Topik: Generasi Z

  • Menteri PKP Maruarar Sirait Bilang Ini Waktu yang Tepat untuk Punya Rumah, Dari Mana Duitnya?

    Menteri PKP Maruarar Sirait Bilang Ini Waktu yang Tepat untuk Punya Rumah, Dari Mana Duitnya?

    PIKIRAN RAKYAT – Menteri Perumahan dan Kawasan Permukiman (PKP), Maruarar Sirait mengatakan bahwa saat ini adalah waktu yang tepat untuk mempunyai rumah.

    “Jadi, dengan kebijakan negara dari Presiden Prabowo yang sangat pro rakyat, menurut saya ini waktunya miliki rumah, ini bangun rumah, karena sudah banyak yang gratis,” katanya dalam konferensi pers acara PT Bank Tabungan Negara (Persero) Tbk terkait peluncuran BALE by BTN di Jakarta, Minggu 9 Februari 2025.

    Pemerintah dinyatakan telah mengeluarkan beberapa kebijakan untuk mempermudah rakyat memperoleh rumah melalui program 3 juta rumah dalam setahun. Pertama, Bea Perolehan Hak atas Tanah dan Bangunan (BPHTB) yaitu 5 persen dari harga beli rumah subsidi oleh pemerintah daerah (pemda).

    Kedua, retribusi Persetujuan Bangunan Gedung (PBG) oleh pemda. Terakhir, Pajak Pertambahan Nilai Ditanggung Pemerintah (PPN DTPB) 100 persen pada periode Januari-Juli 2025, dan PPN DTP 50 persen pada periode Juli-Desember 2025 untuk harga rumah Rp0-2 miliar oleh Kementerian Keuangan (Kemenkeu).

    “Saya pikir sepanjang ini belum pernah ada BPHTB gratis belum pernah ada PBG gratis, dan PPN gratis,” ucap Maruarar Sirait.

    Kesempatan tersebut dinilai menjadi peluang bagi rakyat, mengingat saat ini kebijakan rumah murah bagi masyarakat telah diberlakukan seiring harga tanah semakin tinggi.

    Selain bebas dari beberapa biaya tersebut, kebijakan Presiden Prabowo Subianto terkait dengan sektor perumahan ialah layanan yang semakin cepat. Maruarar Sirait menjelaskan bahwa izin Persetujuan Gedung (PBG) dari target 45 hari menjadi 10 hari sejak dokumen lengkap oleh pemda.

    Sebagai contoh, pemerintah kabupaten Subang berhasil mengeluarkan izin PBG salam 15 menit, pemerintah Kabupaten Badung di Bali berhasil mengeluarkan izin PBG selama 17 menit.

    “Walaupun ada efisiensi (anggaran), kami optimis. Saya ikut Presiden Prabowo dengan penuh optimisme. Banyak hal yang sudah kita lakukan untuk mempermudah rakyat,” tutur Maruarar Sirait.

    Fenomena Makan Tabungan

    Sayangnya, tidak semudah itu masyarakat bisa memiliki rumah. Apalagi, pada saat ini ada fenomena makan tabungan di tengah masyarakat.

    Apa itu makan tabungan? Fenomena “makan tabungan” di masyarakat utamanya dipengaruhi oleh pengeluaran yang tak sebanding dengan pendapatan di kalangan masyarakat kelas menengah.

    “Ada dua sisi di masyarakat kita mengenai makan tabungan ini, yang pertama bahwa cenderung masyrakat kita tidak bisa manabung lagi, dan kedua bahwa masyarakat justru mengambil tabungan untuk memenuhi kebutuhannya,” kata Kaprodi D3 Manajemen Pajak, Fakultas Ekonomi dan Bisnis, Universitas PGRI Madiun (Unipma), Aliffianti Safiria Ayu Ditta pada Agustus 2024 lalu.

    “Walaupun awalnya dengan mengambil tabungan sedikit demi sedikit, namun hal itu kalau tidak cepat ditanggulangi justru akan membesar yang akhirnya tabungan itu akan habis pula,” tuturnya menambahkan.

    Aliffianti Safiria Ayu Ditta mengatakan bahwa yang harus diperhatikan oleh masyarakat secara langsung adalah kita akan terdampak dari inflasi. Misalnya saja baru dialami masyarakat dengan adanya keniakan UKT, memasuki tahun ajaran baru, dan juga kebutuhan-kebutuhan lain yang harus dipenuhi saat itu juga.

    Oleh karena itu, literasi keuangan dalam suatu keluarga sangat diperlukan, agar tidak berkelanjutan dalam menggunakan uang tabungan.

    “Fenomena makan tabungan sebetulnya sudah terjadi lama, untuk itu belajar dari pengalaman tersebut, hendaknya kita harus bisa memilah, memilih, dan mempriotitaskan mana yang paling tepat dan kita dahulu dalam penggunaan keuangan,” ujar Aliffianti Safiria Ayu Ditta.

    “Dan harus bisa menyisihkan sebagai dana cadangan yang suatu waktu dibutuhkan kita tidak kesulitan,” ucapnya menambahkan.

    Menurut Aliffianti Safiria Ayu Ditta, gejala makan tabungan akan terjadi apabila kita sudah tidak dapat menabung setiap kita mendapatkan penghasilan, atau menabung tapi berkurang lebih-lebih tidak menabung sama sekali.

    Dari sinilah hendaknya menabung harus juga diprioritaskan, jangan menabung kalau ada uang lebih atau uang sisa dari kebutuhan tiap bulannya. Diharapkan literasi keuangan dalam keluarga harus dijalankan, jangan sampai menganggu stabiltas keuangan dalam keluarga, harus bisa membedakan antara kebutuhan dan keinginan.

    Gen Z Susah Punya Rumah

    Bagi generasi Z (Gen Z), memiliki rumah bukanlah perkara mudah. Banyak laporan menunjukkan bahwa Gen Z menghadapi tantangan besar dalam memiliki properti sendiri, bahkan lebih sulit dibandingkan generasi sebelumnya, seperti milenial.

    Faktor-Faktor Penghambat Gen Z dalam Membeli Rumah

    Beberapa faktor utama yang membuat Gen Z kesulitan dalam membeli rumah adalah ekonomi dan sosial. Kenaikan harga properti yang tidak sebanding dengan peningkatan pendapatan menjadi salah satu penyebab utama.

    Harga rumah terus meningkat secara signifikan, sedangkan pendapatan rata-rata Gen Z stagnan, sehingga daya beli mereka menurun. Selain itu, inflasi yang terus meningkat membuat biaya hidup semakin tinggi.

    Ditambah lagi, banyak dari Gen Z bekerja di sektor informal dengan sistem kerja jangka pendek (gig economy) yang tidak menyediakan tunjangan kesehatan, jaminan hari tua, atau fasilitas finansial lainnya. Kondisi ini semakin mempersempit peluang mereka untuk mendapatkan akses pembiayaan perumahan.

