan Amran Pakai AI & Drone Bikin Pertanian RI Modern

    Jakarta, CNBC Indonesia – Menteri Pertanian (Mentan) sekaligus Kepala Badan Pangan Nasional (Bapanas) Amran Sulaiman mengungkapkan, pemerintah telah menyiapkan anggaran besar untuk mempercepat transformasi pertanian menuju sistem modern berbasis teknologi dan kecerdasan buatan (AI).

    Menurut Amran, total dana yang digelontorkan untuk mendukung penerapan teknologi tersebut mencapai sekitar Rp10 triliun. Anggaran itu digunakan untuk menghadirkan berbagai inovasi seperti penggunaan drone pertanian, sensor tanah, hingga sistem precision agriculture dan smart farming (pertanian presisi dan pertanian pintar).

    “Pemerintah, kita anggarkan sampai kurang lebih Rp10 triliun. Teknologi semua kita gunakan. Jadi ada drone kita pakai, kemudian sensor untuk mengetahui kondisi tanah, unsur hara tanah, dan seterusnya. Kita gunakan semua teknologi. Dan ke depan kami yakin biaya produksi turun,” ujar Amran saat konferensi pers di Balai Besar Perakitan dan Modernisasi Mekanisasi Pertanian (BRMP Mektan) Tangerang, Banten, Senin (3/11/2025).

    Amran menjelaskan, penerapan teknologi canggih di sektor pertanian telah menekan biaya produksi sekaligus meningkatkan efisiensi dan produktivitas. Misalnya, dengan penggunaan drone untuk menanam dan memupuk padi, waktu kerja petani dapat dihemat secara signifikan.

    “Contoh, kalau tanam dulu itu 1 hektare menggunakan 25 orang, atau 1 hektare 1 orang tanam 25 hari. Sekarang 25 hektare bisa selesai 1 hari dengan menggunakan drone,” jelasnya.

    Ia menambahkan, transformasi menuju pertanian modern membuat penggunaan anggaran menjadi lebih efisien dan efektif, karena tenaga manusia dapat dialihkan untuk kegiatan produktif lain sementara hasil panen meningkat.

    “Bisa dibayangkan efisien, efektif penggunaan anggaran. Jadi itu salah satu contoh bahwa dengan teknologi itu produktivitas naik, indeks pertanaman naik, kemudian biaya produksi turun. Karena menggunakan artificial intelligence (AI), menggunakan robotik, dan seterusnya. Dan itu benar,” tutur Amran.

    Adapun mengenai kesiapan sumber daya manusia (SDM), Amran memastikan petani Indonesia sudah mulai beradaptasi dengan teknologi sejak periode pertama dirinya menjabat sebagai Menteri Pertanian.

    “Mereka sudah sejak.. prioritas pertama kami saat menjadi menteri, tahun 2015 itu kita sudah mulai. Dulu penggunaan teknologi kita, posisinya hanya 0,14 Horse Power (HP) per hektare. Sekarang meningkat jadi 2,1 HP per hektare. Thailand dulu sudah 2, sekian, Jepang kalau tidak salah sudah 6 HP per hektare,” jelasnya.

    Ia menargetkan, dalam 5-10 tahun ke depan, tingkat mekanisasi pertanian di Indonesia bisa mencapai 6-10 HP per hektare, setara dengan negara-negara maju di Asia.

    Amran menyebut sejumlah alat pertanian modern seperti combine harvester dan rice transplanter saat ini sudah berhasil dibuat di dalam negeri dan tengah melalui tahap uji coba.

    “Ini tadi uji coba. Ini kan combine harvester kita bisa buat, rice transplanter kita buat. Yang kami inginkan adalah nanti menggunakan baterai, kemudian robotik. Jadi nanti otonomus,” kata Amran.

    Ia menyebut, targetnya alat-alat tersebut akan dikembangkan hingga bisa dikendalikan secara jarak jauh menggunakan remote control, sehingga petani milenial dapat bertani tanpa harus berada langsung di sawah.

