Topik: Generasi Z

  • Mirip di Indonesia Demo Berdarah di Nepal Dipicu Pejabat ‘Flexing’, Massa Bakar Gedung Parlemen dan Rumah Pejabat

    Mirip di Indonesia Demo Berdarah di Nepal Dipicu Pejabat ‘Flexing’, Massa Bakar Gedung Parlemen dan Rumah Pejabat

    GELORA.CO – Perdana Menteri Nepal telah mengundurkan diri setelah lebih dari selusin orang tewas dan ratusan lainnya luka-luka dalam protes yang dipimpin pemuda yang dipicu oleh larangan pemerintah terhadap platform media sosial, korupsi yang merajalela, dan minimnya peluang ekonomi.

    Pasukan keamanan mengerahkan amunisi langsung, meriam air, dan gas air mata selama protes di beberapa kota, yang menurut pihak berwenang menewaskan sedikitnya 19 orang, menurut kantor berita Reuters.

    Nepal, negara di kaki pegunungan Himalaya berpenduduk 30 juta jiwa, dikenal karena politiknya yang bergejolak dan telah mengalami lebih dari selusin pemerintahan sejak bertransisi menjadi republik setelah menghapuskan monarki yang telah berusia 239 tahun pada tahun 2008 menyusul perang saudara yang berlangsung selama satu dekade.

    Namun, protes terbaru, yang dipimpin oleh orang-orang berusia 13 hingga 28 tahun kelompok yang dikenal sebagai Generasi Z merupakan kerusuhan terburuk yang pernah terjadi di Nepal dalam beberapa dekade.

    Perdana Menteri Nepal KP Sharma Oli mengumumkan pengunduran dirinya pada hari Selasa(9/9/2025) dalam sebuah surat yang menyebutkan situasi luar biasa di negara itu, menurut salinan surat yang diunggah di media sosial oleh seorang ajudan utamanya.

    Para pengunjuk rasa kemudian kembali turun ke jalan di ibu kota pada hari Selasa, menentang jam malam yang diberlakukan di pusat kota, dan setelah pemerintah mencabut larangan media sosial. Foto-foto dari Reuters menunjukkan para pengunjuk rasa membakar pos polisi dan perabotan di luar kantor Kongres Nepal, partai politik terbesar di Nepal. Bandara Internasional ditutup karena kekerasan di kota tersebut yang mempengaruhi operasional.

    Di selatan Kathmandu, di kotamadya Chandrapur polisi melepaskan tembakan ke udara saat para pengunjuk rasa melanggar jam malam untuk berkumpul, kata seorang pejabat setempat kepada CNN. Para pengunjuk rasa juga membakar mobil polisi, kata sumber tersebut.

    Kemarahan terhadap pemerintah atas apa yang dianggap banyak orang sebagai korupsi yang merajalela dan telah berlangsung puluhan tahun di Nepal sudah membara, dan meluap ke jalan-jalan ibu kota minggu lalu setelah pemerintah memblokir platform media sosial termasuk Facebook, Instagram, WhatsApp, YouTube, dan X, dalam sebuah langkah yang banyak dikritik oleh kelompok-kelompok hak asasi manusia.

    Pemerintah telah menulis aturan baru yang menurutnya diperlukan untuk memberantas berita palsu dan ujaran kebencian, serta mengancam akan memblokir perusahaan media sosial mana pun yang tidak terdaftar.

    Hingga tengah malam Kamis lalu, 26 platform telah ditutup, menurut media lokal.

    Namun, para penyelenggara mengatakan protes yang menyebar di seluruh negeri tidak hanya terkait larangan media sosial, tetapi juga mencerminkan frustrasi generasi atas minimnya peluang ekonomi.

    Tingkat pengangguran pemuda berusia 15-24 tahun di Nepal mencapai 20,8 persen pada tahun 2024, menurut Bank Dunia.

    Sementara itu, sebuah gerakan daring yang viral menentang “Nepo Kids” atau anak-anak politisi yang memamerkan gaya hidup mewah mereka memicu kemarahan lebih lanjut dengan menyoroti kesenjangan antara mereka yang berkuasa dan rakyat Nepal biasa.

    Perekonomian Nepal sangat bergantung pada uang yang dikirim pulang oleh warga Nepal yang tinggal di luar negeri. Lebih dari sepertiga (33,1 persen) PDB Nepal berasal dari remitansi pribadi, menurut Bank Dunia, angka yang terus meningkat selama tiga dekade terakhir.

