Topik: Generasi Z

  • Pelajar Jakarta diajak peduli keberlangsungan ekosistem pesisir

    Pelajar Jakarta diajak peduli keberlangsungan ekosistem pesisir

    Jakarta (ANTARA) – Dinas Ketahanan Pangan Kelautan Pertanian (KPKP) DKI Jakarta mengajak ratusan pelajar untuk peduli keberlangsungan ekosistem pesisir

    Ajakan disampaikan melalui kegiatan Hari Segitiga Terumbu Karang (Coral Triangle Day/CT-Day) 2025 yang digelar di Agro Wisata Pulau Tidung Kecil pada pada 25-26 Juni 2025.

    “Kami melibatkan 150 pelajar dari berbagai sekolah di Jakarta dan luar Jakarta mengikuti aksi yang bertujuan membangkitkan kepedulian generasi muda terhadap keberlangsungan ekosistem pesisir,” kata Kepala Dinas KPKP DKI Jakarta, Hasudungan A. Sidabalok di Jakarta, Rabu.

    Ia mengatakan, keterlibatan generasi Z atau anak muda dalam konservasi bukan hanya penting, tetapi mendesak di tengah tantangan lingkungan saat ini.

    “Kami ingin anak-anak muda Jakarta tidak hanya tahu laut dari layar ponsel mereka, tapi merasakan langsung pasir di kaki, lumpur mangrove di tangan dan melihat sendiri keindahan terumbu karang yang harus dijaga,” kata dia.

    Ia menjelaskan, para peserta mengikuti berbagai aktivitas seperti transplantasi 500 terumbu karang dan “restocking” ikan laut sebanyak 500 ekor. Kemudian penanaman 5.000 bibit mangrove, aksi bersih pantai serta diskusi lingkungan.

    Bahkan kegiatan ini dapat menjadi bagian dari edukasi lapangan untuk mencetak generasi yang peduli dan bertanggung jawab terhadap keberlanjutan lingkungan pesisir dan laut.

    “Jakarta tidak bisa dipisahkan dari laut. Kalau ingin menjadi pemimpin masa depan, maka jadilah pemimpin yang mencintai lautnya,” kata dia.

    Ketua Sub Kelompok Pendayagunaan Pesisir Laut dan Pulau Kecil Dinas KPKP DKI Jakarta, Cindewiyani mengatakan bahwa kegiatan ini juga dalam rangka merayakan Hari Ulang Tahun HUT Ke-498 Jakarta serta “World Ocean Day” dan semangat menuju Jakarta 500 tahun.

    Dy harap kegiatan dua hari ini dapat menjadi titik awal perjalanan para peserta sebagai pelopor pelestarian lingkungan.

    “Karena, perubahan besar selalu dimulai dari langkah kecil yang dilakukan dengan niat baik dan semangat besar,” tuturnya.

    Sekretaris Kecamatan Kepulauan Seribu Selatan, Windu Cahyaningsih mengatakan, ini momentum untuk memulai gerakan bersama dalam menjaga kelestarian ekosistem laut.

    Dia berharap peserta dapat menambahkan kecintaan alam terhadap kehidupan bawah laut.

    Aksi ini juga bisa mengingatkan kepada masyarakat untuk selalu menjaga lingkungan dan sangat penting kehidupan bawah laut. “Lingkungan yang bersih dan asri dapat meningkatkan pariwisata yang ada di Kepulauan Seribu,” kata dia.

    Salah satu peserta, dari MTsN 42 Jakarta Timur, Danish (15) mengaku sangat bahagia karena bisa berpartisipasi dalam peringatan “Coral Triangle Day 2025”.

    Banyak ilmu dan pengalaman yang didapat mulai dari transplantasi terumbu karang, menanam mangrove dan sebagainya. “Saya bersama teman saya senang sekali ikut kegiatan ini, terlebih saya belum pernah ke Kepulauan Seribu,” katanya.

    Selain pengalaman, dia juga mendapatkan teman baru diharapkan kegiatan ini dapat terus berkelanjutan dan banyak generasi muda yang aktif dalam menjaga lingkungan.

    Pewarta: Mario Sofia Nasution
    Editor: Sri Muryono
    Copyright © ANTARA 2025

    Dilarang keras mengambil konten, melakukan crawling atau pengindeksan otomatis untuk AI di situs web ini tanpa izin tertulis dari Kantor Berita ANTARA.

  • Tak Heran Gen Z Sudah Kena Batu Ginjal, Dokter Ungkap Alasannya

    Tak Heran Gen Z Sudah Kena Batu Ginjal, Dokter Ungkap Alasannya

    Jakarta

    Sedentary lifestyle atau mager (males gerak) kini mulai menjadi pilihan gaya hidup sebagian orang, tak terkecuali di kalangan generasi Z. Padahal, gaya hidup seperti ini dapat mengundang banyak masalah, salah satunya batu ginjal.

    Spesialis urologi dari RS Cipto Mangunkusumo (RSCM), Dr dr Widi Atmoko, SpU(K), FECSM, FACS mengatakan hidup bermalas-malasan memang meningkatkan risiko munculnya batu ginjal.

    “Kalau tiap hari duduk di depan komputer, nonton TV, main HP, nggak pernah olahraga, itu secara evidence based memang ada faktor timbul batu lebih tinggi,” kata dr Widi saat berbincang dengan detikcom, Rabu (25/6/2025).

