Topik: Gempa

  • Korban Tewas Akibat Gempa Myanmar Lebih 1.000 Orang, Bantuan Asing Berdatangan

    Korban Tewas Akibat Gempa Myanmar Lebih 1.000 Orang, Bantuan Asing Berdatangan

    GELORA.CO – Jumlah korban tewas akibat gempa dahsyat bermagnitudo 7,7 di Myanmar bertambah mencapai 1.002 orang. Di saat bersamaan, bantuan internasional mulai berdatangan. 1. Korban Jiwa Tembus 1.002 Orang

    Melansir Reuters, Sabtu (29/3/2025),  pemerintah militer menyatakan jumlah korban tewas di Myanmar adalah 1.002. Jumlah tersebut melonjak tajam dari hari sebelumnya yakni 144 orang.

    Sementara itu, setidaknya sembilan orang tewas di negara tetangga Thailand. Gempa yang berpusat di Mandalay, Myanmar itu mengguncang gedung-gedung dan merobohkan gedung pencakar langit yang sedang dibangun di ibu kota Bangkok. Akibatnya, 30 orang terjebak di bawah reruntuhan, dengan 49 orang hilang.

    Pemodelan prediktif dari Badan Geologi AS memperkirakan jumlah korban tewas dapat melebihi 10.000 di Myanmar dan kerugian dapat melebihi hasil ekonomi tahunan negara itu. Gempa tersebut merusak jalan, jembatan, dan bangunan di Myanmar.

    “Operasi pencarian dan penyelamatan saat ini sedang dilakukan di daerah yang terkena dampak,” kata junta dalam sebuah pernyataan di media pemerintah pada hari Sabtu.

    2. Bantuan Asing

    Tim penyelamat China tiba di ibu kota komersial Myanmar, Yangon, ratusan kilometer dari kota-kota yang terkena dampak parah di Mandalay dan Naypyitaw, ibu kota negara yang dibangun khusus, tempat sebagian dari rumah sakit berkapasitas 1.000 tempat tidur rusak.

    Rusia, India, Malaysia, dan Singapura mengirimkan pesawat yang penuh dengan pasokan bantuan dan personel ke Myanmar, yang telah dilanda perang saudara setelah kudeta militer tahun 2021 menggulingkan pemerintah sipil terpilih.

    “Kami akan terus memantau perkembangan dan lebih banyak bantuan akan menyusul,” kata Menteri Luar Negeri India Subrahmanyam Jaishankar.

    Amerika Serikat, yang memiliki hubungan yang tidak harmonis dengan militer Myanmar dan telah memberikan sanksi kepada pejabatnya, termasuk kepala junta Min Aung Hlaing, mengatakan akan memberikan sejumlah bantuan.

    3. Kesaksian Korban Gempa

    Gempa bumi, yang terjadi sekitar jam makan siang pada hari Jumat, berdampak pada sebagian besar wilayah negara itu, dari dataran tengah di sekitar Mandalay hingga perbukitan Shan, yang sebagian wilayahnya tidak sepenuhnya berada di bawah kendali junta.

    Di Mandalay, kota terbesar kedua di Myanmar, penduduk dan petugas penyelamat bergegas untuk mengeluarkan orang-orang dari bawah bangunan yang runtuh, berjuang dengan keterbatasan alat berat yang tersedia untuk menyingkirkan puing-puing.

    Setelah diseret keluar dari bawah tembok oleh penduduk lain, Htet Min Oo, 25 tahun, mengatakan dia mencoba membersihkan puing-puing bangunan yang runtuh sendiri untuk menyelamatkan nenek dan dua pamannya – tetapi akhirnya menyerah.

    “Saya tidak tahu apakah mereka masih hidup di bawah reruntuhan,” katanya kepada Reuters, sambil menangis. 

    “Setelah sekian lama, saya rasa tidak ada harapan lagi.”

    Susan Hough, seorang ilmuwan dalam Program Bahaya Gempa Bumi USGS, mengatakan, sulit untuk memperkirakan jumlah korban tewas akibat gempa bumi, karena berbagai alasan termasuk waktu. Ketika gempa terjadi pada siang hari, seperti yang terjadi di Myanmar, “orang-orang terjaga, mereka masih waras, mereka lebih mampu merespons,” katanya.