    “Dari bawah pohon. Jadi Anda mau bertani, pencet tombol saja dari Jakarta. Bertani di Bekasi tinggal disetel,” ucapnya.

    Saat ini, lanjut Amran, alat pertanian yang diuji masih menggunakan bahan bakar diesel, namun ia menegaskan akan beralih ke sistem baterai listrik untuk menekan biaya energi.

    “Saat ini masih pakai solar, diesel. Ke depan pakai baterai. Apakah baterai akan lebih murah lagi? Jauh lebih murah. Bisa hemat sampai 60 persen,” ujarnya optimistis.

    Amran menambahkan, harga alat pertanian modern kini juga semakin terjangkau. “Kemarin yang kita hitung-hitung per unit itu Rp600 juta, sekarang harganya sudah separuh. Terus rice transplanter itu mungkin dari Rp60 juta jadi Rp10 jutaan. Aku minta Rp5 juta,” kata dia.

    Ia menegaskan, semua langkah tersebut adalah bagian dari visi besar menuju pertanian otonom dan digital di era kepemimpinan Presiden Prabowo Subianto. “Milenial dan generasi Z bisa mengolah lahan tanam, panen itu dari bawah pohon. Itu mimpi kita. Pusatnya di sini,” katanya.

    (hoi/hoi)

    [Gambas:Video CNBC]

  • Xiaomi Rilis Redmi Pad 2 Pro, Tablet dengan Baterai 12.000mAh yang Bisa Jadi Powerbank

    Xiaomi Rilis Redmi Pad 2 Pro, Tablet dengan Baterai 12.000mAh yang Bisa Jadi Powerbank

    Liputan6.com, Jakarta – Xiaomi resmi memperkenalkan Redmi Pad 2 Pro, Senin (3/11/2025) di Jakarta. Tablet kelas menengah ini membidik pasar generasi Z yang aktif dan kreatif.

    Perangkat ini membawa peningkatan signifikan dari pendahulunya (Redmi Pad Pro) dengan performa lebih tangguh, layar besar, serta fitur-fitur berbasis kecerdasan buatan (artificial intelligence/AI) untuk mendukung produktivitas.

    “Redmi Pad 2 Pro terinspirasi dari semangat Gen Z, generasi digital native yang mudah beradaptasi dan selalu punya semangat ‘always ready’ untuk mengubah peluang menjadi produktivitas melalui kreativitas,” ujar Head of PR Xiaomi Indonesia, Abee Hakiim. 

    Product Marketing Lead Xiaomi Indonesia, Jeksen, menambahkan bahwa kehadiran Redmi Pad 2 Pro membawa perubahan besar dalam lini tablet Redmi.

    “Jika pendahulunya lebih difokuskan untuk hiburan, Redmi Pad 2 Pro kini hadir dengan kemampuan yang memperluas fungsinya untuk produktivitas. Dengan dukungan AI, smart pen, dan konektivitas lintas perangkat, pengguna bisa bekerja dan berkreasi lebih efisien,” ia menjelaskan.

    Redmi Pad 2 Pro mengandalkan layar LCD 12,1 inci beresolusi 2.5K (2.560 x 1.600 piksel) dan sudah mendukung refresh rate 120Hz serta teknologi Dolby Vision, yang membuat tampilan gambar terlihat lebih halus dan kaya warna.

    Xiaomi juga menawarkan versi dengan lapisan kaca matte, yang diklaim membuat penggunaan smart pen terasa lebih natural seperti menulis di atas kertas serta mengurangi pantulan cahaya saat digunakan di luar ruangan.

    REDMI Pad 2 Pro memadukan gaya elegan dan daya tahan tangguh berkat desain metal unibody premium, perlindungan IP53, serta layar Gorilla® Glass 3. Tiga pilihan warna disediakan: Graphite Gray, Silver, dan Lavender Purple.

