Topik: Gempa

  • 2.000 Tewas Dihantam Tsunami 100 Meter di Ambon, BMKG Ingatkan Ini

    2.000 Tewas Dihantam Tsunami 100 Meter di Ambon, BMKG Ingatkan Ini

    Jakarta, CNBC Indonesia – Bencana bisa datang kapan saja. Seperti musibah tsunami dahsyat yang pernah menghantam Ambon lebih dari 350 tahun lalu. Namun, seiring dengan perkembangan teknologi sebuah bencana dapat diketahui lebih dini agar masyarakat dapat bersiap dan mengantisipasi.

    Bencana Tsunami tersebut terjadi pada 17 Februari 1674 setinggi 90-110 meter. Sebelumnya gempa besar berkekuatan M 7,9 telah terjadi dan menyebabkan kerusakan parah termasuk tanah terbelah dan bukit runtuh di Leitimor serta membuat warga panik.

    Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) pun kembali mengingatkan soal persiapan menghadapi bencana dan bahaya alam.

    “Kekuatan gempa juga telah mengakibatkan tsunami yang dahsyat utamanya di pesisir Utara Pulau Ambon,” kata Deputi Bidang Geofisika, Nelly Florida Riama dalam Webinar ‘Peringatan Tsunami Ambon 1674: Sepenggal Kisah Berharga Zaman Kolonial, Bekal Menuju Ambon Tsunami Ready’, beberapa saat lalu.

    Ilmuwan Belanda, Georg Eberhard Rumphius (1962-1702) mencatat peristiwa itu berdampak sangat mengerikan. Setidaknya lebih dari 2.000 orang meninggal dan banyak rumah rusak berat.

    Tsunami juga membuat kerusakan parah di Pesisir Utara Semenanjung Hitu. Air naik dari daerah Seit mencapai 90-110 meter.

    Mengingat kondisi tersebut, Direktur Gempabumi dan Tsiunami BMKG Daryono mengatakan Maluku tidak pernah sepi dari fenomena gempa. Banyak sumber gempa yang tercatat berada di wilayah tersebut.

    Daryono juga mengingatkan soal mitigasi bencana untuk masyarakat bisa peduli dan siap merespon tanda bahaya alam. Termasuk juga melakukan program-program di Ambon dan sekitarnya.

    “Pembangunan kapasitas untuk kesiapsiagaan masyarakat dalam mempertahankan diri harus menjadi program yang berkelanjutan di Ambon dan sekitarnya,” jelasnya.

    Sementara itu Ketua Tim Mitigasi Tsunami Samudera Hindia dan Pasifik BMKG Suci Dewi Anugrah menjelaskan BMKG akan terus melakukan pengembangan Sistem PeringatanDini Tsunami. Lembaga itu juga melakukan pendampingan masyarakat sebagai cara meningkatkan kapasitas kesiapsiagaan menghadapi potensi tsunami di masa mendatang agar terwujud Masyarakat Siaga Tsunami atau Tsunami Ready Community.

    Ancaman gempa dan tsunami memang tidak bisa dihilangkan begitu saja di Ambon. Kerja sama semua pihak penting dilakukan untuk meningkatkan kapasitas menghadapi ancaman bencana.

    “Baik kapasitas secara personal maupun komunal melalui pengenalan risiko, pemetaan daerah rawan bencana, edukasi, penyusunan dokumen kedaruratan, sampai dengan latihan kesiapsiagaan,” kata Pj . Wali Kota Ambon Dominggus Nicodemus Kaya.

    (fab/fab)

    [Gambas:Video CNBC]

  • Gunung Ibu di Halmahera Meletus pada Sabtu Dini Hari

    Gunung Ibu di Halmahera Meletus pada Sabtu Dini Hari

    Ambon, Beritasatu.com – Badan Geologi Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) melaporkan terjadinya erupsi Gunung Ibu di Pulau Halmahera, Maluku Utara. Peristiwa erupsi tercatat berlangsung pada Sabtu (15/11/2025) sekitar pukul 00.12 WIT.

    Dalam laporan resmi yang diunggah pada platform magma Indonesia, petugas Badan Geologi M Saum Amin menyampaikan letusan menghasilkan kolom abu setinggi sekitar 200 meter di atas puncak gunung, atau sekitar 1.525 meter di atas permukaan laut. Kolom abu tampak berwarna putih hingga kelabu dengan intensitas sedang hingga tebal, bergerak ke arah timur dan tenggara.