    Menurut dr Widi, hal ini bisa terjadi karena gaya hidup mager membuat seseorang kadang lupa untuk tetap menjaga tubuh tetap terhidrasi. Pasalnya, dehidrasi dapat menyebabkan penumpukan limbah dan asam dalam tubuh.

    Penumpukan tersebut menyumbat ginjal dengan protein otot (myoglobin). Proses penumpukan tersebut kemudian berisiko memicu pembentukan batu ginjal dan infeksi saluran kemih.

    “Kalau gaya hidupnya kurang minum, kurang aktivitas akan memicu terbentuknya kristal yang lama kelamaan kristal ini bisa menyatu dan terbentuk batu,” katanya.

    “Tapi balik lagi, jangan sampai kita aktivitas tinggi tapi dehidrasi, itu berisiko juga. Kita boleh aktivitas banyak, tapi minum nggak boleh kurang,” katanya.

    Dalam kasus berisiko tinggi, dr Widi mengatakan dibutuhkan waktu lebih dari satu hingga enam bulan untuk kristal-kristal ini berubah menjadi batu ginjal yang akhirnya menimbulkan gangguan pada tubuh.

    “Tapi kalau masih rajin minum, itu masih bisa lebih lama,” tutupnya.

    (dpy/up)

  • 3 Alasan Digicam Kembali Digandrungi Gen Z

    3 Alasan Digicam Kembali Digandrungi Gen Z

    Bisnis.com, JAKARTA — Kamera digital, atau populer juga dengan istilah digicam, merupakan kamera yang sempat digandrungi pada masanya. Kamera ini umumnya memiliki bodi logam licin dan sekarang kembali digandrungi oleh generasi Z.

    Sekitar era 90-an hingga 2000-an, kamera ini hadir dengan beberapa fitur seperti lensa zoom internal, pengatur fokus dan pencahayaan otomatis, serta slot kartu memori untuk menyimpan foto, yang nantinya juga dapat dipindahkan ke komputer.

    Tidak seperti kamera masa kini, misalnya iPhone, yang menampilkan kualitas foto yang bersih dan jernih, digicam justru menghasilkan foto berbintik, buram, dan beresolusi rendah.

    Namun pada masa kini, sekitar tahun 2024, digicam kembali menjadi tren di kalangan Gen Z. Banyak bermunculan unggahan foto di media sosial yang diambil menggunakan digicam. 

    Pertanyaan yang muncul, mengapa tiba-tiba tren lama tersebut kembali digandrungi anak muda masa kini? Berikut ini 3 alasannya:

    1. Tren di media sosial

    Dikutip dari todayonline.com, sekitar bulan Februari 2024 lalu, lebih dari 75.000 video berkaitan dengan digicam telah diunggah di TikTok. Bahkan itu membuat salah satu aplikasi editing video, CapCut, ikut membuat template yang membuat foto/video seolah diambil menggunakan digicam.

    Tren Thrifting juga menjadi salah satu pemicu kenaikan tren digicam. Menurut laporan ThredUp, 40% pembeli dari generasi milenial dan Gen Z telah membeli barang bekas, termasuk gawai-gawai bekas, selama tahun 2024. 

    Alasannya adalah karena mayoritas konsumen Gen Z menyatakan bahwa keberlanjutan lebih penting daripada nama merek dalam membuat keputusan pembelian mereka. 

    Penggunaan digicam oleh para tokoh publik juga turut menjadi pemicunya, misalnya seperti Bella Hadid yang membawa digicam ke Emmy Awards, atau Alexa Chung, seorang model yang juga memamerkan hasil jepretan digicamnya di Instagram.

    2. Minimalisme Digital 

    Dilansir The Harvard Crimson, pada tahun 2016, Seorang profesor ilmu komputer di Universitas Georgetown, Cal Newport menciptakan istilah “minimalisme digital”.

    Minimalisme digital adalah gagasan untuk lebih sadar akan penggunaan perangkat digital dan memilih untuk menjalani kehidupan yang lebih fokus di tengah kekacauan teknologi yang berkembang pesat.

    Membatasi waktu di depan layar dan menghindari penggunaan ponsel di berbagai acara menjadi cara untuk menghormati konsep tersebut. Sehingga, dalam konteks digicam, alih-alih Gen Z mengeluarkan ponsel untuk mengambil gambar, kini mereka beralih ke digicam.

    3. Dianggap “Nyata dan Autentik”

    Kepala penelitian dan wawasan di agensi kreatif We Are Social, Paul Greenwood, mengungkapkan kepada BBC, bahwa tren digicam merupakan sebuah siklus alami.

    Saat seseorang mencapai usia 20-an, mereka bernostalgia dengan landasan budaya masa muda mereka. Ini memungkinkan Gen Z tertarik untuk mengeksplorasi tren yang pernah terjadi pada masa lalu/masa remaja orang tua mereka.

    Greenwood juga menambahkan bahwa tren-tren nostalgia semacam itu pada dasarnya merupakan perlambang keaslian dan autentik yang dicari oleh Gen Z. (Muhamad Rafi Firmansyah Harun)

  • Akankah Jadi Jawaban Kesulitan Kelas Menengah?

    Akankah Jadi Jawaban Kesulitan Kelas Menengah?

    JAKARTA – Kelas menengah disebut kesulitan membeli rumah karena harganya yang semakin tak terjangkau. Rumah subsidi seluas 18 meter persegi yang sedang digodok pemerintah sejauh ini tidak menarik minat masyarakat.