    Ditenagai Snapdragon 7s Gen 4 dan Baterai 12.000 mAh

    Dapur pacu perangkat ini menggunakan chipset snapdragon 7s Gen 4 (4nm) dari Qualcomm, yang diklaim menawarkan peningkatan kinerja sekitar 30 persen dibanding pendahulunya. Prosesor ini dipadu dengan GPU Adreno 810 serta konfigurasi memori 8 GB RAM / 256 GB penyimpanan internal, dengan dukungan ekspansi microSD hingga 1TB.

    Salah satu keunggulan utama Redmi Pad 2 Pro terletak pada baterainya yang mencapai 12.000 mAh dan mendukung pengisian cepat 33W. Kapasitas ini jauh lebih besar dari generasi sebelumnya yang masih 10.000 mAh.

    Tak hanya itu, perangkat ini juga bisa berfungsi sebagai power bank, berkat fitur reverse charging 27W. Xiaomi mengklaim, baterai mampu bertahan hingga 14 jam untuk menonton video dan 16 jam untuk membaca e-book.

    Di sektor kamera, perangkat ini membawa kamera belakang 8 MP lengkap dengan LED flash, serta kamera depan 8 MP yang difokuskan untuk panggilan video dan konferensi daring.

  • Mandiri Institute Proyeksi Konsumsi Kuartal IV/2025 Melaju Lebih Tinggi

    Mandiri Institute Proyeksi Konsumsi Kuartal IV/2025 Melaju Lebih Tinggi

    Bisnis.com, JAKARTA — Aktivitas belanja masyarakat diproyeksikan tumbuh lebih kuat pada kuartal IV/2025.

    Laporan Mandiri Spending Index (MSI) per 19 Oktober 2025 menunjukkan konsumsi domestik terus menguat pada awal kuartal terakhir tahun ini, ditopang peningkatan kepercayaan masyarakat dan membaiknya belanja barang tahan lama.

    Berdasarkan laporan yang disusun Office of Chief Economist Bank Mandiri itu, indeks MSI mencapai 290,5, naik 2,3% secara mingguan (week-on-week/WoW), melanjutkan pertumbuhan minggu sebelumnya yang sebesar 2,9%.

    Secara tahunan, pertumbuhan belanja selama tiga minggu pertama Oktober tercatat rata-rata 34,5% (year-on-year/YoY), jauh lebih tinggi dibandingkan rata-rata kuartal III/2025 sebesar 28,7% YoY.

    “Kami perkirakan kombinasi antara meningkatnya konfiden masyarakat, berbagai program diskon akhir tahun yang dilakukan oleh peritel, dan dukungan stimulus pemerintah, akan mendorong belanja masyarakat tumbuh lebih tinggi pada Kuartal IV/2025,” tulis Mandiri Institute dalam laporan tersebut, dikutip Minggu (2/11/2025).

    Laporan MSI menilai tren kenaikan pertumbuhan konsumsi pada Oktober menandai awal pemulihan belanja rumah tangga.

    Mandiri Institute mencatat pertumbuhan MSI per bulan terhadap posisi awal tahun sempat melambat selama kuartal III/2025 dari 23% (Juli), menjadi 17% (Agustus), kemudian 14% (September). Kendati demikian, kini pertumbuhan MSI mencapai 29%. 

    Adapun kenaikan konsumsi pada Oktober mulai didorong oleh kelompok barang tahan lama (durable goods), yang meningkat 1,5 poin persentase dibandingkan dengan September 2025. Sementara itu, kelompok barang esensial yang memiliki proporsi belanja tertinggi (17,6%) masih tumbuh stabil 1,4% WoW.

    Peningkatan konsumsi barang tahan lama juga terlihat dari lonjakan belanja handphone atau gawai yang tumbuh 7,8% WoW, diikuti peralatan elektronik 7,6% WoW, dan peralatan rumah tangga 5,9% WoW.