    Aktivitas erupsi tersebut juga terekam jelas melalui seismograf dengan amplitudo maksimum 20 mm dan durasi sekitar 40 detik.

    Badan Geologi meminta masyarakat di sekitar kawasan Gunung Ibu untuk meningkatkan kewaspadaan mengingat potensi erupsi susulan masih mungkin terjadi. Pengunjung maupun warga diminta tidak beraktivitas dalam radius dua kilometer dari kawah, serta menjauhi area sektoral sejauh 3,5 kilometer ke arah bukaan kawah pada sisi utara.

    “Seluruh pihak agar menjaga kondusivitas suasana di masyarakat, tidak menyebarkan narasi bohong (hoaks), dan tidak terpancing isu-isu yang tidak jelas sumbernya,” katanya.

    Apabila terjadi hujan abu, masyarakat diimbau menggunakan masker dan kacamata pelindung saat beraktivitas di luar ruangan. Selain itu, publik diminta tidak menyebarkan informasi tidak benar atau menanggapi isu tanpa sumber yang jelas.

    Pemerintah Kabupaten Halmahera Barat juga disarankan terus berkoordinasi dengan Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG) di Bandung maupun pos pengamatan Gunung Ibu di Gam Ici untuk memperoleh pembaruan aktivitas vulkanik secara langsung.

    Indonesia dikenal sebagai salah satu negara dengan aktivitas seismik dan vulkanik tertinggi di dunia karena berada di kawasan cincin api Pasifik. Letak geografis Indonesia yang berada pada pertemuan lempeng Indo-Australia, Eurasia, dan Pasifik menyebabkan terbentuknya rangkaian gunung berapi serta seringnya aktivitas gempa akibat proses subduksi antarlempeng.

  • Baru Dibangun, Jembatan di China Runtuh ke Lereng Gunung

    Baru Dibangun, Jembatan di China Runtuh ke Lereng Gunung

    Jakarta

    Sebuah jembatan yang baru dibuka di provinsi pegunungan Sichuan, China barat daya, runtuh pada Selasa (11/11). Kecelakaan ini mengirimkan lempengan beton dan gumpalan debu ke lereng gunung dan air di bawahnya.

    Dikutip dari The Guardian, tidak ada korban jiwa yang dilaporkan. Video runtuhnya sebagian Jembatan Hongqi, nama jembatan tersebut, tersebar luas di media sosial China. Berdasarkan laporan, pihak berwenang telah menutup jembatan sepanjang 758 meter tersebut pada Senin (10/11) setelah retakan muncul di jalan-jalan di sekitarnya. Tanah longsor pada keesokan harinya menyebabkan sebagian jembatan runtuh total.

    Jembatan itu merupakan bagian dari jalan raya nasional yang menghubungkan Sichuan dan Tibet, yang melintasi wilayah China yang aktif secara seismik. Jalan raya ini melintasi wilayah yang hancur akibat gempa Sichuan pada 2008, yang menewaskan hampir 70 ribu orang.

    Menurut unggahan media sosial oleh kontraktor Sichuan Road and Bridge Group, pembangunan Jembatan Hongqi selesai awal tahun ini.

    Untuk diketahui, dalam beberapa dekade terakhir, China mengalami lonjakan pembangunan di wilayah pegunungan tertinggi di negara itu. Pembangunan jembatan gencar dilakukan untuk menghubungkan kota-kota dan desa-desa yang dulunya membutuhkan waktu berhari-hari untuk ditempuh.

    September lalu saja, China baru meresmikan Huajiang Grand Canyon Bridge di Guizhou. Dengan tinggi 625 meter di atas lembah Sungai Beipan, Jembatan Huajiang menjadi jembatan tertinggi di dunia. Selain sebagai infrastruktur transportasi, jembatan ini juga dikembangkan menjadi objek wisata. Jembatan tersebut memangkas waktu tempuh antara dua wilayah dari sekitar 2 jam menjadi hanya 2 menit.

