Topik: Gempa

  • Video AI Gambarkan Situasi Mengerikan Jika Gunung Fuji Meletus

    Video AI Gambarkan Situasi Mengerikan Jika Gunung Fuji Meletus

    Jakarta

    Sebuah video viral yang dibuat menggunakan kecerdasan buatan (AI) menunjukkan dampak dahsyat letusan gunung berapi di Gunung Fuji terhadap Tokyo, Jepang, dan 37 juta penduduknya.

    Untungnya, video yang dibuat untuk tujuan edukasi ini tidak bertepatan dengan peningkatan risiko letusan. Video ini hanyalah pengumuman layanan masyarakat yang berkaitan dengan Hari Kesiapsiagaan Bencana Vulkanik Jepang 2025.

    Dikutip dari Live Science, video tersebut dirilis pada 22 Agustus oleh Pemerintah Kota Tokyo, memperingatkan kecepatan abu vulkanik yang dapat bergerak dari gunung berapi tersebut ke ibu kota Jepang sebelum menghujani jalan, gedung, rel kereta api, dan infrastruktur lainnya.

    “Awan puing dari Gunung Fuji dapat mencapai Tokyo hanya dalam satu hingga dua jam, melumpuhkan jaringan transportasi kota, memutus pasokan listrik, dan memengaruhi kesehatan pernapasan jutaan orang,” demikian narasiyang ditampilkan ada subtitle di Bawah video.

    “Momen itu mungkin tiba tanpa peringatan. Jika Gunung Fuji meletus, abu vulkanik dapat jatuh di Tokyo dan berdampak pada kita dalam berbagai cara.”

    Dalam video tersebut, seorang perempuan menerima peringatan di ponselnya tentang letusan Gunung Fuji, yang terletak 100 kilometer di barat daya pusat kota Tokyo. Tayangan kemudian membawa penonton dalam tur tentang potensi dampak abu vulkanik terhadap jaringan transportasi, saluran listrik, pasokan air, bangunan tempat tinggal, dan penduduk Tokyo.

    “Hanya dibutuhkan sedikit akumulasi abu di landasan pacu dan rel untuk membuat pesawat dan kereta api tidak dapat digunakan,” demikian informasi pada video.

    “Sedikit abu di jalan dapat memengaruhi pengoperasian kendaraan 2WD (penggerak dua roda), karena jatuhnya abu membatasi jarak pandang dan meningkatkan risiko tergelincir, sehingga menciptakan kondisi berkendara yang berbahaya.”

    Abu dalam jumlah besar dapat menyumbat saluran pembuangan Tokyo, mencemari pasokan air bersih, menghancurkan saluran listrik, dan merobohkan atap kayu, menurut video tersebut.

    Kota juga bisa gelap gulita karena partikel abu menghalangi sinar Matahari, dan akses ke makanan serta kebutuhan pokok lainnya mungkin terhenti sementara. Selain itu, orang-orang mungkin mengalami dampak kesehatan yang merugikan akibat menghirup partikel tersebut, dengan kondisi pernapasan yang memburuk akibat paparan.

    Gunung Fuji adalah puncak tertinggi di Jepang, dengan ketinggian 3.776 meter. Terakhir kali gunung berapi ini meletus adalah pada 1707, dan hujan abu berikutnya berlangsung selama dua minggu. Gunung Fuji dulunya meletus sekitar setiap 30 tahun, tetapi sekarang telah tidak aktif selama 318 tahun. Namun beberapa ahli berpendapat bahwa gunung itu bisa meletus kapan saja.

    “Namun, Waktu di video tersebut tidak terkait dengan tanda-tanda letusan, dan tidak ada indikasi bahwa Gunung Fuji akan segera meletus,” kata Pemerintah Kota Tokyo dalam sebuah pernyataan yang dikutip dari CNN.

    “Simulasi ini dirancang untuk membekali penduduk dengan pengetahuan yang akurat dan langkah-langkah kesiapsiagaan yang dapat mereka ambil jika terjadi keadaan darurat,” kata pejabat pemerintah dalam pernyataan tersebut.

    Langkah-langkah kesiapsiagaan meliputi persediaan makanan dan pertolongan pertama. Dalam video itu, diperlihatkan orang tua menunjukkan kepada anak mereka sebuah dapur yang penuh dengan makanan kaleng, air, dan obat-obatan yang siap sedia jika terjadi keadaan darurat.

