Topik: Gempa

  • Tiba-tiba Muncul Gunung Baru di Jawa, Ahli Geologi Beri Penjelasan

    Tiba-tiba Muncul Gunung Baru di Jawa, Ahli Geologi Beri Penjelasan

    Jakarta, CNBC Indonesia – Pada Maret 2024, publik dihebohkan dengan fenomena munculnya “gunung baru” di wilayah Grobogan, Jawa Tengah.

    Tiba-tiba ada gundukan tanah besar yang video dan fotonya tersebar di media sosial. Tak cuma itu, gundukan tanah itu memperlihatkan semburan tanah yang mirip penampakan letusan gunung berapi.

    Kejadian tak biasa ini lantas menimbulkan banyak pertanyaan dan spekulasi di kalangan masyarakat. Sebelum gundukan tanah itu muncul, terjadi insiden gempa berkekuatan M 6,5, tepatnya pada 22 Maret 2024. 

    Menanggapi kehebohan yang ada, Kepala Badan Geologi Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral, Muhammad Wafid A.N buka suara. Ia menegaskan kemunculan gundukan lumpur di Grobogan adalah gunung lumpur atau diistilahkan ‘mud volcano’.

    Gundukan tersebut memiliki ketinggian 25 meter di atas permukaan tanah. Pembentukannya disebabkan natural gas yang naik ke permukaan ketika menemukan sesar mendatar yang tegak (konduit) dan membawa lumpur dengan densitas lebih ringan dari sedimen di sekitarnya, dikutip dari laman resmi EGSA UGM, Senin (20/10/2025).

    “Berbagai material, seperti lumpur, gas, batuan, belerang, garam, dan air akan diletuskan di permukaan membentuk kerucut seperti gunung,” tertulis dalam artikel pada laman EGSA UGM, mengutip Sabdaningsih, 2020.

    Ia mengatakan gempa yang terjadi menyebabkan migrasi hidrokarbon maupun lumpur yang lebih aktif karena rekahan atau patahan sebagai akibat gempa dangkal. Hal ini mendorong lumpur panas keluar dengan kekautan besar menyerupai gunung api.

    EGSA UGM menuliskan bahwa fenomena mud volcano di Grobogan bukan insiden luar biasa. Pasalnya, sering terjadi mud volcano di daerah tersebut.

    Anomali mud volcano di Grobogan dikatakan berasal dari batuan yang mengalami sesar memanjang dari arah Barat Daya menuju timur laut. Sesar yang terjadi kemudian mengakibatkan keluarnya aliran gas ke permukaan Bumi melalui batuan yang mudah dilalui.

    Risiko Kemunculan Gunung Lumpur

    Foto: Fenomena Mud Volcano di Grobogan: Ketika Gundukan Lumpur Diduga Gunung Api. (Dok. Perpustakaan Fakultas Geografi UGM)
    Fenomena Mud Volcano di Grobogan: Ketika Gundukan Lumpur Diduga Gunung Api. (Dok. Perpustakaan Fakultas Geografi UGM)

    Dalam artikel di EGSA UGM, disebutkan bahwa mud volcano tidak terlalu eksplosif seperti letusan gunung api. Namun, semburannya tetap menimbulkan dampak bagi wilayah sekitarnya.

    Salah satunya berupa dampak kerusakan pada lahan pertanian warga di sekitar lokasi. Selain itu, semburan lumpur panas yang keluar berkala dan berpindah-pindah tempat bisa menghancurkan sawah dan ladang warga sekitar.

    Tak cuma itu, gas-gas beracun seperti hidrogen sulfida dan karbondioksida yang dikeluarkan oleh semburan lumpur panas dapat membahayakan keselamatan jika terhirup dalam konsentrasi tinggi.

    “Gas hidrogen sulfida yang berbau menyengat seperti telur busuk dapat menyebabkan iritasi pada mata, hidung, dan tenggorokan jika terhirup dalam jumlah banyak. Sementara gas karbondioksida dalam konsentrasi tinggi dapat menyebabkan sesak nafas, pusing, dan bahkan kematian jika terhirup dalam waktu lama,” tertulis dalam laporan EGSA UGM.

    Pemerintah diharapkan dapat memberikan solusi alternatif bagi masyarakat yang kehilangan pekerjaan karena rusaknya lahan pertanian.