    (rns/rns)

  • 159 Orang Tewas Dihantam Tsunami Raksasa, Trump Tidak Peduli

    159 Orang Tewas Dihantam Tsunami Raksasa, Trump Tidak Peduli

    Jakarta, CNBC Indonesia – Kepulauan Aleut di Alaska, Amerika Serikat (AS), pernah dihantam gempa raksasa berkekuatan M 8,6 pada 1 April 1946. Fenomena tersebut memicu gelombang tsunami besar di Samudra Pasifik yang membunuh 159 orang di Hawaii.

    Pasca bencana tragis tersebut, sistem peringatan tsunami AS lahir. Kini, setelah hampir 80 tahun beroperasi, jaringan stasiun pemantauan seismik dan permukaan laut yang menyelamatkan nyawa tersebut runtuh.

    Di bawah pengawasan NOAA, stasiun-stasiun tersebut bergantung pada dana federal yang dipotong oleh pemerintahan Trump tahun ini. Akibatnya, 9 stasiun seismik yang dioperasikan oleh Pusat Gempa Alaska akan ditutup pada pertengahan November ini, menurut laporan News Source dari Alaska.

    Stasiun-stasiun tersebut mengumpulkan data penting tentang bentuk dan magnitudo gempa bumi di salah satu wilayah paling aktif secara seismik di dunia, yakni Zona Subduksi Alaska-Aleut.

    Batas sepanjang 4.000 kilometer ini merupakan tempat Lempeng Pasifik bergeser di bawah Lempeng Amerika Utara, dan berpotensi menghasilkan gempa bumi dan tsunami dahsyat seperti bencana tahun 1946.

    Para pakar memperingatkan penutupan stasiun-stasiun yang memonitor Zona Subduksi dapat meruntuhkan kemampuan AS dalam mendeteksi tsunami dan mengeluarkan perintah evakuasi sebelum terlambat.

    “Pusat Gempa Alaska menyayangkan pemangkasan dana dari NOAA,” kata Manajer Komunikasi Elisabeth Nadin kepada Gizmodo, dikutip Selasa (11/11/2025).

    “Kami menyesalkan terganggunya kemampuan Pusat Peringatan Tsunami Nasional untuk mengeluarkan dan memperbarui peringatan tsunami karena hilangnya dana ini,” ia menambahkan.

    Dalam upaya penghematan anggaran federal, pemerintahan Trump telah memangkas pengeluaran di sektor penelitian ilmiah dan iklim. NOAA menjadi salah satu lembaga yang paling terdampak pemangkasan anggaran.

    PHK massal dan pengajuan pemangkasan anggaran mengancam, bahkan bisa menghapus, beberapa bada penelitian lembaga tersebut. Di antaranya termasuk Kantor Penelitian Samudra dan Atmosfer, Layanan Cuaca Nasional, dan pusat ilmiah Perikanan NOAA.

    Sistem peringatan tsunami tak terkecuali. Program ini sudah berdarah-darah berhadapan dengan pengurangan dana dan tenaga kerja. Dua pusat peringatan tsunami NOAA yang berlokasi di Hawaii dan Alaska mengalami kekurangan tenaga kerja sebelum PHK dilakukan.

    Di stasiun Alaska, pekerja yang sebelumnya berjumlah 20 orang kini tersisa 11 orang, menurut laporan NBC News.

    Selama tahun fiskal 2024-2025, NOAA juga mengurangi anggaran ke Program Mitigasi Tsunami Nasional yang mendukung upaya pengurangan risiko tsunami.

    9 stasiun pemantauan yang akan berhenti beroperasi bulan ini sebelumnya didukung oleh hibah NOAA sebesar US$300.000 (Rp5 miliar) per tahun. Kim Doster, juru bicara NOAA, mengatakan kepada Gizmodo melalui email bahwa NOAA telah menghentikan pendanaan hibah tersebut pada tahun fiskal 2024.

    Pusat Gempa Alaska mengajukan permohonan dana hibah baru hingga tahun 2028, tetapi ditolak, menurut email antara Direktur Michael West dan staf NOAA yang diperoleh NBC News.

    Universitas Alaska Fairbanks meningkatkan pendanaan program tersebut untuk satu tahun lagi dengan harapan dana federal pada akhirnya akan tersedia, tetapi hal itu tidak pernah terwujud, menurut NBC.

    9 stasiun tersebut terletak di Kepulauan Aleut bagian barat dan Laut Bering, di mana mereka umumnya menjadi satu-satunya stasiun dalam radius ratusan mil di beberapa bagian zona subduksi Alaska-Aleut, menurut Nadin.

