Topik: Generasi Z

  • Prudential Syariah perkuat literasi keuangan generasi muda Yogyakarta

    Prudential Syariah perkuat literasi keuangan generasi muda Yogyakarta

    Jakarta (ANTARA) – PT Prudential Sharia Life Assurance (Prudential Syariah) memperkuat literasi dan inklusi keuangan bagi generasi muda di Yogyakarta guna mendukung Gerakan Nasional Cerdas Keuangan (GENCARKAN) dari Otoritas Jasa Keuangan (OJK).

    Chief Customer Marketing Officer Prudential Syariah Vivin Arbianti Gautama menegaskan generasi muda kini berada di garda depan untuk transformasi finansial Indonesia.

    “Senang sekali melihat generasi Z dan milenial yang kini semakin menyadari pentingnya perlindungan finansial. Mereka melihat langsung dampak pandemi dan menyadari bahwa risiko kehidupan nyata bisa terjadi kapan saja,” ujar dia dalam keterangannya di Jakarta, Kamis.

    Melalui kegiatan Smart Financial Literacy (SmartFin Day) bersama Asosiasi Asuransi Jiwa Indonesia (AAJI) yang digelar di Universitas Gadjah Mada (UGM) tersebut, lanjutnya, pihaknya memberikan edukasi tentang keuangan dan asuransi berbasis syariah, serta bagaimana perlindungan berbasis syariah dapat menjadi bagian dari perencanaan keuangan yang bijak dan berkelanjutan.

    “Edukasi ini menjadi penting terutama bagi anak muda yang ingin mulai merencanakan masa depan finansial mereka sejak dini serta membuat keputusan finansial yang tepat,” katanya.

    Menurut dia dengan meningkatnya literasi dan inklusi keuangan dan asuransi, anak muda sebenarnya telah memiliki modal pengetahuan yang baik.

    Vivin menambahkan berbagai survei menunjukkan tren positif dalam kesadaran finansial anak muda Indonesia bahwa beberapa tahun terakhir, khususnya generasi millennial dan gen Z.

    Data Survei Nasional Literasi dan Inklusi Keuangan (SNLIK) 2025 dari OJK menemukan bahwa di Indonesia, kelompok usia 18–25 tahun memiliki indeks literasi keuangan tertinggi, yakni 73,22 persen, disusul kelompok usia 26–35 tahun sebesar 74,04 persen.

    Sedangkan dari sisi inklusi keuangan, kedua kelompok tersebut juga mencatat angka tertinggi masing-masing 89,96 persen dan 86,10 persen melebihi kelompok usia lainnya yakni 15-17 tahun, 36-50 tahun dan 51-79 tahun.

    “Partisipasi Prudential Syariah di SmartFin Day bersama AAJI sebagai salah satu upaya untuk menjangkau lebih banyak generasi muda, meningkatkan kesadaran akan pentingnya mengelola keuangan dan memiliki proteksi berbasis syariah, serta memperkuat posisi asuransi sebagai pilar penting perekonomian nasional,” demikian Vivin.

    Pewarta: Subagyo
    Editor: Biqwanto Situmorang
    Copyright © ANTARA 2025

    Dilarang keras mengambil konten, melakukan crawling atau pengindeksan otomatis untuk AI di situs web ini tanpa izin tertulis dari Kantor Berita ANTARA.

  • Le Minerale Jadi Favorit Gen Z di Penghargaan Youth Choice Award 2025

    Le Minerale Jadi Favorit Gen Z di Penghargaan Youth Choice Award 2025

    Jakarta

    Le Minerale, merek air minum dalam kemasan (AMDK) asli Indonesia, berhasil memperoleh penghargaan Gold untuk kategori Mineral Water Brand dalam ajang Youth Choice Award 2025.

    Pencapaian ini menjadikan Le Minerale sebagai brand AMDK pilihan teratas Generasi Z (Gen Z) berdasarkan survei yang dilakukan Marketeers. Di tengah persaingan dengan sejumlah merek ternama lainnya, Le Minerale berhasil mengungguli Aqua dan Nestle Pure Life sebagai pilihan teratas Gen Z untuk direkomendasikan maupun dikonsumsi.

    “Secara keseluruhan, Le Minerale meraih indeks paling tinggi pada survei online voting. Pilihan ini berdasarkan kebiasaan Gen Z dalam mengonsumsi suatu produk serta preferensi bila suatu saat akan menggunakan. Melalui metode ini menunjukkan bahwa responden sudah memiliki preferensi merek jika membutuhkan produk pada kategori merek tersebut dan Le Minerale menjadi pilihan utama,” kata CEO Marketeers Iwan Setiawan, dalam keterangan tertulis, Senin (11/8/2025).

    Foto: Dok. Istimewa

    Youth Choice Award merupakan ajang penghargaan tahunan bergengsi bagi merek-merek yang menjadi favorit Gen Z. Apresiasi ini didasarkan pada survei dengan online voting yang dilaksanakan selama periode Juni 2025, melibatkan 1.183 mahasiswa-mahasiswi dari 44 universitas di seluruh Indonesia. Dari 1.183 responden yang disurvei, sebanyak 31% di antaranya memilih Le Minerale, Aqua 24%, Nestle Pure Life 21%, Cleo 16%, dan Pristine 8%.

    “Segmen Gen Z penting bagi brand karena mereka adalah the one setting the trend. Di sisi lain, banyak sekali keputusan pembelian di dalam keluarga yang terjadi atau diserahkan ke Gen Z sebagai anak,” ujar Iwan.

    Iwan menambahkan karakter Gen Z dan Milenial memiliki perbedaan signifikan. Generasi yang sangat digital savvy ini menyukai hal-hal yang autentik, memperhatikan product utility, dan peduli terhadap keberlanjutan.

    “Sebab itu, untuk menyasar Gen Z, brand harus menggunakan gaya komunikasi yang sesuai, dari konvensional ke fungsional. Jangan sampai pemasar merasa sudah memiliki komunikasi dengan tone anak muda tapi ternyata bukan preferensi yang dimiliki Gen Z, melainkan komunikasi untuk Milenial,” ucap Iwan.

