Hingga kini, jalan-jalan di Hatay masih sepi, bisnis tutup, dan proses pembongkaran bangunan terus berlangsung. Kota yang terletak di selatan Turki ini sebelumnya dikenal sebagai pusat keragaman budaya dan agama serta tujuan wisata populer. Di Adiyaman, kota lain yang rusak parah akibat gempa, ratusan orang juga menggelar aksi serupa dengan berkumpul di alun-alun kota. (REUTERS/Serdar Ozsoy)
Topik: Gempa
-

Ngeri! Ini yang akan Terjadi pada Bumi Jika Dihantam Asteroid Bennu 157 Tahun Lagi, Kiamat?
Bisnis.com, JAKARTA – Para ilmuwan telah mengungkap apa yang sebenarnya akan terjadi pada planet bumi jika sebuah asteroid seukuran One World Trade Center menabraknya seperti halnya asetroid bennu.
Temuan tersebut dimodelkan pada asteroid dekat Bumi Bennu, yang oleh NASA dianggap sebagai asteroid yang paling berisiko bagi planet kita dalam hal kedekatan dan dampaknya. Asteroid tersebut berdiameter 0,31 mil (0,5 kilometer) dan beratnya diperkirakan 74 juta ton (67 juta metrik ton).
“Dampak langsung dari dampak asteroid seukuran Bennu akan menyebabkan kerusakan yang dahsyat di sekitar lokasi dampak,” kata Axel Timmermann, salah satu penulis studi dan direktur di Institute of Basic Science Center for Climate Physics di Pusan National University di Korea Selatan, dilansir dari Live Science.
“Namun, sejumlah besar ejekta dari dampak tersebut akan memiliki dampak jangka panjang yang lebih besar pada iklim Bumi dan dapat memengaruhi masyarakat manusia di seluruh dunia.” paparnya.
Bennu secara signifikan lebih kecil daripada raksasa selebar 6 mil (10 km) yang menciptakan kawah Chixulub dan memusnahkan dinosaurus sekitar 66 juta tahun yang lalu. Namun, bahkan asteroid seukuran Bennu dapat secara drastis mengurangi produksi pangan global dan menyebabkan perubahan iklim di seluruh dunia, kata para peneliti dalam penelitian tersebut, yang diterbitkan Rabu (5 Februari) di jurnal Science Advances.
Menjelang tumbukan, konsekuensi langsungnya akan sangat menghancurkan.
“Asteroid itu akan segera menghasilkan gelombang kejut yang kuat, radiasi termal, tsunami, gempa bumi, kawah, dan ejekta di sekitar lokasi tumbukan,” kata Timmerman. Namun, efek jangka panjang dari tumbukan ini akan bersifat global.
“Kami terutama berfokus pada efek iklim dan ekologi dari beberapa ratus juta ton debu ke atmosfer atas dari tumbukan awal,” kata Timmerman.
Dengan menggunakan model komputer super, para peneliti menunjukkan bahwa awan debu sebesar itu dapat mendinginkan suhu global hingga 7,2 derajat Fahrenheit (4 derajat Celsius) dan mengurangi curah hujan global sekitar 15%.
“Peredupan matahari karena debu akan menyebabkan ‘musim dingin tumbukan’ global yang tiba-tiba yang ditandai dengan berkurangnya sinar matahari, suhu dingin, dan berkurangnya curah hujan di permukaan,” kata Timmerman.
Ini akan memperlambat pertumbuhan tanaman di daratan dan fotosintesis di lautan.
Secara keseluruhan, model tersebut memperkirakan hingga 30% pengurangan fotosintesis tanaman global serta 15% pengurangan curah hujan global, yang mengancam ketahanan pangan global.
Para penulis menambahkan bahwa perubahan pola cuaca ini dapat berlangsung selama lebih dari empat tahun setelah dampak awal. Gumpalan debu juga akan menipiskan lapisan ozon.
“Penipisan ozon yang parah terjadi di stratosfer karena pemanasan stratosfer yang kuat yang disebabkan oleh penyerapan partikel debu oleh matahari,” kata Timmerman.
