Topik: ekspor

  • Bertemu Presiden Lula, Prabowo Dorong Perjanjian Dagang RI-Amerika Latin

    Bertemu Presiden Lula, Prabowo Dorong Perjanjian Dagang RI-Amerika Latin

    Bisnis.com, JAKARTA — Presiden Prabowo Subianto dan Presiden Brasil Luiz Inácio Lula da Silva menegaskan komitmen untuk memperkuat hubungan persahabatan dan mempercepat kerja sama ekonomi antara Indonesia dan Brasil, termasuk melalui penyelesaian Indonesia–Mercosur Comprehensive Economic Partnership Agreement (IM-CEPA). 

    Hal ini dia sampaikan saat menerima kunjungan kenegaraan Presiden Brasil Luiz Inácio Lula da Silva di Istana Kepresidenan Jakarta, Kamis (23/10/2025). 

    Prabowo menyoroti kemajuan signifikan dalam hubungan bilateral Indonesia–Brasil, khususnya di sektor ekonomi. Dia menyebut bahwa kedua negara terus mempersiapkan dialog menuju perjanjian ekonomi komprehensif Indonesia–Mercosur (IM-CEPA), yang diyakininya akan membawa dampak besar bagi pertumbuhan ekonomi kedua kawasan.

    “Yang Mulia [Presiden Lula], saya senang melihat kemajuan hubungan bilateral kita, khususnya di bidang ekonomi. Kita terus merencanakan dialog ke arah Perjanjian Ekonomi Komprehensif antara Indonesia dan Mercosur. Saya yakin ini akan mempererat hubungan kita dan membuat kedua ekonomi kita serta ekonomi Amerika Latin berkembang pesat,” ungkap Prabowo.

    Presiden Ke-8 RI itu juga menekankan posisi strategis Indonesia dan Brasil sebagai dua kekuatan ekonomi baru dunia dengan populasi gabungan hampir setengah miliar jiwa. 

    Dia menilai kerja sama yang lebih erat, termasuk melalui BRICS dan Mercosur, akan menjadi pendorong utama lahirnya kekuatan ekonomi global baru dari negara-negara Selatan.

    “Kedua negara kita jumlahnya 500 juta manusia, setengah miliar dari populasi dunia. Apalagi kita sekarang bagian dari BRICS. Apabila kita nanti menghasilkan perjanjian Mercosur–Indonesia atau CEPA, itu akan sangat mendorong kekuatan ekonomi besar,” kata Prabowo.

    Orang nomor satu di Indonesia itu menambahkan, dalam kunjungan kali ini kedua negara akan menandatangani empat perjanjian dan nota kesepahaman penting sebagai bukti kemajuan konkret dalam waktu singkat sejak pertemuan terakhir.

    “Hari ini kita akan menandatangani empat persetujuan dan kesepahaman yang cukup penting. Ini bukti bahwa kita telah bekerja dengan cepat. Terakhir saya bertemu bulan Juli, sekarang Oktober hanya dua bulan dan kita sudah menghasilkan kemajuan yang pesat,” pungkasnya.

    Sebelumnya, kedua negara sepakat memperkuat kerja sama di sektor perdagangan dan investasi saat kunjungan kenegaraan Prabowo pada Juli 2025 lalu.

    Salah satunya, agar segera menyelesaikan Perjanjian Ekonomi Komprehensif antara Indonesia dan Mercosur (IM-CEPA). Mercosur adalah blok perdagangan di Amerika Selatan yang beranggotakan Argentina, Brasil, Paraguay, dan Uruguay.

    Saat itu, Presiden Prabowo Subianto juga mendorong kerja sama bilateral melalui peran  BPI Danantara. Menurutnya, Indonesia terbuka untuk berdiskusi terkait dengan sektor peternakan, pengembangan agrikultur, serta industri pangan.

    Hubungan antara Indonesia dan Brasil memiliki sejarah panjang di dalam hubungan diplomatik yang telah berjalan sejak 1953, kedua negara secara konsisten mempererat kerja sama yang komprehensif di berbagai sektor untuk menopang pertumbuhan ekonomi. Brasil merupakan mitra strategis Indonesia di kawasan Amerika Latin. 

    Peningkatan ekspor Indonesia ke Brasil pun sebesar 9,31% pada 2024 yang menjadi salah satu indikator positif dalam kerja sama yang dapat terus dikembangkan ke depan. Indonesia juga berupaya menjalin kerja sama ekonomi komprehensif dengan blok pasar dagang di Amerika Selatan yang dipimpin Brasil.

    Setelah pembicaraan bilateral, kedua kepala negara menyampaikan pernyataan pers bersama kepada media, menegaskan komitmen kedua negara dalam memperkuat kerja sama bilateral dan mendorong kemitraan.

    Brasil dan Indonesia saat ini juga merupakan anggota aktif dari forum strategis global seperti BRICS, yang menjadi wadah penting dalam kerja sama multilateral negara-negara berkembang.

  • Lula da Silva Ungkap Minat Investasi AI hingga Data Center ke Prabowo

    Lula da Silva Ungkap Minat Investasi AI hingga Data Center ke Prabowo

    Bisnis.com, JAKARTA — Presiden Republik Federasi Brasil Luiz Inácio Lula da Silva menyampaikan harapan agar kunjungan kenegaraan ke Indonesia menjadi momentum memperbarui kemitraan strategis dan membuka peluang baru, termasuk di bidang perdagangan, investasi, dan inovasi teknologi seperti kecerdasan buatan (artificial intelligence).

    Hal itu disampaikan dalam pertemuan tête-à-tête atau tatap muka dengan Presiden Republik Indonesia Prabowo Subianto di Istana Kepresidenan Jakarta, Kamis (23/10/2025).