  • Kesaksian Ngeri Pekerja Konstruksi Lihat Gedung Roboh Sekejap Mata Imbas Gempa

    Kesaksian Ngeri Pekerja Konstruksi Lihat Gedung Roboh Sekejap Mata Imbas Gempa

    Jakarta

    Seorang pekerja konstruksi menceritakan momen dirinya selamat dari maut dalam insiden runtuhnya gedung pencakar langit di Bangkok, Thailand. Gedung itu runtuh usai gempa dahsyat melanda Myanmar dan Thailand.

    Gedung itu runtuh hingga rata dengan tanah hanya dalam hitungan detik pada Jumat kemarin. Anggota keluarga mendatangi lokasi kejadian sambil berharap orang-orang yang mereka cintai ditemukan dalam keadaan hidup.

    Menara yang dalam proses konstruksi itu dibangun untuk kantor-kantor pemerintah saat gempa terjadi. Salah seorang dan pekerja konstruksi Khin Aung menceritakan momen runtuhnya gedung itu dalam sekejap mata.

    “Saat giliran kerja saya berakhir sekitar pukul 1 siang, saya keluar untuk mengambil air dan saya melihat adik laki-laki saya sebelum saya keluar,” katanya kepada AFP, dikutip dari CNA, Sabtu (29/3/2025).

    Getaran dari gempa berkekuatan 7,7 skala magnitudo yang berpusat di negara tetangga, Myanmar turut menghantam Bangkok sekitar pukul 13.20 siang. Khin Aung menyebut dirinya langsung berupaya menyelamatkan diri dari gedung yang runtuh.

    “Saya melakukan panggilan video dengan saudara laki-laki dan teman-teman saya tetapi hanya satu yang mengangkat telepon. Tetapi saya tidak dapat melihat wajahnya dan saya mendengar dia berlari,” tuturnya

    “Saat itu seluruh gedung berguncang tetapi saat saya meneleponnya, saya kehilangan panggilan dan gedung itu runtuh,” tambah dia.

    Pihak berwenang mengatakan hingga 100 pekerja mungkin terjebak di antara tumpukan puing dan logam bengkok yang merupakan satu-satunya sisa menara. Setidaknya lima orang dipastikan tewas, tetapi jumlah korban hampir pasti akan bertambah.

    “Saya tidak dapat menggambarkan perasaan saya. Kejadiannya terjadi dalam sekejap mata,” imbuhnya

    “Semua teman dan saudara saya berada di dalam gedung ketika runtuh. Saya tidak dapat berkata apa-apa,” ujar Khin Aung.

    Cakrawala Bangkok terus mengalami perubahan. Gedung-gedung lama dirobohkan lalu diganti pencakar langit baru yang mengkilap. Mayoritas pekerja proyek diketahui berasal dari Myanmar.

    Mereka mencari nafkah di Negeri Gajah Putih karena prospek kerja yang tetap, negara yang damai, serta nominal upah yang lebih baik. Di sisi lain, Myanmar sendiri saat ini dipimpin oleh junta militer.

    Banyak kerabat pekerja dari Myanmar berkumpul di lokasi pada hari Sabtu dengan harapan mendengar kabar baik dari orang-orang yang tertimbun. Khin Aung dan saudara laki-lakinya telah bekerja di Bangkok selama enam bulan.

    “Saya mendengar mereka mengirim 20 pekerja ke rumah sakit, tetapi saya tidak tahu siapa mereka dan teman-teman serta saudara laki-laki saya termasuk di antara mereka,” katanya lagi.

    “Saya berharap saudara laki-laki dan teman-teman saya ada di rumah sakit. Jika mereka ada di rumah sakit, saya punya harapan. Jika mereka ada di bawah gedung ini, tidak ada harapan bagi mereka untuk selamat,” lanjut Khin Aung.

    Sementara itu, Wanita Thailand Chanpen Kaewnoi, 39 tahun, menunggu dengan cemas kabar tentang ibu dan saudara perempuannya yang berada di dalam gedung ketika gedung itu runtuh.

    “Rekan kerja saya menelepon dan mengatakan dia tidak dapat menemukan ibu atau saudara perempuan saya. Saya pikir ibu mungkin terpeleset dan mungkin saudara perempuan saya tetap tinggal untuk menolongnya,” ujarnya kepada AFP.

    “Saya ingin melihat mereka, saya harap saya dapat menemukan mereka. Saya harap mereka tidak hilang. Saya masih memiliki harapan, 50 persen,” sebut Chanpen.

    Sementara keluarga yang putus asa menunggu kabar, petugas penyelamat terus melanjutkan tugas rumit mencari reruntuhan tanpa memicu keruntuhan lebih lanjut.