    Video tersebut dirilis untuk Hari Kesiapsiagaan Bencana Vulkanik 2025, tetapi ini bukan pertama kalinya pemerintah Tokyo memperingatkan risiko dari Gunung Fuji. Pada Maret lalu, para pejabat menerbitkan pedoman yang merekomendasikan agar masyarakat selalu menyimpan persediaan penting untuk dua minggu di rumah mereka.

    “Pemerintah Jepang telah memodelkan skenario gempa dan letusan gunung berapi selama bertahun-tahun, namun investigasi ini tidak sesuai dengan risiko spesifik dari Gunung Fuji atau fitur geologis lainnya,” ujar Naoya Sekiya, seorang profesor dan pakar komunikasi risiko di Universitas Tokyo.

    “Tidak ada signifikansi khusus pada waktunya,” tegas Sekiya.

    Jepang adalah rumah bagi 111 gunung berapi aktif, sekitar sepersepuluh dari total gunung berapi di dunia,karena posisinya di Cincin Api Pasifik, sabuk gunung berapi berbentuk tapal kuda di sekitar Samudra Pasifik.

    Negara ini terletak di perbatasan empat lempeng tektonik yang saling bergesekan dan sering bertabrakan, memicu serangkaian gempa bumi dan letusan gunung berapi.

    Bencana alam paling terkenal yang melanda Jepang adalah gempa bumi dan tsunami Tohoku pada 2011. Gempa berkekuatan magnitudo 9 tersebut merupakan yang terkuat dalam sejarah Jepang yang tercatat, dengan peringatan yang diberikan kepada penduduk Tokyo hanya satu menit sebelum gempa dimulai.

    (rns/rns)

  • 2.205 Orang Tewas dan 3.640 Terluka

    2.205 Orang Tewas dan 3.640 Terluka

    Jakarta

    Korban tewas akibat gempa bumi dengan magnitudo (M) 6 yang mengguncang Afghanistan bagian timur melonjak. Kini, korban tewas imbas gempa tersebut telah mencapai 2.205 orang.

    Dilansir AFP, Kamis (4/9/2025), sebagian besar korban tewas dalam gempa berkekuatan M 6,0 yang mengguncang wilayah pegunungan yang berbatasan dengan Pakistan pada Minggu malam berada di Provinsi Kunar. Berdasarkan data Pemerintah Taliban, kini ada 2.205 orang tewas dan 3.640 orang luka-luka.

    Sebanyak 12 orang lainnya tewas dan ratusan lainnya luka-luka di provinsi tetangga, Nangarhar dan Laghman. Jumlah korban tewas diperkirakan akan meningkat karena para relawan dan tim penyelamat masih mengevakuasi jenazah dari reruntuhan.

    “Ratusan jenazah telah ditemukan dari rumah-rumah yang hancur selama operasi pencarian dan penyelamatan,” kata wakil juru bicara pemerintah Hamdullah Fitrat, saat mengumumkan jumlah korban tewas baru tersebut,

    “Upaya penyelamatan masih berlangsung,” lanjut dia.

    Akses terbatas ke daerah-daerah terdampak paling parah di provinsi pegunungan Kunar telah menunda upaya penyelamatan dan bantuan. Longsoran batu akibat gempa susulan yang berulang kali menghalangi jalan-jalan yang sudah rapuh dan terukir di sisi tebing.

    Seperti diketahui, gempa bumi berkekuatan magnitudo (M) 6 mengguncang wilayah Afghanistan bagian timur pada Minggu (31/8) tengah malam waktu setempat.

    Surveri Geologi Amerika Serikat (AS) atau USGS mencatat gempa bumi tersebut mengguncang pada Minggu (31/8) malam, sekitar pukul 23.47 waktu setempat, dengan pusat gempa berada di area berjarak 27 kilometer sebelah timur laut Jalalabad. Pusat gempa itu berada di kedalaman 8 kilometer dari permukaan Bumi.

    Halaman 2 dari 2

    (maa/jbr)

  • Megathrust Mengintai Indonesia, Apa yang Bisa Kita Lakukan?

    Megathrust Mengintai Indonesia, Apa yang Bisa Kita Lakukan?

