Topik: Gempa

  • Kenapa Gempa Besar di Rusia Tidak Picu Tsunami Dahsyat?

    Kenapa Gempa Besar di Rusia Tidak Picu Tsunami Dahsyat?

    Jakarta

    Ketika gempa bumi dengan magnitudo 8,7 mengguncang perairan Semenanjung Kamchatka di Rusia, sekitar pukul 11.25 waktu setempat pada Rabu (30/07), jutaan penduduk pesisir di seluruh kawasan Samudra Pasifik dilanda kerisauan tsunami dahsyat akan menerjang.

    Kekhawatiran itu bukan tanpa alasan. Ingatan kolektif gempa besar yang memicu tsunami dahsyat di Aceh pada 26 Desember 2004 serta di Jepang pada 11 Maret 2011 begitu membekas.

    Namun, tsunami yang terjadi akibat gempa di Rusia tidak terlalu parah, meskipun menimbulkan beberapa kerusakan.

    Lalu, mengapa tsunami tersebut tidak seburuk seperti yang dikhawatirkan sebelumnya?

    Apa yang menyebabkan gempa bumi besar?

    Lapisan atas Bumi terbagi menjadi beberapa bagianatau disebut lempeng tektonik. Semua lempeng ini bergerak secara independen dan berinteraksi satu sama lain.

    “Cincin Api Pasifik”tempat Semenanjung Kamchatka beradaadalah lokasi lempeng-lempeng tektonik bertabrakan dan saling menimpa sehingga menyebabkan gempa bumi dan letusan gunung berapi.

    Bahkan, sebanyak 80% gempa bumi di dunia terjadi di sepanjang cincin tersebut, menurut British Geological Survey.

    Di sana, lempeng tektonik Pasifik bersentuhan dengan lempeng lain yang lebih kecilyang disebut lempeng mikro Okhotsk.

    Lempeng Pasifik merupakan lempeng samudra. Artinya, lempeng ini terdiri dari bebatuan yang padat dan ingin tenggelam di bawah lempeng mikro yang tidak terlalu padat.

    Saat lempeng Pasifik tenggelam ke arah pusat Bumi, lempeng tersebut memanas dan mulai meleleh sampai menghilang.

    Namun, proses ini tidak selalu mulus. Seringkali lempeng bisa tersangkut saat bergerak melewati satu sama lain. Lempeng yang berada di atas bisa juga terseret ke bawah.

    BBC

    Gesekan ini dapat berlangsung selama ribuan tahun, tetapi kemudian dapat tiba-tiba dilepaskan hanya dalam beberapa menit.

    Proses ini dikenal sebagai gempa bumi megathrust.

    “Ketika kita berpikir tentang gempa bumi, kita biasanya membayangkan pusat gempa sebagai sebuah titik kecil di peta. Namun, untuk gempa bumi yang begitu besar, patahannya akan pecah dalam jarak ratusan kilometer,” jelas Dr Stephen Hicks, dosen seismologi lingkungan di University College London.

    “Jumlah selip dan luas area patahan inilah yang menghasilkan gempa bumi dengan magnitudo tinggi,” tambahnya.

    Gempa bumi terbesar dan tercatat dalam sejarah, yang mencakup gempa di Chile, Alaska, dan Sumatra, semuanya merupakan gempa bumi megathrust.

    BBC

    Semenanjung Kamchatka rentan mengalami gempa besar.

    Faktanya, gempa berkekuatan 9,0 SR pada 1952 terjadi kurang dari 30 km dari gempa pada 30 Juli, demikian ungkap Lembaga Survei Geologi AS.

    Mengapa gempa 30 Juli tidak menimbulkan tsunami dahsyat?

    Pergerakan lempeng tektonik secara tiba-tiba dapat memindahkan air laut di atas lempeng. Air laut tersebut kemudian dapat bergerak ke garis pantai. Inilah yang disebut sebagai tsunami.

    Di lautan dalam, tsunami dapat bergerak dengan kecepatan lebih dari 800 km/jam, hampir sama dengan kecepatan pesawat penumpang.

    Di lautan dalam, jarak antar ombak sangat panjang dan ombaknya tidak terlalu tinggijarang yang tercatat lebih dari satu meter.

    Namun, ketika tsunami memasuki perairan dangkal di dekat daratan, kecepatannya melambat sekitar 32-48 km/jam.

    Jarak antara ombak kemudian memendek dan ombak bertambah tinggi sehingga dapat menciptakan tembok air di dekat pantai.

