Topik: Gempa

  • Penjelasan Telkom Soal Akses Internet di Papua Selatan

    Penjelasan Telkom Soal Akses Internet di Papua Selatan

    Jakarta

    Teknologi satelit memang makin populer, namun kabel laut masih menjadi tulang punggung utama konektivitas digital di Indonesia, termasuk di Papua Selatan. Kabel laut memiliki keunggulan dapat mengangkut lalu lintas data dalam jumlah besar. Hal ini belum dapat diberikan oleh satelit.

    Executive Vice President Telkom Regional V Amin Soebagyo, dalam kunjungannya ke Merauke menjelaskan hal ini saat menjawab pertanyaan, mengapa Telkom lebih memilih membangun Sistem Komunikasi Kabel Laut (SKKL) Papua Selatan 2 (Pasela 2) untuk memperkuat infrastruktur digital di kawasan paling timur Indonesia tersebut, padahal SKKL Pasela 1 yang sudah ada rawan putus akibat faktor alam dan aktivitas manusia.

    Menurut Amin, fiber optik merupakan teknologi komunikasi paling diandalkan saat ini, terutama dari sisi kapasitas dan kecepatan. “Fiber optik bekerja dengan kecepatan cahaya, sekitar 310 ribu km per detik, sehingga menjadi media transmisi data paling cepat yang kita miliki,” ujarnya.

    Teknologi ini, lanjut Amin, juga unggul dari sisi bandwidth dan stabilitas. Namun, penyambungan antar-ruas kabel laut membutuhkan presisi tinggi karena pantulan cahaya di dalam serat optik tidak boleh meleset sedikit pun.

    EVP Telkom Regional V Amin Soebagyo di Stasiun Bumi Telkom di Merauke. Foto: Rachmatunnisa/detikINETSatelit untuk Cadangan

    Meski Telkom juga memanfaatkan jaringan satelit untuk mendukung konektivitas di wilayah terpencil, kapasitas yang bisa ditampung jauh lebih kecil dibandingkan fiber optik.

    Amin mencontohkan, saat kabel laut Papua mengalami gangguan beberapa waktu lalu, trafik normal sebesar 73 Gbps hanya bisa dipulihkan sekitar 15,2 Gbps melalui jaringan satelit.

    “Kami bekerja sama dengan Telkomsat dan Starlink untuk backup, tapi proses penyiapannya butuh waktu dan kapasitasnya terbatas,” jelasnya.

    Selain keterbatasan kapasitas, satelit juga memiliki latensi lebih tinggi, yaitu jeda waktu antara pengiriman dan penerimaan data. Kondisi ini membuat komunikasi real-time seperti video conference atau transaksi digital menjadi kurang optimal.

    “Satelit itu penting, tapi tetap bukan solusi utama. Selain latensi tinggi, biaya per unitnya juga sangat mahal. Setiap hari ada 2-5 satelit yang jatuh ke Bumi karena gravitasi dan usia pakai,” tambahnya.

    Tantangan Kontur Papua

    Pemasangan kabel optik di Papua tidak lepas dari tantangan kontur medannya. Kondisi geografis dengan banyak sungai dan wilayah yang belum memiliki akses jalan membuat pemasangan kabel darat sulit dilakukan. Karena itu, sejak 2018 Telkom mulai menggelar SKKL di wilayah Papua.

    Namun, gangguan fisik tetap menjadi risiko. Berdasarkan data Telkom, sekitar 50% gangguan SKKL disebabkan oleh aktivitas kapal, seperti jangkar dan alat tangkap berat, sedangkan sisanya akibat faktor alam seperti gempa Bumi atau pergeseran lempeng.

    Telkom Gelar Pasela 2

    Sebagai bagian dari strategi jangka panjang, Telkom kini menyiapkan pembangunan jaringan kabel laut Papua Selatan 2 yang ditargetkan rampung pada Juni 2028. Proyek ini akan menjadi jalur cadangan sekaligus memperkuat kapasitas konektivitas digital di kawasan timur Indonesia.

    “Investasinya besar, tapi dampak ekonominya juga besar. Fiber optik saat ini masih menjadi teknologi paling efisien untuk membawa trafik data berkapasitas besar dengan kecepatan tertinggi,” tegas Amin.