    Belanja Gawai Gen Z dan Milenial

    Mandiri Institute mencatat, peningkatan belanja gawai paling besar terjadi pada Generasi Z dan Milenial, masing-masing dengan pertumbuhan 339% YoY dan 210% YoY pada September–Oktober 2025. Kenaikan ini sejalan dengan peluncuran sejumlah tipe handphone kelas menengah hingga atas, seperti iPhone 17 dan Vivo X300.

    Secara spasial, peningkatan belanja terjadi di seluruh wilayah Indonesia. Sulawesi mencatat pertumbuhan mingguan tertinggi sebesar 4,2%, diikuti Bali–Nusa Tenggara (2,6%), Kalimantan (2,5%), Jawa (2,3%), Sumatra (1,7%), dan Maluku–Papua (1,4%).

    Mandiri Institute mencatat bahwa belanja di Kalimantan meningkat seiring dengan kenaikan harga batu bara sejak awal September 2025, sementara di Balnusra (Bali-Nusa Tenggara), pengeluaran masyarakat tetap kuat sejalan dengan periode puncak wisata.

    Laporan juga menunjukkan adanya perbedaan perilaku konsumsi antar kelompok pendapatan. Kelompok bawah masih mempertahankan pola belanja defensif dengan porsi besar pada kebutuhan pokok.

    Kelas menengah menunjukkan kombinasi antara belanja esensial dan gaya hidup, mencerminkan perilaku impulsive spending. Sementara kelompok atas mulai meningkatkan pengeluaran untuk barang tahan lama, menunjukkan kepercayaan diri yang membaik dalam konsumsi.

    Perubahan pola ini juga sejalan dengan pergerakan tabungan. Per 30 September 2025, indeks tabungan kelompok bawah tercatat 72,8, kelompok menengah 101,1, dan kelompok atas 94,4.

  • Pola Konsumsi per Oktober 2025: Kelas Menengah Impulsif, Masyarakat Bawah Belum Pulih

    Pola Konsumsi per Oktober 2025: Kelas Menengah Impulsif, Masyarakat Bawah Belum Pulih

    Bisnis.com, JAKARTA — Pola konsumsi masyarakat menunjukkan perubahan menarik pada awal Kuartal IV/2025.

    Laporan Mandiri Spending Index (MSI) per 19 Oktober 2025 yang dirilis Office of Chief Economist Bank Mandiri mencatat adanya decoupling behavior atau pola perilaku yang berbeda arah, di mana masing-masing kelompok masyarakat menunjukkan respons konsumsi yang berbeda terhadap kondisi ekonomi terkini.

    Berdasarkan laporan, kelas menengah mulai menunjukkan perilaku impulsif, kelompok atas kembali percaya diri dalam berbelanja, sedangkan kelompok bawah belum menunjukkan pemulihan.

    Kelompok bawah tercatat masih memprioritaskan barang-barang esensial seperti kebutuhan rumah tangga dan supermarket. Laporan menunjukkan kelompok ini mempertahankan porsi belanja tertinggi untuk kebutuhan dasar, sementara belanja hiburan menjadi yang terendah sejak November 2024.

    Perilaku ini sejalan dengan penurunan indeks tabungan kelompok bawah yang mencapai 72,8 per September 2025, terendah dalam dua tahun terakhir. Kelompok bawah masih berhati-hati terhadap pengeluaran.

    Berbeda dengan kelompok bawah, kelas menengah mulai memperlihatkan pola belanja impulsif. Mandiri Institute mencatat kelompok ini melakukan kombinasi antara belanja esensial dan gaya hidup, dengan peningkatan pada kategori handphone, fashion, dan restoran.

    Perubahan ini berjalan seiring dengan meningkatnya indeks tabungan kelompok menengah menjadi 101,1 per September 2025, naik dari 100,9 dibanding periode yang sama tahun sebelumnya. Kenaikan tabungan ini mencerminkan semakin besarnya ruang bagi kelompok menengah untuk meningkatkan konsumsi non-esensial.

