Topik: Gempa

  • Gunung Semeru Masih Siaga! Lava Meluncur hingga 1 Km

    Gunung Semeru Masih Siaga! Lava Meluncur hingga 1 Km

    Lumajang: Gunung Semeru kembali menunjukkan aktivitas vulkanik berupa guguran lava yang meluncur 800 meter hingga 1 kilometer ke arah Besuk Kobokan pada periode pengamatan 24 jam pada Jumat , 5 Desember 2025.

    “Guguran lava teramati sebanyak lima kali dengan jarak luncur kurang lebih 800 hingga 1.000 meter ke arah curah Kobokan,” kata Petugas Pos Pengamatan Gunung Semeru, Mukdas Sofian dalam laporan tertulis yang diterima di Lumajang, dilansir Antara, Sabtu, 6 Desember 2025.

    Selain guguran lava, secara visual juga teramati letusan sebanyak 27 kali dengan tinggi asap kurang lebih 5.00-1.000 meter, warna asap putih tebal-kelabu condong ke arah timur laut dan utara.
     

    Untuk aktivitas kegempaan pada periode yang sama tercatat letusan sebanyak 123 kali dengan amplitudo 10-22 mm dan durasi 50-170 detik, kemudian 18 kali guguran dengan amplitudo  2-7 mm dan durasi 28-70 detik, embusan sebanyak 19 kali dengan amplitudo 2-9 mm dan durasi 30-91 detik.

    Terekam juga tremor harmonik sebanyak 7 dengan amplitudo 1-20 mm dan durasi 112-367 detik, serta tektonik jauh sebanyak satu kali dengan amplitudo 17 mm selama 58 detik.

    “Petugas juga merekam terjadinya getaran banjir atau lahar hujan yang terekam 1 kali dengan amplitudo 35 mm selama 6.360 detik atau hampir dua jam,” katanya.

    Aktivitas Gunung Semeru pada Sabtu pukul 00.00-06.00 WIB tercatat mengalami 33 kali gempa letusan, sembilan kali gempa guguran, empat kali gempa embusan, empat kali harmonik, dan tiga kali gempa tektonik jauh.

    Mukdas mengatakan status Gunung Semeru masih pada Level III atau siaga, sehingga pihak Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG) memberikan sejumlah rekomendasi yakni tidak melakukan aktivitas apapun di sektor tenggara di sepanjang Besuk Kobokan, sejauh 13 km dari puncak (pusat erupsi).

    “Di luar jarak tersebut, masyarakat tidak melakukan aktivitas pada jarak 500 meter dari tepi sungai (sempadan sungai) di sepanjang Besuk Kobokan karena berpotensi terlanda perluasan awan panas dan aliran lahar hingga jarak 17 km dari puncak,” katanya.

    Masyarakat juga dilarang beraktivitas dalam radius 5 Km dari kawah/puncak Gunung Api Semeru karena rawan terhadap bahaya lontaran batu (pijar).

    Lumajang: Gunung Semeru kembali menunjukkan aktivitas vulkanik berupa guguran lava yang meluncur 800 meter hingga 1 kilometer ke arah Besuk Kobokan pada periode pengamatan 24 jam pada Jumat , 5 Desember 2025.
     
    “Guguran lava teramati sebanyak lima kali dengan jarak luncur kurang lebih 800 hingga 1.000 meter ke arah curah Kobokan,” kata Petugas Pos Pengamatan Gunung Semeru, Mukdas Sofian dalam laporan tertulis yang diterima di Lumajang, dilansir Antara, Sabtu, 6 Desember 2025.
     
    Selain guguran lava, secara visual juga teramati letusan sebanyak 27 kali dengan tinggi asap kurang lebih 5.00-1.000 meter, warna asap putih tebal-kelabu condong ke arah timur laut dan utara.
     

    Untuk aktivitas kegempaan pada periode yang sama tercatat letusan sebanyak 123 kali dengan amplitudo 10-22 mm dan durasi 50-170 detik, kemudian 18 kali guguran dengan amplitudo  2-7 mm dan durasi 28-70 detik, embusan sebanyak 19 kali dengan amplitudo 2-9 mm dan durasi 30-91 detik.

    Terekam juga tremor harmonik sebanyak 7 dengan amplitudo 1-20 mm dan durasi 112-367 detik, serta tektonik jauh sebanyak satu kali dengan amplitudo 17 mm selama 58 detik.
     