    “Semoga Le Minerale dapat terus berinovasi, memahami karakter generasi muda, serta menjaga kualitas produknya,” sambungnya.

    Melalui penghargaan ini, Le Minerale kembali membuktikan diri sebagai air mineral berkualitas yang relevan dengan kebutuhan generasi muda, serta menjadi pengakuan atas konsistensi Le Minerale dalam menghadirkan produk berkualitas tinggi dengan kandungan mineral esensial, serta komitmennya sebagai brand asli Indonesia yang terus berinovasi dan berkontribusi bagi gaya hidup sehat masyarakat.

    “Penghargaan dari Marketeers Youth Choice Award 2025 ini sangat berarti bagi kami karena sekaligus menjadi bukti dari komitmen Le Minerale sebagai air mineral berkualitas yang berhasil menjawab kebutuhan Gen Z, yang kini berperan penting sebagai pionir dalam tren sekaligus pembentuk opini,” ujar Head of Public Relations and Digital Le Minerale Yuna Eka Kristina.

    Yuna menambahkan Gen Z adalah generasi yang kritis, sadar kesehatan, dan sangat selektif dalam memilih produk. Menurut Yuna, untuk menjawab kebutuhan Gen Z yang sangat teliti saat memilih suatu produk, Le Minerale hadir sebagai satu-satunya AMDK yang mencantumkan kandungan mineral di kemasannya.

    “Kami percaya hal ini menjadi salah satu keunggulan kami dan menjadi alasan Le Minerale menjadi AMDK pilihan utama Gen Z,” jelas Yuna.

    Selain peduli terhadap kesehatan dan kualitas, Gen Z juga dikenal mendukung brand yang memiliki nilai lokal dan keberlanjutan. Yuna menyebut sebagai generasi yang menjadi penggerak sekaligus cerminan gaya hidup masa kini, Gen Z memiliki peran krusial dalam membentuk arah preferensi konsumen ke depan.

    “Karena itu, kami bangga bisa menjadi bagian dari keseharian mereka, dengan menghadirkan air mineral berkualitas yang mengandung mineral esensial serta membawa nilai lebih sebagai brand kebanggaan asli Indonesia,” kata Yuna.

    Raihan ini memperkuat posisi Le Minerale sebagai brand air minum dalam kemasan pilihan generasi muda Indonesia. Ke depan, Le Minerale akan terus berinovasi dan berkomitmen untuk mendekatkan diri dengan konsumen, terutama Gen Z, dan menjadi bagian dari gaya hidup sehat yang mereka jalani.

    (akd/akd)

  • SIPA 2025 Perkenalkan Patricia Arstuti, Representasi Semangat Gen Z

    SIPA 2025 Perkenalkan Patricia Arstuti, Representasi Semangat Gen Z

    Jakarta: Di tengah arus digital dan perubahan lanskap budaya yang cepat, Solo International Performing Arts (SIPA) 2025 menghadirkan wajah baru yang merepresentasikan semangat muda, kreatif, dan berakar pada tradisi. Dia adalah Patricia Arstuti Pramesti Putri, sosok yang kini resmi ditunjuk sebagai Ambassador SIPA 2025.

    Patricia, atau akrab disapa Asti, bukan sekadar figur publik yang aktif di media sosial. Perempuan kelahiran Jakarta, 2 September 2001 ini adalah lulusan Program Internasional Ilmu Komunikasi Universitas Gadjah Mada dan kini tengah menempuh studi Magister Komunikasi Politik di Universitas Indonesia.

    Dalam kesehariannya, Patricia aktif membagikan konten seputar budaya Indonesia, khususnya kebaya, kepada puluhan ribu pengikutnya di Instagram. Unggahan itu bukan semata soal estetika, melainkan cermin dari komitmennya dalam melestarikan budaya melalui medium yang lekat dengan generasi muda, semangat yang selalu diusung oleh SIPA.

    “Di tengah dinamika ruang yang serba cepat, ruang seperti SIPA ini menjadi sangat penting karena menjadi jembatan antara generasi muda dan kebudayaan Indonesia,” ujarnya.
    Pemilihan Patricia sebagai duta festival seni internasional ini bukan tanpa alasan. Direktur SIPA, Dr. R.Ay. Irawati Kusumorasri, M.Sn, menyebut Patricia sebagai representasi generasi Z yang mampu menjembatani nilai-nilai tradisional dengan ekspresi kekinian.

    “Dia mencerminkan semangat SIPA: dinamis, inklusif, dan berakar pada keragaman budaya,” ujarnya.

    Tahun ini, SIPA mengusung tema “Nifty, Artful & Visionary”, yang mencerminkan energi kreatif generasi muda dan keberanian mereka dalam menyuarakan ide-ide baru lewat seni. Patricia adalah pengejawantahan dari tema itu, seorang muda yang visioner, aktif dalam dunia digital, dan sekaligus menghargai akar budaya.

    Selain menjadi wajah publik SIPA, Patricia juga terlibat aktif dalam berbagai proyek kreatif selama festival berlangsung. Ia akan hadir dalam berbagai program, mulai dari welcoming dinner, sesi dialog budaya, hingga mendampingi delegasi internasional dalam pagelaran utama di Pamedan Pura Mangkunegaran.

    SIPA 2025 sendiri akan digelar pada 4–6 September 2025 di Pamedan Pura Mangkunegara dan terbuka untuk umum secara gratis. Festival ini akan menghadirkan pertunjukan dari seniman Indonesia maupun mancanegara seperti Amerika Serikat, Korea Selatan, Taiwan, Belanda, dan lainnya. Ragam kegiatan lain seperti SIPA Showcase Stage, SIPA Urban Market, dan pertunjukan seni di ISI Surakarta juga akan meramaikan agenda.