    (ily/hns)

  • Gandhi Fernando Terjebak Gempa di Bangkok: Saya Lagi di Lantai 12

    Gandhi Fernando Terjebak Gempa di Bangkok: Saya Lagi di Lantai 12

    Jakarta, Beritasatu.com – Gempa mengguncang Myanmar, Thailand, dan Tiongkok meninggalkan trauma mendalam pada aktor Gandhi Fernando. Saat peristiwa gempa tersebut Gandhi berada di Bangkok, Thailand yang juga merasakan dampak gempa tersebut.

    “Baru tahu rasanya gempa. Aku benar-benar pusing di kelas, awalnya saya kira karena cuaca panas Bangkok hari ini,” ujar Gandhi Fernando di Instagram miliknya, Sabtu (29/3/2025).

    Gandhi menceritakan ketakutannya saat berada di lantai 12 sebuah gedung, dan terpaksa berlari menuruni tangga untuk mencari tempat yang lebih aman.

    “Ternyata itu gempa bumi, dan saya berada di lantai 12! Sialnya, saya berlari menuruni 12 lantai. Saya tidak bisa membayangkan mereka yang ada di lantai 20-30. Saya hampir jatuh karena gedungnya bergetar sangat hebat,” ungkapnya lagi.

    Gandhi menjelaskan, betapa kacau dan menakutkannya situasi saat itu, dengan patung, buku, dan rak yang berjatuhan ke lantai.

    “Patung, buku, rak—semuanya jatuh. Kondisinya benar-benar kacau dan menakutkan,” tambahnya.

    Meski demikian, Gandhi memastikan kondisinya baik-baik saja meski sempat merasa panik selama gempa berlangsung.

    “Aku baik-baik saja sekarang. Duduk di pinggir jalan bersama ribuan orang lainnya,” tutup Gandhi Fernando saat gempa di Thailand.

  • Kesaksian Ngeri Pekerja Konstruksi Lihat Gedung Roboh Sekejap Mata Imbas Gempa

    Ada 2.000 Laporan Retakan Struktural Gedung di Bangkok Usai Gempa M 7,7

    Bangkok

    Gubernur Bangkok Chadchart Sittipunt menyebut ada lebih dari 2.000 laporan retakan struktural di gedung-gedung Bangkok, Thailand, setelah gempa berkekuatan M 7,7 terjadi. Pemerintah sendiri berencana melakukan inspeksi terperinci terhadap 700 bangunan di Bangkok usai gempa itu.

    “Keselamatan adalah prioritas utama kami,” kata Chadchart dalam sebuah pernyataan dilansir CNN, Sabtu (29/3/2025).

    Dia mengatakan ada satu gedung tinggi yang masih dalam tahap pembangunan runtuh akibat gempa. Dia menyebut gedung-gedung lain tidak mengalami kegagalan struktural.

    “Meskipun satu bangunan yang sedang dibangun runtuh, tidak ada bangunan yang telah selesai yang mengalami kegagalan struktural,” ujarnya.

    Retakan tersebut sebagian besar dilaporkan terjadi di pusat kota, tempat gedung-gedung tinggi terkonsentrasi. Dia mengatakan distrik-distrik pinggiran melaporkan masalah yang minimal.

    Inspeksi akan dikebut selama akhir pekan ini. Dia mengatakan hal itu ditujukan untuk menjamin keselamatan tempat kerja di gedung-gedung tinggi pada hari Senin mendatang.

    Setidaknya, delapan orang tewas dan puluhan lainnya masih hilang setelah sebuah gedung tinggi yang sedang dibangun di dekat Taman Chatuchak runtuh. Gedung itu runtuh saat Bangkok diguncang gempa dahsyat yang berpusat di Myanmar pada Jumat (28/3).

    Lihat juga Video: Update Korban Tewas Gempa Myanmar Capai 1.002 Jiwa

    (haf/imk)

    Hoegeng Awards 2025

    Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini

  • Korban Gempa Myanmar Bertambah, 144 Tewas dan 723 Orang Luka-luka

    Korban Gempa Myanmar Bertambah, 144 Tewas dan 723 Orang Luka-luka

    PIKIRAN RAKYAT – Jumlah korban tewas akibat bencana gempa bumi di Myanmar bertambah menjadi 144 di antaranya 723 orang mengalami luka-luka. Hal tersebut disampaikan langsung oleh Junta Min Aung Hlaing.

