Topik: Generasi Z

  • Dianugerahi Tokoh Inspiratif Koperasi Oleh KAHMI, Nurdin Halid: Semoga Menginspirasi Generasi Z dan Milenial

    Dianugerahi Tokoh Inspiratif Koperasi Oleh KAHMI, Nurdin Halid: Semoga Menginspirasi Generasi Z dan Milenial

    Politisi Partai Golkar ini pun menegaskan koperasi bukan hanya sistem ekonomi atau badan usaha, tetapi juga sistem nilai. Karena sistem kerja koperasi dipandu oleh nilai-nilai kejujuran, kesetaraan, keadilan, transparansi, solidaritas, dan kesejahteraan bersama.

    “Jadi, sistem Ekonomi Pancasila dan Ekonomi Konstitusi Pasal 33 justru menjadi nyata dan operasional dalam koperasi,” sebutnya.

    “Bukan badan usaha yang lain. Itulah yang mendorong saya mencanangkan visi besar menjadikan ‘Koperasi sebagai Pilar Negara di Tahun 2045’,” jelasnya.

    Dalam kesempatan ini juga, Nurdin Halid pun menjadi pemikiran Bung Karno dengan menyebut dasar Negara Pancasila jika diperas menjadi Trisila dan jika diperas lagi menjadi Ekasila. Dan, Ekasila itu ialah Gotong-royong.

    “Jadi, Indonesia itu Negara Pancasila dan Negara Gotong-Royong. Dan, nilai luhur Gotong-Royong itu hanya bisa dilestarikan dan dipraktekkan dalam organisasi sosial ekonomi rakyat bernama koperasi,” tuturnya.

    Adapun penghargaan ini diberikan ke salah satu wakil ketua Komisi VI DPR RI itu bukannya tanpa alasan.

    Penghargaan yang diterima Nurdin Halid memang pantas. Sebab, ia dikenal sebagai pemikir dan pejuang koperasi Indonesia modern.

    Nurdin Halid selalu menyebut ‘darah dalam tubuhnya’ adalah ‘darah’ koperasi karena tak kurang dari 44 tahun hidupnya berkutat di dunia perkoperasian.

    Ada karier panjang yang juga dilaluinya sejak tahun 82 di Kabupaten Gowa, Sulawesi Selatan, lalu merangkak naik menjadi Direktur Utama Puskud Hasanuddin, Ketua Umum Inkud, hingga kini menjadi Ketua Umum Dekopin.

  • Ini Dia Kunci Utama Wujudkan Indonesia Emas 2045 – Page 3

    Ini Dia Kunci Utama Wujudkan Indonesia Emas 2045 – Page 3

    Liputan6.com, Jakarta Pembangunan SDM sebagai salah satu pilar utama menuju Indonesia Emas 2045. Hal tersebut diungkapkan Staf Ahli Menteri Keuangan Bidang Jasa Keuangan dan Pasar Modal, Arief Wibosono dalam Indonesia Leadership Forum (ILF) 2025 yang digelar Universitas Indonesia (UI).

    “Pentingnya kualitas SDM yang unggul ini juga memperoleh fokus tersendiri pada visi Indonesia Emas maupun Asta Cita,” sebutnya dalam keterangan tertulis, Minggu (26/1/2025).

    Menurut Arief, SDM Indonesia perlu didorong untuk menjadi lebih inovatif, memperluas cakrawala pengetahuan melalui jaringan global, serta mendorong transformasi ekonomi dan sosial.

    “Kami yakin bersama bahwa kepemimpinan yang efektif menjadi hal penting dalam upaya kolektif bangsa untuk menuju Indonesia Emas 2045. Di sini kepemimpinan dalam segala level. Tidak memandang level paling atas maupun di tataran bawah. Baik di sektor publik, swasta, maupun sektor ketiga,” imbuhnya.

    Sementara itu, Rektor Universitas Indonesia Heri Hermansyah menyoroti pentingnya kepemimpinan yang adaptif dan inovatif untuk menghadapi perubahan global yang cepat, termasuk kemajuan kecerdasan buatan, Revolusi Industri 4.0, dan perubahan sosial seperti masuknya Generasi Z ke dunia kerja.