    SIPA juga menjadi bagian dari event Karisma Nusantara yang dipromosikan Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif, sehingga selain menjadi ajang seni, festival ini juga berperan dalam diplomasi budaya dan promosi pariwisata Indonesia.

    “Perjalanan SIPA yang sampai ke 17 tahun ini sangat luar biasa multiplier effect nya,” tuturnya.
    Dengan kehadiran Patricia sebagai ambassador, SIPA 2025 diharapkan tak hanya menjadi panggung pertunjukan seni, tetapi juga ruang kolaborasi antar-generasi.

    Sosoknya menjadi pengingat bahwa pelestarian budaya tak harus kaku dan terjebak masa lalu—ia bisa tampil lentur, segar, dan menginspirasi lewat kanal-kanal modern yang merangkul lebih banyak audiens muda.

    Jakarta: Di tengah arus digital dan perubahan lanskap budaya yang cepat, Solo International Performing Arts (SIPA) 2025 menghadirkan wajah baru yang merepresentasikan semangat muda, kreatif, dan berakar pada tradisi. Dia adalah Patricia Arstuti Pramesti Putri, sosok yang kini resmi ditunjuk sebagai Ambassador SIPA 2025.
     
    Patricia, atau akrab disapa Asti, bukan sekadar figur publik yang aktif di media sosial. Perempuan kelahiran Jakarta, 2 September 2001 ini adalah lulusan Program Internasional Ilmu Komunikasi Universitas Gadjah Mada dan kini tengah menempuh studi Magister Komunikasi Politik di Universitas Indonesia.
     
    Dalam kesehariannya, Patricia aktif membagikan konten seputar budaya Indonesia, khususnya kebaya, kepada puluhan ribu pengikutnya di Instagram. Unggahan itu bukan semata soal estetika, melainkan cermin dari komitmennya dalam melestarikan budaya melalui medium yang lekat dengan generasi muda, semangat yang selalu diusung oleh SIPA.

    “Di tengah dinamika ruang yang serba cepat, ruang seperti SIPA ini menjadi sangat penting karena menjadi jembatan antara generasi muda dan kebudayaan Indonesia,” ujarnya.
    Pemilihan Patricia sebagai duta festival seni internasional ini bukan tanpa alasan. Direktur SIPA, Dr. R.Ay. Irawati Kusumorasri, M.Sn, menyebut Patricia sebagai representasi generasi Z yang mampu menjembatani nilai-nilai tradisional dengan ekspresi kekinian.
     
    “Dia mencerminkan semangat SIPA: dinamis, inklusif, dan berakar pada keragaman budaya,” ujarnya.
     
    Tahun ini, SIPA mengusung tema “Nifty, Artful & Visionary”, yang mencerminkan energi kreatif generasi muda dan keberanian mereka dalam menyuarakan ide-ide baru lewat seni. Patricia adalah pengejawantahan dari tema itu, seorang muda yang visioner, aktif dalam dunia digital, dan sekaligus menghargai akar budaya.
     
    Selain menjadi wajah publik SIPA, Patricia juga terlibat aktif dalam berbagai proyek kreatif selama festival berlangsung. Ia akan hadir dalam berbagai program, mulai dari welcoming dinner, sesi dialog budaya, hingga mendampingi delegasi internasional dalam pagelaran utama di Pamedan Pura Mangkunegaran.
     
    SIPA 2025 sendiri akan digelar pada 4–6 September 2025 di Pamedan Pura Mangkunegara dan terbuka untuk umum secara gratis. Festival ini akan menghadirkan pertunjukan dari seniman Indonesia maupun mancanegara seperti Amerika Serikat, Korea Selatan, Taiwan, Belanda, dan lainnya. Ragam kegiatan lain seperti SIPA Showcase Stage, SIPA Urban Market, dan pertunjukan seni di ISI Surakarta juga akan meramaikan agenda.
     
    SIPA juga menjadi bagian dari event Karisma Nusantara yang dipromosikan Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif, sehingga selain menjadi ajang seni, festival ini juga berperan dalam diplomasi budaya dan promosi pariwisata Indonesia.
     
    “Perjalanan SIPA yang sampai ke 17 tahun ini sangat luar biasa multiplier effect nya,” tuturnya.
    Dengan kehadiran Patricia sebagai ambassador, SIPA 2025 diharapkan tak hanya menjadi panggung pertunjukan seni, tetapi juga ruang kolaborasi antar-generasi.
     
    Sosoknya menjadi pengingat bahwa pelestarian budaya tak harus kaku dan terjebak masa lalu—ia bisa tampil lentur, segar, dan menginspirasi lewat kanal-kanal modern yang merangkul lebih banyak audiens muda.
     
    Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

    (MMI)

  • Banyak yang Risih Lihat Ibu Menyusui di Tempat Umum, Terutama Kalangan Gen Z

    Banyak yang Risih Lihat Ibu Menyusui di Tempat Umum, Terutama Kalangan Gen Z

    Jakarta

    Survei Health Collaborative Center (HCC) menemukan satu dari tiga orang di Indonesia merasa tidak nyaman dan risih saat melihat ibu menyusui di tempat umum. Keresahan tersebut ternyata paling banyak ditemukan pada usia 30 tahun ke bawah, utamanya generasi Z.

    Pendiri dan Ketua HCC Dr dr Ray Wagiu, MKK, FRSPH mengungkap hipotesa dari hasil survey gen Z paling banyak merasa tidak nyaman melihat ibu menyusui adalah masalah privasi. Generasi tersebut paling erat kaitannya dengan persoalan privasi.

    “Jadi ini yang di-drive di kalangan gen Z, karena kalau bicara pengetahuan kelompok gen Z sekarang lebih bagus,” terang dr Ray dalam temu media Jumat (8/8/2025).

    Mereka merasa para ibu memerlukan privasi lebih dalam aktivitas menyusui. Persepsi semacam ini juga muncul kebanyakan dari kelompok gen Z yang memang belum menikah dan memiliki anak.