    “Saya datang dengan harapan besar untuk memperbarui kemitraan strategis dan membentuk kesepakatan baru, tidak hanya dalam perdagangan bilateral, tetapi juga investasi di bidang-bidang baru seperti kecerdasan buatan dan pusat data untuk memperdalam inovasi ilmiah dan teknologi,” jelasnya.

    Selain itu, Presiden Brasil menekankan pentingnya memperkuat hubungan antaruniversitas dan mendorong kebijakan perdagangan yang seimbang dan saling menguntungkan bagi kedua negara.

    “Kebijakan perdagangan harus seimbang dan menjadi keuntungan bagi kedua pihak. Indonesia adalah mitra strategis bagi Brasil,” tegasnya.

    Dalam sambutannya, Presiden Lula da Silva mengungkapkan rasa bahagia dapat kembali berkunjung ke Indonesia setelah 17 tahun. Dia mengingatkan bahwa kemitraan strategis antara kedua negara telah dimulai sejak 2008 dan terus mengalami perkembangan positif, meskipun menurutnya masih ada ruang besar untuk peningkatan kerja sama.

    “Dengan penuh sukacita saya kembali ke Indonesia setelah 17 tahun. Pada 2008 kita membangun kemitraan strategis, dan sejak itu hubungan kita berkembang secara positif. Namun, saya pikir kita masih tertinggal dari potensi besar yang dimiliki kedua negara,” kata Lula da Silva. 

    Dia menyoroti besarnya potensi kedua negara yang mewakili hampir 500 juta penduduk dunia yaitu sekitar 280 juta di Indonesia dan 210 juta di Brasil serta sama-sama memiliki ekonomi berkembang. Lula menekankan pentingnya kebijakan sosial untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat di kedua negara.

    “Kedua bangsa kita masih memiliki banyak pekerjaan untuk meningkatkan kesejahteraan rakyat, sehingga memerlukan program sosial yang kuat. Saya berharap dalam kunjungan ini dan melalui pertemuan kita, dapat dihasilkan kemajuan politik, ekonomi, sosial, dan ilmiah bagi rakyat Indonesia dan Brasil,” ujarnya.

    Lula da Silva juga mengingat kunjungan kenegaraan Presiden Prabowo ke Brasil sebelumnya, serta menyampaikan dukungannya agar Indonesia dapat menjadi anggota penuh BRICS di masa mendatang.

    “Kami berharap Indonesia dapat menjadi mitra strategis yang fundamental dan memperkuat posisi negara-negara Selatan secara global. Saya datang dengan harapan tinggi dan semangat besar untuk membangun hubungan yang lebih produktif dan membawa manfaat bagi rakyat kedua negara,” tutur Lula menutup pernyataannya.

    Sebelumnya, kedua negara sepakat memperkuat kerja sama di sektor perdagangan dan investasi saat kunjungan kenegaraan Prabowo pada Juli 2025 lalu. Salah satunya, agar segera menyelesaikan Perjanjian Ekonomi Komprehensif antara Indonesia dan Mercosur (IM-CEPA). Mercosur adalah blok perdagangan di Amerika Selatan yang beranggotakan Argentina, Brasil, Paraguay, dan Uruguay.

    Saat itu, Presiden Prabowo Subianto juga mendorong kerja sama bilateral melalui peran dari Badan Pengelola Investasi Daya Anagata Nusantara (BPI Danantara). Dia menambahkan, Indonesia terbuka untuk berdiskusi terkait dengan sektor peternakan, pengembangan agrikultur, serta industri pangan.

    Hubungan antara Indonesia dan Brasil memiliki sejarah panjang di dalam hubungan diplomatik yang telah berjalan sejak 1953, kedua negara secara konsisten mempererat kerja sama yang komprehensif di berbagai sektor untuk menopang pertumbuhan ekonomi. Brasil merupakan mitra strategis Indonesia di kawasan Amerika Latin.

    Peningkatan ekspor Indonesia ke Brasil pun sebesar 9,31% pada 2024 yang menjadi salah satu indikator positif dalam kerja sama yang dapat terus dikembangkan ke depan. Indonesia juga berupaya menjalin kerja sama ekonomi komprehensif dengan blok pasar dagang di Amerika Selatan yang dipimpin Brasil.

    Setelah pembicaraan bilateral, kedua kepala negara menyampaikan pernyataan pers bersama kepada media, menegaskan komitmen kedua negara dalam memperkuat kerja sama bilateral dan mendorong kemitraan.

    Brasil dan Indonesia saat ini juga merupakan anggota aktif dari forum strategis global seperti BRICS, yang menjadi wadah penting dalam kerja sama multilateral negara-negara berkembang.

  • Ketika Dunia Terjebak di Antara Dua Raksasa

    Ketika Dunia Terjebak di Antara Dua Raksasa

    Jakarta

    Ada yang berubah dalam wajah globalisasi. Dunia yang dulu percaya bahwa perdagangan bebas adalah jembatan menuju kemakmuran kini justru terbelah oleh tembok tarif dan sekat teknologi.

    Amerika Serikat dan Tiongkok-dua raksasa yang dulu saling membutuhkan-kini saling mencurigai. Perseteruan dagang yang pernah redup, kembali menyala dengan bara baru: perang atas masa depan ekonomi hijau dan kecerdasan buatan.

    Washington menaikkan tarif hingga 100 persen untuk mobil listrik asal Tiongkok, dengan dalih melindungi industri dalam negerinya. Beijing membalas dengan langkah senyap: membatasi ekspor grafit, gallium, dan germanium-bahan yang menjadi darah bagi industri baterai dan chip semikonduktor.

    Dunia pun bergetar, sebab yang diguncang bukan hanya harga, melainkan struktur kekuasaan ekonomi global.