    Jakarta

    Indonesia berada di wilayah megathrust yang merupakan zona tumbukan antara lempeng tektonik di bawah laut yang bisa memicu gempa bumi besar. Peneliti Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) pun mengungkapkan fakta-fakta fenomena alam tersebut dan cara mitigasinya yang bisa dilakukan masyarakat.

    Di Indonesia, gempa megathrust bukanlah hal yang baru. Berdasarkan data yang dikompilasi oleh BMKG, terdapat banyak gempa megathrust yang terjadi di berbagai wilayah.

    Peneliti Ahli Pusat Riset Kebencanaan Geologi BRIN, Nuraini Rahma Hanifa mengatakan beberapa waktu lalu, bahwa sebagian besar gempa megathrust dan tsunami terjadi di sepanjang Sumatera, beberapa di Jawa, dan cukup banyak di Indonesia Timur.

    Terdapat beberapa lokasi terlihat kosong yang sebenarnya bukan berarti tidak ada potensi tsunami, melainkan disebut sebagai ‘seismic gap’. Artinya, sebuah area yang memungkinkan akan terjadinya gempa besar kapan saja.

    “Hasil riset yang telah banyak dilakukan dapat berkontribusi dalam upaya pengurangan risiko gempa. Megathrust beserta potensi gempanya adalah nyata, namun hal ini sebagai bagian dari fenomena alam yang harus dihadapi dengan adaptasi dan mitigasi,” tutur Rahma dikutip dari laman BRIN, Kamis (4/9/2024).

    Menurutnya, secara harfiah megathrust berarti patahan naik yang sangat besar. Indonesia, yang berada di atas Ring of Fire, memiliki wilayah yang luas dan rentan terhadap megathrust.

    “Gempa megathrust pertama kali menjadi perhatian utama pada 2011, dengan semakin banyak riset yang dilakukan dan penerapan hasil riset yang berkembang. Upaya untuk menjembatani antara riset dan kebijakan sangat penting untuk membangun mitigasi terhadap megathrust,” ujar Koordinator Kelompok Riset Geohazard Risk & Resilience tersebut.

    Rahma menambahkan, berdasarkan peta gempa 2017 yang sedang diperbarui dan diproyeksikan selesai pada akhir 2024, lokasi megathrust di Indonesia umumnya terletak di sisi barat Sumatera hingga selatan Jawa.

    “Bidang megathrust ini seukuran Pulau Jawa. Bayangkan jika bergerak 20 meter secara serentak, goncangannya akan sangat besar,” jelasnya.

    Di selatan Jawa, megathrust terbentang sepanjang 1.000 km dengan bidang kontak selebar 200 km, yang menghujam hingga kedalaman sekitar 60 km, dan terus mengakumulasi energi yang siap dilepas kapan saja.

    “Di bawah Pulau Jawa, terdapat lempeng samudra Indo-Australia yang menghujam ke bawah selatan Jawa, sedangkan di atasnya ada lempeng kontinental. Pertemuan antara lempeng samudra dan lempeng kontinental inilah yang disebut bidang megathrust,” ungkap Rahma, peneliti lulusan S3 Nagoya University pada 2014 ini.

    Lebih lanjut Rahma menjelaskan, dalam konsep bencana terdapat hal yang bisa dan tidak bisa dikontrol, seperti pergerakan bumi, dan pertumbuhan penduduk. Risiko bencana adalah fungsi dari bahaya dan kerentanan, yang dibagi dengan kapasitas atau kemampuan beradaptasi. Agar selamat, orang Indonesia yang tinggal di atas megathrust harus memahami cara mitigasi dan adaptasi bencana.

    “Kerentanan ini berhubungan dengan eksposur atau pertumbuhan penduduk. Oleh karena itu, untuk mengurangi risiko bencana dari potensi megathrust, kapasitas adaptasi penduduk harus ditingkatkan. Jika hal ini tidak ditingkatkan, sementara kita sudah tahu akan adanya bencana tetapi tidak mengambil tindakan apa-apa, maka kapasitas kita rendah, dan ini akan meningkatkan risiko bencana,” ujarnya.

    Rahma menekankan pentingnya pemahaman yang baik tentang megathrust untuk meningkatkan kapasitas adaptasi.

    “Ancaman dari megathrust terbagi menjadi ancaman primer seperti goncangan gempa permukaan dan surface rupture. Kemudian ada ancaman sekunder seperti tsunami, longsor, likuifaksi, dan kebakaran,” ujarnya.

