Topik: ekspor

  • Rusia Umumkan Mobilisasi Massal, Targetkan 160.000 Warga untuk Wajib Militer – Halaman all

    Rusia Umumkan Mobilisasi Massal, Targetkan 160.000 Warga untuk Wajib Militer – Halaman all

    TRIBUNNEWS.COM – Pemimpin Rusia, Vladimir Putin, akan merekrut 160.000 warga Rusia untuk program wajib militer yang dilaksanakan dua kali setahun.

    Pasukan baru ini, akan menggantikan sebagian dari mereka yang telah menyelesaikan masa wajib militer di Rusia, yang berlangsung selama 12 bulan bagi pria berusia antara 18 hingga 30 tahun.

    Dekrit terbaru yang dikeluarkan pada Senin, 31 Maret, menyebutkan bahwa 160.000 pria berusia 18 hingga 30 tahun yang bukan anggota cadangan akan dipanggil untuk bertugas dalam program mobilisasi musim semi tahun ini, yang dimulai pada 1 April hingga 15 Juli.

    “Untuk pelaksanaan, mulai 1 April hingga 15 Juli 2025, warga negara Rusia berusia 18 hingga 30 tahun yang tidak termasuk dalam cadangan dan wajib menjalankan dinas militer, akan dipanggil dalam jumlah 160.000 orang,” demikian bunyi dekrit tersebut, menurut Interfax Rusia.

    Mereka yang telah menyelesaikan masa tugas wajib militer juga akan dibebastugaskan, sesuai keputusan tersebut.

    “Pemecatan dari dinas militer bagi prajurit, pelaut, sersan, dan perwira rendahan yang masa tugas wajib militernya telah berakhir akan dilaksanakan sesuai dengan Undang-Undang Federal 28 Maret 1998, 53-FZ ‘Tentang Tugas Militer dan Dinas Militer,’” demikian bunyi keputusan tersebut.

    Interfax melaporkan pada mobilisasi musim gugur tahun 2024, Rusia berhasil merekrut 133.000 personel baru.

    Warga yang dipanggil untuk bertugas dilarang meninggalkan negara dan akan dikenakan denda sebesar 30.000 rubel jika menghindari wajib militer, menurut laporan BBC pada Agustus 2023.

    Kyiv Post melaporkan bahwa dalam mobilisasi Putin pada tahun 2024, yang melibatkan hampir 150.000 wajib militer, aturan hukum menyatakan bahwa mereka tidak dapat ditempatkan di luar Rusia selama dua tahun.

    Namun, beberapa dilaporkan telah dikirim ke garis depan di Ukraina secara tidak sengaja.

    Wajib militer juga dapat ditekan atau dipaksa menandatangani kontrak dengan militer Rusia dan kemudian dikirim ke garis depan, menurut Andrii Kharuk, seorang profesor di Akademi Angkatan Darat Nasional Hetman Petro Sahaidachnyi, kepada Kyiv Post.

    Pada musim panas tahun 2024, media Rusia melaporkan bahwa setelah serangan di Kursk oleh Ukraina, rekrutan baru segera dikirim ke garis depan dalam upaya menahan serangan tersebut.

    Menurut Ukraina, jumlah korban personel militer Rusia sejak Moskow melancarkan invasi skala penuh ke Ukraina pada 2022 telah mencapai 915.230 hingga 31 Maret 2025.

    Upaya Gencatan Senjata Rusia-Ukraina

    Amerika Serikat tengah mengupayakan gencatan senjata antara Rusia dan Ukraina untuk mengakhiri perang secara permanen.

    Namun, banyak kendala yang masih ditemui.

    Pada 31 Maret, Presiden AS Donald Trump mengancam akan mengenakan tarif sekunder pada ekspor minyak Rusia jika Presiden Rusia Vladimir Putin tidak mencapai kesepakatan untuk mengakhiri perang di Ukraina, seperti dilansir Kyiv Independent.

    “Saya ingin melihat (Putin) membuat kesepakatan sehingga kita bisa menghentikan tentara Rusia dan Ukraina, serta orang-orang lainnya, dari terbunuh,” kata Trump kepada wartawan di Ruang Oval.

    “Saya ingin memastikan dia menindaklanjuti hal itu, dan saya pikir dia akan melakukannya. Saya tidak ingin menerapkan tarif sekunder pada minyaknya. Namun, saya pikir itu adalah sesuatu yang akan saya lakukan jika dia tidak melaksanakan tugasnya.”

    Komentar Trump mengenai Rusia muncul hanya sehari setelah ia mengatakan kepada NBC News bahwa dirinya “kesal” dan “sangat marah” terhadap obsesi Putin yang terus menuntut pemerintahan transisi untuk menggantikan Presiden Ukraina, Volodymyr Zelensky.