    “Peningkatan jumlah kematian dan jumlah korban luka diperkirakan masih akan terjadi.Bangunan-bangunan runtuh di banyak tempat, kami masih melakukan operasi penyelamatan di gedung-gedung ini,” kata Min Aung Hlaing.

    Ia juga mengatakan Myanmar akan berterima kasih atas bantuan dari negara mana pun menyusul dampak gempa ini.

    Diketahui, pada Jumat, 28 Maret 2025 telah terjadi gempa bermagnitudo 7,7 yang mengguncang Myanmar bagian tengah dan getaran juga terasa hingga negara tetangga Thailand dan China.  

    Menurut survei Geologi Amerika Serikat (USGS), akan terjadi gempa susulan berkekuatan 6,4 magnitudo setelah 12 menit gempa pertama.

    Gempa terjadi pada kedalaman 10 kilometer dengan guncangan kuat di dekat Mandalay kota terbesar kedua di Myanmar.

    Menurut saksi mata yang melihat beberapa bangunan telah runtuh di Mandalay dan sebuah measjid di wilayah tengah negara iru, bago runtuh sebagian juga menewaskan belasan korban.

    Sebelumnya, diketahui gempa yang terjadi di Myanmar-Thailand akibatnya menelan puluhan jiwa dan beberapa lainnya mengalami luka-luka.

    Di bangkok satu orang tewas dan 43 lainnya trjebak di dalam gedung beringkat yang masih dalam tahap konstruksi di distrik Chatuchak.

    Sementara, di Myanmar sebuah biara di kta taungooo juga runtuh menewaskan lima anak pengungsi.

    Setidaknya ada 20 orang meninggal saat gempa mengguncang Masjid Shwe Pho Shing di wilayah Mandalay saat ibadah salat Jumat berlangsung.

    “Masjid itu runtuh saat kami sedang beribadah. Sekitar tiga masjid ambruk. Ada orang yang terjebak. Saat ini, setidaknya 20 orang telah meninggal, dan jumlah korban bisa bertambah. Masjid Shwe Pho Shig juga runtuh,” ujar petugas penyelamat.

    Selain itu, Jembatan ava yang bersejarah di Mandalay dilaporkan juga ikut runtuh akibat gempa, sementara Istana Mandalay juga mengalami kerusakan.

    Lalu, sejumlah negara Asia telah menyampaikan solidaritas kepada Myanmar dan Thailand serta menawarkan bantuan kemanusiaan setelah sedikitnya 151 orang tewa dan 117 lainnya terjebak atau masih belum ditemukan.

    Perdana Menteri Malaysia Anwar Ibrahim mengatakan ia sangat prihatin atas gempa kuat yang mengguncang Myanmar tengah dan Thailand utara yang menyebabkan kerusakan besar pada infrastruktur.

    Selain itu, ia juga menawarkan bantuan kemanusiaan dan menegaskan kesiapan Malaysia untuk mendukung upaya bantuan sesuai kebutuhan.

    Kemudian, Presiden Indonesia Prabowo Subianto juga turut menyampaikan belangsungkawa kepada myanmar dan Thailand dan menegaskan Jakarta siap membantu kedua negara dalam menghadapi situasi sulit.***

    Simak update artikel pilihan lainnya dari kami di Google News

  • Analisis BMKG Soal Gempa M 7,7 Myanmar Bikin Ambruk Gedung di Thailand

    Analisis BMKG Soal Gempa M 7,7 Myanmar Bikin Ambruk Gedung di Thailand

    Jakarta

    Gempa bumi berkekuatan magnitudo 7,7 di Myanmar getarannya sampai Thailand dan China. Bahkan, bangunan 30 lantai di Bangkok ikut ambruk akibat getaran. Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) menyampaikan analisis terkait bencana ini.

    Direktur Gempa bumi dan Tsunami BMKG Daryono mengatakan bahwa bencana ini merupakan fenomena Vibrasi Periode Panjang (Long Vibration Period). Yakni fenomena gelombang gempa yang direspons oleh tanah lunak.

    “Mengapa Bangkok bisa rusak akibat gempa Myanmar? Fenomena ini disebut efek Vibrasi Periode Panjang (Long Vibration Period) di mana gelombang gempa yang sumbernya jauh direspons tanah lunak,” ujarnya kepada wartawan, Sabtu (29/3/2025).

    Tanah di Bangkok merespons gempa di Myanmar. Kemudian, hal ini membentuk resonansi yang berdampak pada gedung-gedung tinggi.