    Dalam laporan IMF (2025), ketegangan ini diperkirakan memangkas pertumbuhan ekonomi dunia hingga 0,7 persen. Nilai yang tampak kecil di atas kertas, namun sejatinya menggoyang jutaan lapangan kerja dan rantai pasok lintas benua.

    AS kini menanggung defisit perdagangan USD 128 miliar terhadap Tiongkok, sementara ekspor Tiongkok ke negara-negara selatan melonjak-pertanda strategi Beijing mengalihkan porosnya ke BRICS, ASEAN, dan Afrika.

    Namun perang ini bukan lagi tentang baja atau tekstil, melainkan tentang siapa yang menguasai algoritma dan energi bersih. Tiongkok menguasai 80 persen pasar global baterai kendaraan listrik dan lebih dari 60 persen logam tanah jarang (rare earth) yang jadi bahan dasar chip dan turbin angin.

    Sementara AS berupaya mempertahankan supremasi lewat subsidi besar-besaran untuk energi bersih dan pembatasan ekspor teknologi tinggi. Dunia menyaksikan dua raksasa bertarung di medan baru: medan ideologi ekonomi.

    Kini globalisasi bergerak dengan wajah lain. Ia tak lagi menebarkan keterbukaan, melainkan menciptakan blok-blok kepentingan yang semakin tertutup. Neo-merkantilisme modern hadir dalam bentuk kebijakan proteksi hijau dan nasionalisme teknologi.

    Setiap negara berlomba melindungi rantai pasok kritisnya, seolah dunia kembali ke masa pra-WTO-masa ketika kekuatan diukur dari siapa yang mampu memproduksi sendiri dan menutup diri dari risiko luar. Dunia menjadi cermin retak tempat keadilan ekonomi global dipertaruhkan.

    Bagi negara berkembang, situasi ini adalah ujian kebijakan. Banyak yang tergoda mengikuti pola proteksionisme, padahal tanpa kesiapan industri dan riset, proteksi hanya memperlambat pembelajaran.

    ASEAN, termasuk Indonesia, seharusnya tidak sekadar menjadi arena rebutan, tetapi menjadi arsitek tata niaga baru yang lebih seimbang. Perdagangan harus dipandang bukan sebagai kompetisi tanpa batas, melainkan sebagai ekosistem kolaboratif berbasis teknologi dan keberlanjutan.

    Indonesia berada tepat di tengah badai itu. Menurut BPS (April 2025), impor nonmigas dari Tiongkok mencapai USD 25,77 miliar, hampir 40 persen dari total impor nasional. Sebaliknya, ekspor kita ke sana hanya USD 18,9 miliar, sebagian besar bahan mentah.

    Kita masih berdiri di ujung rantai nilai global, menambang lebih banyak daripada mencipta. Di saat negara lain menyiapkan pabrik chip, kita baru menyiapkan gudang bijih nikel.

    Padahal, sejarah jarang memberi peluang kedua. Ketika perusahaan global menjalankan strategi China+1 untuk mencari lokasi produksi baru, Indonesia seharusnya menjadi magnet alami: kaya sumber daya, berpenduduk muda, dan berada di jantung ASEAN. Tapi peluang itu tak akan berarti tanpa reformasi struktural: penyederhanaan regulasi, investasi di riset, dan keberanian membangun ekosistem industri hijau.

    Kita perlu menyiapkan strategi baru-bukan sekadar menunggu investasi datang, melainkan menciptakan daya saing berbasis value creation. Pemerintah perlu berani mengubah paradigma hilirisasi: dari sekadar mengolah bahan mentah menjadi alat diplomasi ekonomi yang menghubungkan industri dalam negeri dengan rantai pasok global. Indonesia harus menjadi simpul, bukan hanya sumber.

    Perang dagang ini sejatinya adalah panggung besar untuk menilai siapa yang siap melangkah ke era baru. Dunia tak lagi diatur oleh tarif semata, tetapi oleh inovasi, efisiensi, dan kecerdasan buatan. Mereka yang menguasai teknologi akan menguasai rantai pasok; mereka yang hanya mengandalkan bahan mentah akan tertinggal dalam sejarah.

    Kita perlu keluar dari logika lama-bahwa kekayaan alam cukup untuk menjamin masa depan. Yang menentukan bukan apa yang ada di perut bumi, melainkan apa yang tumbuh di kepala manusia. Indonesia harus menyiapkan diri menjadi produsen nilai tambah, bukan sekadar pemasok bahan mentah.

    Mungkin inilah waktunya Indonesia mengambil posisi yang lebih berani: menjadi jembatan antara dua raksasa, bukan korban tarik-menarik di antara keduanya. Dengan diplomasi ekonomi yang cerdas, kita bisa memanfaatkan kebijakan proteksi mereka sebagai ruang inovasi bagi diri sendiri. Sebagaimana Jepang pascaperang dan Korea pada era 1980-an, kita bisa menulis narasi kebangkitan melalui teknologi, bukan sekadar perdagangan.

    Jika perang dagang ini adalah pertarungan dua raksasa, maka negara seperti kita adalah para penonton yang punya pilihan: sekadar menatap atau mulai menulis naskah sendiri. Namun sejarah selalu berpihak pada mereka yang berani melangkah keluar dari ketakutan. Setiap krisis menyimpan biji peluang, setiap guncangan global membuka celah bagi bangsa yang mau berinovasi.

    Dunia boleh terbelah antara Washington dan Beijing, tetapi masa depan tidak akan menunggu mereka saja. Ia akan berpihak kepada yang berpikir cepat, berinvestasi dalam pengetahuan, dan menolak tunduk pada nasib.