    Dengan demikian, kabel laut dan satelit sama-sama berperan penting dalam pemerataan akses digital di Indonesia. Namun, untuk kebutuhan utama dengan kapasitas tinggi dan latensi rendah, fiber optik tetap menjadi pilihan paling andal, terutama di wilayah strategis seperti Papua Selatan yang sedang bersiap menuju kemandirian digital

    (rns/rns)

  • Kayu Super Diciptakan, 10 Kali Lebih Kuat Dari Baja

    Kayu Super Diciptakan, 10 Kali Lebih Kuat Dari Baja

    Jakarta

    InventWood, sebuah perusahaan di Amerika Serikat, merekayasa jenis kayu baru yang diklaim memiliki rasio kekuatan terhadap berat hingga 10 kali lipat baja, sekaligus enam kali lebih ringan.

    Kayu yang disebut Superwood itu baru diluncurkan sebagai produk komersial oleh InventWood, perusahaan yang didirikan bersama ilmuwan material Liangbing Hu. Sekitar sedekade lalu, Hu berupaya mengembangkan salah satu bahan bangunan tertua itu. Saat bekerja di Universitas Maryland, Hu yang kini profesor di Yale, menemukan cara inovatif rekayasa kayu.

    Terobosan terjadi tahun 2017, ketika Hu pertama kali memperkuat kayu biasa dengan mengolahnya secara kimia untuk meningkatkan selulosa alaminya, menjadikannya material konstruksi yang lebih baik.

    Kayu pertama-tama direbus dalam bak berisi air dan bahan kimia tertentu, kemudian dipres panas untuk memecah di tingkat sel, membuatnya jauh lebih padat. Di akhir proses yang berlangsung seminggu, kayu yang dihasilkan memiliki rasio kekuatan terhadap berat yang lebih tinggi dari kebanyakan logam dan paduan struktural.

    Kini, setelah bertahun-tahun Hu menyempurnakan proses dan mengajukan lebih dari 140 paten, Superwood diluncurkan komersial. “Dari sudut pandang kimia dan praktis, ini adalah kayu,” jelas CEO InventWood, Alex Lau.

    Pada bangunan, hal itu akan memungkinkan struktur yang berpotensi hingga empat kali lebih ringan daripada saat ini. Struktur tersebut akan lebih tahan gempa, serta lebih ringan pada fondasi. Konstruksi menjadi lebih cepat dan mudah.

    “Kelihatannya persis seperti kayu, dan ketika diuji, perilakunya seperti kayu, kecuali jauh lebih kuat dan lebih baik daripada kayu dalam hampir semua aspek yang telah kami uji,” klaim Lau yang dikutip detikINET dari CNN.

    InventWood memproduksi Superwood di pabriknya di Frederick, Maryland dan peningkatan skala produksi akan membutuhkan waktu. Awalnya, perusahaan berencana fokus pada aplikasi eksternal seperti dek dan pelapis dinding, sebelum beralih ke aplikasi internal seperti panel dinding, lantai, dan furnitur rumah tahun depan.

    “Orang-orang selalu mengeluh bahwa furnitur rusak seiring waktu, dan itu sering kali karena melorot atau patah pada sambungannya, yang saat ini terbuat dari logam karena kayu tidak cukup kuat,” kata Lau. Superwood dapat digunakan untuk mengganti komponen-komponen ini.

    Pada akhirnya, Lau memproyeksikan bahwa seluruh bangunan dapat dibangun dari Superwood. “Secara teori, kami dapat menggunakan semua jenis material kayu. Dalam praktiknya, kami telah menguji dengan 19 jenis spesies kayu yang berbeda serta bambu, dan berhasil pada semuanya,” cetus Lau.

    InventWood mengatakan Superwood hingga 20 kali lebih kuat daripada kayu biasa dan hingga 10 kali lebih tahan terhadap penyok, karena struktur pori alami kayu telah dihancurkan dan diperkuat. Itu membuatnya tahan terhadap jamur dan serangga. Superwood juga mendapat peringkat tertinggi dalam uji ketahanan api standar.

    Superwood saat ini harganya lebih mahal daripada kayu biasa dan memiliki jejak karbon manufaktur yang lebih besar, tapi Lau mengatakan dibanding manufaktur baja, emisi karbonnya 90% lebih rendah. Targetnya adalah untuk menjadi kompetitif dengan baja.