    Sinta, salah satu responden yang juga berpengalaman menyusui di tempat umum merasakan kegelisahan serupa saat sedang mengurus anak kedua.

    Pekerjaan yang membuatnya harus bolak-balik ke luar kota, tidak dalam kondisi ideal untuk selalu menyusui di ruang laktasi. Beberapa kali Sinta menyusui di transportasi umum.

    “Perlakuan, gestur yang tidak menyenangkan, seperti memang tatapan-tatapan. Itu saya alami lebih banyak di DKI Jakarta, kalau saya ke Jogja, Surabaya, Bandung, mereka nggak memberikan tatapan, mereka langsung jalan saja, orang menyusui kan gesturenya kelihatan, gesture judging,” lanjut dia.

    “Sementara di daerah mereka nggak akan melihat, mereka seperti cukup tahu oh sedang menyusui, jadi ini juga bukan sesuatu yang harus dilihatin, tapi di DKI rata-rata saya harus akui memang ada pandangan seperti pertanyaan kok harus di sini sih? Padahal saat itu juga saya sudah berusaha untuk tidak terbuka, paling tidak membuat orang lain juga merasa nyaman,” ceritanya.

    (naf/kna)

  • Bill Gates Peringatkan Gen Z Bakal Sulit Cari Kerja karena AI

    Bill Gates Peringatkan Gen Z Bakal Sulit Cari Kerja karena AI

    Bisnis.com, JAKARTA – Kecerdasan buatan atau artificial intelligence (AI) dikhawatirkan bisa menggeser sejumlah pekerjaan di masa depan.

    Dengan kehadiran AI yang bisa menggantikan sejumlah pekerjaan manusia, kesempatan para pencari kerja pun dinilai akan lebih sulit.

    Generasi Z atau Gen Z diprediksi menjadi golongan yang lebih dulu terdampak dengan masalah ini.

    Miliarder sekaligus pendiri Microsoft, Bill Gates, ikut mengkhawatirkan nasib Gen Z di kemudian hari. Meskipun “menyenangkan sekaligus memberdayakan”, namun ia memperingatkan Gen Z untuk memanfaatkannya sejak dini.

    Kepada para Gen Z yang baru lulus, ia memberikan saran untuk menerima kehadiran teknologi AI namun mempergunakannya dengan maksimal, tetapi juga jangan berharap stabilitas dalam pencarian kerja.

    “Menerima [AI], dan mempelajarinya, akan sangat, sangat penting. Itu juga tidak menjamin kita tidak akan mengalami banyak dislokasi,” katanya kepada CNN dikutip dari Yahoo, Jumat (8/8).

    Gates kemudian memberikan masukan penting untuk para pemuda, mengatakan untuk “rasakan rasa ingin tahu, baca, dan gunakan perangkat terbaru,”.

    Microsoft Lapor 40 Pekerjaan Terancam AI

    Baru-baru ini, Microsoft merilis laporan yang mengungkapkan bahwa setidaknya ada 40 daftar pekerjaan yang terancam oleh AI.

    Beberapa pekerjaan yang terancam yakni yang berhubungan dengan karya tulis, analisis, hingga teknologi.

    Dalam laporan terbarunya, Microsoft menuliskan bahwa skor keterkaitan tertinggi daftar pekerjaan yang bisa digantikan AI yakni jurnalistik, penulis, hingga ahli komputer dan matematika.

    Meskipun begitu, Kiran Tomlinson, seorang peneliti senior Microsoft, mengatakan bahwa penelitian yang dilakukan ini bertujuan menyoroti bahwa teknologi AI dapat mengubah cara kerja, bukan mengambil atau menggantikan pekerjaan.

    “Penelitian kami menunjukkan bahwa AI mendukung banyak tugas, terutama yang melibatkan penelitian, penulisan, dan komunikasi, tetapi tidak menunjukkan bahwa AI dapat sepenuhnya melakukan satu pekerjaan. Seiring dengan percepatan adopsi AI, penting bagi kita untuk terus mempelajari dan lebih memahami dampak sosial dan ekonominya,” ujar Tomlinson.

    Gen Z Paling Sulit Cari Kerja karena AI

    Generasi Z dinilai semakin jenuh mencari pekerjaan, karena banyaknya penolakan yang diterima dalam beberapa waktu terakhir.

    Para pelamar yang frustrasi mengeluh di TikTok tentang banyaknya email penolakan yang mereka terima dari perusahaan dan mengungkapkan kekhawatiran bahwa pekerjaan terasa kacau.

    Data terbaru mendukung hal ini, di mana lowongan pekerjaan tingkat pemula di AS secara keseluruhan menurun sekitar 35% sejak Januari 2023. Hal ini juga dipengaruhi otomatisasi oleh AI yang berdampak besar.

    Survei terbaru menemukan 49% pencari kerja Generasi Z AS percaya bahwa AI telah mengurangi nilai gelar mereka.

    Sementara itu, tingkat pengangguran lulusan perguruan tinggi baru-baru ini telah naik di atas 6% selama 12 bulan terakhir yang berakhir pada bulan Mei, sementara tingkat pengangguran nasional secara keseluruhan berkisar di sekitar 4%.

    AI pun disebut dengan mudah menggantikan pekerjaan tingkat pemula (entry level) yang kini sudah mulai terasa di semua industri.

  • 20 Ide Lomba 17 Agustus Ala Gen Z, Hari Kemerdekaan Jadi Lebih Seru!

    20 Ide Lomba 17 Agustus Ala Gen Z, Hari Kemerdekaan Jadi Lebih Seru!

    Jakarta: Hari Kemerdekaan 17 Agustus identik dengan berbagai lomba seru di lingkungan RT, sekolah, maupun kantor. Seiring berkembangnya tren dan kreativitas anak muda, lomba-lomba tradisional kini bisa dikemas lebih modern, lucu, dan kekinian ala Gen Z.
     
