Topik: Gempa

  • Waspada Bencana Hidrometeorologi! Ini Jenis dan Dampaknya

    Waspada Bencana Hidrometeorologi! Ini Jenis dan Dampaknya

    Jakarta, Beritasatu.com – Bencana hidrometeorologi belakangan ini diklaim akan melanda sejumlah wilayah di Indonesia. Jenis bencana ini dipicu oleh faktor cuaca, iklim, dan air, sehingga sangat erat kaitannya dengan kondisi alam Indonesia yang beriklim tropis dan memiliki curah hujan tinggi sepanjang tahun.

    Menurut Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG), bencana hidrometeorologi termasuk jenis bencana alam yang disebabkan oleh unsur-unsur atmosfer, seperti angin, curah hujan, suhu udara, dan kelembapan.

    Dampak dari bencana ini bisa sangat luas, mulai dari kerusakan infrastruktur hingga ancaman terhadap keselamatan manusia.

    Apa Itu Bencana Hidrometeorologi?

    Secara umum, bencana hidrometeorologi adalah fenomena alam atau proses perusak yang berkaitan dengan unsur cuaca (meteorologi), air (hidrologi), dan laut (oseanografi).

    Karena Indonesia merupakan negara kepulauan dengan kondisi geografis yang kompleks, risiko terjadinya bencana jenis ini sangat tinggi, terutama saat musim hujan.

    Berikut ini beberapa contoh bencana hidrometeorologi yang sering terjadi di berbagai wilayah Indonesia.

    1. Kekeringan

    Kekeringan terjadi ketika curah hujan berada di bawah normal untuk jangka waktu tertentu. BMKG memantau potensi kekeringan melalui indikator, seperti penurunan curah hujan, peningkatan suhu udara, dan meningkatnya evapotranspirasi. Dampaknya bisa menyebabkan berkurangnya pasokan air bersih dan gagal panen.

    2. Badai petir

    Badai petir terbentuk akibat munculnya awan cumulonimbus (Cb) yang memunculkan kilat dan suara petir. Fenomena ini terjadi karena adanya uap air, ketidakstabilan udara, dan pengangkatan massa udara ke lapisan atmosfer.

    Petir merupakan pelepasan muatan listrik bertegangan tinggi di atmosfer, baik antarawan maupun antara awan dan permukaan bumi.

    3. Puting beliung

    Puting beliung adalah pusaran angin kencang dengan kecepatan mencapai 120 km/jam atau lebih. Fenomena ini sering muncul di wilayah tropis akibat perbedaan tekanan udara ekstrem.

    Jika terbentuk di laut, puting beliung dapat menimbulkan gelombang tinggi dan banjir pesisir saat angin kuat mendorong air ke daratan.

    4. Banjir

    Banjir terjadi ketika air meluap dan menenggelamkan wilayah daratan yang seharusnya kering. Penyebabnya bisa karena meluapnya sungai, danau, atau laut, serta hujan lebat yang membuat tanah tak lagi mampu menyerap air. Banjir merupakan bencana hidrometeorologi paling umum di Indonesia.

    5. Tanah longsor

    Longsor terjadi di daerah berkontur miring seperti pegunungan atau tebing pantai. Penyebabnya antara lain curah hujan tinggi, gempa bumi, atau aktivitas manusia yang mengubah kemiringan lereng. Longsor sering disertai banjir bandang dan bisa menyebabkan korban jiwa.

    6. Angin kencang

    Angin kencang adalah pergerakan udara dengan kecepatan di atas 27,8 km/jam, bergerak dari tekanan tinggi ke tekanan rendah. Jika terjadi secara mendadak dan singkat, fenomena ini disebut gusty, biasanya disertai hujan deras dan muncul bersamaan dengan pembentukan awan cumulonimbus.