    “Kita berada di persimpangan transformasi teknologi dan ekonomi yang belum pernah terjadi sebelumnya. Forum ini bukan sekadar dialog, tetapi juga seruan untuk bertindak. Ini adalah kesempatan bagi kita untuk bertukar ide, menjalin kolaborasi, dan mengidentifikasi strategi untuk memperkuat kepemimpinan di semua sektor,” katanya.

    Hingga saat ini, lanjut Heri, UI masih menjalankan visi untuk menuju kepemimpinan dan daya saing global. Adapun inisiatif strategis UI untuk lima tahun ke depan yakni, mendorong kewirausahaan, mendukung usaha-usaha wirausaha yang dipimpin oleh kampus.  

    Lalu, memperluas Akses dan Kualitas Pendidikan – Meningkatkan metode pembelajaran inovatif dan kesempatan beasiswa. Kemudian, mempromosikan Penelitian dan Inovasi yang Berdampak– Menggerakkan penelitian yang relevan dengan industri dan komersialisasi  hasil riset.  

    Tak hanya itu, UI juga terus meningkatkan Daya Saing Global – Memperkuat kemitraan internasional dan mengembangkan program akademik kelas dunia. Terakhir, memperkuat Tata Kelola dan Transformasi Budaya– Membangun budaya akademik yang transparan, inklusif, dan berintegritas.  

     

     

     

  • Strategi Cerdas Kelola Keuangan Ditengah Fenomena YOLO dan FOMO

    Strategi Cerdas Kelola Keuangan Ditengah Fenomena YOLO dan FOMO

    Jakarta: Memahami dan mengenal, serta dapat membedakan kebutuhan dan keinginan saat ini menjadi satu krusial dalam mengelola keuangan. 
     
    Utamanya, bagi generasi Z (Gen Z) di tengah fenomena seperti FOMO, YOLO, dan doom spending.
     
    “Keinginan berbeda dengan kebutuhan. Jika menginginkan sesuatu (kebutuhan tersier), mindset (pola pikir) yang harus dibangun adalah menabung, bukan berutang,” kata Pakar keuangan sekaligus Direktur Keuangan dan Manajemen Risiko LKBN ANTARA Nina Kurnia Dewi dikutip dari Antara, Senin, 20 Januari 2025.

    Ada dua pendekatan di sini, yaitu pola pikir menabung dan berutang. “Saya sarankan untuk memperkuat pola pikir menabung,” ujar Nina
     
    Generasi Z dikenal adaptif dan berpikiran global, namun, tantangan finansial seperti gaya YOLO dan FOMO sering memengaruhi pengelolaan keuangan mereka.
     

    Nina pun membagikan cara untuk mengelola keuangan optimal ditengah gempuran fenomena dan gaya hidup itu.
    Cara mengelola keuangan ditengah fenomena YOLO dan FOMO

    1. Tentukan tujuan

    Hal utama yang dilakukan adalah memulainya dengan menentukan tujuan keuangan. Anak muda diajak menetapkan tujuan keuangan sejak dini, mencakup investasi untuk kesehatan, seperti olahraga dan pola makan sehat, hingga investasi untuk meningkatkan keterampilan. 

    2. Buat anggaran

    Kedua, buat anggaran dan laporan keuangan untuk memahami pola konsumsi. Dengan mencatat pengeluaran, Gen Z dapat mengevaluasi kebiasaan mereka dan mencari cara untuk menjadi lebih hemat.

    3. Konsisten menyisihkan dana darurat

    Selain itu, menyisihkan penghasilan untuk dana darurat juga sangat penting, misalnya dana yang cukup untuk memenuhi kebutuhan selama enam bulan ke depan.

    4. Hindari utang konsumtif

    Nina mengingatkan agar Generasi Z menghindari utang konsumtif yang bisa menggagalkan rencana keuangan.
     
    “Kembali lagi, bedakan kebutuhan dengan keinginan. Hindari membeli barang yang sebenarnya tidak dibutuhkan hanya karena terdorong oleh FOMO atau YOLO. Hal ini bisa membuat kalian terlena,” kata dia.