Namun, tidak semua organisme akan menderita. Jika dampak tersebut menghasilkan debu yang sangat kaya zat besi, jenis alga laut tertentu dapat berkembang biak, model tersebut menunjukkan.
Para peneliti mengatakan bahwa alga ini dapat menawarkan alternatif untuk produksi pangan di darat, tetapi alga tersebut juga dapat merusak ekosistem laut.
Seberapa besar kemungkinan Bennu akan menabrak Bumi?
Meskipun penting untuk mempertimbangkan risiko ini, peluang Bennu untuk menabrak Bumi pada tahun 2182 hanya 1 berbanding 2.700, kata Timmerman. Meski begitu, para ilmuwan NASA mempelajari sebanyak mungkin tentang batuan angkasa tersebut, yang diyakini telah terlepas dari asteroid yang lebih besar antara 700 juta hingga 2 miliar tahun yang lalu. Pada tahun 2016, para ilmuwan NASA mengirim wahana antariksa OSIRIS-REx ke asteroid tersebut untuk mengumpulkan sampel dari permukaannya. Sampel tersebut dibawa ke Bumi pada tahun 2023, dan hasil pertama analisis mereka terungkap minggu lalu.
Sampel dari Bennu mengandung kelima “huruf” yang membentuk kode genetik kehidupan — DNA dan RNA — di samping mineral yang kaya akan karbon, sulfur, fosfor, fluor, dan natrium — blok penyusun dasar kehidupan. Pandora adalah editor berita yang sedang tren di Live Science. Ia juga seorang presenter sains dan sebelumnya bekerja sebagai Reporter Sains dan Kesehatan Senior di Newsweek. Pandora memegang gelar Ilmu Biologi dari Universitas Oxford, di mana ia mengkhususkan diri dalam biokimia dan biologi molekuler.
-

PVMBG Catat Peningkatan Aktivitas Kegempaan di Gunung Gamalama, Ada Ancaman Erupsi Freatik
Bisnis.com, JAKARTA – Kegempaan G. Gamalama sejak bulan Januari 2025 didominasi oleh Gempa Tektonik jauh, Gempa Tektonik Lokal dan Gempa Vulkanik Dalam (VA).
Kejadian Gempa Vulkanik Dalam (VA) umumnya terekam 1 – 2 kejadian per hari. Hembusan asap kawah umumnya teramati berwarna putih tipis hingga tebal dengan tinggi 20 – 100 meter di atas puncak.
Tingkat aktivitas pada saat ini berada pada Level II (WASPADA) sejak 10 Maret 2015. Karakter erupsi umumnya terjadi di kawah pusat dengan prekursor erupsi yang relatif singkat. Erupsi terakhir terjadi pada tanggal 4 Oktober 2018, diawali dengan terekamnya 7 Gempa Vulkanik Dalam 1 jam sebelum terjadi erupsi. Tinggi kolom erupsi mencapai 250 meter dari puncak.
Perkembangan terakhir aktivitas G. Gamalama hingga 4 Februari 2024 Pukul 24.00 WIT adalah sebagai berikut :
Terjadi peningkatan Gempa Vulkanik Dalam (VA) sejak tanggal 29 Januari – 4 Februari 2025. Dengan rekaman gempa Vulkanik Dalam tertinggi pada 1 Februari 2025 terekam 10 kali Gempa Vulkanik Dalam dengan amplitudo 6 – 26 mm. Peningkatan Gempa Vulkanik Dalam ini yang menunjukkan peningkatan tekanan dalam tubuh G. Gamalama akibat meningkatnya aktivitas magmatik.
Sejak tanggal 29 Januari – 4 Februari 2025 kegempaan terekam : 3 kali gempa Hembusan, 3 kali gempa Tornillo, 36 kali gempa Vulkanik Dalam, 15 kali gempa Tektonik Lokal, dan 58 kali gempa Tektonik Jauh. Aktivitas hembusan kawah teramati asap kawah putih tipis hingga tebal dengan tinggi 20 – 100 meter, angin lemah – kencang ke arah utara, timur laut, tenggara, selatan dan barat laut.