    Jika kamu masih bingung mau mengadakan lomba seperti apa yang akan disukai oleh generasi Z, jangan khawatir! Medcom sudah menyiapkan 20 ide lomba yang bisa dicoba untuk memeriahkan Agustusan tahun ini!
     
    1. Estafet Meme Challenge
    Peserta harus membuat meme lucu bertema kemerdekaan dalam waktu terbatas. Meme terbaik akan dipilih oleh juri atau voting peserta lain.
     
    2. TikTok Dance Kemerdekaan
    Buat lomba joget TikTok dengan lagu bertema 17 Agustus. Kreativitas dan keseruan jadi nilai tambah.

     

     
    3. Lomba Masak Mie Instan Estafet
    Tim beranggotakan 3–4 orang harus memasak mie instan secara bergantian, mulai dari membuka kemasan, merebus, hingga menyajikan. Tim tercepat dan terenak jadi pemenang.
     
    4. Lomba Tebak Lagu Nasional
    Putar lagu nasional, lalu peserta harus menebak judul lagunya secepat mungkin.
     
    5. Fashion Show Daur Ulang
    Peserta membuat kostum bertema kemerdekaan dari bahan bekas, kemudian memamerkannya di catwalk ala fashion week.
     
    6. Balap Karung ala Cosplay
    Lomba balap karung mungkin sudah biasa. Untuk membuatnya lebih unik dan seru, buat peraturan supaya peserta memakai kostum unik seperti super hero, karakter anime, atau tokoh nasional.
     
    7. Push Up Merdeka
    Peserta harus push up dalam waktu 45 detik sambil menyanyikan lagu nasional. Siapa yang bisa push up paling banyak, dia lah pemenangnya.
     

     
    8. Tebak Emotikon Lagu Kemerdekaan
    Panitia menyiapkan kombinasi emotikon yang menggambarkan judul lagu nasional atau lagu-lagu bertema kemerdekaan. Peserta yang bisa menebaknya akan menang.
     
    9. Mobile Legends Tournament Merdeka
    Turnamen e-sport yang digelar khusus 17 Agustus, dengan hadiah dan skin bertema merah putih.
     
    10. Make Up Tanpa Cermin
    Peserta harus merias wajah sendiri dengan tema merah putih tanpa bantuan cermin. Hasil paling unik dan rapi jadi pemenang.
     
    11. Cosplay ala Masa Perjuangan
    Peserta harus memakai baju ala masa perjuangan. Peserta paling kreatif dan mirip akan menjadi pemenang.
     
    12. Lomba Selfie Merdeka
    Peserta berburu foto selfie paling kreatif dengan atribut merah putih di area lomba.
     
    13. Lomba Susun Kartu Emoji
    Peserta harus menyusun kartu bergambar emoji menjadi kalimat atau slogan kemerdekaan.

     

     
    14. Adu Pantun Kemerdekaan
    Lomba balas pantun bertema kemerdekaan. Siapa yang kehabisan pantun atau tidak lucu langsung kalah.
     
    15. Drag Race Sepeda Ontel
    Balapan sepeda ontel sambil memakai atribut merah putih yang unik.
     
    16. Cari Barang Merah Putih
    Siapa paling cepat mencari barang warna merah putih dapat menjadi pemenang. Panitia juga bisa menentukan waktu pencarian, dan menjadikan peserta dengan barang terbanyak menjadi pemenang.
     
    17. Rebutan Snack di Udara
    Snack digantung tinggi di tali rafia. Peserta harus melompat atau menggunakan cara kreatif untuk meraihnya.
     
    18. Lomba Tarik Tambang Estafet
    Alih-alih tarik tambang biasa, setiap anggota harus bergantian menarik tali dalam urutan tertentu.
     
    19. Lomba Balap Sendok dengan Bubble Tea
    Seperti balap kelereng di sendok, tapi diganti bubble tea mini yang harus dibawa tanpa tumpah.
     
    20. Scream Challenge
    Lomba scream challenge atau teriakan paling semangat. Peserta akan meneriakan kata “Merdeka”. Nah, teriakan paling semangat lah yang berhak mendapatkan hadiah.

     

    Jakarta: Hari Kemerdekaan 17 Agustus identik dengan berbagai lomba seru di lingkungan RT, sekolah, maupun kantor. Seiring berkembangnya tren dan kreativitas anak muda, lomba-lomba tradisional kini bisa dikemas lebih modern, lucu, dan kekinian ala Gen Z.
     
    Jika kamu masih bingung mau mengadakan lomba seperti apa yang akan disukai oleh generasi Z, jangan khawatir! Medcom sudah menyiapkan 20 ide lomba yang bisa dicoba untuk memeriahkan Agustusan tahun ini!
     

    1. Estafet Meme Challenge

    Peserta harus membuat meme lucu bertema kemerdekaan dalam waktu terbatas. Meme terbaik akan dipilih oleh juri atau voting peserta lain.
     

    2. TikTok Dance Kemerdekaan

    Buat lomba joget TikTok dengan lagu bertema 17 Agustus. Kreativitas dan keseruan jadi nilai tambah.
     
     

     

    3. Lomba Masak Mie Instan Estafet

    Tim beranggotakan 3–4 orang harus memasak mie instan secara bergantian, mulai dari membuka kemasan, merebus, hingga menyajikan. Tim tercepat dan terenak jadi pemenang.
     

    4. Lomba Tebak Lagu Nasional

    Putar lagu nasional, lalu peserta harus menebak judul lagunya secepat mungkin.
     

    5. Fashion Show Daur Ulang

    Peserta membuat kostum bertema kemerdekaan dari bahan bekas, kemudian memamerkannya di catwalk ala fashion week.
     

    6. Balap Karung ala Cosplay

    Lomba balap karung mungkin sudah biasa. Untuk membuatnya lebih unik dan seru, buat peraturan supaya peserta memakai kostum unik seperti super hero, karakter anime, atau tokoh nasional.
     

    7. Push Up Merdeka

    Peserta harus push up dalam waktu 45 detik sambil menyanyikan lagu nasional. Siapa yang bisa push up paling banyak, dia lah pemenangnya.
     