    5. Buka wawasan mengenai berbagai platform keuangan

    Terakhir, Gen Z didorong untuk terus belajar mengenai keuangan melalui berbagai platform, sekaligus mencari mentor berpengalaman untuk konsultasi perencanaan keuangan jangka panjang. Mentor dapat berasal dari orang-orang terdekat yang sudah memiliki pengalaman dalam bidang tersebut
     
    Anak muda juga perlu mengintropeksi diri untuk menjaga kualitas hidup. Misalnya, apakah hidup menjadi sulit jika kita mengurangi pengeluaran untuk mengonsumsi kopi yang sedang tren.
     
    “Coba introspeksi, apakah kita akan kesulitan jika mengurangi pengeluaran, seperti untuk kopi kekinian? Jika tidak, lebih baik alokasikan dana tersebut untuk menabung atau berinvestasi. Dengan begitu, kualitas hidup kita akan lebih terjaga,” ucap Nina.
     
    Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
    dan follow Channel WhatsApp Medcom.id

    (ANN)

  • Tangkis Badai PHK dan Pelemahan Daya Beli RI, DEN Punya Usulan Ini

    Tangkis Badai PHK dan Pelemahan Daya Beli RI, DEN Punya Usulan Ini

    Jakarta

    Pemerintah menjawab isu soal maraknya pemutusan hubungan kerja (PHK) dan melemahnya kelas menengah di Indonesia. Soal ini, Dewan Ekonomi Nasional (DEN) bilang bahwa pemerintah punya sekian stimulus dalam meredam rebaknya permasalahan soal PHK dan merosotnya kelas menengah di Indonesia.

    Wakil Ketua DEN, Mari Elka Pangestu mengatakan peran dari kebijakan fiskal adalah untuk menjadi peredam dengan memberikan program stimulus untuk masyarakat. Hal ini salah satunya termasuk menunda kenaikan Pajak Pertambahan Nilai (PPN), dan hanya diberlakukan untuk barang mewah.

    “Untuk menjaga, mengapa terjadinya PHK, apakah dari sisi demand-nya melemah, dan berkurangnya middle class. Peran fiscal policy untuk menjadi shock absorber dengan meluncurkan program-program stimulus. Juga menunda kenaikan PPN,” beber Mari dalam paparannya di Jakarta, Rabu (15/1/2025).

    Ia melanjutkan, beberapa program stimulus seperti bantuan sosial (bansos) beras, hingga diskon tarif listrik sebetulnya ditargetkan khusus untuk kelas menengah ke bawah dalam hal membantu dari sisi permintaan yang melemah.

    “Untuk pekerjanya sendiri itu juga ada stimulus untuk yang di padat karya. Enam bulan dikasih tunjangan 50%, itu semua untuk membantu. Di dalam itu ada retraining scheme. Ini kiat dari sisi demand-nya,” tambah Mari.

    Sedangkan dari sisi suplainya, Mari mengatakan, high cost economy juga jadi salah satu faktor timbulnya permasalahan seperti PHK dan melemahnya kelas menengah. Hal ini karena adanya bermacam peraturan yang memberi beban kepada dunia usaha.

    “Soal impor lah, Online Single Submission (OSS) yang belum berjalan dengan baik. Saya rasa pemerintah punya komitmen itu, bagaimana ada quick win dalam memberi sinyal bahwa pemerintah serius dalam memperbaiki iklim usaha,” tambahnya.

    Lebih lanjut, Mari mengatakan bukan insentif yang dicari oleh pengusaha. Melainkan, kata Mari, hal fundamental seperti kepastian hukumlah yang menjadi penting agar pengusaha bisa punya rencana yang matang dalam menjalankan usahanya.

    “Bukan insentif yang dicari dunia usaha, sometimes they like it, tapi sebenarnya fundamental agar mereka bisa berbisnis tanpa diganggu, ada kepastian, bisa planning. Jadi, ini antara lain masalah upah minimum provinsi (UMP) perlu ada signalling soal bagaimana ditentukannya (UMP). Jangan membuat kaget, kita sudah ada hitung-hitungan, ternyata angkanya berubah,” ucap Mari.