    (fyk/fyk)

  • Merauke 3 Jam Lebih Cepat dari Jakarta, Butuh Internet Tanpa Putus

    Merauke 3 Jam Lebih Cepat dari Jakarta, Butuh Internet Tanpa Putus

    Merauke

    Secara astronomi, Merauke sebenarnya tiga jam lebih cepat dari Jakarta atau Waktu Indonesia Barat. Fun fact ini disampaikan Gubernur Papua Selatan Apolo Safanpo saat menerima kunjungan audiensi Telkom ke kantornya.

    Ia menjelaskan, letak astronomi Indonesia berdasarkan garis bujur berada di 95 derajat Bujur Timur (BT) hingga 141 derajat BT. Posisi ini menyebabkan Indonesia memiliki tiga zona waktu, yaitu Waktu Indonesia Barat (WIB), Waktu Indonesia Tengah (WITA), dan Waktu Indonesia Timur (WIT).

    “Karena setiap 15 derajat bujur di Bumi itu selisih 1 jam. 141 derajat BT itu pas di Merauke,” kata Apolo di kantor Gubernur Papua Selatan, Merauke, Senin (13/10/2025).

    “Tapi karena beda antara Merauke dengan Jayapura itu hanya 1 derajat, maka disamakan. Tapi posisi kemiringan Matahari terhadap kita (Merauke) di Bumi itu beda, kita lebih. Jadi kita 3 jam lebih awal daripada (wilayah) Barat,” jelasnya.

    Apolo melanjutkan, Merauke merupakan titik paling timur Indonesia, dan kalau mengikuti pembagian waktu berdasarkan bujur, aktivitas pagi di Merauke seharusnya sudah berlangsung saat Jakarta masih terlelap.

    “Bahkan dulu pernah ada usulan agar kantor Bursa Efek Indonesia dipindahkan ke Merauke karena kita bisa aktivitas 3 jam lebih awal daripada orang di sana (Jakarta), sehingga transaksi perekonomian itu lebih awal di kita,” tutur Apolo.

    Kini, keunggulan waktu itu mulai punya makna baru. Di bawah program swasembada pangan dan energi nasional, Merauke bersiap menjadi wilayah yang tak hanya lebih cepat secara waktu, tapi juga secara digital dengan dukungan konektivitas yang diperkuat oleh Telkom Indonesia.

    Smart Farming dan Smart Energy

    Gubernur Apolo menjelaskan, dua tahun ke depan akan menjadi masa penting untuk menyiapkan infrastruktur menuju swasembada pangan dan energi di Papua Selatan.

    “Bapak Presiden menetapkan wilayah kita sebagai dua tempat implementasi pelaksanaan program strategis nasional untuk swasembada pangan dan swasembada energi,” ujarnya.

    “Semua sistem yang dibangun menggunakan konsep smart farming dan smart energy, yang artinya seluruh aktivitasnya berbasis internet. Oleh karena itu memang layak Merauke itu dibantu untuk penguatan kapasitas internetnya,” katanya.

    Ia pun mengapresiasi langkah Telkom yang memperkuat jaringan di Merauke, sehingga konektivitas menjadi fondasi dari seluruh pembangunan di sektor pertanian, energi, dan logistik.

    “Kementerian lain sudah mulai mengambil bagian, Kementerian Perhubungan membangun pelabuhan dan bandara baru, semua Kementerian sudah ambil bagian. Maka Telkom juga harus ikut ambil bagian memperkuat sisi digitalnya,” tambahnya.

    Ketangguhan Digital di Ujung Timur Indonesia

    Dari sisi industri, Executive Vice President Telkom Regional V Amin Soebagyo, menjelaskan bahwa Telkom berkomitmen menghadirkan resiliensi konektivitas di Merauke dengan tiga program besar yang mencakup pembangunan kabel laut Pasela 2 yang akan menghubungkan Merauke-Tual-Timika, pembangunan Content Delivery Network (CDN) agar akses konten digital lebih cepat, hingga pemasangan antena pengalih gateway untuk memperkuat kapasitas internet hingga lebih dari 50 Gbps.

    “Merauke punya tantangan alam seperti gempa dan aktivitas kapal besar di laut. Karena itu, jaringan di sini harus tangguh. Kami ingin memastikan masyarakat tetap terkoneksi kapan pun,” jelas Amin.

    Alahasil, kolaborasi antara Telkom dan Pemerintah Provinsi Papua Selatan bukan sekadar proyek infrastruktur, tapi simbol bagaimana pembangunan digital ikut mempercepat langkah Indonesia dari timur.

