Topik: ekspor

  • LAPORAN DARI FRANKFURT: Tiga Perusahaan Indonesia Pamerkan Produknya di Heimtextil 2025

    LAPORAN DARI FRANKFURT: Tiga Perusahaan Indonesia Pamerkan Produknya di Heimtextil 2025

    Bisnis.com, FRANKFURT — PT Ateja Tritunggal, PT Harvestindo International, dan PT Sinar Mega Adimulia turut berpartisipasi untuk memamerkan produknya di The Heimtextil 2025 yang berlangsung di Frankfurt, Jerman, pada 14—17 Januari 2025.

    Ateja, produsen kain pelapis dengan reputasi internasional, kembali hadir tahun ini di Heimtextil untuk menjaga eksistensinya dalam radar di pasar tekstil global. Ateja memamerkan produknya di Hall 6.1 Blok D.10 Messe Frankfurt.

    Tiar Juliardi Simbolon, General Manager of Home Furnishing and Drapery Ateja Tritunggal, mengatakan bahwa pihaknya berpartisipasi rutin dalam pameran internasional di banyak negara, tidak hanya di Jerman tapi juga di Amerika Serikat, Vietnam, dan China.

    “Untuk Heimtextil, mungkin ini partisipasi yang ke-8 kalinya. Kami sempat absen 2 tahun saat pandemi tapi kembali hadir sejak 2023,” ujarnya saat ditemui Bisnis.com, Kamis (16/1/2025).

    Ateja merupakan perusahaan tekstil milik konglomerat asal Bandung, Subianto Tjandra serta dua saudaranya yakni Agus Tjandra dan Kurniadi Tjandra. Perusahaan ini telah membangun reputasi yang kuat di industri tekstil selama lebih dari 50 tahun. Mereka baru saja merayakan ulang tahun emas perusahaan pada tahun lalu.

    Ateja Tritunggal di The Heimtextil 2025Perbesar

    Tiar berharap partisipasi Ateja di The Heimtextil 2025 dapat menghubungkan perusahaan dengan lebih banyak mitra dan pembeli yang strategis di seluruh dunia. Hingga kini, Ateja telah melayani pasar ekspor ke 88 negara.

    Perusahaan fokus memproduksi kain pelapis matras, sarung jok mobil, gorden, serta bahan untuk kebutuhan luar ruangan. “Kami memproduksi setidaknya 3 juta meter kain pelapis per bulan. Mayoritas output untuk pelapis matras,” jelas Tiar.

    The Heimtextil 2025 juga bukan pengalaman baru bagi Harvestindo International. Perusahaan yang beroperasi di Tangerang ini telah berpartisipasi untuk yang keempat kalinya di pameran tekstil berskala global tersebut.

    Vision Hua, Sales Manager Harvestindo International, mengatakan bahwa pameran Heimtextil selalu menjadi pintu bagi perusahaan untuk membuka pasar ekspor secara lebih luas.

    Terlebih, Heimtextil tahun ini diramaikan oleh lebih dari 3.000 perusahaan dengan 95% peserta internasional dari 130 negara. Tahun lalu saja, Messe Frankfurt mencatat 4,1 juta pembeli profesional bertansaksi di Heimtextil.

    “Pasar ekspor mendominasi komposisi penjualan perusahaan sekitar 70%, di mana sisanya kami pasarkan di Indonesia,” terang Vision.

    Perbesar

    Harvestindo merupakan perusahaan milik pemodal China yang beroperasi di Indonesia sejak 2007. Mereka memproduksi serat poliester dari bahan plastik bekas. Produknya digunakan untuk isian mainan, bantal, selimut, bantal sofa, kain pelapis dan lainnya.

    “Mayoritas diekspor ke Eropa dan Amerika Serikat. Sebagian juga ke negara-negara Asia seperti Taiwan, Vietnam, dan Filipina.”

    Perusahaan ketiga yang juga hadir di The Heimtextil 2025 yakni Sinar Mega Adimulia. Ini bisa jadi pengalaman pertama bagi perusahaan yang juga terafiliasi dengan pemodal China ini karena tahun lalu tidak ikut memamerkan produknya di Messe Frankfurt.

    Sinar Mega menempatkan produknya di Hall 4.2 Blok G.75. Saat Bisnis.com menyambangi booth-nya, tampak perempuan baya asal Tiongkok tengah melayani salah seorang pembeli. Jika dilihat dari instalasinya, Sinar Mega memamerkan sejumlah produk kain tekstil seperti poliester, katun, viskosa, dan lainnya.

    Perbesar

  • Perang Menggila, Amerika Makin Ganas Lumpuhkan China

    Perang Menggila, Amerika Makin Ganas Lumpuhkan China

    Jakarta, CNBC Indonesia – Pemerintah Amerika Serikat (AS) memperketat pembatasan ekspor semikonduktor canggih untuk mencegah perkembangan teknologi China.

    Departemen Perdagangan AS mengatakan, aturan baru ini memberlakukan persyaratan lisensi yang lebih luas untuk pabrik-pabrik chip dan perusahaan pengemasan yang ingin mengekspor chip canggih tertentu.

    Aturan ini dibuat berdasarkan langkah-langkah sebelumnya yang bertujuan untuk menghambat kemampuan China dalam mengamankan chip yang digunakan untuk kebutuhan militer, demikian dikutip dari Reuters, Kamis (16/1/2025).

    Selain itu, Departemen Perdagangan AS juga menyebut mereka memberlakukan kontrol ekspor baru pada peralatan bioteknologi dan teknologi terkait karena masalah keamanan nasional yang terkait dengan kecerdasan buatan (AI) dan ilmu data.

