Topik: Gempa

  • Ramalan Terbaru Jepang soal Gempa Mematikan: 300.000 Orang Tewas

    Ramalan Terbaru Jepang soal Gempa Mematikan: 300.000 Orang Tewas

    Jakarta, CNBC Indonesia – Jepang berpotensi kehilangan nilai ekonomi senilai US$1,81 triliun atau sekitar Rp30 kuadriliun jika terjadi gempa besar yang telah lama diantisipasi di lepas pantai Pasifik. Gempa tersebut dikatakan dapat memicu tsunami dahsyat, runtuhnya ratusan bangunan, dan berpotensi menewaskan sekitar 300.000 orang.

    Berdasarkan laporan kantor kabinet yang dirilis Senin (31/3/2025), kerusakan ekonomi yang diperkirakan mencapai 270,3 triliun yen, atau hampir separuh dari total produk domestik bruto (PDB) negara itu, naik tajam dari perkiraan sebelumnya sebesar 214,2 triliun yen. Pasalnya, ada perhitungan tekanan inflasi dan data medan dan darat terkini yang telah memperluas area banjir yang diantisipasi.

    Jepang merupakan salah satu negara di dunia yang paling rawan gempa bumi, dan pemerintah memperkirakan sekitar 80 persen kemungkinan terjadinya gempa bumi berkekuatan 8 hingga 9 skala Richter di sepanjang zona dasar laut bergetar yang dikenal sebagai Palung Nankai.

    Dalam skenario terburuk, berdasarkan potensi gempa berkekuatan 9 SR di wilayah tersebut, Jepang kemungkinan akan melihat 1,23 juta orang mengungsi atau 1 persen dari total populasinya.

    Laporan itu menunjukkan, sebanyak 298.000 orang bisa meninggal dunia akibat tsunami dan bangunan runtuh jika gempa terjadi larut malam di musim dingin.

    Palung ini berada di lepas pantai Pasifik barat daya Jepang dan membentang sejauh sekitar 900 km, tempat Lempeng Laut Filipina menunjam ke bawah Lempeng Eurasia. Akumulasi tekanan tektonik dapat mengakibatkan gempa besar kira-kira sekali dalam 100 hingga 150 tahun.

    Tahun lalu Jepang mengeluarkan peringatan gempa besar pertamanya yang menyebutkan bahwa ada “peluang relatif lebih tinggi” terjadinya gempa berkekuatan 9 SR di palung, setelah gempa berkekuatan 7,1 SR terjadi di tepi palung.

    Gempa berkekuatan 9 skala Richter tahun 2011 yang memicu tsunami dahsyat dan hancurnya tiga reaktor di pembangkit listrik tenaga nuklir di timur laut Jepang menewaskan lebih dari 15.000 orang.

    (luc/luc)

  • Gempa M 6,3 di Maluku Dipicu Deformasi Batuan dalam Lempeng di Laut Banda
                
                    
                        
                            Regional
                        
                        1 April 2025

    Gempa M 6,3 di Maluku Dipicu Deformasi Batuan dalam Lempeng di Laut Banda Regional 1 April 2025

    Gempa M 6,3 di Maluku Dipicu Deformasi Batuan dalam Lempeng di Laut Banda
    Tim Redaksi
    AMBON, KOMPAS.com
    – Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (
    BMKG
    ) mengungkapkan bahwa gempa bermagnitudo 6,3 yang mengguncang Maluku Barat Daya pada Selasa (1/4/2025) malam disebabkan
    deformasi batuan
    dalam lempeng di
    Laut Banda
    .
    Direktur Gempa Bumi dan Tsunami BMKG, Daryono, menjelaskan bahwa gempa tersebut berpusat di Laut Banda pada kedalaman 157 Km.
    “Gempa bumi yang terjadi merupakan jenis gempa bumi menengah akibat adanya deformasi batuan dalam lempeng di Laut Banda,” kata Daryono dalam keterangan tertulis yang diterima Kompas.com.
    Daryono juga mengungkapkan bahwa analisis mekanisme sumber menunjukkan bahwa gempa tersebut memiliki mekanisme pergerakan mendatar naik atau oblique thrust fault.
    Getaran gempa dirasakan di Pulau Moa dengan skala intensitas IV MMI, sementara di Pulau Babar dan Pulau Romang, getaran terasa pada skala intensitas III hingga IV MMI.
    Di Pulau Damer, Luser, Pulau Tiakur, dan Pulau Leti, getaran gempa dirasakan pada skala intensitas III MMI.
    Selain di wilayah Maluku Barat Daya, getaran gempa ini juga dirasakan warga di Kupang, Belu, dan Malaka di Provinsi Nusa Tenggara Timur.
    Hingga saat ini, belum ada laporan mengenai dampak kerusakan yang ditimbulkan akibat gempa tersebut.
    Daryono mengimbau warga di Maluku Barat Daya untuk tetap tenang dan tidak terpengaruh oleh isu yang tidak bertanggung jawab.
    “Sebab gempa tersebut tidak berisiko menimbulkan tsunami,” tegasnya.
    Ia juga meminta masyarakat menghindari bangunan yang retak atau rusak akibat gempa.
    “Periksa dan pastikan bangunan tempat tinggal Anda cukup tahan gempa, ataupun tidak ada kerusakan akibat getaran gempa yang membahayakan kestabilan bangunan sebelum kembali ke dalam rumah,” pintanya.
    Copyright 2008 – 2025 PT. Kompas Cyber Media (Kompas Gramedia Digital Group). All Rights Reserved.