Secara umum aktivitas G. Gamalama tanggal 1 Januari 2025 hingga 4 Februari 2024 pukul 24.00 WIT cenderung fluktuatif meningkat terutama Gempa Vulkanik Dalam sejak tanggal 29 Januari 2025, sedangkan untuk Gempa Tektonik Lokal, dan Gempa Tektonik Jauh yang berkaitan dengan aktivitas tektonik regional di sekitar kepulauan Halmahera.
Dengan kondisi seperti diatas, dan mengingat karateristik prekursor erupsi G. Gamalama, maka potensi bahaya yang kemungkinan besar terjadi adalah Erupsi Freatik dengan ancaman bahaya untuk saat ini berupa lontaran material dari kawah utama melanda wilayah dengan radius 1.5 km dari pusat erupsi.
Hujan abu tipis dapat terjadi dengan jarak dan intensitas tergantung dari arah dan kecepatan angin.
Berdasarkan hasil pengamatan, analisis data visual maupun instrumental, aktivitas vulkanik G. Gamalama masih berada pada Level II (Waspada) dengan rekomendasi sebagai berikut:
Masyarakat di sekitar G. Gamalama dan pengunjung/wisatawan agar tidak beraktivitas dalam radius 1,5 km dari kawah utama di puncak G. Gamalama.
Pada musim hujan, masyarakat yang tinggal di sekitar aliran sungai yang berhulu di kawasan puncak G. Gamalama untuk selalu meningkatkan kewaspadaan terhadap potensi ancaman bahaya sekunder berupa aliran lahar.Gunung (G.) Gamalama di Maluku Utara secara geografis puncaknya terletak pada posisi 0°48’ LU dan 127°19’ BT dengan ketinggian 1.715 m di atas permukaan laut. Secara administrasi termasuk wilayah Kota Ternate, Provinsi Maluku Utara. G. Gamalama merupakan gunungapi aktif yang tercatat sejarah letusannya sejak tahun 1538 dengan selang waktu erupsi antara 1 – 50 tahun. G. Gamalama dipantau secara visual dan instrumental dari Pos Pengamatan Gunungapi (PGA) yang berada di Jl. Facei Sabia Belakang, Kel. Sangaji Utara, Kec. Ternate Utara, Kota Ternate, Maluku Utara.
-

Panik di Santorini, Mungkinkah Terjadi Gempa Bumi Besar?
Jakarta –
Ratusan gempa bumi kecil telah mengguncang pulau Santorini, Yunani, dalam seminggu terakhir. Tujuan wisata populer ini memang merupakan salah satu pulau dengan jumlah gunung berapi terbanyak di negara itu.
Rangakaian gempa tersebut telah menyebabkan evakuasi jangka pendek dari pulau tersebut. Ribuan penduduk lokal dan wisatawan telah meninggalkan pulau itu di tengah spekulasi potensi letusan gunung berapi di bawah laut, atau tsunami, jika gempa bumi yang lebih kuat terjadi.
Kepala Badan Seismologi Yunani Efthimis Lekkas mengatakan kepada media hari Selasa (4/2) bahwa “terkait keanehan aktivitas seismik saat ini, sejauh ini belum ada gempa bumi yang diamati yang dapat digambarkan sebagai gempa bumi utama.”
Getaran keras telah tercatat di Cyclades, sekelompok pulau yang meliputi Santorini, Amorgos, Ios dan Anafi. Guncangan tersebut berasal dari daerah dekat pulau kecil Anydros, timur laut Santorini.
Kepulauan ini memang terletak di atas lempeng Laut Aegea, bagian dari lempeng tektonik Eurasia yang lebih besar, yang bergerak menjauh dari lempeng Afrika di dekatnya. Interaksi antara dua lempeng tektonik itu menjadikan kawasan ini salah satu bagian Eropa yang paling aktif secara seismik. Sejak munggu lalu ratusan gempa bumi telah tercatat. Banyak di antaranya berskala kecil, dan tidak terasa orang di daratan.
Apa saja risiko rangkaian guncangan akibat gempa?