    Washington telah menyuarakan keprihatinan bahwa China dapat menggunakan teknologi AS untuk memperkuat kemampuan militer dan membantu merancang senjata baru melalui AI.

    Mereka mengatakan bahwa peralatan laboratorium tersebut dapat digunakan untuk peningkatan kinerja manusia, antarmuka otak-mesin, bahan sintetis yang terinspirasi secara biologis, dan senjata biologis.

    Kontrol ekspor baru, yang membatasi pengiriman ke China dan negara-negara lain tanpa lisensi AS, adalah untuk flow cytometer parameter tinggi dan peralatan spektrometri massa tertentu.

    Departemen Perdagangan AS menilai peralatan tersebut dapat menghasilkan data biologis berkualitas tinggi dan berkonten tinggi, termasuk data yang cocok untuk digunakan untuk memfasilitasi pengembangan AI dan alat desain biologis.

    Perang dagang di sektor teknologi antara AS dan China terus memanas. Kedua negara sama-sama menahan penyebaran teknologi masing-masing karena ketakutan terhadap ancaman keamanan nasional. 

    Pemerintahan Biden telah berkali-kali meluncurkan kebijakan yang melarang ekspor chip canggih dan alat pembuat chip canggih ke China. Selain itu, AS juga berencana memblokir TikTok secara permanen pada 19 Januari 2025 karena ditakutkan induknya, ByteDance, akan menyerahkan data pengguna AS ke pemerintah China. 

    China juga tak tinggal diam. Pemerintahan Xi Jinping baru-baru ini memperketat pelarangan tiga mineral kritis ke AS dan negara-negara sekutunya. Masing-masing adalah germanium, gallium, dan antimon, yang dibutuhkan untuk pengembangan semikonduktor, peralatan militer, dan komponen baterai mobil listrik. 

    Hal ini menyebabkan harga mineral-mineral itu melonjak karena terjadi kelangkaan. Banyak pengusaha yang terdampak dari perang dagang AS-China yang sudah menyuarakan keluhan mereka. Namun, tampaknya kedua negara tak gentar untuk melemahkan teknologi satu sama lain. 

    (fab/fab)

  • Joe Biden Dikecam Habis-habisan Usai Batasi Ekspor Chip ke RI

    Joe Biden Dikecam Habis-habisan Usai Batasi Ekspor Chip ke RI

    Jakarta, CNBC Indonesia – Presiden AS Joe Biden menetapkan kebijakan baru yang memperketat pembatasan ekspor chip ke berbagai negara, tak cuma China. Indonesia masuk dalam daftar negara yang dibatasi.

    Hanya negara-negara sekutu dekat AS yang masih dibebaskan untuk mengimpor chip dan alat pembuat chip dari AS.

    Proposal aturan itu memperkenalkan sistem peringkat tiga kelompok untuk mengatur ekspor perangkat keras AI.

    Negara-negara Tier 1 dapat terus melakukan bisnis seperti biasa dan bebas mengimpor hardware AI yang dikembangkan AS. Uni Eropa, Kanada, dan negara tetangga RI, Australia masuk dalam Tier 1.

    Negara Tier 2 menghadapi pembatasan dan dibatasi hingga maksimum 50.000 unit pemrosesan grafis (GPU) per negara antara tahun 2025 dan 2027. Jika dilihat dari petanya, Indonesia masuk dalam kelompok Tier 2 dalam aturan pembatasan ekspor chip AS beserta negara Asia Tenggara lain kecuali Kamboja.

    Kamboja masuk dalam Tier 3 bersama China, Rusia, Iran, dan Korea Utara, sehingga dilarang mengimpor perangkat keras dan bobot model yang berkaitan dengan AI.

    Menanggapi hal ini, sebagian pelaku industri semikonduktor dan manufaktur mengeluh. Mereka tergabung dalam Asosiasi Industri Semikonduktor yang mewakili pengusaha chip, serta SEMI yang mewakili pengusaha manufaktur chip. 

    Bersama-sama, mereka mengirimkan surat langsung ke Biden tertanggal 13 Januari 2025. Dalam suratnya, para pelaku industri mengingatkan dampak pada perusahaan AS terkait pengetatan tersebut.

    “Kami memahami aturan tambahan ini akan lebih ketat mengontrol memori bandwidth tinggi, tanpa mempertimbangkan dampaknya pada perusahaan AS. Hal ini akan menyerahkan pangsa pasar pada pesaing global,” kata surat itu, dikutip dari Reuters, Rabu (15/1/2025).

    Sebagai informasi, memori dengan bandwidth tinggi adalah bahan penting membuat chip AI canggih. Saat ini produksinya dilakukan perusahaan AS dan Korea Selatan, dan aturan terbaru akan membatasi penjualan ke China.

    Menurut asosiasi, pemerintah tidak berkonsultasi dengan industri meskipun hal itu berdampak jangka panjang.

    “Sekali lagi, aturan ini dikembangkan tanpa konsultasi industri yang tepat atau kesempatan komentar publik, meski berdampak jangka panjang dan signifikan pada ekonomi dan internasional,” tulis pelaku industri.

    Menteri Perdagangan AS Gina Raimondo mengatakan AS sudah menjadi pemimpin industri AI dan optimistis akan terus mempertahankan posisinya. 

    “AS memimpin AI sekarang, untuk pengembangan AI atau desain chip AI. Penting untuk kita untuk mempertahankannya seperti itu,” kata dia.

