Topik: ekspor

  • Kemenangan Indonesia di WTO Soal Diskriminasi Sawit Bukti Kemampuan Melindungi Kepentingan Nasional

    Kemenangan Indonesia di WTO Soal Diskriminasi Sawit Bukti Kemampuan Melindungi Kepentingan Nasional

    Jakarta, Beritasatu.com – Kemenangan Indonesia di Organisasi Perdagangan Dunia (World Trade Organization/WTO) yang berhasil membuktikan diskriminasi oleh Uni Eropa (UE) dalam sengketa dagang kelapa sawit membawa manfaat positif untuk ekonomi, politik, hingga lingkungan.

    Wakil Menteri Perdagangan (Wamendag) Dyah Roro Esti Widya Putri menilai kemenangan ini dapat berkontribusi positif terhadap nilai perdagangan Indonesia.

    “Kami mengapresiasi itu. Mengenai ekspor dan permintaan, itu biasanya lintas negara termasuk dari Eropa. Kami berharap ini justru akan bisa berkontribusi terhadap nilai perdagangan kita secara keseluruhan, otomatis dengan jumlah ekspor kita yang semakin meningkat, ketergantungan kita kepada impor juga berkurang,” ujar Dyah Roro di Jakarta, Jumat (18/1/2025) dilansir dari Antara.

    Wamendag memberikan apresiasi terhadap upaya pemerintah Indonesia yang berhasil membuktikan diskriminasi tersebut. 

    “Secara keseluruhan tentu kita apresiasi dengan kemenangan kita, ini menjadi sesuatu hal yang pendobrak juga,” ujarnya.

    Apresiasi juga diungkapkan Guru Besar Institut Pertanian Bogor (IPB) Yanto Santoso. Menurut Yanto, kemenangan Indonesia dalam sengketa sawit ini merupakan bukti bahwa Indonesia mampu melindungi kepentingan nasionalnya.

    “Kemenangan ini menjadi bukti kalau kita mampu melindungi kepentingan nasional,” papar Yanto.

    Yanto memilai kemenangan ini membawa manfaat positif untuk negara dan rakyat Indonesia. Di bidang ekonomi kemenangan ini bisa meningkatkan ekspor minyak sawit khususnya ke Uni Eropa, mengurangi berbagai hambatan perdagangan dan diskriminasi yang selama ini selalu dikenakan kepada produk-produk minyak sawit Indonesia.

    “Tentunya kemenangan ini akan membuka peluang baru bagi pasar pasar yang bisa kita dekati. Itu manfaat ekonomi,” jelas dia.

    Dampak politiknya, menurut Yanto akan meningkatkan posisi tawar Indonesia di dunia internasional. “Sawit kita sudah didiskriminasi. Dengan kemenangan ini kita akan meningkatkan posisi tawar kita di dunia internasional,” ujarnya.

    Manfaat kemenangan ini di bidang lingkungan, yang pertama yaitu akan mendorong perkembangan industri sawit Tanah Air menjadi lebih berkelanjutan. “Yang kedua, tentu saja kita akan bisa mengurangi emisi gas rumah kaca kita melalui penggunaan biofuel,” beber Yanto.

    Terakhir, Yanto menambahkan kemenangan Indonesia di WTO dalam diskriminasi sawit ini akan meningkatkan kesadaran terkait pentingnya kelestarian lingkungan.

  • 6,3 Juta Unit Motor Baru Terjual di RI Sepanjang 2024, yang Beli Motor Bebek Segini

    6,3 Juta Unit Motor Baru Terjual di RI Sepanjang 2024, yang Beli Motor Bebek Segini

    Jakarta

    Ada 6,3 jutaan motor baru yang terjual di Indonesia sepanjang tahun 2024. Dari 6,3 juta itu, hanya segini yang membeli motor bebek.

    Penjualan motor di dalam negeri selama tahun 2024 mengalami kenaikan tipis dibandingkan tahun 2023. Berdasarkan data Asosiasi Industri Sepeda Motor Indonesia (AISI), sepanjang Januari-Desember 2024 ada 6.333.310 unit motor baru yang terjual. Sebelumnya pada tahun 2023, penjualan motor hanya menyentuh 6.236.992 unit.

    Dari total 6,3 jutaan unit itu, motor jenis skuter matic masih jadi yang paling banyak diburu. Distribusinya mencapai 90,39 persen atau sekitar 5,7 jutaan unit. Ini sangat berbanding terbalik dengan motor bebek yang pesonanya mulai memudar dalam beberapa tahun belakangan. Tercatat distribusi motor sport pada periode tersebut hanya 5,4 persen atau sekitar 341 ribuan unit.

