Topik: Gempa

  • Raungan Gunung Ruang

    Raungan Gunung Ruang

    Jakarta

    Erupsi Gunung Ruang di Kabupaten Kepulauan Sitaro, Sulawesi Utara menjadi perhatian semua orang. Bukan cuma karena dampak letusannya tapi juga karena fenomena alam langka.

    Gunung Ruang Sitaro erupsi lagi sejak Selasa (30/4) dan berstatus awas. Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG) memantau sangat ketat bencana alam ini.

    Dampak dari erupsi, ada 7 bandara ditutup termasuk Bandara Internasional Sam Ratulangi di Kota Manado. Menurut Basarnas, sebanyak 14.045 warga dievakuasi dan Pusdalops BNPB mencatat 3.762 bangunan rusak.

    Ratusan gempa vulkanik dan tektonik terjadi di sana selama erupsi. Bahkan bukan cuma itu, PVMBG sampai sempat mengeluarkan peringatan waspada tsunami. Ini sebagai imbas material erupsi yang masuk ke laut. Tidak banyak lho erupsi gunung vulkanik yang sampai muncul peringatan waspada tsunami.

    Peristiwa alam yang lebih langka adalah munculnya fenomena kilat petir vulkanik. Siapa sangka erupsi gunung berapi sampai menimbulkan kilatan petir yang tampak dahsyat dalam foto-foto yang beredar.

    Gempa, potensi tsunami dan petir vulkanik, memang nih sungguh Gunung Ruang bukan sembarang gunung berapi. Oleh karena itu Eureka! talkshow sains detikINET akan kembali hadir dengan episode terbarunya

    Untuk edisi Mei 2024 kami akan menghadirkan Ahli Vulkanologi ITB, Dr. Eng. Ir. Mirzam Abdurrachman, ST, MT. Dia akan menjelaskan aneka keunikan letusan Gunung Ruang dan apa yang harus diwaspadai.

    Jangan lewatkan waktunya ya. Kalian harus banget nonton live di channel YouTube detikcom dan Facebook detikcom nih:

    Eureka! Raungan Gunung Ruang
    Waktu: Senin, 6 Mei 2024
    Jam: 19.00 WIB
    Narasumber: Dr. Eng. Ir. Mirzam Abdurrachman, ST, MT, Ahli Vulkanologi Institut Teknologi Bandung (ITB)

    Punya pertanyaan terkait Gunung Ruang dan fenomena alam langka yang menyertainya. Jangan ragu tuliskan di kolom komentar ya!

    (rns/rns)

  • Raungan Gunung Ruang

    Raungan Gunung Ruang, Bukan Sekadar Erupsi

    Jakarta

    Erupsi Gunung Ruang di Kabupaten Kepulauan Sitaro, Sulawesi Utara menjadi perhatian semua orang. Bukan cuma karena dampak letusannya tapi juga karena fenomena alam langka.

    Gunung Ruang Sitaro erupsi lagi sejak Selasa (30/4) dan berstatus awas. Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG) memantau sangat ketat bencana alam ini.

    Dampak dari erupsi, ada 7 bandara ditutup termasuk Bandara Internasional Sam Ratulangi di Kota Manado. Menurut Basarnas, sebanyak 14.045 warga dievakuasi dan Pusdalops BNPB mencatat 3.762 bangunan rusak.

    Ratusan gempa vulkanik dan tektonik terjadi di sana selama erupsi. Bahkan bukan cuma itu, PVMBG sampai sempat mengeluarkan peringatan waspada tsunami. Ini sebagai imbas material erupsi yang masuk ke laut. Tidak banyak lho erupsi gunung vulkanik yang sampai muncul peringatan waspada tsunami.

    Peristiwa alam yang lebih langka adalah munculnya fenomena kilat petir vulkanik. Siapa sangka erupsi gunung berapi sampai menimbulkan kilatan petir yang tampak dahsyat dalam foto-foto yang beredar.

    Gempa, potensi tsunami dan petir vulkanik, memang nih sungguh Gunung Ruang bukan sembarang gunung berapi. Oleh karena itu Eureka! talkshow sains detikINET akan kembali hadir dengan episode terbarunya

    Untuk edisi Mei 2024 kami akan menghadirkan Ahli Vulkanologi ITB, Dr. Eng. Ir. Mirzam Abdurrachman, ST, MT. Dia akan menjelaskan aneka keunikan letusan Gunung Ruang dan apa yang harus diwaspadai.