    “Semua warga Nepal muak dengan korupsi. Setiap pemuda pergi ke luar negeri. Jadi, kami ingin melindungi pemuda kami dan memperbaiki perekonomian negara,” kata seorang pengunjuk rasa.

    Protes kemudian berubah menjadi kekerasan pada hari Senin(8/9/2025) ketika para pengunjuk rasa bentrok dengan polisi di kompleks parlemen di Kathmandu. 

    Polisi menembakkan peluru karet dan gas air mata ke arah ribuan pengunjuk rasa muda, banyak diantaranya mengenakan seragam sekolah atau perguruan tinggi.

    Para pengunjuk rasa membakar sebuah ambulans dan melemparkan benda-benda ke arah polisi anti huru hara yang menjaga gedung legislatif, mengutip seorang pejabat setempat.

    “Polisi menembak tanpa pandang bulu,” kata seorang pengunjuk rasa kepada kantor berita India ANI.

    Para demonstran menerobos masuk ke gedung parlemen Nepal dan membakar gedung tersebut, menurut seorang pejabat. Pembakaran gedung parlemen itu terjadi setelah Perdana Menteri KP Sharma Oli mengundurkan diri menyusul tindakan keras mematikan terhadap demonstrasi antipemerintah.

    “Ratusan orang telah menerobos area parlemen dan membakar gedung utama,” ungkap Ekram Giri, juru bicara Sekretariat Parlemen.

    Al Jazeera telah memverifikasi secara independen rekaman video yang dibagikan daring oleh media dan aktivis Nepal hari ini, yang menunjukkan demonstrasi besar-besaran di Kathmandu.

    Rekaman video tersebut menunjukkan ratusan demonstran berjalan di jalan-jalan ibu kota, sementara media lokal mengindikasikan beberapa rumah pejabat telah diserbu, dan beberapa di antaranya dibakar.

    Ramyata Limbu, jurnalis Nepal yang berbasis di Kathmandu, mengatakan, “Tampaknya tidak ada yang bertanggung jawab di jalan-jalan ibu kota, dengan sekelompok anak muda dan penonton merusak properti para menteri senior dan kantor partai.”

    Setidaknya 17 orang tewas di Kathmandu dan dua lainnya di kota Itahari di bagian timur, menurut pejabat rumah sakit.

    Lebih dari 400 orang, termasuk staf pasukan keamanan, dirawat di rumah sakit setelah mengalami luka-luka pada hari Senin, menurut laporan Kementerian Kesehatan Nepal.

    Organisasi-organisasi internasional segera mengecam tindakan keras mematikan yang dilakukan oleh polisi dan menyerukan penyelidikan independen.

  • Viral Video Mantan PM Nepal Babak Belur Dihajar Massa saat Rumahnya Diserbu Demonstran

    Viral Video Mantan PM Nepal Babak Belur Dihajar Massa saat Rumahnya Diserbu Demonstran

    GELORA.CO – Eks Perdana Menteri Nepal Bahadur Deuba ikut menjadi sasaran pedemo marah menyusul unjuk rasa yang makin meluas dan rusuh hingga membakar sejumlah rumah perdana menteri dan pejabat, Selasa (9/9).

    Melalui video netizen yang diunggah editor NDTV di X, terlihat ratusan pedemo menyerbu rumah Deuba dan istrinya yang kini menjadi Menteri Luar Negeri Nepal, Arzu Rana Deuba.

    Para pedemo bahkan terlihat menghancurkan barang dan membakar rumah tersebut.

    Dalam salah satu klip terlihat sosok Deuba yang dibopong sejumlah orang dengan kondisi babak belur dan kepala berdarah.

    Belum jelas bagaimana kondisi terkini Deuba dan keluarganya.

    Sementara itu, militer Nepal sendiri telah mengevakuasi menteri dan pejabat kabinet lainnya setelah demonstran melakukan pembakaran terhadap rumah-rumah pejabat dan gedung parlemen Nepal.

    Setelah menerima masukan dari para pejabat kabinet, PM KP Sharma Oli akhirnya memutuskan mundur dari jabatan usai didemo ribuan pelajar dan generasi Z sejak Minggu.

    Oli bahkan dikabarkan kini telah kabur mengasingkan diri ke Dubai, Uni Emirat Arab, demi menghindari kerusuhan.

    @pratik.upreti New video of SHER BAHADUR DEUBA. 🔥 #Genz ♬ original sound – Pratik.upreti

    NDTV melaporkan massa membakar rumah pribadi Oli, bahkan Presiden Nepal Ram Chandra Poudel, dalam aksi unjuk rasa yang terjadi hari ini.

