Topik: Gempa

  • Apa Jadinya Jika Gempa Dahsyat Megathrust Guncang Jakarta?

    Apa Jadinya Jika Gempa Dahsyat Megathrust Guncang Jakarta?

    Jakarta, CNN Indonesia

    Zona Megathrust Selat Sunda jadi ancaman nyata bagi wilayah Jakarta, karena sewaktu-waktu dapat melepas energi besarnya dan menghasilkan gempa dahsyat hingga magnitudo 9,1. Apa jadinya jika Jakarta diguncang gempa megathrust?

    Peneliti Pusat Riset Kebencanaan Geologi Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) Nuraini Rahma Hanifa mengatakan potensi bencana gempa megathrust di wilayah selatan Jawa bisa terjadi kapan saja dan dapat memicu tsunami dengana skala besar seperti yang terjadi di Aceh 20 tahun silam.

    “Potensi megathrust ini dapat memicu goncangan gempa yang besar dan tsunami, yang menjalar melalui Selat Sunda hingga ke Jakarta dengan waktu tiba sekitar 2,5 jam,” kata Rahma usai menghadiri acara peringatan 20 tahun tsunami Aceh di Banda Aceh, Kamis (26/12), mengutip laman resmi BRIN.

    Hasil simulasi yang dilakukan BRIN dan tim peneliti berbagai institusi, tinggi gelombang tsunami imbas gempa megathrust Selat Sunda diperkirakan mencapai 20 meter di pesisir selatan Jawa, 3-15 meter di Selat Sunda, dan sekitar 1,8 meter di pesisir utara Jakarta.

    Penelitian ini juga menunjukkan fenomena serupa pernah terjadi dalam sejarah, seperti tsunami Pangandaran 2006 yang dipicu oleh marine landslide di dekat Nusa Kambangan.

    “Energi yang terkunci di zona subduksi selatan Jawa terus bertambah seiring waktu. Jika dilepaskan sekaligus, goncangan akan memicu tsunami tinggi yang bisa berdampak luas, tidak hanya di selatan Jawa tetapi juga di wilayah pesisir lainnya,” jelas Rahma.

    Rahma mengatakan daerah perkotaan seperti Jakarta, yang memiliki kepadatan penduduk tinggi dan sedimen tanah yang rentan mengamplifikasi goncangan, upaya mitigasi juga harus mencakup retrofitting atau penguatan struktur bangunan.

    “Retrofitting sangat penting, terutama untuk bangunan di kawasan padat penduduk, karena goncangan kuat berpotensi menyebabkan kerusakan masif dan korban jiwa,” tuturnya.

    Ancam pesisir Jakarta

    Kepala Pusat Data dan Informasi (Kapusdatin) Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Jakarta Mohamad Yohan mengatakan tsunami imbas gempa dahsyat megathrust di Jakarta tak bisa terelakan.

    “Meskipun Jakarta tidak langsung menghadap Samudra Hindia, gelombang tsunami yang sangat besar mungkin dapat mencapai pesisir utara Jakarta jika terdapat gelombang besar yang dihasilkan dari arah selatan,” kata Yohan beberapa waktu lalu.

    Kendati begitu, menurut Yohan dampak tsunami imbas gempa megathrust bakal lebih terasa di daerah-daerah sekitar Jakarta, khususnya di wilayah Banten yang jaraknya cukup dekat dengan segmen Selat Sunda.

    “Kota-kota pesisir di sekitar Jakarta, seperti Banten dan Anyer, lebih berisiko terkena dampak langsung dari tsunami,” jelas Yohan.

    Lalu, separah apa tsunami yang bakal ‘menyapu’ Jakarta?

    Merujuk data BMKG yang dibagikan BPBD DKI Jakarta, tingkat bahaya tsunami di Jakarta cukup rendah.

    “Berdasarkan sumber Peta Resiko Tsunami Indonesia, Jakarta memiliki tingkat kemungkinan bahaya tsunami rendah, ketinggian tsunami di pantai Jakarta kurang dari 1 meter,” demikian bunyi keterangan BMKG.

    Fakta-fakta Megathrust, Teror dari Lautan RI (Foto: Basith Subastian/CNNIndonesia)

    Berlanjut ke halaman berikutnya…

    BMKG mencatat Jakarta sempat mengalami tsunami tiga kali sepanjang sejarah.

    Pertama, pada 24 Agustus 1757 ketika Jakarta masih bernama Batavia, gempa kuat bergelombang yang berlangsung 5 menit mengguncang Jakarta. Pada pukul 02.05, saat guncangan terkuat, angin bertiup dari timur laut.

    Air laut di Sungai Ciliwung, yang mengalir ke laut di Jakarta pun naik dengan ketinggian 0,5 meter di atas ketinggian biasanya dan turun dengan jumlah yang sama.

    Kedua, tsunami juga pernah terjadi pada 16 Maret 1863. Saat itu, gempa terjadi di Pulau Jawa yang terasa agak kuat di daerah Lebak, dan dirasakan sedang di Jakarta dan Pulau Kapal di Teluk Jakarta, serta dirasakan lemah di Serang dan Caringin.