  • Panglima TNI Kerahkan Kapal Rumah Sakit, Hercules, dan Helikopter untuk Misi Kemanusiaan di Myanmar

    Panglima TNI Kerahkan Kapal Rumah Sakit, Hercules, dan Helikopter untuk Misi Kemanusiaan di Myanmar

    FAJAR.CO.ID, JAKARTA — Di saat umat Islam tanah air bersuka cita merayakan Hari Raya Idulfitri bersama keluarga, Tentara Nasional Indonesia (TNI) tetap sigap menjalankan tugas kemanusiaan.

    TNI akan mengerahkan prajurit beserta alutsista untuk membantu penanggulangan bencana gempa bumi yang terjadi di Myanmar.

    Panglima TNI, Jenderal TNI Agus Subiyanto, telah memerintahkan kesiapan pasukan dan Alutsista untuk mendukung misi kemanusiaan ke Myanmar pasca-gempa bumi yang melanda negara tersebut.

    Misi kemanusiaan yang disiapkan ini mencakup operasi pencarian dan penyelamatan (SAR), evakuasi medis, distribusi logistik kemanusiaan, pendirian pos medis lapangan, serta dukungan stabilisasi awal di wilayah terdampak. Bantuan ini ditujukan untuk sekitar 230.000 pengungsi yang membutuhkan pertolongan segera.

    Untuk mendukung kelancaran operasi, TNI akan mengerahkan Alutsista berupa KRI Rajiman (Kapal Rumah Sakit), pesawat C-130 Hercules, helikopter Caracal, dan helikopter Super Puma. Sebanyak 312 personel dari berbagai satuan juga akan diterjunkan guna memastikan keberhasilan misi kemanusiaan ini.

    Panglima TNI melalui Kapuspen TNI Brigjen TNI Kristomei Sianturi menyampaikan bahwa kesiapsiagaan pasukan dan Alutsista harus optimal guna memastikan keberhasilan operasi kemanusiaan ini.

    “TNI memiliki tugas tidak hanya menjaga kedaulatan negara, tetapi juga melaksanakan misi kemanusiaan, baik di dalam maupun luar negeri. Saya perintahkan seluruh jajaran terkait untuk memastikan kesiapan pasukan dan Alutsista guna mendukung operasi bantuan kemanusiaan ke Myanmar,” kata Panglima TNI Jenderal TNI Agus Subiyanto, dikutip pada Selasa (1/4/2025).

  • 7
                    
                        Gempa M 6,3 Guncang Maluku Barat Daya Selasa Sore, Terasa hingga NTT dan Timor Leste
                        Regional