    Potensi dari Kemunculan Gunung Lumpur

    Foto: Fenomena Mud Volcano di Grobogan: Ketika Gundukan Lumpur Diduga Gunung Api. (Dok. Perpustakaan Fakultas Geografi UGM)
    Fenomena Mud Volcano di Grobogan: Ketika Gundukan Lumpur Diduga Gunung Api. (Dok. Perpustakaan Fakultas Geografi UGM)

    Meski demikian, fenomena ini juga bisa mendatangkan peluang besar bagi warga sekitar. Misalnya di sektor pariwisata dan industri kreatif, dengan memanfaatkan potensi alam mud volcano.

    “Melalui proses penggabungan kandungan mineral berharga seperti litium, kaolinit, dan kalsit dengan keberadaan mikroorganisme yang unik seperti bakteri halofilik, lumpur pada mud volcano menjadi bahan yang menjanjikan untuk berbagai aplikasi mulai dari industri hingga konservasi lingkungan. Potensi ini dapat dioptimalkan melalui penelitian lebih lanjut dan pengembangan teknologi yang berkelanjutan sehingga dapat memberikan manfaat maksimal bagi masyarakat dan lingkungan,” tertulis dalam laporan tersebut.

    Lebih lanjut, mud volcano juga bisa dijadikan objek penelitian yang menarik bagi para ilmuwan geologi, biologi, dan lingkungan. Pasalnya, para ilmuwan bisa mempelajari komposisi kimia dan material yang terkandung dalam semburan lumpur panas.

    Dari situ bisa ditelaah informasi berharga terkait proses-proses kerak bumi, potensi sumber daya alam, serta dampak terhadap lingkungan sekitar. Beberapa komponen yang terkandung dalam lumpur panas juga berpotensi memiliki manfaat dalam industri atau aplikasi lainnya, seperti dalam bidang pertanian, energi, atau bahkan kesehatan.

    Nah, itu dia penjelasan ahli geologi terkait kemunculan mud volcano yang bikin heboh. Semoga informasi ini mencerahkan!

    (fab/fab)

    [Gambas:Video CNBC]

  • Dua Gempa Besar Diramal Akan Terjadi Bersamaan, Indonesia Aman?

    Dua Gempa Besar Diramal Akan Terjadi Bersamaan, Indonesia Aman?

    Jakarta

    Para peneliti yang ingin mengungkap pola pergerakan gempa bumi menemukan fakta yang meresahkan, dua patahan terbesar di dunia terkadang bekerja bersamaan.

    Para peneliti gempa bumi di Pantai Barat Amerika Utara menemukan tanda, bahwa gempa bumi di Zona Subduksi Cascadia atau Sesar San Andreas dapat memicu gempa bumi di zona lainnya.

    Dalam sebuah studi baru yang diterbitkan dalam jurnal Geosphere, para peneliti dari Oregon State University yang dipimpin oleh Chris Goldfinger, seorang ahli geologi dan geofisika kelautan, menunjukkan bukti yang disebut ‘sinkronisasi parsial’ antara Sesar San Andreas utara dan Zona Subduksi Cascadia.

    Sinkronisasi parsial pada dasarnya berarti bahwa suatu peristiwa gempa bumi di satu zona memiliki riwayat pemicu di zona lainnya, dan bukti historis ‘interaksi signifikan’ antara keduanya, serta potensi interaksi yang lebih besar di masa mendatang. Menurut mereka, hal ini perlu dianggap sebagai peringatan.

    Bukti inti dari hubungan ini berasal dari dasar laut. Tim menambang 130 inti sedimen yang berasal dari 3.100 tahun yang lalu, dari Persimpangan Tiga Mendocino, tempat pertemuan Lempeng Juan de Fuca dan Lempeng Gorda di bawah Lempeng Amerika Utara, di Zona Subduksi Cascadia dengan Sesar San Andreas di lepas pantai California utara. Di sana, lapisan sedimen menunjukkan aktivitas turbidit yang tidak biasa, lapisan yang terbentuk oleh longsor laut yang menggerakkan dasar laut, yang seringkali merupakan tanda-tanda awal gempa bumi.

    “Turbidit pada umumnya memiliki sedimen kasar di bagian bawah, sementara lanau yang lebih halus mengendap di bagian atas. Namun, di Mendocino Triple Junction, struktur tersebut terbalik dan tampak terbalik dengan semua pasir di atasnya. Dan sejauh yang kami ketahui, gravitasi tidak berubah,” ujar Goldfinger dikutip dari Scientific American, Senin (20/10/2025).