    Meski demikian, tidak ada jaminan bahwa gempa bumi yang sangat kuat akan menyebabkan tsunami sangat tinggi yang menjangkau jauh ke daratan.

    Gempa di Semenanjung Kamchatka pada 30 Juli memicu gelombang tsunami setinggi empat meter di beberapa bagian Rusia timur, menurut pihak berwenang Rusia.

    Namun, ombak tersebut tidak setinggi ombak di Aceh pada 2004 dan di Jepang pada 2011 yang mencapai puluhan meter.

    “Ketinggian gelombang tsunami juga dipengaruhi oleh bentuk dasar laut di dekat pantai dan [bentuk] daratan tempat gelombang tsunami tiba,” kata Prof Lisa McNeill, profesor bidang tektonik di University of Southampton.

    “Faktor-faktor ini, ditambah faktor kepadatan penduduk di pesisir pantai, mempengaruhi seberapa serius dampak yang ditimbulkan,” tambahnya.

    Philip FONG/AFP/Getty ImagesLebih dari 1,9 juta penduduk Jepang diperintahkan mengungsi ke tempat lebih tinggi setelah gempa terjadi.

    Laporan awal dari Lembaga Survei Geologi AS menyebutkan gempa berpusat pada kedalaman yang cukup sempit, sekitar 20,7 km di bawah permukaan bumi.

    Hal ini dapat menyebabkan pergeseran dasar laut yang lebih besar dan gelombang tsunami yang lebih besar. Namun, sulit untuk mengetahui dengan pasti begitu cepat setelah kejadian.

    “Salah satu kemungkinannya adalah bahwa permodelan tsunami [yang dibuat lembaga survei dan badan geofisika] mengambil perkiraan kedalaman gempa yang konservatif,” kata Dr Hicks kepada BBC News.

    Jika permodelan dibuat dengan menggeser gempa bumi 20 kilometer lebih dalam, sambungnya, kedahsyatan gelombang tsunami bisa berkurang secara signifikan.

    Sistem peringatan dini yang lebih baik

    Aspek penting lainnya adalah pengembangan sistem peringatan dini.

    Karena banyaknya kejadian gempa bumi di wilayah Pasifik, banyak negara memiliki pusat tsunami. Lembaga-lembaga tersebut mengirimkan peringatan agar penduduk mengungsi.

    Tidak ada sistem seperti itu ketika tsunami 2004 terjadi sehingga banyak orang tidak punya waktu yag cukup untuk mengungsi.

    Lebih dari 230.000 orang meninggal dunia di 14 negara di Samudra Hindia, termasuk di Aceh, Indonesia.

    Sistem peringatan dini sangat penting karena keterbatasan kemampuan para ilmuwan untuk memprediksi kapan gempa bumi akan terjadi.

    Lembaga Survei Geologi AS mencatat gempa berkekuatan 7,4 SR di wilayah yang sama 10 hari sebelumnya.

    Mungkin itu gempa awal, tapi itu bukan alat prediksi gempa bumi di masa depan, jelas Prof McNeill.

    “Meskipun kita dapat menggunakan GPS untuk mengetahui seberapa cepat lempeng bergerak, pergerakan lempeng saat ini, dan kapan gempa bumi sebelumnya terjadi, kita hanya dapat menggunakan informasi tersebut untuk membuat prakiraan kemungkinan terjadinya gempa bumi,” katanya.

    Lembaga Survei Geofisika di Akademi Ilmu Pengetahuan Rusia (GS RAS) akan terus memantau wilayah Kamchatka guna mengantisipasi gempa susulan yang mungkin akan terus berlanjut hingga satu bulan ke depan.

    (ita/ita)

  • Tsunami Pascagempa M8,7 Kamchatka Tidak Timbulkan Korban Jiwa di Indonesia

    Tsunami Pascagempa M8,7 Kamchatka Tidak Timbulkan Korban Jiwa di Indonesia

    JAKARTA – Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) menyatakan peringatan dini tsunami akibat gempa bumi bermagnitudo 8,7 yang terjadi di pesisir timur Kamchatka, Rusia, pada Rabu 30 Juli, telah berakhir pada pukul 22.42 WIB.

    Berdasarkan laporan Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB), kejadian tersebut tidak menimbulkan korban jiwa maupun luka-luka di wilayah Indonesia, meskipun gelombang tsunami minor terdeteksi di sembilan titik pesisir.