    Rumah subsidi berukuran 18 meter persegi menjadi perbincangan khalayak setelah Menteri Perumahan dan Kawasan Pemukiman Maruarar Sirait mengeluarkan wacana tersebut.

    Kata pria yang karib disapa Ara ini, wacana tersebut disampaikan sebagai solusi perumahan di perkotaan. Menurutnya, generasi muda menginginkan rumah yang dekat dengan tempat kerja atau di tengah kota.

    Wacana pengurangan luas rumah subsidi tertuang dalam draf Keputusan Menteri Perumahan dan Kawasan Permukiman Nomoe/KPTS/M/2025. Di draf tersebut dijelaskan bahwa luas tanah dikurangi menjadi 25 meter persegi, sedangkan luas bangunan minimal 18 meter persegi.

    Padahal dalam Keputusan Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat Nomor 689/KPTS/M/2023, ditentukan bahwa luas rumah tapak subsidi adalah minimal 60 meter persegi dan maksimal 200 meter persegi. Sementara luas bangunan ditetapkan minimal 21 meter persegi sampai 36 meter persegi.

    Mirip Rumah Barbie

    Rancangan aturan baru terkait luas rumah subsidi memang masih dalam proses pembahasan dan uji publik. Namun, masyarakat kadung menolak gagasan tersebut.

    Apalagi, di tengah proses Kementerian Perumahan dan Kawasan Permukiman menggodok aturan baru tersebut, Lippo Group mengeluarkan contoh rumah subsidi 14 meter persegi.

    Representasi visual atau mock-up konsepnya bahkan sudah dipamerkan di lobi Nobu Bank, Plaza Semanggi, Jakarta. James Riady selaku CEO Lippo Group bilang, rumah tipe satu kamar tidur itu dibanderol mulai Rp100 juta, bisa disetujui masuk skema subsidi. Konsumen disebut bisa mencicil Rp600 ribu per bulan dengan bunga flat.

    Pameran rumah subsidi ini memang berhasil menarik perhatian banyak orang. Tapi berdasarkan reaksi di media sosial, banyak yang mengeluhkannya. Dengan luas bangunan hanya 14 meter persegi, interior rumah dibuat minimalis.

    Terdapat dua ruangan utama yang terpisah dinding, yaitu kamar tidur dan ruangan serbaguna. Di pameran tersebut, ruangan serbaguna ini berisi sofa dan meja, kompor listrik, mesin cuci, kulkas, hingga tempat cuci piring. Saking kecilnya rumah tersebut, warganet menyebut rumah subsidi seperti rumah Barbie.

    Direktur Jenderal Perumahan Perkotaan Kementerian PKP Sri Haryati menyampaikan keterangan kepada awak media, di Jakarta, Senin (16/6/2025). (ANTARA/Aji Cakti)

    Rumah contoh dengan lebar 2,6 meter ini mendapat reaksi negatif dari warganet. Terlebih lokasi rumah mungil itu kecil kemungkinan berada di dalam Kota Jakarta. Padahal, generasi Z dan generasi milenial mengharapkan rumah harga terjangkau ini dibangun di Jakarta. Salah satu alasannya adalah supaya tak kehabisan energi karena harus jauh-jauh menempuh perjalanan dari rumah ke kantor, yang biasanya di Kota Jakarta.

    Sejauh ini memang belum ada informasi pasti di mana rumah mungil ini akan dibangun. Tapi Dirjen Perumahan Perkotaan Kementerian Perumahan dan Kawasan Permukiman Sri Haryati berujar, kecil kemungkinan hunian tersebut berlokasi di Jakarta.

    “Mungkin yang dekat dengan pinggiran Jakarta, supaya harganya masih masuk,” ucap Sri.

    Selama ini, rumah subsidi memang banyak dibangun di luar Jakarta, seperti Tangerang dan Bekasi, karena harga tanahnya masih terbilang terjangkau.

    “Dengan harga yang kemarin kita sampaikan itu, ada di koridor timur, Cikampek, Purwakarta. Kalau di Bogor mungkin di daerah kabupatennya. Di area-area Tangerang,” kata Head of Project Management PT Lippo Karawaci Fritz Atmodjo, mengutip Antara.

    Tak Dinikmati Kelas Menengah

     Cikal bakal program rumah subsidi dimulai pada 1974, saat pemerintahan Presiden Soeharto memasukkan penyediaan rumah sederhana dalam rencana pembangunan lima tahun (Repelita) II.

    Program rumah subsidi terus berjalan hingga era Presiden Joko Widodo pada 2015 dengan tajuk Program Sejuta Rumah. Artinya, pemerintah memiliki target pembangunan satu juta hunian subsidi setiap tahun.

    Sampai Oktober 2024, program ini diklaim telah berhasil membangun 9.872.741 unit rumah. Presiden Prabowo Subianto pun melanjutkan program ini setelah. Targetnya adalah membangun tiga juta rumah.

    Meski berganti pemerintahan, sejak dulu fokus utama program ini adalah menyediakan hunian yang terjangkau bagi masyarakat berpenghasilan rendah atau MBR.

    Namun batas penghasilan MBR yang berhak membeli rumah subsidi ini kemudian juga menjadi polemik. Menurut Peraturan Menteri PKP Nomor 5 Tahun 2025, batas maksimal penghasilan MBR berbeda tergantung zona wilayah di seluruh Indonesia.