    Mungkin, di antara riuh mesin dan senyap pasar dunia, Indonesia sedang menulis babnya sendiri. Sebuah kisah kecil di tengah panggung besar-tentang bangsa yang mencoba berdiri tegak di antara dua bayang raksasa, menatap masa depan dengan kepala tegak, dan berkata pelan: kami tidak ingin hanya menjadi pasar, kami ingin menjadi pemain.

    Edi Setiawan. Dosen dan Peneliti FEB Universitas Muhammadiyah Prof DR HAMKA.

    (rdp/imk)

  • Lula da Silva Tegaskan Komitmen Kerja Sama Sains dan Ekonomi ke Prabowo

    Lula da Silva Tegaskan Komitmen Kerja Sama Sains dan Ekonomi ke Prabowo

    Bisnis.com, JAKARTA — Presiden Republik Federasi Brasil Luiz Inácio Lula da Silva menyatakan keinginannya untuk memperdalam hubungan strategis antara Brasil dan Indonesia, terutama di bidang ekonomi, sains, dan teknologi.

    Hal itu disampaikan dalam pertemuan tatap muka dengan Presiden Republik Indonesia Prabowo Subianto di Istana Kepresidenan Jakarta, Kamis (23/10/2025).

    Dalam sambutannya, Presiden Lula da Silva mengungkapkan rasa bahagia dapat kembali berkunjung ke Indonesia setelah 17 tahun. Dia mengingatkan bahwa kemitraan strategis antara kedua negara telah dimulai sejak 2008 dan terus mengalami perkembangan positif, meskipun menurutnya masih ada ruang besar untuk peningkatan kerja sama.

    “Dengan penuh sukacita saya kembali ke Indonesia setelah 17 tahun. Pada 2008 kita membangun kemitraan strategis, dan sejak itu hubungan kita berkembang secara positif. Namun, saya pikir kita masih tertinggal dari potensi besar yang dimiliki kedua negara,” kata Lula da Silva.

    Dia menyoroti besarnya potensi kedua negara yang mewakili hampir 500 juta penduduk dunia yaitu sekitar 280 juta di Indonesia dan 210 juta di Brasil serta sama-sama memiliki ekonomi berkembang. Lula menekankan pentingnya kebijakan sosial untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat di kedua negara.

    “Kedua bangsa kita masih memiliki banyak pekerjaan untuk meningkatkan kesejahteraan rakyat, sehingga memerlukan program sosial yang kuat. Saya berharap dalam kunjungan ini dan melalui pertemuan kita, dapat dihasilkan kemajuan politik, ekonomi, sosial, dan ilmiah bagi rakyat Indonesia dan Brasil,” ujarnya.

    Lula da Silva juga menyampaikan harapan agar kunjungan kenegaraan ini menjadi momentum memperbarui kemitraan strategis dan membuka peluang baru, termasuk di bidang perdagangan, investasi, dan inovasi teknologi seperti kecerdasan buatan (artificial intelligence).

    “Saya datang dengan harapan besar untuk memperbarui kemitraan strategis dan membentuk kesepakatan baru, tidak hanya dalam perdagangan bilateral, tetapi juga investasi di bidang-bidang baru seperti kecerdasan buatan dan pusat data untuk memperdalam inovasi ilmiah dan teknologi,” jelasnya.

    Selain itu, Presiden Brasil menekankan pentingnya memperkuat hubungan antaruniversitas dan mendorong kebijakan perdagangan yang seimbang dan saling menguntungkan bagi kedua negara.

    “Kebijakan perdagangan harus seimbang dan menjadi keuntungan bagi kedua pihak. Indonesia adalah mitra strategis bagi Brasil,” tegasnya.

    Lula da Silva juga mengingat kunjungan kenegaraan Presiden Prabowo ke Brasil sebelumnya, serta menyampaikan dukungannya agar Indonesia dapat menjadi anggota penuh BRICS di masa mendatang.

    “Kami berharap Indonesia dapat menjadi mitra strategis yang fundamental dan memperkuat posisi negara-negara Selatan secara global. Saya datang dengan harapan tinggi dan semangat besar untuk membangun hubungan yang lebih produktif dan membawa manfaat bagi rakyat kedua negara,” tutur Lula menutup pernyataannya.

    Sebelumnya, kedua negara sepakat memperkuat kerja sama di sektor perdagangan dan investasi saat kunjungan kenegaraan Prabowo pada Juli 2025 lalu. Salah satunya, agar segera menyelesaikan Perjanjian Ekonomi Komprehensif antara Indonesia dan Mercosur (IM-CEPA). Mercosur adalah blok perdagangan di Amerika Selatan yang beranggotakan Argentina, Brasil, Paraguay, dan Uruguay.

    Saat itu, Presiden Prabowo Subianto juga mendorong kerja sama bilateral melalui peran dari Badan Pengelola Investasi Daya Anagata Nusantara (BPI Danantara). Ia menambahkan, Indonesia terbuka untuk berdiskusi terkait dengan sektor peternakan, pengembangan agrikultur, serta industri pangan.

    Hubungan antara Indonesia dan Brasil memiliki sejarah panjang di dalam hubungan diplomatik yang telah berjalan sejak 1953, kedua negara secara konsisten mempererat kerja sama yang komprehensif di berbagai sektor untuk menopang pertumbuhan ekonomi. Brasil merupakan mitra strategis Indonesia di kawasan Amerika Latin.

    Peningkatan ekspor Indonesia ke Brasil pun sebesar 9,31% pada 2024 yang menjadi salah satu indikator positif dalam kerja sama yang dapat terus dikembangkan ke depan. Indonesia juga berupaya menjalin kerja sama ekonomi komprehensif dengan blok pasar dagang di Amerika Selatan yang dipimpin Brasil.

    Setelah pembicaraan bilateral, kedua kepala negara menyampaikan pernyataan pers bersama kepada media, menegaskan komitmen kedua negara dalam memperkuat kerja sama bilateral dan mendorong kemitraan.