    Hal ini kemungkinan menyiratkan bahwa formasi turbidit unik tersebut ditumpuk oleh dua gempa bumi, satu dari masing-masing zona, secara berurutan dengan selisih waktu beberapa tahun atau bahkan menit.

    Studi ini menunjukkan bahwa delapan tikungan turbidit memiliki ‘tumpang tindih temporal yang substansial’ antara Zona Subduksi Cascadia dan Sesar San Andreas, dan bahwa peristiwa gempa sinkronisasi besar terakhir terjadi sekitar tahun 1700. Goldfinger membandingkan situasi ini dengan menyetel radio untuk mengonversi sinyal masuk.

    “Saat menyetel sistem radio lama, pada dasarnya Anda menyebabkan satu osilator bergetar pada frekuensi yang sama dengan yang lainnya. Ketika patahan-patahan ini sinkron, satu patahan dapat menyetel patahan lainnya dan menyebabkan gempa bumi berpasangan,” ujarnya.

    Namun, meskipun sudah lebih dari 300 tahun sejak gempa bumi kembar terakhir terjadi, hal itu tidak menutup kemungkinan akan terjadi peristiwa serupa di masa mendatang.

    “Kita bisa memperkirakan bahwa gempa bumi di salah satu patahan saja akan menguras sumber daya seluruh negeri untuk meresponsnya,” ujar Goldfinger.

    “Jika keduanya terjadi bersamaan, maka kemungkinan San Francisco, Portland, Seattle, dan Vancouver semuanya akan berada dalam situasi darurat dalam jangka waktu yang singkat,” imbuhnya.

    Meskipun ‘hanya’ terjadi delapan kejadian besar, bukti menunjukkan kedua wilayah tersebut saling terkait erat sehingga gempa bumi yang terjadi hampir bersamaan bukanlah hal yang jarang terjadi.

    “Dalam makalah ini, kami berfokus pada geologi, alih-alih memikirkan potensi bencana. Namun, cukup jelas bahwa jika hal seperti ini terjadi, dan kami yakin buktinya kuat, kami perlu bersiap,” kata Goldfinger.

    Dari penelitian tersebut, belum diketahui bagaimana dengan kondisi patahan lain misalnya di Asia termasuk Indonesia. Penelitian mereka baru untuk wilayah Amerika saja.

    (rns/fay)

  • Gempa Hari Ini M5,2 Guncang Tanimbar Maluku

    Gempa Hari Ini M5,2 Guncang Tanimbar Maluku

    GELORA.CO  – Gempa hari ini Magnitudo 5,2 mengguncang Tanimbar, Maluku, Senin (20/10/2025) pukul 05.44 WIB. Getaran tersebut dilaporkan oleh Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) melalui akun resmi media sosial X @infoBMKG.

    Berdasarkan laporan BMKG, pusat gempa bumi berada 84 kilometer barat laut Tanimbar dengan kedalaman mencapai 121 kilometer. Lokasi gempa tercatat pada titik koordinat 7.40 Lintang Selatan dan 130.80 Bujur Timur.

    “Gempa Mag:5.2, 20-Okt-25 05:44:53 WIB, Lok:7.40 LS,130.80 BT (84 km BaratLaut TANIMBAR), Kedlmn:121 Km, tdk berpotensi tsunami,” demikian dikutip dari akun X @infoBMKG, Senin (20/10/2025).

    Hingga saat ini, belum ada laporan kerusakan atau korban akibat gempa tersebut. Namun, BMKG mengimbau masyarakat di Sarmi dan sekitarnya agar tetap waspada terhadap kemungkinan gempa susulan.

    “Disclaimer: Informasi ini mengutamakan kecepatan, sehingga hasil pengolahan data belum stabil dan bisa berubah seiring kelengkapan data,” tulis BMKG

  • Gempa M 5,2 Guncang Tanimbar, Tak Berpotensi Tsunami

    Gempa M 5,2 Guncang Tanimbar, Tak Berpotensi Tsunami

    Tanimbar

    Gempa magnitudo (M) 5,2 terjadi di Kabupaten Kepulauan Tanimbar, Maluku. Gempa tidak berpotensi tsunami.