    Sejumlah warga berjalan di kawasan Dukuh Atas, Jakarta, Jumat (30/8/2024). (ANTARA/Fauzan/nym)

    Daerah Jabodetabek misalnya, batas maksimal penghasilan untuk warga yang tidak kawin sebesar Rp12 juta per bulan, dan kawin dengan satu orang peserta Tapera (Tabungan Perumahan Rakyat) sebesar Rp14 juta per bulan.

    Namun menurut ekonom Center of Economic and Law Studies Bhima Yudhistira batas maksimal penghasilan ini hanya membantu masyarakat berpenghasilan rendah. Mereka yang kelas menengah justru tidak masuk syarat membeli rumah subsidi. Hal ini, kata Bhma, menunjukkan pemerintah memang melupakan kelas atas.

    “Dianggap selama mereka bekerja, tidak menganggur, buat apa dibantu pemerintah?” kata Bhima.

    “Jadi memang kebijakannya ‘bolong di tengah’. Meski ada pertumbuhan ekonomi, kelas menengah tidak menikmati itu,” kata dia menambahkan.

  • YouGov: Ada pergeseran prioritas belanja dan berhemat antargenerasi

    YouGov: Ada pergeseran prioritas belanja dan berhemat antargenerasi

    Temuan ini membuka wawasan baru tentang bagaimana masyarakat mengatur ulang prioritas mereka…,

    Jakarta (ANTARA) – Survei nasional yang dilakukan oleh YouGov Indonesia menunjukkan terjadi pergeseran pada prioritas belanja dan gaya berhemat antargenerasi.

    Terkait pengeluaran, General Manager YouGoV Indonesia Edward Hutasoit dalam media briefing yang dipantau secara virtual di Jakarta, Kamis mengatakan, generasi milenial dan generasi X+ mencatat peningkatan belanja pada kebutuhan rumah tangga, seperti bahan makanan dan listrik.

    Di sisi lain, generasi Z lebih banyak mengalokasikan pengeluaran untuk kategori gaya hidup, seperti kecantikan (21 persen) dan fesyen (20 persen).

    Adapun bila ditinjau secara umum, responden menunjukkan penurunan alokasi belanja terbanyak pada kelompok fesyen (18 persen), makan di luar (17 persen), hiburan (14 persen), dan makanan pesan-antar (11 persen).

    Perbedaan juga terlihat pada strategi penghematan. Gen Z lebih banyak memangkas pengeluaran di kategori dasar seperti layanan kesehatan (7 persen) dan belanja kebutuhan pokok (6 persen).

    Sementara generasi yang lebih tua, terutama gen X+, lebih memilih mengurangi aktivitas konsumtif, seperti makan di luar (23 persen) dan hiburan (19 persen).

    Adapun milenial cenderung menahan pengeluaran untuk makanan siap saji (10 persen) dan perjalanan internasional (8 persen).

    “Temuan ini membuka wawasan baru tentang bagaimana masyarakat mengatur ulang prioritas mereka. Bagi pelaku usaha, institusi, maupun pengambil kebijakan, ini adalah kesempatan untuk membangun pendekatan yang lebih relevan, empatik, dan berdampak nyata dalam kehidupan sehari-hari masyarakat Indonesia,” ujar Edward.

    Survei YouGov Indonesia dilakukan secara daring pada 17 sampai 21 April 2025 terhadap 2.067 responden dewasa di atas 18 tahun di Indonesia.

    Data diolah berdasarkan demografi seperti usia, jenis kelamin, tingkat sosial ekonomi, dan wilayah agar mewakili populasi nasional sesuai proyeksi terbaru dari Badan Pusat Statistik (BPS).

    Pewarta: Imamatul Silfia
    Editor: Abdul Hakim Muhiddin
    Copyright © ANTARA 2025

    Dilarang keras mengambil konten, melakukan crawling atau pengindeksan otomatis untuk AI di situs web ini tanpa izin tertulis dari Kantor Berita ANTARA.

  • Jangan Jadi Korban, Ini Strategi Cerdas Hadapi Kecanggihan Teknologi

    Jangan Jadi Korban, Ini Strategi Cerdas Hadapi Kecanggihan Teknologi

    JAKARTA – Perkembangan era digital sampai saat ini masih terus berlangsung. Setiap hari kita disuguhin banjir informasi dari berbagai arah. Tapi ternyata, kondisi ini juga membuat masyarakat Indonesia semakin bingung. Terkadang informasi itu bermanfaat bagi diri sendiri. Namun, tak sedikit pula informasi itu menyesatkan.

    Menurut profesor Dr. Widodo Muktiyo, M.Comm, pakar komunikasi publik dan pendiri GPR Institute, zaman sekarang ini orang-orang seperti berperang tanpa tahu siapa lawannya di dunia maya.

    “Secara kognitif, kita ini seperti lagi lawan dan kawan sama sesuatu yang tidak jelas. Informasi terus mengalir di masyarakat Indonesia, tapi belum lagi orang-orang menyalahkan teknologi. Padahal seharusnya kita hadapi ini dengan strategi,” ujar Prof. Dr. Widodo, dari keterangan resmi.

    “Kalau kecerdasan buatan atau teknologi digital sudah semakin pintar, kita juga harus bisa punya strategi yang lebih cerdas,” jelas Prof. Widodo.

    Menurutnya, cara seseorang menyikapi informasi tak bisa langsung dibenarkan. Harus bijak, pintar, berhati-hati, dan sadar bahwa terkadang serangan informasi itu bisa datang secara diam-diam.