    Brasil dan Indonesia saat ini juga merupakan anggota aktif dari forum strategis global seperti BRICS, yang menjadi wadah penting dalam kerja sama multilateral negara-negara berkembang.

  • Sambut Presiden Brasil Lula da Silva di Istana, Prabowo: Saya Banyak Belajar dari Anda

    Sambut Presiden Brasil Lula da Silva di Istana, Prabowo: Saya Banyak Belajar dari Anda

    Bisnis.com, JAKARTA — Presiden Prabowo Subianto menerima kunjungan kenegaraan Presiden Republik Federasi Brasil, Luiz Inácio Lula da Silva, di Istana Kepresidenan Jakarta, Kamis (23/10/2025).

    Pertemuan tatap muka antara kedua pemimpin tersebut menandai penguatan hubungan strategis antara dua negara besar di kawasan tropis yang sama-sama berperan penting dalam poros Global South atau negara-negara Selatan dunia.

    Dalam sambutan pembukanya, Presiden Ke-8 RI itu menyampaikan apresiasi atas kunjungan Presiden Lula da Silva serta mengenang pertemuan-pertemuan sebelumnya, termasuk saat dirinya berkunjung ke Brasilia dan dalam forum BRICS di Rio de Janeiro.

    “Yang Mulia, sekali lagi terima kasih banyak atas kehormatan besar yang Anda berikan dengan berkunjung ke Indonesia. Saya ingat saat Anda menerima saya di Brasilia dalam kunjungan sebelumnya, dan juga saat kita bertemu di forum BRICS di Rio. Jadi saya sangat senang bisa bertemu kembali dengan Anda,” ujar Prabowo.

    Prabowo menekankan kesamaan latar belakang antara Indonesia dan Brasil sebagai dua negara berkembang yang sama-sama memiliki kekayaan alam luar biasa, terutama hutan tropis terbesar di dunia.

    Dia menyebut Brasil sebagai pemimpin penting bagi negara-negara Selatan dan mitra strategis bagi Indonesia di berbagai bidang.

    “Brasil merupakan pemimpin penting dari negara-negara Selatan, dari negara-negara berkembang. Kita memiliki latar belakang yang sama dua negara besar dengan hutan tropis terbesar di dunia,” ucapnya.

    Prabowo juga menyinggung keberhasilan Brasil dalam sektor pertanian yang dianggapnya sebagai inspirasi bagi Indonesia. Dengan nada bersahabat, dia mengaku banyak meniru kebijakan sosial yang diterapkan Presiden Lula da Silva, terutama dalam hal peningkatan kesejahteraan rakyat.

    “Brasil sangat kuat dan berhasil di bidang pertanian. Hubungan kita juga berjalan baik, dan secara pribadi, dalam kapasitas saya yang baru ini, saya banyak meniru kebijakan Anda, karena Anda memberikan perhatian besar terhadap kesejahteraan rakyat. Prioritas tertinggi saya juga adalah kesejahteraan rakyat Indonesia,” tutur Prabowo yang disambut senyum hangat.

    Mengakhiri sambutannya, Prabowo kembali menyampaikan ucapan selamat datang serta harapan agar pertemuan tersebut menghasilkan langkah konkret dalam memperkuat kerja sama bilateral di bidang perdagangan, pertanian, lingkungan, dan transisi energi.

    “Sekali lagi, selamat datang, dan saya menantikan hasil pertemuan kita hari ini,” pungkas Prabowo.

    Sebelumnya, kedua negara sepakat memperkuat kerja sama di sektor perdagangan dan investasi saat kunjungan kenegaraan Prabowo pada Juli 2025 lalu. Salah satunya, agar segera menyelesaikan Perjanjian Ekonomi Komprehensif antara Indonesia dan Mercosur (IM-CEPA). Mercosur adalah blok perdagangan di Amerika Selatan yang beranggotakan Argentina, Brasil, Paraguay, dan Uruguay.

    Saat itu, Kepala Negara juga mendorong kerja sama bilateral melalui peran dari Badan Pengelola Investasi Daya Anagata Nusantara (BPI Danantara). Dia menambahkan, Indonesia terbuka untuk berdiskusi terkait dengan sektor peternakan, pengembangan agrikultur, serta industri pangan.

    Hubungan antara Indonesia dan Brasil memiliki sejarah panjang di dalam hubungan diplomatik yang telah berjalan sejak 1953, kedua negara secara konsisten mempererat kerja sama yang komprehensif di berbagai sektor untuk menopang pertumbuhan ekonomi. Brasil merupakan mitra strategis Indonesia di kawasan Amerika Latin.

    Peningkatan ekspor Indonesia ke Brasil pun sebesar 9,31% pada 2024 yang menjadi salah satu indikator positif dalam kerja sama yang dapat terus dikembangkan ke depan. Indonesia juga berupaya menjalin kerja sama ekonomi komprehensif dengan blok pasar dagang di Amerika Selatan yang dipimpin Brasil.

    Setelah pembicaraan bilateral, kedua kepala negara menyampaikan pernyataan pers bersama kepada media, menegaskan komitmen kedua negara dalam memperkuat kerja sama bilateral dan mendorong kemitraan.

    Brasil dan Indonesia saat ini juga merupakan anggota aktif dari forum strategis global seperti BRICS, yang menjadi wadah penting dalam kerja sama multilateral negara-negara berkembang.

  • Harga Emas Dunia Ambles Dua Hari Beruntun, Simak Prediksinya Hari Ini – Page 3

    Harga Emas Dunia Ambles Dua Hari Beruntun, Simak Prediksinya Hari Ini – Page 3

    Secara fundamental, harga emas saat ini masih dibayangi oleh isu geopolitik dan kebijakan global. Laporan terbaru mengindikasikan bahwa Gedung Putih tengah mempertimbangkan pembatasan ekspor teknologi baru ke China. Langkah ini dikhawatirkan dapat meningkatkan kembali ketegangan antara Washington dan Beijing.