    Kontribusi Penjualan Motor Bebek dari Tahun ke Tahun

    Sedangkan sekitar 4,21 persen sisanya atau sekitar 266 ribuan unit disumbang oleh motor sport. Pangsa motor bebek memang terlihat anjlok sejak tahun 2013. Berikut rincian kontribusi motor bebek terhadap penjualan motor di Tanah Air.

    2013: 22,8 persen2014: 18,7 persen2015: 13,2 persen2016: 10,1 persen2017: 8,4 persen2018: 7,9 persen2019: 7,1 persen2020: 6 persen2021: 6,3 persen2022: 6,2 persen2023: 5,08 persen2024: 5,4 persen

    Popularitas motor matic yang kian menanjak dari tahun ke tahun memang tak terhindarkan. Kepraktisan yang ditawarkan membuat motor matic jadi primadona. Pengendara tak perlu repot ganti gigi untuk menyesuaikan dengan kecepatan di jalan. Dengan motor matic, pengendara hanya mengandalkan dua tangan untuk mengendalikan motor. Ngegas, ngerem, tanpa perlu ganti gigi. Terlebih untuk melibas jalanan yang macet, motor matic menjadi salah satu hal yang bisa memudahkan pengendara.

    Hal ini berbeda dengan pasar ekspor. Masih dalam data AISI, motor matic masih memberikan kontribusi yang cukup lumayan di mancanegara. Kontribusinya tercatat sebanyak 24,58 persen dari total ekspor 572.506 unit atau sekitar 145 ribuan unit. Begitupula dengan motor sport, kontribusinya mencapai 24,45 persen. Sedangkan motor matic menjadi penyumbang terbesar. Sekitar 286 ribuan motor yang diekspor berjenis matic.

    (dry/din)

  • Usai Tumbuh 5%, Ekonomi China 2025 Bersiap Hadapi ‘Goncangan’ Tarif Trump

    Usai Tumbuh 5%, Ekonomi China 2025 Bersiap Hadapi ‘Goncangan’ Tarif Trump

    Bisnis.com, JAKARTA — Ekonomi China pada 2025 dihadapkan pada risiko pengenaan tarif dari presiden terpilih AS Donald Trump, usai berhasil tumbuh lebih dari yang diharapkan pada 2024 karena adanya stimulus kilat dan ledakan ekspor. 

    Melansir dari Bloomberg, Sabtu (18/1/2025), produk domestik bruto (PDB) China pada kuartal IV/2024 tumbuh 5,4% dan menandai laju tercepat dalam enam kuartal. Lonjakan ini membawa pertumbuhan setahun penuh menjadi 5%. 

    Sekalipun pemerintah China memberikan stimulus pada akhir tahun tersebut, pertumbuhan konsumsi tahunan tetap berada di bawah tingkat sebelum pandemi, investasi properti mengalami kontraksi terbesar sepanjang sejarah dan deflasi berlanjut selama dua tahun berturut-turut. 

    Setelah disesuaikan dengan penurunan harga, PDB nominal hanya tumbuh 4,2% pada 2024, yang paling lambat sejak ekonomi dibuka pada akhir 1970-an, kecuali pandemi.

    Ekonom Societe Generale SA Wei Yao dan Michelle Lam menyampaikan pemulihan ekonomi tersebut hanya bersifat tentatif dan konsumsi masih cukup rapuh.  

    “Para pembuat kebijakan perlu melakukan dorongan fiskal yang lebih kuat pada tahun 2025 untuk memastikan stabilitas pertumbuhan,” ujarnya. 

    Bersiap menghadapi Trump

    China akan mengumumkan target pertumbuhannya untuk 2025 pada sidang parlemen tahunan di bulan Maret. 

    Namun, untuk mencapai pertumbuhan 5% mungkin akan lebih sulit tahun ini bagi negara dengan perekonomian terbesar kedua di dunia ini. Pasalnya Presiden terpilih AS Donald Trump, yang akan kembali ke Gedung Putih minggu depan, telah mengancam tarif setinggi 60% untuk barang-barang China. 

    Hal ini dapat menghancurkan perdagangan dengan negara Asia tersebut dan merusak pendorong pertumbuhan yang menyumbang sekitar seperempat pertumbuhan pada 2024.

    Kepala ekonom China di BNP Paribas SA Jacqueline Rong melihat titik terang terbesar dalam perekonomian tahun lalu adalah ekspor, yang sangat kuat terutama jika faktor harga dikecualikan.

    “Itu berarti masalah terbesar tahun ini adalah tarif AS,” tuturnya. 

    Ancaman tarif Trump mendorong bisnis global untuk meningkatkan pengiriman dan mendukung ekspansi ekonomi tahun lalu. Namun, dorongan tersebut dapat memudar dalam beberapa bulan mendatang karena potensi pungutan, termasuk dari Uni Eropa dan mitra dagang lainnya, membuat ekspor China menjadi kurang kompetitif.