    7 Gempa M 6,3 Guncang Maluku Barat Daya Selasa Sore, Terasa hingga NTT dan Timor Leste Regional

    Gempa M 6,3 Guncang Maluku Barat Daya Selasa Sore, Terasa hingga NTT dan Timor Leste
    Tim Redaksi
    KUPANG, KOMPAS.com –
    Gempa bumi dengan magnitudo 6,3 mengguncang wilayah Maluku Barat Daya, Provinsi Maluku, pada Selasa (1/4/2025) petang.
    Kepala Stasiun Geofisika
    Kupang, Pak
    Arief Tyastama
    , mengatakan bahwa gempa tersebut terjadi pukul 18.15 Wita.
    Lokasi gempa berada pada 7,68 derajat lintang selatan dan 128,57 derajat bujur timur.
    “Pusat gempa 101 kilometer timur laut Maluku Barat Daya, Provinsi Maluku dengan kedalaman 150 kilometer,” kata Arief dalam keterangan tertulis, Selasa petang.
    Gempa dirasakan di sejumlah wilayah di Provinsi Nusa Tenggara Timur (NTT) hingga negara Timor Leste.
    Wilayah di NTT yang merasakan getaran gempa bumi yakni di Kabupaten Timor Tengah Utara, Kabupaten Malaka, dan Kota Kupang.
    Hingga saat ini, kata Arief, belum ada laporan kerusakan bangunan akibat guncangan gempa.
    Copyright 2008 – 2025 PT. Kompas Cyber Media (Kompas Gramedia Digital Group). All Rights Reserved.

  • Gempa Myanmar, Kepala BNPB Pastikan Kondisi WNI Aman, Tak Ada Korban Luka-luka atau Korban Jiwa – Halaman all

    Gempa Myanmar, Kepala BNPB Pastikan Kondisi WNI Aman, Tak Ada Korban Luka-luka atau Korban Jiwa – Halaman all

    TRIBUNNEWS.COM – Kepala Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) Suharyanto buka suara terkait gempa bumi yang terjadi di Myanmar.

    Diketahui sebelumnya Myanmar diguncang gempa bumi dengan magnitudo 7,7 pada Jumat (28/3/2025).

    Suharyanto memastikan kondisi warga negara Indonesia (WNI) di Myanmar aman dan dalam kondisi baik.

    Hal tersebut diungkap Suharyanto saat melepas tim Satgas Kemanusiaan yang akan diberangkatkan ke Myanmar untuk membantu korban gempa di Lanud Halim Perdanakusuma, Jakarta Timur, Selasa (1/4/2025).

    “Nah, sejauh ini WNI aman, Alhamdulillah baik,” kata Suharyanto dilansir Kompas.com, Selasa (1/4/2025).

    Tak hanya itu, Suharyanto juga menyebut bahwa tidak ada WNI yang menjadi korban dari gempa Myanmar ini.

    “Yang luka-luka, apalagi korban jiwa, tidak ada,” imbuhnya.

    Meski demikian, korban gempa bumi Myanmar kini sudah menyebabkan korban jiwa lebih dari 2.600 jiwa.

    Masih banyak juga korban yang diduga terjebak di reruntuhan bangunan yang roboh akibat gempa.

    “Akibat yang diderita sungguh luar biasa, per hari ini tercatat yang meninggal sudah di atas 2.600 tetapi yang masih perlu diselamatkan juga masih banyak,” terang Suharyanto.

    Menurut Suharyanto kondisi gempa yang terjadi di Myanmar ini sangat jauh berbeda dengan yang pernah terjadi di Indonesia.

    Mengingat Myanmar merupakan wilayah konflik.

    Meski demikian Suharyanto tetap memompa semangat Satgas Kemanusiaan dengan mengingat kembali pengalaman membantu korban gempa di Turki dan Suriah.

    Dimana pada saat itu Satgas bisa mengevakuasi jenazah meski sudah tidak dalam waktu-waktu emas atau golden time.

    “Atau kalau Basarnas pernah melaksanakan tugas serupa tahun 2023 ketika Turki dan Suriah terkena gempa, mungkin situasinya lebih sulit saat ini.”

    “Karena disana diinformasikan bahwa komunikasi juga belum berjalan dengan baik, kemudian juga beberapa daerah listriknya masih padam, tentu saja nanti yang mendukung pelaksanaan tugas tim ini juga sangat terbatas.”

    “Bahkan walaupun sudah lewat golden time, waktu itu kita memberangkatkan lebih dari seminggu setelah kejadian gempa, masih bisa menemukan 15 jenazah.”

    “Nah, saya rasa pengalaman itu menjadi modal yang berharga bagi Bapak Ibu sekalian ketika sekarang melaksanakan tugas ke daerah operasi Myanmar,” tegas Suharyanto.