    Kondisi ini menegaskan bahwa sistem peringatan dini dan respons cepat masyarakat mampu mengurangi risiko jatuhnya korban.

    Sejumlah wilayah terdampak meliputi dua titik di Jayapura dan Papua Barat serta masing-masing satu titik di Halmahera Tengah, Papua, Sulawesi Utara, Maluku Utara, dan Gorontalo. Sebagai tindakan preventif, sekitar 100 orang sempat mengungsi ke Pangkalan TNI Angkatan Laut di Gorontalo.

    Di titik lain, masyarakat melakukan evakuasi mandiri ke lokasi yang lebih aman tanpa insiden berarti.

    “Tidak adanya korban jiwa menjadi kabar baik, namun ini juga menjadi pengingat agar kewaspadaan tetap dijaga,” ujar Abdul Muhari, Kepala Pusat Data, Informasi dan Komunikasi Kebencanaan BNPB. Ia menambahkan, keberhasilan kali ini tidak boleh membuat lengah, karena ancaman serupa dapat terjadi kapan saja.

    BNPB mengimbau pemerintah daerah untuk terus meninjau kesiapan jalur evakuasi, fasilitas pengungsian, dan sistem peringatan dini, guna memastikan perlindungan maksimal bagi masyarakat saat terjadi bencana.

    Latihan kesiapsiagaan dan edukasi publik juga penting dilakukan untuk mempertahankan ketahanan masyarakat terhadap ancaman gempa dan tsunami.

  • Dokter Rusia Ceritakan Momen Menegangkan Tetap Lanjut Operasi di Tengah Gempa

    Dokter Rusia Ceritakan Momen Menegangkan Tetap Lanjut Operasi di Tengah Gempa

    Jakarta

    Ketika gempa berkekuatan 8,8 skala Richter melanda lepas pantai Pasifik Rusia pada Rabu (30/7/2025) pagi, para dokter di Kamchatka tengah melakukan operasi perut terbuka pada seorang pasien.

    Kejadian ini viral di sebuah video dari ruang operasi yang beredar di media sosial. Terlihat tim medis menjaga pasien tetap stabil di atas meja operasi, sementara ruangan bergetar hebat.

    Meski dalam kondisi genting, tim dokter tetap menyelesaikan operasi dan pasien dalam kondisi stabil. Pejabat setempat bahkan akan memberikan para staf medis penghargaan negara.

    Namun, kepala unit bedah menegaskan bahwa ia dan timnya hanya melakukan tugasnya.

    Rekaman dari Pusat Onkologi Regional Kamchatka menunjukkan momen terjadinya gempa. Video yang dibagikan di Telegram oleh Menteri Kesehatan Kamchatka, Oleg Melnikov, memperlihatkan para dokter dan perawat yang bersiap menghadapi getaran.

    Saat peralatan medis bergerak hebat, para staf menahan pasien di meja operasi. Seorang petugas terlihat menstabilkan monitor, semenatra seorang perawat mencengkram nampan berisi alat-alat bedah.

    Pada satu titik, suara dentingan keras wadah logam yang jatuh ke lantai terdengar dalam rekaman tersebut.

    Melnikov menyebut para petugas sebagai ‘pahlawan berjas putih’.

    “Meskipun berbahaya, para dokter tetap tenang dan mendampingi pasien sampai akhir. Pasien sekarang dalam kondisi baik,” tuturnya.

    Dalam sebuah wawancara, kepala unit bedah kedua rumah sakit tersebut, Yana Gvozdeva, mengatakan bahwa menghentikan operasi bukanlah pilihan. Prosedur yang sedang dijalani adalah laparotomi, operasi perut terbuka.

    Gvozdeva menegaskan bahwa membiarkan pasien sadar kembali di tengah operasi bisa menjadi bencana besar.

    “Kami fokus memastikan meja operasi tidak miring dan pasien tidak terlepas dari tangan kami,” terang Gvozdeva yang dikutip dari laman Meduza.

    “Itu mengerikan. Jika pasien jatuh, amit-amit, konsekuensinya akan sangat besar. Dia sekarang berada di ICU, tetapi kondisinya stabil. Semuanya baik-baik saja,” tambahnya.

    Gvozdeva mengungkapkan itu adalah gempa bumi terkuat yang pernah dialaminya. Gempa itu berlangsung setidaknya lima atau enam menit, tanpa henti.

    “Getaran datang bergelombang, ada yang lebih kuat, ada yang lebih lemah, dan kami tidak tahu apa yang akan terjadi selanjutnya,” kenangnya.