    Mari menegaskan lebih lanjut, Kawasan Ekonomi Khusus (KEK) juga bisa jadi salah satu peluru buat mengentas masalah tingginya PHK. Dengan adanya KEK, diharapkan mampu menciptakan lapangan pekerjaan baru.

    “KEK sudah ada di beberapa tempat, bagaimana kita menarik investasi, mudah-mudahan juga supply chain-nya. Ini memang salah satu yang sedang dibahas oleh pemerintah. Kuncinya adalah lapangan pekerjaan. Selain itu, pariwisata dan ekonomi kreatif sangat menjanjikan. Perkembangan dari ekonomi kreatif dan pariwisata menurut saya itu bisa langsung kena kepada komunitas dan kepada generasi Z,” tandasnya.

    (eds/eds)

  • Tren Komunikasi Bisnis di Tahun 2025 untuk Jangkau Gen Z dan Milenial – Halaman all

    Tren Komunikasi Bisnis di Tahun 2025 untuk Jangkau Gen Z dan Milenial – Halaman all

    TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA – Komunikasi bisnis juga bertransformasi di tahun 2025 untuk menjangkau generasi digital native.

    Data Badan Pusat Statistik menunjukkan komposisi penduduk di Indonesia kini didominasi oleh Generasi Z dan Milenial.

    Direktur Magpie Public Relations Ibnu Haykal mengungkap 8 tren komunikasi bisnis yang akan mendominasi di tahun 2025.

    “83 persen generasi milenial menginginkan brand yang lebih ethical. Mereka akan lebih loyal kepada perusahaan yang membantu mereka berkontribusi terhadap permasalahan sosial dan lingkungan,” ungkap Ibnu Haykal dikutip, Selasa (14/1/2025).

    Berikut delapan tren komunikasi bisnis yang mendominasi pada tahun 2025:

    1. Millennials

    Tenaga Kerja Global Generasi ini memiliki karakteristik unik, seperti tech-savvy, mengutamakan work-life balance, dan peduli terhadap isu sosial. 83 persen millennials menginginkan brand yang lebih etis dan bertanggung jawab sosial.

     Oleh karena itu, strategi komunikasi perlu disesuaikan untuk menjangkau nilai-nilai dan preferensi millennials, dengan menekankan keaslian, storytelling, dan engagement.

    2. Metaverse

    Metaverse kian populer di kalangan millennials dan Gen Z. Platform imersif ini menawarkan peluang baru untuk branding, engagement, dan customer experience. 40 persen perusahaan global berencana meluncurkan inisiatif di metaverse pada tahun 2025.

    Brand perlu mengembangkan strategi untuk membangun kehadiran yang relevan di metaverse, menciptakan pengalaman imersif, dan menawarkan value yang menarik minat millennials.

     3. Keaslian

    Millennials sangat menghargai keaslian dan transparansi dalam komunikasi. 70 persem konsumen lebih percaya pada brand yang autentik dan menyampaikan pesan yang jujur. Brand perlu menghindari taktik marketing yang terlalu dibuat-buat dan fokus pada menciptakan konten yang genuine dan bermakna bagi millennials.

     Storytelling yang powerful dan human-centered akan lebih beresonansi dengan generasi ini.

    4. AI for PR

    Secara Efektif AI dapat membantu brand memahami preferensi dan perilaku millennials melalui analisis data dan social listening.

    AI juga dapat digunakan untuk mempersonalisasi pesan, mengotomatiskan tugas, dan menciptakan pengalaman yang lebih relevan bagi millennials. 80 persenbisnis telah mengadopsi atau berencana mengadopsi AI dalam komunikasi pada tahun 2025.

    5. Video Pendek

    70 persen pengguna internet menonton video online setiap minggu. Brand perlu memanfaatkan platform video pendek seperti TikTok dan Instagram Reels untuk menciptakan konten yang menarik, informatif, dan engaging bagi millennials.

    6. Hyperlocal

     Brand perlu memperhatikan relevansi lokal dalam komunikasi mereka untuk menjangkau millennials di Indonesia secara efektif.

    Hal ini meliputi penggunaan bahasa Indonesia yang baik dan benar, mempertimbangkan dialek atau bahasa daerah jika relevan, dan menciptakan konten yang sesuai

    dengan konteks budaya Indonesia. Brand juga dapat bermitra dengan influencer lokal dan media daerah di Indonesia.