    TNI Kirimkan Satgas Bantuan Kemanusiaan untuk Gempa Myanmar

     TNI mengirimkan bantuan kemanusiaan untuk korban bencana alam di Myanmar.

    Wakil Menteri Pertahanan Republik Indonesia (Wamenhan RI) Marsekal Madya TNI (Purn) Donny Ermawan memimpin Apel Kesiapan dan Pemberangkatan Satgas Bantuan Kemanusiaan (Banusia) Luar Negeri tersebut.

    Ia meninjau langsung kesiapan dan pemberangkatan bantuan kemanusiaan di Pangkalan Udara (Lanud) TNI AU Halim Perdanakusuma, Jakarta, Senin (31/03/2025).

    Dalam sambutannya, Wamenhan RI menegaskan bahwa misi ini merupakan wujud kepedulian bangsa Indonesia terhadap masyarakat internasional yang terdampak bencana.

    “Saya memberikan apresiasi kepada personel yang akan berangkat melaksanakan Satgas Bantuan Kemanusiaan, di tengah cuti lebaran harus kembali untuk melaksanakan  tugas negara ini,” ujarnya.

    Satgas Bantuan Kemanusiaan Bencana Gempa Bumi dipimpin oleh Kolonel Pnb Beni Aprianto sebagai Mission Commander beserta 37 personel yang terdiri dari TNI, PMK, BNPB dan BASARNAS.

    Keberangkatan Tim Aju Satgas Bantuan Kemanusiaan ini membawa bantuan kemanusiaan serta menjalankan misi tanggap darurat di wilayah terdampak.

    Rombongan diberangkatkan menggunakan pesawat Hercules milik TNI AU C-130J-30 Super Hercules A-1342, yang membawa muatan logistik seberat 12.240 Kg yang terdiri dari 30 Tenda dari Kemhan, Bahan makanan (Super Mie) dari Kemhan, Logistik BNPB, dan 1 Unit Truck Basarnas.

    Pesawat Hercules yang membawa Satgas dan bantuan kemanusiaan dijadwalkan akan menempuh perjalanan langsung ke Myanmar dengan rute penerbangan Halim PK – Banda Aceh (RON) – Naypyidaw (NPT), Myanmar  dan bergabung dengan tim tanggap darurat di lokasi bencana.

    Disela Apel Kesiapan dan Pemberangkatan Satgas Bantuan Kemanusiaan Luar Negeri ini, Letda infantri Lutfi Komandan Peleton (Danton) dari Bataliyon Infanteri 305/Tengkorak menegaskan telah mendapatkan tugas dalam bantuan kemanusiaan di tengah cuti bersama keluarga.

    “Telah mendapatkan perintah tugas ditengah melaksanakan cuti lebaran bersama keluarga di Kabupaten Bandung pada malam takbiran dan diperintahkan untuk kembali ke Bataliyon meninggalkan istri dan kedua anaknya di kampung halaman,” pungkasnya.

    (Tribunnews.com/Faryyanida Putwiliani/Taufik Ismail)(Kompas.com/Nicholas Ryan Aditya)

  • WHO Buka Suara soal Kondisi Fasilitas Kesehatan di Myanmar Pasca Gempa

    WHO Buka Suara soal Kondisi Fasilitas Kesehatan di Myanmar Pasca Gempa

    Jakarta

    Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) mengirim 3 ton pasokan medis ke rumah sakit di Nay Pyi Taw dan Mandalay yang paling parah terkena dampak gempa bumi di Myanmar setelah dua gempa bumi kuat berkekuatan 7,7 SR dan 6,4 SR mengguncang negara itu pada Jumat (28/3).

    Pasokan medis yang terdiri dari peralatan trauma dan tenda serbaguna telah mencapai rumah sakit dengan 1.000 tempat tidur di Nay Pyi Taw dan segera mencapai Rumah Sakit Umum Mandalay, dua rumah sakit utama yang merawat korban luka di daerah tersebut.

    “Rumah sakit kewalahan menampung ribuan korban luka yang membutuhkan perawatan medis. Ada kebutuhan besar untuk perawatan trauma dan bedah, pasokan transfusi darah, anestesi, obat-obatan penting, pengelolaan korban massal, air bersih dan sanitasi, kesehatan mental dan dukungan psikososial, dan lain-lain,” tulis WHO dikutip dari keterangan resminya, Selasa (1/4/2025).