    “Petugas juga merekam terjadinya getaran banjir atau lahar hujan yang terekam 1 kali dengan amplitudo 35 mm selama 6.360 detik atau hampir dua jam,” katanya.
     
    Aktivitas Gunung Semeru pada Sabtu pukul 00.00-06.00 WIB tercatat mengalami 33 kali gempa letusan, sembilan kali gempa guguran, empat kali gempa embusan, empat kali harmonik, dan tiga kali gempa tektonik jauh.
     
    Mukdas mengatakan status Gunung Semeru masih pada Level III atau siaga, sehingga pihak Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG) memberikan sejumlah rekomendasi yakni tidak melakukan aktivitas apapun di sektor tenggara di sepanjang Besuk Kobokan, sejauh 13 km dari puncak (pusat erupsi).
     
    “Di luar jarak tersebut, masyarakat tidak melakukan aktivitas pada jarak 500 meter dari tepi sungai (sempadan sungai) di sepanjang Besuk Kobokan karena berpotensi terlanda perluasan awan panas dan aliran lahar hingga jarak 17 km dari puncak,” katanya.
     
    Masyarakat juga dilarang beraktivitas dalam radius 5 Km dari kawah/puncak Gunung Api Semeru karena rawan terhadap bahaya lontaran batu (pijar).

     
    Cek Berita dan Artikel yang lain di

    Google News

    (ANN)

  • Indonesia Harus Perkuat SDM dan Teknologi Tim SAR Hadapi Ancaman Bencana

    Indonesia Harus Perkuat SDM dan Teknologi Tim SAR Hadapi Ancaman Bencana

    Liputan6.com, Jakarta – Menteri Koordinator Pembangunan Manusia dan Kebudayaan (Menko PMK), Pratikno menyebut, Indonesia perlu mengembangkan kembali SDM hingga teknologi SAR. Hal ini berkaitan dengan Indonesia yang memang berada dalam ring of fire.

    “Sehingga, potensi bencana alam kita sangat tinggi, mulai dari gempa bumi, erupsi, kemudian hidrometrologi sebagaimana sekarang ini terjadi. Jadi, oleh karena itu kapasitas kita untuk search and rescue, pencarian, penyelamatan, evakuasi ini sangat-sangat penting,” ungkap Pratikno dalam peluncuran Indonesia Internasional Search and Rescue (IISAR) 2026, di Kabupaten Tangerang, Jumat (5/12/2025).

    Dengan begitu, pemerintah harus mendukung bagaimana meningkatkan sumber daya manusia di bidang SAR tersebut.

    Bukan hanya di keterampilan dan pengetahuannya saja, tetapi juga dalam penguasaan teknologi, AI, sehingga Indonesia dengan segala kemungkinan kebencanaan yang ada, bisa lebih maju dalam penguasaan teknologi serta SDM-nya.

    “Sekarang ini kan ada revolusi teknologi yang luar biasa, berkembangnya teknologi-teknologi cerdas. Nah, ini juga perlu kita terus manfaatkan dan terus kembangkan untuk kepentingan search and rescue di Indonesia,” ujarnya.

     

  • Aktivitas Semeru Kembali Meningkat, PVMBG Larang Warga Beraktivitas dalam Radius 13 Km

    Aktivitas Semeru Kembali Meningkat, PVMBG Larang Warga Beraktivitas dalam Radius 13 Km

    Liputan6.com, Jakarta – Gunung Semeru yang berada di perbatasan Kabupaten Lumajang dan Malang, Jawa Timur kembali menunjukkan peningkatan aktivitas vulkanik berupa guguran lava pada periode pengamatan 24 jam, Jumat, 5 November 2025.

    Guguran lava tercatat meluncur sejauh 800 meter hingga 1 kilometer ke arah Besuk Kobokan.

    “Guguran lava teramati sebanyak lima kali dengan jarak luncur kurang lebih 800 hingga 1.000 meter ke arah Curah Kobokan,” ujar Petugas Pos Pengamatan Gunung Semeru, Mukdas Sofian, dalam laporan tertulis yang diterima di Lumajang, Sabtu (6/12/2025).

    Selain guguran lava, secara visual juga teramati 27 kali letusan dengan tinggi kolom asap mencapai 500–1.000 meter berwarna putih tebal hingga kelabu condong ke arah timur laut dan utara.