    Dengan posisi geografis yang ‘seharusnya’ 3 jam lebih cepat dari Jakarta, kini Merauke benar-benar bersiap berlari lebih cepat, lewat konektivitas kuat yang menopang pertanian cerdas, energi hijau, dan ekonomi digital yang tumbuh dari tanah paling timur negeri ini.

    (rns/rns)

  • Sumenep Diguncang 6 Kali Gempa Beruntun Siang Ini, Getaran hingga ke Malang

    Sumenep Diguncang 6 Kali Gempa Beruntun Siang Ini, Getaran hingga ke Malang

    Bisnis.com, JAKARTA – Sumenep Jawa Timur diguncang gempa magnitudo 5,0 siang ini.

    Berdasarkan data dari BMKG gempa terjadi pada pukul 14:10:31 WIB.

    Adapun pusat gempa yakni di titik lokasi 7.28 LS, 114.14 BT (Pusat gempa berada di laut 47 km Tenggara Sumenep).

    Gempa dengan kedalaman 14 Km itu dirasakan di Pasuruan, Pamekasan, Sapudi, Kota Malang, dan Kab. Sumenep.

    Berikut kejadian gempa di Sumenep hari ini

    Gempa Mag:5.0, 13-Oct-2025 14:10:31WIB, Lok:7.28LS, 114.14BT (47 km Tenggara SUMENEP-JATIM), Kedlmn:14 Km

    Gempa Mag:2.6, 13-Oct-2025 14:32:41WIB, Lok:7.25LS, 114.16BT (45 km Tenggara SUMENEP-JATIM), Kedlmn:10 Km

    Gempa Mag:2.5, 13-Oct-2025 14:34:34WIB, Lok:7.28LS, 114.09BT (44 km Tenggara SUMENEP-JATIM), Kedlmn:10 Km

    Gempa (UPDATE) Mag:5.0, 13-Okt-25 14:10:31 WIB, Lok:7.28 LS, 114.14 BT (Pusat gempa berada di laut 47 km Tenggara Sumenep), Kedlmn:14 Km Dirasakan (MMI) II – III Pasuruan, II – III Pamekasan, II-III Sapudi, II Kota Malang

    Gempa Mag:2.2, 13-Oct-2025 14:47:34WIB, Lok:7.30LS, 114.12BT (47 km Tenggara SUMENEP-JATIM), Kedlmn:12 Km

  • Gempa M5,0 Guncang Sumenep, Getaran Terasa Sampai di Malang

    Gempa M5,0 Guncang Sumenep, Getaran Terasa Sampai di Malang

     

    Liputan6.com, Jakarta – Gempa magnitudo 5,0 mengguncang wilayah Sumenep Jatim, Senin (13/10/2025), pukul 14.10.31 WIB. Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) menyebutkan, lokasi gempa Sumenep ini berada pada koordinat 7.28 LS, 114.14 BT, dengan episenter gempa berada di laut 47 km tenggara Sumenep.

    “Kedalaman gempa 14 km,” tulis BMKG.

    BMKG menyebutkan, gempa dirasakan antara lain pada skala (MMI), antara lain  II – III Pasuruan, II – III Pamekasan, II-III Sapudi, II Kota Malang.

    BMKG memastikan gempa tidak berpotensi tsunami.

    Belum ada laporan kerusakan akibat gempa, namun warga diimbau tetap waspada terhadap kemungkinan terjadinya gempa susulan.

  • Gempa Magnitudo 5,0 Guncang Sumenep Jatim

    Gempa Magnitudo 5,0 Guncang Sumenep Jatim

     

    Liputan6.com, Jakarta – Gempa Magnitudo 5,0 mengguncang wilayah Sumenep Jatim, Senin siang (13/10/2025), pukul 14.10.31 WIB. Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) menyebutkan, lokasi gempa Sumenep ini berada pada koordinat 7.28LS, 114.14BT, dengan episenter gempa berada di laut 47 km tenggara Sumenep, Jatim.

    “Kedalaman gempa 14 km,” tulis BMKG.

    BMKG menyebutkan gempa tidak berpotensi tsunami.

    Belum ada laporan kerusakan akibat gempa, namun warga diimbau tetap waspada terhadap kemungkinan terjadinya gempa susulan. 