    7. CEO

    CEO activism dan employee advocacy menjadi strategi yang sangat efektif. Millennials cenderung mempercayai informasi dari individu yang mereka kenal atau kagumi, termasuk CEO dan karyawan perusahaan.

    CEO yang aktif menyuarakan pendapat tentang isu-isu sosial dan lingkungan dapat meningkatkan kredibilitas dan kepercayaan terhadap brand.

    8. Komunikasi Krisis

    Benteng Terakhir Melawan Serangan Siber Badan Siber dan Sandi Negara (BSSN) mencatat 403.990.813 insiden lalu lintas anomali pada tahun 2023, menunjukkan betapa rentannya organisasi di tanah air.

    Kerugian akibat kejahatan siber di seluruh dunia mencapai angka fantastis, yaitu USD 8 triliun pada tahun 2023, semakin menggarisbawahi urgensi penanganan serangan siber.

    Dalam situasi darurat seperti ini, komunikasi krisis bukan hanya pilihan, melainkan keharusan. Komunikasi krisis yang efektif menjadi kunci untuk mengatasi dampak negatif dari serangan siber dan menjaga kepercayaan publik. Respon cepat, proaktif, transparan, dan langkah-langkah konkret sangat diperlukan untuk memulihkan citra dan bisnis yang terdampak.

  • Mas Dhito Dorong Gen Z Kediri Hadapi Tantangan Digital dengan Mindset Positif

    Mas Dhito Dorong Gen Z Kediri Hadapi Tantangan Digital dengan Mindset Positif

    Kediri (beritajatim.com) – Bupati Kediri, Hanindhito Himawan Pramana, menegaskan pentingnya Generasi Z (Gen Z) dalam mempersiapkan diri menghadapi era digital yang terus berkembang. Imbauan ini disampaikan dalam Peringatan Natal Pelajar SMP se-Kabupaten Kediri.

    Mas Dhito, sapaan akrabnya, menyoroti bahwa era digital menghadirkan peluang sekaligus tantangan besar bagi Gen Z. Menurutnya, tantangan terbesar bukan hanya berasal dari lingkungan sekitar, tetapi juga dari diri sendiri.

    “Tantangan utama bukan hanya bersaing dengan teman sebaya, tetapi juga bagaimana mengelola diri sendiri dalam menghadapi perubahan zaman,” ujar Mas Dhito dalam acara yang berlangsung di Convention Hall Simpang Lima Gumul.

    Tiga Tantangan Utama Gen Z di Era Digital

    Bupati muda berusia 32 tahun ini mengidentifikasi tiga tantangan utama yang dihadapi Gen Z, yaitu: Bullying, fenomena perundungan yang masih marak di lingkungan pendidikan dan media sosial.

    Pergaulan Bebas, ancaman terhadap nilai-nilai moral dan budaya di kalangan remaja dan kurangnya kepedulian sosial, yakni, inimnya kesadaran akan dampak negatif dari dua tantangan sebelumnya.

    Mas Dhito menyoroti tingginya angka dispensasi pernikahan dini sebagai indikasi bahwa generasi muda rentan terhadap dampak negatif dari kurangnya kontrol diri dan pengaruh lingkungan.

    Teknologi Digital sebagai Peluang

    Sebagai solusi, Mas Dhito mendorong Gen Z untuk lebih bijak dalam memanfaatkan teknologi digital guna meningkatkan keterampilan dan kapasitas diri, tanpa mengabaikan nilai-nilai budaya lokal.

    “Kabupaten Kediri saat ini berupaya menekan angka pernikahan dini. Jangan sampai hal ini terjadi di lingkungan kalian,” tegasnya.

    Peringatan Natal sebagai Momentum Religius

    Terkait Peringatan Natal Pelajar SMP se-Kabupaten Kediri, Mas Dhito berharap kegiatan ini dapat terus berlangsung sebagai wadah untuk memperkuat nilai-nilai religius bagi pelajar Kristen.

    “Di perayaan Natal ini, saya berdoa semoga Tuhan memberkati setiap langkah kalian semua,” ungkapnya.