    Jangan lewatkan waktunya ya. Kalian harus banget nonton live di channel YouTube detikcom dan Facebook detikcom nih:

    Eureka! Raungan Gunung Ruang
    Waktu: Senin, 6 Mei 2024
    Jam: 19.00 WIB
    Narasumber: Dr. Eng. Ir. Mirzam Abdurrachman, ST, MT, Ahli Vulkanologi Institut Teknologi Bandung (ITB)

    Punya pertanyaan terkait Gunung Ruang dan fenomena alam langka yang menyertainya. Jangan ragu tuliskan di kolom komentar ya!

    (fay/fyk)

  • Kembali Erupsi, Gunung Ruang Manado Naik Level IV atau Status ‘Awas’

    Kembali Erupsi, Gunung Ruang Manado Naik Level IV atau Status ‘Awas’

    Jakarta (beritajatim.com) – Kepala Pusat Data, Informasi dan Komunikasi Kebencanaan Badan Penanggulangan Penanggulangan Bencana (BNPB) Abdul Muhari mengatakan, Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG) kembali menaikkan status Gunungapi Ruang  Manado menjadi level IV atau ‘Awas’ per hari ini, Selasa (30/4) pukul 01.30 WITA.

    Menurutnya, peningkatan status tersebut dilakukan setelah gunungapi berjenis stratovolcano itu kembali meletus dan mengeluarkan kolom erupsi mencapai 2.000 meter dari atas puncak yang disertai suara gemuruh dan gempa yang dirasakan secara terus menerus.

    Di samping itu, lanjut Muhari, peningkatan status Gunungapi Ruang juga didasari oleh hasil evaluasi pengamatan secara instrumental yang mana jumlah kejadian gempa vulkanik dalam (VTA) dan dangkal (VTB) meningkat secara signifikan pada 29 April 2024 yang disertai visual hembusan asap kawah.

    “Hingga saat ini hasil pengamatan masih menunjukkan terjadinya proses peretakan batuan disertai migrasi magma dari reservoir magma dalam ke permukaan,” ujarnya.

    Pada tanggal 29 April 2024 periode 00.00-24.00 WITA tercatat 15 kali gempa guguran, 237 kali gempa vulkanik dangkal (VTB), 425 kali gempa vulkanik dalam (VTA), 15 kali gempa tektonik lokal, dan 6 kali gempa tektonik jauh. Pada periode ini terjadi kembali peningkatan kegempaan di Gunungapi Ruang terutama pada jumlah gempa vulkanik dalam.

    Kenaikan aktivitas ini kemudian berpotensi berkembang menjadi erupsi eksplosif berselingan dengan erupsi efusif (aliran lava).

    “Gempa terasa intens turut terjadi sejak pukul 00.15 WITA sampai terjadinya erupsi pukul 01.15 WITA dan terus berlangsung secara intens hingga akhirnya PVMBG kemudian menaikkan status,” kata Muhari. [hen/aje]

  • Dampak Gempa Garut, Pakar UGM Prediksi Ancaman Bencana di Indonesia Masih Tinggi

    Dampak Gempa Garut, Pakar UGM Prediksi Ancaman Bencana di Indonesia Masih Tinggi

    Yogyakarta (beritajatim.com) – Gempa bumi berkekuatan magnitudo 6,2 mengguncang Kabupaten Garut, Jawa Barat, pada Sabtu (27/4) malam. Peristiwa ini menambah daftar panjang kejadian bencana alam di Indonesia, menyusul gempa bumi di Pulau Bawean, Gresik, Jawa Timur, beberapa waktu lalu.

    Pakar gempa bumi dari Universitas Gadjah Mada (UGM), Ir. Gayatri Indah Marliyani, Ph.D., menjelaskan bahwa Indonesia memang rawan gempa bumi karena terletak di Cincin Api Pasifik yang menyebabkan pergeseran lempeng tektonik.

    Meskipun pemerintah memiliki Badan Penanggulangan Bencana Nasional (BNPB), kewaspadaan dan kesiapsiagaan semua pihak sangatlah penting untuk menghadapi risiko bencana.