    Prof. Widodo juga mengajak kita untuk lebih sadar soal nilai-nilai kebangsaan. Baginya, sekarang ini semua orang punya peran untuk memajukkan bangsa. Selain itu, setiap generasi juga tak bisa disamaratakan.

    Generasi baby boomers pasti berbeda cara pandangnya dengan generasi Z atau milenial. Menurut Prof. Widodo, sekarang lembaga seperti BPIP (Badan Pembinaan Ideologi Pancasila) sedang melakukan pengujian, karena memastikan nilai Pancasila tetap relevan.

    “Indonesia itu bukan sekadar kaya atau luas wilayahnya. Yang diharapkan Bung Karno adalah manusia Indonesia yang punya kualitas dan karakter kuat. Itu baru hebat,” tambahnya.

    Selain itu, Hasan Nasbi, Kepala Kantor Komunikasi Kepresidenan Republik Indonesia, juga memberikan pernyataan dalam acara tersebut. Baginya, sekarang ini manusia terlalu lama hidup di dunia simulasi alias dunia maya.

    “Saking lamanya kita di dunia maya, rasanya seperti melihat telapak tangan sendiri. Dunia nyata itu sebenarnya butuh informasi yang disaring. Tapi sekarang, informasi apapun dianggap healing (hiburan), viral, dan benar. Padahal belum tentu,” ujar Hasan.

    Menurut Hasan, serangan yang dihadapi sekarang itu bukan fisik, melainkan langsung menyerang pikiran.

    “Ini bentuk serangan kognitif. Tak menyasar fisik, tapi menyasar ke pikiran kita. Jadi kalau sudah terpengaruh, semua keputusan bisa jadi salah. Informasi yang dibungkus menarik, terlihat menghibur, bisa menyentuh ego, kemarahan, stres, bahkan kebencian. Ujung-ujungnya dianggap sebagai kebenaran. Padahal belum tentu,” jelasnya.

    Hasan juga mengingatkan soal bahayanya realitas semu di media sosial. Banyak orang terjebak di dunia yang tidak nyata, dan ini bisa berujung ke perpecahan.

    “Kita harus balik ke realita. Jangan sampai kita pecah karena informasi yang tidak akurat. Apalagi kalau tidak saling kenal, interaksinya makin sedikit. Kita butuh kesadaran bersama. Teman-teman di media sosial juga harus berperan dalam ini,” jelasnya.

  • Tiga Jurus Pemberantasan Korupsi ala Jimly Asshiddiqie

    Tiga Jurus Pemberantasan Korupsi ala Jimly Asshiddiqie

    Tiga Jurus Pemberantasan Korupsi ala Jimly Asshiddiqie
    Tim Redaksi
    JAKARTA, KOMPAS.com –
    Guru Besar Hukum Tata Negara
    Jimly Asshiddiqie
    membeberkan tiga langkah strategis yang dinilai penting dan tegas untuk memperkuat
    pemberantasan korupsi
    di Indonesia.
    Menurut Jimly, upaya bersih-bersih dari praktik korupsi harus dimulai dari tata kelola keuangan negara hingga penindakan hukum yang menyentuh akar persoalan.
    “Harus ada penataan ulang menyeluruh, mulai dari hulu ke hilir. Dari kualitas dan integritas perencanaan dan penganggaran, sampai kualitas dan integritas dalam pembelanjaan keuangan negara,” kata Jimly kepada Kompas.com, Jumat (13/6/2025).
    Langkah pertama, menurut Jimly, adalah memperbaiki sistem pengelolaan keuangan negara secara menyeluruh.
    Ia menekankan pentingnya integritas dalam proses penganggaran hingga realisasi belanja agar tidak menimbulkan celah korupsi.
    Kedua adalah memperkuat sistem pengawasan yang bersifat menyeluruh dan terintegrasi.
    Pengawasan internal dan eksternal harus berjalan seimbang, mulai dari inspektorat di tiap lembaga, Badan Pengawasan Keuangan dan Pembangunan (BPKP), Badan Pemeriksa Keuangan (BPK), hingga aparat penegak hukum.
    Jimly juga menekankan perlunya tanggung jawab moral dan hukum bagi pejabat atasan ketika bawahannya terjerat korupsi.
    “Harus diterapkan prinsip bahwa atasan bertanggung jawab atas tindak pidana yang dilakukan bawahannya secara langsung, dengan mengundurkan diri atau diberhentikan,” ujarnya.
    Jimly turut menyoroti pentingnya pendekatan administratif untuk menyelamatkan keuangan negara.
    Dia menekankan supaya penegak hukum utamakan tindakan dan sanksi administratif untuk penyelamatan kekayaan negara melalui penyitaan aset.
    “Baru kemudian pemidanaan sebagai ultimum remedium untuk efek jera,” ucap mantan Ketua Mahkamah Konstitusi itu.
    Sebagai langkah terakhir, Jimly menyarankan penerapan ancaman pidana mati sebagai bentuk ketegasan negara, meski tetap mengikuti aturan dalam KUHP yang mensyaratkan masa percobaan.
    “Upaya terakhir yang tegas adalah dengan penerapan ancaman pidana mati, meskipun menurut KUHP disertai masa percobaan 10 tahun,” imbuhnya.
    Survei Litbang Kompas menunjukkan bahwa sebanyak 73,6 persen responden menyatakan puas terhadap kinerja
    pemerintahan Prabowo
    Subianto-Gibran Rakabuming Raka dalam penanganan kasus korupsi.
    Kepuasan publik tersebut tecermin dari survei yang dilakukan Litbang Kompas pada 7 hingga 13 April 2025, dengan melibatkan 1.200 responden dari 38 provinsi.
    Dari 73,6 persen yang menyatakan puas terhadap penanganan korupsi di era Presiden Prabowo, terbagi atas 63,7 persen yang menyatakan puas dan 9,9 persen menyatakan sangat puas.
    Lalu, 22,4 persen menyatakan tidak puas, 1,1 persen menyatakan sangat tidak puas, dan 2,9 persen responden menyatakan tidak tahu/tidak jawab terhadap penanganan kasus korupsi di era Prabowo.
    Adapun 48,8 persen responden yang mayoritas generasi Z dan Y, mendapatkan informasi tentang kasus korupsi dari media sosial, sedangkan dari televisi (41,7 persen) dan berita daring (14,2 persen).
    Data tersebut menunjukkan bahwa platform digital telah menggantikan media konvensional sebagai kanal utama penyebaran informasi politik dan hukum.
    Sementara itu, kasus korupsi yang paling diketahui masyarakat adalah bahan bakar minyak (BBM) oplosan, yakni sebesar 85,7 persen.
    Setelah itu, kasus minyak goreng menjadi yang kedua diketahui publik, yaitu sebesar 74,9 persen.
    Sedangkan untuk kasus logam mulia (35,4 persen) dan bank daerah (26,9 persen).
    Mayoritas responden juga menyatakan yakin jika pemerintahan Presiden Prabowo dapat menyelesaikan kasus-kasus tersebut.
    Sebanyak 72,8 persen responden yakin pemerintahan Prabowo-Gibran dapat menuntaskan kasus BBM oplosan, diikuti kasus minyak goreng (72,9 persen), logam mulia (63,4 persen), dan bank daerah (62,5 persen).
    Sebagai informasi, Litbang Kompas melakukan survei kuantitatif secara tatap muka (F2F) pada 7-13 April 2025 terhadap 1.200 responden dari 38 provinsi.
    Sampel diambil menggunakan metode multistage random sampling.
    Survei Litbang Kompas ini dibiayai oleh Kementerian Informasi dan Digital.
    Copyright 2008 – 2025 PT. Kompas Cyber Media (Kompas Gramedia Digital Group). All Rights Reserved.