    Dampak Bencana Hidrometeorologi

    Bencana hidrometeorologi membawa berbagai dampak negatif terhadap lingkungan, sosial, dan ekonomi. Berikut beberapa dampak utamanya:

    Angin kencang dan banjir dapat merusak rumah, jalan, jembatan, serta jaringan listrik dan komunikasi. Pemulihan pascabencana sering kali membutuhkan waktu dan biaya besar.

    Kekeringan yang berkepanjangan dapat menimbulkan kekurangan air bersih, gagal panen, hingga meningkatnya risiko kebakaran hutan dan lahan (karhutla).

    Sektor pertanian, perikanan, dan industri bisa berhenti beroperasi akibat dampak bencana, menimbulkan kerugian finansial besar bagi masyarakat dan pemerintah.

    Banjir, longsor, dan kebakaran hutan menyebabkan degradasi tanah, berkurangnya keanekaragaman hayati, serta pencemaran udara dan air.

    Korban jiwa dan kesehatan

    Bencana hidrometeorologi juga dapat menimbulkan korban jiwa dan gangguan kesehatan, terutama di wilayah padat penduduk yang minim fasilitas medis dan sanitasi.

    Bencana hidrometeorologi adalah ancaman nyata yang perlu diwaspadai, terutama di negara tropis seperti Indonesia. Dengan memahami penyebab, jenis, dan dampaknya, masyarakat diharapkan dapat meningkatkan kesiapsiagaan terhadap potensi bencana yang mungkin terjadi sewaktu-waktu.

  • Guguran Lava Merapi Capai 1,8 Km, 6 Aliran Sungai Berpotensi Bahaya

    Guguran Lava Merapi Capai 1,8 Km, 6 Aliran Sungai Berpotensi Bahaya

    Sleman, Beritasatu.com – Balai Penyelidikan dan Pengembangan Teknologi Kebencanaan Geologi (BPPTKG) mengimbau masyarakat untuk meningkatkan kewaspadaan terhadap potensi bahaya guguran lava dan awan panas Gunung Merapi. Berdasarkan laporan aktivitas vulkanik terbaru pada Kamis (30/10/2025) pukul 00.00–06.00 WIB, aktivitas Merapi masih berada pada level III atau siaga.

    Kepala BPPTKG, Agus Budi Santoso, menjelaskan potensi bahaya saat ini meliputi sektor selatan hingga barat daya Gunung Merapi, terutama di aliran beberapa sungai yang berpotensi menjadi jalur luncuran material vulkanik.

    “Potensi bahaya saat ini berupa guguran lava dan awan panas pada sektor selatan-barat daya meliputi Sungai Boyong sejauh maksimal lima kilometer, serta Sungai Bedog, Krasak, dan Bebeng sejauh maksimal tujuh kilometer,” jelas Agus dalam keterangan resminya pada Kamis (30/10/2025).

    Selain itu, di sektor tenggara, potensi bahaya juga mengancam aliran Sungai Woro sejauh maksimal tiga kilometer dan Sungai Gendol hingga lima kilometer dari puncak kawah. Agus menegaskan, lontaran material vulkanik jika terjadi letusan eksplosif dapat menjangkau radius hingga tiga kilometer.

    Dalam periode pengamatan terbaru, BPPTKG mencatat 29 kali gempa guguran dan 14 kali gempa hybrid/fase banyak, dengan tujuh kali guguran lava teramati mengarah ke barat daya (Kali Sat/Putih) sejauh 1.800 meter. Cuaca di sekitar puncak gunung dilaporkan cerah dengan asap kawah putih bertekanan lemah setinggi 100–200 meter.

    Agus menambahkan, data pemantauan menunjukkan suplai magma masih terus berlangsung, yang berpotensi memicu awan panas guguran di dalam area bahaya.

    “Masyarakat diimbau agar tidak melakukan aktivitas apa pun di daerah potensi bahaya dan tetap mewaspadai lahar maupun awan panas guguran terutama saat hujan di sekitar Gunung Merapi,” ujarnya.