    Jika dibandingkan dengan generasi milenial, Gen Z juga menghadapi tantangan tambahan berupa persyaratan kredit yang lebih ketat dan suku bunga yang lebih tinggi. Generasi milenial sebelumnya memiliki akses yang lebih mudah terhadap pinjaman perumahan dengan bunga yang relatif lebih rendah, sedangkan kini Gen Z harus berhadapan dengan kondisi keuangan yang lebih ketat dari pihak perbankan.

    Gen Z Lebih Melek Finansial, Tetapi Masih Terhambat

    Meskipun menghadapi banyak kendala, Gen Z dikenal sebagai generasi yang lebih melek terhadap teknologi dan finansial. Mereka memiliki akses ke berbagai aplikasi investasi yang memudahkan mereka untuk mulai berinvestasi dengan modal kecil. Sayangnya, pengetahuan finansial ini sering kali tidak diimbangi dengan pengelolaan keuangan yang bijak.

    Banyak dari mereka yang terjebak dalam gaya hidup konsumtif, terutama dengan adanya fasilitas pay later yang membuat mereka lebih mudah untuk berbelanja impulsif. Oleh karena itu, pemahaman tentang perilaku finansial (behavioral finance) sangat penting agar mereka dapat menghindari kebiasaan boros dan lebih fokus pada tujuan keuangan jangka panjang, termasuk memiliki rumah.

    Strategi yang Bisa Dilakukan Gen Z untuk Memiliki Rumah

    Meskipun tantangannya besar, bukan berarti Gen Z tidak bisa memiliki rumah. Beberapa strategi yang bisa diterapkan antara lain:

    Meningkatkan Keterampilan dan Pendidikan

    Dengan memiliki keterampilan yang lebih baik, Gen Z dapat memperoleh pekerjaan yang lebih stabil dan berpenghasilan lebih tinggi. Ini akan membuka peluang untuk mendapatkan pinjaman perumahan dengan lebih mudah.

    Mencari Sumber Pendapatan Tambahan

    Gen Z dapat mencoba pekerjaan sampingan seperti freelance, bisnis online, atau pekerjaan paruh waktu untuk menambah penghasilan mereka.

    Memanfaatkan Program Beasiswa dan Magang

    Program seperti Magenta (Magang Generasi Bertalenta) atau Wirausaha Muda Mandiri dapat membantu mereka mendapatkan pengalaman kerja sekaligus dukungan finansial tambahan.

    Menetapkan Tujuan Keuangan yang Jelas

    Gen Z harus mulai membuat perencanaan keuangan dengan menetapkan target tabungan dan investasi yang jelas untuk membeli rumah di masa depan.

    Mengurangi Pengeluaran yang Tidak Perlu

    Mengontrol pengeluaran dengan menghindari gaya hidup konsumtif dan utang yang tidak perlu bisa membantu mereka lebih cepat mencapai tujuan memiliki rumah.***

    Simak update artikel pilihan lainnya dari kami di Google News

  • OPINI : Paylater, Bom Waktu Tersembunyi

    OPINI : Paylater, Bom Waktu Tersembunyi

    Bisnis.com, JAKARTA – Di era kemudahan akses teknologi, fenomena konsumsi instan lewat paylater semakin populer terutama di kalangan Generasi Z dan Alpha. Suatu sore di sebuah kafe di Jakarta, obrolan sekelompok anak muda mencuri perhatian saya.

    Di era kemudahan akses teknologi, fenomena konsumsi instan lewat paylater semakin populer terutama di kalangan Generasi Z dan Alpha. Suatu sore di sebuah kafe di Jakarta, obrolan sekelompok anak muda mencuri perhatian saya.

    “Gue dong udah dapet tiket konsernya si A pakai paylater enam kali tanpa bunga” ucap salah satu dari mereka. Temannya menimpali, “Oya, bagaimana caranya?” dan yang lain juga ikut berbagi cerita tentang mudahnya membeli ponsel, sepatu bermerek, atau tiket liburan dengan beberapa klik di ponsel dalam hitungan menit, tanpa harus membayar di muka.

    Obrolan itu membuat saya tercenung, antara kagum sekaligus khawatir. Kagum pada kemajuan teknologi yang memudahkan kita bisa menikmati berbagai hal yang dulu sulit diperoleh.

    Namun ada kekhawatiran, apakah mereka sadar bahwa paylater adalah utang yang dapat mendorong mereka terjebak perangkap kebiasaan berutang?

    Mereka menganggap paylater sebagai solusi finansial praktis, tanpa memahami risiko yang mengintai, yang bisa berujung penumpukan utang (over-indebtedness) tanpa rencana keuangan yang matang. Layaknya bom waktu yang siap meledak saat mereka dihadapkan kebutuhan finansial besar

    Hal lain yang sangat mengganggu adalah betapa mudahnya penyedia pay­later menyetujui permohonan kredit dari anak-anak muda, yang belum memiliki kemampuan finansial yang memadai. Persetujuan paylater sering diberikan hanya dalam hitungan menit, tanpa adanya pemeriksaan kredit yang menyeluruh. Bagaimana jika mereka tidak mampu membayar tepat waktu dan akhirnya macet?

    Di masa depan, jika mereka ingin membeli rumah atau mobil melalui Kredit Pemilikan Rumah (KPR) atau Kredit Pemilikan Mobil (KPM), riwayat kredit yang buruk akan menjadi hambatan besar bagi masa depan finansial mereka.

    Penggunaan paylater di Indonesia terus meningkat pesat. Berdasarkan Survei Kredivo Consumer Insight 2023, pertumbuhannya mencapai 38%, terutama di kalangan Gen Milenial dan Z.

    Berdasarkan data dari Otoritas Jasa Keuangan (OJK), per akhir Agustus 2024, terdapat 17,9 juta pengguna paylater di Indonesia, dengan total kredit outstanding mencapai Rp18,01 triliun.

    Tingkat non-performing loans (NPL) atau kredit macet untuk layanan ini tercatat sebesar 2,24%. Meskipun masih berada dalam kategori aman, angka ini signifikan menunjukkan ada sejumlah pengguna, termasuk anak muda, yang kesulitan melunasi utang paylater mereka.

    Fenomena Fear of Missing Out (FOMO) menjadi salah satu faktor utama yang mendorong perilaku konsumsi impulsif untuk memiliki barang atau pengalaman tertentu agar tidak ketinggalan.

    Berbagai negara, seperti Australia, Inggris, dan Singapura, menaruh perhatian besar terhadap upaya mengurangi risiko utang paylater, terutama di kalangan generasi muda. Australia misalnya, layanan paylater berkembang pesat di kalangan anak muda dan telah menimbulkan masalah utang berlebihan.