    Trump sebelumnya telah mengancam akan mengenakan tarif tambahan terhadap Rusia, termasuk tarif 25 persen untuk semua minyak.

    Perdagangan antara AS dan Rusia berada pada titik terendah sepanjang masa akibat sanksi yang dijatuhkan oleh AS dan sekutu Barat lainnya sebagai tanggapan atas invasi Rusia ke Ukraina.

    Namun, pemerintahan Trump telah memperluas diplomasi dengan Moskow dan menyatakan bahwa pihaknya terbuka untuk menjajaki kemitraan perdagangan.

    Sekretaris Pers Gedung Putih, Karoline Leavitt, mengatakan pada 31 Maret bahwa Trump menyampaikan ketidaksenangannya terhadap para pemimpin Rusia dan Ukraina di tengah upaya untuk mengamankan gencatan senjata dalam perang skala penuh tersebut.

    Selama konferensi pers di Ruang Oval, Trump juga menyinggung upaya yang sedang dilakukan untuk mencapai kesepakatan mineral dengan para pejabat Ukraina.

    Seorang sumber di Kantor Kepresidenan Ukraina mengatakan kepada Kyiv Independent bahwa keanggotaan Ukraina di NATO bukan bagian dari pembahasan seputar kesepakatan mineral.

    “Kami tidak mengaitkan (kesepakatan mineral dengan NATO), itu adalah kesalahpahaman,” kata sumber tersebut.

    (Tribunnews.com, Tiara Shelavie)

  • Jegal Bisnis Putin, AS Kenakan Tarif 25 Persen Bagi Negara Pembeli Minyak Rusia – Halaman all

    Jegal Bisnis Putin, AS Kenakan Tarif 25 Persen Bagi Negara Pembeli Minyak Rusia – Halaman all

    TRIBUNNEWS.COM – Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump mengancam akan memberlakukan tarif impor 25 persen kepada negara-negara yang membeli minyak mentah Rusia.

    Ancaman tarif sekunder ini diberlakukan setelah Presiden AS Donald Trump mengungkapkan kemarahannya terhadap Presiden Rusia Vladimir Putin.

    Putin awalnya mengusulkan pembentukan pemerintahan sementara di Ukraina di bawah pengawasan PBB.

    Akan tetapi usulan ini segera ditolak oleh Sekretaris Jenderal PBB, Antonio Guterres.

    Merespon penolakan tersebut Pejabat Rusia terus menyebut (jabatan) Zelensky tidak sah karena Ukraina belum mengadakan pemilu sejak masa jabatannya berakhir.

    Ketegangan ini lantas membuat Trump murka, Trump menilai pernyataan Presiden Rusia Vladimir Putin telah menghalangi upaya gencatan senjata, menghambat berlangsungnya proses penyelesaian perang di Ukraina.

    “Jika Rusia dan saya tidak dapat membuat kesepakatan untuk menghentikan pertumpahan darah di Ukraina, dan jika saya pikir itu adalah kesalahan Rusia, saya akan mengenakan tarif sekunder pada minyak, pada semua minyak yang keluar dari Rusia,” kata Trump.

    “Itu berarti, jika Anda membeli minyak dari Rusia, Anda tidak dapat berbisnis di Amerika Serikat. Akan ada tarif 25 persen untuk semua minyak, tarif 25-50 persen untuk semua minyak,” imbuhnya..

    Imbas perseteruan tersebut, Trump mengancam akan memberlakukan tarif 25 persen hingga 50 persen untuk impor minyak Rusia. 

    Tak sampai disitu, jika Rusia tidak menunjukkan itikad baik, Trump berencana menerapkan sanksi tambahan yang serupa dengan kebijakan terhadap Venezuela.

    Dia menyatakan tindakan keras terhadap ekspor minyak Venezuela berhasil mengisolasi negara tersebut secara ekonomi. 

    Apabila sanksi tambahan yang direncanakan Trump benar-benar direalisasikan maka hal tersebut diproyeksi akan berdampak signifikan bagi bisnis minyak Rusia.

    Mengingat saat ini ekspor minyak Rusia sudah dikenai berbagai sanksi dari AS, Uni Eropa, dan negara-negara G7.

    Kesepakatan Gencatan Senjata Rusia-Ukraina

    Terpisah, meskipun kecewa terhadap Putin, Trump menegaskan bahwa upaya perdamaian antara Rusia dan Ukraina terus mengalami kemajuan secara bertahap.

    Trump juga mengungkapkan bahwa ia berencana berbicara dengan Putin dalam waktu dekat. Namun, hingga kini Gedung Putih belum memberikan keterangan terkait waktu pasti perbincangan tersebut atau apakah Trump juga akan berbicara dengan Zelensky.

    Sebelumnya Presiden Rusia Vladimir Putin sepakat melakukan gencatan senjata dengan Ukraina, sesuai dengan usulan Presiden AS Donald Trump.