    Wilayah ini menghasilkan “hampir semua tsunami Amerika Utara yang melintasi Samudra Pasifik, menyebabkan kerusakan di Alaska, Hawaii, Washington, Oregon, dan California,” ujarnya.

    “Hilangnya pendanaan ini juga berarti bahwa seluruh jaringan seismik Pusat Gempa Alaska tidak akan lagi dikirim langsung ke Pusat Peringatan Tsunami Nasional, yang selama ini telah mengakses jaringan ini untuk merumuskan sendiri penentuan risiko tsunami dari gempa bumi besar di Alaska,” tambah Nadin.

    (fab/fab)

    [Gambas:Video CNBC]

  • Ini Peta 13 Zona Megathrust di Indonesia, Bisa Picu Gempa hingga Magnitudo 9,2

    Ini Peta 13 Zona Megathrust di Indonesia, Bisa Picu Gempa hingga Magnitudo 9,2

    Bisnis.com, JAKARTA – BMKG menyampaikan ada sekitar 13 peta zona megathrust di Indonesia yang harus diwaspadai.

    Ke-13 zona megathrust itu, bisa memicu gempa besar dengan skala hingga magnitudo 9,2 

    Dikutip dari akun instagram BMKG berikut 13 zona megathrust di Indonesia

    Megathrust Aceh-Andaman: picu tsunami hingga magnitudo 9,2
    Megathrust Nias-Simeleu: picu tsunami hingga magnitudo 8,7
    Megathrust Batu: picu tsunami hingga magnitudo 7,8
    Megathrust Mentawai-Siberut: picu tsunami hingga magnitudo 8,9
    Megathrust Mentawai-Pagai: picu tsunami hingga magnitudo 8,9
    Megathrust Enggano: picu tsunami hingga magnitudo 8,4
    Megathrust Selat Sunda: picu tsunami hingga magnitudo 8,7
    Megathrust West Central Java: picu tsunami hingga magnitudo 8,7
    Megathrust Jawa Timur: picu tsunami hingga magnitudo 8,7
    Megathrust Sumba: picu tsunami hingga magnitudo 8,5
    Megathrust Sulawesi Utara: picu tsunami hingga magnitudo 8,5
    Megathrust Filipina: picu tsunami hingga magnitudo 8,2
    Megathrust Papua: picu tsunami hingga magnitudo 8,7

    Menurut BMKG, zona megathrust ini bisa berisiko memicu gempa besar bahkan tsunami.

    Umumnya, zona megathrust tersebut sudah lama tidak melepaskan energi, sehingga disebut sebagai seismic gap yakni wilayah yang secara geologis menyimpan potensi besar karena lama tidak melepaskan energi.

    “Jadi, meskipun belum terjadi, potensi itu nyata dan kita harus waspada,” tulis BMKG.

    Menurut data BMKG, segmen megathrust di Selat Sunda terakhir kali melepaskan gempa besar pada tahun 1757, dan segmen Mentawai-Siberut pada 1797.

  • Gempa M 5,2 Guncang Tanimbar Maluku

    Gempa M 5,2 Guncang Tanimbar Maluku

    Jakarta

    Gempa mengguncang Tanimbar, Provinsi Maluku. Kekuatan gempa mencapai 5,2 magnitudo.

    “Gempa Mag:5.2,” tulis akun X BMKG, Selasa (11/10/2025).

    Gempa terjadi pukul 02.14 WIB. Titik gempa berada di 6.41 LS dan 130.18 BT.

    “213 Km barat laut Tanimbar,” tulis BMKG.

    BMKG belum menjelaskan dampak kerusakan dari gempa ini. Namun, gempa tersebut tidak berpotensi tsunami.

    (ygs/ygs)

  • Tiga Zona Megathrust Paling Berbahaya di Indonesia, Potensi Gempa Magnitudo 8,9 hingga Tsunami

    Tiga Zona Megathrust Paling Berbahaya di Indonesia, Potensi Gempa Magnitudo 8,9 hingga Tsunami

    FAJAR.CO.ID, JAKARTA — Ancaman gempa besar dengan potensi tsunami menjadi perhatian khusus Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG). Pasalnya, gempa dahsyat berpotensi terjadi setiap saat.