    Pada periode kegempaan yang sama, Semeru tercatat mengalami 123 kali gempa letusan dengan amplitudo 10–22 mm dan durasi 50–170 detik. Aktivitas lain meliputi 18 kali gempa guguran, 19 kali embusan, tujuh tremor harmonik, serta satu gempa tektonik jauh.

    Mukdas juga melaporkan rekaman getaran banjir atau lahar hujan yang muncul satu kali dengan amplitudo 35 mm dan durasi 6.360 detik atau hampir dua jam.

    Sementara pada Sabtu pukul 00.00–06.00 WIB, aktivitas mencatat 33 kali gempa letusan, sembilan guguran, empat embusan, empat harmonik, dan tiga gempa tektonik jauh.

     

    Aktivitas vulkanik Gunung Semeru kembali meningkat pada Rabu (19/11) sore, ditandai dengan erupsi yang memuntahkan awan panas guguran hingga belasan kilometer ke arah Lumajang.

  • Perubahan Iklim Picu Siklon Tropis Anomali, Risiko Bencana Meningkat

    Perubahan Iklim Picu Siklon Tropis Anomali, Risiko Bencana Meningkat

    Yogyakarta, Beritasatu.com — Ketika hujan ekstrem melanda dan banjir serta longsor menimpa berbagai daerah di Sumatra, mantan Kepala BMKG, Dwikorita Karnawati, mengabarkan bahwa perubahan iklim dan fenomena siklon tropis yang “tidak lazim” kini menjadi pemicu utama bencana. Bukan lagi cuaca biasa, menurut dia, ini peringatan bagi seluruh wilayah rawan.

    Dwikorita menyoroti dua faktor utama: curah hujan ekstrem yang diperparah oleh siklon tropis, serta karakter geologi Sumatra yang labil. Pulau itu terbentuk dari lempeng tektonik dasar laut, alih-alih padat, banyak bagian batuannya retak. 

    “Kalau ada gempa kecil, bisa langsung longsor,” sebutnya, dalam perbincangan di Yogyakarta, Jumat (5/11/2025). 

    Longsoran bisa menyumbat sungai, kemudian membendung air. Bila bendungan alami itu jebol, air serta material tanah dan batu akan menerjang pemukiman di hulu dan hilir.

    Lebih jauh, ia menunjukkan bahwa siklon tropis saat ini kerap muncul di jalur yang tidak lazim, bahkan melintasi daratan langsung ke pulau-pulau besar. Hujan deras yang disertai angin kencang berlangsung berhari-hari, berbeda dari hujan musiman biasa. Pola ini sudah muncul di beberapa siklon terbaru, termasuk fenomena yang disebut “anomali siklon tropis”.

    Dua contoh nyata: siklon-siklon global belakangan ini, termasuk Siklon Seroja dan Siklon Cempaka, menunjukkan perilaku tak lazim. Dwikorita bahkan mengingatkan bahwa siklon semacam itu bisa makin sering terjadi, terutama memasuki periode puncak musim hujan akhir 2025–2026.

    Ia menggarisbawahi, jika masyarakat dan pemerintah tidak segera memperkuat mitigasi, seperti memperbaiki tata ruang, area resapan air, dan sistem peringatan dini, maka korban akibat banjir dan longsor bisa terus meningkat. “Bukan sekadar soal curah hujan ekstrem, tetapi kombinasi cuaca dan kondisi alam membuat Sumatera seperti bom waktu,” katanya.

    Kondisi ini berbeda dengan bencana “alamiah biasa.” Menurut Dwikorita, jika murni karena alam tanpa ulah manusia, dampaknya tidak akan sedahsyat sekarang.

    Mengambil pelajaran dari peristiwa terkini, Dwikorita menekankan pentingnya adaptasi dan mitigasi — termasuk penerapan kebijakan lingkungan yang ketat, penghijauan kembali, larangan konversi hutan di daerah sensitif, serta edukasi publik agar siap menghadapi curah hujan ekstrem dan potensi siklon tropis.

    Dengan pola cuaca yang berubah cepat, Indonesia harus belajar dari pengalaman dulu: menjaga alam, meningkatkan kapasitas respons bencana, dan menanamkan kesadaran bahwa bencana masa depan bisa jadi lebih sering dan lebih ekstrem.

    Karena itu, peringatan dari Dwikorita bukan hanya tentang data dan ilmiah, melainkan panggilan nyata untuk bertindak sekarang, demi menyelamatkan lebih banyak nyawa di masa depan.