George Kaviris, direktur laboratorium seismologi di Universitas Athena, mengatakan gempa bumi tingkat rendah yang sedang berlangsung telah terjadi di wilayah tersebut selama berbulan-bulan, “sejak Juni 2024,” katanya kepada DW. Rangkaian aktivitas ini sempat berhenti, menurut Kaviris, pada tanggal 25 Januari. Lalu serangkaian gempa baru dimulai pada hari berikutnya
“Kami telah menyaksikan lebih dari 2.300 gempa bumi dan banyak di antaranya — sekarang lebih dari 45 — berkekuatan lebih dari 4, yang merupakan fenomena yang sangat jarang terjadi.”
Gempa “sedang” seperti ini dapat dirasakan oleh orang-orang di daratan dan mungkin juga menyebabkan kerusakan struktural kecil pada bangunan. Gempa bumi ini telah mendorong orang-orang meninggalkan pulau-pulau dan menuju daratan utama.
Ayo berlangganan newsletter mingguan Wednesday Bite. Recharge pengetahuanmu di tengah minggu, biar topik obrolan makin seru!
Para ilmuwan dapat mengukur getaran yang sedang berlangsung tetapi tidak memiliki cara untuk memprediksi di mana dan kapan destabilisasi lebih lanjut akan terjadi. Namun Kaviris mengatakan ada dua skenario paling mungkin terjadi. “Yang pertama adalah ini bisa jadi merupakan ‘gerombolan seismik’,” katanya.
Yang dia maksud adalah peristiwa seismik yang berkelompok — kumpulan getaran yang terjadi terus-menerus yang dapat dirasakan oleh masyarakat, namun tidak terlalu merusak bangunan dan infrastruktur. “[Skenario] ini optimis dan merupakan skenario yang kita harapkan.”
Yang kedua adalah gempa bumi yang lebih besar, berkekuatan lebih dari 5 skala Richter, yang membawa serta risiko dampak kerusakan yang lebih besar.
Mungkinkah ada tsunami setelah letusan gunung berapi?
Kaviris mengatakan aktivitas yang terjadi di Laut Aegea bersifat tektonik dan tidak mungkin mengarah pada aktivitas vulkanik. Jadi risiko tsunami rendah jika terjadi gempa bumi besar. Meskipun tsunami bisa saja terjadi, seperti pada gempa bumi tahun 1956.
Karena itu, Kaviris memberi saran kepada warga di wilayah tersebut agar mencari dataran tinggi selama gempa terjadi saat ini. “Mereka harus meninggalkan pantai dan pergi ke tempat yang lebih tinggi,” katanya.
Tanah longsor dan runtuhan batu telah dilaporkan di beberapa bagian kepulauan. Hal ini juga menimbulkan risiko keselamatan. “Dalam dua hari terakhir ketika aktivitas seismik meningkat disertai gempa bumi kuat di daerah tersebut, kami melihat tanah longsor di beberapa tempat di Santorini,” kata seismolog struktural Basil Margaris dari Institut Teknik Seismologi dan Teknik Gempa Bumi Yunani kepada DW.
Meskipun bangunan-bangunan baru di seluruh kepulauan Yunani memiliki aturan-aturan ketat yang harus dipenuhi, beberapa bangunan lama mungkin rentan terhadap gempa bumi yang lebih kuat.
“Orang-orang di Santorini lebih suka tinggal di pinggiran, tempat yang memiliki pemandangan indah, tetapi di sisi lain, area ini sangat berbahaya,” kata Basil Margaris. “Dalam beberapa kasus, kami telah memberikan beberapa peringatan kepada otoritas setempat agar lebih berhati-hati terhadap situs-situs tertentu.”
Diadaptasi dari artikel DW bahasa Inggris.
(ita/ita)
Hoegeng Awards 2025
Usulkan Polisi Teladan di sekitarmu
-

Lempeng Samudera Bumi Terkoyak di Bawah Wilayah Irak dan Iran
Bisnis.com, JAKARTA – Sebuah lempeng samudera yang telah lama hilang tenggelam, menyeret kerak bumi ke bawah, kata para peneliti.
Namun, lempeng tersebut juga terkoyak di bawah Pegunungan Zagros di Irak saat ia jatuh ke bawah, menghilangkan sebagian beban dari kerak bumi di atasnya.