    Tepat sebelum gempa, di Caringin teramati gelombang pasang bergulung di pantai dengan suara keras.

    Ketiga, tsunami yang terjadi pada 20 Mei 1883. Kapal “Semarang” memasuki gelombang besar di Pulau Horn antara pukul 10.00 dan 12.00.

    Gelombang itu menyebar dari utara timur laut ke barat laut. Saat itu, laut benar-benar tenang sebelum dan sesudah.

    Sang kapten menduga bahwa fenomena tersebut berhubungan dengan erupsi krakatau, namun hal tersebut tidak benar. Catatan pengukur pasang surut di Tanjung Priok tidak menunjukkan osilasi yang tidak biasa.

    Bisa seperti Aceh

    Megathrust Selat Sunda menjadi ancaman serius karena zona ini bisa pecah kapan saja.

    Eks Ketua Ikatan Alumni Akademi Meteorologi dan Geofisika (IKAMEGA) Subardjo dalam acara Sarasehan Nasional IKAMEGA pada 2018 silam sempat menyampaikan ancaman tersebut.

    “Berdasarkan segmentasi megathrust pada Peta Gempa Bumi Nasional pada tahun 2017, kita ketahui ada dua megathrust yang dekat dengan Jakarta, yang bisa mempengaruhi kerusakan bangunan atau infrastruktur yang ada di Jakarta,” kata Subardjo saat itu.

    Subardjo mengatakan yang jadi kekhawatiran para ilmuwan adalah zona Megathrust Selat Sunda, karena saat ini merupakan zona seismic gap.

    [Gambas:Photo CNN]

    Menurut dia jika Megathrust Selat Sunda pecah, bukan tidak mungkin Jakarta akan mengalami nasib serupa di Aceh seperti 20 tahun silam.

    “Jika terjadi, Megathrust Selat Sunda itu berpotensi gempa dengan 8,7 SR, setara dengan 9.0 Magnitude Moment atau MW. Itu setara dengan gempa di Aceh (Desember 2004), sehingga akan menimbulkan tsunami,” kata Subardjo.

    “Tapi yang menjadi kekhawatiran bagi kita adalah bukan tsunaminya, tapi getarannya atau goncangannya, mengingat jarak antara Megathrust Selat Sunda dengan Jakarta itu sekitar 200-250 km, di bawah tanah Jakarta itu adalah tanah endapan atau aluvial yang bisa menimbulkan amplifikasi atau pun besaran-besaran amplitudo,” lanjut dia.

  • Gempa Magnitudo 4,5 Terjadi di Labuha Maluku Utara

    Gempa Magnitudo 4,5 Terjadi di Labuha Maluku Utara

    Jakarta, CNN Indonesia

    Gempa magnitudo 4,5 mengguncang Labuha di Maluku Utara pada pukul 04.13 WIB. Pusat gempa berada pada kedalaman 10 kilometer.

    Dalam keterangan BMKG di X, titik gempa terjadi pada 1.09LS, 127.35 BT, 52 kilometer di sebelah Barat Daya Labuha.

    “Gempa Mag:4.5, 03-Jan-2025 04:13:32WIB, Lok:1.09LS, 127.35BT (52 km BaratDaya LABUHA-MALUT), Kedlmn:10 Km,” demikian cuitan BMKG.

    Belum ada laporan soal kerusakan maupun getaran yang dirasakan pasca gempa ini.

    “Disclaimer:Informasi ini mengutamakan kecepatan, sehingga hasil pengolahan data belum stabil dan bisa berubah seiring kelengkapan data,” kata BMKG.

    [Gambas:Twitter]

    (dna/dna)

  • Gempa M 3,2 Terjadi di Badung Bali

    Gempa M 3,2 Terjadi di Badung Bali

    Jakarta

    Gempa bumi dengan kekuatan magnitudo (M) 3,2 terjadi di Badung, Bali. Gempa ada pada kedalaman 103 kilometer.

    “Gempa 9 km timur laut Badung-Bali,” tulis BMKG melalui akun X-nya, Jumat (3/1/2025).

    Gempa terjadi pada pukul 03.49 WIB. Gempa ada pada titik koordinat 8.53 lintang selatan dan 115,24 bujur timur.

    “Informasi ini mengutamakan kecepatan, sehingga hasil pengolahan data belum stabil dan bisa berubah seiring kelengkapan data,” jelasnya.

    (lir/lir)

  • Ekspedisi gua di Papua hingga Meksiko Selatan – ‘Membantu kita memahami kehidupan di planet lain’ – Halaman all

    Ekspedisi gua di Papua hingga Meksiko Selatan – ‘Membantu kita memahami kehidupan di planet lain’ – Halaman all

    Laba-laba buta hingga fotosintesis dalam kegelapan—semuanya dapat ditemukan di tempat terdalam di Bumi, salah satunya di gua Papua.