    Menurut Gayatri, sumber gempa bumi dapat berasal dari daratan maupun lautan. Beruntung, selama ini, kebanyakan gempa terjadi di tengah laut, karena gempa di darat umumnya lebih merusak. “Semakin dekat dengan sumber gempa, semakin besar guncangannya,” ujar Gayatri dalam Diskusi Pojok Bulaksumur UGM bertajuk “Meningkatkan Kesiapsiagaan Pemerintah dan Kesadaran Masyarakat terhadap Ancaman Risiko Bencana di Tanah Air” di UGM, Jumat (26/4).

    Gempa bumi dapat berulang karena mengikuti pergeseran lempeng tektonik. Bencana ini sulit diprediksi, namun data geologi dan catatan sejarah gempa bumi dapat menjadi acuan untuk mengetahui wilayah rawan gempa. “Penting bagi kita untuk mengenali dan mengetahui potensi bencana alam,” tuturnya.

    Berbeda dengan gempa bumi, tanda-tanda erupsi gunung api dapat dikenali melalui tanda alam dan alat deteksi. “Tanda-tandanya dapat berupa peningkatan suhu di danau, air yang menjadi hangat, serta kematian binatang,” jelasnya.

    Gayatri juga mengingatkan potensi gempa di Ibu Kota Nusantara (IKN). Wilayah Kalimantan memiliki sesar tua yang tidak terlalu aktif, tetapi berpotensi reaktif. Oleh karena itu, diperlukan perencanaan pembangunan yang mempertimbangkan potensi maksimum magnitudo gempa bumi di IKN.

    Sementara itu, Dr. Muhammad Anggri Setiawan, M.Si, Plt. Ketua Pusat Studi Bencana (PSBA) UGM, mengatakan bahwa di musim penghujan seperti sekarang ini, risiko bencana seperti banjir dan tanah longsor dapat terjadi kapan saja.

    PSBA terus melakukan studi kebencanaan di berbagai wilayah di Indonesia dan mengembangkan alat deteksi dini longsor bernama SipendiL (Sistem Peringatan Dini Longsor) yang bekerja berdasarkan pembacaan total hujan. “Kami terus mengkaji sistemnya, baik secara meteorologi maupun geologi. Harapannya untuk meminimalisir risiko destruktif yang ditimbulkan,” ujarnya.

    Amin Susiatmojo, S.Pt., M.Sc., perwakilan Tim Disaster Response Unit (DERU) UGM, menambahkan bahwa UGM tidak hanya berkontribusi pada kegiatan mitigasi dan studi penanggulangan bencana, tetapi juga memberikan kepedulian kepada korban bencana.

    DERU dibentuk untuk membantu penanganan cepat, tepat, dan efektif di lokasi bencana. Tim DERU dan mahasiswa KKN-PPM UGM yang tergabung dalam tim ini memiliki kompetensi dari berbagai fakultas. “Mereka diarahkan oleh DPL sesuai tugasnya, seperti tim trauma healing dari Fakultas Psikologi dan pembuatan jamban darurat oleh mahasiswa Fakultas Teknik,” paparnya.

    Amin juga menjelaskan peran KAGAMA (Keluarga Alumni Universitas Gadjah Mada) dalam membantu pengiriman dan penyediaan bantuan logistik. Upaya untuk meningkatkan kapasitas relawan terus dilakukan agar mereka tidak hanya menguasai persoalan yang bersifat responsif, tetapi juga mampu menjaga keselamatan diri saat menyelamatkan korban. [aje]

  • Hari Ketiga Pascagempa Garut, 267 Rumah Warga Beberapa Wilayah Terdampak Bencana

    Hari Ketiga Pascagempa Garut, 267 Rumah Warga Beberapa Wilayah Terdampak Bencana

    Jakarta (beritajatim.com) –Hari ketiga pascagempa magnitudo (M)6,2 Garut BPBD beberapa wilayah masih memutakhirkan data sektor pemukiman yang terdampak bencana. Sebanyak 267 rumah warga terdampak gempa yang terjadi pada Sabtu malam (27/4), pukul 23.29 WIB.