    Sementara itu, kelompok atas menunjukkan tanda-tanda pemulihan kepercayaan diri dalam konsumsi. Laporan mencatat peningkatan proporsi belanja pada barang tahan lama, terutama peralatan rumah tangga dan handphone, diikuti oleh aktivitas makan di luar (restoran) yang mulai meningkat.

    Konsumen di kelompok ini juga memperlihatkan pola belanja yang lebih seimbang antara kebutuhan primer dan sekunder, dengan indeks tabungan relatif stabil di 94,4.

    “Kelompok bawah masih defensif ditunjukkan dengan belanja esensial yang stabil tinggi. Sementara itu, kelompok menengah menunjukkan pola impulsif ditandai dengan masih tingginya belanja esensial diiringi belanja gaya hidup. Adapun kelompok atas mulai menunjukkan kepercayaan diri dalam konsumsi, prioritas belanja untuk barang tahan lama paling terlihat di kelompok ini,” simpul laporan tersebut, dikutip Minggu (2/11/2025).

    Konsumsi Mulai Membaik

    Mandiri Institute mencatat indeks belanja masyarakat mencapai 290,5 atau tumbuh 2,3% secara mingguan (week-on-week/WoW). Kinerja ini melanjutkan tren positif dari minggu sebelumnya yang tumbuh 2,9% WoW.

    Secara tahunan, pertumbuhan konsumsi selama tiga minggu pertama Oktober 2025 tercatat rata-rata 34,5% year-on-year (YoY), jauh lebih tinggi dibandingkan rata-rata pertumbuhan mingguan di kuartal III/2025 yang sebesar 28,7% YoY.

    “Kombinasi antara meningkatnya konfiden masyarakat, berbagai program diskon akhir tahun yang dilakukan oleh peritel, dan dukungan stimulus pemerintah, akan mendorong belanja masyarakat tumbuh lebih tinggi pada Kuartal IV/2025,” tulis laporan tersebut.

    Adapun kenaikan konsumsi pada Oktober mulai didorong oleh kelompok barang tahan lama (durable goods), yang meningkat 1,5 poin persentase dibandingkan dengan September 2025. Sementara itu, kelompok barang esensial yang memiliki proporsi belanja tertinggi (17,6%) masih tumbuh stabil 1,4% WoW.

    Peningkatan konsumsi barang tahan lama juga terlihat dari lonjakan belanja handphone atau gawai yang tumbuh 7,8% WoW, diikuti peralatan elektronik 7,6% WoW, dan peralatan rumah tangga 5,9% WoW.

    Mandiri Institute mencatat, peningkatan belanja gawai paling besar terjadi pada Generasi Z dan Milenial, masing-masing dengan pertumbuhan 339% YoY dan 210% YoY pada September–Oktober 2025. Kenaikan ini sejalan dengan peluncuran sejumlah tipe handphone kelas menengah hingga atas, seperti iPhone 17 dan Vivo X300.

    Secara spasial, peningkatan belanja terjadi di seluruh wilayah Indonesia. Sulawesi mencatat pertumbuhan mingguan tertinggi sebesar 4,2%, diikuti Bali–Nusa Tenggara (2,6%), Kalimantan (2,5%), Jawa (2,3%), Sumatra (1,7%), dan Maluku–Papua (1,4%).

    Mandiri Institute mencatat bahwa belanja di Kalimantan meningkat seiring dengan kenaikan harga batu bara sejak awal September 2025, sementara di Balnusra (Bali-Nusa Tenggara), pengeluaran masyarakat tetap kuat sejalan dengan periode puncak wisata.