  • Gempa Timur Laut Tuban, Warga Lamongan dan Bawean Merasakan Getaran

    Gempa Timur Laut Tuban, Warga Lamongan dan Bawean Merasakan Getaran

    Tuban (beritajatim.com) – BMKG Stasiun Meteorologi Tuban kembali merilis informasi gempa di Timur Laut Tuban Jawa Timur dengan kekuatan 4.3 Magnitudo. Gempa dirasakan oleh warga asal Kabupaten Lamongan.

    Adapun info gempa tersebut pada 12 Oktober 2025 pukul 12.58 Wib dengan lok:5.74 LS:112.54 BT atau 140 Km TimurLaut Tuban-Jatim 10 Km BMKG PGR VII.

    Kepala BMKG Stasiun Meteorologi Tuban, Muchammad Nur mengatakan bahwa gempa 4.3 M di timurlaut Tuban dengan kedalaman 10 Km dirasakan (MMI): II-III Bawean.

    “Untuk laporan merasakan hanya ada 1 warga yang konfirmasi ke kami itu warga Lamongan,” tutur Muchammad Nur, Minggu (12/10/2025).

    Selain itu, pria yang akrab disapa Nur ini menyampaikan dilihat dari group Whatshapp orang Tuban tidak ada laporan yang merasakan getaran gempa tersebut.

    “Untuk laporannya, gempa bumi tektonik guncangannya dirasakan di daerah Bawean II-III MMI atau Pulau Bawean Jatim, getarannya seperti terdapat truk melintas,” imbuhnya.

    Lanjut, jenis dan mekanisme gempa bumi ini dengan memperhatikan lokasi episenter dan kedalaman hiposenternya yang terjadi merupakan jenis gempa bumi dangkal akibat adanya aktivitas sesar aktif.

    “Hingga saat ini belum ada laporan dampak kerusakan yang ditimbulkan akibat gempa bumi tersebut,” ucap Nur.

    Terkait dengan gempa bumi Susulan, dari monitoring pukul 14.00 WIB, hasilnya menunjukkan terdapat 1 gempa bumi susulan (aftershock) pada pukul 13.57.05 WIB.

    “Kami mengimbau masyarakat agar tetap tenang dan tidak terpengaruh oleh isu yang tidak dapat dipertanggungjawabkan kebenarannya, serta agar menghindari bangunan yang retak atau rusak diakibatkan oleh gempa,” tambahnya.

    Selain itu, periksa dan pastikan bangunan tempat tinggal anda cukup tahan gempa, ataupun tidak ada kerusakan akibat getaran gempa yg membahayakan kestabilan bangunan sebelum anda kembali kedalam rumah. [dya/but]

  • Semarang Terancam Gempa Besar, Guncangan Bisa Lebih Kuat dari Bandung

    Semarang Terancam Gempa Besar, Guncangan Bisa Lebih Kuat dari Bandung

    Jakarta, CNBC Indonesia – Tim riset dari Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) melalui Pusat Riset Kebencanaan Geologi menemukan potensi sesar aktif di wilayah Semarang dan sekitarnya. Hal itu terungkap saat tim melakukan ekspedisi geologi darat di wilayah Jawa Tengah, khususnya di Semarang, Demak, dan Kendal, pada Mei 2025.

    Kegiatan ini merupakan bagian dari upaya mendokumentasikan dan memahami fitur geologi aktif, terutama struktur sesar naik yang menunjukkan potensi aktivitas seismik di masa lalu.

    Menurut hasil wawancara dengan tim lapangan, terdapat temuan menarik berupa jejak morfologi unik antara pantai utara Jawa dan kota Semarang, yang menunjukkan adanya batas morfologi mencolok antara area datar di utara dan area yang lebih tinggi di selatan.

    “Sesar di Semarang ini sudah pasti ada dan sudah pasti aktif karena ditemukan batuan ataupun endapan yang jadi indikatornya,” ungkap periset bidang Paleoseismologi, Pusat Riset Kebencanaan Geologi BRIN Sonny Aribowo dalam risetnya, Minggu (12/10/2025).

    Ekspedisi ini menyusuri tiga zona utama, yaitu Zona Timur (Demak), Zona Kota (Semarang), dan Zona Barat (Kendal). Di Zona Timur, ditemukan gawir sesar berupa lereng curam setinggi 1 meter di atas endapan aluvial muda yang diperkirakan merupakan hasil dari satu kejadian gempa, dan lokasi ini dinilai sangat cocok untuk survei geolistrik serta pemetaan lanjutan menggunakan LiDAR. Survei geolistrik merupakan metode untuk melihat struktur bawah permukaan tanah dengan menggunakan listrik.