    Sembari duduk, saya menggelincir menyusuri terowongan batu yang memantulkan cahaya seperti bagian dalam tenggorokan. Saya merasa seperti ditelan dan menghilang dalam kegelapan dunia bawah tanah.

    Rekan saya, Phil Short, mengatakan bahwa gua-gua hidup dan bahkan bernapas.

    Lewat pintu masuknya, yang tidak jarang sangat kecil, gua-gua bertukar udara dengan dunia luar.

    Saya dan Short sedang berada di gua Wookey Hole, bagian dari jaringan gua bawah tanah di satu desa di Inggris, Wookey Hole, yang terletak di Somerset.

    “Hari ini cuacanya panas sekali,” ujarnya.

    Short adalah salah satu penjelajah gua dan penyelam terkemuka di dunia, sekaligus pemimpin misi bawah air di Deep Research Labs.

    Jika tekanan udara di luar gua lebih besar daripada di dalam, katanya, udara akan bergerak ke dalam gua dan sebaliknya.

    “Di hari lain, udara di luar mungkin sangat dingin tetapi di sini masih hangat dan udara akan berhembus ke arah sebaliknya.”

    Saat ini, ada puluhan ribu gua di dunia, dan semakin banyak yang ditemukan setiap harinya. Namun, banyak gua di dunia masih belum terjelajahi.

    “Menjelajahi gua merupakan salah satu dari sedikit aktivitas yang tersisa saat ini, di mana manusia dapat menemukan sesuatu dan merasakan pengalaman sejati dalam lingkungan yang sepenuhnya tak tersentuh dan alami,” tutur Short.

    “[Jika kalian memasuki gua yang belum terjamah], kalian akan memasuki planet kosong—tidak ada drone, teknologi modern.”

    Di dalam gua, kata Short, juga bisa ditemukan “spesies baru, bahkan obat baru untuk berbagai penyakit.”

    Beberapa gua sangat besar, sampai-sampai dilaporkan punya sistem cuaca sendiri. Sebagian lainnya sangat dalam, hingga belum ada yang pernah mencapai dasarnya.

    Gua menyimpan rahasia evolusi manusia, kehidupan sebelum kita semua, hingga jejak dampak alam sejak beratus tahun lalu.

    Gua bukan hanya kubangan kenangan, tapi juga pusat keanekaragaman hayati, seperti ekosistem lengkap yang bekerja sama dengan kehidupan.

    Inilah yang ditemukan ketua ahli serangga dalam Ekspedisi Cycloop, Leonidas-Romanos Davranoglou, ketika dia mendaki Gunung Cycloop di Papua, Indonesia.

    Jika kalian diam berdiri sebentar saja, kata Davranoglou kepada saya, lintah akan langsung menghampiri dari segala arah.

    Mereka menghantui kalian, mengikuti getaran bumi, bayangan kalian, napas kalian.

    “Di Papua, karena daerahnya lembap, lintah tinggal di mana-mana; di pepohonan, tanah, semak-semak,” kata Davranoglou.

    Di hutan Pegunungan Cycloop, semua ular dan laba-laba berbisa, hingga nyamuk pembawa penyakit, mengintai mereka yang masih berani menjelajahi tanah tersebut.

    Meski berbahaya, tim Davranoglou tetap bertekad “melakukan survei paling komprehensif terkait ekosistem ini.”

    Berkat tekad kuat itu, mereka berhasil mengantongi bukti foto pertama yang mengonfirmasi keberadaan Zaglossus attenboroughi atau ekidna moncong panjang Sir David Attenborough pada 2023.

    Spesies ini terakhir dilihat pada tahun 1961, dan selama ini dikhawatirkan telah punah.

    Mereka juga berhasil menemukan satu jenis burung yang sudah dianggap hilang secara ilmiah lebih dari 15 tahun.

    Tak hanya itu, tim mereka menemukan genus udang baru yang menempel di pepohonan, juga spesies serangga baru lainnya.

    “Kami bisa melihat itu semua ketika kami menjelajah lebih dalam. Kami harus merangkak, dan ketika masuk, kelelawar beterbangan histeris,” cerita Davranoglou.

    “Kami pikir, oke, ini pertanda baik. Lalu, kami mulai melihat jangkrik gua.”

    Jangkrik gua, kata Davranoglou, adalah serangga yang berbentuk aneh. Kaki dan antenanya sangat panjang, tapi matanya kecil.

    “Mereka bisa berjalan di kegelapan hanya dengan merasakannya. Jangkrik gua merupakan pertanda bahwa ada ekosistem yang kaya di gua itu,” ujarnya.

    Davranoglou dan pemimpin ekspedisinya, James Kempton, sempat kembali ke gua tersebut beberapa kali setelah itu.

    Ketiga kalinya mereka datang, Bumi tiba-tiba berguncang ketika Kempton sedang mencari rute untuk eksplorasi selanjutnya sendirian.

    Debu berjatuhan. Kelelawar panik beterbangan.

    “Papua adalah salah satu daerah tektonik paling aktif di dunia. Kami merasakan gempa bumi setiap waktu,” kata Davranoglou.