  • Perubahan Iklim Picu Siklon Tropis Anomali, Risiko Bencana Meningkat

    Perubahan Iklim Picu Siklon Tropis Anomali, Risiko Bencana Meningkat

    Yogyakarta, Beritasatu.com — Ketika hujan ekstrem melanda dan banjir serta longsor menimpa berbagai daerah di Sumatra, mantan Kepala BMKG, Dwikorita Karnawati, mengabarkan bahwa perubahan iklim dan fenomena siklon tropis yang “tidak lazim” kini menjadi pemicu utama bencana. Bukan lagi cuaca biasa, menurut dia, ini peringatan bagi seluruh wilayah rawan.

    Dwikorita menyoroti dua faktor utama: curah hujan ekstrem yang diperparah oleh siklon tropis, serta karakter geologi Sumatra yang labil. Pulau itu terbentuk dari lempeng tektonik dasar laut, alih-alih padat, banyak bagian batuannya retak. 

    “Kalau ada gempa kecil, bisa langsung longsor,” sebutnya, dalam perbincangan di Yogyakarta, Jumat (5/11/2025). 

    Longsoran bisa menyumbat sungai, kemudian membendung air. Bila bendungan alami itu jebol, air serta material tanah dan batu akan menerjang pemukiman di hulu dan hilir.

    Lebih jauh, ia menunjukkan bahwa siklon tropis saat ini kerap muncul di jalur yang tidak lazim, bahkan melintasi daratan langsung ke pulau-pulau besar. Hujan deras yang disertai angin kencang berlangsung berhari-hari, berbeda dari hujan musiman biasa. Pola ini sudah muncul di beberapa siklon terbaru, termasuk fenomena yang disebut “anomali siklon tropis”.

    Dua contoh nyata: siklon-siklon global belakangan ini, termasuk Siklon Seroja dan Siklon Cempaka, menunjukkan perilaku tak lazim. Dwikorita bahkan mengingatkan bahwa siklon semacam itu bisa makin sering terjadi, terutama memasuki periode puncak musim hujan akhir 2025–2026.

    Ia menggarisbawahi, jika masyarakat dan pemerintah tidak segera memperkuat mitigasi, seperti memperbaiki tata ruang, area resapan air, dan sistem peringatan dini, maka korban akibat banjir dan longsor bisa terus meningkat. “Bukan sekadar soal curah hujan ekstrem, tetapi kombinasi cuaca dan kondisi alam membuat Sumatera seperti bom waktu,” katanya.

    Kondisi ini berbeda dengan bencana “alamiah biasa.” Menurut Dwikorita, jika murni karena alam tanpa ulah manusia, dampaknya tidak akan sedahsyat sekarang.

    Mengambil pelajaran dari peristiwa terkini, Dwikorita menekankan pentingnya adaptasi dan mitigasi — termasuk penerapan kebijakan lingkungan yang ketat, penghijauan kembali, larangan konversi hutan di daerah sensitif, serta edukasi publik agar siap menghadapi curah hujan ekstrem dan potensi siklon tropis.

    Dengan pola cuaca yang berubah cepat, Indonesia harus belajar dari pengalaman dulu: menjaga alam, meningkatkan kapasitas respons bencana, dan menanamkan kesadaran bahwa bencana masa depan bisa jadi lebih sering dan lebih ekstrem.

    Karena itu, peringatan dari Dwikorita bukan hanya tentang data dan ilmiah, melainkan panggilan nyata untuk bertindak sekarang, demi menyelamatkan lebih banyak nyawa di masa depan.

  • Gempa Bumi Magnitudo 5,3 Guncang Sumba Barat NTT
                
                    
                        