    “Tidak ada guncangan apapun, bumi, instrumen, atau peralatan kami yang dapat menghentikan kami. Kami hanya terus melakukan pekerjaan kami,” tegasnya.

    Halaman 2 dari 2

    (sao/kna)

  • Top 3 Tekno: Video Detik-Detik Gempa Rusia Tuai Perhatian – Page 3

    Top 3 Tekno: Video Detik-Detik Gempa Rusia Tuai Perhatian – Page 3

    TikTok, platform media sosial (medsos) milik ByteDance mengakui terus memperluas basis kreator konten mereka di berbagai negara, khususnya di Asia Tenggara dan Indonesia.

    Hal ini diungkap langsung oleh Angga Anugrah Putra, General Manager Content Operations, Southeast Asia, TikTok, saat dijumpai dalam acara TikTok SEA Growth Summit 2025 di Jakarta, Rabu (30/7/2025).

    “Kreator itu lahir setiap hari, di mana awalnya hanya sebatas user biasa tadinya hanya nonton, tiba-tiba mulai bikin konten,” ucap Angga. Proses konversi ini terjadi secara alami, seiring banyaknya pengguna akhirnya beralih menjadi kreator TikTok.

    Berkaca dari semakin tinggi dan pesatnya pertumbuhan ini, platform berbagi video pendek asal China ini menjalankan tiga strategi utama:

    1. Ada Tim Lokal untuk Tangkap Tren Daerah

    Angga menegaskan, insight lokal dalam proses perekrutan dan pembinaan kreator sangat penting. “Kami punya tim lokal di setiap market. Jadi ada local insight sangat penting untuk menangkap tren,” jelasnya.

    Karenanya, perusahaan bisa langsung merespons tren dengan cepat dan tepat sasaran di setiap negara, termasuk Indonesia.

    Baca selengkapnya di sini 

     

  • 5 Pernyataan BMKG Terkait Gempa Rusia, Sempat Berpotensi Tsunami di Indonesia hingga Peringatan Dini Berakhir – Page 3

    5 Pernyataan BMKG Terkait Gempa Rusia, Sempat Berpotensi Tsunami di Indonesia hingga Peringatan Dini Berakhir – Page 3

    Gempa bumi dengan magnitudo 8,7 yang mengguncang pesisir timur Kamchatka, Rusia berpotensi memicu tsunami di wilayah Indonesia.

    Direktur Gempabumi dan Tsunami Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) Daryono mengatakan, tsunami itu berpotensi melanda 10 wilayah Indonesia.

    Wilayah itu adalah Talaut, Kota Gorontalo, Halmahera Utara, Manokwari, Rajaampat, Biaknumfor, Supiori, Sorong bagian Utara, Jayapura, dan Sarmi.

    “Oleh karena itu, kepada masyarakat pesisir di wilayah tersebut untuk tetap tenang dan menjauhi pantai,” ujar Daryono kepada Liputan6.com, Rabu 30 Juli 2025.

    Daryono melanjutkan, hingga saat ini, belum ada laporan kerusakan bangunan sebagai dampak gempa bumi tersebut di wilayah Indonesia.

    Hasil analisis BMKG, gempa tersebut berpotensi menimbulkan tsunami di wilayah Indonesia dengan status Waspada (ketinggian tsunami kurang dari 0.5m), di wilayah :

    1. Talaud (ETA 14:52:24 WITA)

    2. Kota Gorontalo (ETA 16:39:54 WITA)

    3. Halmahera Utara (ETA 16:04:24 WIT)

    4. Manokwari (ETA 16:08:54 WIT)

    5. Rajaampat (ETA 16:18:54 WIT)

    6. Biaknumfor (ETA 16:21:54 WIT)

    7. Supiori (ETA 16:21:54 WIT)

    8. Sorong bagian Utara (ETA 16:24:54 WIT)

    9. Jayapura (ETA 16:30:24 WIT)

    10. Sarmi (ETA 16:30:24 WIT).

    Daryono menjelaskan, berdasarkan lokasi episenter dan kedalaman hiposenternya, gempabumi ini merupakan jenis dangkal akibat aktivitas subduksi lempeng pada Palung Kurile-Kamchatka ( Kurile-Kamchatka Trench ). Gempabumi ini memiliki mekanisme naik (thrust fault).