    “Kami melihat bongkahan besar runtuh, kemudian terjadilah gempa besar, dan [Kempton] terguncang di gua yang sangat sempit dan penuh bongkahan.”

    Saat itu, para mahasiswa yang ikut ekspedisi berdiri di luar gua, menanti Short dengan sangat ketakutan.

    “Mereka menangis senang ketika mengetahui dia [Short] selamat,” ujar Davranoglou.

    Akhirnya, tim itu menemukan “harta karun” spesies bawah tanah, termasuk laba-laba buta, laba-laba penuai, dan kalajengking cambuk. Semua itu merupakan temuan baru bagi dunia ilmiah.

    “Kami sangat senang karena dapat menemukan ekosistem tersembunyi yang punya banyak potensi. Karena kami baru mengeksplorasi 40 meter pertama, kami baru menjelajah permukaannya,” ucapnya.

    “Siapa yang tahu apa yang ada di tempat yang lebih dalam.”

    Di Oxford, Davranoglou menunjukkan sekeranjang spesimen kumbang kotoran, makhluk indah dengan tanduk yang besar.

    Ketika ekspedisi selesai, kata Davranoglou, pekerjaan yang sesungguhnya dimulai.

    “Papua adalah pulau yang menyimpan keanekaragaman hayati paling banyak di dunia,” katanya.

    Ia pun berharap pemahaman lebih jauh mengenai keanekaragaman itu dapat membantu upaya-upaya konservasi untuk melindungi ekosistem yang berharga tersebut.

    “Temuan setiap spesies baru dapat memperlihatkan evolusi setiap garis keturunannya,” ujar Davranoglou.

    “Temuan itu dapat membantu kalian memahami bagaimana organisme itu tersebar di masa lalu, faktor ekologi dan geologi apa yang membuat spesies itu terbagi dalam kelompok-kelompok berbeda.”

    “Dengan menggunakan data ini, kalian juga dapat memahami faktor-faktor yang dapat memengaruhi distribusi spesies dan nasib mereka di masa depan.”

    Pada 2013, Short juga merampungkan eksplorasi selama tiga bulan, menghabiskan total 45 hari di bawah tanah. Tempat yang diberi nama Gua J2 itu tersembunyi di tengah pegunungan Sierra Juarez di Meksiko Selatan.

    Eksplorasi ini sangat menantang karena ia juga harus membawa peralatan penting, seperti tabung udara, regulator, alat masak, hingga tenda sembari melintasi hutan belantara.

    “Di atas gunung, kami mendirikan markas. Tenda-tenda bertebaran di hutan, mengelilingi area tengah, di mana terdapat terpal tempat berkumpul dan api unggun,” kata Short.

    “Sekitar satu jam perjalanan menuruni bukit, ada jalan masuk menuju gua. Lebarnya hanya 45 sentimeter dengan tinggi 1,3 meter.”

    Beberapa meter setelah memasuki gua, Short harus turun sejauh 70 meter menggunakan tali, sambil menggendong peralatan menyelam seberat 40 kilogram.

    “Setelah sekitar 700 meter, kami sampai di tempat kecil di mana anggota tim sebelumnya sudah menggantungkan hammock. Ada pula tungku dan sejumlah persediaan lainnya,” cerita Short.

    Di dalam sana, ada dua kamp lainnya. Di salah satu kamp, sudah dipersiapkan tenda. Sementara itu, kamp ketiga merupakan markas persiapan untuk tim penyelam.

    Di titik ini, Short berpisah dengan anggota tim lainnya yang berasal dari 15 negara. Dari total 44 orang, hanya Short dan satu anggota lainnya, Gala, yang akan menyelam selama sembilan hari.

    Setelah menyelam sekitar 600 meter, Short dan Gala kembali ke permukaan, disambut deru suara air terjun.

    “Kami menemukan tirai kalsit indah berwarna-warni. Kami mengitarinya dan melihat ada sungai yang seperti bendungan,” tutur Short.

    “Banyak cipratan seperti embun, seperti air terjun di tengah hutan, di tengah-tengah kubah besar ini, di mana seluruh sungai J2 mengalir ke perut bumi.”

    Mereka lantas merayap di dinding gue itu, menyusuri sungai itu sampai ke ujung.

    Pemimpin ekspedisi ini, Bill Stone, mengatakan pemetaan sistem gua semacam ini dapat membuka jalan untuk ekspedisi ilmiah selanjutnya.

    “Gua perlu dilindungi,” kata Hazel Barton, profesor ilmu geologi di Universitas Alabama.

    Barton adalah seorang ahli geomikrologi yang mempelajari mikroba di lingkungan paling ekstrem di Bumi. Dia merupakan salah satu ilmuwan yang mengikuti jejak Stone ke pegunungan Sierra Juarez.

    Selama lebih dari 20 tahun, Barton mempelajari kehidupan mikroskopis di bawah tanah yang dapat bertahan di tengah kelaparan ekstrem.