    Foto: Rofiq, Pemandu Wisata Kota Lama di depan Gedung Manod Diephuis & Co, Semarang, Rabu (17/7/2024). (dok: Mentari Puspadini)
    Kota Lama, Semarang

    Di Zona Kota, struktur serupa muncul di area Taman Makam Pahlawan dengan ketinggian gawir mencapai 4 meter, namun pelacakan lebih lanjut dengan geolistrik akan dilakukan, mengingat kawasan tersebut merupakan daerah perkotaan yang landscapenya sudah banyak modifikasi oleh manusia.

    Sementara itu, Zona Barat di kawasan Bendungan Juwero menjadi titik paling menjanjikan, dengan jejak gawir sesar antara 0,5-3 meter dan singkapan sesar aktif yang menunjukkan aktivitas tektonik Holosen, yaitu pergerakan kerak bumi selama periode 11.700 tahun yang lalu hingga sekarang. Bahkan beberapa bagian sesar terangkat hingga 20 meter di atas sungai, menjadi bukti nyata pergerakan kerak bumi dalam skala waktu geologis.

    Lokasi Semarang dipilih karena memiliki patahan panjang, yang masih diteliti lebih lanjut untuk memastikan apakah berasal dari satu segmen sesar yang sama atau terdiri dari beberapa segmen berbeda. Jika berasal dari satu sesar utuh, maka potensi magnitudo gempa yang dihasilkan akan lebih besar.

    Menariknya, bagian paling panjang dari patahan tersebut berada di utara Semarang, bahkan lebih panjang dari Sesar Lembang, sehingga menandakan potensi gempa yang bisa lebih kuat. Sebagai gambaran, BRIN dalam risetnya mengungkapkan bahwa Sesar Lembang merupakan sistem geologi aktif yang keberadaannya dapat terlihat jelas di lapangan. Bukti bahwa pernah terjadi gempa bumi bermagnitudo 6,5-7 juga tampak dari hasil uji parit di kilometer 11,5.

    Menindaklanjuti temuan sebelumnya akan dilakukan ekspedisi lanjutan di bulan Agustus 2025 dengan fokus kegiatan meliputi pengambilan 10 sampel ilmiah untuk analisis lanjutan, pemetaan tujuh lokasi, serta finalisasi satu draf publikasi ilmiah.

    Sesar aktif yang ditemukan di Semarang dan sekitarnya menyimpan informasi penting terkait potensi gempa bumi. Dengan dokumentasi dan pemetaan yang akurat, hasil riset ini dapat menjadi dasar ilmiah untuk mitigasi bencana, perencanaan tata ruang, dan edukasi masyarakat terhadap risiko geologi yang tersembunyi.

    (wur/wur)

    [Gambas:Video CNBC]

  • Ini Zona Merah Megathrust Selatan Jawa, Warga Waspadai Tsunami Raksasa

    Ini Zona Merah Megathrust Selatan Jawa, Warga Waspadai Tsunami Raksasa

    Jakarta, CNBC Indonesia – Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) mengungkap bukti ilmiah tentang keberadaan tsunami raksasa yang pernah melanda wilayah selatan Jawa ribuan tahun lalu. Temuan ini merupakan hasil riset paleotsunami yang dilakukan oleh tim Pusat Riset Kebencanaan Geologi (PRKG), menjadi peringatan penting akan potensi ancaman megatsunami yang masih membayangi kawasan padat penduduk tersebut.

    Peneliti Ahli Madya PRKG BRIN, Purna Sulastya Putra, mengatakan, paleotsunami adalah kajian ilmiah untuk mengenali kejadian tsunami purba yang tidak tercatat dalam sejarah manusia.

    “Riset ini sangat penting, karena selatan Jawa terus berkembang dengan pembangunan infrastruktur strategis, sementara ancaman tsunami raksasa yang berulang justru belum sepenuhnya dipahami dan diantisipasi,” ungkap Purna dalam risetnya, dikutip Minggu (12/10/2025).

    Dia menjelaskan, salah satu temuan krusial BRIN adalah lapisan sedimen tsunami purba berumur sekitar 1.800 tahun yang ditemukan di berbagai titik di sepanjang selatan Jawa, seperti di Lebak, Pangandaran, dan Kulon Progo.