    Hasil analisis parameter update menunjukkan gempabumi ini memiliki magnitudo M8,7 dari sebelumnya 8,0. Episenter gempabumi terletak pada koordinat 52,51° LU; 160,26° BT pada kedalaman 18 km.

    “Berdasarkan laporan PTWC gempabumi ini berpotensi tsunami di wilayah Rusia, Jepang, Alaska, Filipina, Hawaii, dan Guam,” jelas Daryono.

    Hingga pukul 08.30 WIB, kata Daryono, berdasarkan hasil monitoring menunjukkan adanya tujuh aktivitas gempabumi susulan (aftershock), dengan magnitudo terbesar M6.9 dan magnitudo terkecil M5.4.

    Selain itu, gempa bumi magnitudo 8,7 mengguncang Kamchatka, wilayah pesisir timur Rusia. Direktur Gempabumi dan Tsunami BMKG, Daryono, mengatakan sampai pukul 16.30 Wib, tercatat 43 gempa susulan di kawasan tersebut.

    “Hingga pukul 16.30 WIB, berdasarkan hasil monitoring menunjukkan adanya 43 aktivitas gempabumi susulan (aftershock), dengan magnitudo terbesar M6.9 dan magnitudo terkecil M4.7,” kata Daryono.

     

  • Viral Dokter Rusia Tetap Lanjut Operasi di Tengah Guncangan Gempa

    Viral Dokter Rusia Tetap Lanjut Operasi di Tengah Guncangan Gempa

    Jakarta

    Sebuah video dramatis menyebar di media sosial saat gempa bumi berkekuatan 8,8 skala Richter mengguncang Rusia. Dalam video tersebut, terlihat para dokter pemberani masih tenang melanjutkan operasi meski dalam kondisi genting.

    Para petugas medis terlihat berpegangan pada brankar untuk mengamankan pasien mereka. Video tersebut dibagikan oleh Kementerian Kesehatan Daerah di Semenanjung Kamchatka, di pesisir Pasifik Rusia.

    Dikutip dari NYPost, salah satu dokter terlihat mencondongkan tubuh ke arah pasien untuk melindungi mereka dari reruntuhan yang berjatuhan.

    Sejauh ini, masih belum jelas prosedur operasi apa yang sedang dilakukan para dokter saat gempa dahsyat itu mengguncang Rusia.

    “Pahlawan berjas putih,” kata Oleg Melnikov, Menteri Kesehatan Daerah di Negara Bagian Kamchatka Krai, saat ia mengunggah video tersebut di media sosial.

    Gubernur Kamchatka, Vladimir Solodov, mengungkapkan keempat anggota tim medis tersebut akan diberikan penghargaan. Ini berkat keberanian dan dedikasinya yang tetap menjalankan tugas sebagai dokter di kondisi yang genting.

    Seperti yang diketahui, Semenanjung Kamchatka dilanda gempa terkuat yang pernah tercatat pada Rabu (30/7/2025). Getaran dari gempa itu terasa hingga ke Hawaii, Chili, dan Jepang.

    “Rasanya seperti dinding bisa runtuh kapan saja. Guncangannya berlangsung terus menerus setidaknya selama tiga menit,” kata Yaroslav, 25 tahun, seorang warga di kota Petropavlovsk-Kamchatsky.

    Gempa yang disebut sebagai gempa terkuat keenam yang pernah tercatat, merusak bangunan dan melukai beberapa orang di wilayah tersebut.

    “Gempa hari ini serius dan terkuat dalam beberapa dekade terakhir,” kata Gubernur Kamchatka, Vladimir Solodov, dalam sebuah video yang diunggah di aplikasi perpesanan Telegram.

    (sao/kna)

  • TNI AL tetap siaga walau peringatan bahaya tsunami telah selesai

    TNI AL tetap siaga walau peringatan bahaya tsunami telah selesai

    Jakarta (ANTARA) – Panglima Koarmada RI, Laksamana Madya TNI Denih Hendrata memastikan TNI AL tetap bersiaga di kawasan pesisir untuk mengevakuasi warga walau peringatan bahaya tsunami sudah selesai.

    “Berdasarkan pembaruan Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) pukul 19.00 WITA, kondisi dinyatakan aman. Namun Koarmada RI tetap mempertahankan kesiapsiagaan hingga kondisi benar-benar dinyatakan kondusif,” kata Denih dalam siaran pers resmi yang diterima ANTARA di Jakarta, Kamis.

    Denih menjelaskan pihaknya melalui Pangkalan TNI AL (lanal) terdekat dari lokasi pesisir rawan tsunami telah membangun beberapa posko evakuasi warga.