                            Regional
                        
                        6 Desember 2025

    Gempa Bumi Magnitudo 5,3 Guncang Sumba Barat NTT Regional 6 Desember 2025

    Gempa Bumi Magnitudo 5,3 Guncang Sumba Barat NTT
    Tim Redaksi
    KUPANG, KOMPAS.com
    – Gempa bumi tektonik berkekuatan magnitudo 5,3 mengguncang Kabupaten Sumba Barat, Nusa Tenggara Timur (NTT), pada Sabtu (6/12/2025) sekitar pukul 04.42 Wita.
    Direktur Gempabumi dan Tsunami BMKG, Daryono, menjelaskan bahwa episenter gempa terletak pada koordinat 10,57 derajat lintang selatan dan 119,33 derajat bujur timur.
    Lokasi gempa berada di laut, tepatnya 88 kilometer arah barat daya Kota Wanokaka, dengan kedalaman 44 kilometer.
    “Gempa yang terjadi merupakan jenis gempa dangkal akibat adanya deformasi batuan dalam slab Lempeng Samudera Hindia (intra slab),” ungkap Daryono dalam keterangan tertulis yang diterima Kompas.com pada Sabtu pagi.
    Berdasarkan estimasi peta guncangan (shakemap), gempa ini menimbulkan guncangan di daerah Wanokaka, Lamboya, dan Laboya Barat, dengan skala intensitas III – IV MMI.
    Hingga saat ini, belum ada laporan mengenai dampak kerusakan yang ditimbulkan akibat gempa tersebut.
    Daryono juga menambahkan bahwa hasil pemodelan menunjukkan gempa ini tidak berpotensi menimbulkan tsunami.
    Sampai pukul 04.57 WIB, hasil monitoring BMKG belum menunjukkan adanya aktivitas gempa susulan (aftershock).
    Copyright 2008 – 2025 PT. Kompas Cyber Media (Kompas Gramedia Digital Group). All Rights Reserved.

  • Gempa Bumi Magnitudo 5,3 Guncang Sumba Barat NTT
                
                    
                        
                            Regional
                        
                        6 Desember 2025

    Mengenal Depok Blind Thrust, Sesar Aktif di Selatan Jakarta yang Berpotensi Picu Gempa Megapolitan 5 Desember 2025

    Mengenal Depok Blind Thrust, Sesar Aktif di Selatan Jakarta yang Berpotensi Picu Gempa
    Tim Redaksi

    DEPOK, KOMPAS.com –
    Kota Depok yang memiliki luas wilayah sekitar 200,29 kilometer persegi ternyata berada di atas struktur geologi yang disebut Depok
    blind thrust
    , bagian dari sistem sesar aktif West Java
    back-arc thrust.
    Sesar ini berada di sisi selatan Jakarta dan memiliki karakteristik patahan naik yang tidak muncul ke permukaan. Secara sederhana, Depok
    blind thrust
    yaitu segmen aktif atau bagian kecil dari sistem sesar West Java
    back-arc thrust
    . Lokasinya berada di sisi selatan Jakarta.
    Peneliti Pusat Riset Kebencanaan Geologi BRIN, Sonny Aribowo, menjelaskan bahwa lipatan-lipatan di permukaan wilayah Depok kemungkinan terbentuk dari aktivitas sesar tersebut.
    “Kita menamakannya sebagai segmen Depok
    blind thrust
    , dari sistem West Java
    back-arc thrust
    yaitu sistem yang lebih dikenal banyak orang, kalau segmen ini berada di sisi selatan Jakarta,” kata Sonny saat dihubungi
    Kompas.com,
    Jumat (5/12/2025).
    Hasil beberapa penelitian menunjukkan adanya jalur terdeformasi di selatan Jakarta dengan lipatan yang cenderung meningkat, meski tidak muncul ke permukaan. Berdasarkan kajian,
    Depok blind thrust
    dikategorikan aktif, yakni bergerak setidaknya sekali dalam 11.000 tahun.
    “Dari penelitian terakhir juga dikatakan sisi selatan Jakarta sesar bergerak dengan kecepatan 3,2 mm per tahun dan itu bisa dikatakan tidak terlalu cepat (gerakannya),” ujar Sonny.
    Secara lokasi, sesar ini diperkirakan membentang dari kawasan Universitas Indonesia (UI) ke arah barat Depok hingga mendekati Sungai Cisadane.
    Dengan panjang sekitar 25 kilometer, sesar tersebut berpotensi memicu gempa bumi hingga magnitudo 6,9, meski data masih bersifat tentatif.
    “Saat ini, untuk
    (Depok blind thrust)
    masih dihitung dari panjang segmen dan itu tentatif,” kata Sonny.
    “Dari data seismik mungkin enggak gitu kelihatan, hanya memang di sebelah barat Depok itu lipatannya lebih intens dibandingkan sebelah timur,” tambahnya.
    Depok
    blind thrust
    , sebagai bagian dari West Java
    back-arc thrust
    yang berstatus aktif, secara teoritis dapat menjadi sumber gempa.
    Namun, potensi gempa diperkirakan tidak terjadi dalam waktu dekat sebab memerlukan penelitian lebih lanjut soal prediksi ulang tahun gempa itu sendiri.
    Setiap jenis gempa. kata dia, memiliki periodenya tersendiri contohnya gempa di setiap 100 tahun, 1.000 tahun, atau bahkan 5.000 tahun sekali.
    “Kalau sesar aktif biasanya kan yang dia bisa menimbulkan kekerasan karena gempa. Jadi ketika tidak gempa, kita (sebagai warga) tidak bisa merasakan efek apa pun,” terang Sonny.
    Sedangkan menurut rekam jejak, Depok blind thrust belum pernah terbukti bereaksi dan menyebabkan gempa.
    Sonny menyebutkan temuan penelitian pada 2015 yang mencatat peristiwa gempa besar di sekitar Jakarta pada tahun 1699, 1780, dan 1834.
    Ketiganya pernah dikaitkan dengan patahan aktif di wilayah tersebut, termasuk Depok blind thrust, tetapi penyebab pastinya belum dapat dipastikan karena keterbatasan data.
    “Kalau kita lihat secara kegempaan, boleh jadi
    (Depok blind thrust
    ikut aktif) di 1699, 1780, dan 1834. Tapi sampai saat ini, sumber kegempaan dari ketiga
    event
    belum diketahui,” kata Sonny.
    Sonny menekankan pentingnya pemahaman mengenai sesar aktif ini sebagai dasar mitigasi bencana. Cara paling sederhana yaitu memperkuat pengait di seluruh barang yang dipasang di area dinding rumah.
    Penguatan bangunan menjadi langkah yang perlu diutamakan mengingat wilayah Jawa Barat cenderung mengalami kerusakan signifikan meski gempa berkekuatan di bawah magnitudo 6, seperti yang terjadi di Cianjur dan Sumedang.
    “Oleh karena itu, perlu ketahanan dari bangunan, langkah mitigasi bencana ke anak usia dini dan sekolah biar mereka tertanam bahwa mereka hidup di tanah rawan bencana,” ujarnya.
    Selain itu, pemerintah perlu terus memperbarui dan mengembangkan data jalur patahan aktif agar informasi kebencanaan semakin akurat dan mudah diakses publik.
    Copyright 2008 – 2025 PT. Kompas Cyber Media (Kompas Gramedia Digital Group). All Rights Reserved.