    Sejumlah video yang beredar di media sosial menunjukkan aksi-aksi vandalisme terjadi di kediaman Poudel. Selain itu, gedung parlemen Nepal juga dibobol dan dibakar.

    Otoritas Penerbangan Sipil Nepal juga menyatakan menutup bandara imbas kerusuhan yang terjadi di ibu kota.

    Nepal terus berada dalam krisis politik usai ribuan massa yang terdiri dari generasi Z yang mayoritas adalah pelajar turun ke jalan memprotes pemerintahan yang korup.

    Demonstrasi terus meluas hingga puncaknya pada Senin (8/9) bentrokan tak terelakkan antara pemprotes dan polisi sampai menewaskan 19 orang dan melukai ratusan lainnya.

    Amarah pedemo makin menjadi setelah pemerintah memblokir puluhan aplikasi media sosial dan situs online lainnya yang dianggap demonstran sebagai upaya pembungkaman.

  • PM Nepal K.P. Sharma Oli Mundur Setelah Gen Z Mengamuk karena Pemblokiran Medsos

    PM Nepal K.P. Sharma Oli Mundur Setelah Gen Z Mengamuk karena Pemblokiran Medsos

    GELORA.CO –  Perdana Menteri Nepal K.P. Sharma Oli resmi mengundurkan diri pada Selasa (9/9), setelah meletusnya gelombang protes besar-besaran terkait larangan media sosial yang menewaskan sedikitnya 19 orang dan melukai ratusan lainnya.

    Langkah ini menjerumuskan Nepal ke dalam babak baru ketidakpastian politik, di tengah kerusuhan terburuk yang dialami negara Himalaya tersebut dalam beberapa dekade terakhir.

    Larangan Media Sosial Dicabut

    Seiring dengan pengunduran diri Oli, pemerintah Nepal juga mencabut kebijakan larangan media sosial yang sempat diberlakukan selama beberapa hari. Menteri Komunikasi, Informasi, dan Penyiaran Nepal, Prithvi Subba Gurung, mengatakan keputusan itu diambil untuk “menjawab tuntutan Generasi Z.”

    Pekan lalu, pemerintah melarang platform yang tidak terdaftar, termasuk Facebook, X, dan YouTube, dengan alasan mencegah berita palsu, ujaran kebencian, serta kejahatan siber. Namun kebijakan itu justru memicu amarah publik yang menilai pemerintah bersikap otoriter.

    “Karena protes dilakukan dengan menggunakan isu ini sebagai dalih, keputusan telah diambil untuk membuka kembali situs media sosial,” ujar Gurung dalam pernyataannya.

    Bentrokan Berdarah di Kathmandu

    Pada hari pengumuman pengunduran dirinya, ribuan pengunjuk rasa tetap turun ke jalan ibu kota Kathmandu. Mereka menentang jam malam tanpa batas, membakar ban, melempar batu ke arah polisi anti huru-hara, hingga memaksa aparat mundur ke jalan-jalan sempit.

    Asap hitam pekat membubung ke langit, sementara sebagian warga merekam aksi itu dengan ponsel mereka. Laporan resmi mencatat 19 orang tewas dan 347 orang terluka dalam bentrokan sejauh ini.

    Meskipun larangan media sosial menjadi pemicu kerusuhan, akar kemarahan publik jauh lebih dalam. Banyak anak muda Nepal kecewa terhadap pemerintah yang dinilai gagal mengatasi pengangguran, ketimpangan, dan korupsi.

    Menurut Bank Dunia, lebih dari 20 persen dari 30 juta penduduk Nepal hidup dalam kemiskinan. Sementara data resmi terbaru mencatat angka pengangguran pemuda mencapai 22 persen.

    Desakan Internasional

    Kelompok hak asasi manusia mendesak pemerintah Nepal menghormati kebebasan berekspresi dan menghindari penggunaan kekuatan berlebihan.

    “Kami telah menerima tuduhan yang sangat mengkhawatirkan tentang penggunaan kekuatan yang tidak perlu atau tidak proporsional oleh pasukan keamanan selama protes,” kata juru bicara Kantor HAM PBB, Ravina Shamdasani.

    Menanggapi eskalasi ini, kabinet Nepal membentuk komite investigasi dengan mandat 15 hari untuk menyelidiki kekerasan yang terjadi.