     

    8. Tebak Emotikon Lagu Kemerdekaan

    Panitia menyiapkan kombinasi emotikon yang menggambarkan judul lagu nasional atau lagu-lagu bertema kemerdekaan. Peserta yang bisa menebaknya akan menang.
     

    9. Mobile Legends Tournament Merdeka

    Turnamen e-sport yang digelar khusus 17 Agustus, dengan hadiah dan skin bertema merah putih.
     

    10. Make Up Tanpa Cermin

    Peserta harus merias wajah sendiri dengan tema merah putih tanpa bantuan cermin. Hasil paling unik dan rapi jadi pemenang.
     

    11. Cosplay ala Masa Perjuangan

    Peserta harus memakai baju ala masa perjuangan. Peserta paling kreatif dan mirip akan menjadi pemenang.
     

    12. Lomba Selfie Merdeka

    Peserta berburu foto selfie paling kreatif dengan atribut merah putih di area lomba.
     

    13. Lomba Susun Kartu Emoji

    Peserta harus menyusun kartu bergambar emoji menjadi kalimat atau slogan kemerdekaan.
     
     

     

    14. Adu Pantun Kemerdekaan

    Lomba balas pantun bertema kemerdekaan. Siapa yang kehabisan pantun atau tidak lucu langsung kalah.
     

    15. Drag Race Sepeda Ontel

    Balapan sepeda ontel sambil memakai atribut merah putih yang unik.
     

    16. Cari Barang Merah Putih

    Siapa paling cepat mencari barang warna merah putih dapat menjadi pemenang. Panitia juga bisa menentukan waktu pencarian, dan menjadikan peserta dengan barang terbanyak menjadi pemenang.
     

    17. Rebutan Snack di Udara

    Snack digantung tinggi di tali rafia. Peserta harus melompat atau menggunakan cara kreatif untuk meraihnya.
     

    18. Lomba Tarik Tambang Estafet

    Alih-alih tarik tambang biasa, setiap anggota harus bergantian menarik tali dalam urutan tertentu.
     

    19. Lomba Balap Sendok dengan Bubble Tea

    Seperti balap kelereng di sendok, tapi diganti bubble tea mini yang harus dibawa tanpa tumpah.
     

    20. Scream Challenge

    Lomba scream challenge atau teriakan paling semangat. Peserta akan meneriakan kata “Merdeka”. Nah, teriakan paling semangat lah yang berhak mendapatkan hadiah.

     
     
    Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

    (PRI)

  • JobCity Job Fair 2025 bawa pemanfaatan AI dalam ketenagakerjaan

    JobCity Job Fair 2025 bawa pemanfaatan AI dalam ketenagakerjaan

    (Ki-ka) Koordinator Kemitraan dan Jejaring Pasar Kerja, Pusat Pasar Kerja Kementerian Ketenagakerjaan Sigit Ary Prasetyo, Direktur JobCity Adi Witono, dan Asisten Deputi Pendampingan Inovasi dan Keberlanjutan Usaha Kementerian UMKM Edhi Kusdiarwoko Dwikuncono dalam peluncuran Jobcity Job Fair 2025 di Jakarta, Selasa (5/8/2025). (ANTARA/Arnidhya Nur Zhafira)

    JobCity Job Fair 2025 bawa pemanfaatan AI dalam ketenagakerjaan
    Dalam Negeri   
    Editor: Novelia Tri Ananda   
    Selasa, 05 Agustus 2025 – 14:23 WIB

    Elshinta.com – JobCity Job Fair 2025 resmi dibuka dan membawa tema utama mengenai pemanfaatan teknologi dan kecerdasan buatan (AI) dalam lanskap ketenagakerjaan masa kini dan mendatang.

    “Teknologi jika dirancang dengan nilai-nilai inklusif dapat menjawab tantangan ketenagakerjaan Indonesia secara nyata,” kata Direktur JobCity Adi Witono dalam peluncuran aplikasi JobCity di Jakarta, Selasa.

    Adi mengatakan, pihaknya menghadirkan pendekatan inovatif berbasis AI untuk menjawab dua tantangan besar dunia kerja, yaitu kesenjangan antara kebutuhan tenaga kerja di sektor industri dan informal (usaha mikro, kecil dan menengah/UMKM), serta karakteristik generasi muda khususnya Generasi Z dalam mencari pekerjaan.

    “JobCity, dengan teknologi AI-nya, hadir untuk menyatukan pencari dan pemberi kerja secara efisien dan bermakna,” ujar dia.

    Lebih jauh, platform JobCity pun memanfaatkan teknologi pemetaan CV dan kecocokan profil secara real time untuk membantu UMKM menemukan kandidat yang sesuai dengan cepat dan efisien, tanpa proses panjang dan biaya tinggi. Sementara bagi para pencari kerja muda, sistem ini menawarkan pengalaman rekrutmen yang lebih transparan, interaktif, dan sesuai dengan kebutuhan generasi digital.

    Hal ini senada dengan Asisten Deputi Pendampingan Inovasi dan Keberlanjutan Usaha Kementerian UMKM Edhi Kusdiarwoko Dwikuncono yang mengatakan, platform pencari kerja seperti JobCity dapat berperan penting sebagai wadah menghubungkan antara pencari dan pemberi kerja di era saat ini.

    “Kami dari Deputi Kewirausahaan Kementerian UMKM mendukung JobCity sebagai sebuah keberlanjutan usaha, sekaligus membuka lebih banyak peluang kerja di sektor UMKM,” ujar Edhi.

    Sementara itu, JobCity Job Fair 2025 tidak hanya menjadi ajang rekrutmen, tetapi juga ruang diskusi publik, kolaborasi lintas sektor, serta promosi transformasi digital di bidang ketenagakerjaan. Acara ini akan berlangsung hingga Rabu, 6 Agustus 2025, dengan berbagai agenda seperti talkshow, dan booth interaktif dari puluhan perusahaan.