    BPPTKG juga meminta warga untuk mengantisipasi kemungkinan gangguan akibat abu vulkanik dari erupsi Merapi. Jika terjadi perubahan aktivitas yang signifikan, pihaknya akan segera meninjau kembali status aktivitas gunung tersebut.

    Gunung Merapi, yang berada di perbatasan DIY dan Jawa Tengah, hingga kini masih menjadi salah satu gunung api paling aktif di Indonesia. Dengan kondisi saat ini, masyarakat di sekitar lereng Merapi diharapkan terus memantau informasi resmi dari BPPTKG dan instansi kebencanaan setempat.

  • Gempa 6,4 M Guncang Maluku, Belum Ada Laporan Kerusakan
                
                    
                        
                            Regional
                        
                        29 Oktober 2025

    Gempa 6,4 M Guncang Maluku, Belum Ada Laporan Kerusakan Regional 29 Oktober 2025

    Gempa 6,4 M Guncang Maluku, Belum Ada Laporan Kerusakan
    Tim Redaksi
    AMBON, KOMPAS.com
    – Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Maluku memastikan, gempa tektonik berkekuatan 6,5 magnitudo yang mengguncang sejumlah daerah di wilayah Maluku tidak berdampak pada kerusakan rumah warga maupun fasilitas umum lainnya.
    Kepala Bidang Kedaruratan dan Logistik BPBD Maluku Sandi Luhulima mengatakan, pasca-gempa, pihaknya langsung melakukan pemantauan dan berkoordinasi dengan sejumlah BPBD di daerah untuk memastikan ada atau tidaknya dampak kerusakan yang terjadi.
    “Dari Kepulauan Tanimbar dan Maluku Barat Daya sampai saat ini belum ada laporan dampak kerusakan ada atau tidak. Sekitar 15 menit lalu saya juga komunikasi dengan mereka (BPBD) Tanimbar,” katanya kepada
    Kompas.com
    , Rabu (29/10/2025).
    Sandi mengakui bahwa gempa yang terjadi dirasakan sebagian besar warga di wilayah tersebut.
    “Getarannya ada, getarannya dirasakan tapi belum ada laporan kerusakan, mudah-mudahan tidaka da kerusakan,” kata dia. 
    Kepala BPBD Maluku Barat Daya Djemi Lico yang dikonfirmasi
    Kompas.com
    secara terpisah juga mengakui bahwa gempa yang terjadi cukup kuat dirasakan getarannya di wilayah tersebut.
    Namun, sejauh ini beluma ada laporan mengenai dampak kerusakan maupun korban jiwa atau luka yang ditimbulkan akibat gempa tersebut.
    “Sampai saat ini belum ada laporan dari kecamatan terkait adanya korban maupun kerusakan. Nanti kalau ada laporan akan saya sampaikan,” katanya.
    Ia mengatakan, getaran gempa di wilayah tersebut dirasakan kuat getarannya di Tiakur, Ibu Kota Maluku Barat Daya di Pulau Moa, Kecamatan Babar, Leti, Damer, Babar Dawelor Dawera dan Kecamatan Masela.
    “Getarannya cukup kuat tapi mungkin kedalaman gempa yang dalam,” ujarnya.
    Selain dirasakan di dua kabupaten tersebut, gempa tersebut juga ikut dirasakan getarannya di Kepulauan Aru, Maluku Tenggara, Kota Tual dan sejumlah daerah di wilayah Papua.
    Gempa tersebut sendiri terjadi pada Selasa malam (28/10/2025) Pukul 23.40 WIT.
    Adapun gempa tersebut berpusat di Laut Banda pada kedalaman 185 km di bawah permukaaan laut.
    Lokasi gempa tersebut berada pada titik koordinat 06.81 Lintang Selatan dan 130.13 Bujur Timur atau berjarak 106 km bagian Utara Dawelor Dawera-dan 114 km Timur laut Tepa Maluku Barat Daya. 
    Copyright 2008 – 2025 PT. Kompas Cyber Media (Kompas Gramedia Digital Group). All Rights Reserved.