    Meskipun pemerintah telah mengisyaratkan bahwa mereka memiliki ruang kebijakan yang cukup untuk menstimulasi ekonomi, efektivitas belanja publik telah berkurang dalam beberapa tahun terakhir. 

    Para pejabat telah berjuang untuk menemukan proyek-proyek infrastruktur yang cukup tepat untuk dibangun sementara investasi swasta telah menyusut. Dorongan manufaktur lebih lanjut akan berisiko memperburuk kelebihan kapasitas pabrik dan keluhan dari para mitra dagang bahwa negara ini membanjiri pasar global dengan barang-barang murah.

    Untuk mengatasi hal tersebut, pemerintah China berencana untuk memperluas program dengan mensubsidi perusahaan dan konsumen untuk meningkatkan peralatan dan perlengkapan. 

    Uang pensiun dan subsidi untuk asuransi kesehatan beberapa kelompok akan naik dan dapat mendorong rumah tangga untuk membelanjakan uangnya daripada menabung. 

    Pemerintah mengalokasikan 300 miliar yuan (US$40,9 miliar) —yang diperoleh dari penjualan obligasi khusus tahun lalu—untuk mendanai program peningkatan peralatan dan tukar tambah barang konsumen. 

    Langkah tersebut diproyeksi kepala ekonom untuk Greater China di Bank of America Helen Qiao dapat berlipat ganda menjadi 600 miliar yuan tahun ini. 

    Para pejabat juga mengizinkan obligasi lokal khusus untuk digunakan oleh pemerintah kota untuk mengakuisisi rumah-rumah yang tidak terjual dan membeli kembali tanah yang tidak terpakai. 

    Namun, kemajuan telah lambat dalam inisiatif untuk mengurangi persediaan perumahan, serta dalam upaya yang dipimpin oleh pemerintah untuk merenovasi desa-desa perkotaan. 

    Hal ini berkontribusi pada sentimen yang sangat lemah di antara para pengembang China, dengan investasi real estat anjlok 10,6% tahun lalu atau menjadi yang terburuk sejak pencatatan dimulai pada 1987.

    Kepala ekonom China di Nomura Holdings Inc. Lu Ting mengkhawatirkan China tidak akan cukup untuk meningkatkan ekonominya usai tumbuh sesuai target akibat stimulus jumbo. 

    “Sederhananya, terlepas dari data yang optimis hari ini, sekarang bukan waktunya bagi Beijing untuk berpuas diri,” tuturnya. 

  • Video: Ada Program B40-Makan Gratis, PR RI Genjot Produksi Sawit 2025

    Video: Ada Program B40-Makan Gratis, PR RI Genjot Produksi Sawit 2025

    Jakarta, CNBC Indonesia- Agrifood Analyst CNBC Indonesia Research, Emanuella Bungasmara Ega Tirta memproyeksi permintaan CPO dalam negeri pada tahun 2025 seiring dengan dimulainya implementasi program B40 dengan target serapan 15,6 juta kiloliter. Selain itu kebutuhan CPO yang besar untuk kebutuhan produsen pangan hingga kosmetik

    Ega Tirta menyebutkan kenaikan kebutuhan CPO harus mampu diimbangi dengan upaya meningkatkan produktivitas sawit dalam negeri di tengah ancaman perubahan iklim termasuk La Nina.

    Di sisi lain, terus naiknya kebutuhan CPO dalam negeri akan berdampak pada tergerusnya kinerja ekspor CPO Indonesia. Lalu seperti apa analisa terkait harga, pasokan hingga upaya yang diperlukan untuk mengerek produktivitas sawit RI di 2025? Selengkapnya simak dialog Bramudya Prabowo dengan Agrifood Analyst CNBC Indonesia Research, Emanuella Bungasmara Ega Tirta dalam Squawk Box,CNBCIndonesia (Kamis, 16/01/2025)

  • Indonesia Menang Sengketa Sawit di WTO, Guru Besar IPB: Bakal Dongkrak Ekspor ke Uni Eropa – Halaman all

    Indonesia Menang Sengketa Sawit di WTO, Guru Besar IPB: Bakal Dongkrak Ekspor ke Uni Eropa – Halaman all

    TRIBUNNEWS.COM – Kemenangan Indonesia dalam sengketa sawit melawan Uni Eropa di Organisasi Perdagangan Dunia (WTO) mendapat apresiasi dari Guru Besar Institut Pertanian Bogor (IPB), Yanto Santoso.

    Guru besar bidang kehutanan itu menyebut keberhasilan ini menjadi bukti bahwa Indonesia mampu melindungi kepentingan nasionalnya.

    “Ini menunjukkan bahwa kita bisa melindungi kepentingan nasional kita,” kata Yanto kepada wartawan, Sabtu (18/1/2025).