    Kepala Pusat Data, Informasi dan Komunikasi Kebencanaan Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) Abdul Muhari mengatakan, pihaknya mencatat hingga hari ini, Senin (29/4), pukul 04.00 WIB, total rumah terdampak berjumlah 267 unit. Rincian kerusakan yaitu rumah rusak berat 8 unit, rusak sedang 56, rusak ringan 191 dan terdampak 12.

    “Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) masih melakukan identifikasi tingkat kerusakan maupun pendataan dampak lain pascagempa,” katanya.

    Dia menambahkan sejumlah daerah yang melaporkan rumah warganya yang rusak berat, Kabupaten Bandung Barat 4 unit, Tasikmalaya 2, Sumedang 1 dan Pangandaran 1.

    BPBD kabupaten yang mencatat rumah warga yang rusak sedang, di antaranya Kabupaten Garut 12 unit, Bandung 12 unit, Sukabumi 9, Tasikmalaya 7, Bogor 5, Majalengka 1, Subang 1, Purwakarta 3 dan Bandung Barat 2. Sedangkan di wilayah administrasi kota, BPBD mencatat Kota Sukabumi 1, Kota Cimahi 1 dan Kota Tasikmalaya 2.

    Sejumlah rumah dengan tingkat kerusakan ringan tersebar di Kabupaten Bogor, Sukabumi, Cianjur, Bandung, Garut, Tasikmalaya, Ciamis, Majalengka, Purwakarta, Bandung Barat, Pangandaran, Kota Sukabumi, Kota Cimahi dan Kota Tasikmalaya.

    “Pada rumah terdampak, BNPB masih menunggu informasi dari BPBD yang masih menentukan tingkat kerusakannya,” ujar Muhari.

    Sementara itu, lanjutnya, BPBD mencatat jumlah korban luka-luka sejumlah 11 orang. Mereka yang luka-luka teridentifikasi di Kabupaten Garut 6 orang, Bandung 3 dan Ciamis 2 orang. Hingga kini tidak ada laporan adanya korban jiwa dampak gempa M6,2 tersebut.

    Fenomena geologi ini terjadi pada Senin malam (27/4), yang berpusat di laut 151 km barat daya Kabupaten Garut, Provinsi Jawa Barat. Gempa M6,2 berada pada kedalaman 70 km.

    Menyikapi bencana tersebut, masih menurut Muhari, BNPB telah menyiapkan bantuan kemanusian berupa makanan dan non-makanan. Di samping itu, bantuan yang disiapkan disesuaikan dengan hasil kaji cepat lapangan.

    “BNPB juga mengirimkan tim untuk memberikan dukungan penanganan darurat di Kabupaten Garut dan Tasikmalaya,” katanya. (kun)

  • Dampak Bangunan Rusak Akibat Gempa Garut Bertambah

    Dampak Bangunan Rusak Akibat Gempa Garut Bertambah

    Jakarta (beritajatim.com) – Kerugian materil yang diakibatkan oleh gempa berkekuatan magnitudo 6,2 yang mengguncang wilayah Kabupaten Garut mengalami penambahan.

    Kepala Pusat Data, Informasi, dan Komunikasi Kebencanaan Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) Abdul Muhari mengatakan, berdasarkan laporan Pusat Pengenalian dan Operasi (Pusdalops) BNPB tercatat, hingga Minggu (28/4) pukul 14.00 WIB, total rumah yang terdampak mencapai 110 unit dari yang sebelumnya hanya 27 unit.

    Dia memaparkan, adapun rincian berdasarkan tingkat kerusakannya meliputi 3 unit rumah rusak berat (RB), 21 unit rumah rusak sedang (RS), 34 unit rumah rusak ringan (RR), 11 unit rumah terdampak, dan 41 unit rumah rusak. Dari jumlah tersebut, kerusakan paling banyak terjadi di Kabupaten Garut sebanyak 41 unit rumah, Kabupaten Bandung 24 unit rumah, Kabupaten Sukabumi 17 unit rumah, Kabupaten Tasikmalaya 7 unit rumah, dan Kita Tasikmalaya 5 unit rumah.

    Sementara itu, korban jiwa terdampak dari gempa juga mengalami penambahan. Hingga siang ini, korban luka akibat gempa berjumlah 8 orang dan 75 kepala keluarga (KK) terdampak, yang mana jumlah tersebut bertambah dari sebelumnya hanya 27 KK.