    (fab/fab)

  • Kemenperin Sebut TKDN Tingkatkan Investasi dan Produktivitas Industri

    Kemenperin Sebut TKDN Tingkatkan Investasi dan Produktivitas Industri

    Jakarta

    Juru Bicara Kementerian Perindustrian, Febri Hendri Antoni Arif mengatakan penerapan kebijakan Tingkat Komponen Dalam Negeri (TKDN) memberikan perlindungan bagi industri dalam negeri. Perlindungan dari kebijakan ini diberikan dalam bentuk jaminan tumbuhnya permintaan (demand) bagi industri melalui belanja pemerintah Pusat/Daerah dan BUMN/BUMD dan jaminan permintaan pasar domestik bagi industri Handphone, Komputer Genggam, dan Tablet (HKT). Tidak hanya itu, implementasi kebijakan TKDN juga merupakan jaminan investasi bagi investor manufaktur dan penciptaan lapangan kerja domestik.

    “Penerapan TKDN menunjukkan adanya peningkatan investasi baru, produktivitas industri, dan penyerapan tenaga kerja baru, seperti pada industri alat kesehatan, farmasi, juga elektronik termasuk HKT. Realisasi belanja pemerintah atas produk manufaktur ber-TKDN selalu meningkat setiap tahun, dari Rp 989,97 triliun di tahun 2022 menjadi Rp 1.499,75 triliun di tahun 2023,” jelas Febri dalam siaran persnya, Kamis (16/1/2025).

    TKDN juga dikatakan berhasil mengurangi impor HKT dan komponennya. Meski impor berkurang, permintaan atas produk HKT masih tetap tinggi. Artinya, kebutuhan HKT di Indonesia yang terus meningkat bisa dipasok dari produksi dalam negeri. Febri mengatakan ini merupakan keberhasilan penerapan TKDN di subsektor industri HKT.

    Dalam kesempatan tersebut, Febri sekaligus menanggapi opini dari peneliti Centre for Strategic and International Studies (CSIS) yang dimuat oleh salah satu surat kabar harian nasional pada Selasa (14/1).

    “Dalam opini tersebut, penulis menyatakan bahwa kebijakan TKDN bertentangan dengan kepentingan dunia usaha dan pembangunan industri nasional. Penulis mengajukan bukti empiris untuk mendukung argumentasinya dengan mengacu pada hasil penelitian Thee (1997) serta Aswicahyono, Basri, dan Hill (2000). Bahkan penulis mengacu pada hasil penelitian dari lembaganya sendiri, CSIS (2022), terkait dampak ekonomi kebijakan TKDN,” kata Febri.

    Menurutnya, dua penelitian pertama yang diajukan oleh penulis sebagai bukti empiris sudah tidak sesuai dengan kondisi sektor manufaktur Indonesia saat ini. Contohnya penetapan persentase local purchase yang sejalan dengan TKDN pada program PPNBM DTP kendaraan roda empat pada tahun 2021 terbukti menjadi game changer industri otomotif Indonesia.

    “Kebijakan tersebut mampu mendongkrak penjualan kendaraan roda empat yang terpuruk karena Covid-19. Tidak hanya itu, meningkatnya penjualan produk otomotif pada periode tersebut juga meningkatkan produktivitas industri komponen otomotif pada tier 1 dan tier 2 dalam negeri yang memasok kebutuhan komponen industri otomotif itu sendiri,” jelasnya.

    Febri menerangkan kebijakan TKDN yang diterapkan saat ini berdasarkan pada UU No. 3 Tahun 2014 tentang Perindustrian. Artinya, kebijakan ini muncul lebih dari satu dekade pasca dua penelitian pertama yang menjadi acuan penulis opini tersebut. Terdapat perbedaan mendasar kebijakan TKDN saat ini dan kebijakan pada saat penelitian berlangsung, seperti ukuran dan parameter, produk yang wajib disertifikasi, threshold, kewajiban pemerintah, dan kepatuhan industri dalam implementasi kebijakan tersebut.

    “Dengan demikian, bukti empiris pertama dan kedua tidak tepat dapat dijadikan dasar untuk mendukung argumentasi penulis tersebut,” papar Febri.

    Begitu juga dengan hasil penelitian CSIS (2022) yang menurut Febri juga sulit diterima sebagai dasar kegagalan kebijakan TKDN, sebagaimana yang dinyatakan penulis. Penelitian CSIS didasarkan analisis atas raw data SI (Survey Industri Besar Sedang) BPS tahun 2018-2019. Meski pada periode data tersebut kebijakan TKDN telah berlaku, namun jumlah produk manufaktur yang telah tersertifikasi TKDN baru 3.207 produk.

    “Bandingkan dengan tahun 2022 yang telah terdapat sebanyak 8.040 produk telah bersertifikasi TKDN, dan realisasi belanja dalam negeri pemerintah sebesar Rp989,97 triliun. Sayangnya, hal ini tidak tertangkap oleh peneliti CSIS, terlebih lagi dampak dari belanja pemerintah tersebut pada industri manufaktur dalam negeri. Peneliti CSIS perlu memperbarui perhitungan ekonometrinya dengan menggunakan data lebih mutakhir,” terangnya.

    Menurut Febri, peneliti CSIS perlu mencermati hal ini, mengingat pada tahun 2018-2019 tidak semua produk industri didaftarkan sertifikasi TKDN-nya oleh produsen atau distributor. “Produk yang didaftarkan sertifikat TKDN-nya merupakan produk yang dipasarkan untuk pengadaan barang dan jasa pemerintah,” terang Febri.