    “Kita bisa hidup berdampingan dengan fenomena megathrust, dan bukanlah sesuatu yang harus ditakuti. Kita memang harus hidup bersama dengan megathrust, apalagi kita berada di negara kepulauan,” pungkasnya.

    (agt/agt)

  • Gempa M 5 Terjadi di Sarmi Papua, Tak Berpotensi Tsunami

    Gempa M 5 Terjadi di Sarmi Papua, Tak Berpotensi Tsunami

    Jakarta

    Gempa berkekuatan magnitudo (M) 5,0 terjadi di Papua. Kedalaman gempa 10 km.

    Melalui akun X-nya, BMKG melaporkan gempa terjadi pada Rabu (3/9/2025) pukul 23.41 WIB. Gempa berada pada 42 km timur laut Sarmi, Papua.

    “Gempa Mag:5,0,” tulis BMKG.

    BMKG menyampaikan gempa tak berpotensi tsunami.

    “Tidak berpotensi tsunami,” imbuhnya.

    (dek/rfs)

  • Aktivitas Gunung Lewotobi Mulai Menurun, Status Masih Siaga
                
                    
                        
                            Regional
                        
                        3 September 2025

    Aktivitas Gunung Lewotobi Mulai Menurun, Status Masih Siaga Regional 3 September 2025

    Aktivitas Gunung Lewotobi Mulai Menurun, Status Masih Siaga
    Tim Redaksi
    FLORES TIMUR, KOMPAS.com
    – Aktivitas gunung api Lewotobi Laki-laki di Kabupaten Flores Timur, NTT, mulai menurun selama beberapa hari terakhir.
    Warga diimbau tetap waspada mengingat status gunung tersebut masih berada di level III siaga.
    Data Pos Pengamat Gunung Api (PGA) Lewotobi Laki-laki, mencatat sejak 30 Agustus 2025 hingga Rabu (3/2/9) tidak terjadi adanya gempa letusan.
    Pada periode ini aktivitas kegempaan yang terekam seperti gempa embusan, tremor non harmonik, guguran, vulkanik dalam, tektonik jauh, dan low frekuensi.
    Kepala Pos PGA Lewotobi Laki-laki, Herman Yosef Mboro mengimbau masyarakat di lereng gunung itu tetap waspada.
    Dia menegaskan tingkat aktivitas Gunung Lewotobi Laki-laki berada pada level III siaga.
    “Diimbau tidak melakukan aktivitas apapun dalam radius 6 kilometer dari pusat erupsi,” ujarnya.
    Dia juga berharap masyarakat tetap tenang dan mengikuti arahan Pemda serta tidak mempercayai isu-isu dari sumber yang tidak jelas.
    Kemudian, waspadai potensi banjir lahar hujan pada sungai-sungai yang berhulu di puncak Gunung Lewotobi Laki-laki jika terjadi hujan dengan intensitas tinggi.
    Terutama daerah seperti Dulipali, Padang Pasir, Nobo, Klatanlo, Hokeng Jaya, Boru, dan Nawakote.
    Copyright 2008 – 2025 PT. Kompas Cyber Media (Kompas Gramedia Digital Group). All Rights Reserved.

  • Korban Tewas Gempa M6,0 Afghanistan Tembus 1.400 Orang

    Korban Tewas Gempa M6,0 Afghanistan Tembus 1.400 Orang

    GELORA.CO  – Korban tewas gempa bumi bermagnitudo 6,0 di Afghanistan bertambah menjadi.1.400 orang lebih hingga Selasa (2/9/2025). Gempa kuat tersebut menggucang pada Minggu (31/8/2025) tengah malam saat warga terlelap tidur.

    Jumlah tersebut hanya yang terdata di Provinsi Kunar, salah satu wilayah terdampak parah gempa. Sementara ada tiga provinsi lain yang mengalami kehancuran masif, salah satunya Provinsi Nangahar yang menjadi titik pusat gempa.

    “Di Distrik Nurgal, Chawkay, Chapa, Dura, Pwch Dara, Watapur, dan Asadabad, Provinsi Kunar, jumlah korban jiwa akibat gempa sebagai berikut: meninggal dunia 1.411 dan luka 3.124 orang” kata Juru Bicara Pemerintah Afghanistan, Zabihullah Mujahid, di media sosial X, dikutip Rabu (3/9/2025).