    Menurut Yanto, kemenangan di WTO ini membawa dampak positif bagi Indonesia, baik dari sisi ekonomi, politik, maupun lingkungan.

    Di sektor ekonomi, Yanto menilai kemenangan ini dapat meningkatkan ekspor minyak sawit Indonesia, khususnya ke Uni Eropa.

    Selain itu, berbagai hambatan perdagangan dan diskriminasi yang selama ini dikenakan terhadap produk sawit Indonesia diharapkan dapat berkurang.

    “Ini juga membuka peluang baru untuk pasar-pasar lain yang bisa kita dekati. Itu manfaat ekonominya,” ujarnya.

    Dalam bidang politik, Yanto menjelaskan kemenangan ini akan memperkuat posisi tawar Indonesia di kancah internasional. Selama ini, produk sawit Indonesia sering mengalami diskriminasi di pasar global.

    “Dengan kemenangan ini, posisi bargaining kita di dunia internasional akan meningkat,” katanya.

    Yanto juga menyoroti manfaat kemenangan ini bagi lingkungan. Ia menyebut kemenangan ini dapat mendorong industri sawit di Tanah Air untuk lebih berkelanjutan. Selain itu, penggunaan biofuel dari kelapa sawit dinilai mampu mengurangi emisi gas rumah kaca.

    “Kita bisa menurunkan emisi gas rumah kaca melalui biofuel,” jelasnya.

    Lebih lanjut, Yanto menambahkan bahwa kemenangan ini harus diikuti dengan peningkatan kesadaran terhadap pentingnya menjaga kelestarian lingkungan.

    “Kita perlu terus memantau. Uni Eropa pasti akan berkelit. Penting untuk memastikan putusan ini dilaksanakan dengan baik,” tandasnya.

  • Jelang Pelantikan Trump, Neraca Dagang RI-AS Surplus 4 Tahun Terakhir

    Jelang Pelantikan Trump, Neraca Dagang RI-AS Surplus 4 Tahun Terakhir

    Bianis.com, JAKARTA — Pelantikan Presiden Amerika Serikat (AS)Terpilih Donald Trump akan berlangsung secara indoor di Gedung Capitol, Washington DC, Senin (20/1/2025) nanti. 

    Trump akan menggantikan Joe Biden dari Partai Demokrat yang jabatannya segera berakhir. Kemenangan Trump banyak diprekdisi akan mengubah politik luar negeri AS. Apalagi, pada periode pertama pemerintahannya, Trump menerapkan kebijakan ekonomi yang agresif dan proteksionis. 

    Adapun Trump telah menghimbau para pendukungnya supaya menyaksikan upacara tersebut melalui layar di dalam Capital One Arena. Capitol One Arena adalah tempat olahraga profesional untuk basket dan hoki yang terletak di pusat kota Washington dengan kapasitas 20.000 orang. 

    Sementara itu, parade pelantikan Presiden akan dimeriahkan oleh berbagai penampilan. Salah satunya adalah pertunjukkan marching band dan kelompok lainnya. Akibatnya, sepanjang Pennsylvania Avenue menuju Gedung Putih, akan dialihkan ke Capital One Arena.

    Surplus Perdagangan RI

    Pelantikan Trump cukup penting bagi hubungan Indonesia dan AS. Indonesia memiliki hubungan dagang yang cukup kuat dengan AS. Neraca perdagangan Indonesia dengan AS tercatat surplus. AS juga merupakan negara tujuan ekspor terbesar kedua Indonesia, setelah China.

    Pada periode Januari – November 2024, defisit perdagangan AS dengan Indonesia mencapai US$16,3 miliar. Itu artinya AS memberikan keuntungan secara ekonomi bagi Indonesia.

    Menariknya angka yang disajikan oleh otoritas data AS dengan Badan Pusat Statistik (BPS) agak berbeda. BPS mencatat ada tahun 2021, surplus neraca perdangan antara Indonesia dengan AS mencapai US$14,5 miliar. Tahun 2022, terjadi lonjakan surplus hingga mencapai US$16,5 miliar. Namun pada tahun 2023, surplus negara perdagangan Indonesia dengan AS menyusut menjadi US$11,9 miliar.

    Pada tahun 2024, data sampai Desember, ekspor nonmigas Indonesia ke AS tercatat mencapai US$26,3 miliar. Surplus neraca perdagangan Indonesia terhadap AS mencapai angka di kisaran US$16,9 miliar.

    Adapun surplus neraca perdagangan Indonesia dengan AS dari Januari-November 2024 kalau mengacu kepada data Cencus.gov mencapai US$16,3 miliar.