    Untuk mengatasi hal ini, Australian Securities and Investments Commission (ASIC) menjalankan kampanye Moneysmart untuk edukasi pengelolaan utang kepada generasi muda dan penerapan kewajiban pemberian pinjaman yang bertanggung jawab (Responsible Lending Obligations-RLO) bagi penyedia paylater, untuk memastikan kredit diberikan sesuai kemampuan konsumen.

    Singapura juga meluncurkan kampanye Think Before You Spend, melibatkan media sosial dan influencer lokal untuk edukasi tentang risiko utang serta memperkenalkan BNPL Code of Conduct, untuk memperketat penilaian kredit dan transparansi biaya.

    Belajar dari negara-negara maju tersebut, OJK sebagai regulator paylater di Indonesia bisa mengadopsi praktek RLO di Australia dan BNPL Code of Conduct di Singapura untuk mengembangkan regulasi yang komprehensif, mencakup pengawasan yang efektif, kewajiban pemberian pinjaman yang bertanggung jawab (RLO), dan perlindungan konsumen. Langkah ini penting agar inovasi industri paylater tumbuh sehat dan mendukung stabilitas keuangan.

    Namun, regulasi saja tidak cukup. Literasi keuangan adalah kunci agar generasi muda memahami risiko paylater. OJK dapat memperluas program Sikapi Uangmu dengan edukasi khusus paylater, meluncurkan aplikasi digital, memanfaatkan influencer, dan kerja sama dengan kementerian pendidikan untuk mengintegrasikan literasi keuangan ke kurikulum sekolah.

    Dengan strategi tersebut, OJK membantu generasi muda memahami serta menikmati manfaat inovasi keuangan digital sekaligus terlindungi dari risiko yang mungkin muncul di masa depan.

  • Transformasi Gen Z di Sektor Digital

    Transformasi Gen Z di Sektor Digital

    Bisnis.com, MAUMERE – Generasi Z (Gen Z) telah tumbuh dan berkembang di tengah pesatnya kemajuan teknologi informasi dan komunikasi. Namun, kebiasaan Gen Z dalam mengakses informasi dan berinteraksi di media sosial membawa tantangan tersendiri, terutama soal keamanan dan privasi.

    Dalam diskusi GenSi Talk yang digelar Bisnis Indonesia bersama Indosat Ooredoo Hutchison. dalam Festival Literasi Digital di Universitas Nusa Nipa, Maumere, NTT, Selasa (4/2/2025), terungkap mengenai transformasi Gen Z tersebut.

    Diskusi yang membawa tema “Transformasi Gen Z, Dari Cerdas Digital ke Aman Digital” itu menghadirkan beberapa narasumber berbagi wawasan tentang pentingnya keamanan digital bagi Gen Z.

    Hamdani Pratama, Kepala BPPTIK, Kementerian Komunikasi dan Informatika, menekankan pentingnya literasi digital dalam membentuk karakter Gen Z. Tidak hanya cerdas digital, tetapi juga aman dalam menggunakan teknologi digital.

    “Kementerian Komunikasi dan Informatika telah meluncurkan beberapa program untuk meningkatkan kesadaran tentang keamanan digital di kalangan Gen Z,” kata Hamdani. “Kami harus memastikan bahwa Gen Z memiliki keterampilan digital yang aman dan bertanggung jawab.”

    Beliau menambahkan tantangan yang dihadapi Gen Z dalam menjaga keamanan, khususnya data pribadi di dunia digital cukup besar. Oleh sebab itu, perlu dukungan dari segala pemangku kepentingan.

    “Perlu ada program pelatihan yang dirancang khusus untuk generasi muda guna mengembangkan keterampilan digital yang aman dan bertanggung jawab,” katanya.

    Adri Gautama, Area Academy Manager Cisco Networking Academy PT Cisco Systems Indonesia, menambahkan bahwa pihaknya telah melihat perkembangan dan budaya menjaga keamanan siber di kalangan Gen Z.

    “Kita harus terus mengantisipasi dan melindungi Gen Z dari ancaman yang semakin kompleks. Kami terus berperan dalam meningkatkan literasi digital bagi Gen Z, khususnya dalam hal memahami dan memanfaatkan teknologi secara efisien dan aman.”

    Adapun Fuadit Muhammad, Programmer dan Tech Influencer, juga berbagi tentang pentingnya keamanan digital bagi Gen Z.

    “Kita harus memahami resiko dunia maya, seperti penipuan online, phishing, dan serangan siber. Kita harus memiliki strategi untuk mengenali dan menghindari scam atau phishing yang beredar di media sosial.”

    Dalam diskusi ini, semua berharap dapat meningkatkan kesadaran dan keterampilan keamanan digital di kalangan Gen Z, serta mengembangkan kompetensi keamanan siber khususnya di Indonesia Timur.

    “Kita harus memastikan bahwa Gen Z memiliki keterampilan digital yang aman dan bertanggung jawab. Dengan demikian, kita dapat mengembangkan kompetensi keamanan siber yang kuat di kalangan Gen Z,” kata Hamdani.

    Berdasarkan data Pustlitbang Aptika IKP, hasil Indeks Masyarakat Digital Indonesia (IMDI) periode 2022-2024 menunjukkan kenaikan setiap tahunnya. Kenaikan itu mencerminkan perkembangan positif dalam pemanfaatan teknologi digital di Indonesia.

    Skor IMDI menunjukkan peningkatan dari 37,80 pada 2022 menjadi 43,18 pada 2023. Kemudian, pada 2024, skor naik tipis menjadi 43,34.

  • Pilwali Makassar 2024 Jadi Panggung Politik Ilham Ari Fauzi

    Pilwali Makassar 2024 Jadi Panggung Politik Ilham Ari Fauzi

    FAJAR.CO.ID, MAKASSAR-Mahkamah Konstitusi (MK) menolak gugatan dari calon wali kota dan wakil wali kota Makassar, Indira Yusuf Ismail-Ilham Ari Fauzi.

    Sehingga, upaya terakhir dari pasangan ini berakhir sejak MK mengetuk palu di ruang sidang MK, Jakarta, Selasa 4/2/2025).

    Dalam pilwali 2024 ini, Ilham Ari Fauzi memulai karirnya pertama kali.

    Ia menjadi generasi Z yang pertama maju pada Pilkada 2024 lalu.

    “Beliau adalah sosok muda yang penuh potensi dalam dunia politik. Pengalaman dari pilwali 2024 bisa menjadi modal beliau di panggung politik ke depan,” kata pengamat politik UIN Alauddin Makassar, Febrianto Syam, Rabu (5/2/2025).

    Selama masa kampanye, Ilham Fauzi bisa dianggap sebagai perwakilan anak muda.

    Beberapa kali, Ilham menemui langsung masyarakat akar rumput.