  • Gempa M 4,2 Guncang Kabupaten Jayapura

    Gempa M 4,2 Guncang Kabupaten Jayapura

    Jayapura

    Gempa bumi dengan magnitudo (M) 4,2 terjadi di Kabupaten Jayapura, Papua. Gempa ada pada kedalaman 33kilometer.

    “Gempa Mag:4.2,” tulis BMKG melalui akun X-nya, Rabu (29/10/2025).

    Gempa terjadi pada pukul 04.57 WIB. Gempa ada pada titik koordinat 2,66 derajat Lintang Selatan dan 139,62 derajat Bujur Timur.

    “(Pusat gempa) 44 km barat laut Kabupaten Jayapura,” tulis BMKG.

    Belum diketahui ada tidaknya korban jiwa dan dampak kerusakan akibat gempa ini.

    (isa/isa)

  • Gempa Magnitudo 6,8 Guncang Tanimbar, Tidak Berpotensi Tsunami

    Gempa Magnitudo 6,8 Guncang Tanimbar, Tidak Berpotensi Tsunami

    Bisnis.com, JAKARTA – Gempa magnitudo 6,8 mengguncang kawasan Tanimbar Maluku malam ini. 

    Dikutip dari akun twitter BMKG disebutkan jika gempa magnitudo 6,8 itu terjadi pada Selasa 28-Oktober 2025 pukul 21:40:18 WIB.

    Adapun pusat gempa berlokasi di titik 6.81 LS,130.13 BT (183 km BaratLaut TANIMBAR).

    Gempa tersebut berkedalaman 185 Km, dan BMKG mengatakan tidak berpotensi tsunami.

    Tanimbar berada di Provinsi Maluku, Indonesia, tepatnya sebagai ibu kota dari Kabupaten Kepulauan Tanimbar. Kepulauan ini merupakan gugusan pulau yang terletak di antara Laut Banda dan Laut Arafura, di bagian timur Indonesia.

    Pusat administrasi kabupaten ini berada di Saumlaki, yang terletak di Pulau Yamdena 

  • Gempa M 6,8 Guncang Tanimbar Maluku, Tidak Ada Peringatan Tsunami

    Gempa M 6,8 Guncang Tanimbar Maluku, Tidak Ada Peringatan Tsunami

    Jakarta, Beritasatu.com – Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) melaporkan telah terjadi gempa bumi berkekuatan magnitudo (M) 6,8 di Kepulauan Tanimbar, Maluku pada Selasa (28/10/2025) pukul 21.40 WIB.

    Gempa tercatat berada pada koordinat 6,81 derajat lintang selatan dan 130,13 derajat bujur timur dengan kedalaman 185 kilometer. Pusat gempa berada di laut, sekitar 183 kilometer barat laut Tanimbar.

    Tidak  ada peringatan tsunami yang dikeluarkan BMKG akibat gempa ini. “Hati-hati terhadap gempa bumi susulan yang mungkin terjadi,” tulis BMKG di akun resminya.

    BMKG mengimbau masyarakat tetap tenang dan waspada terhadap kemungkinan gempa susulan, serta memantau informasi resmi dari BMKG melalui kanal komunikasi yang tepercaya.

  • Cahaya Misterius di Bulan Buat Ilmuwan Penasaran

    Cahaya Misterius di Bulan Buat Ilmuwan Penasaran

    Jakarta, CNBC Indonesia – Cahaya misterius yang muncul di permukaan bulan sejak ratusan tahun lalu sudah lama menyita perhatian para ilmuwan. Fenomena ini dikenal sebagai transient lunar phenomenon (TLP), yaitu perubahan singkat pada tampilan sebagian permukaan bulan yang bisa berlangsung dari milidetik hingga berjam-jam.

    Catatan pertama tentang fenomena ini berasal dari astronom William Herschel pada malam 19 April 1787. Ia mengamati cahaya terang selama beberapa jam di area bulan yang gelap, seterang Nebula Orion. Peristiwa tersebut diyakini sebagai salah satu TLP pertama yang tercatat dalam sejarah.