    Peningkatan jumlah produk yang telah bersertifikat TKDN merupakan bukti bahwa pelaku industri menyambut kebijakan ini. Hal ini terbukti dari minat para pelaku industri untuk berbondong-bondong mendaftarkan produk mereka. “Coba lihat ke lapangan, banyak investor mendirikan pabrik baru dan merekrut tenaga kerja baru agar produknya bisa mencapai atau melebihi threshold TKDN, tayang di e-katalog, dan dibeli oleh pemerintah,” ujar Febri.

    Terkait pendapat bahwa kebijakan TKDN berdampak negatif pada industri pengguna komponen dan industri hilir, serta meningkatkan biaya produksi dan mengurangi daya saing ekspor, Febri menyampaikan bahwa tidak masuk akal jika penerapan TKDN justru membuat produktivitas dan daya saing industri yang bersertifikat TKDN menjadi lebih rendah.
    Sebaliknya, karena kebijakan TKDN, permintaan produk jadi pada industri hilir semakin meningkat dan pada gilirannya meningkatkan produktivitas industri tersebut, serta berdampak terhadap produktivitas industri intermediate, bahkan sampai pada produktivitas industri hulunya.

    Tidak hanya itu, nilai tambah yang tercipta bagi industri yang produknya ber-TKDN dapat dimanfaatkan oleh industri tersebut untuk menciptakan inovasi produk baru, meningkatkan efisiensi produksi, dan produktivitas. Sehingga menurutnya, studi tersebut seharusnya meneliti dampak penerapan TKDN pada industri satu langkah sebelum industri hilir, atau industri intermediate-nya, dan bukan diukur dari share impor bahan baku pada industri paling hulu.

    “Kami berpendapat bahwa CSIS perlu memahami pohon industri terlebih dulu untuk bisa mengkaji efektivitas atau dampak kebijakan TKDN terhadap perekonomian nasional. Terutama dampak kebijakan TKDN pada industri hilir, intermediate, dan hulu lebih signifikan. Share impor bahan baku adalah indikator keberhasilan program substitusi impor dan bukan indikator atau variabel kebijakan TKDN,” kata jelas Febri.

    Kepala Pusat Peningkatan Penggunaan Produk Dalam Negeri (Kapus P3DN) Kemenperin, Heru Kustanto menambahkan Pusat P3DN Kemenperin dibentuk pada tahun 2019. Sejak saat itu, unit kerja tersebut terus mendorong peningkatan penggunaan produk dalam negeri melalui berbagai program dan kegiatan, termasuk fasilitasi sertifikasi P3DN, sosialisasi kepada pelaku industri, dan pemberian kemudahan sertifikasi TKDN kepada industri kecil (TKDN IK).

    “Dalam perkembangannya, produk yang pengadaannya banyak oleh pemerintah, investasinya juga meningkat. Selain investasi baru, perusahaan juga menambah kapasitas produksinya karena meningkatnya permintaan di dalam negeri,” jelas Heru.

    TKDN Produk Apple

    Dalam opini tersebut, CSIS juga mengaitkan persyaratan TKDN yang diterapkan di Indonesia dengan investasi perusahaan multinasional. CSIS menyampaikan klaim bahwa kebijakan ini mengurangi keinginan investasi, contohnya bagi perusahaan seperti Apple yang memiliki model produksi berdasarkan rantai pasok global (global supply chain).
    Opini tersebut juga menyampaikan bahwa pemerintah menolak proposal Apple, karena menganggap AirTag bukan komponen dari produk HKT dan belum bisa memberikan sertifikasi TKDN agar Apple bisa menjual produknya di Indonesia.

    Febri meluruskan, proposal Apple yang belum disetujui oleh pemerintah adalah mengenai usulan investasi dengan skema 3 untuk periode 2024-2026, bukan proposal Pembangunan pabrik AirTag. “Kami mendukung dan mengapresiasi pembangunan pabrik AirTag senilai US$ 1 Miliar di Batam. Yang jadi catatan kami, investasi US$ 1miliar tersebut untuk memproduksi aksesoris yang bukan merupakan komponen di dalam iPhone, sehingga tidak bisa dihitung sebagai TKDN ponsel jenis tersebut,” kata Febri.

    Ia juga menambahkan, apabila Apple berniat berinvestasi membangun pabrik senilai US$ 1 miliar, angka yang dihitung sebagai investasi murni untuk capex berupa tanah, bangunan, dan mesin. Sehingga proyeksi nilai ekspor atau biaya pembelian bahan baku impor atau dalam negeri tidak bisa ikut dihitung dalam total investasi tersebut.

    Adapun skema 3 adalah skema investasi berdasarkan inovasi. Kemenperin belum menyetujui proposal tersebut karena tidak sesuai dengan prinsip berkeadilan. Angka yang diajukan Kemenperin dalam counter proposal adalah sebesar 7 kali lipat dari angka yang diajukan oleh Apple dalam proposal periode 2024-2026 yang juga masih dalam skema 3. Belum adanya kesepakatan tentang hal ini yang membuat Kemenperin belum mengeluarkan sertifikat TKDN dan Tanda Pengenal Produk (TPP) bagi iPhone 16 series.

    Febri berujar, Apple sudah memanfaatkan Permenperin 29/2017 sejak lama. Investasi Apple pada 2017-2023 menggunakan skema 3. Ini menunjukkan bahwa kebijakan TKDN bukan kebijakan yang kaku dan gagal, terbukti Apple selama ini telah memanfaatkan kebijakan tersebut.