    Sementara itu, Ketua Pelaksana Peringatan Natal, Meky Mamahit, menyampaikan bahwa acara ini mengusung tema “Christ is Enough for Me”, dengan diikuti oleh 1.000 peserta, terdiri dari 901 siswa, 71 tenaga pendidik, dan tamu undangan.

    Dengan dorongan dan bimbingan yang tepat, diharapkan Gen Z Kediri mampu menghadapi tantangan era digital dengan sikap positif dan produktif. [ADV PKP/nm]

  • Taruna Merah Putih ubah logo organisasi untuk tarik minat anak muda

    Taruna Merah Putih ubah logo organisasi untuk tarik minat anak muda

    Logo yang dulu menurut teman-teman pengurus hari ini terlalu galak

    Jakarta (ANTARA) – Organisasi sayap pemuda PDI Perjuangan, Taruna Merah Putih (TMP) meluncurkan logo baru untuk menarik minat anak muda agar mau bergabung dan mengambil peran dalam memajukan bangsa.

    “Logo yang dulu menurut teman-teman pengurus hari ini terlalu galak, sehingga membuat anak-anak muda yang tadinya mau gabung jadi agak berpikir. Ini tapi penjelasan anak-anak milenial,” kata Ketua Umum DPP TMP Hendrar Prihadi dalam acara peluncuran logo baru di Kantor Sekretariat TMP, Gondangdia, Menteng, Jakarta Pusat seperti dikutip dari siaran pers, di Jakarta, Sabtu.

    Walau berubah, logo TMP masih berdasarkan gambar utama yakni obor. Perubahan logo pun lebih bervariasi dengan tambahan ornamen tertentu untuk menarik perhatian anak muda.

    Prihadi meyakini perubahan logo ini merupakan perwakilan dari semangat anak muda yang saat ini sudah dipenuhi generasi Z. Dengan adanya perubahan logo ini, dia berharap para kader muda TMP semakin termotivasi untuk memperkuat barisan muda PDI Perjuangan.

    Dengan demikian, para kader muda tersebut melalui PDI Perjuangan dapat berperan memajukan bangsa dengan mewujudkan cita-cita demokrasi Indonesia.

    “Kegiatan kali ini juga menjadi momen penting bagi TMP dalam memperkenalkan logo baru, yang menjadi simbol implementasi tingginya semangat generasi muda dalam memimpin dan mengabdi kepada bangsa dan negara,” kata dia.

    Di saat yang sama, Sekjen TMP Rio Dondokambey mengatakan logo tetap memiliki unsur obor karena pengurus TMP menyepakati bahwa obor mewakili semangat juang para pendiri TMP.

    “Kami menghargai perjuangan para senior, kami tidak akan melupakan, ada senior yang bersama membesarkan, maka itu kami tidak akan mengganti,” kata Rio.

    “Api tak kunjung padam, ada aliran sungainya juga, itulah PDIP, berkobar sekali perjuangannya, begitu juga airnya, kalau ada masalah di depan PDIP tetap kokoh menghancurkan masalah itu,” tambah Rio.

    Pewarta: Walda Marison
    Editor: Rangga Pandu Asmara Jingga
    Copyright © ANTARA 2025

  • Milenial dan Gen Z Paling Banyak Tunggak Utang Pinjol, Ini Datanya

    Milenial dan Gen Z Paling Banyak Tunggak Utang Pinjol, Ini Datanya

    Jakarta

    Otoritas Jasa Keuangan (OJK) mengungkap kelompok usia 19-34 tahun mendominasi menggunakan Layanan Pendanaan Bersama Berbasis Teknologi Informasi (LPBBTI) atau Peer-to-Peer Lending (P2P Lending/Pinjaman Online). Generasi itu pula yang paling banyak mengalami kredit macet atau menunggak.

    Kepala Eksekutif Pengawas Lembaga Pembiayaan, Perusahaan Modal Ventura, Lembaga Keuangan Mikro, dan Lembaga Jasa Keuangan Lainnya (KE PVML) Agusman mengungkap outstanding pembiayaan terbesar berada pada kelompok 19-34 tahun dengan porsi 51,52% dari total outstanding pinjaman perorangan.