    Dengan porsi hubungan dagang antara Indonesia dan AS yang cukup besar, pemerintah tetap perlu berhati-hati mengambil kebijakan luar negerinya. Salah mengambil dosis kebijakan, bisa menjadi bencana bagi perekonomian Indonesia.

    Direktur Desk China-Indonesia Celios Muhammad Zulfikar Rakhmat mengingatkan bahwa Trump merupakan pemimpin yang kerap membuktikan ucapannya. Tanpa kehati-hatian dalam mengambil keputusan bisa jadi bumerang bagi ekonomi Indonesia. “Hal ini juga akan menyebabkan penurunan tajam pada volume ekspor, terutama untuk produk-produk yang sangat bergantung pada pasar AS,” ungkap Zulfikar.

    Di sisi lain, politikus Gerindra yang juga keponakan Prabowo Subianto, Budisatrio Djiwandono menegaskan bahwa keanggotaan di BRICS bukanlah langkah konfrontasi RI dengan Barat. Keanggotaan Indonesia di BRICS ini bukan bentuk konfrontasi dengan pihak manapun. Seperti pesan Presiden Prabowo, bahwa ‘seribu teman terlalu sedikit, satu musuh terlalu banyak.”

  • Mengapa Nilai Tukar Rupiah Bisa Naik dan Turun? Ini Sebabnya

    Mengapa Nilai Tukar Rupiah Bisa Naik dan Turun? Ini Sebabnya

    Nilai tukar memiliki peran krusial dalam tingkat perdagangan suatu negara. Faktor ini sangat penting bagi hampir semua negara yang menerapkan ekonomi pasar bebas.

    Oleh karena itu, nilai tukar menjadi salah satu indikator ekonomi yang paling diperhatikan dan dianalisis oleh pemerintah. Selain itu, nilai tukar juga berpengaruh pada tingkat yang lebih kecil, yaitu berdampak pada hasil nyata dari portofolio investor.

    Indikator kesehatan nilai rupiah dapat dilihat dari pergerakannya, baik naik maupun turun. Namun, ada berbagai alasan yang mendasari fluktuasi nilai rupiah.

    Berikut alasan mengapa nilai tukar rupiah bisa naik dan turun yang menarik diketahui.

    1. Inflasi

    Alasan nilai rupiah dapat naik atau turun yang pertama adalah inflasi. Ketika harga barang dan jasa meningkat secara terus-menerus dalam jangka waktu lama, kondisi ini disebut inflasi.

    Inflasi yang tinggi mengurangi daya beli, sehingga penggunaan dan perputaran rupiah menjadi berkurang. Hal ini juga berdampak negatif pada daya saing produk ekspor Indonesia.

    2. Perbedaan suku bunga

    Turunnya nilai rupiah juga dapat disebabkan oleh perbedaan suku bunga. Investor cenderung mencari bunga bank yang lebih tinggi untuk mendapatkan imbal hasil yang lebih baik.

    Jika bunga bank di dalam negeri lebih tinggi dibandingkan negara lain, hal ini dapat meningkatkan nilai rupiah.

    3. Neraca perdagangan

    Neraca perdagangan merupakan faktor lain yang memengaruhi nilai rupiah. Ini adalah selisih antara nilai ekspor dan impor dalam periode tertentu.

    Jika ekspor lebih tinggi dari impor, negara mengalami surplus. Sebaliknya, jika impor lebih tinggi, terjadi defisit. Defisit neraca perdagangan dapat menurunkan nilai tukar rupiah karena meningkatnya permintaan untuk mata uang asing.

    4. Stabilitas politik dan ekonomi

    Petugas menghitung mata uang rupiah di Ayu Masagung Money Changer, Jakarta, Senin (26/8/2024). ANTARA FOTO/Dhemas Reviyanto

    Nilai rupiah juga dipengaruhi oleh stabilitas politik dan ekonomi. Faktor-faktor seperti kebijakan pemerintah hingga kondisi konflik geopolitik berperan penting dalam menentukan nilai mata uang. Agar nilai mata uang tetap stabil, negara perlu memiliki kebijakan yang mendukung perekonomian dan menjaga perdamaian.

    5. Jumlah utang negara

    Jumlah utang negara Indonesia juga dapat memengaruhi nilai rupiah. Penambahan utang di saat utang yang sudah banyak dapat menimbulkan kekhawatiran bagi investor. Ketika investor merasa tidak yakin, mereka cenderung menahan diri dari berinvestasi, yang bisa menyebabkan penurunan nilai rupiah.

    6. Kebijakan ekonomi di negara lain

    Kebijakan ekonomi negara lain juga berkontribusi terhadap penurunan nilai rupiah. Misalnya, jika Amerika Serikat (AS) mengalami krisis dan mencetak lebih banyak Dolar, nilai dolar bisa menurun, dan investor asing mungkin lebih memilih untuk berinvestasi di negara lain.