Saat Neotethys tertutup, kerak samudera berada di bawah benua Eurasia. Bagian benua Lempeng Arab, yang menopang Irak dan Arab Saudi saat ini, terseret ke belakang, mengakibatkan tumbukan dengan Eurasia. Tabrakan ini menciptakan gunung-gunung, yang menekan kerak bumi di sekitarnya, sehingga menciptakan depresi.
Gunung-gunung ini terkikis ke dalam depresi ini selama jutaan tahun, sedimennya membentuk dataran Mesopotamia tempat aliran sungai Tigris dan Efrat.
Penulis studi Renas Koshnaw, peneliti geologi di Universitas Göttingen di Jermandan rekan-rekannya melihat bahwa di sisi tenggara bidang ini, terdapat lapisan sedimen yang sangat tebal, dengan kedalaman 1,9 hingga 2,5 mil (3 hingga 4 kilometer).
Mereka memetakan daerah tersebut dan menggunakan pemodelan komputer untuk menemukan bahwa berat gunung saja tidak dapat menyebabkan divot yang begitu dalam.
Sebaliknya, mereka menemukan bahwa wilayah ini terseret oleh sisa-sisa lempeng samudera Neotethys, yang masih tenggelam ke dalam mantel. Namun lempengan itu juga terkoyak saat turun.
“Ke arah Turki, cekungan yang dipenuhi sedimen menjadi lebih dangkal, menunjukkan bahwa lempengan tersebut telah putus di daerah tersebut, sehingga mengurangi gaya tarik ke bawah,” kata Koshnaw.
Proses perobekan ini kemungkinan besar telah terjadi di sisi barat pegunungan, tempat wilayah Kurdistan di Irak berhadapan dengan Turki, demikian temuan penelitian baru dilansir dari livescience. Robekan tersebut kini mengarah ke arah barat laut Iran.
Dinamika ini tidak langsung terlihat jelas di permukaan, namun mengungkap bagaimana mantel dan kerak bumi bekerja sama membentuk topografi bumi, kata para peneliti dalam studi baru yang diterbitkan pada 25 November 2024 di jurnal Solid Earth.
Lempeng samudera dulunya merupakan dasar laut Neotethys, samudra yang terbentuk ketika superbenua Pangaea terpecah menjadi benua utara, Laurasia, dan benua selatan, Gondwana sekitar 195 juta tahun yang lalu. Meskipun Neotethys tertutup lebih dari 20 juta tahun yang lalu, kerak samudera yang mendasarinya masih mempengaruhi wilayah pegunungan Zagros, demikian temuan studi baru.
“Lempeng ini menarik wilayah tersebut ke bawah dari bawah,” kata penulis studi Renas Koshnaw, peneliti geologi di Universitas Göttingen di Jerman, dalam sebuah pernyataan.
Memahami dinamika ini dapat membantu menginformasikan pencarian sumber daya alam seperti besi, fosfat dan tembaga, yang terbentuk di batuan sedimen, kata para peneliti. Patahan yang terbentuk akibat tumbukan antara lempeng Arab dan Eurasia juga menimbulkan gempa bumi besar dan mematikan.
-

Getaran Gempa M 6.0 Maluku Utara Rasakan Kekuatan Hebat di Manado, Pegawai Pemerintah Panik – Halaman all
TRIBUNNEWS.COM, MANADO – Pada Rabu (5/2/2025) terjadi gempa magnitudo 6.0 mengguncang wilayah Maluku Utara.
Gempa terjadi pada Rabu sekitar pukul 11:12:31 WITA.
Pusat gempa berada di laut, 61 km barat laut Halmahera Barat, dengan kedalaman 87 km.
Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) mengumumkan gempa ini tak berpotensi menimbulkan tsunami, namun warga di sekitar Maluku Utara diminta tetap waspada terhadap kemungkinan gempa susulan.
Getaran Kuat Terasa Hingga Manado
Guncangan yang terjadi sangat kuat dirasakan hingga ke Kota Manado, Sulawesi Utara.
Sejumlah warga, termasuk karyawan kantor pemerintahan, melaporkan kejadian tersebut.
Salah satunya, Gryfid Talumendun, seorang warga Manado, menggambarkan getaran gempa yang sangat kuat.