    TLP sering kali muncul dalam bentuk kilatan cahaya, bercak kemerahan atau ungu, hingga titik-titik kabur di permukaan bulan. Selama dua ribu tahun terakhir, lebih dari 3.000 TLP telah terdokumentasi oleh para pengamat di seluruh dunia, baik menggunakan teleskop, kamera, maupun pengamatan langsung.

    Meski sudah lama menjadi misteri, penyebab pasti TLP belum dapat dipastikan. Para ilmuwan menjelaskan bahwa durasi cahaya dapat memberikan petunjuk mengenai sumbernya.

    Menurut Masahisa Yanagisawa, profesor emeritus di University of Electro-Communications, Jepang, kilatan yang hanya berlangsung kurang dari satu menit biasanya disebabkan oleh tumbukan meteoroid di permukaan bulan. Tumbukan batuan luar angkasa seberat sekitar 0,2 kilogram dapat menimbulkan lunar impact flash (LIF), yaitu cahaya singkat akibat batuan yang memanas saat tertabrak.

    Fenomena ini baru dapat dipastikan pada 1990-an, setelah teknologi kamera berkecepatan tinggi memungkinkan pengamatan secara akurat. Sejak itu, ratusan LIF telah teridentifikasi oleh berbagai lembaga, termasuk program NELIOTA (Near-Earth Object Lunar Impacts and Optical Transients) yang didanai Badan Antariksa Eropa (ESA).

    Dalam sembilan tahun terakhir, proyek tersebut telah merekam 193 kilatan di permukaan bulan, dengan sebagian besar terjadi di wilayah Oceanus Procellarum, area yang diduga masih aktif secara tektonik.

    Namun, peneliti utama NELIOTA, Alexios Liakos dari National Observatory of Athens, menilai pola tersebut belum tentu menggambarkan kondisi sebenarnya. “Bulan kemungkinan besar dihantam meteoroid secara merata di seluruh permukaannya,” kata Liakos dalam keterangan tertulis yang dikutip Live Science, Senin (27/10/2025).

    Selain akibat tumbukan, TLP yang berlangsung beberapa menit juga diduga disebabkan oleh pelepasan gas radon dari dalam bulan. Studi di The Astrophysical Journal tahun 2008 dan 2009 menyebutkan bahwa gas yang terperangkap di bawah permukaan bisa meledak akibat “moonquake” atau gempa bulan, lalu menghasilkan cahaya saat radon yang bersifat radioaktif meluruh.

    Namun, beberapa fenomena yang lebih lama, seperti yang disaksikan Herschel, bisa berlangsung hingga berjam-jam. Studi tahun 2012 menyebutkan, angin matahari yang mengionisasi debu bulan bisa menimbulkan awan besar setinggi 100 kilometer. Awan ini memantulkan cahaya dari bintang atau objek terang lain di dekat bulan, sehingga tampak seperti sumber cahaya dari permukaan.

    Meski begitu, tidak semua peneliti sepakat tentang keberadaan TLP berdurasi panjang. Liakos, misalnya, meragukan keberadaan TLP berdurasi panjang. “Satu-satunya peristiwa yang agak lama yang pernah saya lihat hanyalah satelit yang melintas di depan cakram bulan,” ujarnya, menambahkan bahwa sejak 2017 ia belum pernah melihat TLP yang bertahan lama di sisi malam bulan.

    Hingga kini, para peneliti masih terus memantau fenomena ini untuk mencari tahu penyebab pastinya. Satu hal yang pasti, jika suatu malam terlihat cahaya misterius di permukaan bulan, bisa jadi itu bukan sekadar ilusi optik, melainkan fenomena alam langka yang masih menyimpan misteri besar bagi sains modern.