    Dia pun mencontohkan posko yang dibangun oleh Lanal Gorontalo di mana 80 warga telah mengungsi di sana sejak kemarin, Rabu (30/7).

    Selain itu, di wilayah Papua Utara, kata Denih, Lantamal X Jayapura dan Lantamal XIV Sorong bersama satuan tugas laut Guskamla Koarmada III juga telah membangun titik evakuasi di beberapa tempat seperti Biak Numfor, Supiori, Sarmi dan Skouw.

    Selanjutnya, Denih juga telah mengerahkan beberapa KRI untuk memantau kondisi laut guna memastikan tidak adanya gelombang tinggi yang datang ke wilayah pesisir.

    “KRI Teluk Wondama, KRI Balongan-908, KRI Matabongsang-873 berada di perairan tenggara Manokwari dilaporkan dalam kondisi aman, tidak terpantau adanya anomali gelombang laut,” kata Denih.

    Hingga pemantauan pukul 22.00 WIT, Rabu (30/7), Denih memastikan kondisi laut dan pesisir dalam keadaan aman.

    “Seluruh wilayah operasi Koarmada II dan Koarmada III, termasuk perairan Halmahera Utara, Raja Ampat, Morotai dan Manokwari dilaporkan aman dan siaga,” kata Denih.

    Walau sudah dalam keadaan aman, Denih memastikan pasukannya akan tetap bersiaga guna mengantisipasi kemungkinan terburuk yakni gempa susulan yang memicu tsunami.

    “Untuk diketahui, gempa gempa bermagnitudo 8,7 skala richter mengguncang Semenanjung Kamchatka, Rusia, Rabu pagi. Gempa tersebut menimbulkan goncangan cukup besar sehingga menghasilkan gelombang laut cukup tinggi.

    Wilayah pesisir di Indonesia pun terancam terkena imbasnya, bahkan berpotensi terkena tsunami. Beberapa lokasi yang telah dinyatakan BMKG berpotensi terdampak yakni Papua, Maluku Utara, Gorontalo, dan sebagian Sulawesi Utara.

    Pewarta: Walda Marison
    Editor: Laode Masrafi
    Copyright © ANTARA 2025

    Dilarang keras mengambil konten, melakukan crawling atau pengindeksan otomatis untuk AI di situs web ini tanpa izin tertulis dari Kantor Berita ANTARA.

  • Chili hingga Kolombia Cabut Peringatan Tsunami Usai Gempa Rusia M 8,7

    Chili hingga Kolombia Cabut Peringatan Tsunami Usai Gempa Rusia M 8,7

    Jakarta

    Badan Tanggap Bencana Chili (Senapred) mencabut peringatan tsunami di beberapa wilayahnya. Namun, sebagian wilayah Chili masih berada di status waspada.

    Dilansir CNN, Kamis (31/7/2025), Senapred membatalkan peringatan tsunami di wilayah Antartika, Pulau Paskah, Pulau San Felix, serta wilayah Aysen dan Magallanes. Wilayah pesisir selain yang disebut itu kini masih berstatus waspada.

    Direktur Senapred, Alicia Cebrián mengatakan tidak ada kerusakan yang dilaporkan di Pulau Paskah hingga saat in. Meski begitu mereka tetap meminta warga tetap waspada.

    “Kami tidak memiliki laporan dampak, baik terhadap manusia maupun tepi pantai, dan kami sudah memantaunya, tetapi sejauh ini, kami tidak memiliki laporan kerusakan pada infrastruktur atau manusia, karena semua orang dievakuasi dengan benar,” kata Alicia Cebrián.

    Hal senada juga dikatakan Mendagri Chili, Álvaro Elizalde. Dia mengatakan bahwa keputusan tentang tempat penampungan sedang dibuat oleh pejabat daerah.

    “Mengenai tempat penampungan, ini adalah keputusan yang dibuat di berbagai daerah sesuai dengan kebutuhan dan dewan daerah, yang merupakan pihak yang menerapkan langkah-langkah ini. Tentu saja, kami sedang mengumpulkan informasi dan dapat memberikan informasi terbaru dari sana setelah kami menyelesaikan pengumpulan informasi,” katanya.

    Selain Chili, Kolombia dan Ekuador juga telah mencabut peringatan tsunami untuk wilayah pesisir mereka. Badan Penanggulangan Bencana Kolombia mengatakan tidak akan ada lagi gelombang yang akan mencapai pesisir Nariño, Cauca, Valle del Cauca, dan Chocó, tetapi mengimbau warga untuk terus mengikuti instruksi pihak berwenang.