    “Kami juga bersikap fleksibel dengan tetap menawarkan 3 skema tersebut pada Apple. Memang keinginan kami Apple untuk memilih skema 1 atau pembangunan pabrik untuk meningkatkan job creation dalam eksosistem. Tapi Apple tetap memilih skema 3 untuk periode transisi dari 2024-2026,” terang Febri.

    Jubir Kemenperin meminta agar CSIS juga menyampaikan kepada publik dari mana asal sumber pendanaan penelitian TKDN tahun 2022 tersebut. Hal ini penting mengingat diseminasi penelitian dilakukan tanggal 9 Mei 2023, sebulan sebelum periode sertifikasi TKDN produk Apple habis berlaku pada bulan Juni 2023. Apalagi Kepala Pusat P3DN Kemenperin juga diundang oleh Kedutaan Amerika membahas hasil penelitian TKDN CSIS tersebut pada bulan Oktober 2023.

    (prf/ega)

  • RI Incar Minyak Murah dari Rusia

    RI Incar Minyak Murah dari Rusia

    Jakarta

    Indonesia tengah mengkaji peluang impor minyak dari Rusia. Penasihat Khusus Presiden Urusan Energi, Purnomo Yusgiantoro, mengatakan peluang itu hadir setelah Indonesia bergabung dengan BRICS.

    Apalagi, Purnomo mengatakan sejak perang dengan Ukraina, ekspor energi dari Rusia tidak lagi ke Eropa. Indonesia pun tengah menangkap peluang tersebut.

    “Sejak perang Ukraina dengan Rusia itu energi Rusia itu tidak masuk ke Eropa. Mereka berpikir dalah satunya dia memasukkan ke wilayah Asia Pasifik. Nah ini sedang kita bahas apakah kita tangkap kesempatan ini,” kata dia dalam diskusi di Menara Global, Jakarta, Kamis (16/1/2025).

    Rusia diketahui merupakan produsen minyak terbesar ketiga di dunia. Negara itu mampu memproduksi minyak 10,75 juta barel per hari.

    Selain itu, Purnomo juga mengungkap keuntungan Indonesia dengan negara anggota BRICS lainnya. Dengan Brasil, menurutnya Indonesia dapat belajar dalam mengembangkan komoditas perkebunan menjadi energi unggulan.

    Sementara dengan India, Indonesia bisa memanfaatkan kebutuha batu bara yang besar di negara itu. Indonesia sendiri merupakan penghasil batu bara yang sangat besar.

    “India is the big Market untuk batu bara kita. Jadi market terbesar itu untuk batu bara itu China dan India. Tadi saya sampaikan ya bahwa kalau kita tuh net importer minyak ya balance of trade kita besar karena di minyak tetap, tetapi ekspor batu bara,” terangnya.

    Kemudian dengan China, negara itu dinilai mau berinvestasi di Indonesia. Kesempatan itu perlu diamankan oleh Indonesia karena diperlukan juga untuk mendorong ekonomi negara.

    “Seperti tadi saya bilang di dalam GDP nomor dua itu kuncinya di investasi, nomor satu di konsumsi. Dan kemudian ekspor impor. Jadi China itu mau untuk bawa uang ke sini. Tapi memang perlu ada divestasi dari investasi,” terangnya.

    Terakhir dengan Afrika Selatan, Indonesia dapat belajar bagaimana batu bara diubah menjadi sumber energi yang lebih ramah lingkungan. Contohnya batu bara yang diubah menjadi gas atau Dimethyl Ether (DME).

    “Nah kita punya batu bara sampai 150 tahun. Can we do that? Yes tapi ada problem itu yang terjadi di Sumatera Selatan kemarin. Apa problemnya? batu bara sudah jadi DME, tapi waktu dia diadu di market, dia kalah dengan LPG. Loh kenapa? karena LPG-nya disubsidi harga, that’s the problem,” pungkasnya.

    (ada/rrd)

  • Pemangkasan Bunga BI jadi 5,75% Longgarkan Likuiditas Bank

    Pemangkasan Bunga BI jadi 5,75% Longgarkan Likuiditas Bank

    Jakarta, FORTUNE – Pemangkasan suku bunga acuan Bank Indonesia (BI) pada awal tahun ini menjadi 5,75 persen disambut baik oleh para Perbankan. Sejumlah bank nasional berharap bahwa longgarnya kebijakan bunga acuan turut semakin melonggarkan likuiditas bank nasional. 

    “Secara gradual, penurunan suku bunga acuan akan meningkatkan likuiditas dan mendorong penurunan suku bunga kredit, yang diharapkan dapat memperkuat permintaan kredit di berbagai sektor,” kata Corporate Secretary Bank Mandiri, M. Ashidiq Iswara kepada Fortune Indonesia di Jakarta, Kamis (16/1). 

    Penurunan bunga acuan akan pacu DPK & kredit

    Ilustrasi Menara BCA/Dok BCA

    Di sisi lain, lanjut Ashidiq, peningkatan likuiditas di pasar juga berpotensi mendorong pertumbuhan Dana Pihak Ketiga (DPK) dan berkontribusi pada pengurangan biaya dana atau cost of fund. “Sehingga memperkuat posisi Bank Mandiri dalam mendukung pertumbuhan ekonomi nasional,” kata Ashidiq. 

    Sementara itu, perbankan lainnya seperti BCA juga berharap kebijakan ini dapat menstimulasi permintaan kredit dan mendukung pertumbuhan ekonomi yang berkelanjutan. 

    “Pada prinsipnya, BCA akan sejalan dengan kebijakan suku bunga acuan BI. Selain suku bunga acuan, BCA juga mencermati parameter lainnya dalam menentukan kebijakan suku bunga kredit,” kata EVP Corporate Communication and Social Responsibility BCA Hera F. Haryn. 