    “Selain tempat tinggal atau rumah bencana ini juga mengakibatkan kerusakan pada bangunan fasilitas publik, seperti tempat ibadah, sekolah, perkantoran, dan sarana kesehatan atau rumah sakit,” kata Muhari.

    Dia memastikan, BPBD Provinsi Jawa Barat bersama BPBD kabupaten dan kota yang terdampak yakni Kabupaten Garut, Kabupaten Tasikmalaya, Kota Tasikmalaya, Kabupaten Sukabumi, Kabupaten Bandung Barat, Kabupaten Ciamis, Kabupaten Bandung, Kabupaten Pangandaran, Kabupaten Sumedang, dan Kota Banjar masih terus melakukan pendataan dan kaji cepat yang mencakup inventarisasi kerusakan dan penyelamatan warga.

    Kendati demikian, lanjut Muhari, BPBD Provinsi Jawa Barat menyebut kondisi saat ini cenderung lebih terkendali pasca gempa terjadi. Selanjutnya setelah upaya tersebut rampung, BPBD Provinsi Jawa Barat bersama kabupaten dan kota berencana akan melakukan perbaikan-perbaikan fasilitas umum, pembersihan materil dampak dari gempa, serta perbaikan rumah warga.

    Dia menghinbau, BNPB agar masyarakat tetap tenang dan tidak terpengaruh oleh isu yang tidak dapat dipertanggungjawabkan kebenarannya terkait adanya bencana gempa bumi ini. Masyarakat juga diimbau agar menghindari dari bangunan yang retak atau rusak diakibatkan oleh gempa.

    “Periksa dan pastikan bangunan tempat tinggal cukup tahan gempa, ataupun tidak ada kerusakan akibat getaran gempa yang membahayakan kestabilan bangunan sebelum anda kembali ke dalam rumah,” ujar Muhari.

    Sebelumnya diberitakan, gempa berkekuatan magnitudo 6,2 mengguncang wilayah Kabupaten Garut dengan pusat gempa berada di laut dengan kedalaman 70 kilometer dan parameter 8,42 LS dan 107,26 BT.

    Dilansir dari laporan BMKG, jika melihat lokasi episenter dan kedalaman hiposenternya, gempabumi yang terjadi merupakan jenis gempa bumi Menengah akibat adanya aktivitas deformasi batuan dalam lempeng Indo-Australia yang tersubduksi di bawah lempeng Eurasia di selatan Jawa barat atau populer disebut sebagai gempa dalam lempeng (intra-slab earthquake). Hasil analisis mekanisme sumber menunjukkan bahwa gempabumi memiliki mekanisme pergerakan naik (thrust Fault). [hen/aje]

  • Gempa M 6,2 di Kabupaten Garut, Rusak Sejumlah Bangunan di Sejumlah Kabupaten

    Gempa M 6,2 di Kabupaten Garut, Rusak Sejumlah Bangunan di Sejumlah Kabupaten

    Jakarta (beritajatim.com) – Gempa bumi berkekuatan magnitudo 6,2 mengguncang Kabupaten Garut, Jawa Barat, pada Sabtu (27/4/2024) pukul 23.29 WIB.

    “Gempa yang berpusat di laut dengan kedalaman 70 kilometer dengan titik parameter 8,42 LS dan 107,26 BT tersebut tidak berpotensi tsunami,” ujar Kepala Pusat Data, Informasi, dan Komunikasi Kebencanaan Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) Abdul Muhari.

    Menurutnya, berdasarkan laporan dari Pusat Pengendalian dan Operasi (Pusadalops) BNPB mencatat, sedikitnya sembilan kabupaten dan kota terdampak akibat gempat tersebut. Adapun 10 wilayah di antaranya Kabupaten Tasikmalaya, Kota Tasikmalaya, Kabupaten Sukabumi, Kabupaten Bandung Barat, Kabupaten Ciamis, Kabupaten Bandung, Kabupaten Pangandaran, Kabupaten Purwakarta, dan Kabupaten Sumedang.

    “Akibat gempa yang mengguncang ini sedikitnya empat orang mengalami luka-luka,” katanya.