    WHO juga mempersiapkan pengiriman kedua yang terdiri dari Peralatan Kesehatan Darurat Antar-Lembaga dengan setiap peralatan berisi persediaan untuk merawat 10.000 orang selama tiga bulan. Pihaknya juga memberikan dukungan operasional kepada tim tanggap cepat yang ditempatkan di rumah sakit di daerah yang terkena dampak.

    Skala kematian, cedera, dan kerusakan fasilitas kesehatan di Myanmar disebut belum sepenuhnya dipahami. Korban kemungkinan paling banyak berada di daerah perkotaan Mandalay, Sagaing, dan Nay Pyi Taw, tempat gempa bumi menyebabkan kerusakan besar pada bangunan dan struktur.

    Menurut laporan awal, di Nay Pyi Taw beberapa fasilitas kesehatan publik dan swasta termasuk poliklinik besar telah rusak. Informasi dari Sagaing terbatas karena listrik dan komunikasi sebagian besar terganggu.

    Situasi di Myanmar mengkhawatirkan mengingat besarnya permintaan terhadap layanan kesehatan yang sudah rapuh di daerah yang dilanda konflik. Sebelum gempa bumi ini, 12,9 juta orang diperkirakan membutuhkan intervensi kesehatan kemanusiaan di Myanmar pada tahun 2025.

    (kna/kna)

  • Terus Melonjak, Korban Tewas Gempa M 7,7 Myanmar Jadi 2.719 Orang

    Terus Melonjak, Korban Tewas Gempa M 7,7 Myanmar Jadi 2.719 Orang

    Naypyidaw

    Korban tewas akibat gempa Myanmar terus melonjak. Kini, korban tewas yang telah ditemukan berjumlah 2.719 orang.

    Dilansir Reuters, Selasa (1/4/2025), pemimpin militer Myanmar Min Aung Hlaing mengatakan jumlah korban tewas diperkirakan akan meningkat menjadi lebih dari 3.000 orang. Dia juga mengatakan ada 4.521 orang terluka dan 441 orang yang masih hilang.

    Gempa bermagnitudo (M) 7,7 yang terjadi sekitar jam makan siang pada Jumat (28/3) adalah yang terkuat di Myanmar dalam lebih dari satu abad. Gempa dahsyat itu telah merobohkan pagoda kuno dan bangunan modern.

    Kantor Koordinasi Urusan Kemanusiaan Perserikatan Bangsa-Bangsa menyebut 50 anak dan dua guru tewas ketika gedung prasekolah mereka di Mandalay, Myanmar, runtuh saat gempa. Warga kini kesulitan air bersih dan sanitasi.

    “Di wilayah yang paling parah dilanda masyarakat berjuang untuk memenuhi kebutuhan dasar mereka, seperti akses ke air bersih dan sanitasi, sementara tim darurat bekerja tanpa lelah untuk menemukan korban selamat dan memberikan bantuan yang menyelamatkan jiwa,” kata badan PBB itu dalam sebuah laporan.

    Komite Penyelamatan Internasional mengatakan tempat berlindung, makanan, air, dan bantuan medis semuanya dibutuhkan di tempat-tempat seperti Mandalay yang dekat episentrum gempa. Orang-orang disebut masih takut berada di rumah karena potensi gempa susulan.

    Perang saudara di Myanmar, tempat junta merebut kekuasaan dalam kudeta pada tahun 2021, telah mempersulit upaya menjangkau korban terluka dan kehilangan tempat tinggal. Amnesty International mengatakan junta militer Myanmar perlu mengizinkan bantuan untuk menjangkau wilayah-wilayah negara yang tidak berada di bawah kendalinya.

    Kontrol ketat junta militer atas jaringan komunikasi, kerusakan jalan, jembatan, dan infrastruktur lain yang disebabkan oleh gempa bumi telah memperparah tantangan bagi para pekerja bantuan. Para pejabat Thailand mengatakan pertemuan para pemimpin regional di Bangkok akhir minggu ini akan tetap berjalan sesuai rencana, meskipun Min Aung Hlaing dari junta militer mungkin akan hadir melalui telekonferensi.

    Sebelum gempa bumi melanda, sumber-sumber mengatakan kepala junta militer diperkirakan akan melakukan perjalanan luar negeri yang jarang terjadi untuk menghadiri pertemuan puncak di Bangkok pada tanggal 3-4 April.