    Kendati demikian, menurut Andy Nugraha, efek dari isu geopolitik ini terhadap harga emas belum terlalu dominan.

    “Langkah ini menciptakan ketidakpastian baru bagi perdagangan global, terutama di sektor teknologi, namun efeknya terhadap emas belum terlalu terasa karena fokus utama investor tetap pada inflasi dan arah suku bunga The Fed,” jelas Andy.

    Sementara itu, pergerakan mata uang dan obligasi AS belum mampu memberikan dukungan kuat bagi emas. Indeks Dolar AS melemah tipis 0,13% ke level 98,84, tetapi ini belum cukup untuk mendongkrak emas.

    Imbal hasil obligasi Treasury AS 10 tahun juga turun ke 3,951%. Pergerakan ini menunjukkan bahwa sebagian investor mulai mengantisipasi kebijakan pemangkasan suku bunga yang diperkirakan akan dilakukan oleh Federal Reserve (The Fed) menjelang akhir tahun 2025.

     

  • Presiden Brasil Lula da Silva Tiba di Istana, Disambut Pelukan Hangat Prabowo

    Presiden Brasil Lula da Silva Tiba di Istana, Disambut Pelukan Hangat Prabowo

    Bisnis.com, JAKARTA – Presiden Republik Federasi Brasil Luiz Inácio Lula da Silva bakal bertemu dengan Presiden Prabowo Subianto dalam rangka kunjungan kenegaraan ke Istana Kepresidenan Jakarta pada Kamis (23/10/2025).

    Berdasarkan pantauan Bisnis, Presiden Lula da Silva disambut secara resmi oleh Presiden Prabowo Subianto, dalam Upacara Penyambutan Kenegaraan yang berlangsung di Istana Merdeka, Jakarta, pada Kamis (23/10/2025) pagi.

    Presiden Brasil itu tiba dengan diiringi formasi 17 pasukan motoris, 60 pasukan berkuda, pasukan jajar kehormatan, serta sekitar ratusan pelajar yang berdiri rapi di sepanjang jalan sambil mengibarkan bendera Merah Putih dan bendera Afrika Selatan.

    Upacara dimulai dengan lagu kebangsaan Brasil yakni Hino Nacional Brasileiro diikuti Indonesia Raya, yang diiringi dentuman meriam salvo sebanyak 21 kali sebagai tanda penghormatan tertinggi bagi kepala negara yang berkunjung. Setelah itu, kedua pemimpin melakukan pemeriksaan pasukan kehormatan.

    Dalam sesi perkenalan perkenalan delegasi, Lula da Silva mengajak sejumlah pejabatnya mulai dari Menteri Luar Negeri (Menlu) Brasil Mauro Vieira, Menteri Pertanian (Mentan) Brasil Carlos Fávaro, Menteri Pertambangan dan Energi Brasil Alexandre Silveira, Menteri Sains, Teknologi, dan Inovasi Brasil Luciana Santos, Sekretaris Eksekutif Kementerian Pembangunan Industri Perdagangan dan Jasa Brasil Márcio Elias Rosa serta Presiden Bank Sentral Brasil Gabriel Galípolo, termasuk juga Presiden Badan Promosi Perdagangan dan Investasi Brasil Jorge Viana serta Presiden Institut Geografi dan Statistik Brasil (IBGE) Marcio Pochmann. 

    Sementara pejabat dari Indonesia yang hadir yakni Menko Perekonomian Airlangga Hartarto, Menko Pangan Zulkifli Hasan, Menteri Luar Negeri Sugiono, Menteri Pertahanan Sjafrie Sjamsoeddin, Menteri Pertanian Andi Amran Sulaiman, Menteri LH Hanif Faisol, Menteri ESDM Bahlil Lahadalia, Menteri Perdagangan Budi Santoso, Menteri Kehutanan Raja Juli Antoni, Menteri Pendidikan Tinggi dan Saintek Brian Yuliarto, Mensesneg Prasetyo Hadi, hingga Seskab Teddy Indra Wijaya.

    Selanjutnya, kedua pemimpin menuju ruang kredensial untuk sesi foto bersama dan penandatanganan buku tamu serta foto bersama, dilanjutkan pertemuan tête-à-tête di ruang kerja Presiden Prabowo dan pembahasan mengenai Kemitraan Strategis antara kedua negara serta ditutup dengan penandatanganan awal untuk kesepakatan atau Memorandum of Understanding (MoU) kedua negara.

    Mengingat, kedua negara sepakat memperkuat kerja sama di sektor perdagangan dan investasi saat kunjungan kenegaraan Prabowo pada Juli 2025 lalu. Salah satunya, agar segera menyelesaikan Perjanjian Ekonomi Komprehensif antara Indonesia dan Mercosur (IM-CEPA). Mercosur adalah blok perdagangan di Amerika Selatan yang beranggotakan Argentina, Brasil, Paraguay, dan Uruguay.

    Saat itu, Kepala Negara juga mendorong kerja sama bilateral melalui peran dari Badan Pengelola Investasi Daya Anagata Nusantara (BPI Danantara). Ia menambahkan, Indonesia terbuka untuk berdiskusi terkait dengan sektor peternakan, pengembangan agrikultur, serta industri pangan.

    Hubungan antara Indonesia dan Brasil memiliki sejarah panjang di dalam hubungan diplomatik yang telah berjalan sejak 1953, kedua negara secara konsisten mempererat kerja sama yang komprehensif di berbagai sektor untuk menopang pertumbuhan ekonomi. Brasil merupakan mitra strategis Indonesia di kawasan Amerika Latin.