    Muhari memaparkan, data hingga Minggu (28/4) pukul 5.45 WIB, tercatat sebanyak 27 Kepala Keluarga (KK) terdampak dari gempa ini. Dari jumlah ini warga terdampak paling banyak berada di Kabupaten Garut dengan rincian 3 orang mengalami luka-luka dan 4 KK terdampak. Sementara di Kabupaten Tasikmalaya 1 orang mengalami luka-luka dan 8 KK terdampak serta di Kota Tasikmalaya 5 KK terdampak.

    Laporan juga menyebut total rumah yang rusak akibat gempa ini berjumlah 27 unit. Rincian berdasarkan tingkat kerusakannya meliputi 4 unit rumah rusak berat (RB), 11 unit rumah rusak ringan (RS), 5 unit rumah rusak ringan (RR), serta 7 unit rumah terdampak.

    Dari total jumlah tersebut kerusakan sebagian besar berada di Kota Tasikmalaya, Kabupaten Tasikmalaya, dan Kabupaten Garut. Selain tempat tinggal atau rumah, bencana geologi ini juga mengakibatkan kerusakan pada bangunan fasilitas publik seperti tempat ibadah, sekolah, dan sarana kesehatan.

    “Rincian kerusakan di tiga wilayah itu meliputi 1 unit rumah RB dan 3 unit rumah terdampak di Kabupaten Garut, 4 unit RS dan 3 unit RR di Kabupaten Tasikmalaya, serta 5 unit rumah RS di Kota Tasikmalaya,” kata Muhari.

    Masih menurut Muhari, BPBD kabupaten, kota, serta provinsi Jawa Barat yang didukung oleh tim gabungan telah melakukan upaya penanganan darurat sejak dini sesaat setelah gempa terjadi. Sementara itu tim Reaksi Cepat BPBD di masing-masing kabupaten dan kota serta provinsi Jawa Barat terus melakukan pendataan dan monitoring.

    “Selain itu, untuk mengantisipasi terjadinya gempa susulan, BPBD Kabupaten Sumedang bersama instansi terkait telah mendirikan tenda pengungsian di halaman parkir RS Sumedang,” kata Muhari. [ian]

  • Gempa 5,1 Magnitudo Pacitan, Terasa Hingga Blitar

    Gempa 5,1 Magnitudo Pacitan, Terasa Hingga Blitar

    Blitar (beritajatim.com) – Gempa Bumi 5,1 Magnitudo yang berpusat di Tenggara Kabupaten Pacitan, Jawa Timur terasa hingga Blitar Raya. Dari laman BMKG diketahui gempa bumi 5.0 magnitudo itu berpusat di 105 kilometer, Kabupaten Pacitan.

    Kedalam gempa 10 Kilometer. Gempa yang berpusat di Tenggara Pacitan ini tidak berpotensi tsunami.

    Getaran gempa bumi terasa sekitar pukul 18.10 WIB. Bukan hanya dirasakan di Pacitan namun getaran gempa bumi juga terasa hingga Blitar.

    Sejumlah masyarakat di Kecamatan Sanankulon Kabupaten Blitar misalnya, warga berlarian keluar rumah saat merasakan getaran gempa.

    “Gempa-gempa,” ujar Enggal sembari lari dari luar rumah.

    Warga yang memiliki anak-anak pun mengajak putra putrinya untuk lari ke luar rumah. Hal itu dilakukan sebagai antisipasi jika ada bangunan roboh akibat guncangan gempa bumi yang berpusat di Tenggara Pacitan.

    Usai getaran gempa berlangsung warga tidak langsung masuk ke rumah. Mereka memilih berdiri di depan rumah mereka karena khawatir masih ada gempa susulan.

    “Eh iya gempa-gempa,” ucap Senja.

    Meski sempat membuat panik warga, namun tidak ada bangunan yang rusak akibat guncangan gempa. BPBD Kabupaten Blitar pun saat ini masih melakukan asesmen untuk mengetahui ada tidaknya bangunan rusak akibat gempa bumi. (owi/ian)

  • Gempa Bumi Guncang Bojonegoro, Nihil Kerusakan

    Gempa Bumi Guncang Bojonegoro, Nihil Kerusakan

    Bojonegoro (beritajatim.com) – Gempa bumi mengguncang wilayah Kabupaten Bojonegoro dengan skala 3,3 magnitudo. Sesuai monitoring Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) gempa terjadi pukul 16.05 WIB, Senin (22/4/2024).