    “Kedalaman (gempa): 121 Km,” tulisa BMKG di akun X, Senin (20/10/2025).

    Gempa terjadi pada pukul 05.44 WIB. Titik koordinat gempa 7,40 lintang selatan, 130,80 bujur timur.

    Pusat gempa berada di 84 km barat laut Tanimbar. Belum diketahui ada tidaknya korban jiwa dan dampak kerusakan dari gempa ini.

    “Tidak berpotensi tsunami,” jelasnya.

    (isa/ygs)

  • Fosil Gajah Purba Stegodon Ditemukan Utuh di Nganjuk, Diperkirakan Berusia 800 Ribu Tahun

    Fosil Gajah Purba Stegodon Ditemukan Utuh di Nganjuk, Diperkirakan Berusia 800 Ribu Tahun

    Dilansir Museum Geologi Bandung, penyidikan paleontologi di Indonesian pada masa awal keberadaan Belanda yakni abad ke-17 dan 18, masih sangat terbatas. Kondisi alam pedalaman yang banyak ditutupi oleh hutan tropis menjadi sandungan tersendiri untuk melakukan eksplorasi, diimbuh lagi pada waktu itu belum terdapat ahli khusus dalam bidang geologi yang notabene merupakan disiplin baru.

    Informasi mengenai sejarah alam, batuan, fosil, logam dan mineralogi diperoleh dari para naturalis awal, di mana mereka mencampurkan sejumlah domain sains, tidak hanya menginformasikan aspek geologi saja, melainkan juga vegetasi tumbuhan dan hewan.

    Georg Eberhard Rumpf atau lebih dikenal sebagai Rumphius (1627-1702) “si buta yang melihat dari Ambon” merupakan seorang naturalis terkemuka dan pegawai di maskapai dagang Vereenigde Oostindische Compagnie (VOC), Rumphius orang Eropa pertama yang memelopori pekerjaan geologis dan penyelidikan fosil di Nusantara.

    Kendati demikian, interpretasi geologinya masih kurang memadai, sebab, geologi baru berkembang sebagai sebuah disiplin sekitar setengah abad setelah kematian Rumphius.

    Rumphius memulai petualangan ilmiah di Nusantara pada paruh kedua abad ke-17 dan menghabiskan sebagian besar sisa hidupnya di Ambon hingga wafat pada tahun 1702.

    Selama bertahun-tahun Rumphius telaten dalam mengoleksi berbagai temuan yang menarik untuk ilmu kebumian dan sejarah alam, meski, di sisi lain, banyak kemalangan yang menerpa, seperti, kehilangan koleksi dan naskah penelitian akibat kebakaran Kota Ambon, kemudian, kapal yang mengirim naskahnya ke Belanda karam di tengah perjalanan, selain itu, bencana gempa bumi menewaskan istri dan salah satu anak perempuannya serta kebutaan yang kemudian ia derita.

    Akibatnya, Rumphius tidak dapat membuat lagi sketsa koleksi-koleksi dalam penyelidikannya. Untungnya, VOC memberikan bantuan dengan mengirimkan juru tulis dan gambar yang memudahkan Rumphius dalam menuntaskan lagi naskah-naskah nya, walakin semua yang dikerjakan Rumphius baru terbit bertahun-tahun setelah kematiannya.

  • Gempa Magnitudo 5,1 Guncang Maluku Pagi Ini, BMKG Sebut Tak Berpotensi Tsunami – Page 3

    Gempa Magnitudo 5,1 Guncang Maluku Pagi Ini, BMKG Sebut Tak Berpotensi Tsunami – Page 3

    Liputan6.com, Jakarta- Gempa bumi tektonik dengan magnitudo 5,1 menggetarkan wilayah Laut Banda, Maluku, pagi ini, Senin (20/10/2025) pukul 05.44 WIB. Gempa ini tidak berpotensi tsunami.

    “Hasil pemodelan menunjukkan bahwa gempa bumi ini tidak berpotensi tsunami,” kata Direktur Gempabumi dan Tsunami BMKG, Daryono melalui keterangan tertulis.

    Daryono menjelaskan, episenter gempa ini terletak pada koordinat 7,48° LS ; 130,78° BT, atau tepatnya berlokasi di laut pada jarak 79 Km arah Barat Laut Tanimbar, Maluku Tenggara Barat, Maluku pada kedalaman 60 km.