    “Tanah lunak tebal di Bangkok merespons gempa jauh membentuk resonansi mengancam gedung-gedung tinggi,” tuturnya.

    “Meski jarak pusat gempa ke Meksiko City sejauh 350 km, kerusakan hebat terjadi di Mexico City, sebagian besar 9.500 korban meninggal terjadi di Mexico City yang dibangun dari rawa yang direklamasi,” jelasnya.

    Dia mengatakan bahwa tanah lunak ini begitu rentan. Menurutnya, akan menjadi berbahaya jika gempa begitu kuat.

    Lebih lanjut, dia menduga bangunan di Bangkok ambruk karena efek direktivitas. Adapun efek ini merupakan efek yang terjadi ketiga energi gempa terfokus di satu arah.

    “Kemungkinan kedua rusaknya bangunan di Bangkok disebabkan oleh efek direktivitas yaitu efek yang terjadi ketika energi gempa terfokus dalam satu arah. Efek ini dapat terjadi pada gempa bumi. Semakin tinggi direktivitas, semakin terkonsentrasi energi dalam satu arah,” lanjutnya.

    Sebelumnya, gempa dangkal bermagnitudo 7,7 melanda barat laut kota Sagaing di Myanmar tengah pada Jumat (28/3). Gempa menyebabkan kerusakan besar di sebagian besar wilayah negara itu. Gempa ini menelan korban tewas mencapai 600 orang lebih.

    Selain itu, getaran gempa dirasakan hingga negara tetangga seperti Thailand dan China. Bangunan setinggi 30 lantai di Bangkok ambruk akibat getaran gempa ini.

    Gedung pencakar langit yang sedang dalam proses pembangunan di Bangkok, Thailand, ambruk. Sebanyak 43 pekerja dilaporkan terjebak di dalam reruntuhan gedung setinggi 30 lantai tersebut.

    AFP dan CNN melaporkan gedung tersebut terletak di kawasan Chatuchak Park, utara Bangkok. Gedung setengah jadi itu hancur menjadi puing-puing dan balok logam ringsek parah.

    Gedung itu ambruk dalam hitungan detik setelah guncangan gempa terasa. Otoritas darurat Thailand menyebut ada 50 orang di dalam gedung.

    (rdp/imk)

    Hoegeng Awards 2025

    Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini

  • Singapura Kucurkan Paket Bantuan Rp 1,8 M buat Korban Gempa Myanmar & Thailand

    Singapura Kucurkan Paket Bantuan Rp 1,8 M buat Korban Gempa Myanmar & Thailand

    Jakarta

    Palang Merah Singapura (SRC/ The Singapore Red Cross) menyumbang S$ 150.000 atau sekitar Rp 1,84 miliar (kurs Rp 12.300/S$ 1) sebagai bantuan darurat untuk gempa di Myanmar dan Thailand. Sumbangan itu akan digunakan untuk membantu memenuhi kebutuhan mendesak korban gempa.

    Dikutip dari CNA, Sabtu, (29/3/2025), kebutuhan itu mencakup distribusi perlengkapan penting seperti makanan, air, selimut, terpal, dan perlengkapan kebersihan yang disalurkan ke Palang Merah Myanmar dan Palang Merah Thailand.

    Penggalangan dana publik juga akan segera diluncurkan dengan rincian yang akan diumumkan melalui situs web Palang Merah Singapura. Dana yang terkumpul akan secara langsung mendukung operasi bantuan dan pemulihan bagi masyarakat yang terkena dampak.

    “Kami sangat prihatin dengan masyarakat yang terdampak. Banyak orang terluka, mengungsi, dan sangat membutuhkan bantuan. Kerusakan yang meluas pada infrastruktur menghambat operasi penyelamatan dan bantuan darurat di lapangan. Skala kehancuran ini membutuhkan respons kemanusiaan yang cepat dan terkoordinasi,” kata sekretaris jenderal dan CEO SRC, Benjamin William.

    “Kami bekerja sama erat dengan mitra Palang Merah kami untuk memastikan bantuan sampai ke mereka yang paling membutuhkan. Saya mengimbau masyarakat untuk ikut mendukung upaya ini,” tambah dia.

    SRC mengatakan pihaknya bekerja sama dengan masing-masing Perhimpunan Palang Merah untuk memantau dan menilai situasi, dan siap memberikan bantuan lebih lanjut. Mereka juga mengerahkan responden kemanusiaan untuk mendukung upaya bantuan di masyarakat yang terdampak.