    “Dikarenakan penyebarannya yang meluas di banyak lokasi di selatan Jawa, jejak ini diperkirakan merupakan hasil dari tsunami raksasa yang disebabkan gempa megathrust berkekuatan magnitudo 9,0 atau lebih. Ini bukan satu-satunya. Jejak tsunami raksasa lainnya ditemukan berumur sekitar 3.000 tahun lalu, 1.000 tahun lalu, dan 400 tahun lalu,” bebernya.

    Riset paleotsunami, lanjut Purna, dilakukan melalui pengamatan lapangan, salah satunya di lingkungan rawa dan laguna. Di mana, sedimen laut yang terbawa oleh gelombang tsunami lebih mudah dikenali dan terawetkan di lingkungan tersebut.

    Untuk membuktikan bahwa lapisan tersebut merupakan endapan tsunami, dilakukan analisis lanjutan seperti uji mikrofauna, kandungan unsur kimia, hingga pentarikhan umur radiokarbon.

    “Tantangannya adalah tak semua endapan tsunami purba bisa bertahan utuh dan terawetkan dengan baik, dan membedakan dengan sedimen akibat proses-proses lain seperti banjir atau badai pun memerlukan kehati-hatian,” tambahnya.

    Temuan Fakta Pernah Terjadi Tsunami Raksasa di Lokasi Ini 

    Dari hasil penelitian dan studi paleotsunami, Purna mengatakan tim riset menemukan di antaranya di Lebak (Banten), terdapat lapisan pasir kaya mikrofauna laut dan bongkahan kayu di kedalaman kurang dari 1 meter yang bukan berasal dari rawa. Selain itu ada juga temuan Mineral gloponid mengisi cangkang-cangkang dari foraminifera atau biota laut. Temuan branching coral atau coral bercabang dalam posisi berdiri yang tertimbun pasir. Diperkirakan berasal dari tsunami sekitar 400 tahun dan 3.000 tahun lalu.

    Sementara itu, lanjut Purna, di Pangandaran (Jawa Barat) terdapat endapan tsunami berlapis, termasuk lapisan pasir bergelombang yang mengindikasikan adanya dampak perubahan lingkungan yang berubah akibat uplift yang mengindikasikan telah terjadi gempa bumi dan tsunami yang besar. Sedangkan di daerah Adipala, Cilacap (Jawa Tengah) pihaknya menemukan radiolaria, mikrofauna laut dalam yang jarang ditemukan, di dalam lapisan tsunami. Umurnya diperkirakan sekitar 1.800 tahun.

    Di Kulonprogo (DIY), tim peneliti paleotsunami menemukan lapisan berisi cangkang foraminifera, termasuk ‘baby foram’, sebagai bukti kuat transportasi material laut. Tim menemukan ada tiga lapis paleo tsunami yang belum dilakukan dating. Umurnya diperkirakan lebih 1.800 tahun.

    “Di Kulonprogo ini kita menemukan ada tiga lapis paleo tsunami yang sebenarnya hasil dating-nya atau umurnya kita belum tahu karena masih dianalisis. Kita berharap yang lapisan yang tengah dan paling atas itu itu lebih mudah dari 1.800 sehingga kita bisa merekonstruksi lebih detail perulangan dari tsunami raksasanya,” ucap Purna.

    Sementara di Ujung Genteng (Jawa Barat) terdapat temuan lapisan pasir setebal 7 meter pada lingkungan rawa yang mengindikasikan tsunami berusia sekitar 4.300 dan 5.500 tahun. Di Lumajang (Jawa Timur) juga terdapat lapisan pasir kontras di antara lapisan lempung yang umurnya sekitar 300-400 tahun. Diduga bukan bagian dari tsunami raksasa seperti di wilayah barat, tapi tsunami lokal.

    “Bukti geologi keberadaan tsunami raksasa sudah ada. Tapi kita masih harus melakukan analisis lebih detil untuk memahami frekuensi dan dampaknya secara menyeluruh,” ujar Purna.

    Temuan tersebut menunjukkan bahwa tsunami raksasa di wilayah selatan Jawa bersifat berulang, dengan siklus sekitar 600-800 tahun. “Ini artinya, bukan soal apakah tsunami besar akan terjadi, tapi kapan,” tegas Purna.