    Sementara itu, tim penyelamat masih menyisir reruntuhan gedung pencakar langit yang belum selesai dibangun dan runtuh di Bangkok, Thailand. Gedung itu runtuh total saat gempa Myanmar mengguncang.

    Tim penyelamat berupaya mencari tanda-tanda kehidupan. Namun, tim penyelamat menyadari peluang menemukan korban selamat semakin kecil setelah 4 hari gempa berlalu.

    “Ada sekitar 70 mayat di bawah sana dan kami berharap dengan keajaiban satu atau dua masih hidup,” kata pemimpin tim penyelamat, Bin Bunluerit, di lokasi pembangunan.

    Wakil Gubernur Bangkok Tavida Kamolvej mengatakan enam sosok berbentuk manusia telah terdeteksi oleh pemindai, tetapi tidak ada gerakan atau tanda-tanda vital. Para ahli kini tengah mencari cara untuk menjangkau mereka dengan aman.

    Upaya pencarian dan penyelamatan terus berlanjut di lokasi, didukung oleh tim multinasional termasuk personel dari Amerika Serikat dan Israel.

    “Tim penyelamat melakukan yang terbaik. Saya bisa melihatnya,” kata Artithap Lalod (19) yang sedang menunggu kabar tentang saudaranya.

    Sebanyak 13 orang tewas di lokasi pembangunan itu. Sementara 74 orang masih hilang. Jumlah korban tewas secara nasional akibat gempa M 7,7 di Thailand mencapai 20 orang.

    (haf/imk)

    Hoegeng Awards 2025

    Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini

  • Gempa Dahsyat Myanmar Disebut Sangat Merusak, Begini Penjelasannya

    Gempa Dahsyat Myanmar Disebut Sangat Merusak, Begini Penjelasannya

    Jakarta, CNBC Indonesia – Gempa bumi dahsyat berkekuatan magnitudo 7,7 yang berpusat di wilayah Sagaing, dekat Kota Mandalay, Myanmar, menyebabkan kerusakan besar. Gempa pada Jumat (29/3/2025) pekan lalu itu pun turut mengguncang wilayah tetangga, Thailand.

    Myanmar berada di batas pertemuan dua lempeng tektonik dan termasuk salah satu negara dengan aktivitas seismik paling tinggi di dunia. Namun, gempa besar dan merusak relatif jarang terjadi di wilayah Sagaing.

    “Batas lempeng antara Lempeng India dan Lempeng Eurasia membentang dari utara ke selatan dan memotong bagian tengah Myanmar,” jelas profesor sekaligus pakar gempa dari University College London (UCL), Joanna Faure Walker dilansir laman Reuters, Selasa (1/3/2025).

    Ia mengatakan, kedua lempeng tersebut bergerak saling melewati secara horizontal dengan kecepatan berbeda. Pergerakan ini menyebabkan jenis gempa “strike-slip” yang umumnya tidak sekuat gempa di zona subduksi seperti di Sumatera, di mana satu lempeng menunjam ke bawah lempeng lainnya. Meski demikian, gempa “strike-slip” tetap bisa mencapai magnitudo antara 7 hingga 8.

    Sagaing pernah diguncang beberapa kali dalam beberapa tahun terakhir. Salah satunya pada 2012, gempa magnitudo 6,8 menewaskan sedikitnya 26 orang dan melukai puluhan lainnya.

    Namun, gempa pada Jumat disebut sebagai “mungkin yang terbesar” yang mengguncang wilayah daratan Myanmar dalam 75 tahun terakhir, menurut Bill McGuire, pakar gempa dari UCL.

    Foto: Gambar satelit menunjukkan luasnya kerusakan di Myanmar setelah gempa berkekuatan 7,7 SR mengguncang pada Jumat (28/3). (Tangkapan Layar CNN Internasional via Maxar Technologies_
    Gambar satelit menunjukkan luasnya kerusakan di Myanmar setelah gempa berkekuatan 7,7 SR mengguncang pada Jumat (28/3). (Tangkapan Layar CNN Internasional via Maxar Technologies_

    Peneliti kehormatan di British Geological Survey, Roger Musson mengatakan, kedalaman gempa yang dangkal membuat dampaknya jauh lebih parah. Menurut Survei Geologi Amerika Serikat (USGS), pusat gempa hanya berada pada kedalaman 10 km.