    Penelitian Barton membantu pemahaman terkait daya tahan antimikroba sampai kemampuan tanaman untuk berfotosintesis di tempat yang sangat gelap.

    “Sekitar satu kilometer dari tempat masuk, masih ada fotosintesis, tapi sudah mendekati gelombang inframerah. masih ada bintang yang dapat terlihat di gelombang itu,” ujar Barton.

    “Temuan ini dapat membantu kita memahami bagaimana bisa ada kehidupan di planet lain.”

    Menurut Barton, eksplorasi gua hampir sama seperti menjadi astronaut, tapi tanpa perlu ke luar angkasa.

    “Kalian adalah orang pertama yang melihat sesuatu. Jejak kalian merupakan jejak kaki pertama di sana,” tuturnya.

    “Sepuluh ribu tahun dari sekarang, jejak kaki saya di Gua Lechuguilla di New Mexico, atau di Gua Tepui di Venezuela, mungkin masih ada di sana.”

    Short mengatakan bahwa kita akan selalu menemukan hal baru di dalam gua.

    “Sekarang ini, sangat sulit untuk membuat orang kagum, tapi kalian bisa datang ke sini dan melihat sesuatu yang baru setiap kali kalian datang,” ucap Short.

    Ada ratusan pintu masuk menuju gua di Bumi, Bulan, bahkan Mars. Banyak yang belum terjamah.

    Jika kita berani melongok ke kegelapan itu, apa yang dapat kita temukan di bawah permukaan Bumi itu?

  • Ancaman Megathrust di Selatan Jawa Simpan Energi yang Bisa Sebabkan Gempa M 9,1

    Ancaman Megathrust di Selatan Jawa Simpan Energi yang Bisa Sebabkan Gempa M 9,1

    loading…

    BRIN mengungkap ancaman megathrust berpotensi terjadi di Selatan Jawa. Megathrust ini bahkan disebut-sebut berpotensi membuat gempa berkekuatan M 9,1. Foto: Ilustrasi/Dok SINDOnews

    JAKARTA – Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) mengungkap ancaman megathrust berpotensi terjadi di Selatan Jawa. Megathrust ini bahkan disebut-sebut berpotensi membuat gempa berkekuatan M 9,1.

    Hal itu diungkapkan Peneliti dari Pusat Riset Kebencanaan Geologi BRIN Nuraini Rahma Hanifa. Dia menilai gempa berkekuatan sangat masif itu juga akan memancing bencana baru yaitu tsunami yang bisa mencapai Jakarta dalam waktu singkat.

    “Potensi megathrust ini dapat memicu goncangan gempa yang besar dan tsunami yang menjalar melalui Selat Sunda hingga Jakarta dengan waktu tiba sekitar 2,5 jam,” ujar Rahma, Kamis (2/1/2025).

    Dalam penelitian BRIN, gempa megathrust dapat membuat tsunami terjadi dengan ketinggian diperkirakan mencapai 20 meter di pesisir selatan Jawa, 3-15 meter di Selat Sunda, serta sekitar 1,8 meter di pesisir utara Jakarta. Belum lagi gempa megathrust juga berpotensi mengeluarkan energi yang lebih besar seiring berjalannya waktu.

    “Energi yang terkunci di zona subduksi selatan Jawa terus bertambah seiring waktu. Jika dilepaskan sekaligus goncangan memicu tsunami tinggi yang berdampak luas. Tidak hanya di selatan Jawa, tetapi juga wilayah pesisir lainnya,” tuturnya.

    Melalui penelitian paleotsunami, BRIN juga menemukan gempa megathrust di selatan Jawa memiliki periode ulang sekitar 400-600 tahun. Gempa megathrust yang terakhir terjadi diperkirakan pada tahun 1699.

    BRIN menilai saat ini energi yang tersimpan sudah mencapai titik kritis. “Bencana seperti tsunami Aceh mengajarkan kita bahwa kesiapsiagaan dan mitigasi bencana adalah kunci untuk menyelamatkan nyawa,” katanya.

    BRIN menekankan pentingnya mitigasi melalui pendekatan struktural dan nonstruktural. Pendekatan struktural meliputi pembangunan tanggul penahan tsunami, pemecah ombak, serta penataan ruang di kawasan pesisir dengan memperhatikan jarak aman 250 meter dari bibir pantai.

    “Pembangunan hutan pesisir atau vegetasi alami seperti pandan laut dan mangrove juga menjadi solusi berbasis ekosistem untuk meredam energi gelombang tsunami,” ucapnya.

    (jon)

  • Guguran Lava Gunung Merapi Capai 1.800 Meter, Masyarakat Diminta Waspada

    Guguran Lava Gunung Merapi Capai 1.800 Meter, Masyarakat Diminta Waspada

    Sleman, Beritasatu.com – Aktivitas vulkanik Gunung Merapi yang terletak di perbatasan Daerah Istimewa Yogyakarta dan Jawa Tengah masih tinggi. 