  • Gunung Api di Etiopia Meletus untuk Pertama Kalinya dalam 12.000 Tahun

    Gunung Api di Etiopia Meletus untuk Pertama Kalinya dalam 12.000 Tahun

    Jakarta

    Sebuah gunung berapi di wilayah timur laut Etiopia telah meletus untuk pertama kalinya dalam hampir 12.000 tahun, mengirimkan gumpalan asap tebal hingga 14 km ke langit, dan melintasi Laut Merah menuju Yaman dan Oman.

    Gunung berapi Hayli Gubbi, yang terletak di wilayah Afar di Ethiopia, sekitar 804 km timur laut Addis Ababa dekat perbatasan Eritrea, meletus pada 23 November selama beberapa jam.

    Seorang pejabat setempat, Mohammed Seid, mengatakan tidak ada korban jiwa, tetapi letusan tersebut dapat menimbulkan implikasi ekonomi bagi masyarakat peternak setempat. Seid mengatakan tidak ada catatan sebelumnya mengenai letusan gunung berapi Hayli Gubbi, dan ia mengkhawatirkan penghidupan penduduk.

    “Meskipun belum ada korban jiwa dan ternak yang hilang sejauh ini, banyak desa yang tertutup abu dan akibatnya ternak mereka tidak punya banyak makanan,” ujarnya seperti dikutip dari The Guardian.

    Gunung berapi ini, yang tingginya sekitar 500 meter, berada di dalam Lembah Rift, zona aktivitas geologis intens tempat dua lempeng tektonik bertemu.

    Awan abu dari gunung berapi tersebut melayang di atas Yaman, Oman, India, dan Pakistan utara. Untuk diketahui, wilayah Afar rawan gempa bumi, dan seorang warga, Ahmed Abdela, mengatakan ia mendengar suara keras dan merasakan gelombang kejut. “Rasanya seperti bom yang tiba-tiba dilempar bersama asap dan abu,” ujarnya.