    Namun, ketika ekonomi AS membaik, nilai dolar dapat meningkat dan menarik investor untuk kembali, sehingga memengaruhi nilai rupiah.

    7. Defisit negara

    Defisit yang dialami suatu negara dapat menyebabkan penurunan nilai rupiah. Kondisi ini terjadi ketika suatu negara lebih banyak menaruh aktivitas pada perdagangan asing dengan pemasukan dana yang bernilai rendah, sehingga hal ini akan memicu defisit.

    Untuk menutupi kekurangan tersebut, Indonesia mungkin meminta modal dari negara lain. Hal ini bisa membuat investor asing menarik modal dari Indonesia, sehingga nilai rupiah berkurang.

    Demikianlah beberapa alasan kenapa nilai tukar rupiah bisa naik dan turun.

  • Kemendag Catat Nilai Ekspor RI Tembus Rp4.335 Triliun pada 2024

    Kemendag Catat Nilai Ekspor RI Tembus Rp4.335 Triliun pada 2024

    Bisnis.com, JAKARTA — Kementerian Perdagangan (Kemendag) melaporkan total nilai ekspor Indonesia mencapai US$264,70 milliar atau sekitar Rp4.335 triliun (asumsi kurs Rp16.380 per dolar AS) sepanjang 2024. Nilainya naik 2,29% dibandingkan 2023.

    Menteri Perdagangan (Mendag) Budi Santoso memaparkan nilai ekspor nonmigas mencapai US$248,83 miliar atau naik 2,46% dibanding 2023. Adapun, kenaikan ekspor nonmigas secara tahunan terjadi pada sektor pertanian dan industri. Sementara itu, ekspor sektor pertambangan menurun.

    “Sektor dengan peningkatan ekspor paling signifikan dibanding tahun sebelumnya terjadi pada sektor pertanian sebesar 29,81%, diikuti industri 5,33%. Sedangkan, ekspor sektor pertambangan turun 10,2%,” kata Budi dalam keterangan tertulis, dikutip pada Sabtu (18/1/2025).

    Beberapa produk utama ekspor nonmigas dengan kenaikan tertinggi pada tahun di antaranya kakao dan olahannya (HS 18) sebesar 118,63%, barang dari besi dan baja (HS 73) 101,10%, aluminium dan barang daripadanya (HS 76) 70,07%.

    Kemudian, kopi, teh, dan rempah-rempah (HS 09) 67,27%. Serta, tembaga dan barang daripadanya (HS 74) 51,11% (CtC).

    Dari sana, Budi menyampaikan bahwa China, Amerika Serikat (AS), dan India masih menjadi pasar utama ekspor nonmigas Indonesia pada 2024 dengan nilai mencapai US$106,86 miliar. Ketiga negara ini berkontribusi sebesar 42,94% dari total ekspor nonmigas nasional.

    Sementara itu, ekspor nonmigas Indonesia ke beberapa negara pada 2024 dengan peningkatan terbesar antara lain, ke Australia sebesar 60,58%, Rusia 44,04%, Brasil 34,84%, Turki 25,97%, dan Vietnam 25,04%.

    Lebih lanjut, dia mengungkap bahwa kawasan tujuan ekspor nonmigas yang meningkat signifikan terdiri dari Eropa Timur dengan 113,92%, Australia 60,58%, dan AS 20,37%.

    Untuk periode Desember tahun lalu, total ekspor Indonesia mencapai US$23,46 miliar, atau turun 2,24% dibanding ekspor November 2023. Namun, nilai ini naik 4,78% dibanding Desember 2023.

    Nilai ekspor nonmigas Desember 2024 tercatat sebesar US$21,92 miliar dan migas US$1,54 miliar. Di mana, terjadi peningkatan nilai ekspor nonmigas Desember 2024 sebesar 4,83% jika dibandingkan dengan Desember 2023.

    Secara keseluruhan, Mendag Budi menuturkan bahwa Indonesia mencatatkan surplus sebesar US$31,04 miliar pada 2024. Surplus tersebut dihasilkan dari surplus nonmigas sebesar US$51,44 miliar dan defisit migas sebesar US$20,4 miliar. Artinya, surplus tahunan ini melanjutkan tren surplus untuk lima tahun berturut-turut sejak 2020.

    “Surplus ini telah mencapai target surplus neraca perdagangan untuk 2024, yaitu US$30,30 miliar—US$38,80 miliar. Surplus tahun ini melanjutkan tren surplus tahunan selama lima tahun terakhir sejak 2020,” pungkasnya.