  • DKI sepekan, bom molotov di Pasar Rebo hingga anak disiksa orang tua

    DKI sepekan, bom molotov di Pasar Rebo hingga anak disiksa orang tua

    Jakarta (ANTARA) – Sejumlah peristiwa berkaitan dengan pemerintah menghiasi Jakarta yang terjadi pada sepekan terakhir, mulai dari tawuran memakai senjata bom molotov di Pasar Rebo, Jakarta Timur hingga anak disiksa orang tua.

    Berikut berita seputar DKI Jakarta yang masih menarik untuk dibaca kembali.

    1. Satu tewas akibat tawuran bersenjata tajam dan bom molotov di Pasar Rebo, Jaktim

    Satu orang tewas akibat tawuran antarremaja yang menggunakan senjata tajam dan bom molotov di Jalan Raya Kampung Tengah, Jakarta Timur, Senin dinihari.

    “Korban meninggal termasuk pelaku tawuran juga di Jalan Raya Kampung Tengah pada Senin dini hari,” kata Kapolsek Pasar Rebo AKP I Wayan Wijaya saat dikonfirmasi di Jakarta.

    Selengkapnya di sini

    2. Pramono berencana naikkan tarif parkir di Jakarta

    Gubernur DKI Jakarta Pramono Anung Wibowo berencana menaikkan tarif parkir untuk membenahi sistem transportasi di Jakarta.

    “Mohon maaf bagi orang-orang yang mampu, nanti pelan-pelan parkirnya saya mau naikkan,” kata Pramono saat dijumpai di kawasan Semanggi, Jakarta Selatan, Selasa.

    Selengkapnya di sini

    3. Satpol PP amankan anak yang disiksa orang tua di Pasar Kebayoran Lama

    Satuan Polisi Pamong Praja (Satpol PP) mengamankan seorang anak yang disiksa oleh orang tuanya di Pasar Kebayoran Lama, Jakarta Selatan, pada Rabu sekitar pukul 07.20 WIB.

    “Pagi tadi kami Satpol PP menemukan seorang anak di sekitar area PD Pasar Kebayoran Lama dengan kondisi memprihatinkan,” kata Kepala Satpol PP Kebayoran Lama, Dian Citra kepada wartawan di Jakarta.

    Selengkapnya di sini

    4. Kasus COVID-19 di Jakarta terkendali tapi warga diminta tetap waspada

    Pemerintah Provinsi DKI Jakarta menyatakan kasus COVID-19 di Ibu Kota hingga akhir Mei 2025 masih terkendali, namun warga diminta tetap waspada dan melakukan langkah pencegahan.

    Kepala Dinas Kesehatan DKI Jakarta, Ani Ruspitawati di Jakarta, Rabu, mengungkapkan, tingkat “positivity rate” COVID-19 (angka kepositivan) di Jakarta pada Mei 2025 sebesar 2,4 persen, yang menunjukkan laju penularan masih terkendali.