    Dalam keterangan resminya Putin mengungkap bahwa Rusia bersedia menghentikan serangan terhadap fasilitas dan infrastruktur energi di Ukraina selama 30 hari kedepan.

    Kendati Putin sepakat untuk berhenti menyerang infrastruktur energi Ukraina selama 30 hari, akan tetapi Putin tetap menolak rencana Trump yang menginginkan penghentian penuh pertempuran selama 30 hari.

    Penolakan tersebut diungkap Putin lantaran adanya sejumlah masalah yang perlu diselesaikan sebelum perang dapat diakhiri.

    Beberapa isu yang menjadi perhatian Moskow diantaranya terkait bagaimana gencatan senjata akan ditegakkan serta kemungkinan bahwa hal ini akan memberikan kesempatan bagi Ukraina untuk memperkuat pasukannya dengan bantuan militer Barat.

    Tak hanya itu, Kremlin juga mendesak sekutu AS agar memberikan izin bank milik negara Rusia yang terkena sanksi terhubung dengan sistem pembayaran internasional.

    (Tribunnews.com/Namira)

  • Harga Minyak Mentah Dunia Melonjak di Tengah Ancaman Tarif AS

    Harga Minyak Mentah Dunia Melonjak di Tengah Ancaman Tarif AS

    Jakarta, Beritasatu.com – Harga minyak mentah dunia mengalami kenaikan hampir 2% ke level tertinggi dalam lima minggu pada Senin (31/3/2025), dipicu oleh kekhawatiran bahwa pasokan global dapat terganggu apabila Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump melanjutkan rencananya untuk menerapkan tarif tambahan terhadap Rusia dan kemungkinan tindakan militer terhadap Iran.

    Harga minyak mentah Brent mengalami kenaikan sebesar US$ 1,11 atau 1,5% dan ditutup pada level US$ 74,74 per barel, sementara minyak mentah West Texas Intermediate (WTI) AS naik US$ 2,12 atau 3,1% ke level US$ 71,48 per barel. Ini menjadi level penutupan tertinggi Brent sejak 24 Februari dan level tertinggi WTI sejak 20 Februari.

    Dilansir dari Reuters, Trump pada Minggu (30/3/2025) menyatakan ia kecewa dengan Presiden Rusia Vladimir Putin dan mempertimbangkan tarif sekunder sebesar 25%-50% kepada pembeli minyak Rusia apabila ia menilai Rusia menghambat upayanya untuk mengakhiri konflik di Ukraina. Ancaman ini menjadi faktor utama yang diawasi oleh para pelaku pasar minyak, meskipun Trump mengisyaratkan belum ada rencana segera untuk menerapkannya.

    Rusia dan AS saat ini sedang menjajaki kemungkinan penyelesaian damai untuk konflik di Ukraina. Sementara itu, China dan India, sebagai pembeli utama minyak Rusia, memiliki peran penting dalam menentukan efektivitas sanksi sekunder terhadap ekspor minyak Rusia.

    Selain itu, Trump juga mengancam Iran dengan serangan militer dan tarif sekunder apabila negara tersebut gagal mencapai kesepakatan nuklir dengan AS.

    Pemimpin tertinggi Iran Ayatollah Ali Khamenei menegaskan AS akan menghadapi konsekuensi serius apabila melanjutkan ancamannya. Berbagai faktor ini yang membuat harga minyak mentah dunia naik. 

  • Harga Minyak Naik ke Level Tertinggi dalam 5 Minggu – Page 3

    Harga Minyak Naik ke Level Tertinggi dalam 5 Minggu – Page 3

    Liputan6.com, Jakarta Harga minyak naik sekitar 2% ke level tertinggi dalam lima minggu pada Senin (1/4) akibat kekhawatiran pasokan akan menurun jika Presiden AS Donald Trump menindaklanjuti ancamannya untuk memberlakukan lebih banyak tarif pada Rusia dan kemungkinan menyerang Iran.

    Kenaikan Harga Minyak Global

    Dikutip dari CNBC, Selasa (1/4/2025), harga minyak Brent naik USD 1,11 atau 1,5% dan menetap di USD 74,74 per barel.  Sementara minyak mentah West Texas Intermediate (WTI) AS naik USD 2,12 atau 3,1% menjadi USD 71,48 per barel.

    Ini merupakan harga penutupan tertinggi Brent sejak 24 Februari dan tertinggi WTI sejak 20 Februari. Selisih harga antara Brent dan WTI turun menjadi USD 3,02 per barel, level terendah sejak Juli 2024.

    Menurut analis, ketika selisih harga Brent dan WTI turun di bawah USD 4 per barel, perusahaan energi kurang terdorong untuk mengirim kapal untuk mengambil minyak mentah AS, yang dapat mengurangi ekspor minyak dari AS.