    “Adapun pembiayaan bermasalah didominasi oleh kalangan usia 19-34 tahun dengan porsi 53,48%,” kata Agusman dalam keterangannya, dikutip Sabtu (11/1/2025).

    Kelompok usia 19-34 tahun itu diketahui masuk dalam generasi milenial dan generasi Z. Dalam catatan detikcom, generasi milenial lahir dari tahun 1981-1996, saat ini berusia 29-44 tahun; Gen Z dari tahun 1997-2012, saat ini berusia 13-28 tahun.

    Lebih lanjut, OJK mengungkapkan pada periode November 2024 total utang pinjol tumbuh 27,32% yoy menjadi Rp 75,60 triliun. Angka ini naik dari catatan bulan sebelumnya yakni Rp 72,03 triliun per Agustus 2024.

    “Berdasarkan gender borrower, outstanding pembiayaan kepada gender perempuan mencapai 54,34% dari total outstanding pembiayaan perorangan,” lanjut Agusman.

    Terkait usia yang diperbolehkan menggunakan pinjol telah diatur oleh OJK. Aturan baru bagi pengguna financial technology peer to peer (fintech P2P) lending. Syarat tersebut tertuang dalam Surat Edaran OJK Nomor 19/SEOJK.05/2023 tentang Penyelenggaraan Layanan Pendanaan Bersama Berbasis Teknologi Informasi (SEOJK 19/2023). Penerapan aturan baru ini untuk meningkatkan kualitas pendanaan dari Lembaga Pembiayaan Bersama Berbasis Teknologi Informasi (LPBBTI).

    “Batas usia minimum pemberi dana (lender) dan penerima dana (borrower) adalah 18 tahun atau telah menikah dan penghasilan minimum penerima dana LPBBTI adalah Rp 3.000.000 per bulan,” tulis OJK dalam keterangan resminya.

    (ada/ara)

  • Pekerja Gen Z Kerap Bermasalah hingga Perusahaan Hindari Perekrutan Fresh Graduate di Masa Mendatang

    Pekerja Gen Z Kerap Bermasalah hingga Perusahaan Hindari Perekrutan Fresh Graduate di Masa Mendatang

    Jakarta, Beritasatu.com – Perusahaan disebut tidak puas dengan kinerja karyawan baru dari generasi Z atau gen Z yang lahir pada rentang tahun 1997-2012 atau yang saat ini berusia 8 hingga 23 tahun. Hal ini membuat perusahaan kemungkinan menghindari perekrutan lulusan baru di masa mendatang.

    Mengutip Euro News, Sabtu (11/1/2025), hal ini terjadi karena gen Z disebut belum siap untuk memasuki dunia kerja. Banyak dari mereka yang mengeluh mengenai bagaimana cara menyesuaikan diri di tempat kerja. Perusahaan disebut ragu untuk memberikan pekerjaan untuk gen z.

    Hal ini terungkap dari laporan platform konsultasi pendidikan dan karier, Intelligent. Laporan itu berdasarkan survei lebih dari 1.000 orang human resources development (HRD) manager yang mengurus masalah perekrutan karyawan baru.

    Survei itu mengungkap 1 dari enam pemberi kerja enggan memberikan pekerjaan untuk gen Z terutama karena reputasi mereka yang merasa berhak atas sesuatu dan mudah tersinggung.

    Selain itu, laporan itu juga mengungkap gen z tidak memiliki etos kerja yang kuat, kesulitan berkomunikasi, tidak baik dalam bekerja, dan secara umum tidak siap dalam menghadapi tuntutan dunia kerja.

    Dosen senior Haas School of Business di University of California, Berkeley Holly Schroth menjelaskan, fokus gen Z hanya pada kegiatan ekstrakurikuler untuk meningkatkan daya saing perguruan tinggi saja.

    Namun, mereka tidak mendapatkan pengalaman kerja sehingga menyebabkan harapan yang tidak realistis tentang tempat kerja dan cara menghadapi atasan.

    “Mereka (gen Z) tidak mengetahui keterampilan dasar untuk berinteraksi sosial dengan pelanggan, klien, dan rekan kerja, maupun etika di tempat kerja,” kata Schroth.