    Selengkapnya di sini

    5. Sonya, penyintas kebakaran Kapuk Muara melahirkan bayi laki-laki

    Sonya Elizabeth Kaeng, satu dari ribuan orang yang kehilangan rumah akibat kebakaran di Kapuk Muara harus dilarikan ke Puskesmas Penjaringan, Jakarta Utara, pada Rabu pagi setelah mengalami kontraksi lalu melahirkan anak yang dikandungnya.

    “Pasien sudah tidak ingin mengerang saat sampai di kamar 4.400 langsung lahir. Alhamdulillah, bayinya sehat,” kata bidan yang membantu persalinan Dwi Yuniarti di Jakarta, Rabu.

    Selengkapnya di sini

    6. Ada JKT48 dan Anies Baswedan di “Jakarta Future Festival 2025”

    Sederet penyanyi dari JKT48, Efek Rumah Kaca, Candra Darusman, Warna, d’Masiv hingga Gubernur Jakarta periode 2017-2022 Anies Baswedan siap meramaikan “Jakarta Future Festival” (JFF) pada 13-15 Juni 2025 di Taman Ismail Marzuki (TIM), Cikini, Jakarta.

    Pelaksana Harian Kepala Pusat Riset dan Inovasi Daerah Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (Bappeda) DKI Jakarta, Arimbi Putik Apsari menjelaskan bahwa festival ini menjadi wadah terbuka bagi masyarakat khususnya Generasi Z dan Generasi Alpha untuk terlibat aktif merumuskan arah pembangunan Jakarta.

    Selengkapnya di sini

    7. DKI berlakukan pemutihan pajak mulai 14 Juni hingga Agustus 2025

    Pemerintah Provinsi (Pemprov) DKI Jakarta akan memberlakukan kebijakan pemutihan pajak kendaraan sejak Sabtu (14/6) hingga 31 Agustus 2025 dalam rangka Hari Ulang Tahun (HUT) ke-498 Jakarta.

    “Pemutihan pajak atau penghapusan sanksi denda dan bunga mulai berlaku sejak Sabtu (14/6) hingga akhir Agustus 2025. Kebijakan ini dalam rangka HUT Jakarta dan HUT ke-80 RI,” kata Kepala Badan Pendapatan Daerah (Bapenda) Provinsi Jakarta, Lusiana Herawati saat dikonfirmasi di Jakarta, Jumat.

    Selengkapnya di sini

    Pewarta: Luthfia Miranda Putri
    Editor: Azis Kurmala
    Copyright © ANTARA 2025

    Dilarang keras mengambil konten, melakukan crawling atau pengindeksan otomatis untuk AI di situs web ini tanpa izin tertulis dari Kantor Berita ANTARA.

  • Gen Z di China Gemar Jajan, Saham Mixue-Labubu Melesat

    Gen Z di China Gemar Jajan, Saham Mixue-Labubu Melesat

    Jakarta

    Daya beli konsumen kalangan Generasi Z di China telah mendorong kenaikan harga-harga saham perusahaan di Negeri Bambu. Gen Z di China dinilai banyak berfoya-foya dengan segala hal mulai dari perhiasan emas hingga minuman murah, yang menghasilkan keuntungan berlipat ganda bagi perusahaan.

    Peningkatan Pop Mart International Group, Mixue Group, dan Laopu Gold merupakan salah satu dari sedikit titik terang dalam industri konsumen China yang lesu.

    Dilansir dari South China Morning Post (SCMP), Minggu (15/6/2025), saham Pop Mart yang terdaftar di Hong Kong telah meroket hingga 600% nilainya selama setahun terakhir. Pop Mart merupakan pabrikan mainan yang memiliki brand boneka ikonik Labubu.

    Sementara itu Mixue, jaringan toko yang menjual minuman ringan dan es krim murah, sahamnya telah meningkat lebih dari dua kali lipat sejak pencatatan perdananya di bursa saham pada bulan Februari.

    Kemudian, ada juga Laopu Gold, perusahaan perhiasan yang ingin mencitrakan dirinya sebagai Hermès-nya China, telah melihat kinerja yang lebih besar dan mencengangkan dengan lonjakan harga saham sebanyak 23 kali lipat selama 12 bulan terakhir.

    “Selera risiko investor berubah, dan fokus pasar beralih ke nama-nama baru yang berpotensi untuk ekspansi valuasi. Kami belum melihat batas pertumbuhan yang jelas untuk konsumsi baru. Ini merupakan arah baru untuk peningkatan konsumsi di masa mendatang,” kata Zhao Wenli, seorang ahli strategi di CCB International di Hong Kong.

    Pertumbuhan demografi Gen Z, dengan merujuk pada mereka yang lahir antara tahun 1995 dan 2010 diperkirakan berjumlah lebih dari 200 juta. Inj menggarisbawahi dampak generasi muda China terhadap ekonomi dan perilaku konsumennya begitu besar.

    Sementara itu, konsumen baru China juga telah mempengaruhi pedoman investasi secara mendalam, mendorong manajer dana untuk mempelajari lebih lanjut tentang mentalitas mereka untuk mendapatkan petunjuk tentang pilihan saham.

    Menurut SDIC Securities, dibandingkan dengan generasi yang lebih tua, konsumen Gen Z lebih menyukai pemuasan diri dan egoisme, dan lebih fokus pada nilai emosional barang dagangan sehingga mereka dapat mengekspresikan perasaan mereka. Pola pengeluaran mereka dimaksudkan untuk menonjolkan kepribadian mereka dan mencapai pemuasan diri, menurut pialang tersebut.