    Ancaman Sanksi AS terhadap Rusia dan Iran

    Trump menyatakan pada Minggu bahwa ia “sangat marah” terhadap Presiden Rusia Vladimir Putin dan akan mengenakan tarif sekunder 25%-50% kepada pembeli minyak Rusia jika merasa Moskow menghambat upayanya untuk mengakhiri perang di Ukraina.

    “Ancaman Trump mengenai tarif sekunder pada minyak Rusia dan Iran menjadi faktor yang dipantau pelaku pasar minyak, meskipun ia mengindikasikan belum berencana menerapkannya saat ini,” kata analis UBS Giovanni Staunovo. “Namun, ada risiko pasokan yang lebih besar di masa depan.”

    Kremlin menyatakan bahwa Rusia dan AS sedang membahas kemungkinan penyelesaian damai di Ukraina. China dan India, sebagai pembeli utama minyak Rusia, akan memainkan peran kunci dalam efektivitas sanksi sekunder tersebut.

    Selain itu, Trump juga mengancam akan menyerang Iran dan memberlakukan tarif sekunder jika Teheran tidak mencapai kesepakatan dengan Washington mengenai program nuklirnya. Pemimpin Tertinggi Iran Ayatollah Ali Khamenei menegaskan bahwa AS akan menerima pukulan keras jika bertindak sesuai ancamannya. Sementara itu, Garda Revolusi Iran menyita dua kapal tanker asing di Teluk Persia yang diduga menyelundupkan lebih dari 3 juta liter minyak solar.

     

  • Gegara Ekonomi RI Porak-poranda, Soeharto Sampai Tak Gelar Open House

    Gegara Ekonomi RI Porak-poranda, Soeharto Sampai Tak Gelar Open House

    Jakarta, CNBC Indonesia – Saat Lebaran para tokoh-tokoh besar di Indonesia menyelenggarakan open house. Sesuai namanya, open house berarti membuka pintu rumah selebar-lebarnya kepada tamu yang hendak datang bersilaturahmi. Dalam konteks Lebaran, tamu juga akan saling bermaafan satu sama lain kepada pemilik rumah.

    Kebiasaan ini dilakukan juga oleh Presiden Indonesia. Setiap Lebaran, masing-masing presiden membuka Istana Negara atau rumah pribadi untuk menerima tamu yang ingin bersilaturahmi. Kegiatan ini sepanjang sejarah pernah tak dilakukan dua kali

    Pertama, akibat Covid-19 di era Presiden Jokowi. Penyebaran virus membuat Jokowi menutup pintu untuk tamu-tamu dari luar. Kedua, di era Presiden Soeharto demi hemat anggaran. Kejadian ini terjadi pada Lebaran tahun 1987.

    Lazimnya, setiap 1 Syawal, presiden akan menerima tamu undangan di kediaman pribadi di Jl. Cendana, Jakarta Pusat. Namun, pada 1 Syawal 1407 Hijriah, Soeharto memutuskan tak melakukan kebisaan serupa. 

    Menteri Sekretaris Negara Sudharmono mengatakan untuk pertama kalinya Presiden Soeharto tak membuka open house di Jl. Cendana. Alasannya demi memenuhi tuntutan hidup sederhana di tengah ekonomi Indonesia yang porak-poranda.

    Kala itu, ekonomi Indonesia tengah carut-marut usai komoditas ekspor utama, yakni minyak bumi, mengalami penurunan harga global. Boediono dalam Ekonomi Indonesia dalam Lintasan Sejarah (2016) menyebut, harga ekspor minyak RI pun jatuh yang membuat pendapatan Indonesia merosot. Pada saat bersamaan, nilai tukar Rupiah terhadap dolar AS juga melemah dan Indonesia belum mengandalkan ekspor komoditas non-migas.

    Kondisi demikian membuat pemerintah harus berhemat. Semua proyek ditinjau ulang. Harga BBM juga dinaikkan. Gaji PNS ditahan tidak naik selama empat tahun. Namun, itu semua tak membuat anggaran surplus. Malah tetap defisit. 

    Dengan kondisi demikian, Soeharto dalam autobiografi Soeharto: Pikiran, Ucapan dan Tindakan Saya (1982) menyebut, sebagai pemimpin perlu mencontohkan kesederhanaan dan keprihatinan dalam situasi ekonomi tak menentu. Caranya dengan tidak membuka open house di Jl. Cendana.

    “Pada hari Lebaran 1987, saya dan istri tak menerima ucapan selamat Idulfitri di kediaman kami di Jl. Cendana,” tutur Soeharto.

    Alhasil, para pejabat, tamu diplomatik, hingga masyarakat tak bisa mengunjungi dan bersalaman bersama orang nomor satu di Indonesia. Tentu, tindakan Soeharto tersebut bisa menjadi pembelajaran bagi pemimpin mendatang ihwal mencontohkan perilaku sederhana di tengah ketidakstabilan ekonomi.