    Karena ancaman gempa dan potensi tsunami yang cukup besar itu, Kepala Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG), Teuku Faisal Fathani mengeluarkan peringatan serius kepada masyarakat Indonesia.

    Ia mengingatkan potensi gempa besar dan tsunami akibat aktivitas tiga zona Megathrust yang disebut-sebut berpotensi “pecah” sewaktu-waktu.

    Teuku menjelaskan, secara geografis, Indonesia memang berada di kawasan rawan bencana karena menjadi pertemuan tiga lempeng aktif dunia, yakni Lempeng Indo-Australia, Lempeng Eurasia, dan Lempeng Pasifik.

    “Negara kita berada sangat rawan terhadap bencana. Serta geotektonik yang berada di antara 3 lempeng aktif utama dunia sehingga mengimplikasikan ada tumpukan lempeng ini,” ungkapnya saat rapat kerja dengan DPR, dikutip Senin (9/11).

    Kondisi ini menyebabkan berbagai wilayah di Indonesia menjadi langganan gempa, terutama di daerah yang memiliki potensi Megathrust aktif.

    3 Zona Megathrust Paling Berbahaya di Indonesia

    Dari total 13 zona Megathrust yang dimiliki Indonesia, BMKG mencatat ada tiga zona yang paling berisiko tinggi dan bisa melepaskan energi besar dalam waktu tak terduga.

    Tiga zona berbahaya tersebut adalah:

    Mentawai-Siberut, dengan potensi gempa mencapai magnitudo M8,9

    Selat Sunda, dengan ancaman gempa hingga M8,7

    Sumba, dengan potensi gempa M8,5

    “Adalah zona sumber gempa aktif yang belum terjadi gempa besar dalam rentan waktu puluhan hingga ratusan tahun. Diduga kuat saat ini sedang terjadi proses akumulasi energi tektonik yang dapat merilis gempa besar sewaktu-waktu tanpa dapat diprediksi,” bebernya.

  • Jatuhan Batu Besar di Lembang karena Kondisi Geologi yang Labil

    Jatuhan Batu Besar di Lembang karena Kondisi Geologi yang Labil

    JAKARTA – Badan Geologi, Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) mengungkapkan kejadian jatuhan tiga batu berukuran besar di Gunung Batu, Lembang, Bandung Barat, Sabtu, 8 November, merupakan fenomena alami akibat kondisi geologi lokasi setempat yang labil.

    “Ini fenomena alami akibat kondisi geologi yang labil. Kemungkinan dipicu oleh getaran kecil atau faktor internal batuan,” kata Kepala Badan Geologi M Wafid, ANTARA, Minggu, 9 November.

    Berdasarkan laporan yang diterima Badan Geologi, jatuhan batu berukuran besar dari tebing Gunung Batu, Lembang tersebut berlangsung tanpa adanya hujan lebat atau gempa signifikan yang tercatat di sekitar lokasi.

    Menurut pengamatan awal dari tim yang diturunkan, kata Wafid, lokasi jatuhan batu tersebut berada pada lereng terjal dengan kemiringan lebih dari 60 derajat, yang tersusun oleh batuan vulkanik yang telah mengalami retakan dan pelapukan.

    “Terdapat juga bidang rekahan yang memanjang sejajar lereng, dan menunjukkan potensi pelepasan blok batuan. Kondisi ini menandakan bahwa batuan berada pada keadaan mendekati batas kestabilan (limit equilibrium),” ujar Wafid.

    Berdasarkan analisis mekanisme, lanjut Wafid, fenomena ini termasuk dalam kategori gerakan massa batuan tipe jatuhan (rockfall) dengan pemicu utama kemungkinan kelemahan internal batuan akibat retakan dan pelapukan alami, getaran gempa mikro yang tak tercatat dalam sistem utama namun cukup untuk memicu pelepasan blok batuan yang telah rapuh, serta perubahan suhu dan pelapukan berulang yang kemungkinan juga dapat berkontribusi terhadap keretakan lebih lanjut.

    “Wilayah tebing memiliki potensi terpapar jatuhan batu lanjutan, khususnya pada musim peralihan atau saat terjadi getaran ringan. Kemudian area jalan dan bangunan warga di bawah tebing berisiko tinggi terhadap bahaya serupa,” katanya.