    Ia menyebut, parameter pemacu kredit tersebut antara lain indikator makroekonomi, kondisi likuiditas sektor perbankan, termasuk situasi pasar yang menyangkut aspek permintaan dan penawaran yang ada. 

    “Terkait cost of fund, berkat pendanaan BCA yang didukung dana giro dan tabungan (CASA), BCA optimistis mampu menjaga cost of fund secara keseluruhan,” kata Hera. 

    Ia menjelaskan, CASA secara bank only berkontribusi sekitar 82 persen dari total DPK atau tumbuh 5,6 persen mencapai Rp915 triliun per November 2024. Secara keseluruhan, total Dana Pihak Ketiga (DPK) secara bank only naik 3,5 persen mencapai Rp1.109 triliun per November 2024. 

    BI diramal masih akan turunkan bunga acuan

    Gedung HSBC. (Unsplash/Joshua Lawrence)

    Sementara itu, Chief Economist, India and Indonesia, HSBC Global Research, Pranjul Bhandari mengaku cukup kaget terkait keputusan bank sentral Indonesia. Menurutnya langkah mengejutkan ini untuk stabilisasi nilai tukar rupiah dan memacu pertumbuhan ekonomi. 

    Meski demikian, Pranjul memprediksi suku bunga acuan BI masih akan turun kembali di tahun ini. “Kami memperkirakan dua pemangkasan suku bunga 25 bps lagi di 2Q 2025, menjadikan suku bunga kebijakan menjadi 5,25 persen,” kata Pranjul. 

    Sementara itu, BI juga sedikit menurunkan perkiraan pertumbuhan PDB RI 2025 dari 4,8-5,6 persen menjadi 4,7-5,5 persen dengan menyebutkan tren ekspor, konsumsi, dan investasi swasta yang lemah.

  • Lampu Kuning, Nilai Ekspor RI ke China Mulai Menurun

    Lampu Kuning, Nilai Ekspor RI ke China Mulai Menurun

    Bisnis.com, JAKARTA — Nilai ekspor barang dari Indonesia ke China mengalami penurunan selama 2024. Padahal, setidaknya sejak 2020, ekspor ke China selalu meningkatkan secara tahunan.

    Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS), nilai ekspor ke China mencapai US$62,43 miliar selama 2024. Jumlah tersebut berkurang 3,84% dari realisasi nilai ekspor Indonesia ke China pada 2023 yaitu US$64,93 miliar.

    Ini menjadi penurunan nilai ekspor Indonesia ke China pertama setidaknya dalam lima tahun terakhir. Secara tahunan, realisasi ekspor Indonesia ke China yaitu US$27,96 miliar pada 2019, US$31,78 miliar pada 2020, US$53,76 miliar pada 2021, US$65,83 miliar pada 2022, US$64,93 miliar pada 2023, dan US$62,43 miliar pada 2024.

    Singkatnya, penurunan hanya terjadi pada 2024. Secara lebih terperinci, penurunan nilai ekspor Indonesia ke China pada 2024 disebabkan oleh tiga komoditas utama yaitu besi dan baja, bahan bakar mineral, serta lemak dan minyak nabati.

    Tiga komoditas tersebut merupakan barang yang paling banyak diekspor Indonesia ke China selama 2023. Kendati demikian, nilai menurunnya selama 2024.

    Nilai ekspor besi dan baja mencapai US$18,33 miliar pada 2023; menurun 12,35% menjadi US$16,33 miliar pada 2024.

    Kemudian nilai ekspor bahan bakar mineral sebesar US$14,97 miliar pada 2023; menurun 7,27% menjadi US$13,88 miliar pada 2024.

    Terakhir nilai ekspor lemak dan minyak nabati mencapai US$6,07 miliar pada 2023; menurun 16,14% menjadi US$5,09 miliar pada 2024.

    Sebagai catatan, notabenenya berat ekspor barang Indonesia ke China meningkat pada 2024 dibandingkan 2023. Total, berat ekspor ke Indonesia mencapai 264,35 juta ton pada 2023; naik 7,11% menjadi 283,14 juta ton pada 2024.

    Penurunan nilai ekspor meski beratnya meningkatkan bisa terjadi karena sejumlah faktor seperti penurunan harga komoditas, perubahan kurs mata uang, hingga perjanjian. Artinya, dinamika perekonomian global sangat berpengaruh.

    Ketergantungan ke China

    Data BPS juga mengungkapkan, ekspor barang Indonesia memang sangat tergantung kepada China. Selama 2024, total nilai ekspor barang non migas Indonesia mencapai US$248,82 miliar.

    Dari jumlah tersebut, nilai ekspor non migas Indonesia paling banyak ke China yaitu mencapai US$60,22 miliar (24,2% dari total nilai ekspor non migas). Sementara itu, di posisi kedua ada Amerika Serikat (AS) dengan nilai ekspor non migas sebesar US$26,31 miliar (‘hanya’ setara 10,57% dari nilai total).

    Data tersebut menunjukkan ketergantungan Indonesia ke China. Oleh sebab itu, jika tren penurunan nilai ekspor ke China—seperti yang terjadi selama 2024—berlanjut maka akan menjadi alarm untuk perekonomian Indonesia.

    Masalahnya, ke depan perekonomian China menghadapi ketidakpastian. Belakangan, China dibayang-bayangi oleh perang dagang dengan AS hingga Uni Eropa.