    Ada suatu waktu, ia mendapatkan keluhan.

    Tak pikir panjang, putra dari wakil ketua umum DPP PPP, Amir Uskara ini pun langsung menelpon legislator DPRD Sulsel fraksi PPP.

    Solusinya pun langsung ada.

    Ia langsung mampu mencari solusi atas keluhan masyarakat.

    “Beliau juga merupakan anak muda yang mau mendengarkan aspirasi masyarakat dan mampu mengelola apa yang masyarakat sampaikan menjadi sebuah program pada pencalonan wali kota 2024 lalu,” katanya.

    Ilham Ari Fauzi pun mampu bertransformasi dari seorang direktur yayasan menjadi seorang politisi kawakan.

    Sehingga, pemilihan wali kota Makassa 2024 menjadi panggung dari Ilham Ari Fauzi.

    Ia mampu bersaing dengan politisi kawakan di Makassar bahkan mengalahkan ketua partai dan birokrat senior.

  • Internet Merata, Penguatan Kapabilitas SDM Melek Digital Makin Krusial

    Internet Merata, Penguatan Kapabilitas SDM Melek Digital Makin Krusial

    Bisns.scom, JAKARTA — Penetrasi internet yang terus meningkat menyisakan pekerjaan rumah berupa literasi digital. Dibutuhkan peningkatan kapabilitas masyarakat di seluruh wilayah Indonesia secara merata agar infrastruktur yang terbagun, memberi lebih banyak manfaat. 

    Data Asosiasi Penyelenggara Jasa Internet (APJII) mencatatkan penetrasi internet di Indonesia mencapai 79,5% dari total populasi pada 2024 atau naik 1,31 basis poin dibandingkan pada 2023 yang mencapai 78,19%. Peningkatan penetrasi ini terjadi seiring dengan semakin masifnya pembangunan infrastruktur telekomunikasi. 

    Namun, peningkatan penetrasi tersebut perlu diimbangi dengan literasi digital.  

    Kepala BPPTIK Kementerian Komunikasi dan Digital Hamdani Pratama mengatakan  pemerataan akses teknologi, baik di wilayah perkotaan maupun daerah terpencil (3T), perlu diimbangi dengan pengetahuan masyarakat dalam memanfaatkan teknologi tersebut.  

    Pembangunan SDM di seluruh wilayah Indonesia menjadi sangat krusial agar masyarakat dapat menguasai teknologi digital dan ikut berpartisipasi dalam kemajuan ekonomi digital.

    “Akses terhadap teknologi harus merata. Tidak hanya di perkotaan atau Pulau Jawa saja, tetapi seluruh wilayah Indonesia, dari daerah terpencil hingga pulau-pulau terluar, harus memiliki kesempatan yang sama dalam memperoleh pengetahuan dan keterampilan digital,” kata Hamdani dalam acara Literasi Digital ‘Saatnya Gensi Beraksi’ di Universitas Nusa Nipa Maumere, Selasa (4/2/2025). 

    Hamdani menjelaskan bahwa ada tiga pilar utama dalam pembangunan digital Indonesia yang harus dikuatkan, yakni pemerintahan digital, ekonomi digital, dan masyarakat digital. 

    Pemerintah diharapkan dapat melakukan transformasi menuju pemerintahan yang modern dan responsif melalui pemanfaatan teknologi. 

    Pelajar menghitung kecepatan internetPerbesar

    Sementara itu, ekonomi digital diharapkan dapat melampaui batas geografis, memungkinkan perdagangan digital yang lebih inovatif dan inklusif.

    “Masyarakat digital Indonesia tidak hanya akan menjadi konsumen, tetapi juga produsen yang dapat berperan aktif dalam ekonomi digital global. Dengan bonus demografi yang dimiliki, Indonesia memiliki potensi besar untuk menjadi pemimpin dalam revolusi digital,” ucap Hamdani.

    Hamdani mengatakan bahwa generasi muda mengambil peran penting sebagai agen perubahan digital. 

    Generasi Z Nadi Transformasi di Sikka 

    Kepala Dinas Komunikasi dan Informasi Kabupaten Sikka Nusa Tenggara Timur Ferry Afales mengatakan bahwa Kabupaten Sikka kini menjadi salah satu wilayah dengan tingkat pengguna layanan telekomunikasi tertinggi, mencapai 87,03% dan didominasi oleh Gen Z. 

    Gen Z yang melekat dengan teknologi, turut berperan dalam mengajak masyarakat NTT untuk menggunakan internet dalam berbagai aktivitas.

    “Gen Z sudah memberikan ruang bagi pertumbuhan dan perkembangan digitalisasi di Kabupaten Sikka,” kata Ferry.

    Ferry melanjut komitmen untuk meningkatkan kualitas layanan internet tidak hanya berhenti di level generasi muda. Pemerintah Kabupaten Sikka juga telah merumuskan kebijakan untuk mengembangkan sistem pemerintahan berbasis elektronik. 

    Salah satu langkah utama dalam kebijakan tersebut adalah mempercepat konektivitas internet yang lebih cepat, yang diharapkan dapat mendukung transformasi menuju kota pintar atau smart city di masa depan.

    “Tujuan kami adalah membuat Kabupaten Sikka menjadi lebih pintar dengan internet. Dengan adanya konektivitas yang semakin baik, kami yakin sistem pemerintahan dan pelayanan publik akan semakin efisien,” ujarnya.

    Perbesar

    Ferry mencatat, sampai dengan saat ini sudah ada 158 menara tower yang terbangun di Kabupaten Sikka. Namun, tantangan besar yang harus diatasi. 

    Sebab, terdapat 28 titik yang masih termasuk dalam kategori blank spot, yang berarti area-area tersebut belum terjangkau konektivitas internet yang memadai.

    Untuk mengatasi masalah ini, pihak pemerintah daerah berharap dapat bekerja sama dengan Indosat untuk segera membangun menara telekomunikasi di titik-titik blank spot. 

    “Dengan keberadaan tim manajemen Indosat, kami berharap dapat segera mengatasi masalah blank spot ini,” ucap Ferry.

    Sebagai solusi sementara, Ferry menuturkan pihaknya telah dipasang VSAT di 163 titik, termasuk di fasilitas pemerintahan, kesehatan, dan pendidikan yang berada di area blank spot. 

    Dengan pemasangan VSAT, diharapkan pelayanan publik, seperti kesehatan, pendidikan, dan administrasi pemerintahan, dapat berjalan lebih lancar dan memberikan manfaat yang lebih baik bagi masyarakat di Kabupaten Sikka.

    “Kami percaya, dengan langkah-langkah ini, konektivitas yang lebih baik akan meningkatkan kualitas pelayanan kepada masyarakat dan mendukung kemajuan digitalisasi di Kabupaten Sikka,” tuturnya.