  • PM Nepal Mundur Usai Rumahnya Dibakar Demonstran Gen Z

    PM Nepal Mundur Usai Rumahnya Dibakar Demonstran Gen Z

    Jakarta

    Perdana Menteri (PM) Nepal KP Sharma Oli mengundurkan diri pada hari Selasa (9/9) setelah dua hari aksi antikorupsi yang diwarnai kekerasan di Kathmandu, ibu kota Nepal. Aksi demo yang dipimpin oleh para anak muda tersebut menewaskan 19 orang dan melukai lebih dari 100 orang. Oli mengundurkan diri setelah massa demonstran Generasi Z tersebut melakukan pembakaran gedung parlemen dan rumah-rumah para pemimpin, termasuk rumahnya sendiri.

    “PM telah mengundurkan diri,” ujar ajudannya, Prakash Silwal, dilansir kantor berita Reuters, Selasa (9/9/2025). Rekaman video menunjukkan Oli meninggalkan ibu kota Nepal, Kathmandu dengan helikopter militer.

    Sebelum mengundurkan diri, Oli memimpin pertemuan seluruh partai politik Nepal, dan mengatakan ‘kekerasan bukanlah kepentingan bangsa’. “Kita harus memastikan dialog damai untuk menemukan solusi atas masalah ini,” ujarnya.

    Pengunduran diri Oli merupakan tuntutan utama para demonstran Gen Z. Namun, pengunduran diri Oli tidak serta merta berarti pemerintahan Nepal telah tumbang. Oli adalah kepala eksekutif di negara Himalaya tersebut, tetapi Presiden Ram Chandra Poudel-lah yang menjadi kepala pemerintahan. Namun, beberapa sumber mengatakan kepada NDTV, bahwa hanya masalah waktu sebelum Poudel juga mundur dan pemerintahan sepenuhnya digulingkan.

    Untuk saat ini, nasib pemerintah Nepal masih belum jelas. Ada laporan bahwa tentara akan turun tangan hingga ketertiban pulih dan pemerintahan baru terbentuk.

    Pengunduran diri Oli dikonfirmasi beberapa jam setelah para pengunjuk rasa menyerbu dan membakar gedung-gedung pemerintah, termasuk Parlemen, kediaman pribadi PM Oli dan Presiden Ram Chandra Poude.

    Rumah-rumah dua mantan perdana menteri, Pushpa Kamal Dahal dan Sher Bahadur Deuba, juga dibakar massa. Rumah mantan menteri dalam negeri, Ramesh Lekhak, yang mengundurkan diri pada hari Senin lalu setelah menerima tanggung jawab moral atas 19 kematian dalam aksi demo, juga dibakar habis. Secara keseluruhan, empat menteri kabinet, termasuk tiga dari partai Kongres Nepal, telah mengundurkan diri di tengah kerusuhan ini.

    Halaman 2 dari 2

    (ita/ita)

  • Unjuk Rasa Maut Renggut 19 Nyawa di Nepal, Menteri Dalam Negeri Mundur

    Unjuk Rasa Maut Renggut 19 Nyawa di Nepal, Menteri Dalam Negeri Mundur

    GELORA.CO – Menteri Dalam Negeri Nepal Ramesh Lekhak menyatakan pengunduran dirinya pada Senin malam waktu setempat usai mengaku bertanggung jawab penuh atas tindakan kekerasan pihak berwajib dalam unjuk rasa, dilaporkan Himalayan Times.

    Menurut pengelola rumah sakit, sekurangnya 17 orang tewas di beberapa rumah sakit di Kathmandu. Dua korban lainnya, yang ditembak dalam unjuk rasa di Itahari, juga dilaporkan tewas setelah dirawat di Sunsari.

    Dengan demikian, jumlah korban tewas akibat unjuk rasa di berbagai kota di Nepal saat ini menyentuh angka 19 jiwa.

    Lekhak mengajukan pengunduran dirinya saat rapat kabinet di Baluwatar, yang dipimpin oleh Perdana Menteri KP Sharma Oli.

    Sekurangnya 347 orang terluka, puluhan di antaranya dalam kondisi kritis, sementara berbagai rumah sakit dilaporkan penuh, menurut Kathmandu Post.

    Otoritas setempat masih belum mengeluarkan pernyataan apapun terkait korban jiwa yang jatuh dalam unjuk rasa.

    Namun, otoritas kemudian menerjunkan personel militer usai kekerasan polisi terhadap pengunjuk rasa. Keputusan tersebut diteken “usai pengunjuk rasa menerobos wilayah terlarang dan merangsek masuk ke kompleks Parlemen Federal”, sehingga memicu pemberlakuan jam malam.

    Otoritas setempat juga memberlakukan jam malam di Kathmandu.