    “Ini sangat merusak karena terjadi di kedalaman yang dangkal, sehingga gelombang kejutnya tidak sempat melemah saat merambat ke permukaan. Bangunan pun menerima guncangan secara penuh,” ujarnya.

    Ia juga menambahkan, penting untuk tidak hanya fokus pada titik episentrum, sebab gelombang seismik menyebar dari sepanjang patahan, bukan dari satu titik saja. Program Bahaya Gempa Bumi USGS pada Jumat mencatat, jumlah korban jiwa bisa mencapai 10.000 hingga 100.000 orang, dengan dampak ekonomi yang diperkirakan bisa mencapai 70% dari PDB Myanmar.

    Musson menjelaskan, perkiraan tersebut didasarkan pada data gempa masa lalu, serta mempertimbangkan ukuran Myanmar, lokasi gempa, dan kesiapan infrastrukturnya terhadap bencana. Minimnya kejadian gempa besar di wilayah Sagaing yang dekat dengan kota padat penduduk seperti Mandalay, menyebabkan infrastruktur tidak dirancang untuk menahan gempa berkekuatan tinggi. Hal ini berpotensi memperburuk dampak kerusakan.

    Menurut Musson, gempa besar terakhir di wilayah tersebut terjadi pada tahun 1956. Besar kemungkinan rumah-rumah tidak dibangun dengan standar tahan gempa saat itu.

    “Kebanyakan aktivitas seismik di Myanmar terjadi di bagian barat. Sementara gempa kali ini justru melintasi bagian tengah negara,” katanya.

    (wur)

  • Kepala BNPB: Korban Jiwa Gempa Myanmar di Atas 2.600, Masih Banyak yang Perlu Diselamatkan
                
                    
                        
                            Nasional
                        
                        1 April 2025

    Kepala BNPB: Korban Jiwa Gempa Myanmar di Atas 2.600, Masih Banyak yang Perlu Diselamatkan Nasional 1 April 2025

    Kepala BNPB: Korban Jiwa Gempa Myanmar di Atas 2.600, Masih Banyak yang Perlu Diselamatkan
    Tim Redaksi
    JAKARTA, KOMPAS.com
    – Kepala Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB)
    Suharyanto
    mengatakan, data yang ia peroleh hingga hari ini tercatat lebih dari 2.600 korban jiwa akibat gempa bumi di Myanmar.
    Hal ini disampaikan Suharyanto saat melepas
    tim Satgas Kemanusiaan
    yang akan diberangkatkan ke Myanmar untuk membantu korban gempa.
    “Akibat yang diderita sungguh luar biasa, per hari ini tercatat yang meninggal sudah di atas 2.600 tetapi yang masih perlu diselamatkan juga masih banyak,” kata Suharyanto, dalam amanatnya saat melepas Satgas Kemanusiaan di Lanud Halim Perdanakusuma, Jakarta Timur, Selasa (1/4/2025).
    Sebelum melepas keberangkatan mereka, Suharyanto mengingatkan Satgas Kemanusiaan tentang kondisi di Myanmar saat ini.
    Menurutnya, kondisi di sana jelas berbeda dengan Indonesia. Selain karena wilayah konflik, Myanmar juga tengah dilanda bencana.
    “Atau kalau Basarnas pernah melaksanakan tugas serupa tahun 2023 ketika Turki dan Suriah terkena gempa, mungkin situasinya lebih sulit saat ini,” pesan Suharyanto.
    “Karena di sana diinformasikan bahwa komunikasi juga belum berjalan dengan baik, kemudian juga beberapa daerah listriknya masih padam, tentu saja nanti yang mendukung pelaksanaan tugas tim ini juga sangat terbatas,” tambah dia.
    Kendati begitu, ia memompa semangat Satgas Kemanusiaan dengan mengingat kembali pengalaman membantu korban gempa di Turki dan Suriah.
    Di mana, sebut Suharyanto, Satgas bahkan bisa mengevakuasi jenazah meski sudah tidak dalam waktu-waktu emas atau
    golden time
    .
    “Bahkan walaupun sudah lewat
    golden time
    , waktu itu kita memberangkatkan lebih dari seminggu setelah kejadian gempa, masih bisa menemukan 15 jenazah. Nah, saya rasa pengalaman itu menjadi modal yang berharga bagi Bapak Ibu sekalian ketika sekarang melaksanakan tugas ke daerah operasi Myanmar,” tegas jenderal TNI bintang tiga itu.
    Terakhir, Suharyanto mengonfirmasi bahwa hingga kini tiada warga negara Indonesia (WNI) yang menjadi korban jiwa maupun luka akibat gempa bumi di Myanmar.
    “Nah, sejauh ini WNI aman, Alhamdulillah baik. Yang luka-luka, apalagi korban jiwa, tidak ada,” tutur dia.
    Diberitakan sebelumnya, gempa bumi dahsyat mengguncang Myanmar dengan magnitudo 7,7 pada Jumat (28/3/2025).
    Menurut laporan kantor berita AFP, Senin (31/3/2025), Indonesia mengirim tim pencarian dan penyelamatan, tim medis, dan
    bantuan logistik
    ke Myanmar.
    Selain itu, militer Indonesia juga akan mengirim sebuah kapal rumah sakit, tiga pesawat Hercules, dan empat helikopter untuk membantu tanggap darurat.
    Pada Senin, Kementerian Pertahanan telah memberikan 12 ton bantuan logistik ke Myanmar.
    Bantuan dari Indonesia ini diharapkan dapat meringankan beban para korban serta mempercepat proses pemulihan di wilayah terdampak bencana tersebut.
    Selain Indonesia, negara-negara tetangga, seperti Malaysia, Vietnam, dan Filipina turut berkontribusi dalam memberikan bantuan untuk Myanmar.
    Copyright 2008 – 2025 PT. Kompas Cyber Media (Kompas Gramedia Digital Group). All Rights Reserved.