  • Adaptasi, Inovasi, dan Resiliensi: Membentuk Gen Z menghadapi Dunia Kerja yang Kompetitif

    Adaptasi, Inovasi, dan Resiliensi: Membentuk Gen Z menghadapi Dunia Kerja yang Kompetitif

    Adaptasi, Inovasi, dan Resiliensi: Membentuk Gen Z menghadapi Dunia Kerja yang Kompetitif

    Oleh: Yeni Priatna Sari

    Wakil Direktur Bidang Kemahasiswaan Politeknik Harapan Bersama (Poltek Harber)

    TRIBUNJATENG.COM – Tantangan dunia kerja saat ini semakin kompleks dengan hadirnya kompetisi global yang mendorong individu untuk bersaing tidak hanya di tingkat lokal tetapi juga internasional. Perubahan teknologi yang sangat cepat menuntut kemampuan adaptasi dan penguasaan keterampilan digital, sementara dinamika ekonomi yang fluktuatif mengharuskan generasi muda untuk memiliki strategi resiliensi yang kokoh. Generasi Z, yang notabene saat ini merupakan generasi kelahiran tahun 1997 s.d. 2012 saat ini ada yang masih menjadi mahasiswa dan ada yang sudah mulai memasuki dunia kerja. 
    Gen-Z memiliki peran strategis dalam membentuk tenaga kerja modern karena karakteristik mereka yang unik. Sebagai generasi yang tumbuh bersama perkembangan teknologi, 

    ”Gen-Z yang digital native seharusnya mahir dalam memanfaatkan inovasi digital untuk meningkatkan produktivitas dan efisiensi kerja”.

    Sekaligus, Gen-Z juga memiliki tantangan besar sebagai digital native, akan adanya budaya yang berdampak buruk bagi mereka seperti adanya fenomena overthinking, kurang memperhatikan etika digital dan juga fenomena brain rot. Brain rot sebenarnya istilah lama yang gaungkan kembali oleh Oxford University Press sebagai Word of The Year di tahun 2024.  Brain rot adalah kemunduran mental dan Intelektual akibat berjam-jam menggulir IG Reels – Tiktok, tanpa berpikir. Khususnya konten yg remeh, kualitas rendah, tidak penting. 

    Menyelenggarakan pendidikan bagi Gen-Z yang memiliki segala keunikannya dan mempersiapkan mereka untuk menjadi generasi masa depan yang mampu bertanggung jawab atas kehidupan mereka menjadi sebuah tantangan tersendiri. Tiga kemampuan yang dapat menjadikan Gen Z menjadi generasi yang siap menghadapi dunia kerja diantaranya adalah adaptasi, inovasi dan resiliensi. Meningkatkan kemampuan beradaptasi, berinovasi sekaligus membentuk mental yang resilien dalam menghadapi tantangan masa depan merupakan tantangan bagi semua lembaga pendidikan di berbagai tingkatan. 

    Adaptasi: Kemampuan Menyesuaikan Diri di Era Perubahan Cepat

    Adaptasi merupakan kemampuan kunci untuk menghadapi perubahan yang tak terelakkan di dunia kerja modern. Adaptasi mencakup kemampuan individu untuk menyesuaikan diri dengan situasi baru, seperti lingkungan kerja yang dinamis atau tuntutan tugas yang berubah. Selain itu, adaptasi juga mencakup kemahiran dalam memanfaatkan teknologi terkini yang terus berkembang serta memahami dan menghormati budaya kerja yang beragam. Gen-Z memiliki kemampuan untuk dapat tetap relevan, fleksibel, dan produktif di tengah arus transformasi global.

    Akan tetapi tantangan Gen-Z adalah mengatasi kondisi internal pribadi yang sering kali bersikap pragmatis, berharap hasil yang instan serta kurang sabar akan proses. Beberapa strategi untuk meningkatkan kemampuan adaptasi dapat dilakukan dengan beberapa langkah praktis. Salah satunya adalah dengan belajar keterampilan baru melalui upskilling dan reskilling. Upskilling adalah menambah skill bagi mahasiswa, tidak hanya belajar dari mata kuliah yang diberikan, akan tetapi juga mengikuti sertifikasi kompetensi yang sesuai dengan bidang keilmuan serta mengikuti re-skilling untuk mempelajari skill lain yang dibutuhkan dalam bekerja. 

    Inovasi: Kreativitas Sebagai Nilai Tambah di Tempat Kerja

    Inovasi menjadi penting dalam dunia kerja ketika persaingan di dunia usaha semakin kompleks. Konsep inovasi mengacu pada kemampuan untuk menciptakan solusi baru atau memperbaiki proses yang sudah ada, sehingga menghasilkan cara kerja yang lebih efisien dan efektif. Dalam konteks persiapan mahasiswa menghadapi dunia kerja, inovasi menjadi keterampilan penting yang dapat membantu mereka berkontribusi secara signifikan di tempat kerja. Mahasiswa yang mampu berpikir kreatif dan menawarkan ide-ide segar tidak hanya meningkatkan nilai diri mereka, tetapi juga membantu organisasi untuk terus berkembang dan beradaptasi di tengah persaingan global.

    Gen-Z memiliki keunggulan dalam inovasi bekerja karena mereka tumbuh di era digital yang penuh dengan kemajuan teknologi dan ide-ide kreatif. Keseharian mereka yang akrab dengan perangkat digital dan media sosial menjadikan mereka generasi yang cepat memahami dan memanfaatkan teknologi modern. Selain itu, pola pikir yang terbuka terhadap perubahan dan keberanian untuk bereksperimen membuat Gen-Z mampu menciptakan solusi inovatif yang relevan dengan kebutuhan dunia kerja masa kini.

    Lembaga pendidikan memiliki tantangan berupa menciptakan kegiatan-kegiatan yang dapat menumbuhkan ide-ide cemerlang yang muncul dari keunikan Gen-Z. Diantaranya adalah mendekatkan Gen-Z dengan kegiatan mempublikasikan kegiatan dalam media sosial.  Kegiatan ini dirancang untuk menarik perhatian publik secara luas melalui konten kreatif, penggunaan tren terkini, dan interaksi yang kuat dengan audiens. Kampanye semacam ini tidak hanya meningkatkan branding dari kampus atau kegiatan mahasiswa tetapi juga dapat mendorong penjualan atau pengenalan produk secara signifikan. Selain itu dengan mengikutkan kompetisi-kompetisi keilmuan yang memancing ide mahasiswa yang out of the box. 