    Dengan memperhatikan lokasi episenter dan kedalaman hiposenternya, gempa yang terjadi merupakan jenis dangkal akibat adanya deformasi batuan dalam lempeng Laut Banda.

    Hasil analisis mekanisme sumber menunjukkan bahwa gempa tersebut memiliki mekanisme pergerakan mendatar naik atau oblique thrust fault.

  • Waspada Gempa Besar Terjang Jepang, 30.000 Orang Tewas

    Waspada Gempa Besar Terjang Jepang, 30.000 Orang Tewas

    Jakarta, CNBC Indonesia – Pemerintah China mendadak memberi peringatan kepada seluruh warganya di Jepang. Warga China di negara tersebut diminta untuk terus waspada sekaligus mengambil tindakan pencegahan.

    Mengacu laporan Global Times, Pemerintah Jepang mengumumkan adanya gempa di Palung Nankai pada 31 Maret yang bisa membuat 298.000 orang tewas. Pengumuman tersebut membuat Kedutaan Besar China di Jepang langsung mengeluarkan pemberitahuan kepada warganya.

    “Jepang adalah negara yang rentan terhadap gempa bumi yang sering terjadi. Pada bulan Agustus tahun lalu, gempa bumi berkekuatan 7,1 Skala Richter melanda Prefektur Miyazaki di ujung barat Palung Nankai, yang mendorong pemerintah Jepang untuk mengeluarkan peringatan gempa besar,” kata kedutaan, dikutip Minggu (19/10/2025).

    Berdasarkan catatan kedutaan, laporan media Jepang menyampaikan bahwa pemerintah Jepang merilis penilaian risiko terbaru untuk gempa besar Palung Nankai pada tanggal 31 Maret, yang meningkatkan kemungkinan terjadinya peristiwa seperti itu dalam 30 tahun ke depan dari 70% menjadi 80%.

    “Gempa bumi yang berpotensi terjadi dapat berdampak pada wilayah yang luas yang membentang dari Okinawa di barat hingga Fukushima di timur, berpotensi menyebabkan 298.000 kematian dan mengakibatkan kerugian ekonomi hingga US$1,8 triliun,” jelasnya.

    Tidak hanya mengingatkan masyarakat, kedutaan China pun turut memberikan tips guna meningkatkan kewaspadaan dan mempersiapkan diri, memantau informasi terkait gempa bumi dengan saksama dan merencanakan perjalanan, studi, atau pembelian properti di Jepang dengan hati-hati, dengan mempertimbangkan berbagai faktor risiko. Untuk itu, warga China disarankan untuk mengidentifikasi lokasi evakuasi terdekat terlebih dahulu dan mengikuti instruksi evakuasi pemerintah setempat tanpa penundaan.

    Melansir Newsweek, belum ada komentar dari pemerintah Jepang soal ini. Hingga berita diturunkan belum ada tanggapan.

    Akan tetapi, lama itu mencatat gempa bumi telah melanda palung di lepas pantai selatan pulau utama Jepang setiap 100 hingga 150 tahun, dengan yang terakhir tercatat pada tahun 1946. Ada kemungkinan 70-80% gempa besar terjadi dalam 30 tahun, memang perkiraan pemerintah.

    Di samping itu, terjadi gempa dengan magnitudo 9,0 yang melanda pesisir timur Jepang pada 11 Maret 2011. Gempa bumi tersebut pun dinyatakan sebagai gempa terbesar yang pernah tercatat di negara tersebut.

    Bahkan, bencana satu ini juga memacu tsunami, sehingga menyebabkan kecelakaan nuklir yang menewaskan 19.729 orang, dengan 2.559 orang masih dilaporkan hilang secara resmi.

    Di sisi lain, Badan Meteorologi Jepang menyebutkan, terdapat enam gempa bumi dengan magnitudo 2,5 atau lebih dalam 24 jam hingga pukul 6 sore pada Selasa waktu setempat. Adapun gempa terbesar adalah gempa berkekuatan 4,8 skala Richter yang melanda lepas pantai timur pulau Hokkaido di Jepang utara.

    Jepang adalah bagian dari sabuk seismik “Cincin Api” di tepi luar Samudra Pasifik, yang berada di sepanjang batas lempeng tektonik yang bergerak perlahan. Sekitar 81% gempa bumi terbesar di dunia terjadi di wilayah ini, menurut Survei Geologi Amerika Serikat.