  • Gaya Hidup Gen Z dan Milenial Dorong Belanja Masyarakat Oktober 2025

    Gaya Hidup Gen Z dan Milenial Dorong Belanja Masyarakat Oktober 2025

    Bisnis.com, JAKARTA — Aktivitas konsumsi masyarakat menunjukkan perbaikan pada Oktober 2025. Berdasarkan generasi, Gen Z dan Milenial menjadi pendorong peningkatan konsumsi pada awal kuartal IV/2025.

    Dalam laporan Mandiri Spending Index (MSI) per 19 Oktober 2025 yang dirilis Office of Chief Economist Bank Mandiri, indeks belanja masyarakat mencapai 290,5 atau tumbuh 2,3% secara mingguan (week-on-week/WoW). Kinerja ini melanjutkan tren positif dari minggu sebelumnya yang tumbuh 2,9% WoW.

    Secara tahunan, pertumbuhan konsumsi selama 3 minggu pertama Oktober 2025 tercatat rata-rata 34,5% year on year (YoY), jauh lebih tinggi dibandingkan rata-rata pertumbuhan mingguan di kuartal III/2025 yang sebesar 28,7% YoY.

    “Kombinasi antara meningkatnya confidence masyarakat, berbagai program diskon akhir tahun yang dilakukan oleh peritel, dan dukungan stimulus pemerintah, akan mendorong belanja masyarakat tumbuh lebih tinggi pada Kuartal IV/2025,” tulis laporan tersebut, dikutip Minggu (Minggu (2/11/2025).

    Adapun, kenaikan konsumsi pada Oktober mulai didorong oleh kelompok barang tahan lama (durable goods), yang meningkat 1,5 poin persentase dibandingkan dengan September 2025. Sementara itu, kelompok barang esensial yang memiliki proporsi belanja tertinggi (17,6%) masih tumbuh stabil 1,4% WoW.

    Peningkatan konsumsi barang tahan lama juga terlihat dari lonjakan belanja ponsel atau gawai yang tumbuh 7,8% WoW, diikuti peralatan elektronik 7,6% WoW, dan peralatan rumah tangga 5,9% WoW.

    Mandiri Institute mencatat, peningkatan belanja gawai paling besar terjadi pada Generasi Z dan Milenial, masing-masing dengan pertumbuhan 339% YoY dan 210% YoY pada September–Oktober 2025. Kenaikan ini sejalan dengan peluncuran sejumlah tipe handphone kelas menengah hingga atas, seperti iPhone 17 dan Vivo X300.

    Secara spasial, peningkatan belanja terjadi di seluruh wilayah Indonesia. Sulawesi mencatat pertumbuhan mingguan tertinggi sebesar 4,2%, diikuti Bali–Nusa Tenggara (2,6%), Kalimantan (2,5%), Jawa (2,3%), Sumatra (1,7%), dan Maluku–Papua (1,4%).

    Mandiri Institute mencatat bahwa belanja di Kalimantan meningkat seiring dengan kenaikan harga batu bara sejak awal September 2025, sementara di Balnusra (Bali-Nusa Tenggara), pengeluaran masyarakat tetap kuat sejalan dengan periode puncak wisata.

    Laporan juga menunjukkan adanya perbedaan perilaku konsumsi antar kelompok pendapatan. Kelompok bawah masih mempertahankan pola belanja defensif dengan porsi besar pada kebutuhan pokok seperti supermarket.

    Kelompok menengah menunjukkan kombinasi antara belanja esensial dan gaya hidup, yang mencerminkan perilaku impulsive spending. Sementara kelompok atas mulai meningkatkan pengeluaran untuk barang tahan lama, yang menunjukkan kepercayaan diri yang membaik dalam konsumsi.

    Perubahan pola ini juga sejalan dengan pergerakan tabungan. Per 30 September 2025, indeks tabungan kelompok bawah tercatat 72,8, kelompok menengah 101,1, dan kelompok atas 94,4.