    SRC juga telah mengaktifkan layanan Restoring Family Links (RFL) untuk membantu penduduk Singapura menemukan anggota keluarga dekat mereka yang mungkin terdampak bencana. Mereka yang membutuhkan bantuan dapat mengirim email ke rfl@redcross.sg.

    Sebagai informasi, gempa bumi besar melanda Myanmar dan Thailand pada hari Jumat, menewaskan lebih dari 150 orang dan melukai ratusan orang. Puluhan orang terperangkap di bangunan yang runtuh dan jumlah korban tewas diperkirakan akan terus meningkat.

    Gempa dangkal berkekuatan 7,7 skala Richter melanda barat laut kota Sagaing di Myanmar tengah pada sore hari, dan diikuti beberapa menit kemudian oleh gempa susulan berkekuatan 6,4 skala Richter.

    Gempa tersebut meratakan bangunan, merobohkan jembatan, dan meretakkan jalan di seluruh Myanmar, dan bahkan menghancurkan gedung pencakar langit setinggi 30 lantai yang sedang dibangun ratusan kilometer jauhnya di Bangkok.

    Sementara tingkat bencana sepenuhnya belum diketahui, pemimpin Myanmar yang terisolasi, dalam cengkeraman perang saudara, mengeluarkan permohonan langka untuk bantuan internasional.

    Junta penguasa Myanmar mengatakan dalam pembaruan pada hari Sabtu bahwa jumlah korban tewas telah melonjak menjadi 694, dengan 1.670 orang terluka.

    (ily/hns)

  • Melonjak! Korban Tewas Gempa Myanmar Kini Tembus 1.000 Orang, 2.376 Luka-luka – Halaman all

    Melonjak! Korban Tewas Gempa Myanmar Kini Tembus 1.000 Orang, 2.376 Luka-luka – Halaman all

    TRIBUNNEWS.COM – Korban tewas akibat gempa dahsyat berkekuatan magnitudo 7,7 yang mengguncang Myanmar pada Jumat (28/3/2025) mengalami lonjakan pada Sabtu (29/3/2025) per pukul 12.56 WIB.

    Dikutip dari media pemerintah MRTV, korban tewas tercatat mencapai 1.002 orang. Sementara korban luka-luka sebanyak 2.376 orang.

    Selain itu, dilaporkan pola adanya korban hilang yaitu 30 orang.

    “Korban tewas melonjak menjadi 1.002 orang dan 2.376 mengalami luka-luka. Selain itu, adapula 30 (orang) hilang,” demikian pernyataan resmi dari Pemerintahan Junta Militer.

    Sebelumnya, sekitar pukul 10.30 waktu setempat, jumlah korban tewas gempa Myanmar sempat dilaporkan sebanyak 694 orang dan 1.670 orang lainnya mengalami luka-luka.

    Di sisi lain, Direktur Perlindungan WNI Kementerian Luar Negeri (Kemlu), Joedha Nugraha, menuturkan pihaknya belum memperoleh informasi adanya WNI yang menjadi korban tewas hingga kini.

    “Hingga saat ini belum ada informasi korban WNI dari gempa di Myanmar,” katanya ketika dihubungi Sabtu siang.

    Sementara, pasca gempa dahsyat yang terjadi, junta militer menetapkan status darurat di enam wilayah, termasuk di Mandalay yang menjadi kota terbesar kedua di Myanmar.

    Tak cuma itu, pemimpin junta militer, Min Aung Hlaing, turut mengumumkan permintaan bantuan internasional usai gempa terjadi.

    “Saya secara pribadi telah mengunjungi beberapa lokasi yang terkena dampak untuk menilai situasinya. Saya ingin meminta semua orang untuk bergandengan tangan dan mendukung misi penyelamatan yang sedang berlangsung,” katanya, dikutip dari CNN.

    Dalam perkembangannya, Min menuturkan India bakal memberikan bantuan.

    “Saya ingin menyampaikan undangan terbuka kepada organisasi dan negara mana pun yang bersedia datang dan membantu orang-orang yang membutuhkan di negara kita,” ujarnya.

    China dan Rusia Kirim Tim Penyelamat

    China, Amerika Serikat (AS), dan Rusia bakal mengirim bantuan ke Myanmar pada hari ini.

    Dikutip dari Reuters, China mengirim 37 orang penyelamat dan disebut telah mendarat di bekas ibu kota Myanmar, Yangon, dengan membawa obat-obatan dan peralatan.