    Ia menyebut, perusahaan harus benar-benar melakukan orientasi karyawan baru dan memberikan pelatihan yang memadai.

    “Selain itu, perusahaan harus berperan sebagai pelatih dan manajer,” tambah dia.

    Selain itu, survei juga mengungkap enam dari 10 perusahaan melaporkan telah memecat lulusan baru dari gen Z pada 2024.

    Alasan pemecatan terkait dengan kurangnya motivasi karyawan, kurang profesional, dan komunikasi yang buruk.

    Selain itu, beberapa pekerja Gen Z mereka kesulitan mengelola beban kerja, sering terlambat, dan tidak berpakaian atau berbicara dengan pantas.

    Penasihat utama pengembangan karier dan pendidikan Intelligent Huy Nguyen mengatakan, banyak lulusan perguruan tinggi baru-baru ini mungkin kesulitan memasuki dunia kerja. Hal itu karena adanya perbedaan dari apa yang biasa mereka alami selama menempuh pendidikan.

    “Mereka sering kali tidak siap menghadapi lingkungan yang kurang terstruktur, dinamika budaya tempat kerja, dan ekspektasi pekerjaan yang mandiri,” paparnya dalam menanggapi dinamika pekerja gen Z.

  • Komunikasi Buruk dan Keterlambatan Kerja Jadi Pemicu Gelombang PHK Gen Z pada 2024

    Komunikasi Buruk dan Keterlambatan Kerja Jadi Pemicu Gelombang PHK Gen Z pada 2024

    Jakarta, Beritasatu.com – Survei dari platform konsultasi pendidikan dan karier, Intelligent mengungkap, enam dari 10 perusahaan melakukan pemutusan hubungan kerja (PHK) generasi Z atau gen Z karena beragam masalah pada 2024

    Melansir Euro News, Sabtu (11/1/2025), Alasan pemecatan terkait dengan kurangnya motivasi karyawan, kurang profesional, dan komunikasi yang buruk.

    Selain itu, beberapa pekerja Gen Z mereka kesulitan mengelola beban kerja, sering terlambat, dan tidak berpakaian atau berbicara dengan pantas.

    Selain itu, laporan juga mengungkap banyak dari gen z yang mengeluh mengenai bagaimana cara menyesuaikan diri di tempat kerja. Para pemberi kerja menyebut akan ragu untuk memberikan pekerjaan untuk gen z.

    Hal ini diungkap dari survei lebih dari 1.000 human resources development (HRD) manager yang mengurus masalah perekrutan karyawan baru.

    Satu dari enam pemberi kerja enggan memberikan pekerjaan untuk gen Z terutama karena reputasi mereka yang merasa berhak atas sesuatu dan mudah tersinggung.

    Selain itu, laporan itu juga mengungkap gen z tidak memiliki etos kerja yang kuat, kesulitan berkomunikasi, tidak baik dalam bekerja, dan secara umum tidak siap dalam menghadapi tuntutan dunia kerja.

    Sementara, laporan terpisah pada April 2024 mengungkap, pekerja gen Z terlalu bergantung pada dukungan orang tua selama pencarian kerja mereka.

    Menurut survei yang dilakukan oleh ResumeTemplates, hampir 1.500 pencari kerja muda memberikan tanggapan. Hasilnya, 70% dari mereka mengaku meminta bantuan orang tua dalam proses pencarian kerja.

    Sebanyak 25% lainnya bahkan membawa orang tua mereka ke wawancara, sementara banyak lainnya meminta orang tua mereka mengirimkan lamaran kerja dan menulis resume untuk mereka.

    Dosen senior Haas School of Business di University of California, Berkeley Holly Schroth menjelaskan, fokus gen Z hanya pada kegiatan ekstrakurikuler untuk meningkatkan daya saing perguruan tinggi saja.

    Namun, mereka tidak mendapatkan pengalaman kerja sehingga menyebabkan harapan yang tidak realistis  tentang tempat kerja dan cara menghadapi atasan.

    “Mereka (gen Z) tidak mengetahui keterampilan dasar untuk berinteraksi sosial dengan pelanggan, klien, dan rekan kerja, maupun etika di tempat kerja,” kata Schroth dalam menanggapi PHK gen Z.