    Institut Oseanografi dan Antartika Ekuador juga mengatakan gelombang yang dihasilkan oleh gempa bumi telah berlalu dan tidak lagi menimbulkan ancaman besar bagi negara tersebut. Namun, lembaga tersebut memperingatkan bahwa beberapa wilayah dapat terus mengalami fluktuasi permukaan laut yang kecil.

    (zap/yld)

  • Hormat dan takjub, dokter Rusia terus melanjutkan operasi pasien saat gempa 8,8 SR mengguncang

    Hormat dan takjub, dokter Rusia terus melanjutkan operasi pasien saat gempa 8,8 SR mengguncang

    GELORA.CO – Di tengah kekacauan dan gemuruh bumi yang berguncang hebat, sekelompok dokter di Petropavlovsk-Kamchatsky, Rusia, menjadi simbol panggilan dan keberanian. Pada hari Rabu, 30 Juli, gempa bumi berkekuatan 8,8 skala Richter mengguncang pesisir timur negara itu.

    Namun, di ruang operasi, meski bangunan berderit dan lingkungan sekitar berguncang tanpa ampun, tim medis tidak berhenti bekerja: mereka terus melanjutkan operasi, dengan fokus menyelamatkan nyawa, seolah-olah dunia tidak akan runtuh di sekeliling mereka.

    Video yang dibagikan oleh @cnnee ini telah menyentuh hati ribuan orang di media sosial, dan dengan cepat menjadi simbol profesionalisme dan keberanian yang dibutuhkan oleh dunia kedokteran dalam bentuknya yang paling murni. Para ahli bedah, perawat, dan asisten tetap tenang, tidak membiarkan rasa takut memengaruhi ketepatan gerakan mereka.

    Gambar-gambar menunjukkan meja operasi bergoyang sedikit, tetapi tidak ada jeritan, tidak ada lari, hanya konsentrasi penuh dan komitmen yang tak tergoyahkan.

    Médicos en Kamchatka, Rusia, siguieron una cirugía durante un terremoto de magnitud 8.8. El paciente fue estabilizado y ya está fuera de peligro. Heroísmo en medio del caos.

    Para leer la noticia completa, visita https://t.co/qPMub7aLUs 🌐 pic.twitter.com/dhabSejgQV

    — Altanto.com.do (@altantocomdo) July 31, 2025

    “Semoga Tuhan memberkati pekerjaan para dokter dan perawat atas panggilan, pengetahuan, dan karunia pelayanan mereka,” komentar pengguna @isauraleones. Pesan lain, dari @ygl90210, menyatakan: “Mengagumkan. Semoga Tuhan senantiasa melindungi mereka.”

    Reaksi di media sosial beragam: rasa hormat, takjub, dan syukur. @macacifu menekankan bahwa adegan ini adalah “sebuah panggilan dalam segala kemegahannya,” sementara @dimaco09 menekankan: “Mengagumkan!!! Tetaplah tenang di saat-saat seperti ini.”

    “Operasi tetap dilanjutkan karena jika dihentikan, nyawa pasien bisa melayang. Di tengah ketidakpastian, komitmen tim lebih kuat daripada gempa bumi itu sendiri,” begitulah pendapat yang tersebar luas di antara ribuan pengguna internet. (*)

  • Tanah Bergerak seperti Ombak, ‘Tuhan Tolong Saya’

    Tanah Bergerak seperti Ombak, ‘Tuhan Tolong Saya’

    GELORA.CO –  Warga yang tinggal di Kamchatka, Rusia dan wilayah lain dilanda kepanikan setelah gempa dahsyat berkekuatan M 8,7 terjadi pada Rabu (30/7/2025) pukul 11.25 waktu setempat.

    Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) melaporkan bahwa gempa terjadi pada kedalaman 18 kilometer dan memicu peringatan tsunami di Rusia, Jepang, Alaska, Filipina, Hawaii, Guam, hingga Indonesia.

    Berdasarkan lokasi episenter dan kedalaman hiposenternya, gempa Rusia merupakan jenis gempa dangkal.

    Gempa terjadi akibat aktivitas subduksi lempeng pada Palung Kurile-Kamchatka (Kurile-Kamchatka Trench) dengan mekanisme naik (thrust fault).