“Weh, bagoyang sekali (wih, bergetar sekali guncangannya),” ujar Gryfid.
Sementara itu, di kantor DPRD Manado, para pegawai yang sedang bekerja langsung berhamburan keluar menyelamatkan diri.
Salah satu pegawai yang enggan disebutkan namanya, mengatakan, “Sangat kuat sekali tanah goyang, saya dengan teman langsung lari keluar,” kata dia.
Meskipun durasi gempa hanya sebentar, intensitas getarannya membuat banyak orang panik dan khawatir bangunan akan runtuh.
Kekhawatiran Warga Terhadap Gempa Susulan
Gempa bumi yang terjadi di perairan Halmahera Barat ini tidak hanya membuat warga terkejut, tetapi juga menambah kekhawatiran akan kemungkinan gempa susulan.
BMKG memberikan saran untuk tetap waspada, mengingat potensi terjadinya getaran lanjutan yang bisa saja lebih kuat.
-
:strip_icc():format(jpeg)/kly-media-production/medias/5121460/original/021579100_1738726263-WhatsApp_Image_2025-02-04_at_05.17.29.jpg?w=1200&resize=1200,0&ssl=1)
Gempa Magnitudo 6,2 Guncang Halmahera Barat Maluku Utara
Liputan6.com, Jakarta – Gempa Magnitudo 6,2 mengguncang wilayah Halmahera Barat Maluku Utara, Rabu (5/2/2025), pukul 10.12.32 WIB. Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKg) menyebutkan, lokasi gempa Halmahera Barat ini berada pada koordinat 1.62LU, 127.10BT, dengan episenter gempa berada di laut 62 km barat laut Halmahera Barat Malut.
“Kedalaman gempa 81 km,” tulis BMKG.
BMKG juga menyebutkan gempa tidak berpotensi tsunami.
Belum ada laporan kerusakan akibat gempa, namun warga diimbau tetap waspada terhadap kemungkinan terjadinya gempa susulan.
-

Potret Warga Negeri Para Dewa Mengungsi Usai Dihantam Ratusan Gempa
Foto Internasional
Potret Warga Negeri Para Dewa Mengungsi Usai Dihantam Ratusan Gempa
News
7 jam yang lalu
-

Dunia Hari Ini: Rentetan Gempa Mengguncang Pulau Santorini di Yunani
Selamat hari Selasa! Berikut sejumlah informasi pilihan dari berbagai negara yang telah kami rangkumkan untuk Anda.
Dunia Hari Ini edisi Selasa, 4 Februari 2025, kami awali dari wilayah Mediterania.
Rentetan gempa guncang Pulau Santorini
Pemerintah Yunani menutup sekolah dan mengirim tim penyelamat ke pulau Santorini, setelah aktivitas sesimik meningkat di kawasan yang dikenal sebagai tujuan wisata tersebut.
Kementerian Perlindungan Sipil Yunani mengatakan lebih dari 200 gempa tercatat sejak akhir pekan lalu antara pulau vulkanik Santorini dan Amorgos.
Gempa terkuat, berkekuatan 4,6 skala Richter, melanda perairan antara Santorini dan Amorgos, Minggu sore lalu (01/02).
Tapi pemerintah Yunani mengatakan para ahli menyimpulkan rentetan gempa tidak terkait dengan aktivitas vulkanik.
Warga di Santorini didesak untuk menjauh dari pelabuhan kecil Ammoudi, Armeni, Korfos, dan pelabuhan Fira, yang sebagian besar melayani kapal pesiar dan dikelilingi oleh tebing batu yang terjal.
Setidaknya 19 orang tewas dalam ledakan bom di Suriah
Bom mobil meledak di pinggiran kota Manbij di Suriah utara dan menewaskan sedikitnya 19 orang dan melukai belasan lainnya, menurut rumah sakit setempat.
Mobil meledak di samping kendaraan lain yang membawa sebagian besar pekerja petani perempuan.
Perawat di rumah sakit, Mohammad Ahmad, mengatakan kepada kantor berita The Associated Press bahwa mereka yang tewas terdiri dari 18 perempuan dan satu laki-laki, sementara15 perempuan lainnya terluka dan ada yang dalam kondisi kritis.