    Foto: Titik lokasi pusat megathrust. (Dok. Google Maps)
    Titik lokasi pusat megathrust. (Dok. Google Maps)

    Antisipasi Gempa Megathrust Dahsyat dan Tsunami Raksasa

    Dengan jumlah penduduk yang diperkirakan lebih dari 30 juta orang akan terekspos di wilayah pesisir selatan Jawa pada 2030, ancaman ini perlu menjadi perhatian serius.

    BRIN juga menyoroti bahwa pembangunan infrastruktur di selatan Jawa – seperti bandara, pelabuhan, dan kawasan industri – belum sepenuhnya mengintegrasikan risiko tsunami. “Jika tidak dirancang dengan mempertimbangkan sejarah bencana, dampaknya akan sangat besar, baik dari sisi korban jiwa maupun kerugian ekonomi,” ujarnya.

    Dengan semakin banyak dibangunnya infrastruktur strategis di selatan Jawa, kawasan sekitarnyapun ikut berkembang, ditandai dengan semakin banyaknya fasilitas seperti hotel, restoran, hingga destinasi wisata baru akan ikut bermunculan.

    “Peningkatan aktivitas ini, meski memberikan dampak positif dari sisi ekonomi, juga secara tidak langsung menambah kerentanan wilayah terhadap potensi bencana tsunami,” sebut Purna.

    Data paleotsunami yang dihasilkan BRIN dapat menjadi fondasi dalam penetapan kebijakan tata ruang dan mitigasi bencana. Informasi tentang sebaran wilayah terdampak, periode ulang, serta estimasi jarak genangan sangat berguna untuk menetapkan zona rawan, menentukan lokasi tempat evakuasi, dan merancang jalur evakuasi yang efisien.

    “Pemerintah daerah sebaiknya mulai memanfaatkan data ini untuk menyusun rencana pembangunan yang berwawasan risiko, serta melakukan sosialisasi rutin ke masyarakat,” tegasnya.

    BRIN mendorong agar edukasi kebencanaan berbasis riset ditingkatkan di sekolah-sekolah, media massa, hingga komunitas lokal.

    Sebagai peneliti, Purna mengimbau kepada masyarakat untuk selalu waspada dan mengikuti arahan dari pemangku kepentingan di daerah masing-masing. “Kalau terjadi gempa kuat di dekat pantai, jangan tunggu sirine atau pemberitahuan. Segera evakuasi ke tempat yang lebih tinggi. Alam sering memberi sinyal pertama, dan kesiapsiagaan adalah kunci keselamatan,” pesannya.

    Dengan hasil riset ini, BRIN mengajak semua pihak, baik pemerintah, akademisi, media, dan masyarakat untuk bersama-sama membangun budaya sadar risiko. “Tsunami mungkin tak bisa dicegah, tapi korban jiwa dan kerugian bisa kita minimalisir dengan pengetahuan dan kesiapan,” pungkas Purna.

    (wur/wur)

    [Gambas:Video CNBC]

  • Cianjur Diguncang Gempa Magnitudo 3,1 Sore Ini

    Cianjur Diguncang Gempa Magnitudo 3,1 Sore Ini

    Bisnis.com, JAKARTA – BMKG melaporkan telah terjadi gempa magnitudo 3,1 di Cianjur Jawa Barat.

    Kejadian gempa terekam pada, 12-Oct-2025 pukul 16:05:05WIB.

    Adapun titik pusat gempa yakni di 7.07LS, 107.16BT (27 km Tenggara KAB-CIANJUR-JABAR).

    Catatan BMKG pusat gempa dalam dengan kedalaman 111 Km.

    Selain di Cianjur, juga terjadi gempa berikut ini

    Gempa Mag:3.9, 12-Oct-2025 15:27:09WIB, Lok:7.20LU, 127.03BT (357 km TimurLaut MELONGUANE-SULUT), Kedlmn:10 Km

    #Gempa Mag:3.1, 12-Oct-2025 14:33:14WIB, Lok:8.49LS, 122.96BT (19 km BaratDaya LARANTUKA-NTT), Kedlmn:239 Km

    Gempa Mag:3.9, 12-Oct-2025 14:21:13WIB, Lok:2.72LS, 129.61BT (96 km TimurLaut MALUKUTENGAH), Kedlmn:10 Km

    Gempa (UPDATE) Mag:4.3, 12-Okt-25 12:58:00 WIB, Lok:5.74 LS, 112.54 BT (Pusat gempa berada di laut 140 km timurlaut Tuban), Kedlmn:10 Km Dirasakan (MMI) II-III Bawean