    Berdasarkan pengamatan Balai Penyelidikan dan Pengembangan Teknologi Kebencanaan Geologi (BPPTKG) untuk periode 2 Januari 2025 pukul 00.00-06.00 WIB menunjukkan aktivitas guguran lava.

    “Teramati enam kali guguran lava ke arah barat daya (Kali Krasak dan Kali Bebeng) dengan jarak luncur maksimum 1.800 meter,” kata Kepala BPPTKG Agus Budi Santosa dalam keterangan resminya pada Kamis (2/1/2025).

    Cuaca di sekitar Gunung Merapi terpantau mendung dengan angin bertiup lemah hingga sedang ke arah timur. Suhu udara berada di kisaran 18-19 derajat celsius dengan kelembapan udara 80-84%. Gunung terlihat tertutup kabut dengan tingkat kabut mencapai 0-III, dan tidak teramati adanya asap kawah.

    Seismograf mencatat 30 kali gempa guguran dengan amplitudo 3-54 mm dan durasi 15,65-132,22 detik. Selain itu, terdeteksi pula 13 kali gempa hybrid atau fase banyak dengan amplitudo 3-5 mm dan durasi 6,37-9,15 detik. Aktivitas vulkanik dangkal terpantau sebanyak 3 kali dengan amplitudo 18-33 mm dan durasi 12,13-12,94 detik.

    BPPTKG menetapkan status aktivitas Gunung Merapi pada Level III (Siaga). Potensi bahaya meliputi guguran lava dan awan panas di sektor selatan-barat daya, mencakup Sungai Boyong sejauh maksimal 5 km serta Sungai Bedog, Krasak, dan Bebeng sejauh tujuh kilometer. 

    “Sektor tenggara mencakup Sungai Woro sejauh tiga kilometer dan Sungai Gendol sejauh lima kilometer. Lontaran material vulkanik dapat menjangkau radius tiga kilometer dari puncak,” lanjutnya.

    BPPTKG mengimbau masyarakat untuk tidak melakukan aktivitas di wilayah potensi bahaya. Masyarakat juga diminta mewaspadai ancaman lahar dan awan panas, terutama saat hujan serta mengantisipasi gangguan akibat abu vulkanik yang dapat menyebar ke area sekitar.

  • Tiga Alasan Mengapa Liburan Berisiko Buruk Bagi Kesehatan Jantung – Halaman all

    Tiga Alasan Mengapa Liburan Berisiko Buruk Bagi Kesehatan Jantung – Halaman all

    Laporan Wartawan Tribunnews.com, Aisyah Nursyamsi

    TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA – Selama liburan, banyak yang melewatkan hari dengan berjalan-jalan dan makan-makanan enak. 

    Namun, perlu diwaspadai. Beberapa makanan dan pola hidup selama liburan berpotensi meningkatkan risiko buruk bagi jantung. 

    Di antaranya seperti konsumsi alkohol, stres yang meningkat dan rutinitas yang terganggu.

    Di bawah ini, dokter pun berbagi risiko bahaya kardiovaskular yang diabaikan dari musim liburan bersama dengan cara untuk menikmati waktu ini dengan aman.

    1. Minum terlalu banyak alkohol dapat menyebabkan ‘sindrom jantung liburan’.

    “Hidiran jantung liburan mengacu pada gangguan irama jantung, aritmia,” kata Dr. Ahmed Tawakol, co-director dari Cardiovascular Imaging Research Center di Massachusetts General Hospital, dilansir dari Science Alert, Senin (1/1/2024).

    Ini menyebabkan irama jantung yang tidak teratur (juga dikenal sebagai fibrilasi atrium). Kadang-kadang ini bisa terjadi pada orang sehat setelah minum berlebihan atau pesta.

    Beberapa orang yang mengalami sindrom jantung liburan melaporkan detak jantung yang cepat atau tidak teratur sementara yang lain merasakan kecemasan.

    “Dan beberapa orang dapat menyebabkan sesak napas atau nyeri dada, pusing – tentu bisa menyebabkan kelelahan.”

    Sementara, sindrom jantung liburan dapat terjadi pada siapa saja, dan sering terjadi pada orang sehat.

    “(Namun) mereka yang “sudah cenderung terkena penyakit jantung, tekanan darah tinggi atau sleep apnea mungkin berisiko lebih tinggi selama masa-masa minum berat ini,” Dr. Mrin Shetty, direktur Program Jantung Wanita di University of Louisville, mengatakan kepada HuffPost melalui email.

    “Mekanisme yang tepat di balik fenomena ini tidak sepenuhnya dipahami, tetapi alkohol dapat mempengaruhi sinyal listrik di jantung,” jelas Shetty. 

    Minuman alkohol juga bisa menyebabkan dehidrasi, ketidakseimbangan elektrolit dan stres pada jantung, yang semuanya dapat membuat jantung lebih rentan terhadap ritme abnormal.

    2. Stres juga mempengaruhi kesehatan jantung Anda selama musim ini.

    Liburan bagi sebagian orang terkadang benar-benar bisa menimbulkan stres.

    Karena masalah keuangan, masalah keluarga, jadwal sibuk dan perjalanan liburan semua datang di depan pikiran.