    (mfa/mfa)

  • ‘Kado Lebaran’ dari Trump, Perang Dunia Tarif di Depan Mata

    ‘Kado Lebaran’ dari Trump, Perang Dunia Tarif di Depan Mata

    Jakarta, CNBC Indonesia – Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump mengatakan kebijakan tarif timbal balik (tarif resiprokal) yang akan segera diumumkannya pada 2 April dan berlaku untuk semua negara, bukan hanya yang memiliki defisit dagang besar dengan AS.

    Pernyataan ini disampaikan Trump kepada wartawan di atas pesawat kepresidenan Air Force One pada Minggu waktu setempat.

    “Kita akan mulai dengan semua negara. Pada dasarnya, semua negara yang kita bicarakan,” kata Trump seperti dikutip laman Al Jazeera di Jakarta, Senin (31/3/2025).

    Sebelumnya, pemerintahan Trump sempat memberi sinyal kebijakan tarif tersebut hanya akan menyasar 10 hingga 15 negara dengan surplus dagang terbesar terhadap AS. Penasihat ekonomi Gedung Putih, Kevin Hassett, bahkan menyebut bahwa lebih dari 100 negara sejauh ini tidak memiliki hambatan tarif maupun non-tarif terhadap produk AS.

    “Ada lebih dari 100 negara yang tidak memiliki tarif terhadap kami dan tidak memiliki hambatan non-tarif,” ujar Hassett dalam sebuah wawancara dengan Fox Business.

    Namun kini Trump menegaskan pendekatan yang lebih luas. Meski detail kebijakan belum diumumkan, tarif ini diklaim akan setara dengan tarif dan hambatan non-tarif atau seperti subsidi yang dikenakan negara lain terhadap ekspor AS.

    Trump menyebut 2 April sebagai “hari pembebasan” dan menyatakan terbuka untuk mencapai kesepakatan dengan negara-negara tertentu guna menghindari dampak tarif tersebut. Kebijakan tarif ini menjadi bagian dari agenda proteksionis Trump untuk membangkitkan industri manufaktur dalam negeri dan menciptakan lapangan kerja.

    Kendati begitu, langkah ini telah menimbulkan ketegangan dagang, termasuk dengan mitra terdekat seperti Kanada, Uni Eropa, dan Jepang. Semuanya memiliki industri otomotif besar yang terdampak oleh tarif 25% untuk impor kendaraan bermotor yang baru diumumkan.

    Sinyal yang berubah-ubah dari Trump mengenai tarif juga telah memicu kegelisahan pasar global. Investor kesulitan membaca apakah tarif-tarif ini akan menjadi kebijakan permanen atau hanya taktik negosiasi dagang.

     

    (luc/luc)

  • Perang Rusia-Ukraina Hari ke-1132: China dan India Ketar-ketir Kena Dampak Ancaman Sanksi Trump – Halaman all

    Perang Rusia-Ukraina Hari ke-1132: China dan India Ketar-ketir Kena Dampak Ancaman Sanksi Trump – Halaman all

    TRIBUNNEWS.COM – Perang Rusia-Ukraina yang dimulai sejak 24 Februari 2022 telah memasuki hari ke-1.132 pada Senin (31/3/2025).

    China dan India berpotensi terkena dampak jika Presiden Amerika Serikat Donald Trump memberlakukan tarif sebesar 25-50 persen terhadap negara-negara yang membeli minyak dari Rusia.

    Beberapa bank China, misalnya, telah membatasi transaksi dengan perusahaan Rusia karena takut dilarang masuk ke dalam sistem perbankan internasional.

    Perang Rusia-Ukraina Hari ke-1.132:

    Ancaman Sanksi Trump terhadap Pembeli Minyak Rusia Bisa Berdampak pada China dan India

    China dan India berpotensi terkena dampak jika Trump memberlakukan tarif sebesar 25-50 persen terhadap negara-negara yang membeli minyak dari Rusia.

    Menurut para analis dan pejabat, kebijakan ini dapat memberikan tekanan besar pada ekonomi kedua negara tersebut, yang merupakan pembeli utama minyak Rusia.

    Dan Sabbagh melaporkan bahwa dalam wawancaranya dengan NBC, Trump menyatakan akan menerapkan tindakan tersebut dalam waktu satu bulan “jika kesepakatan tidak tercapai dan jika saya pikir itu adalah kesalahan Rusia”.

    Pernyataan ini muncul di tengah rasa frustrasi Trump terhadap taktik menunda-nunda Vladimir Putin serta upaya untuk mendiskreditkan Presiden Ukraina, Volodymyr Zelenskyy.