    Dia menambahkan 5.412 rumah hancur akibat gempa yang disebut sebagai yang terkuat ketiga yang pernah mengguncang negara Asia Selatan tersebut.

    Badan Survei Geologi Amerika Serikat (USGS) menyebut titik pusat gempa berada 27 km sebelah timur Kota Jalalabad, ibu kota Provinsi Nangahar, dengan kedalaman 8 km.

    Guncangan gempa dirasakan hingga Ibu Kota Islamabad, Pakistan, yang jaraknya lebih dari 300 km dari titik pusat gempa

  • Gempa Magnitudo 5,0 Guncang Palu, Disebut Tak Berpotensi Tsunami

    Gempa Magnitudo 5,0 Guncang Palu, Disebut Tak Berpotensi Tsunami

    Antisipasi Gempa Bumi

    Ini yang harus dilakukan sebelum, sesaat, dan sesudah gempa bumi.

    Sebelum Gempa:

    – Pastikan bahwa struktur dan letak rumah Anda dapat terhindar dari bahaya yang disebabkan oleh gempa, seperti longsor atau likuefaksi. Evaluasi dan renovasi ulang struktur bangunan Anda agar terhindar dari bahaya gempabumi.

    – Kenali lingkungan tempat Anda bekerja: perhatikan letak pintu, lift, serta tangga darurat. Ketahui juga di mana tempat paling aman untuk berlindung.

    – Belajar melakukan P3K dan alat pemadam kebakaran.

    – Catat nomor telepon penting yang dapat dihubungi pada saat terjadi gempabumi.

    – Atur perabotan agar menempel kuat pada dinding untuk menghindari jatuh, roboh, bergeser pada saat terjadi gempabumi.

    – Atur benda yang berat sedapat mungkin berada pada bagian bawah. Cek kestabilan benda yang tergantung yang dapat jatuh pada saat gempabumi terjadi

    – Simpan bahan yang mudah terbakar pada tempat yang tidak mudah pecah agar terhindar dari kebakaran.

    – Selalu mematikan air, gas dan listrik apabila tidak sedang digunakan.

    – Siapkan alat yang harus ada di setiap tempat: Kotak P3K, senter/lampu baterai, radio, makanan suplemen dan air.

     

  • Sesar Lembang Aktif, Warga Bandung Perlu Waspada Potensi Gempa Besar

    Sesar Lembang Aktif, Warga Bandung Perlu Waspada Potensi Gempa Besar

    Jakarta

    Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) mengungkapkan berdasarkan penelitian terbaru menunjukkan bahwa Sesar Lembang bergerak kecepatan sekitar 1,9 hingga 3,4 milimeter setiap tahun. Meski terlihat sangat kecil, pergeseran yang terus berlangsung ini, bila terakumulasi selama ratusan tahun, dapat memicu terjadinya gempa bumi.

    Sesar Lembang ini membentang sepanjang hampir 29 kilometer mulai dari Padalarang hingga kawasan Cimenyan. Meski letaknya tidak jauh dari Kota Bandung, tepat di kaki Gunung Tangkuban Parahu. Namun, sesar ini bukan sekadar garis di peta, melainkan bagian dari sistem geologi aktif yang nyata keberadaannya.

    “Hal ini terbukti dari hasil penelitian paleoseismologi melalui penggalian parit di kilometer 11,5, yang menemukan adanya pergeseran setinggi 40 sentimeter. Di mana, bagian selatan sesar terangkat dibanding sisi utara. Pergeseran sebesar itu menjadi bukti nyata bahwa di masa lalu pernah terjadi gempa dengan kekuatan sekitar magnitudo 6,5 hingga 7,” jelas Periset bidang Geologi Gempa Bumi BRIN, Mudrik R. Daryono dikutip dari website BRIN, Rabu (3/9/2025).

    “Perkiraan ini juga sejalan dengan panjang Sesar Lembang yang mencapai 29 kilometer, yang memang berpotensi menghasilkan gempa dengan besaran tersebut,” tambahnya.

    Penelitian paleoseismologi atau kajian jejak gempa purba menunjukkan bahwa Sesar Lembang telah beberapa kali memicu gempa besar di masa lalu. Peristiwa yang paling muda diperkirakan terjadi pada abad ke-15. Sementara, sebelumnya terdapat bukti gempa sekitar 60 tahun sebelum Masehi yang meninggalkan jejak pergeseran setinggi 40 sentimeter.