    Data yang diterima jurnalis beritajatim.com menyebut, episenter gempa bumi terletak pada koordinat 7.10° LS; 111.85° BT tepatnya di darat pada jarak 7 km arah Barat Laut Bojonegoro, Jawa Timur dengan kedalaman 9 kilometer.

    Titik lokasi berada di sekitar Kecamatan Trucuk Kabupaten Bojonegoro yang berbatasan dengan Kecamatan Parengan Kabupaten Tuban.

    Sesuai kajian BMKG, dengan memperhatikan lokasi episenter dan kedalaman hiposenternya, gempa bumi yang terjadi merupakan jenis gempa bumi dangkal akibat adanya aktivitas sesar lokal.

    Dampak yang timbul akibat gempa bumi tersebut, dirasakan di daerah Bojonegoro III MMI, Tuban II-III MMI (Getaran III MMI dirasakan seperti terdapat truk melintas). Hingga saat ini belum ada laporan dampak kerusakan yang ditimbulkan akibat gempa bumi tersebut.

    “Untuk dampak kerusakan akibat gempa yang terjadi di Kabupaten Bojonegoro nihil (tidak ada laporan masuk),” ujar Kepala Pelaksana Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Bojonegoro, Laela Nor Aeny.

    Selain itu, hingga Senin, 22 April 2024 pukul 16.28 WIB, hasil monitoring BMKG menunjukkan belum ada aktivitas gempa bumi susulan (aftershock).

    “Kepada masyarakat dihimbau agar tetap tenang dan tidak terpengaruh oleh isu yang tidak dapat dipertanggungjawabkan kebenarannya,” ujar Kepala Stageof Sleman, Setyoajie Prayoedhie, sesuai rilis yang diterima beritajatim.com.

    Pihaknya mengimbau, agar masyarakat menghindari bangunan yang retak atau rusak diakibatkan oleh gempa. Periksa dan pastikan bangunan tempat tinggal anda cukup tahan gempa, ataupun tidak ada kerusakan akibat getaran gempa yg membahayakan kestabilan bangunan sebelum anda kembali kedalam rumah. [lus/kun]

  • Gempa Bumi Landa Pacitan, Getaran Sampai ke Ponorogo

    Gempa Bumi Landa Pacitan, Getaran Sampai ke Ponorogo

    Ponorogo (beritajatim.com) – Kejadian gempa bumi kembali mengguncang Kabupaten Pacitan. Getaran yang diakibatkan oleh gempa itu pun sampai ke wilayah Kabupaten Ponorogo. Warga bumi reog pun langsung berhamburan ke luar rumah saat merasakan adanya getaran dari gempa tersebut.

    Menurut informasi dari media sosial resmi BMKG, gempa bumi Pacitan itu berkekuatan magnitudo 5,1. Pusat gempa  berada di 105 kilometer tenggara Kabupaten Pacitan. Gempa bumi yang terjadi pada pukul 18.10 WIB itu kedalamannya 10 kilometer. Dalam keterangan akun X @infoBMKG, gempa tersebut tidak berpotensi tsunami.

    “Merasakan ada getaran ya tadi langsung keluar dari mushola,” ungkap Suyati, salah satu warga Ponorogo, Senin (22/04/2024).

    Suyati menceritakan saat gempa terjadi, dirinya dan beberapa jemaah mushola di Desa Ringinputih Kecamatan Sampung Ponorogo masih di dalam, usai salat magrib. Ia belum pulang, dan masih bercengkrama dengan jemaah perempuan lainnya. Ia menyebut bahwa getaran gempa yang dirasakan sebanyak 2 kali. Awalnya kerasa tapi belum kencang, baru yang 2 kali itu semakin terasa dan cukup kencang meski hanya dengan durasi waktu selama 10 detik.

    “Tadi getarannya 2 kali, pertama saya langsung terasa, namun langsung keluar saat yang kedua kalinya. Karena ya cukur keras getarannya,” katanya. (end/ian)