    Presiden terpilih AS Donald Trump misalnya yang telah mengancam akan mengenakan tarif hingga 60% untuk barang-barang impor China. Sementara itu, Uni Eropa memberlakukan tarif baru yang lebih tinggi hingga mencapai 45% untuk kendaraan listrik asal China.

    Tak heran apabila banyak lembaga internasional yang menilai pertumbuhan ekonomi China akan melambat pada 2025. Bank Dunia alias World Bank misalnya.

    Dalam laporan bertajuk World Bank East Asia and The Pacifix Economic Update October 2024, Bank Dunia memproyeksikan ekonomi China tumbuh 4,3% pada 2025. Angka tersebut lebih rendah daripada proyeksi pada 2024 yaitu 4,8%.

    Oleh sebab itu, tidak heran sejumlah pihak mewanti-wanti pemerintah agar ke depannya mengurangi ketergantungan kepada China ketika perekonomian Negeri Panda tersebut sedang gonjang-ganjing. Pemerintah sendiri sadar betul akan ancaman tersebut.

    Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto mengakui bahwa banyak tantangan eksternal ke depan. Indonesia, sambungnya, tidak imun dari dampak negatif ketidakpastian perekonomian global.

    Oleh sebab itu, agar tidak terlalu bergantung kepada satu pihak, Indonesia ingin bergabung ke sebanyak mungkin blok ekonomi multilateral.

    “Sehingga dengan demikian dalam kesulitan global kita sudah kerja sama dengan berbagai pihak,” katanya dalam acara BNI Investor Daily Roundtable di Jakarta Pusat, Rabu (15/1/2025).

    Dia mencontohkan Indonesia sudah diterima di blok ekonomi BRICS. Saat ini, sambungnya, pemerintah juga sedang melakukan aksesi agar masuk ke OECD.

  • Airlangga soal Kemungkinan AS ‘Marah’ RI Gabung BRICS: Itu Relatif

    Airlangga soal Kemungkinan AS ‘Marah’ RI Gabung BRICS: Itu Relatif

    Bisnis.com, JAKARTA — Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto mengungkapkan belum tentu Amerika Serikat alias AS marah dengan keputusan Indonesia bergabung ke BRICS.

    Airlangga mengklaim pemerintah AS sudah paham dengan keputusan Indonesia bergabung ke blok ekonomi besutan Brasil, Rusia, India, China, dan Afrika Selatan tersebut.

    “Amerika marah, tidak marah, itu relatif,” ujar Airlangga dalam acara BNI Investor Daily Roundtable di Jakarta Pusat, Rabu (15/1/2025).

    Politisi Partai Golkar itu mencontohkan dalam pertemuan Presiden Prabowo Subianto dengan Presiden AS Joe Biden pada medio November 2024, pihak Gedung Putih sudah menyatakan akan menunggu Indonesia bergabung ke blok ekonomi Organisation for Economic Co-operation and Development (OECD).

    AS sendiri merupakan salah satu ‘pendiri’ OECD. Saat dibentuk 1961, OECD merupakan lanjutan dari Organisation for European Economics Co-operation (OEEC) yang awalnya dibentuk untuk mengelola program Marshall Plan usulan AS.

    “Jadi kita kan dalam proses aksesi OECD. Kemudian dengan Amerika per hari ini kita sudah mendatangani tiga dari empat pilar Indo-Pacific Economic Framework,” jelas Airlangga.

    Oleh sebab itu, dia menegaskan bahwa keputusan pemerintah bergabung dengan BRICS bukan untuk memusuhi AS. Indonesia, sambungnya, juga ingin bergabung dengan blok ekonomi yang berdampingan dengan AS.

    Dia mengingatkan bahwa Indonesia tidak imun dengan ketidakpastian ekonomi global seperti yang terjadi belakangan. Dengan demikian, Indonesia ingin berteman dengan siapa saja terutama dalam hal aktivitas ekonomi.

    Sebelumnya, Center of Economic and Law Studies (Celios) mewanti-wanti pemerintah Indonesia agar berhati-hati kepada ancaman presiden terpilih AS Donald Trump usai resmi menjadi anggota tetap blok ekonomi BRICS.

    Trump sendiri sempat mengancam akan menerapkan tarif bea impor 100% kepada barang-barang dari negara BRICS apabila melakukan dedolarisasi.

    Direktur Desk China-Indonesia Celios Muhammad Zulfikar Rakhmat mengingatkan bahwa Trump merupakan pemimpin yang kerap membuktikan ucapannya. Jika benar maka ekonomi Indonesia akan gonjang-ganjing dalam jangka waktu pendek dan menengah.

    “Hal ini juga akan menyebabkan penurunan tajam pada volume ekspor, terutama untuk produk-produk yang sangat bergantung pada pasar AS,” ungkap Zulfikar dalam keterangannya, Rabu (8/1/2025).

    Apalagi, sambungnya, terpilihnya kembali Trump akan membuat perang dagang AS-China semakin memanas. Oleh sebab itu, ekonomi China diproyeksi masih akan melambat.

  • Kemendag Tegaskan Ekspor Minyak Jelantah Diperketat – Page 3

    Kemendag Tegaskan Ekspor Minyak Jelantah Diperketat – Page 3

    Sebelumnya, pemerintah memperketat ekspor limbah pabrik kelapa sawit (Palm Oil Mill Effluent/POME), residu minyak sawit asam tinggi (High Acid Palm Oil Residue/HAPOR), dan minyak jelantah (Used Cooking Oil/UCO).

    Kebijakan tersebut diatur melalui Peraturan Menteri Perdagangan Nomor 2 Tahun 2025 tentang Perubahan Atas Peraturan Menteri Perdagangan Nomor 26 Tahun 2024 tentang Ketentuan Ekspor Produk Turunan Kelapa Sawit. Permendag Nomor 2 Tahun 2025 mulai berlaku pada 8 Januari 2025.