    (hal/kil)

  • 7 Tips Keuangan dari Mark Zuckerberg Bagi Gen Z dan Milenial

    7 Tips Keuangan dari Mark Zuckerberg Bagi Gen Z dan Milenial

    Bisnis.com, JAKARTA – Pendiri Facebook, Mark Zuckerberg yang menjadi salah satu orang terkaya di dunia membagikan 7 tips keuangan bagi generasi Z dan milenial, agar semakin bijak dalam menata hidup.

    Dilansir dari aol, Senin (9/6/2025), tips keuangan ini untuk membantu Gen Z dan milenial di era modern dalam menghadapi tantangan dan menangkap peluang. Mark mengungkapkan bahwa perilaku produktif lebih penting daripada konsumtif.

    Simak tips keuangan dari Mark Zuckerberg:

    1. Mulai Menabung Sedini Mungkin

    Mark Zuckerberg menekankan menabung sejak dini sangatlah penting, tidak peduli berapapun jumlahnya. Dia percaya, semakin awal seseorang menabung, semakin besar pula peluang untuk mengumpulkan dana yang cukup di masa depan. Bahkan, uang yang kecil jika rutin disisihkan bisa menjadi besar seiring waktu.

    Selain itu, menabung sedini mungkin juga memberi ketenangan pikiran. Saat menabung, seseorang bisa memiliki dana darurat dan tidak perlu meminjam uang. Jadi, jangan menunggu sampai punya penghasilan besar, mulai dari sekarang dan lakukan secara konsisten.

    2. Gunakan Uang untuk Investasi, Bukan Hanya Konsumsi

    Mark menyarankan agar generasi milenial tidak hanya fokus pada pengeluaran untuk hal-hal konsumtif, tetapi juga mulai berinvestasi. Dia menjelaskan, investasi adalah cara terbaik untuk mengembangkan kekayaan secara perlahan-lahan.

    Saat seseorang memanfaatkan peluang investasi, uang tersebut bisa bertambah dan memberi manfaat jangka panjang.

    Dia juga menambahkan, investasi tidak harus selalu besar dan rumit. Mulailah dari hal-hal sederhana, seperti reksa dana atau saham kecil, dan tingkatkan secara bertahap sesuai kemampuan. Ini bisa membuat kestabilan keuangan di masa depan.

    3. Hindari Utang Konsumtif yang Tidak Perlu  

    Mark Zuckerberg mengingatkan bahwa utang yang bersifat konsumtif seperti utang kartu kredit untuk belanja barang mewah bisa menjadi jebakan yang sulit dihindari. Utang sering kali membuat keuangan menjadi tidak sehat dan menambah beban di kemudian hari.

    Sebaliknya, agar keuangan tetap sehat, penting untuk bijak dalam menggunakan utang. Utang untuk keperluan produktif, seperti pendidikan atau bisnis, bisa menjadi pilihan yang lebih baik. Yang terpenting, bayar cicilan tepat waktu dan hindari utang berlebihan agar tidak terjebak dalam masalah finansial.

    4. Milikilah Dana Darurat

    Zuckerberg menyarankan setiap orang, terutama generasi muda, harus punya dana darurat minimal enam bulan pengeluaran. Dana ini sangat penting agar ketika menghadapi keadaan tak terduga, seperti kehilangan pekerjaan atau sakit, orang tersebut tetap bisa bertahan tanpa harus panik atau pinjam uang.

    Selain itu, dana darurat juga memberi rasa aman. Saat hal buruk terjadi, maka orang tersebut tidak memiliki kekhawatiran besar soal keuangan. Jadi, buatlah target menabung secara rutin sampai dana darurat tercapai.

    5. Pahami Cara Kerja Uang dan Keuangan  

    Mark Zuckerberg menekankan pentingnya mengenal dan memahami pengelolaan keuangan sejak dini. Jangan hanya mengikuti tren belanja atau pengeluaran tanpa tahu apa yang sebenarnya sedang dilakukan. Dengan memahami cara kerja uang, kita bisa membuat keputusan finansial yang lebih bijak dan efisien.

    Dia menyarankan untuk belajar tentang konsep keuangan dasar, seperti bunga, investasi, dan risiko. Semakin paham, semakin besar peluang kita untuk mengelola keuangan secara efektif dan menghindari kesalahan yang bisa merugikan di kemudian hari.

    6. Gunakan Teknologi untuk Mengelola Keuangan  

    Mark Zuckerberg percaya bahwa teknologi bisa sangat membantu dalam mengatur keuangan. Saat ini banyak aplikasi dan platform digital yang bisa digunakan untuk mencatat pengeluaran, menabung otomatis, atau berinvestasi secara mudah dan cepat.

    Teknologi juga membantu manusia mengatur keuangan secara real-time. Teknologi juga membantu seseorang lebih disiplin dalam mengontrol pengeluaran dan menghindari pemborosan.

    7. Fokus pada Tujuan Jangka Panjang  

    Zuckerberg menegaskan bahwa setiap orang harus punya tujuan keuangan yang jelas dan fokus mencapainya. Entah untuk membeli rumah, menikah, atau menyiapkan dana pensiun, perencanaan jangka panjang sangat penting agar kita tetap di jalur yang benar.

    Dia menambahkan, disiplin dan konsistensi adalah kunci utama. Jangan tergoda untuk menguras tabungan demi keinginan sesaat. Tetap fokus dan disiplin mengikuti rencana keuangan, maka cita-cita besar kamu bisa terwujud di masa depan.