    Kekhawatiran China dan India

    Beberapa negara, termasuk China dan India, tidak berpartisipasi dalam sanksi internasional terhadap minyak Rusia.

    Namun, penerapan sanksi sekunder atau tarif oleh AS dapat semakin membatasi akses Putin terhadap pendapatan minyak untuk mendanai perang.

    Meskipun tidak bergabung dalam sanksi, China tetap berhati-hati agar tidak melanggarnya demi menghindari hukuman sekunder.

    Beberapa bank China, misalnya, telah membatasi transaksi dengan perusahaan Rusia karena takut dilarang masuk ke dalam sistem perbankan internasional.

    Jika diterapkan, kebijakan ini bisa memicu ketegangan ekonomi global dan memperumit hubungan perdagangan antara AS, China, dan India.

    Dampaknya juga bisa meluas ke pasar energi internasional, mengingat China dan India adalah konsumen besar minyak dunia.

    Meski demikian, masih belum jelas apakah kebijakan ini benar-benar akan diberlakukan atau hanya sebagai strategi negosiasi Trump dalam menekan Rusia.

    Kata Analis UBS soal Dampak Kebijakan Trump terhadap Minyak Rusia

    Analis UBS, Giovanni Staunovo, menyebut bahwa menargetkan pembeli minyak dapat berdampak pada negara seperti Tiongkok dan India.

    Hal ini merujuk pada langkah Trump yang menerapkan kebijakan serupa terhadap minyak Venezuela.

    “Namun, kita perlu menunggu pengumuman resmi dalam beberapa hari mendatang untuk melihat bagaimana kebijakan ini akan berjalan,” ujar Staunovo.

    India kini telah melampaui Tiongkok sebagai pembeli terbesar minyak mentah Rusia yang diangkut melalui laut.

    Pada tahun 2024, impor minyak mentah dari Rusia mencakup sekitar 35persen dari total impor minyak India.

    Sejak awal perang, muncul kekhawatiran bahwa India dapat menjadi “pintu belakang” bagi ekspor minyak Rusia.

    Serangan Baru di Distrik Kyivskyi, Kharkiv

    Ledakan kembali mengguncang Kharkiv.

    Menurut laporan koresponden Suspilne, serangan terbaru terjadi di distrik Kyivskyi di kota tersebut.

    Wali Kota Kharkiv, Igor Terekhov, mengonfirmasi bahwa serangan ini dilakukan oleh personel militer Rusia.

    Situasi di wilayah tersebut masih berkembang, dan otoritas setempat terus memantau dampaknya.

    Rusia Klaim Kuasai Permukiman Zaporizhzhia di Donetsk

    Kementerian Pertahanan Rusia mengklaim pada hari Minggu bahwa pasukannya telah menguasai permukiman Zaporizhzhia di wilayah Donetsk, Ukraina.

    Desa tersebut tidak memiliki keterkaitan dengan pembangkit listrik tenaga nuklir Zaporizhzhia, yang berada di wilayah lain.

    Menurut laporan Reuters, klaim ini belum dapat diverifikasi secara independen.

    Desa yang dimaksud berjarak sekitar 7 kilometer dari perbatasan wilayah Dnipropetrovsk di Ukraina bagian tengah.

    Wilayah Donetsk sendiri berbatasan dengan Dnipropetrovsk di sebelah timur.

    (Tribunnews.com, Andari Wulan Nugrahani)

  • Perang AS Vs Iran di Ambang Mata, Trump Mulai Tumpuk Bomber B2 Spirit hingga Kapal Induk di Kawasan – Halaman all

    Perang AS Vs Iran di Ambang Mata, Trump Mulai Tumpuk Bomber B2 Spirit hingga Kapal Induk di Kawasan – Halaman all

    TRIBUNNEWS.COM, SANAA – Di tengah kampanye serangan udara ke basis pertahanan Kelompok Houthi di Yaman, militer Amerika Serikat diam-diam menggeser setidaknya empat pembom siluman jarak jauh B-2 ke Diego Garcia yang terletak di Samudera Hindia.

    Kehadiran pesawat siluman tersebut kian menguatkan spekulasi di banyak pihak bahwa Amerika Serikat akan melakukan serangan ke Iran, dalam waktu dekat.

    Selain pesawat bomber siluman, setidaknya militer AS juga diperkuat kapal-kapal induk mereka di kawasan tersebut.

    Pertama, Kapal induk USS Harry S. Truman yang tengah melancarkan serangan terhadap Houthi dari Laut Merah.

    Kemudian, militer Amerika berencana untuk membawa kapal induk USS Carl Vinson ke Timur Tengah.

    Ketegangan antara Amerika Serikat dan Iran semakin meningkat setelah Presiden AS Donald Trump mengancam akan melakukan serangan militer terhadap Iran jika negara tersebut tidak menyetujui kesepakatan mengenai program nuklirnya.