  • Wahai Apple! Ini Permintaan Menperin agar iPhone 16 Bisa Dijual di RI

    Wahai Apple! Ini Permintaan Menperin agar iPhone 16 Bisa Dijual di RI

    Jakarta, CNBC Indonesia – Apple hingga kini belum bisa menjual produk iPhone 16 di Indonesia. Sebab ada beberapa persyaratan yang diberikan pemerintah yang belum bisa dipenuhi Apple khususnya menyangkut investasi dan Tingkat Komponen Dalam Negeri (TKDN).

    Menteri Perindustrian Agus Gumiwang Kartasasmita mengapresiasi kedatangan petinggi Apple dan tim yang telah bersedia datang ke Kemenperin untuk melakukan negosiasi terkait dengan sertifikasi TKDN iPhone 16. Hal tersebut menunjukkan itikad baik Apple untuk berinvestasi dan berbisnis di Indonesia.

    “Apple berencana berinvestasi dalam pembangunan pabrik AirTag di Batam senilai US$ 1 miliar dan telah disampaikan kepada Menteri Investasi dan Hilirisasi,” ungkap Agus Gumiwang dalam keterangannya dikutip Sabtu (18/1/2025).

    Namun kata Agus, pemerintah masih belum bisa memberikan izin penjualan iPhone 16 meskipun Apple membangunan pabrik AirTag di Batam. Sebab, dalam Peraturan Menteri Perindustrian (Permenperin) Nomor 29 Tahun 2017 secara tegas mengatur bahwa yang bisa dinilai sertifikasi TKDN-nya adalah investasi yang langsung berkaitan dengan handphone, komputer genggam, dan tablet (HKT).

    “Airtag merupakan aksesoris dari HKT yang bukan merupakan komponen esensial HKT, sehingga tidak bisa dihitung sebagai TKDN produk HKT (TKDN iPhone milik Apple). Dengan demikian, investasi pabrik AirTag dan produk yang dihasilkannya di Batam tidak bisa dihitung dalam perhitungan TKDN iPhone,” tegas dia.

    Agus pun meminta Apple untuk melihat lagi aturan Permenperin Nomor 29 Tahun 2017 agar produk iPhone 16 bisa dijual di Indonesia. Adapun beberapa skema yang bisa dilakukan Apple.

    Pertama dalam negosiasi, Apple mengajukan proposal 2023-2026 dan memilih skema 3 (skema inovasi), sama dengan skema dalam proposal Apple periode 2020-2023. Dia bilang Apple telah menyampaikan sebuah angka nilai investasi inovasi kepada Kemenperin, tapi nilai yang disampaikan tersebut masih di bawah apa yang menjadi perhatian teknokratis yang pernah kami sampaikan sebelumnya kepada media.

    “Dalam negosiasi dengan Apple, Kemenperin sudah menyampaikan counter proposal dan sebuah angka investasi yang dihitung secara teknokratis dan hati-hati dan sekarang masih menjadi pembahasan internal Apple,” sebut Agus.

    Foto: YouTube Apple
    iPhone 16 Pro

    Adapun angka dalam counter proposal dari Kemenperin dihitung berdasarkan kriteria:

    1. Perbandingan investasi Apple di negara lain

    2. Keadilan investasi di antara produsen HKT di Indonesia

    3. Penciptaan nilai tambah dan pendapatan negara

    4. Penciptaan lapangan kerja baru dalam ekosistem

    5. Penjualan yang dibukukan Apple (sebesar Rp 56 triliun pada 2023-2024)

    6. Penerapan sanksi administrasi sesuai dengan Permenperin 29/2017

    “Terkait dengan pelunasan utang komitmen investasi Apple senilai US$ 10 juta, Apple telah memberikan komitmen untuk melunasi. Sedangkan Kemenperin akan menunjuk pihak ketiga untuk melakukan assessment dokumen pelunasan utang tersebut. Hal ini telah disepakati dalam pertemuan negosiasi,” tuturnya.

    Kemenperin memiliki dasar untuk memberikan sanksi, yaitu ketidakpatuhan Apple dalam mengimplementasikan komitmen di dalam skema 3. Implementasi selama ini tidak sesuai dengan Permenperin Nomor 29 Tahun 2017 yang mengatur bahwa skema investasi inovasi meliputi kegiatan pendidikan dan pelatihan, serta R&D di bidang teknologi informasi (TIK).

    “Sejak tahun 2017-2023 atau selama hampir tujuh tahun, Apple baru melakukan kegiatan pendidikan dan pelatihan (diklat), namun belum optimal dalam kegiatan penelitian dan pengembangan (R&D) inovasi bidang TIK,” tegas Agus.

    Dalam counter proposal, Kemenperin mendorong agar Apple membentuk fasilitas R&D di Indonesia. Agus memberikan perhatian bahwa nilai investasi hanya bisa dihitung dari nilai capex murni (fixed capex seperti tanah, bangunan, dan teknologi/mesin) dan tidak termasuk nilai ekspor dan biaya input seperti biaya bahan baku dan upah. Dia juga menyampaikan bahwa jangan ada upaya menghitung nilai investasi di luar capex, misalnya memasukkan proyeksi nilai ekspor atau komponen variabel bahan baku.