    Lebih jauh ke belakang, ditemukan pula jejak gempa yang jauh lebih tua, yaitu sekitar 19 ribu tahun lalu. Dari catatan tersebut, para ahli memperkirakan bahwa gempa besar di Sesar Lembang berulang dalam rentang waktu antara 170 hingga 670 tahun.

    “Jika mengacu pada siklus ulang gempa besar yang telah diperkirakan, maka secara teoritis gempa besar berikutnya dapat terjadi paling lambat sekitar tahun 2170. Artinya, secara waktu, perkiraan, siklus ini sudah relatif dekat dengan masa sekarang,” sebut Mudrik.

    Namun, dia menegaskan penting untuk dipahami, ini hanya gambaran rentang waktu, bukan kepastian tentang kapan gempa akan benar-benar terjadi.

    Sesar Lembang bukan sekadar garis patahan di peta, melainkan sistem geologi aktif yang keberadaannya dapat terlihat jelas di lapangan. Bukti bahwa pernah terjadi gempa bumi bermagnitudo 6,5-7 juga tampak dari hasil uji parit di kilometer 11,5.

    “Pemahaman ilmiah ini sangat penting agar masyarakat lebih siap dan senantiasa waspada dalam menghadapi potensi bencana,” tegas Mudrik.

    Gunung Batu naik hingga 40 cm

    Salah satu lokasi yang menjadi bukti morfologi jalur sesar ini adalah Gunung Batu di Lembang, yang berada tepat di kilometer 17 jalur sesar. Belakangan, muncul kabar bahwa Gunung Batu semakin meninggi.

    Menanggapi hal ini, Mudrik menjelaskan bahwa memang benar setiap kali terjadi gempa bumi, permukaan tanah di jalur sesar bisa mengalami pergeseran atau kenaikan. “Gunung Batu bisa naik hingga 40 sentimeter dalam sekali kejadian gempa. Dan naik atau gesernya ini akan menghasilkan gempa bumi,” terangnya.

    Di sisi lain, gempa-gempa kecil yang akhir-akhir ini tercatat di wilayah sekitar Bandung, terutama di segmen Cimeta dan di Sesar Kertasari, merupakan hal lumrah dalam sistem sesar aktif.

    Fenomena ini bisa diartikan dua kemungkinan. Pertama, gempa kecil tersebut hanyalah pelepasan energi sesar dalam skala kecil yang kemudian berhenti begitu saja. Kedua, gempa kecil bisa saja menjadi bagian dari rangkaian proses yang suatu saat diikuti oleh gempa lebih besar.

    “Hingga saat ini, ilmu kebumian belum mampu memprediksi dengan pasti skenario mana yang akan terjadi. Karena itulah, sikap paling bijak yang bisa dilakukan adalah tetap waspada dan menyiapkan langkah mitigasi sejak dini,” ujar Mudrik.

    BRIN bersama BMKG, BPBD, serta pemerintah daerah terus melakukan riset, pemetaan, dan edukasi publik mengenai Sesar Lembang. Tujuannya sederhana, bukan menciptakan kecemasan, melainkan mendorong kewaspadaan yang sehat.

    Dengan riset berkelanjutan, kesiapsiagaan yang baik, dan pemahaman masyarakat yang semakin meningkat, Bandung dan juga Provinsi Jawa Barat dapat menjadi wilayah yang lebih tangguh menghadapi bencana.

    (agt/afr)

  • Breaking: Korban Tewas Gempa Afghanistan Tembus 1.400 Orang

    Breaking: Korban Tewas Gempa Afghanistan Tembus 1.400 Orang

    Jakarta, CNBC Indonesia – Korban tewas akibat gempa bumi di Afghanistan timur telah melonjak menjadi lebih dari 1.400. Hal ini dikatakan seorang juru bicara pemerintah Taliban, Selasa (2/9/2025).

    Zabihullah Mujahid, mengatakan 1.411 orang tewas di Provinsi Kunar, provinsi yang paling parah dilanda gempa. Sebelumnya gempa dengan magnitudo 6,0 mengguncang wilayah itu dan membuat 3.124 orang terluka.

    Sampai saat ini, tim penyelamat masih berjuang mati-matian mencari korban selamat di reruntuhan rumah yang rata dengan tanah di Kunar pada hari Selasa.