    Dalam video yang dibagikan di media sosial, gumpalan asap putih tebal terlihat mengepul. Program Vulkanisme Global Smithsonian Institution mengatakan Hayli Gubbi tidak pernah mengalami letusan selama periode Holosen yang dimulai sekitar 12.000 tahun lalu pada akhir zaman es terakhir.

    Simon Carn, seorang ahli vulkanologi dan profesor di Michigan Technological University, mengonfirmasi bahwa Hayli Gubbi tidak memiliki catatan letusan Holosen.

    (rns/rns)

  • 4 Cara Tepat Menjaga Nutrisi Anak dan Lansia Saat Pemulihan Bencana

    4 Cara Tepat Menjaga Nutrisi Anak dan Lansia Saat Pemulihan Bencana

    Jakarta, Beritasatu.com – Cara menjaga nutrisi anak dan lansia menjadi perhatian penting setelah bencana alam, karena dua kelompok ini memiliki kerentanan tinggi terhadap masalah gizi.

    Dalam situasi darurat, pemenuhan energi, karbohidrat, protein, dan lemak sering kali tidak terpenuhi. Salah satu solusi yang banyak digunakan adalah pangan darurat berbentuk batang (food bar), yaitu makanan padat gizi yang praktis dikonsumsi dan dirancang untuk memenuhi kebutuhan nutrisi dasar di tengah keterbatasan.

    Bencana alam seperti banjir, gempa bumi, tanah longsor, hingga banjir bandang mampu mengganggu produksi pangan, merusak jalur distribusi, dan menurunkan akses terhadap air bersih. Kondisi ini membuat masyarakat sulit memperoleh makanan bergizi maupun sanitasi yang layak.

    Pada fase ini, risiko malanutrisi meningkat drastis, terutama pada kelompok rentan, yakni anak-anak, bayi, ibu hamil, ibu menyusui, dan lansia. Kekurangan nutrisi pada anak dapat menyebabkan masalah serius, seperti stunting, wasting, atau melemahnya daya tahan tubuh.

    Sementara pada lansia, meski kebutuhan energi menurun, kebutuhan protein, vitamin, dan mineral tetap tinggi untuk menjaga fungsi tubuh, kesehatan tulang, serta massa otot.

    Oleh karena itu, pemenuhan gizi setelah bencana bukan sekadar soal makan, tetapi strategi penting untuk mempercepat pemulihan dan mencegah dampak kesehatan jangka panjang.

    Prinsip Dasar Nutrisi dalam Situasi Darurat dan Pascabencana

    Ahli gizi darurat menyarankan beberapa prinsip penting yang perlu diperhatikan dalam cara menjaga nutrisi anak dan lansia setelah bencana:

    1. Prioritaskan kelompok rentan

    Anak-anak, bayi, ibu hamil dan menyusui, serta lansia harus menjadi prioritas dalam distribusi makanan karena mereka paling rentan mengalami malanutrisi.

    2. Pastikan kecukupan energi dan protein

    Kebutuhan dasar harian biasanya mengacu pada sekitar 2.100 kkal per orang, ditambah kebutuhan protein minimum. Fokus utama adalah memenuhi dua unsur ini agar tubuh tetap memiliki energi untuk bertahan dan pulih.

    3. Jaga keamanan pangan dan air bersih

    Pada masa krisis, kontaminasi makanan atau air sangat mudah terjadi. Kebersihan makanan, pengolahan yang tepat, dan akses air bersih sangat penting untuk mencegah penyakit seperti diare yang memperburuk kondisi gizi.

    4. Berikan intervensi gizi khusus jika diperlukan

    Jika asupan makanan tidak cukup memenuhi kebutuhan mikro maupun makronutrien, pemberian suplemen atau makanan tambahan perlu dipertimbangkan, terutama bagi anak kecil dan lansia.

    Strategi Praktis Menjaga Nutrisi Anak di Masa Pemulihan Bencana

    1. Pertahankan ASI eksklusif untuk bayi di bawah 6 bulan

    World Health Organization (WHO) menegaskan menyusui tetap menjadi sumber nutrisi terbaik selama situasi darurat. ASI mengandung energi, nutrisi penting, dan antibodi yang melindungi bayi dari infeksi.

    2. Berikan MPASI bergizi untuk bayi di atas 6 bulan

    Gunakan makanan lunak yang mudah dicerna, seperti puree, bubur, dan makanan kecil bergizi. Pilihan ini cocok ketika fasilitas memasak terbatas, tetapi tetap dapat memenuhi kebutuhan gizi anak.