    Mendorong inovasi di kalangan Gen-Z dapat dimulai dengan membiasakan diri berpikir di luar kotak (out-of-the-box), yaitu berani mengeksplorasi ide-ide baru yang tidak konvensional dan menawarkan pendekatan berbeda dalam menyelesaikan masalah. Selain itu, berkolaborasi dengan rekan kerja lintas generasi juga menjadi langkah penting, karena memungkinkan pertukaran perspektif yang kaya dan pengalaman yang beragam. Kombinasi kreativitas Gen-Z dengan wawasan dan pengalaman generasi sebelumnya dapat menghasilkan solusi inovatif yang lebih matang dan relevan dengan kebutuhan dunia kerja.

    Resiliensi: Ketangguhan Mental untuk Menghadapi Tekanan Kerja

    Resiliensi adalah kemampuan seseorang untuk bangkit kembali, bertahan, dan bahkan berkembang setelah menghadapi kegagalan, kesulitan, atau tantangan hidup. Dalam konteks persiapan diri untuk bekerja, resiliensi memainkan peran penting karena dunia kerja sering kali penuh dengan tekanan, kegagalan, dan situasi yang tidak terduga. Resiliensi meliputi kesadaran diri akan kekuatan dan kelemahan diri; pengendalian diri dan emosi agar dapat selalu tenang dan berpikir jernih ketika ada permasalahan pekerjaan; problem solver mampu mencari solusi kreatif jika ada permasalahan yang muncul; optimisme mampu bersikap positif ketika ada situasi seburuk apapun dan adaptif. 

    Resiliensi ini  penting di miliki Gen-Z dan merupakan tantangan bagi lembaga pendidikan untuk menumbuhkan karakter resilien bagi mahasiswa agar kelak dapat menghadapi tantangan tekanan kerja, target yang tinggi serta ekspektasi yang besar dari perusahaan. Resiliensi tidak dapat hanya di ucapkan, tapi lebih pada praktik langsung  yang dapat menempa mahasiswa menjadi pribadi yang kuat dan tahan banting. 

    Aktivitas yang dapat dilakukan untuk membangun resiliensi Gen-Z diantara lain adalah memberikan ruang untuk berkompetisi dan belajar menerima kemenangan sekaligus kekalahan, program-program pengabdian masyarakat yang menempatkan Gen-Z pada kondisi yang berbeda dengan lingkungan dimana mereka tinggal, ruang diskusi dan internalisasi bersama praktisi atau alumni yang telah mengalami proses kuliah dan bekerja, program volunteering bekerjasama dengan institusi non laba yang memiliki program-program sosial atau kegiatan lainnya. 

    Kombinasi Adaptasi, Inovasi, dan Resiliensi dalam Karier

    Tantangan pendidikan bagi generasi Z, generasi Alpha, dan generasi mendatang bukanlah tanggung jawab pengelola lembaga pendidikan semata. Pendidikan sejatinya dimulai dari rumah, dengan kesadaran orang tua untuk memberikan pendidikan terbaik kepada anak-anak mereka. Pembiasaan yang baik di lingkungan keluarga akan membentuk fondasi karakter yang kuat dan terbawa hingga di luar rumah. Sebaliknya, jika anak terbiasa dimanja dan dilayani sepenuhnya di rumah, mereka mungkin kesulitan menghadapi dunia luar yang penuh tantangan dan ujian hidup, sehingga mudah menyerah atau kehilangan semangat.

    Bagi mahasiswa yang sedang memasuki fase dewasa, penting untuk mengembangkan kemampuan berpikir kritis, merenungkan pelajaran hidup, dan mengambil hikmah dari setiap pengalaman. Dengan demikian, mereka dapat bangkit dari tekanan, tidak larut dalam kesedihan, maupun terlena oleh kesenangan, sehingga memiliki mental yang tangguh dan siap menghadapi realitas kehidupan. (*)

  • Dinamika Agensi Digital dan Media Lokal di Era Perubahan Konsumen

    Dinamika Agensi Digital dan Media Lokal di Era Perubahan Konsumen

    Surabaya (beritajatim.com) – Memasuki sesi ketiga Local Media Community (LMC) 2025, CEO Volare Advertising Network, Pradhana Harsaputera Sidharta, menyoroti tantangan terkini yang dihadapi agensi serta media online, baik yang berskala nasional maupun lokal. Dalam diskusi ini, ia menekankan betapa pesatnya perubahan perilaku klien dan audien dalam menentukan strategi pemasukan media.

    Menurut Pradhana, dinamika pasar saat ini sangat dipengaruhi oleh preferensi audien. Produk, layanan, dan strategi pemasaran harus selalu beradaptasi mengikuti keinginan konsumen, baik dalam konteks media massa, media sosial, maupun media komunitas.

    “Setiap hari konsumen kami mengalami perubahan. Kenapa klien menuju ke digital? Karena perkembangan dari era itu sendiri, terlebih lagi setiap era ikut berubah,” ujar Pradhana, Selasa (4/2/2025).

    Sebagai pelaku di industri agensi, Pradhana mengungkap bahwa perubahan tren terjadi begitu cepat. Salah satu contoh nyata adalah dampak konser Coldplay di Jakarta terhadap strategi pemasaran digital. Fenomena ini menunjukkan bagaimana tren global bisa memengaruhi strategi pemasaran lokal.

    “Seperti contohnya ada konser musik Coldplay di Jakarta, cukup berpengaruh. Beberapa menit produk di Malaysia menggunakan lirik dari lagu Coldplay membuat viral unggahan mereka. Bahkan, sebuah produk pengaman menggunakan gambar Coldplay, hingga Idul Adha menggunakan model senada dengan Coldplay,” terangnya.

    Peran agensi periklanan kini semakin kompleks. Jika dulu cukup dengan menyebarkan iklan secara luas dan berharap pesan sampai ke audien, kini strategi pemasaran harus lebih terarah dan spesifik sesuai preferensi masing-masing generasi. Generasi Boomer, Milenial, Gen Z, dan Gen Alpha memiliki pola konsumsi konten yang berbeda.

    “Audien juga mengalami perubahan. Kita selalu mengalami new advertising channel, salah satunya shop commerce strategi, agency membuat short video agency karena audience menonton hal itu saja, makin ke sini brand besar mulai meninggalkan e-commerce player dan mereka buat sendiri,” ucapnya.

    Ia juga mengungkapkan bahwa platform seperti TikTok kini menjadi rujukan utama bagi Generasi Z dalam mencari informasi.

    “40 persen GenZ melakukan search di TikTok. Tiap bulan agency me-refresh channel, tiap bulan mencari ide untuk beradaptasi dengan audiens, agency juga membuat iklan se shuttle mungkin dengan beradaptasi dengan konsumen. Hal itulah yang saat ini membuat agency bekerja keras dan memutar otak,” imbuhnya.

    Namun, di tengah pergeseran tren ini, media lokal tetap memiliki peluang besar. Dengan memperkuat komunitas lokal, media dapat menjadi jembatan antara produk dan konsumen yang lebih spesifik.