    “Operasi darurat berlanjut sepanjang malam”, kata Kepala Badan Penanggulangan Bencana Provinsi Kunar, Ehsanullah Ehsan, kepada AFP.

    “Masih ada korban luka yang tertinggal di desa-desa terpencil dan membutuhkan evakuasi ke rumah sakit,” tambahnya.

    Penduduk desa turut serta dalam upaya penyelamatan, menggunakan tangan kosong untuk membersihkan puing-puing dari rumah-rumah yang terbuat dari lumpur dan batu yang dibangun di lembah-lembah curam.

    “Saya mencari di sini, tetapi saya tidak melihatnya. Sangat sulit bagi saya untuk melihat kondisi di sini,” kata Obaidullah Stoman, 26 tahun.

    “Hanya tersisa puing-puing.”

    (sef/sef)

    [Gambas:Video CNBC]

  • Pilu 1.400 Orang Tewas Akibat Gempa di Afghanistan

    Pilu 1.400 Orang Tewas Akibat Gempa di Afghanistan

    Kabul

    Korban tewas akibat gempa bumi dengan Magnitudo (M) 6 yang mengguncang Afghanistan bagian timur, bertambah menjadi sedikitnya 1.400 orang. Ribuan orang lainnya mengalami luka-luka usai gempa yang tercatat sebagai gempa terburuk dalam beberapa tahun terakhir di negara itu.

    Kondisi medan yang sulit, seperti dilansir Reuters, Selasa (2/9/2025), menghambat upaya penyelamatan di desa-desa terpencil di wilayah pegunungan sebelah timur negara tersebut.

    Juru bicara pemerintah Taliban, Zabihullah Mujahid mengatakan 1.411 orang tewas di provinsi Kunar, yang terdampak paling parah, dan 3.124 orang terluka.

    Lebih dari 8.000 rumah mengalami kehancuran. Menurut kelompok Masyarakat Bulan Sabit Merah Afghanistan, banyak orang dikhawatirkan masih terjebak di bawah reruntuhan.

    Juru bicara badan bencana nasional Afghanistan, Mohammad Hamad, mengatakan kepada AFP bahwa sebagian besar korban berada di Provinsi Kunar, sedangkan lainnya ada di Provinsi Nangarhar. Dia mengatakan bahwa: “Jumlah korban ini masih bisa bertambah.”

    Koordinator Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) di Afghanistan, dalam pernyataan terpisah, juga mengatakan bahwa jumlah korban kemungkinan akan bertambah.

    Afghanistan tergolong rentan terhadap gempa bumi mematikan, terutama di area pegunungan Hindu Kush yang menjadi tempat pertemuan antara lempeng tektonik India dan Eurasia.

    Episentrum atau pusat gempa Afghanistan ini tercatat berada di kedalaman relatif dangkal, yakni 8 kilometer dari permukaan tanah. Gempa dangkal cenderung menyebabkan kerusakan yang lebih parah daripada gempa yang berpusat di kedalaman yang lebih dalam.

    Menurut kepala badan penanggulangan bencana provinsi, Ehsanullah Ehsan, operasi penyelamatan telah dilakukan di empat desa yang terdampak parah di Provinsi Kunar pada Senin (1/9), dan upaya penyelamatan ini difokuskan untuk menjangkau area-area pegunungan yang lebih terpencil.

    “Kami tidak dapat memprediksi secara akurat berapa banyak jenazah yang mungkin masih terjebak di bawah reruntuhan,” kata Eshan.

    “Upaya kami adalah menyelesaikan operasi ini sesegera mungkin dan mulai mendistribusikan bantuan kepada keluarga-keluarga yang terdampak,” ucapnya.

    Medan pegunungan dan cuaca buruk telah menghambat tim penyelamat untuk mencapai area-area terpencil di sepanjang perbatasan Pakistan, di mana gempa meratakan ratusan rumah yang dibangun dari lumpur dan bata.

    Eshan mengatakan bahwa akses kendaraan di sepanjang jalan pegunungan yang sempit menjadi kendala utama. Dia menambahkan bahwa alat berat sedang didatangkan untuk membersihkan jalanan dari puing-puing.

    Lihat Video: Total 812 Orang Tewas Usai Afghanistan Diguncang Gempa M 6,0

    Halaman 2 dari 2

    (nvc/ita)