    (dem/dem)

    [Gambas:Video CNBC]

  • Gempa M 4,1 Guncang Pulau Simeulue Aceh Akibat Aktivitas Megathrust

    Gempa M 4,1 Guncang Pulau Simeulue Aceh Akibat Aktivitas Megathrust

    Medan, Beritasatu.com – Gempa bumi tektonik dengan magnitudo 4,1 melanda Kota Sinabang, Kabupaten Kepulauan Simeulue, Aceh, Selasa (28/10/2025) pukul 16.23 WIB merupakan jenis gempa dangkal akibat adanya aktivitas megathrust.

    “Episenter gempa terletak pada koordinat 2.38 derajat lintang utara dan 96,96 derajat bujur timur, atau tepatnya berlokasi di laut pada jarak 66 kilometer arah tenggara Sinabang, pada kedalaman 11 kilometer,” kata Kepala Balai Besar Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BBMKG) Wilayah I, Hendro Nugroho di Medan dikutip dari Antara.

    Berdasarkan laporan dari masyarakat, gempa bumi itu dirasakan di daerah Sinabang dengan skala intensitas II – III MMI (getaran dirasakan nyata dalam rumah. Terasa getaran seakan-akan ada truk berlalu).

    Namun hingga saat ini belum ada laporan mengenai kerusakan bangunan sebagai dampak gempa bumi tersebut.

    Hingga pukul 16:53 WIB, hasil monitoring BMKG menunjukkan belum ada gempa bumi susulan (aftershock).

    BMKG mengimbau masyarakat tetap tenang dan tidak terpengaruh oleh isu yang tidak dapat dipertanggungjawabkan kebenarannya.

  • Gempa Bumi Magnitudo 5,5 Guncang Minahasa Sulut Pagi Ini

    Gempa Bumi Magnitudo 5,5 Guncang Minahasa Sulut Pagi Ini

    Jakarta, Beritasatu.com – Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) melaporkan telah terjadi gempa bumi berkekuatan magnitudo (M) 5,5 di wilayah Minahasa, Sulawesi Utara (Sulut), pada Selasa (28/10/2025) pukul 08.31 WIB.

    Gempa tercatat berada pada koordinat 1,43 derajat lintang utara dan 121,77 derajat bujur timur dengan kedalaman 10 kilometer. Pusat gempa berada di laut, sekitar 68 kilometer timur laut Buol, Sulawesi Tengah, dan 109 kilometer barat laut Pohuwato, Gorontalo.

    “Berdasarkan hasil pemodelan dan pengamatan awal, gempa tidak berpotensi menimbulkan tsunami,” tulis BMKG dalam keterangannya.

    Getaran gempa kemungkinan dirasakan di wilayah sekitar Sulawesi Tengah dan Gorontalo dengan intensitas lemah hingga sedang. Hingga laporan ini diterbitkan, belum ada informasi mengenai dampak kerusakan atau korban akibat guncangan tersebut.

    BMKG mengimbau masyarakat tetap tenang dan waspada terhadap kemungkinan gempa susulan, serta memantau informasi resmi dari BMKG melalui kanal komunikasi yang tepercaya.

  • Gempa Magnitudo 5,5 Guncang Buol Sulawesi Tengah: Tak Berpotensi Tsunami

    Gempa Magnitudo 5,5 Guncang Buol Sulawesi Tengah: Tak Berpotensi Tsunami

    Liputan6.com, Sulawesi Gempa Magnitudo 5,5 mengguncang wilayah Buol, Sulawesi Tengah, Selasa (28/10/2025) pukul 08.31.20 WIB. Badan meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) menyebutkan lokasi gempa berada pada koordinat 1.43 LU,121.77 BT.

    “Kedalaman gempa 10 km,” tulis BMKG.

    BMKG memastikan gempa tidak berpotensi tsunami. “Tidak berpotensi Tsunami,” demikian tulis BMKG.

    Belum ada laporan kerusakan akibat gempa, namun warga diimbau tetap waspada terhadap kemungkinan terjadinya gempa susulan.