    Peningkatan ekspor Indonesia ke Brasil pun sebesar 9,31% pada 2024 yang menjadi salah satu indikator positif dalam kerja sama yang dapat terus dikembangkan ke depan. Indonesia juga berupaya menjalin kerja sama ekonomi komprehensif dengan blok pasar dagang di Amerika Selatan yang dipimpin Brasil.

    Setelah pembicaraan bilateral, kedua kepala negara menyampaikan pernyataan pers bersama kepada media, menegaskan komitmen kedua negara dalam memperkuat kerja sama bilateral dan mendorong kemitraan.

    Brasil dan Indonesia saat ini juga merupakan anggota aktif dari forum strategis global seperti BRICS, yang menjadi wadah penting dalam kerja sama multilateral negara-negara berkembang.

  • Kejati Jakarta Geledah 3 Lokasi Terkait Kasus Pembiayaan Ekspor LPEI ke Tebo Indah

    Kejati Jakarta Geledah 3 Lokasi Terkait Kasus Pembiayaan Ekspor LPEI ke Tebo Indah

    Bisnis.com, JAKARTA — Kejaksaan Tinggi (Kejati) Jakarta telah menggeledah tiga lokasi terkait kasus dugaan korupsi penyelenggaraan pembiayaan ekspor terkait PT Tebo Indah oleh LPEI periode 2011-2023.

    Aspidsus Kejati Jakarta, Haryoko Ari Prabowo alias Bowo mengatakan tiga lokasi penggeledahan itu dilakukan di wilayah Tangerang hingga Jakarta.

    “Saat ini juga kami sedang secara simultan melakukan penggeledahan di beberapa tempat,” ujar Bowo di Kejati Jakarta, dikutip Kamis (23/10/2025).

    Namun, Bowo tidak menjelaskan secara detail terkait kepemilikan tiga lokasi yang digeledah penyidik Kejati Jakarta. Dia hanya mengatakan objek penggeledahan itu adalah rumah hingga apartemen.

    “Lokasi yang di geledah, perumahan Green Lake Kota Tangerang, ⁠Apartemen St. Moritz Presidential Town Jakarta Barat dan Jalan Gunung Himalaya Karawaci Kota Tangerang,” pungkasnya.

    Sekadar informasi, Kejati Jakarta telah menetapkan tiga tersangka dalam perkara ini. Mereka yakni LR selaku Direktur PT Tebo Indah; DW selaku Direktur Pelaksana 1 membawahi Unit Bisnis LPEI 2009-2018; dan RW selaku Relationship Manager pembiayaan Syariah 1 LPEI.

    Pada intinya, perkara ini berkaitan dengan penyimpangan program ekspor nasional. Misalnya, dalam proses pemberian kredit ada manipulasi kondisi keuangan dari KJPP atas aset dengan tujuan agar bisa menutupi nilai pinjaman yang diajukan kepada LPEI.

    Kemudian, meski dalam kajian analis PT Tebo Indah telah dinyatakan default atau gagal bayar, namun kredit dari LPEI tetap dicairkan ke PT Tebo Indah. Selain itu, LPEl juga dinilai tidak menerapkan prinsip kehati-hatian atau antisipasi.

    Atas perbuatan itu, negara telah dirugikan sebesar Rp919 miliar akibat dari dugaan praktik penyimpangan pembiayaan ekspor nasional terkait PT Tebo Indah ini.

  • Tak Hanya Suap, Advokat Marcella Santoso Juga Didakwa Cuci Uang Rp 52,5 Miliar Terkait Vonis Lepas Korupsi Ekspor CPO

    Tak Hanya Suap, Advokat Marcella Santoso Juga Didakwa Cuci Uang Rp 52,5 Miliar Terkait Vonis Lepas Korupsi Ekspor CPO

    GELORA.CO  – Advokat Marcella Santoso didakwa melakukan Tindak Pidana Pencucian Uang (TPPU), terkait kasus korupsi ekspor minyak sawit mentah atau crude palm oil (CPO) dan produk turunannya pada periode Januari hingga April 2022.

    Tindakan pencucian uang itu disebut dilakukan bersama-sama dengan pengacara Ariyanto dan pejabat Social Security License Wilmar Group, Muhammad Syafei.

    Pencucian uang ini terjadi setelah Marcella bersama Ariyanto dan Muhammad Syafei diduga memberikan suap Rp 40 miliar kepada majelis hakim di Pengadilan Tindak Pidana Korupsi (Tipikor) pada Pengadilan Negeri (PN) Jakarta Pusat.

    Ketiga hakim itu menangani perkara korupsi terkait tiga perusahaan, yakni Permata Hijau Group, PT Wilmar Group, dan PT Musim Mas Group. suap diberikan agar perusahaan itu divonis lepas atau ontslag.

    Tiga hakim yang menangani perkara ekspor CPO tersebut, yakni Djuyamto (Ketua Majelis Hakim) menerima Rp 9,5 miliar, Agam Syarif Baharudin (Hakim Anggota) dan Ali Muhtarom (Hakim Ad Hoc) masing-masing mendapat Rp 6,5 miliar.

    Jaksa Penuntut Umum (JPU) pada Kejaksaan Agung (Kejagung), menjelaskan Marcella Santoso dkk terlibat dalam pencucian uang senilai Rp 52,5 miliar.

    Ia diduga memanfaatkan nama perusahaan untuk menguasai aset dan mencampurkan uang yang diduga hasil korupsi dengan dana yang sah.