    Tanah bergerak seperti ombak

    Vasily Berezhnoy, salah satu warga Kamchatka, mengatakan bahwa ia sudah pernah mengalami beberapa peristiwa gempa dan letusan gunung api sepanjang hidupnya.

    Namun, ia tidak pernah merasakan guncangan yang begitu hebat seperti yang terjadi saat Kamchatka dilanda gempa M 8,7.

    “Orang-orang berhamburan di jalanan, ada yang pakai sandal, ada yang pakai jubah mandi, ada yang menggendong anak-anak mereka. Ada yang histeris,” ujarnya dikutip dari BBC, Rabu (30/7/2025).

    “Ketika tanah di bawah kaki bergerak seperti ombak, melihat pipa-pipa dan menara bergoyang, tentu saja itu mengerikan. Kita takkan pernah terbiasa dengan itu,” tambahnya.

    Kemacetan terjadi di mana-mana

    Sofia, salah satu warga yang tinggal di sekitar kawasan gempa, juga menceritakan bahwa gempa Rusia M 8,7 terjadi saat ia dan orangtuanya berada di dalam rumah.

    Menurutnya, situasi langsung berubah kacau. Perabotan rumah mulai berjatuhan, sementara tetangga di sekitar tampak panik dan berteriak ketakutan.

    Ia juga mengatakan, orang-orang masih ada yang mengemudikan kendaraan saat gempa terjadi.

    Kondisi tersebut membuat situasi jalan semakin kacau sehingga terjadi kemacetan lalu lintas di mana-mana dan kecelakaan.

    “Saya bukan satu-satunya yang panik, tetangga kami, beserta hewan peliharaan mereka, juga berhamburan keluar rumah dengan panik,” kata Sofia.

    Warga lihat tsunami setinggi 1,7 meter

    Di luar wilayah Rusia, Sarah Heavenly Sikes yang tinggal di Maui, Hawaii mengatakan bahwa ia sedang bekerja di toko selam ketika mendapat peringatan tsunami akibat gempa M 8,7 yang terjadi di Rusia.

    Sarah sempat mengira peringatan itu tidak terlalu serius. Namun, ia mulai cemas setelah melihat banyak orang panik dan toko tempatnya bekerja terpaksa tutup sementara.

    Setelah itu, ia melihat tsunami setinggi 5,7 kaki atau sekitar 1,7 meter menghantam Kahului, sebuah kota di sisi utara-tengah Pulau Maui.

    “Hari ini saya sedang bekerja di toko selam dan telepon saya berdering. Saya pikir ‘Oh, ini hanya peringatan kecil’,” kata Sarah.

    “Tapi kemudian kami harus menutup toko. Keluarga saya semuanya tinggal di daratan, jadi mereka berkirim pesan,” tambahnya.

    “Tuhan, tolong saya”

    Wali Kota Petropavlovsk-Kamchatsky, Yevgeny Belyaev, mengatakan bahwa layanan publik dalam keadaan siaga tinggi dan inspeksi kerusakan sedang dilakukan usai wilayahnya diguncang gempa.

    Meskipun sebagian fasad taman kanak-kanak runtuh, tidak ada korban luka yang dilaporkan.

    “Semuanya baik-baik saja, tetapi semua orang benar-benar ketakutan. Itu adalah gempa bumi terkuat dalam beberapa dekade,” ujar seorang penduduk asli Kamchatka dikutip dari The Moscow Times, Rabu (30/7/2025).

    “Sejujurnya, sungguh mengejutkan tidak ada kerusakan lebih parah, kecuali di satu sekolah. Untungnya tidak ada orang di dalam,” tambahnya.

    Ia mengatakan kerabatnya di Petropavlovsk-Kamchatsky juga berencana meninggalkan kota itu untuk pergi wilayah mereka karena aktivitas seismik yang terjadi baru-baru ini.

    “Untuk saat ini, mereka akan tinggal di Dacha. Di sana (Kamchatka) sudah berguncang cukup lama. Tanahnya sudah bergeser selama berbulan-bulan,” tambah warga tersebut.

    Penduduk Kamchatka lainnya menuliskan pengalaman mereka di media sosial.

    “Saya sudah tinggal di Kamchatka selama 42 tahun, tapi ini pertama kalinya saya merasakan gempa bumi seperti ini. Saya berteriak sekeras-kerasnya, ‘Tuhan, tolong saya,’ meskipun saya biasanya tenang saat gempa bumi. Semua barang di rumah hancur,” kata seorang warganet.