    Sementara, Rusia sudah mengirim 120 orang penyelamat berpengalaman sekaligus dokter dan anjing pelacak untuk melakukan pencarian korban.

    Di sisi lain, Presiden AS, Donald Trump, menuturkan pihaknya juga bakal mengirim bantuan ke Myanmar.

    “Ini benar-benar buruk, dan kami akan membantu. Kami telah berbicara dengan negara itu,” katanya di Ruang Oval.

    Sebagai informasi, gempa ini merupakan gempa ketiga terbesar yang pernah mengguncang kawasan itu dalam seabad terakhir, dan analisis USGS menempatkan episentrumnya hanya 10 mil dari jantung Mandalay, kota berpenduduk sekitar 1,5 juta orang. 

    Gempa susulan berkekuatan M 6,7  tercatat sekitar 11 menit kemudian, yang merupakan gempa pertama dari beberapa gempa besar yang terjadi setelah gempa pertama.

    Guncangan itu terasa hingga Bangladesh, Vietnam, Thailand, dan China bagian selatan.

    Bahkan, gempa tersebut sampai membuat Perdana Menteri (PM) Thailand, Paetongtar Shinawatra menyatakan Bangkok sebagai “daerah darurat” dan mendesak penduduk untuk mengungsi dari gedung-gedung tinggi jika terjadi gempa susulan.

    (Tribunnews.com/Yohanes Liestyo Poerwoto)

  • Dampak Fatal Sensor Militer Myanmar Pascagempa

    Dampak Fatal Sensor Militer Myanmar Pascagempa

    PIKIRAN RAKYAT – Gempa bumi berkekuatan magnitudo 7,7 yang mengguncang Myanmar pada Jumat 28 Maret 2025 siang meninggalkan kehancuran yang luas dan korban jiwa yang terus bertambah.

    Akan tetapi, informasi mengenai dampaknya di Myanmar sangat terbatas jika dibandingkan dengan negara tetangganya, Thailand, yang juga merasakan getaran kuat dari gempa tersebut.

    Di internet, media sosial dibanjiri video, gambar, dan laporan dari Thailand yang menunjukkan dampak gempa. Sebaliknya, informasi dari Myanmar lebih sulit didapat, mencerminkan sejarah panjang negara itu dalam menyensor internet dan membatasi kebebasan pers.

    Pembatasan ini semakin memperparah situasi darurat, memperlambat upaya pencarian korban, dan mempersulit koordinasi bantuan kemanusiaan.

    Pembatasan Internet yang Memperparah Krisis

    Sejak militer Myanmar merebut kekuasaan melalui kudeta pada tahun 2021, mereka telah mengendalikan jaringan telekomunikasi negara itu. Ini memungkinkan mereka untuk mematikan akses internet di wilayah tertentu dan menciptakan pemadaman komunikasi yang disengaja, seperti yang dilaporkan oleh organisasi hak digital Access Now.

    Pemadaman internet di Myanmar selama bertahun-tahun telah digunakan sebagai alat untuk membungkam perbedaan pendapat dan memperkuat kekuasaan junta militer. Namun, dalam keadaan darurat seperti gempa bumi, dampaknya jauh lebih luas, menghambat penyebaran informasi penting dan menghambat bantuan kemanusiaan.

    “Bandingkan liputan gempa bumi di Thailand, di mana getaran dan kerusakan telah dilaporkan, diposting, dan didokumentasikan secara ekstensif, dengan Myanmar, di mana kami masih belum memiliki gambaran yang jelas tentang tingkat kerusakan dan kerugian dan mungkin tidak untuk beberapa waktu,” kata Joe Freeman, peneliti Myanmar di Amnesty International.

    Tak lama setelah gempa terjadi, bahkan situs web resmi pemerintah yang dikendalikan oleh junta mengalami gangguan, membuat akses informasi semakin sulit. Padamnya jaringan internet, dikombinasikan dengan pemadaman listrik dan kerusakan infrastruktur akibat gempa, menciptakan “lubang hitam informasi” yang membatasi transparansi mengenai bencana ini.

    Kesulitan Mendapatkan Informasi di Wilayah Rawan Konflik

    Meskipun Myanmar telah mengalami peningkatan akses internet dalam dekade terakhir, distribusi konektivitasnya tetap tidak merata. Daerah-daerah yang berada di bawah kendali kelompok pemberontak atau yang telah mengalami pertempuran dengan militer sering kali menghadapi gangguan jaringan yang lebih parah.