    (fsd/fsd)

    [Gambas:Video CNBC]

  • Gempa Magnitudo 4,8 Guncang Cilacap – Page 3

    Gempa Magnitudo 4,8 Guncang Cilacap – Page 3

    Selain Cilacap, gempa bumi tektonik juga mengguncang wilayah Pantai Utara Sarmi, Papua. Direktur Gempabumi dan Tsunami BMKG, Daryono mencatat, magnitudonya mencapai 4,9.

    “Episenter gempabumi terletak pada koordinat 2,01° LS ; 138,95° BT, atau tepatnya berlokasi di darat pada jarak 28 Km Tenggara Sarmi, Papua pada kedalaman 10 km,” jelas Daryono.

    Berdasarkan lokasi episenter dan kedalaman hiposenternya, gempa bumi yang terjadi merupakan jenis dangkal akibat adanya aktivitas Sesar Anjak Mamberamo.

    “Hasil analisis mekanisme sumber menunjukkan bahwa gempa bumi memiliki mekanisme pergerakan mendatar-naik (oblique thrust fault),” sambung Daryono.

    Daryono menjelaskan, gempa bumi ini merupakan aktivitas susulan dari gempa bumi utama pada 16 Oktober 2025 dengan kekuatan M6,6 di Sarmi pukul 12.48 WIB.

    Hingga pukul 10.15 WIB, hasil monitoring BMKG menunjukkan ada 120 kejadian gempa bumi susulan. Gempa susulan terbesar tercatat dengan magnitudo M5,1 dan terkecil M2,2.

     

  • Gunung Api Iran ‘Bangkit’ Lagi Setelah Tidur 700 Ribu Tahun

    Gunung Api Iran ‘Bangkit’ Lagi Setelah Tidur 700 Ribu Tahun

    Jakarta

    Sebuah gunung berapi di Iran selatan yang diperkirakan telah punah sekitar 710 ribu tahun telah muncul kembali.

    Penelitian baru yang diterbitkan pada 7 Oktober di jurnal Geophysical Research Letters menemukan bahwa area tanah di dekat puncak gunung berapi Taftan naik 9cm selama 10 bulan antara Juli 2023 hingga Mei 2024. Pengangkatan tersebut belum surut, menunjukkan adanya peningkatan tekanan gas di bawah permukaan gunung berapi.

    Temuan ini menunjukkan perlunya pemantauan lebih ketat terhadap gunung berapi tersebut, yang sebelumnya tidak dianggap berisiko bagi manusia, kata penulis senior studi Pablo González, seorang ahli vulkanologi di Institute of Natural Products and Agrobiology, pusat penelitian Spanish National Research Council (IPNA-CSIC).

    Gunung berapi dianggap punah jika belum meletus pada era Holokon, yang dimulai 11.700 tahun yang lalu. Mengingat aktivitasnya baru-baru ini, kata González, Taftan mungkin lebih tepat disebut sebagai gunung berapi dorman.

    “Entah bagaimana ia harus meletus di masa mendatang, entah dengan dahsyat atau lebih pelan. Tidak ada alasan untuk khawatir akan letusan yang akan segera terjadi. Tetapi gunung berapi tersebut perlu dipantau lebih ketat,” ujar González seperti dikutip dari Live Science.

    Gunung berapi Taftan adalah gunung berapi stratovolkano setinggi 3.940 meter di tenggara Iran, terletak di antara pegunungan dan gunung berapi yang terbentuk oleh subduksi kerak samudra Arab di bawah benua Eurasia.

    Saat ini, gunung berapi ini memiliki sistem hidrotermal aktif dan lubang-lubang penghasil sulfur berbau yang disebut fumarol, tetapi belum diketahui apakah gunung berapi ini pernah meletus dalam sejarah manusia.

    Ketika Mohammadhossein Mohammadnia, seorang mahasiswa doktoral yang bekerja di bawah bimbingan González di IPNA-CSIC, pertama kali memeriksa citra satelit gunung berapi tersebut pada 2020, ia tidak melihat bukti adanya aktivitas gunung berapi tersebut.

    Namun kemudian, pada 2023, orang-orang mulai melaporkan emisi gas dari gunung berapi tersebut di media sosial. Emisi tersebut dapat tercium dari kota Khash yang berjarak sekitar 50 kilometer.