Belum ada kelompok yang langsung mengaku bertanggung jawab atas ledakan itu.
Bom di Moskow menewaskan pemimpin pro-Rusia
Sebuah bom di blok apartemen mewah di Moskow menewaskan seorang pemimpin paramiliter pro-Rusia.
Armen Sarkisyan, dari Ukraina timur, tewas akibat ledakan bahan meledak di lobi ‘Scarlet Sails’, sebuah kompleks di tepi Sungai Moskva hanya 12 kilometer dari Kremlin.
Surat kabar Kommersant melaporkan seorang pengawal tewas dan tiga lainnya terluka, sementara kantor berita TASS menyebut aksi pengeboman sebagai pembunuhan yang direncanakan dengan matang.
Armen dilaporkan merupakan pendiri batalion sukarelawan yang bertempur di Ukraina dan kepala federasi tinju di wilayah Donetsk, Ukraina yang dikuasai Rusia.
Dugaan kekerasan seksual terhadap pesepakbola Spanyol
Pesepakbola Spanyol Jenni Hermoso mengatakan salah satu momen paling membahagiakannya “ternoda”, ketika Luis Rubiales, mantan presiden Federasi Sepak Bola Spanyol, menciumnya.
Luis dituduh melakukan kekerasan seksual setelah diduga mencoba menekan Jenni kalau hal tersebut dilakukan atas dasar suka sama suka.
Di hadapan pengadilan, Jenni mengatakan “tidak pernah” menyetujui tindakan yang membuatnya merasa tidak dihargai.
“Saya tidak mendengar atau mengerti apa pun. Hal berikutnya yang dilakukannya adalah mencengkeram telinga saya dan mencium mulut saya,” katanya.
“Saya tahu saya dicium oleh bos saya dan itu tidak seharusnya terjadi di lingkungan kerja mana pun.”
Lihat juga Video ‘Santorini Diguncang Ratusan Gempa, Warga Berbondong-bondong ke Athena’:
-

Awas Tsunami! Ini Tandanya Wajib Evakuasi Saat Gempa Megathrust
Jakarta, CNBC Indonesia – Posisi Indonesia berada di pertemuan 3 lempeng utama dunia, yaitu Indo-Australia, Pasifik, dan Eurasia. Karena itu, juga sering disebut, letak geografis Indonesia ada di Ring of Fire alias Cincin Api Pasifik.
Terdapat 14 segmen sumber gempa subduksi/ megathrust, serta 402 segmen sumber gempa sesar aktif yang sudah teridentifikasi. Juga, masih banyak lagi yang belum teridentifikasi.
Demikian mengutip bahan paparan Kepala Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) Dwikorita Karnawati dalam webinar “Resolusi 2025: Mitigasi Bencana Geologi”, yang ditayangkan kanal Youtube Teknik Geofisika ITS, Jumat (17/1/2025) lalu. Dalam kesempatan itu, Dwikorita mengungkapkan, kejadian gempa bumi di Indonesia menunjukkan tren peningkatan.
BMKG juga pernah mengingatkan, akibat letaknya yang berada di pertemuan 3 lempeng utama dunia itu, Indonesia memiliki 13 segmen megathrust, yaitu sumber gempa yang mampu memicu gempa besar. Bahkan, gempa besar ini juga diprediksi bisa menimbulkan tsunami raksasa, dengan gelombang diperkirakan bisa mencapai 20 meter.
Untuk itu, perlu mengetahui tanda-tanda dan berapa waktu yang dibutuhkan agar bisa menghindar dan selamat dari efek gempa di zona megathrust. Yang diprediksi bisa memicu tsunami raksasa.
Saat ini, ada 2 segmen megathrust yang sedang menjadi sorotan BMKG. Yaitu Megathrust Selat Sunda dan Megathrust Mentawai-Suberut. Sebab, di kedua segmen itu sudah ratusan tahun belum terjadi gempa besar. Artinya, ada seismic gap yang sudah beratus-ratus tahun, tepatnya lebih dari 227 tahun. Sehingga, meski tidak dapat diprediksi kapan, bisa jadi kedua segmen itu sedang menunggu waktu melepaskan energinya.