    Oleh karena itu, Badan Geologi merekomendasikan agar dilakukan pemasangan jaring kawat pengaman (rock mesh) dan pagar penahan batu (rockfall barrier) di kaki tebing. Kemudian pembatasan aktivitas dan pembangunan di zona rawan jatuhan batu.

    Kemudian dilakukan monitoring mikro-seismik oleh instansi teknis untuk mengetahui potensi getaran pemicu di area sesar Lembang serta edukasi masyarakat mengenai tanda-tanda awal retakan baru dan pelapukan lereng.

    “Masyarakat diimbau tetap waspada terhadap potensi kejadian serupa, terutama di sekitar tebing curam yang tersusun oleh batuan vulkanik terlapuk dan beretakan,” tutur Wafid.

    Warga Kampung Sukamulya, RT 01/10, Desa Langensari, Kecamatan Lembang, Kabupaten Bandung Barat (KBB), Jawa Barat, dikejutkan dengan sejumlah batu berukuran besar yang tiba-tiba berjatuhan dari atas Gunung Batu pada Sabtu (8/11).

    “Berdasarkan informasi, ada longsoran tiga batu dari Gunung Batu. Kejadiannya pukul 12.10 WIB,” ujar Pelaksana Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) KBB Asep Sehabudin saat dikonfirmasi.

    Tiga batu besar tiba-tiba jatuh dari tebing tanpa hujan, tanpa gempa, tanpa angin kencang. Asep memastikan tidak ada korban jiwa dalam peristiwa tersebut. Hanya saja sebuah green house mengalami kerusakan usai terkena batu besar yang menggelinding dari atas Gunung Batu.

    “Satu batu paling besar bahkan menimpa dinding green house kaktus milik warga, membuat dinding green house sobek,” kata Asep.

  • Gunung Semeru Kembali Erupsi Senin Pagi 10 November 2025, Tinggi Letusan 800 Meter di Atas Puncak

    Gunung Semeru Kembali Erupsi Senin Pagi 10 November 2025, Tinggi Letusan 800 Meter di Atas Puncak

    Liputan6.com, Jakarta – Gunung Semeru yang berada di perbatasan Kabupaten Lumajang dan Malang, Jawa Timur (Jatim) kembali erupsi dengan letusan setinggi 800 meter di atas puncak pada Senin pagi (10/11/2025).

    “Terjadi erupsi G. Semeru pada pukul 04.36 WIB dengan tinggi kolom letusan teramati sekitar 800 meter di atas puncak atau 4.476 meter di atas permukaan laut (mdpl),” ujar Petugas Pos Pengamatan Gunung Semeru Sigit Rian Alfian dalam laporan tertulis yang diterima, melansir Antara, Senin (10/11/2025).

    Menurutnya, kolom abu teramati berwarna putih hingga kelabu dengan intensitas tebal ke arah timur laut.

    “Erupsi itu terekam di seismograf dengan amplitudo maksimum 22 mm dan durasi 131 detik,” tutur Sigit.

    Aktivitas Gunung Semeru masih didominasi letusan setiap harinya, tercatat pengamatan kegempaan pada Minggu 9 November 2025 tercatat 135 kali gempa letusan/erupsi dengan amplitudo 10-23 mm, dan lama gempa 54-156 detik.

    “Selain itu, terekam terjadi 13 kali gempa guguran dengan amplitudo 2-8 mm dan lama gempa 37-100 detik,” papar Sigit.

    Dia menjelaskan, Gunung Semeru masih berstatus Waspada atau Level II, sehingga Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG) memberikan sejumlah rekomendasi, yakni masyarakat dilarang melakukan aktivitas apapun di sektor tenggara, sepanjang Besuk Kobokan sejauh delapan kilometer dari puncak (pusat erupsi).

    “Di luar jarak tersebut, masyarakat tidak boleh melakukan aktivitas pada jarak 500 meter dari tepi sungai di sepanjang Besuk Kobokan, karena berpotensi terlanda perluasan awan panas dan aliran lahar hingga jarak 13 kilometer dari puncak,” terang Sigit.

     

    Tiga pemuda asal Desa Jugosari, Kecamatan Candipuro, Lumajang, Jawa Timur, viral di media sosial setelah nekat bermain di aliran banjir lahar hujan Gunung Semeru.