  • Indonesia Kirim 12 Ton Bantuan Logistik untuk Korban Gempa Myanmar

    Indonesia Kirim 12 Ton Bantuan Logistik untuk Korban Gempa Myanmar

    Bisnis.com, JAKARTA — Indonesia melalui Kementerian Pertahanan (Kemhan) RI mengirim sebanyak 12 ton bantuan logistik bagi korban gempa bumi Myanmar, Senin (31/3/2025).

    Kemhan RI menyatakan bahwa pengiriman bantuan tersebut dilakukan dengan menggunakan pesawat Hercules TNI AU yang membawa personel dan bantuan logistik, Senin (31/3/2025).

    Tim Aju bantuan Indonesia yang berangkat berjumlah 39 orang, terdiri dari personel TNI, BNPB, Kementerian Luar Negeri (Kemlu), Basarnas, Baznas, dan Kementerian Kesehatan (Kemenkes).

    Tim Aju ini diberangkatkan menggunakan Pesawat Hercules C-130J-30 Super Hercules A-1342 yang memiliki kapasitas muatan logistik dan alat kelengkapan sebanyak 12 ton hingga 15 ton.

    Adapun bantuan logistik tersebut berasal dari TNI, Basarnas, Baznas, serta berbagai elemen pemerintah dan masyarakat. 

    Melansir laman resmi TNI, bantuan logistik yang dikirim meliputi 20 unit tenda serba guna, selimut, sarung, dan makanan siap saji dari Kementerian Pertahanan RI, bantuan logistik tambahan dari BNPB, serta satu unit truk dari Basarnas untuk operasional di lokasi.

    Pesawat Hercules diberangkatkan dari Lanud Halim Perdanakusuma Jakarta, pada pukul 15.30 WIB, Senin (31/3/2025), dengan rute Halim Perdanakusuma, melalui Banda Aceh ke Naypyidaw, Myanmar.

    Setelah mengantar bantuan, pesawat Hercules akan langsung kembali ke Indonesia pada Selasa (1/4/2025) dengan rute Naypyidaw Myanmar, ke Banda Aceh, lalu menuju Halim Perdanakusuma, Jakarta.

    Adapun pengiriman bantuan ini sebagai bentuk komitmen Indonesia dalam membantu masyarakat yang terdampak gempa di Myanmar dan akan dilakukan dalam beberapa tahap pemberangkatan. 

    Seperti diketahui, gempa bumi berkekuatan 7,7 Skala Richter (SR) mengguncang Myanmar, Jumat (28/3/2025) dengan guncangan gempa terasa kuat hingga ke Bangkok, Thailand. Korban tewas sudah lebih dari 2.000 orang hingga Selasa (1/4/2025).