  • Dear Gen Z, Ini ‘Biang Kerok’ Lutut Sering Nyeri usai Duduk Lama

    Dear Gen Z, Ini ‘Biang Kerok’ Lutut Sering Nyeri usai Duduk Lama

    Jakarta

    Tidak jarang anak-anak muda atau Generasi Z yang mengeluh lututnya nyeri usai duduk dalam rentang waktu berjam-jam, baik di kedai kopi atau kantor. Lalu, apakah ini tanda pengapuran sendi atau ada masalah lain?

    Spesialis ortopedi Dr dr Franky Hartono, SpOT (K) dari Siloam Hospitals Kebon Jeruk mengatakan rasa nyeri tersebut, yang muncul di anak-anak muda besar kemungkinan bukanlah pengapuran sendi.

    “Kalau masih muda, yang paling sering itu inflamasi yang disebabkan mungkin karena cedera otot, cedera sendi, overuse,”kata dr Franky kepada wartawan di Jakarta Barat, Sabtu (1/11/2025).

    “Atau orang yang mempunyai penyakit yang lain, rematik, metabolik, asam urat. Jadi nggak cuman pengapuran kalau masih muda ya,” sambungnya.

    Namun, jika kondisi ini terjadi pada mereka yang berusia lanjut, menurut dr Franky besar kemungkinan masalahnya adalah pengapuran sendi.

    Bagaimana Mencegah Sakit Lutut?

    Menurut dr Franky, gaya hidup sehat memiliki peran yang besar untuk menjaga kesehatan lutut dari berbagai masalah seperti mudah nyeri hingga pengapuran. Pola makan sehat dan rutin berolahraga bisa membantu menyehatkan lutut.

    “Kenapa kita dianjurkan untuk lari atau olahraga, supaya slim (kurus),” katanya

    Berat badan yang berlebih dapat memberikan tekanan ekstra pada lutut, sehingga lambat laun akan menimbulkan masalah kesehatan jika tidak segera diatasi.

    Halaman 2 dari 2

    Simak Video “Video: Rekomendasi Olahraga yang Cocok di Waktu Menopause”
    [Gambas:Video 20detik]
    (kna/kna)

  • Fenomena Baru, Gen Z Kini Kurang Tertarik dengan Adegan Seks di Film

    Fenomena Baru, Gen Z Kini Kurang Tertarik dengan Adegan Seks di Film

    JAKARTA – Generasi Z mulai kehilangan minat terhadap adegan seksual di film maupun serial. Laporan terbaru dari Center for Scholars & Storytellers UCLA, Teens & Screens: “Get Real: Relatability on Demand,”menemukan tren ini setelah mewawancarai 1.500 remaja dan orang dewasa muda berusia 10–24 tahun di Amerika Serikat.

    Dilansir dari laman Euro News, 59,7% Gen Z ingin melihat lebih banyak konten yang menonjolkan hubungan pertemanan. Sementara itu, 54,1% ingin karakter yang tidak fokus pada hubungan romantis, dan 48,4% menilai film serta serial terlalu banyak adegan seks dan sensual.

    Film percintaan bahkan berada di peringkat bawah dalam daftar topik yang diminati anak muda, sementara tema seperti hubungan toksik dan cinta segitiga dianggap paling menjengkelkan.

    Gen Z juga lebih menyukai animasi dibandingkan live-action, dengan popularitas naik dari 42% pada 2024 menjadi 48,5% tahun ini. Para peneliti melihat tren ini sejalan dengan penurunan aktivitas seksual di kalangan remaja.

    CDC melaporkan hanya 30% remaja aktif secara seksual pada 2021, turun dari 38% pada 2019. Kathleen Ethier dari CDC menyebut penurunan ini bisa positif jika mencerminkan keputusan sehat, namun juga bisa menandakan isolasi sosial.

    Fenomena ini terlihat pula di Hollywood. Tahun lalu, Economist mencatat adegan seksual di film turun 40% dibanding awal 2000-an, dengan setengah film bahkan tidak menampilkan konten seksual sama sekali.