    “Orang-orang lebih cenderung mengalami serangan jantung di sekitar gempa bumi, acara olahraga, setelah pemilihan dan “kami juga melihat peningkatan serangan jantung di sekitar liburan,” kata Shetty. 

    “Stres kronis dapat meningkatkan tekanan darah, meningkatkan denyut jantung dan meningkatkan kadar kortisol, yang semuanya berkontribusi terhadap penyakit jantung dari waktu ke waktu,” lanjut Shetty.

    Stres juga dapat mengganggu tidur. Dan tidur sangat penting untuk begitu banyak aspek kesehatan kita, termasuk kesehatan jantung kita. 

    “Tidak tidur nyenyak dapat meningkatkan risiko penyakit jantung Anda,” kata Dr. Elizabeth Jackson, direktur Program Penelitian Hasil dan Efektivitas Kardiovaskular di University of Alabama di Birmingham Medicine.

    Ketika stres, mungkin juga membuat keinginan untuk berolahraga  jadi tidak ada. 

    3. Cuaca dingin juga bisa menyebabkan masalah jantung.

    Cuaca dingin itu sendiri bisa menjadi faktor. Jika tubuh tidak terlindungi dengan baik, dingin dapat mempersempit pembuluh darah.

    “Sehingga menyebabkan detak jantung seseorang dan tekanan darah meningkat,” kata Shetty. 

    “Ini memberi tekanan ekstra pada jantung, yang mungkin tidak ditoleransi oleh mereka yang memiliki kondisi jantung seperti angina atau gagal jantung,” lanjutnya. 

    Menyekop salju tebal juga dapat menyebabkan masalah jantung pada orang yang rentan, menurut Tawakol.

    Ketika dingin, penting untuk berpakaian hangat untuk mengurangi ketegangan pada jantung.

  • Gempa M 3,2 Terjadi di Meulaboh Aceh

    Gempa M 3,2 Terjadi di Meulaboh Aceh

    Jakarta

    Gempa bumi berkekuatan magnitudo (M) 3,2 terjadi di Meulaboh, Aceh. Gempa tidak berpotensi tsunami.

    BMKG melalui akun X (Twitter) menyampaikan gempa terjadi Rabu (1/1/2025), pukul 23.22 WIB. Gempa berada pada kedalaman 26 kilometer.

    “Gempa bumi 27 km Barat Daya Meulaboh-Aceh Barat,” tulis BMKG.

    BMKG mengatakan koordinat titik gempa berada pada 4.10 lintang utara dan 95,88 bujur timur. Belum ada informasi terkait dampak gempa tersebut.

    “Disclaimer:Informasi ini mengutamakan kecepatan, sehingga hasil pengolahan data belum stabil dan bisa berubah seiring kelengkapan data,” tulis BMKG.

    (whn/whn)

  • 31 Gempa Merusak di Indonesia pada 2024, Tertinggi dalam 24 Tahun
                
                    
                        