    Ancaman tersebut memicu respons tegas dari pemimpin militer Iran yang menyatakan akan menargetkan pasukan Inggris di Pulau Chagos, khususnya di pangkalan militer bersama AS-Inggris di Diego Garcia.

    Sebagai informasi, Diego Garcia, sebuah pangkalan militer strategis yang terletak di Kepulauan Chagos, yang merupakan wilayah kedaulatan Inggris.

    Potensi perang Amerika Vs Iran muncul setelah Trump kembali ke kursi kepresidenan dan memperbarui kampanye tekanan maksimum terhadap Iran pada awal Oktober 2023.

    Hal ini dipicu oleh ambisi Trump berusaha untuk menghentikan program nuklir Iran dengan memotong ekspor minyaknya hingga nol, sementara Iran menganggap pangkalan Diego Garcia sebagai ancaman karena keberadaan pesawat pengebom strategis B2 Spirit yang dapat menyerang fasilitas bawah tanahnya.

    Iran berencana menggunakan misil balistik dan drone bunuh diri untuk menyerang Diego Garcia jika AS melancarkan serangan.

    Iran mengeklaim memiliki senjata yang cukup untuk melancarkan serangan dari daratan mereka, termasuk versi terbaru dari misil Khorramshahr dan drone Shahed-136B.

    Menurut laporan dari media Iran, pangkalan Diego Garcia menjadi target utama karena kemampuannya untuk meluncurkan serangan ke fasilitas Iran.

    Pangkalan Diego Garcia, yang telah beroperasi sejak tahun 1970-an, menampung sekitar 4.000 personel militer dan kontraktor sipil dari AS dan Inggris.

    Pangkalan ini juga menjadi pusat kontroversi terkait rencana Inggris untuk menyerahkan pengelolaan pulau tersebut kepada Mauritius.

    Dengan ketegangan yang meningkat, baik Trump maupun pemimpin Iran, Ayatullah Ali Khamenei, menunjukkan sikap yang keras.

    Khamenei menegaskan bahwa tidak ada masalah yang dapat diselesaikan melalui negosiasi dengan AS, sementara Trump menginginkan dialog tetapi mengancam akan mengambil tindakan tegas jika tidak ada kesepakatan yang dicapai.

    Situasi ini menandakan potensi konflik yang lebih besar di kawasan, dengan kedua belah pihak saling mengancam dan memperkuat posisi militer mereka.

    Ancaman Trump

    Trump mengatakan pada awal bulan ini bahwa ia telah mengirim surat kepada Ayatullah Khamenei, memperingatkan bahwa “ada dua cara untuk menangani Iran: secara militer, atau Anda membuat kesepakatan.”

    Khamenei menolak tawaran AS untuk berunding sebagai “tipuan,” dengan mengatakan bahwa bernegosiasi dengan pemerintahan Trump akan “mempererat ikatan sanksi dan meningkatkan tekanan terhadap Iran.”

    Namun, menteri luar negeri Iran, Abbas Araqchi, mengatakan pada hari Kamis bahwa Teheran akan segera membalas “ancaman dan peluang” dalam surat tersebut.

    Ia memperingatkan pada hari Minggu bahwa pembicaraan dengan AS tidak mungkin dilakukan kecuali Washington mengubah kebijakan tekanannya.

    Berbicara secara terpisah di CBS News, penasihat keamanan nasional Gedung Putih, Mike Waltz, mengatakan AS mengupayakan “pembongkaran penuh” program nuklir Iran.

    “Iran harus menghentikan programnya dengan cara yang dapat dilihat seluruh dunia,” katanya.

    “Seperti yang dikatakan Presiden Trump, ini akan segera terjadi. Semua opsi tersedia dan sudah waktunya bagi Iran untuk sepenuhnya meninggalkan keinginannya untuk memiliki senjata nuklir.”

    Teheran telah lama mengatakan bahwa program tersebut hanya untuk tujuan damai.

    Kepala pengawas nuklir PBB Rafael Grossi mengatakan bulan lalu bahwa waktu hampir habis untuk mencapai kesepakatan guna mengendalikan program nuklir Iran karena Teheran terus mempercepat pengayaan uraniumnya hingga mendekati tingkat senjata.

    Sambil membiarkan pintu terbuka untuk perjanjian nuklir dengan Teheran, Trump telah mengembalikan kampanye “tekanan maksimum” yang diterapkannya pada masa jabatan pertamanya sebagai presiden, termasuk upaya untuk mendorong ekspor minyak negara itu ke titik nol.

    AS telah mengeluarkan empat putaran sanksi terhadap penjualan minyak Iran sejak Trump kembali ke Gedung Putih pada 20 Januari.