“Zona megathrust dapat memicu gempa-gempa besar sampai dengan magnitudo 9 yang dapat menimbulkan tsunami,” kata Ketua Tim Kerja Informasi Gempabumi dan Tsunami Kedeputian Geofisika BMKG Wijayanto kepada CNBC Indonesia, belum lama ini.
Tanda-Tanda Harus Evakuasi Saat Gempa di Zona Megathrust Terjadi
Lalu apa yang harus dilakukan agar selamat jika terjadi gempa megathrust?
Menurut Wijayanto, jika gempa di zona megathrust terjadi dengan kekuatan lebih dari M7, akan berpotensi memicu tsunami.
“Jika gempa berkekuatan di atas magnitude 8,7 terjadi di zona megathrust di busur Sunda, mulai dari barat Aceh sampai Selat Sunda dan di daerah selatan Jawa sampai Nusa Tenggara, dapat menyebabkan tsunami dengan tinggi lebih dari 20 meter di pantai,” ungkap Wijayanto.
“Peringatan dini diberikan dalam waktu 3 menit. Jika rata-rata gelombang tsunami akan tiba di pantai dalam waktu 20 menit-30 menit, maka masyarakat atau pemerintah daerah memiliki golden time sekitar 15-25 menit untuk evakuasi penyelamatan diri,” terang Wijayanto.
Karena itu, tegasnya, untuk menekan jumlah korban seminim mungkin bahkan agar bisa zero victim alias tidak ada korban jiwa akibat gempa dan tsunami megathrust, semua pihak harus siap siaga.
“Kesiapsiagaan masyarakat dan semua pihak baik pemerintah pusat daerah atau swasta, membangun kapasitas untuk penyelamatan diri, dan pemahaman masyarakat yang palingpenting,” kata Wijayanto.
Rumus Gempa 20 Detik
Terpisah, Dosen Geodinamik, Teknik Geologi UPN Veteran Yogyakarta C Prasetyadi mengatakan, ada rumus khusus yang harus dijalankan ketika terjadi gempa besar, terutama yang bersumber dari megathrust.
“Kalau terjadi gempa di daerah subduksi, kecepatan gempa itu adalah kurang lebih 620 km per jam. Kemudian jarak ke darat adalah 230 km. Maka untuk menempuh jarak 230 km dengan kecepatan 620 km per jam, akan keluar sekitar 0,3 jam atau sekitar 20 menit,” katanya dalam diskusi tentang Memahami Megathrust, yang ditayangkan akun Youtube DeBritto Channel, dikutip Sabtu (25/1/2025).
“Jadi golden periode sejak terjadinya gempa di Palung Jawa, untuk sebuah megathrust adalah 20 menit,” tambahnya.
Prasetyadi pun memaparkan langkah yang harus dilakukan masyarakat di lokasi megathrust jika terjadi gempa. Sebab, warga di lokasi ini berpacu dengan waktu, dengan potensi adanya ancaman tsunami.
“Jadi kita kemudian punya sebuah prinsip, kalau ada gempa waktunya lebih dari 20 detik, maka punya waktu 20 menit untuk melakukan evakuasi,” kata Prasetyadi mengingatkan.
“Karena hitungan tadi. Ke mana? Lari ke lokasi dengan ketinggian harus di atas 20 meter. Jadi kita punya prinsip Triple 20,” jelas Prasetyadi.
Prinsip itu, ujarnya, akan menjembatani upaya mitigasi penanganan bencana gempa besar megathrust, yang diprediksi bisa memicu tsunami raksasa, bahkan sampai 20 meter.
“Ini akan menjadi semacam jembatan dari pengetahuan para ahli kebumian yang kompeten secara ilmiah, kemudian masyarakat yang mempunyai pemahaman yang kurang. Akan ada semacam gap di sini. Maka gap ini kita isi dengan prinsip tang dihasilkan, prinsip Triple 20,” tegas Prasetyadi.
Foto: Peta Megathrust Ancam RI. (Dok. BMKG)
Peta Megathrust Ancam RI. (Dok. BMKG)(dce/dce)