    Dalam demonstrasi yang terjadi, para pengunjuk rasa “Generasi Z” mendobrak barikade polisi dan memanjat pagar kompleks parlemen di Kathmandu.

    Pihak keamanan membalas dengan menembakkan gas air mata dan meriam air untuk membubarkan pengunjuk rasa, yang sebelumnya berjanji akan melangsungkan protes secara damai, demikian dilaporkan media setempat serta yang tampak dari dokumentasi yang beredar secara daring.

    “Saya belum pernah melihat situasi sesulit ini di rumah sakit,” kata Ranjana Nepal, petugas informasi di fasilitas yang menerima banyak korban luka.

    “Gas air mata juga memasuki area rumah sakit, sehingga menyulitkan para dokter untuk bekerja,” ujarnya dari Rumah Sakit Sipil.

    Media Nepal melaporkan polisi menggunakan tembakan langsung terhadap para pengunjuk rasa, sebuah klaim yang tidak dapat segera diverifikasi.

    “Polisi telah menembak tanpa pandang bulu,” ujar seorang pengunjuk rasa kepada kantor berita ANI. “(Mereka) menembakkan peluru yang meleset dari saya, tetapi mengenai seorang teman yang berdiri di belakang saya. Ia terkena di tangan.”

    Protes yang merebak di berbagai kota di Nepal tersebut, antara lain ibu kota Kathmandu, kemudian Pokhara, Butwal, dan Biratnagar, para pengunjuk rasa mengecam korupsi di pemerintahan dan pelarangan media sosial.

    Pekan lalu, Nepal memblokir sejumlah media sosial besar setelah pengelolanya tak kunjung mendaftarkan aplikasi mereka kepada otoritas Nepal.

    Kementerian Komunikasi dan Teknologi Informasi Nepal memberlakukan larangan tersebut setelah memberi waktu selama 7 hari sejak 28 Agustus kepada pengelola media sosial untuk mendaftar.

    Atas keputusan tersebut, berbagai media sosial terdampak pemblokiran di Nepal, antara lain Facebook, Instagram, WhatsApp, YouTube, X (dahulu Twitter), Reddit, dan LinkedIn.

    Pemerintah Nepal menjamin pemblokiran tersebut akan dicabut begitu pengelola sosial media mendaftarkan aplikasinya kepada pemerintah. Kebijakan tersebut dikecam oleh partai oposisi utama di Nepal.

    Situs media sosial seperti Facebook, WhatsApp dan X kembali beroperasi di Nepal pada Senin malam seperti dilaporkan NDTV. Di tengah meningkatnya ketegangan, Menteri Komunikasi, Informasi, dan Penyiaran Nepal Prithvi Subba Gurung mengatakan pemerintah telah memerintahkan instansi terkait untuk memulai proses pembukaan kembali situs media sosial.

    Penyelenggara protes, yang menyebar ke kota-kota lain di negara Himalaya tersebut, menyebutnya “demonstrasi oleh Gen Z”.

    Mereka mengatakan protes tersebut mencerminkan rasa frustrasi yang meluas di kalangan anak muda terhadap pemerintah dan kemarahan atas kebijakannya.

    “Ini adalah protes oleh generasi baru di Nepal,” ujar seorang pengunjuk rasa lainnya kepada ANI. Sekitar 90 persen dari 30 juta penduduk Nepal menggunakan internet.

    “Kami terpicu oleh larangan media sosial, tetapi itu bukan satu-satunya alasan kami berkumpul di sini,” kata mahasiswa Yujan Rajbhandari, 24 tahun. “Kami memprotes korupsi yang telah melembaga di Nepal.”

  • Pengurus-Pengawas Kopdes Merah Putih Tembus 680 Ribu Orang

    Pengurus-Pengawas Kopdes Merah Putih Tembus 680 Ribu Orang

    Jakarta

    Sebanyak 680.098 orang menjadi pengurus dan pengawas Koperasi Desa/Kelurahan (Kopdeskel) Merah Putih. Dari total tersebut, Menteri Koperasi (Menkop) Budi Arie Setiadi menyebut sekitar 5% yang mempunyai gelar Strata-I (S1) ke atas.

    “Ini tantangan, saya nggak bilang hambatan bahwa dari konsolidasi data pengurus dan pengawas KDKMP yang jumlahnya 680 ribu orang, hanya 5% yang sarjana, sisanya SMA ke bawah,” kata Budi Arie dalam Rapat Kerja bersama Komisi VI DPR RI, Senin (8/9/2025).