    3. Pastikan distribusi makanan bergizi atau tambahan gizi

    Dalam kondisi krisis, bantuan makanan sebaiknya mencakup energi, protein, dan jika mungkin zat gizi mikro. Makanan tambahan untuk balita sangat membantu mencegah wasting atau underweight.

    4. Jaga kebersihan air dan alat makan anak

    Gunakan air matang atau air kemasan untuk menyiapkan makanan anak dan membersihkan peralatan makan. Langkah ini penting untuk mencegah diare dan infeksi.

    Strategi Menjaga Nutrisi Lansia dan Dewasa Rentan

    Untuk lansia, cara menjaga nutrisi memiliki fokus berbeda dibanding anak-anak:

    1. Berikan makanan mudah dicerna namun bergizi seimbang

    Walau kebutuhan energi menurun, lansia tetap membutuhkan protein dan mikronutrien penting, seperti vitamin D, kalsium, dan mineral lain untuk menjaga fungsi tubuh.

    2. Batasi makanan tinggi garam, gula, dan lemak jenuh

    Makanan bantuan atau makanan olahan kadang tinggi garam dan lemak. Konsumsi berlebihan dapat meningkatkan risiko hipertensi, gangguan jantung, dan komplikasi kesehatan lainnya.

    3. Pastikan hidrasi yang cukup

    Lansia harus mendapat minimal 1 liter air bersih per hari untuk menjaga fungsi organ, mencegah dehidrasi, dan menurunkan risiko komplikasi.

    4. Pantau kondisi kesehatan dan status gizi

    Pengecekan berkala sangat penting untuk mendeteksi anemia, malanutrisi, atau masalah kesehatan lain sehingga intervensi dapat dilakukan sejak dini.

    Anak membutuhkan nutrisi untuk tumbuh, sedangkan lansia memerlukan nutrisi untuk mempertahankan kesehatannya. Oleh karena itu, kedua kelompok ini mengalami risiko terbesar ketika akses pangan terganggu.

    Dampak malanutrisi pascabencana dapat berlangsung jangka panjang, mulai dari stunting, melemahnya imun tubuh, hingga meningkatnya risiko penyakit kronis.

    Dengan memahami cara menjaga nutrisi anak dan lansia dalam masa pascabencana serta menerapkan prinsip dasar pemenuhan gizi darurat, keluarga dan komunitas dapat membantu mencegah malanutrisi dan mempercepat proses pemulihan.

  • Google Aktifkan Label SOS untuk Pencarian Bencana di Aceh, Sumut, dan Sumbar

    Google Aktifkan Label SOS untuk Pencarian Bencana di Aceh, Sumut, dan Sumbar

    JAKARTA – Google memastikan fitur SOS Alert telah diaktifkan untuk bencana banjir dan longsor yang melanda wilayah Aceh, Sumatera Utara, dan Sumatera Barat. 

    Fitur ini muncul otomatis di halaman teratas pencarian ketika pengguna mencari informasi terkait bencana di wilayah tersebut dengan label berwarna merah yang bertuliskan “flood alert”. 

    Communication Manager Google Indonesia, Feliciana Wienathan, menegaskan bahwa aktivasi SOS Alert merupakan prosedur standar yang langsung muncul ketika terjadi keadaan darurat berskala besar.

    “Kalau teman-teman sekarang mungkin cek banjir Aceh, bencana alam Sumut, atau Sumbar, itu sudah ada SOS alert. Jadi itu memang selalu ada ketika ada bencana alam, ketika ada emergency, itu selalu diaktifkan, khususnya untuk bencana sebesar ini,” kata Feli saat ditemui pada Kamis, 4 Desember di Jakarta. 

    Fitur ini dimaksudkan untuk membantu masyarakat mendapatkan informasi cepat dan tepercaya saat terjadi bencana besar seperti banjir, gempa bumi, atau kebakaran hutan. 

    Label flood alert juga diikuti dengan berita-berita tentang kata kunci yang dicari, serta titik-titik lokasi yang terdampak pada bagian General Info. 

    Saat Anda mengklik opsi View Map di bawahnya, Anda akan langsung dialihkan ke halaman Google Maps dengan titik-titik banjir yang ditandai secara spesifik dengan ikon merah bergelombang sebagai sinyal lokasi darurat.