                            Bandung
                        
                        1 Januari 2025

    31 Gempa Merusak di Indonesia pada 2024, Tertinggi dalam 24 Tahun Bandung 1 Januari 2025

    31 Gempa Merusak di Indonesia pada 2024, Tertinggi dalam 24 Tahun
    Tim Redaksi
    BANDUNG, KOMPAS.com

    Badan Geologi
    melaporkan, sepanjang 2024, Indonesia mengalami 31 kejadian
    gempa bumi merusak
    .
    Jumlah ini merupakan yang tertinggi dalam 24 tahun terakhir atau sejak tahun 2000.
    Siaran pers yang diterima menyebutkan, gempa bumi merusak ini dimulai dengan gempa di Lebak, Provinsi Banten pada 3 Januari 2024 dan diakhiri dengan gempa di Garut, Provinsi Jawa Barat pada 8 Desember 2024.
    “Kejadian gempa bumi merusak tahun 2024 tidak ada korban jiwa meninggal, namun tercatat 50 orang luka-luka,” ujar Supartoyo, Penyelidik Bumi Utama di Pusat Vulkanologi dan
    Mitigasi Bencana
    Geologi (PVMBG), dalam siaran pers pada Rabu (1/1/2025).
    Menurut Supartoyo, meskipun tidak ada gempa bumi yang berdampak besar, beberapa peristiwa gempa menyebabkan kepanikan di berbagai daerah, termasuk Banjar-Tapin, Pulau Bawean, Batang, Berau, Sanggau, Lumajang, dan Cianjur.
    Ia juga menambahkan, tidak ada tsunami yang dipicu gempa bumi merusak selama 2024.
    “Demikian juga tidak terjadi bahaya gempa bumi berupa sesar permukaan, namun terdapat bahaya ikutan berupa likuefaksi tipe siklik pada kejadian gempa bumi di Pulau Bawean,” tuturnya.
    Kejadian gempa bumi merusak tahun 2024 sebagian besar bersumber dari sesar aktif, dengan beberapa di antaranya berasal dari zona penunjaman, terutama zona intraslab.
    Sumber gempa bumi merusak dari zona intraslab terjadi pada beberapa tanggal, antara lain 3 Januari 2024 di Lebak Banten, 23 Maret 2024 di Bengkulu Selatan, 27 April 2024 di Jawa Barat, 15 September 2024 di Jawa Barat, dan 24 September 2024 di Gorontalo.
    “Magnitudonya berkisar antara M 5,3 hingga M 6,2. Seperti halnya kejadian gempa bumi merusak tahun 2023, Provinsi Jawa Barat mencatatkan jumlah kejadian terbanyak, yaitu 8 dari 31 kejadian, dan sebagian besar bersumber dari sesar aktif di darat,” jelas Supartoyo.
    Hal menarik lainnya, Supartoyo mencatat, kejadian gempa bumi merusak di Pulau Bawean pada 22 Maret 2024 dengan magnitudo 6,5, yang bersumber dari sesar Pola Meratus, yang selama ini dianggap tidak aktif.
    Selain itu, terdapat tiga kejadian gempa bumi merusak di Pulau Kalimantan, yaitu pada 13 Februari 2024 di Banjar-Tapin, 15 September 2024 di Berau, dan 22 September 2024 di Sanggau, semuanya bersumber dari sesar aktif di darat dengan magnitudo berkisar antara M 4,2 hingga M 5,6.
    Supartoyo juga menyoroti pentingnya perhatian terhadap kejadian gempa bumi merusak yang tidak bersumber dari zona sesar utama, tetapi dari
    tear fault
    atau sesar antitetik.
    “Hal ini tentunya harus menjadi perhatian berkaitan dengan keberadaan tear fault atau sesar antitetik ini,” ucapnya.
    Ia menekankan, kegiatan penyelidikan gempa bumi harus terus ditingkatkan, terutama dalam mengidentifikasi karakteristik sumber-sumber gempa bumi yang belum terpetakan.
    Data katalog kejadian gempa bumi merusak dari Badan Geologi akan membantu dalam identifikasi tersebut.
    Karakteristik sumber gempa bumi perlu diidentifikasi sebagai masukan untuk melakukan pemutakhiran dalam menyusun Peta Kawasan Rawan Bencana (KRB) Gempa Bumi dan karakteristik sesar aktif.
    Kedua peta tematik ini diamanatkan kepada Badan Geologi sebagai wali data.
    Peta KRB Gempa Bumi dan sesar aktif berguna untuk mendukung kegiatan mitigasi gempa bumi dan sebagai masukan pada revisi penataan ruang.
    “Upaya mitigasi dan penataan ruang sangat penting untuk meminimalkan risiko kejadian gempa bumi di masa mendatang. Selain itu, penguatan regulasi kebencanaan di daerah juga akan mendukung upaya pengurangan risiko bencana gempa bumi,” tutup Supartoyo.
    Copyright 2008 – 2025 PT. Kompas Cyber Media (Kompas Gramedia Digital Group). All Rights Reserved.

  • Gempa Magnitudo 4,1 Guncang Dompu NTB, Tidak Berpotensi Tsunami

    Gempa Magnitudo 4,1 Guncang Dompu NTB, Tidak Berpotensi Tsunami

    Dompu, Beritasatu.com – Gempa bumi dengan magnitudo 4,1  mengguncang wilayah Dompu, Nusa Tenggara Barat, pada Rabu (1/1/2025) pukul 09.44 Wita. Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) melaporkan episenter gempa terletak di laut pada koordinat 8,05 derajat lintang selatan (LS) dan 117,98 derajat bujur timur (BT) atau sekitar 76 km barat laut Dompu, pada kedalaman 29 km.

    Kepala Stasiun Geofisika Mataram Ardhianto Septiadhi menjelaskan gempa Dompu NTB tersebut merupakan jenis gempa bumi dangkal yang disebabkan oleh aktivitas sesar naik busur belakang Flores (Flores Back Arc Thrust).

    “Hasil analisis mekanisme sumber menunjukkan gempa memiliki mekanisme pergerakan naik atau thrust fault,” jelasnya.

    Dengan lokasi episenter di laut dan kedalaman hiposentrumnya yang relatif dangkal, gempa Dompu NTB ini menciptakan getaran yang cukup terasa di beberapa wilayah sekitar Dompu.

    Laporan masyarakat menyebutkan bahwa guncangan akibat gempa dirasakan di Dompu, Sumbawa, dan Bima dengan intensitas II MMI. Artinya, getaran terasa oleh beberapa orang, dan benda-benda ringan yang digantung bergoyang. Hingga saat ini, tidak ada laporan kerusakan bangunan atau korban jiwa akibat gempa ini.

    Hasil pemodelan BMKG juga memastikan bahwa gempa Dompu NTB ini tidak berpotensi tsunami, sehingga masyarakat diimbau untuk tetap tenang. BMKG melaporkan bahwa hingga pukul 10.10 WITA, tidak ada aktivitas gempa susulan (aftershock) di Dompu NTB.