  • Menggapai swasembada energi-mineral dengan optimalisasi eksplorasi

    Menggapai swasembada energi-mineral dengan optimalisasi eksplorasi

    Dengan kedaulatan tersebut, rakyat dan industri akan memperoleh energi atau mineral dengan harga terjangkau dan aman, karena pasokannya terjamin.

    Bandung (ANTARA) – “Orang bilang tanah kita tanah surga, tongkat kayu dan batu jadi tanaman”, adalah penggalan bait dalam lagu “Kolam Susu” dari band legendaris Koes Plus, yang mendeskripsikan betapa kayanya tanah Indonesia.

    Walaupun yang tergambarkan dalam bait itu hanya soal kekayaan di atas tanah, penggalan lagu tersebut ternyata juga cocok dengan kondisi di dalam tanah Indonesia yakni energi dan sumber daya mineralnya.

    Terletak di pertemuan tiga lempeng tektonik utama dunia yakni lempeng Samudera Hindia-Australia, lempeng Benua Asia, dan lempeng Samudera Pasifik, menjadikan Indonesia memiliki kesuburan tanah yang tinggi, 128 cekungan sedimen, 362 manifestasi panas bumi, 421 cekungan air tanah, dan lima jalur metalogenic. Tentu, dengan dampak negatifnya seperti letusan gunung, gempa bumi, tsunami dan tanah longsor.

    Indonesia memiliki 128 cekungan potensi minyak dan gas, serta cadangan sumber daya alam yang cadangannya melimpah dengan nikel (5,32 miliar ton), timah (6,9 miliar ton), emas (3,8 miliar ton), bauksit (3,1 miliar ton), tembaga (3 miliar ton), dan batu bara (31,7 miliar ton).

    Belum lagi, terdapat mineral kritis atau logam tanah jarang (LJT) yang didapat dari batuan granit dan batuan vulkanik felsik. Lalu ada vanadium dan galium, batuan ultramafik: kobalt, kromium, skandium, PGM, juga ada pasir besi.

    Dengan kekayaan alam itu, sektor energi dan mineral sangat berperan penting bagi perekonomian Indonesia dan menjadi salah satu motor pertumbuhan, baik dari sisi investasi serta industri.

    Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) mencatat realisasi investasi sektor ini pada paruh pertama 2025 mencapai 13,9 miliar dolar AS atau setara Rp225,8 triliun (kurs Rp16.251) yang tumbuh sekitar 24,1 persen dibandingkan periode yang sama pada tahun sebelumnya yang tercatat sebesar 11,2 miliar dolar AS.

    Dari total investasi tersebut, subsektor mineral dan batubara menyumbang sebesar 3,1 miliar dolar AS (Rp50,38 triliun). Kemudian subsektor minyak dan gas bumi masih menjadi penyumbang terbesar dengan realisasi 8,1 miliar dolar AS.

    Selain penarik dari sisi investasi, sektor energi juga berperan besar dari sisi penerimaan negara bukan pajak (PNBP), di mana hingga Semester I tahun 2025, PNBP sektor energi mencapai Rp138,8 triliun atau 54,5 persen dari target nasional.

    Kemudian, Penyerapan tenaga kerja selama semester I 2025 di sektor Migas, Minerba, Ketenagalistrikan, dan Energi Baru Terbarukan sebanyak 753.578 orang.

    Dilihat dari data tersebut, energi dan mineral memainkan peranan penting bagi negara bahkan dinilai mampu meningkatkan kesejahteraan masyarakat, sehingga kedaulatan dalam sumber daya tersebut perlu dijaga, dengan dipastikan ketersediaan cadangannya. Di sinilah pentingnya kegiatan eksplorasi.

    Seperti yang disampaikan mantan Dirjen Minerba Kementerian ESDM R Sukhyar, beberapa waktu lalu, bahwa tidak ada negara yang tidak berangkat dari sumber daya alam, karena sumber daya alam digunakan sebagai basis pengembangan dalam industri manufaktur pada negara-negara maju.

    “Namun yang terpenting adalah bagaimana hasil eksplorasi sumberdaya mampu meningkatkan kualitas sumberdaya manusianya termasuk meningkatkan pendidikan untuk kemajuan,” ucap Sukhyar.

    Editor: Dadan Ramdani
    Copyright © ANTARA 2025

    Dilarang keras mengambil konten, melakukan crawling atau pengindeksan otomatis untuk AI di situs web ini tanpa izin tertulis dari Kantor Berita ANTARA.