     

    Sumber : Antara

  • Sebagian Pengunjung ke GIIAS Masih Eksplorasi, Belum Tentukan Mobil Baru

    Sebagian Pengunjung ke GIIAS Masih Eksplorasi, Belum Tentukan Mobil Baru

    Jakarta

    Great Wall Motor (GWM) Indonesia melakukan survei selama pameran Gaikindo Indonesia International Auto Show (GIIAS) 2025. Hasilnya, GIIAS masih menjadi tempat konsumen untuk eksplorasi.

    Survei pelanggan GWM di GIIAS 2025 mencatat bahwa 54% responden merupakan pria dan 46% wanita. Secara usia, mayoritas responden berasal dari Generasi Z (52%), disusul Generasi X (23%), dan Generasi Milenial (21%). Para responden berasal dari berbagai latar belakang profesi, mulai dari mahasiswa, profesional, karyawan swasta, hingga wirausahawan.

    Meskipun banyak produk baru diperkenalkan di GIIAS tahun ini, survei juga menemukan bahwa mayoritas pengunjung belum menentukan kategori kendaraan yang mereka cari. Sebanyak 50% responden masih berada pada tahap eksplorasi terhadap berbagai tipe kendaraan, sementara 20% menyatakan sudah menentukan pilihan pada kendaraan BEV, 12% pada HEV, 11% pada PHEV, dan 11% lainnya fokus pada kendaraan ICE.

    Setelah menjelajahi seluruh lini produk GWM yang ditampilkan, responden menempatkan Tank 300 Diesel sebagai model yang paling menarik perhatian, dipilih oleh 27% responden. Posisi berikutnya ditempati oleh Tank 300 HEV dan ORA 03 BEV (masing-masing 22%), diikuti oleh Haval Jolion HEV (12%), Tank 500 HEV (11%), dan Haval H6 (6%).

    Tiga jenis informasi lanjutan yang paling diminati oleh responden setelah mengunjungi booth GWM adalah: spesifikasi kendaraan (62%), program promosi (60%), dan layanan purna jual (35%). Hal ini menandakan ketertarikan lanjutan yang kuat terhadap lini kendaraan GWM setelah berinteraksi langsung di pameran.

    Hingga hari terakhir penyelenggaraan, GWM mencatat respons luar biasa atas keberagaman inovasi yang dihadirkan – dengan hampir 400 unit kendaraan dipesan, meningkat lebih dari dua kali lipat dibandingkan total pemesanan GWM di GIIAS tahun sebelumnya. Dari total pemesanan tersebut, sekitar 58% merupakan pemesanan untuk Tank 300 Diesel, disusul ORA 03 sebesar 25%.

    Pengunjung GIIAS naik

    Tercatat sebanyak 485.569 orang memadati area pameran GIIAS 2025 di ICE BSD City, Tangerang. Jumlah itu naik dari tahun lalu yang pengunjungnya mencapai 475.084 orang.

    Ketua III Gaikindo sekaligus Ketua Penyelenggara GIIAS 2025, Rizwan Alamsjah, mengungkapkan GIIAS bukanlah pameran yang ditujukan untuk mengejar transaksi penjualan semata.

    “Setiap tahun, setelah pameran berakhir, Gaikindo menerima laporan capaian dari para peserta, ada yang menunjukkan fluktuasi transaksi yang meningkat maupun menurun yang adalah hal biasa, yang kami harapkan tentunya catatan capaian di GIIAS 2025, dapat mencapai angka yang setara dengan capaian di tahun sebelumnya. Hal tersebut akan menjadi dorongan yang sangat positif bagi industri otomotif nasional saat ini,” jelas Rizwan.

    (riar/din)

  • Gen Z Wajib Coba! Festival di Bandung Ini Gabungkan Agenda Seru hingga dan Kuliner Unik

    Gen Z Wajib Coba! Festival di Bandung Ini Gabungkan Agenda Seru hingga dan Kuliner Unik

    BANDUNG – Bandung selalu punya daya tarik tersendiri bagi generasi muda. Kota ini tak hanya dikenal dengan alamnya yang indah dan kuliner yang menggoda, tapi juga menjadi ruang tumbuhnya berbagai kreativitas dan ekspresi kaum muda. 

    Tak heran jika berbagai kegiatan berbasis pengalaman (experiential events) sering digelar di kota ini, khususnya yang menyasar generasi Z, yakni kelompok usia yang kini mendominasi populasi produktif Indonesia.

    Salah satu tren yang mencolok di kalangan Gen Z adalah kecenderungan mencari aktivitas yang bukan hanya seru, tapi juga multi-sensorial. Artinya, mereka ingin lebih dari sekadar datang dan melihat.

    Mereka ingin mencoba, bermain, merasakan, hingga membagikan pengalaman itu ke media sosial. Ini yang melahirkan fenomena experience economy, di mana pengalaman pribadi dianggap lebih berharga dibandingkan sekadar membeli barang.

    Sebuah festival yang digelar baru-baru ini di Kiara Artha Park, Bandung, tampaknya memahami kebutuhan ini. Di sana, para pengunjung diajak mengeksplorasi berbagai wahana bermain yang tidak biasa.

    Ada kotak kejutan yang berisi figur koleksi edisi terbatas, zona komik raksasa yang bisa dilalui sambil memilih alur cerita sendiri, hingga area permainan interaktif yang memancing adrenalin sekaligus tawa.

    “Anak muda zaman sekarang ingin sesuatu yang unik dan personal. Mereka senang tantangan, tapi juga ingin mengabadikan momen tersebut secara visual,” ujar Katria Arintya Anindyantari, Head of Marketing Food WINGS Group Indonesia, saat ditemui di Kiara Artha Park, Bandung pada Jumat, 1 Agustus 2025.

    Hal ini terlihat dari antusiasme pengunjung mengantre untuk masuk ke dalam Expression Box, sebuah ruangan LED interaktif yang dibuat khusus untuk konten media sosial.