    Menteri Perdagangan Budi Santoso, atau Mendag Busan mengatakan, kebijakan ini ditempuh untuk menjamin ketersediaan bahan baku bagi industri minyak goreng dalam pelaksanaan program minyak goreng rakyat. Selain itu juga, untuk mendukung implementasi penerapan biodiesel berbasis minyak sawit sebesar 40 persen (B40).

    “Menindaklanjuti arahan Presiden, kami menegaskan bahwa prioritas utama pemerintah saat ini adalah memastikan ketersediaan bahan baku minyak kelapa sawit (crude palm oil/CPO) bagi industri minyak goreng dan mendukung implementasi B40. Tentu akan ada dampak dari kebijakan ini. Namun, sekali lagi kami tegaskan, kepentingan industri dalam negeri adalah yang paling utama,” tutur Mendag Busan seperti dikutip dari keterangan resmi, Jumat (10/1/2025).

    Mendag Busan menjelaskan, Permendag Nomor 2 Tahun 2025 mengatur mengenai Kebijakan Ekspor Produk Turunan Kelapa Sawit residu, yaitu POME dan HAPOR, dan UCO, termasuk syarat untuk mendapatkan Persetujuan Ekspor (PE).

    Berdasarkan Permendag 2 Tahun 2025 Pasal 3A, kebijakan ekspor produk turunan kelapa sawit berupa minyak jelantah dan Residu dibahas dan disepakati dalam rapat koordinasi antarkementerian/lembaga pemerintah nonkementerian yang menyelenggarakan koordinasi, sinkronisasi, dan pengendalian urusan pemerintah di bidang pangan.

     

  • Neraca Perdagangan Indonesia Surplus 5 Tahun Beruntun

    Neraca Perdagangan Indonesia Surplus 5 Tahun Beruntun

    Indonesia kembali mencatatkan surplus perdagangan pada 2024, melanjutkan tren yang sama selama lima tahun berturut-turut. Surplus perdagangan Indonesia sepanjang 2024 tercatat sebesar 31,04 miliar dolar Amerika Serikat (AS).

    Posisi surplus ini mengalami penurunan dibandingkan dengan surplus pada 2023 yang mencapai 36,89 miliar dolar AS. Meski menurun, volume perdagangan ekspor maupun impor mengalami peningkatan dibanding tahun lalu. Hal itu menunjukkan dampak moderasi harga komoditas global yang cukup kuat sepanjang 2024.

    “Surplus perdagangan yang kita capai untuk tahun kelima ini mencerminkan ketahanan yang baik dari perekonomian Indonesia. Penurunan nilai surplus terutama disebabkan oleh tren moderasi harga komoditas global pada 2024,” ujar Kepala Badan Kebijakan Fiskal, Kementerian Keuangan, Febrio Kacaribu, dikutip dari keterangan resmi, Kamis (16/1).

    Ekspor Indonesia 2024 didominasi sektor nonmigas

    Kinerja ekspor Indonesia pada 2024 juga menunjukkan hasil positif. Nilai total ekspor tercatat mencapai 264,70 miliar dolar AS, naik 2,29% dibandingkan pada 2023. Volume ekspor mengalami kenaikan sebesar 5,37% (year-on-year/YoY).

    Peningkatan ini didorong terutama oleh ekspor nonmigas, khususnya dari sektor industri pengolahan yang berkontribusi sebesar 74,25% terhadap total ekspor nonmigas Indonesia. Hal ini mencerminkan perkembangan positif dalam industri manufaktur.

    Komoditas ekspor utama pada 2024 didominasi oleh bahan bakar mineral (HS27), lemak dan minyak nabati (HS15), serta besi dan baja (HS72). Kontribusi masing-masing sektor tersebut sebesar 15,94%, 10,78%, dan 10,37% terhadap total ekspor nonmigas.

    Adapun Cina tetap menjadi tujuan ekspor utama Indonesia dengan kontribusi sebesar 26,40%. Lalu, diikuti oleh Amerika Serikat dan Jepang dengan kontribusi masing-masing sebesar 11,22% dan 6,59%.

    Impor Indonesia pada 2024 juga meningkat

    Seiring dengan ekspor, kinerja impor Indonesia juga tercatat meningkat pada 2024, baik dari sisi nilai (naik 11,07% YoY) maupun volume (naik 3,37% YoY). Nilai impor tercatat sebesar 233,66 miliar dolar AS, didominasi oleh impor bahan baku/penolong dan barang modal yang menyumbang 90,28% dari total impor.

    Kenaikan impor ini berhubungan dengan peningkatan sektor industri pengolahan yang tercermin dari peningkatan kinerja ekspor. Berdasarkan komoditas, impor mesin atau perlengkapan elektrik dan mesin mekanis tercatat mengalami pertumbuhan. Sementara impor besi dan baja mengalami penurunan.

    Febrio menungkapkan, capaian ini memperkuat optimisme bahwa target pertumbuhan ekonomi sebesar 5% dapat tercapai pada tahun 2024.

    “Ke depan, Pemerintah berkomitmen untuk terus mendorong keberlanjutan hilirisasi sumber daya alam, meningkatkan daya saing produk ekspor nasional, serta memperluas diversifikasi mitra dagang utama. Langkah-langkah ini sangat penting untuk menjaga stabilitas ekonomi di tengah tantangan dan ketidakpastian global yang semakin kompleks,” tutup Febrio.