    Banyak warga di daerah yang terdampak parah oleh gempa bergantung pada layanan berbasis satelit seperti Starlink untuk tetap terhubung. Namun, akses ke layanan ini juga terbatas dan tidak dapat menggantikan komunikasi skala besar yang dibutuhkan dalam situasi darurat.

    Keterbatasan Informasi Menghambat Respons Kemanusiaan

    Ketika bencana besar terjadi, akses informasi yang cepat dan akurat sangat penting untuk mengoordinasikan upaya penyelamatan dan bantuan. Sayangnya, pembatasan internet di Myanmar menghalangi komunikasi antara warga yang membutuhkan pertolongan dan lembaga kemanusiaan yang ingin memberikan bantuan.

    “Dalam keadaan darurat seperti gempa bumi, di mana pemadaman listrik dan kerusakan infrastruktur sudah dapat menghambat akses ke internet, pembatasan semacam itu dapat semakin membatasi informasi yang tersedia dan berpotensi mempengaruhi pengiriman bantuan,” ujar Freeman, dikutip Pikiran-Rakyat.com dari The New York Times.

    Dahulu, sebelum kudeta, Myanmar mengalami lonjakan pengguna internet dan media sosial, terutama Facebook, yang menjadi platform utama bagi warga untuk berbagi informasi. Namun, sejak pengambilalihan militer, kebebasan digital semakin terkikis, dan saat ini Myanmar lebih tertutup dari dunia luar dibandingkan sebelumnya.***

    Simak update artikel pilihan lainnya dari kami di Google News

  • Gempa Myanmar Guncang Thailand, Menteri Keuangan Pastikan Tak Ganggu Ekonomi – Page 3

    Gempa Myanmar Guncang Thailand, Menteri Keuangan Pastikan Tak Ganggu Ekonomi – Page 3

    Liputan6.com, Jakarta – Gempa dahsyat yang melanda Myanmar terasa hingga ke Thailand pada Jumat, 28 Maret 2025. Menteri Keuangan Thailand Pichai Chunhavajira menyatakan gempa yang terjadi baru-baru ini yang terasa hingga ke Thailand tidak berdampak pada ekonomi dan struktur keuangan.

    Mengutip nationthailand.com, Sabtu (29/3/2025), Menteri Keuangan Thailand Pichai Chunhavajira menuturkan, bencana alam itu tidak menyebabkan dampak signifikan pada struktur atau sistem keuangan negara.

    Ia mengatakan, Kementerian Keuangan bersama dengan lembaga terkait, memantau situasi dengan seksama. Ia menambahkan, gempa bumi itu tidak berdampak pada operasi lembaga pemerintah, bank negara dan sistem keuangan negara.

    Pichai mencatat Kementerian Keuangan telah meluncurkan langkah-langkah pencegahan untuk memeriksa gedung dan sistemnya guna meningkatkan kepercayaan terhadap keselamatan di kalangan pegawai negeri dan masyarakat, serta untuk memastikan kelancaran operasi keuangan.

    Sementara itu, ia menambahkan, kementerian sedang evaluasi situasi secara menyeluruh dan mencari cara untuk membantu korban yang terkena dampak gempa bumi sesegera mungkin.

    Ia menyebutkan, tujuh lembaga keuangan milik negara telah diinstruksikan untuk menerapkan langkah-langkah guna meringankan penderitaan, mengurangi beban keuangan, dan meningkatkan likuiditas keuangan di antara para korban, antara lain pinjaman berbunga rendah, jaminan pinjaman, atau pelunasan utang.

    “Masyarakat dapat menghubungi cabang atau hotline semua lembaga keuangan milik negara untuk mendapatkan bantuan,” ia menambahkan.

    Ia juga menyatakan, Kantor Komisi Asuransi telah diinstruksikan untuk bekerja sama dengan Asosiasi Asuransi Jiwa Thailand dan Asosiasi Asuransi Umum Thailand untuk memantau gempa bumi dan siap membantu perusahaan asuransi.

    Pichai menekankan masyarakat, investor, dan pengusaha harus yakin sistem ekonomi Thailand kuat dan stabil. Lembaga pemerintah siap untuk mengambil semua tindakan yang diperlukan untuk mengelola situasi dengan hati-hati dan efektif.

    Ia mengatakan, Kementerian Keuangan akan memantau situasi dengan saksama dan memberikan informasi lebih lanjut jika ada perkembangan.