    Ia membeberkan pengurus Kopdeskel Merah Putih sebanyak 420.377 orang dan pengawas 259.721 orang. Dari total tersebut, yang menyandang gelar S1 ke atas hanya 30.832 orang dan 649.266 orang lulusan SMA ke bawah.

    Budi Arie menilai kondisi tersebut terjadi lantaran masyarakat desa yang mempunyai gelar sarjana lebih memilih bekerja di kota dibandingkan di desa.

    “Bagaimanapun ini anak bangsa kita yang harus dilatih, diperkuat untuk menggerakan ekonomi desa. Karena saya begitu dapatnya angka 5% S1 pengurus KDKMP, S1-nya sudah ke kota semua, ini yang ada di desa,” jelasnya.

    Dari sisi umur, Budi Arie menyebut banyak generasi milenial dengan rentang umur sekitar 29-44 tahun sebanyak 260.514 orang, generasi X yang berusia 45-49 tahun sebanyak 213.952 orang, dan generasi Z di usia 18-28 tahun sebanyak 136.348 orang. Melihat ini, Budi menyebut ada harapan karena banyak usia-usia produktif yang terlibat di program Kopdeskel Merah Putih.

    “Kelompok usia, total kan 640 ribu orang, di mana pengurus 5 pengawas 3 per koperasi. 200 sekian ribu itu adalah usia 29-44 tahun dan gen X 45-59 tahun 213 ribu. Jadi emang ada harapan karena dari sisi pengurus dan pengawas ini usia-usia produktif ini masih ada daya tarung dan daya juang, masih bisa dilatih,” terangnya.

    Pada saat yang sama, Budi Arie menerangkan saat ini Kementerian Koperasi (Kemenkop) berfokus untuk memberikan pelatihan dan pendampingan agar Kopdeskel Merah Putih bisa segera beroperasi. Pada 2026, operasionalisasi Kopdeskel Merah Putih akan terus dioptimalkan dan berkelanjutan, dengan memastikan bahwa seluruh penyaluran barang-barang subsidi pemerintah kepada masyarakat melalui Kopdeskel Merah Putih.

    Tonton juga video “Koperasi Desa Merah Putih, Solusi Transformasi Ekonomi Desa” di sini:

    (acd/acd)

  • Awas Kaget, Setelah 2 Tahun Harga Mobil Listrik Turun Segini!

    Awas Kaget, Setelah 2 Tahun Harga Mobil Listrik Turun Segini!

    Jakarta

    Harga jual kembali mobil listrik turun drastis sekalipun baru dua tahun. Bahkan penurunannya cukup tajam.

    Harga mobil listrik bekas anjlok. Ini menjadi salah satu sorotan bagi mereka yang mau membeli mobil dan mempertimbangkan harga jual kembali sebagai faktor utama. Bukan rahasia lagi, harga jual kembali masih menjadi faktor krusial bagi orang RI sebelum membeli mobil. Penurunan harga mobil listrik bekas itu cukup drastis. Bahkan baru dua tahun pemakaian, penurunannya bisa mencapai 70 persen.

    “Untuk BEV (Battery Electric Vehicle), resale value sering kali lebih rendah, rata-rata nilainya tinggal 50-70 persen setelah dua tahun,” ungkap Pengamat Otomotif sekaligus Akademisi Institut Teknologi Bandung Yannes Pasaribu saat dihubungi detikOto belum lama ini.

    Dijelaskan Yannes, depresiasi harga mobil listrik bekas itu bukan tanpa alasan. Kekhawatiran akan penurunan fungsi baterai menjadi salah satu faktor utamanya. Tak cuma itu, infrastruktur pengecasan yang masih terbatas juga dinilai jadi faktor lainnya.

    “Dan ketidakpastian teknologi akibat teknologi baterai yang begitu cepat berubah–daya simpan makin besar yang artinya daya jangkau makin jauh, tetapi harga baterai semakin murah,” lanjut Yannes.

    Meski begitu, tidak semua orang Indonesia menyorot soal harga bekas mobil listrik yang anjlok. Menurut Yannes, ada juga kalangan yang tak menjadikan resale value mobil listrik itu jadi pertimbangan. Mereka adalah generasi milenial dan juga generasi Z (gen Z).

    “Generasi muda lebih menekankan keberlanjutan lingkungan, teknologi, dan biaya operasional rendah. Situasi minat Gen Z terhadap kendaraan listrik meski resale value-nya rendah memperlihatkan pergeseran paradigma ini,” ujar Yannes.

    Situasi ini berbeda dengan generasi baby boomers dan generasi X yang menjadikan harga jual kembali faktor utama sebelum membeli mobil. Sebab, mereka menganggap bahwa pembelian kendaraan adalah aset finansial jangka panjang untuk stabilitas ekonomi keluarganya.