    Expression room. (Adelia/VOI)

    Tidak hanya bermain, pengunjung juga diajak menantang diri lewat pengalaman kuliner yang out of the box. 

    “Lucu banget, karena ada kompetisi kecil-kecilan,” kata Katria.

    Ada pula menu creation spesial yang hanya tersedia selama event berlangsung. Menu-menu ini tidak dijual bebas di pasaran, sehingga menciptakan rasa penasaran.

    Konsep “braver and bolder” tampaknya menjadi benang merah acara ini. Menurut pihak penyelenggara, makna “braver” tercermin dari beragam aktivitas eksploratif yang mendorong pengunjung mencoba hal baru, sementara “bolder” merujuk pada inovasi rasa dan pengalaman kuliner yang berani tampil beda

    “Kami ingin menghadirkan sesuatu yang bisa dinikmati semua indra, dari visual, rasa, hingga atmosfer,” jelas Katria.

    Bandung dipilih bukan tanpa alasan. Kota ini dianggap sebagai salah satu pusat populasi Gen Z terbesar di Indonesia, terutama karena banyaknya perguruan tinggi dan komunitas kreatif yang tumbuh di sini. Fakta bahwa tahun sebelumnya event serupa dihadiri lebih dari 37 ribu pengunjung menjadi indikator kuat bahwa pasar Bandung sangat potensial.

    “Bandung bukan hanya kota yang penuh anak muda, tapi juga punya karakter eksploratif yang sejalan dengan semangat acara ini,” tambahnya.

    Menariknya lagi, setiap kota yang dikunjungi oleh festival ini memiliki nuansa yang sedikit berbeda. Meskipun identitas utama tetap dibawa, seperti kolaborasi dengan kreator lokal dan suguhan menu khas, konsep event di tiap kota bisa disesuaikan agar lebih relevan dengan karakter lokal. Setelah Bandung, rencananya festival ini akan menyambangi kota lain seperti Jogja, Jakarta, dan Surabaya.

    Bagi pengunjung yang memperhatikan aspek halal, pihak penyelenggara juga memastikan bahwa seluruh produk yang disajikan telah memenuhi standar halal sejak awal. Bahkan, sejak produk pertama kali diluncurkan, sertifikasi halal sudah menjadi bagian dari sistem keamanan pangan mereka. 

    “Kami tidak hanya bicara halal sebagai formalitas, tapi memang menjadikannya bagian dari proses produksi sejak hulu sampai hilir,” jelas Katria.

    Melalui kegiatan semacam ini, anak muda tak hanya disuguhkan hiburan, tapi juga ruang untuk mengekspresikan diri, membangun kenangan, dan merasakan pengalaman yang otentik. 

    Dalam dunia yang makin digital dan cepat berubah, kegiatan yang bisa menyatukan pengalaman fisik dan sosial seperti ini, jelas punya tempat tersendiri di hati generasi sekarang.

    “Bagi Gen Z, pengalaman adalah mata uang baru. Mereka rela menunggu, antre, bahkan menempuh perjalanan jauh, asalkan bisa merasakan sesuatu yang baru dan personal.” tutur Katria.

  • Slow Living di Jakarta? Siap-siap Kantong Jebol!

    Slow Living di Jakarta? Siap-siap Kantong Jebol!

    Jakarta

    Konsep slow living bisa jadi eskapisme dari hustle culture yang rentan terjadi di kota besar. Tetapi sayangnya, buat penghuni kota besar layaknya Jakarta, agaknya butuh duit banyak untuk bisa menerapkan konsep slow living.

    Ekonom senior dari Institute for Development of Economics and Finance (INDEF), Tauhid Ahmad, mengatakan bahwa konsep ini cenderung digandrungi oleh kalangan generasi milenial dan generasi Z. Namun, jika mau menerapkan konsep ini, ternyata justru butuh stabilitas finansial yang mumpuni.

    “Memang slow living ini dari segi persentase, yang bisa melakukan itu jumlahnya relatif kecil. Secara finansial, mereka itu relatif punya kapasitas. Orang yang mau slow living berarti ‘kan punya income yang relatif tetap,” ujarnya kepada detikcom, Sabtu (26/7/2025).

    “Orang yang tidak punya pendapatan tetap, mereka akan mencari sumber, dan sumber itu ‘kan lebih banyak di perkotaan. Jadi, kalau misalnya kita dari desa, sekolah atau kuliah di desa (di luar Pulau Jawa) ‘kan selalu mengejarnya ke Jawa,” tambahnya.

    Bisa jadi, kata Tauhid, kondisi hadirnya slow living mengindikasikan adanya pelemahan ekonomi di suatu wilayah. Meskipun secara garis besarnya, konsep slow living dimaknai sebagai mengurangi kebutuhan atau gaya hidup yang terlalu tinggi.

    “Slow living juga dimaknai untuk mengurangi konsumsi-konsumsi yang tidak perlu. Mengurangi kebutuhan atau gaya hidup yang terlalu tinggi. Jadi, tinggal di pinggiran kota yang bisa dapat semuanya. Misalnya, para pekerja yang sifatnya bisa work from home, atau para pekerja di sektor informal itu lebih punya waktu untuk memanfaatkan slow living,” katanya.

    Tauhid bilang, slow living punya sejumlah perspektif. Salah satunya, ketika tekanan ekonomi sedang tinggi, maka slow living bisa dimanfaatkan untuk mengurangi biaya hidup. Tapi, slow living di kota besar justru butuh biaya lebih.

    “Slow living memang ada dua perspektif. Kalau tekanan ekonomi tinggi, dia bisa memanfaatkan slow living untuk mengurangi cost. Tapi slow living di kota besar biasanya membutuhkan biaya yang tinggi. Misalnya, mereka seringkali nongkrong di kafe itu kan butuh uang. Kemudian harus ke tempat gym, atau tempat olahraga yang tidak murah juga. Nah, itu yang di kota besar yang tidak disiapkan,” tutupnya.

    (fdl/fdl)