    “Uang yang diduga berasal dari tindak pidana korupsi tersebut mencakup dolar Amerika senilai Rp 28 miliar yang dikuasai oleh terdakwa Marcella, Ariyanto, dan M. Syafei. Serta biaya legal fee sebesar Rp 24,5 miliar yang terkait dengan pemberian atau janji kepada hakim,” kata Jaksa membacakan surat dakwaan di Pengadilan Tipikor pada PN Jakarta Pusat, Rabu (22/10) malam.

    Jaksa menyebut tujuan dari pencucian uang itu adalah untuk mempengaruhi keputusan kasus korupsi terkait perusahaan minyak goreng, agar dijatuhkan putusan lepas.

    Selain itu, uang yang diduga hasil kejahatan itu dicampurkan dengan uang yang diperoleh secara sah, untuk menyembunyikan asal-usul kekayaan mereka.

    Sementara, Muhammad Syafei selaku Social Security License Wilmar Group, diduga melakukan pencucian uang sebesar Rp 28 miliar, termasuk uang operasional sebesar Rp 411 juta

    Uang ini, termasuk dalam bentuk dolar Amerika senilai Rp 28 miliar, dikuasai bersama dengan Ariyanto dan Marcella Santoso, serta uang operasional Rp 411, yang juga berasal dari tindak pidana pemberian atau janji kepada hakim,” imbuh Jaksa.

    Dalam perkara ini, Marcella dan Ariyanto dijerat dengan Pasal 6 ayat (1) huruf a atau Pasal 5 ayat (1) huruf a atau Pasal 13 juncto Pasal 18 UU Tipikor, juncto Pasal 55 ayat (1) ke-1 KUHP. Serta Pasal 3, Pasal 4, atau Pasal 5 UU Nomor 8 Tahun 2010 tentang Pencegahan dan Pemberantasan TPPU.

    Sedangkan, Muhammad Syafei Pasal 6 ayat (1) huruf a atau Pasal 5 ayat (1) huruf a atau Pasal 13 juncto Pasal 18 UU Tipikor, juncto Pasal 55 ayat (1) ke-1 KUHP juncto Pasal 56 KUHP dan Pasal 3 atau Pasal 4 atau Pasal 5 Nomor 8 Tahun 2010 tentang Pencegahan dan Pemberantasan Tindak Pidana Pencucian Uang.

  • RI Siap Tambah Impor Ternak Asal Afrika Selatan, Pasok Bahan MBG

    RI Siap Tambah Impor Ternak Asal Afrika Selatan, Pasok Bahan MBG

    Bisnis.com, JAKARTA – Menteri Luar Negeri Republik Indonesia Sugiono mengamini adanya rencana peningkatan impor ternak (cattle) dari Afrika Selatan untuk mendukung program Makan Bergizi Gratis (MBG) yang tengah dijalankan pemerintah.

    Hal itu disampaikan usai mendampingi Presiden Prabowo dalam penyambutan Presiden Republik Afrika Selatan Matamela Cyril Ramaphosa di Istana Merdeka, Jakarta, Rabu (22/10/2025).

    “Kita itu ada di posisi defisit daging ya untuk kebutuhan protein masyarakat Indonesia. Apalagi dengan pelaksanaan makan bergizi gratis ini defisit tersebut makin terasa. Kalau saya tidak salah, statistiknya tuh rata-rata kita per kapita makan daging itu 6 kg per tahun ya, satu jumlah yang sangat sedikit apalagi jika kita harus menghadapi kompetisi dengan negara-negara lain di bidang sumber daya manusia,” ungkapnya.

    Menurut Sugiono, kerja sama impor ternak dari Afrika Selatan menjadi langkah strategis untuk memperkuat ketahanan pangan dan gizi nasional, sekaligus menjaga stabilitas pasokan protein hewani.

    “Saya kira ini merupakan sesuatu yang wajib untuk dipenuhi dan untuk itu kita akan berusaha sedapat mungkin memenuhinya dengan kemampuan kita. Ada hal-hal yang mungkin tidak bisa kita penuhi dengan cepat ya, kita manfaatkan perdagangan internasional,” jelasnya.

    Apalagi, kata Sugiono Presiden Prabowo Subianto memang menaruh perhatian besar terhadap pentingnya pertumbuhan ekonomi yang inklusif, baik di tingkat nasional maupun internasional. 

    Menjawab pernyataan Presiden Ramaphosa yang menyoroti pentingnya perdagangan sebagai katalis pertumbuhan ekonomi inklusif, Sugiono menjelaskan bahwa Prabowo memandang inklusivitas ekonomi sebagai keterlibatan seluruh lapisan masyarakat dalam proses pembangunan.

    “Artinya semua, kalau secara internal, seluruh komponen masyarakat itu juga terlibat dalam peningkatan ekonomi. Sebagai contoh, program-program beliau seperti pembentukan Koperasi Desa itu kan melibatkan seluruh komponen masyarakat dalam rangka meningkatkan pertumbuhan ekonomi,” kata Sugiono.

    Lebih lanjut, dia menjelaskan bahwa secara eksternal, Prabowo mendorong agar setiap negara memiliki kesempatan yang sama untuk berpartisipasi dalam perdagangan global.

    “Seluruh negara punya kesempatan yang sama untuk berpartisipasi dalam pertumbuhan ekonomi. Dalam kaitannya dengan perdagangan internasional, upaya-upaya untuk melancarkan arus perdagangan dan investasi itu harus dilakukan,” tandasnya.

    Selain pembahasan soal kerja sama dagang dan investasi, Sugiono menambahkan bahwa Indonesia juga tengah menjajaki peluang untuk meningkatkan ekspor komoditas bernilai tambah ke Afrika Selatan.

    “Kita sebenarnya ada dalam posisi positif. Saat ini kita mencari komoditas-komoditas yang punya nilai kompetitif di sana mungkin mineral, beberapa kerja sama di bidang teknologi juga sedang kita pertimbangkan,” pungkasnya.