    “Semua informasi yang bersifat community, membuat banyak brand-brand yang masih mencari. Mas Pradana saya kalau misalkan pengen nyari ibu-ibu yang sukanya memasak gimana? Ya memerkuat lebih ke memasak di daerah Surabaya itu apa aja. Setiap demografi sedikit-cepat karena memang secara kalau kita ngomongin semua, kami lihat jika memang hal-hal itu dikawinkan dengan sebuah konten media yang kebetulan akan memperkuat, jadi kalau mau ngomong jika ingin memanfaatkan untuk teman-teman komunitas-komunitas itu,” jelasnya.

    Selain itu, media online juga perlu membangun kehadiran yang kuat di media sosial guna meningkatkan visibilitas dan daya tarik bagi para pengiklan.

    “Mereka (produk) saat ini lebih mencari media-media yang cukup besar, misalkan memang ada kesempatan dari media lokal membuat new distribution channel membuat new channel untuk pengembangan media untuk mendapatkan, adalah memperkuat melalui sosial medianya masing-masing,” bebernya. [beq]

  • Cisco Ingatkan Ancaman di Balik WiFi Gratis, Minta Gen Z Lebih Waspada

    Cisco Ingatkan Ancaman di Balik WiFi Gratis, Minta Gen Z Lebih Waspada

    Bisnis.com, JAKARTA — PT Cisco Systems Indonesia mengungkapkan pentingnya kesadaran (awareness) dalam menjaga keamanan data pribadi saat berada di ruang digital bagi Generasi Z atau Gen Z, termasuk saat menggunakan WiFi gratis di manapun. 

    Area Academy Manager Cisco Networking Academy PT Cisco Systems Indonesia, Adri Gautama mengatakan kebiasaan terhubung ke internet gratis dapat menimbulkan risiko yang tidak disadari oleh banyak orang, salah satunya oleh Gen Z

    Adri menuturkan, banyak yang tanpa berpikir dua kali menghubungkan perangkat mereka ke jaringan wifi gratis, seperti yang sering ditemui di kafe atau tempat umum lainnya. 

    “Apa yakin itu wifi yang disediakan oleh pihak kafe? Bisa jadi ada orang ketiga yang membuat hotspot palsu untuk menyadap semua lalu lintas data kita,” kata Adri dalam acara Literasi Digital ‘Saatnya Gensi Beraksi’ di Universitas Nusa Nipa Maumere, Selasa (4/2/2025). 

    Selain itu, Adri menekankan bahwa kesadaran akan potensi risiko ini seringkali tidak diperhatikan, terutama oleh generasi yang sejak lahir sudah akrab dengan dunia digital.

    Adri juga menyoroti kebiasaan berbelanja online yang semakin meluas, di mana pengguna sering kali terjebak dengan link yang tampak biasa namun sebenarnya mengandung malware. 

    “Sebagai contoh, link yang terlihat seperti tawaran menarik bisa jadi adalah jebakan untuk mencuri data pribadi atau menginfeksi perangkat dengan virus. Ini semua tentang kesadaran,” ujarnya.

    Maka dari itu, acara Literasi Digital ‘Saatnya Gensi Beraksi’ Cisco berharap kesadaran masyarakat terutaka Gen Z terhadap pentingnya keamanan digital dapat meningkat. 

    Pihaknya ingin memberikan pemahaman bahwa dunia digital membawa banyak kemudahan, tetapi juga risiko yang perlu diwaspadai. 

    “Dengan meningkatnya awareness, diharapkan pengguna internet lebih bijak dalam menjaga privasi dan keamanan data mereka,” ucap Adri.

    Sebelumnya, Kepolisian Federal Australia belum lama mendakwa pria karena mengumpulkan data penumpang pada sebuah penerbangan komersial.

    Hal itu terungkap setelah karyawan di maskapai tersebut menemukan jaringan WiFi mencurigakan saat penerbangan. Karyawan maskapai kemudian melapor. 

    Setelah mendapat laporan, Penyelidik AFP menggeledah barang bawaan seorang pria berusia 42 tahun dan menyita beberapa perangkat serta menemukan data pribadi orang lain bersama dengan halaman WiFi palsu.

    “Penyidik ​​​​menggeledah barang bawaan pria itu saat ia kembali ke Bandara Perth dengan penerbangan dari negara bagian lain pada tanggal 19 April 2024, dan menyita perangkat akses nirkabel portabel, laptop, dan ponsel dari tas tangan. Mereka juga menggeledah rumahnya di Palmyra,” Kepolisian Federal Australia. 

    Laporan Cyberews menyebutkan polisi menduga pria itu menciptakan jaringan WiFi gratis ‘kembaran’ untuk membujuk korban yang tidak curiga agar terhubung. Sementara itu, pengguna akan terhubung ke jaringan tersebut, karena mengira mereka menggunakan layanan yang sah.

    Kepolisian menduga bahwa ketika orang mencoba menghubungkan perangkat mereka ke jaringan WiFi gratis, mereka diarahkan ke halaman web palsu yang mengharuskan mereka masuk menggunakan email atau akun media sosial.

    Rincian tersebut kemudian diduga disimpan di perangkat pria tersebut.

  • Gen Z Nadi Transformasi Digital di Sikka NTT, Indosat Bekali Keterampilan IT

    Gen Z Nadi Transformasi Digital di Sikka NTT, Indosat Bekali Keterampilan IT

    Bisnis.com, JAKARTA — Generasi Z atau Gen Z menjadi salah satu pendorong perkembangan digitalisasi di Kabupaten Sikka, Nusa Tenggara Timur (NTT). 

    Kepala Dinas Komunikasi dan Informasi Kabupaten Sikka, Ferry Afales mengatakan bahwa Kabupaten Sikka kini menjadi salah satu wilayah dengan tingkat pengguna layanan telekomunikasi tertinggi, mencapai 87,03% dan didominasi oleh Gen Z. 

    Gen Z yang melekat dengan teknologi, turut berperan dalam mengajak masyarakat NTT untuk menggunakan internet dalam berbagai aktivitas.

    “Gen Z sudah memberikan ruang bagi pertumbuhan dan perkembangan digitalisasi di Kabupaten Sikka,” kata Ferry dalam acara Literasi Digital ‘Saatnya Gensi Beraksi’ di Universitas Nusa Nipa Maumere, Selasa (4/2/2025). 

    Ferry melanjut komitmen untuk meningkatkan kualitas layanan internet tidak hanya berhenti di level generasi muda. 

    Pemerintah Kabupaten Sikka juga telah merumuskan kebijakan untuk mengembangkan sistem pemerintahan berbasis elektronik. 

    Salah satu langkah utama dalam kebijakan tersebut adalah mempercepat konektivitas internet yang lebih cepat, yang diharapkan dapat mendukung transformasi menuju kota pintar atau smart city di masa depan.