    “Kemenperin tidak menetapkan batasan waktu dalam perundingan investasi dengan Apple. Yang ditargetkan adalah target pemenuhan substansi yang dirundingkan,” tutupnya.

    (wur/wur)

  • Kemendag Beberkan Dampak Kemenangan Trump ke Perdagangan RI

    Kemendag Beberkan Dampak Kemenangan Trump ke Perdagangan RI

    Bisnis.com, JAKARTA – Kementerian Perdagangan (Kemendag) menyebut kemenangan Donald Trump dalam Pemilihan Presiden Amerika Serikat 2024 memberikan tantangan tersendiri bagi Indonesia. 

    Kepala Badan Kebijakan Perdagangan (BKPerdag) Kemendag Rusmin Amin menyampaikan Trump dalam kampanyenya mengusulkan tarif impor di kisaran 60%-100% untuk barang-barang dari China serta tambahan tarif sebesar 10%-20% terhadap semua barang yang masuk ke AS.

    “Adanya kebijakan tersebut diperkirakan akan berdampak pada perdagangan Indonesia,” kata Rusmin kepada Bisnis, dikutip Sabtu (18/1/2025).

    Rusmin menuturkan peningkatan tarif dan hambatan perdagangan antara kedua negara dapat mengurangi permintaan terhadap produk-produk yang diekspor oleh Indonesia ke China dan AS. 

    Secara langsung, tarif impor yang lebih tinggi di pasar AS dapat berdampak pada penurunan kinerja produk/eksportir Indonesia yang bergantung dengan pasar AS.

    Selain itu, kata dia, ketidakpastian global yang diakibatkan oleh potensi perang dagang antara kedua negara akan memicu menurunnya permintaan global. “Kondisi ini dapat memengaruhi ekspor Indonesia ke negara-negara lain,” ujarnya.

    Dampak lainnya, lanjut dia, impor produk China di pasar Indonesia berpotensi melonjak, utamanya produk-produk China yang tidak dapat masuk ke pasar AS. Dengan kata lain, China akan mengalihkan pasarnya ke Indonesia.

    Kendati begitu, Rusmin menilai hal tersebut juga dapat menjadi peluang bagi Indonesia. Dalam hal ini, Indonesia dapat menjadi alternatif supplier dan investasi bagi perusahaan AS yang ingin mengurangi ketergantungan pada China.

    Sebagai gambaran, Rusmin menuturkan bahwa pada masa pemerintahan Trump (2017-2020), rata-rata surplus neraca perdagangan Indonesia dengan AS sebesar US$9,14 miliar. Capaian tersebut lebih rendah dibandingkan dibandingkan surplus pada era pemerintahan Biden (2021-2023) yang rata-rata mencapai US$14,36 miliar.

    Pada 2024, surplus neraca perdagangan Indonesia dengan Amerika Serikat mencapai US$14,34 miliar, lebih tinggi dibandingkan tahun lalu sebesar US$11,97 miliar. 

    Hal yang sama juga terjadi pada kinerja ekspor. Pada pemerintahan Trump, kinerja nilai ekspor rata-rata Indonesia ke AS senilai US$18,18 miliar, lebih rendah dibandingkan ketika pemerintahan Biden dengan rata-rata nilai ekspor sebesar US$25,74 miliar. 

    Pada tahun 2024 (angka sementara), nilai ekspor Indonesia ke AS mencapai US$26,31 miliar, meningkat 13,18% (Year on Year/YoY).

    Di sisi lain, Rusmin menyebut bahwa pemerintah berupaya menyiapkan beberapa strategi yang dapat dilakukan untuk mengantisipasi pelemahan ekspor pasca kemenangan Trump.

    Di antaranya, diversifikasi pasar ekspor, memperkuat daya saing dan pengamanan pasar dalam negeri, meningkatkan akses pasar melalui perjanjian perdagangan, dan melakukan upaya untuk memanfaatkan peluang dari perang dagang.

    “Kemendag juga akan mencoba melakukan pendekatan melalui kerja sama bilateral agar tarif dapat diturunkan dan produk lokal Indonesia mampu menembus pasar AS,” tuturnya.

    Lebih lanjut, Rusmin menyebut bahwa Indonesia juga akan meningkatkan keikutsertaan dalam Global Value Chain (GVC) dengan memberikan nilai tambah dan kemudahan dalam melakukan produksi dan berbisnis di Tanah Air. Hal ini dilakukan untuk menarik investor global brand agar dapat memindahkan basis produksinya ke Indonesia.