    Mohammadnia kembali mengamati citra satelit dari misi Sentinel-1 milik Badan Antariksa Eropa, ESA. Taftan terpencil dan tidak memiliki sistem pemantauan GPS seperti yang terdapat di gunung berapi seperti Gunung St. Helen. Wilayah ini juga berbahaya karena aktivitas kelompok pemberontak dan konflik perbatasan antara Iran dan Pakistan. Citra satelit menunjukkan sedikit peningkatan permukaan tanah di dekat puncak, yang menunjukkan peningkatan tekanan di bawah.

    Mohammadnia menghitung bahwa pendorong pengangkatan ini berada 490 hingga 630 meter di bawah permukaan. Mustahil untuk mengetahui secara pasti apa yang terjadi, tetapi para peneliti mengesampingkan faktor eksternal seperti gempa bumi atau curah hujan di dekatnya.

    Reservoir magma gunung berapi ini berada lebih dari 3,5 km di bawah permukaan, jauh lebih dalam daripada apa pun yang mendorong pengangkatan tersebut.

    Sebaliknya, pengangkatan tersebut disebabkan oleh perubahan pada jaringan hidrotermal di bawah gunung berapi yang menyebabkan penumpukan gas, atau sejumlah kecil magma mungkin telah bergeser di bawah gunung berapi, yang memungkinkan gas untuk menggelembung ke dalam bebatuan di atas, meningkatkan tekanan dalam pori-pori dan retakan batuan, dan menyebabkan tanah sedikit terangkat.

    Tahap selanjutnya dalam penelitian ini, menurut González, adalah berkolaborasi dengan ilmuwan yang melakukan pemantauan gas di gunung berapi. “Studi ini tidak bertujuan untuk menimbulkan kepanikan di masyarakat. Studi ini merupakan seruan bagi pihak berwenang di kawasan Iran untuk mengalokasikan sejumlah sumber daya guna meninjau hal ini,” tutupnya.

    (rns/rns)

  • Sarmi Diguncang 120 Gempa Susulan Usai Gempa Magnitudo 6,6

    Sarmi Diguncang 120 Gempa Susulan Usai Gempa Magnitudo 6,6

     

    Liputan6.com, Jakarta – Gempa Magnitudo 5,1 mengguncang wilayah Sarmi Papua, Minggu (19/10/2025), pukul 09.52.35 WIB. Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) menyebutkan, gempa Sarmi Papua ini memiliki parameter update dengan magnitudo M4,9.

    Episenter gempa terletak pada koordinat 2,01° LS ; 138,95° BT, atau tepatnya berlokasi di darat pada jarak 28 Km Tenggara Sarmi, Papua pada kedalaman 10 km.

    Direktur Gempa dan Tsunami BMKG Daryono mengatakan, dengan memperhatikan lokasi episenter dan kedalaman hiposenternya, gempa yang terjadi merupakan jenis gempa dangkal akibat adanya aktivitas Sesar Anjak Mamberamo.

    “Hasil analisis mekanisme sumber menunjukkan bahwa gempabumi memiliki mekanisme pergerakan mendatar-naik (oblique thrust fault),” katanya.

    Daryono juga mengatakan, gempa ini berdampak dan dirasakan di daerah Sarmi dengan skala intensitas II MMI (Getaran dirasakan oleh beberapa orang, benda-benda ringan yang digantung bergoyang).

    “Hasil pemodelan menunjukkan bahwa gempa tidak berpotensi tsunami,” katanya.

    Gempa Sarmi kali ini merupakan rangkaian gempa susulan dari gempa utama tanggal 16 Oktober 2025 dengan kekuatan M6,6 di Kabupaten Sarmi pukul 12.48.54 WIB silam.

    “Hingga pukul 10.15 WIB, hasil monitoring BMKG menunjukkan ada 120 kejadian gempa susulan,” katanya. Gempa susulan terbesar tercatat dengan magnitudo M5,1 dan terkecil M2,2.

    Masyarakat diimbau agar tetap tenang dan tidak terpengaruh oleh isu yang tidak dapat dipertanggungjawabkan kebenarannya. Agar menghindari dari bangunan yang retak atau rusak diakibatkan oleh gempa. Periksa dan pastikan bangunan tempat tinggal cukup tahan gempa, ataupun tidak ada kerusakan akibat getaran gempa yang membahayakan kestabilan bangunan sebelum anda kembali ke dalam rumah.