    “Tujuan kami adalah membuat Kabupaten Sikka menjadi lebih pintar dengan internet. Dengan adanya konektivitas yang semakin baik, kami yakin sistem pemerintahan dan pelayanan publik akan semakin efisien,” ujarnya.

    Ferry mencatat, sampai dengan saat ini sudah ada 158 menara tower yang terbangun di Kabupaten Sikka. Namun, tantangan besar yang harus diatasi. 

    Sebab, terdapat 28 titik yang masih termasuk dalam kategori blank spot, yang berarti area-area tersebut belum terjangkau konektivitas internet yang memadai.

    Untuk mengatasi masalah ini, pihak pemerintah daerah berharap dapat bekerja sama dengan Indosat untuk segera membangun menara telekomunikasi di titik-titik blank spot. 

    “Dengan keberadaan tim manajemen Indosat, kami berharap dapat segera mengatasi masalah blank spot ini,” ucap Ferry.

    Sebagai solusi sementara, Ferry menuturkan pihaknya telah dipasang VISAT di 163 titik, termasuk di fasilitas pemerintahan, kesehatan, dan pendidikan yang berada di area blank spot. 

    Dengan pemasangan VSAT, diharapkan pelayanan publik, seperti kesehatan, pendidikan, dan administrasi pemerintahan, dapat berjalan lebih lancar dan memberikan manfaat yang lebih baik bagi masyarakat di Kabupaten Sikka.

    “Kami percaya, dengan langkah-langkah ini, konektivitas yang lebih baik akan meningkatkan kualitas pelayanan kepada masyarakat dan mendukung kemajuan digitalisasi di Kabupaten Sikka,” tuturnya.

    Indosat, Bisnis Indonesia, Komdigi dan Unipa berkolaborasi dalam meningkatkan literasi digital di Kabupaten Sikka, Nusa TenggaraPerbesar

    Sementara itu, SVP Head of Corporate Communications Indosat Ooredoo Hutchison Steve Saerang mengatakan Indosat terus memperluas jaringan internetnya ke pelosok negeri termasuk ke Sikka, Nusa Tenggara. 

    Indosat hadir dengan memberikan jaringan prima dan harga layanan yang terjangkau, sehingga seluruh lapisan masyarakat dapat terhubung ke internet. 

    Setelah menghadirkan konektivitas, kata Steve, Indosat ingin agar masyarakat dapat makin berdaya lewat sejumlah pelatihan digital. 

    Dengan pelatihan digital tersebut, masyarakat tidak hanya mendapatkan peningkatan skill di digital, juga berpeluang memperoleh sertifikat berskala global. 

  • Sertifikasi Internasional Tingkatkan Keterampilan Digital dan Nilai Generasi Z

    Sertifikasi Internasional Tingkatkan Keterampilan Digital dan Nilai Generasi Z

    Bisnis.com, JAKARTA — PT Indosat Tbk. menilai kehadiran sertifikasi digital berskala global akan membuat mahasiswa makin bernilai di tengah era digital.

    SVP Head of Corporate Communications Indosat Ooredoo Hutchison Steve Saerang mengatakan Indosat terus memperluas jaringan internetnya ke pelosok negeri termasuk ke Nusa Tenggara. 

    Indosat hadir dengan memberikan jaringan prima dan harga layanan yang terjangkau, sehingga seluruh lapisan masyarakat dapat terhubung ke internet. 

    Setelah menghadirkan konektivitas, kata Steve, Indosat ingin agar masyarakat dapat makin berdaya lewat sejumlah pelatihan digital. 

    Dengan pelatihan digital tersebut, masyarakat tidak hanya mendapatkan peningkatan skill di digital, juga berpeluang memperoleh sertifikat berskala global. 

    “Jika ingin lebih  meningkat lagi, bisa punya sertifikasi internasional, bisa ikutan di programnya KomDigi, DTS, Digital Talent Scholarship. Jadi bisa akses di situ. Modulnya ada di 300-500 jam, kemudian nanti bisa dapat sertifikasi internasional,” kata Steve dalam acara Literasi Digital ‘Saatnya Gensi Beraksi’ di Universitas Nusa Nipa Maumere, Selasa (4/2/2025). 

    Diketahui, ini bukan kali pertama Indonesia menggelar literasi digital di wilayah Indonesia Timur. 

    Acara ini merupakan rangkaian acara Saatnya GenSi BERAKSI yang dilakukan di Sorong, Papua Barat, pada 5 Desember 2024. Sebanyak 600 talenta digital di Universitas Pendidikan Muhammadiyah Sorong dan sekitarnya terlibat dalam acara tersebut.   

    Melalui acara literasi digital di daerah terluar Indonesia ini Indosat berkomitmen mengurangi kesenjangan digital dan mendorong kontribusi mereka terhadap perekonomian Indonesia.

    Pasalnya, talenta digital menjadi pilar masa depan Indonesia. Apalagi saat ini ada kesenjangan dalam jumlah talenta digital dibutuhkan oleh Indonesia pada 2030.   

    Kebutuhan talenta digital Indonesia pada 2030 berada di angka 9 juta talenta. Namun, Komdigi memperkirakan talenta digital yang dapat dicetak sampai 2030 tidak sampai 7 juta talenta.

    Adapun pada tahun ini ditargetkan minimal mencetak 200.000 talenta baru. Indosat Ooredoo Hutchison sendiri memiliki program untuk mengikis kesenjangan talenta digital. Perseroan menargetkan melatih 1 juta talenta digital di Indonesia hingga 2027 mendatang. Program literasi digital Saatnya GenSi BERAKSI ini merupakan salah satu alat untuk mencetak talenta-talenta digital di daerah. 

    Literasi digital yang diberikan pun beragam tingkatkannya mulai dari pemula hingga advance. Pada tingkat pemula pelatihan diberikan dengan memperkenalkan internet dan hal-hal yang dapat dilakukan lewat fitur-fitur yang terdapat di internet. 

    “Dahulu mau bikin image, mau bikin gambar harus belajar Adobe Photoshop. Sekarang pake ChatGPT, dan lain sebagainya bahkan sekarang mau pake brand yang lain juga bisa. Gampang sekali. Create image. Nah ini yang penting, literasinya,” kata Steve. 

    Indosat juga memberikan pelatihan tentang cara mengoptimalkan kecerdasan buatan untuk membantu produktivitas. Mengungkap peran AI dalam membantu memudahkan kehidupan sehari-hari. 

    Indosat juga aktif dalam membangun komunitas yang mempertemukan para talenta digital sehingga masing-masing talenta dapat saling bertukar pengalaman dan pengetahuan. 

    “What next? Nah ini what next-nya yang harus dipikirin secara bersama-sama mungkin sebagai satu ekosistem. Kami juga dari Indosat terus mendukung perkembangan UMKM,” kata Steve.