    (dry/rgr)

  • Ternyata Konsumen Kayak Gini yang Beli Mobil Baru Masih Mikirin Harga Bekasnya

    Ternyata Konsumen Kayak Gini yang Beli Mobil Baru Masih Mikirin Harga Bekasnya

    Jakarta

    Masih ada sebagian konsumen Indonesia yang memikirkan harga jual kembali. Berikut ini profil konsumennya.

    Harga jual kembali masih jadi pertimbangan utama bagi sebagian orang Indonesia saat hendak membeli mobil. Bukan tanpa alasan, bagi banyak orang mobil termasuk salah satu investasi. Makanya, saat dijual kembali setidaknya harganya tidak anjlok tajam.

    Pengamat otomotif sekaligus akademisi dari Institut Teknologi Bandung Yannes Pasaribu mengungkap mereka yang mempertimbangkan harga jual kembali saat membeli mobil umumnya berusia 40 tahun ke atas. Kata Yannes, konsumen tersebut termasuk generasi baby boomers dan juga gen X.

    “Merekalah yang sering kali melihat pembelian kendaraan sebagai aset finansial jangka panjang untuk menjaga stabilitas ekonomi keluarganya,” urai Yannes saat dihubungi detikOto belum lama ini.

    Hal ini juga yang mempengaruhi harga jual kembali mobil-mobil bermesin konvensional masih cukup tinggi di pasaran. Berbeda halnya dengan harga jual kembali mobil listrik bekas yang terjun bebas. Sebab, kebanyakan mereka yang membeli mobil listrik justru tak memikirkan harga jual kembali. Nah konsumen tersebut berasal dari generasi milenial dan gen Z.

    “Gen Y (millennials) dan Gen Z (usia di bawah 40 tahun) mulai mengesampingkannya relatif, dengan hanya 40-50 persen yang menjadikannya prioritas, lebih memilih BEV untuk manfaat lingkungan dan fitur teknologi seperti sistem ADAS yang membuat mengemudi semakin menjadi pengalaman yang menyenangkan, meskipun masih dipengaruhi oleh subsidi pemerintah yang mengurangi beban awal dan meningkatkan daya saing resale di masa depan,” ujar Yannes.

    Kendati demikian, Yannes menyebut harga jual kembali masih akan jadi pertimbangan seseorang sebelum membeli mobil, sekalipun generasi milenilal dan generasi Z ini tak terlalu memikirkannya.

    “Untuk kendaraan ICE, resale value tetap tinggi dan stabil hingga 70-80 persen setelah tiga tahun penggunaan, didukung oleh pasar sekunder yang kuat dan merek-merek Jepang yang mapan seperti Daihatsu, Suzuki, Toyota atau Honda,” tutup Yannes.

    (dry/rgr)

  • Politisi Muda Surabaya Ais Shafiyah Asfar Raih Gelar Doktor dari UNAIR di Usia 24 Tahun

    Politisi Muda Surabaya Ais Shafiyah Asfar Raih Gelar Doktor dari UNAIR di Usia 24 Tahun

    Surabaya (beritajatim.com) – Politisi muda yang juga anggota DPRD Surabaya, Ais Shafiyah Asfar, B.Sc., M.A., resmi meraih gelar Doktor Ilmu Politik di Universitas Airlangga (UNAIR) dengan predikat Summa Cumlaude dan IPK sempurna (4.0) di usia 24 tahun 7 bulan.

    Sidang promosi doktor berlangsung khidmat di Gedung A, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik (FISIP) UNAIR. Dalam forum akademik itu, Ais berhasil mempertahankan disertasinya berjudul “Studi tentang Model Penggunaan Media Sosial, Pengetahuan Politik, Efikasi Politik, Preferensi Kandidat, dan Aktivasi Politik Generasi Z Pada Pemilu Presiden 2024.”

    Penelitian tersebut mengupas bagaimana media sosial menjadi episentrum baru bagi generasi Z dalam membangun pengetahuan politik. Ais menegaskan bahwa pola komunikasi digital telah memengaruhi kepercayaan diri mereka untuk berpartisipasi hingga menentukan pilihan politik.

    Predikat Summa Cumlaude diberikan sebagai pengakuan atas kualitas disertasi yang dinilai istimewa. Dewan penguji menegaskan riset Ais unggul secara metodologis sekaligus memberikan kontribusi teoritis yang tinggi.

    “Alhamdulillah, semua ini adalah buah dari kerja keras, disiplin, dan doa yang tak henti-hentinya. Gelar ini saya persembahkan untuk keluarga, para dosen pembimbing, dan seluruh anak muda Indonesia yang terus berjuang,” ujar Dr. Ais Shafiyah Asfar usai sidang, Senin (1/9/2025).

    Ais menambahkan bahwa risetnya diharapkan tidak berhenti di ruang akademik. Dia mendorong agar temuannya dapat menjadi rujukan bagi pembuat kebijakan untuk lebih dekat dengan generasi muda.

    “Saya berharap, penelitian ini bisa menjadi panduan para pemangku kebijakan untuk lebih memahami generasi kami. Demokrasi akan lebih sehat bila anak muda dilibatkan secara nyata dalam proses politik,” katanya.

    Pencapaian ini menempatkan Ais sebagai representasi politisi sekaligus intelektual muda dengan fondasi akademik yang kokoh. Dia menegaskan komitmennya untuk terus menyeimbangkan kiprah politik praktis dengan kontribusi keilmuan.

    “Politik bukan hanya soal kekuasaan, tapi juga tentang ilmu dan tanggung jawab moral. Saya ingin membuktikan bahwa anak muda bisa memberi warna baru dengan idealisme dan basis pengetahuan yang kuat,” tegasnya. [asg/ian]

  • Menaker ajak generasi muda siapkan kompetensi masa depan

    Menaker ajak generasi muda siapkan kompetensi masa depan

    Jakarta (ANTARA) – Menteri Ketenagakerjaan (Menaker) Yassierli mengajak generasi muda khususnya generasi Z untuk mempersiapkan diri dengan keterampilan yang relevan guna menghadapi tantangan dunia kerja di masa depan yang penuh ketidakpastian.

    Menaker dalam keterangannya di Jakarta, Kamis, mengatakan terdapat tiga faktor global yang akan menggeser lanskap dunia kerja, yakni akal imitasi dan disrupsi digitalisasi (AI & digitalisation disruption), transisi energi hijau dan keberlanjutan (green transition and sustainability), serta demografi dan pergeseran ekonomi (demographic & care economy shift).

    “Dari perubahan lanskap tersebut, diperkirakan 170 juta pekerjaan baru akan tercipta pada tahun 2030. Namun, di sisi lain 92 juta pekerjaan akan hilang atau tergantikan, serta 59 persen angkatan kerja perlu melakukan reskilling dan upskilling,” ujar Menaker.

    Lebih lanjut, Yassierli menjelaskan bahwa transformasi global itu juga akan melahirkan berbagai jenis pekerjaan baru di sejumlah sektor.

    Pada ekonomi kreatif, misalnya, muncul profesi seperti content creator, live seller, affiliate marketing, dan digital marketing specialist.

    Lebih jauh, pada ekonomi digital berbasis AI, dibutuhkan tenaga kerja sebagai AI specialist, prompt engineer, cybersecurity analyst, data scientist/big data specialist, hingga IoT specialist.

    Di sektor advanced manufacturing, Menaker mengatakan pekerjaan yang berkembang antara lain battery module/pack assembly technician, industrial IoT (IoT) technician, smart factory maintenance technician, hingga additive manufacturing operator.

    Sementara itu, green, circular, and sustainable economy (ekonomi hijau, sirkular dan berkelanjutan) membuka peluang karier sebagai renewable energy engineer, EV specialist (charging & maintenance), circular designer, sustainability analyst/ESG compliance officer, hingga solar/wind technician.

    Adapun sektor care and centered economy juga diproyeksikan tumbuh pesat dengan kebutuhan profesi seperti tenaga telehealth, personal care, konselor, wellness coach, hingga mentor atau coach.

    Yassierli pun menegaskan bahwa Kemnaker memiliki modalitas pelatihan vokasi untuk menghadapi perubahan tersebut. Modalitas ini meliputi standar kompetensi, kelembagaan berupa Balai Latihan Kerja (BLK), serta Sumber Daya Manusia (SDM) berupa instruktur, asesor, dan mentor.

    “Ini adalah modalitas yang kami miliki, dan saat ini kementerian berupaya agar modalitas ini dapat dioptimalkan oleh generasi muda, khususnya generasi Z dan milenial,” ujarnya.

    Pewarta: Arnidhya Nur Zhafira
    Editor: Zaenal Abidin
    Copyright © ANTARA 2025

    Dilarang keras mengambil konten, melakukan crawling atau pengindeksan otomatis untuk AI di situs web ini tanpa izin tertulis dari Kantor Berita ANTARA.