     

     

     

  • Rusia Dianggap Menang 5-0 dalam Perundingan di Arab Saudi, Ukraina dan AS Kalah Besar – Halaman all

    Rusia Dianggap Menang 5-0 dalam Perundingan di Arab Saudi, Ukraina dan AS Kalah Besar – Halaman all

    TRIBUNNEWS.COM – Seorang eks diplomat senior Ukraina, Konstantin Eliseev, menyatakan bahwa Ukraina dan Amerika Serikat (AS) mengalami kekalahan signifikan dalam perundingan dengan Rusia di Arab Saudi.

    Ia mengklaim bahwa poin-poin penting yang menjadi perhatian Ukraina diabaikan dalam pembicaraan tersebut.

    Latar Belakang Perundingan

    Perundingan yang berlangsung di Arab Saudi ini bertujuan untuk memulihkan kesepakatan ekspor biji-bijian yang ditandatangani pada tahun 2022.

    Dalam pertemuan tersebut, Rusia menyetujui mekanisme untuk menyediakan koridor laut yang aman untuk mengekspor biji-bijian Ukraina, tetapi dengan syarat bahwa Barat mencabut sanksi terhadap lembaga keuangan Rusia, termasuk menghubungkan kembali Bank Pertanian Rusia dengan sistem pembayaran SWIFT.

    Penilaian Eliseev

    Eliseev mengungkapkan pandangannya mengenai hasil perundingan tersebut.

    “Mungkin saya akan mengecewakan beberapa orang, tetapi kami, maksudnya Ukraina dan Amerika, kalah sepenuhnya dalam negosiasi ini. Saya akan berkata 5-0, bola setelah yang lainnya masuk ke jaring kami. Kami kalah, mari jujur,” ungkapnya pada Jumat kemarin, seperti dikutip dari Russia Today.

    Alasan Kekalahan

    Eliseev menyebutkan beberapa alasan yang menyebabkan kekalahan tersebut:

    1. Kepentingan Ukraina yang terabaikan: Ia menyoroti bahwa kepentingan Ukraina tidak mendapat perhatian yang cukup dalam negosiasi.

    2. Absennya jaminan keamanan: Salah satu kekhawatiran terbesar adalah tidak adanya jaminan keamanan untuk pelabuhan-pelabuhan Ukraina, yang tetap rentan terhadap serangan.

    3. Pengurangan sanksi: Terdapat tanda-tanda bahwa pembatasan terhadap bank-bank Rusia di sistem SWIFT akan dicabut, yang dianggapnya sangat merugikan.

    4. Kemampuan Rusia untuk menyerang: Eliseev juga menekankan bahwa kemampuan Rusia untuk menyerang target dari kapal tidak dibatasi dalam pembicaraan tersebut.

    5. Kurangnya dukungan Eropa: Ia mencatat bahwa negara-negara Eropa pendukung Ukraina tidak terlibat dalam proses negosiasi, yang membuat posisi Ukraina semakin lemah.

    Rusia menegaskan bahwa pengurangan sanksi menjadi syarat untuk gencatan senjata di laut.

    Namun, Uni Eropa menolak tawaran tersebut, menyatakan bahwa sanksi akan tetap berlaku hingga Rusia menarik semua pasukannya dari wilayah Ukraina.

  • Strategi Pemerintah dan e-Commerce Bikin Produk UMKM Mendunia

    Strategi Pemerintah dan e-Commerce Bikin Produk UMKM Mendunia

    Jakarta

    UMKM Indonesia semakin dekat dengan peluang ekspor yang lebih luas melalui kolaborasi strategis antara Master Bagasi dan Kementerian Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (KemenUKM). Kolaborasi ini akan mendorong UMKM naik kelas dan bersaing di pasar global dengan lebih percaya diri.

    Sebagai platform cross-border e-commerce pertama di Indonesia, Master Bagasi terus berupaya menciptakan ekosistem ekspor yang lebih efisien dan inklusif.

    “Kami hadir sebagai solusi bagi pelaku UMKM yang ingin menembus pasar internasional tanpa harus menghadapi kendala logistik, regulasi, atau keterbatasan akses,” ujar Founder sekaligus CEO Master Bagasi, Amir Hamzah, dikutip dari siaran persnya.

    KemenUKM menilai inisiatif ini sejalan dengan visi pemerintah dalam memperkuat UMKM sebagai tulang punggung ekonomi nasional. Menurutnya, aplikasi Master Bagasi menjadi jawaban atas berbagai tantangan yang dihadapi UMKM, mulai dari keterbatasan akses hingga efisiensi distribusi.

    “Ini adalah langkah nyata dalam mewujudkan visi Menteri UMKM untuk membawa produk lokal ke pasar global,” kata Bagus Rachman, Deputi Bidang Usaha Menengah KemenUKM dalam Audiensi yang berlangsung pada Rabu, 26 Maret 2025 di Jakarta Selatan.

    Sebagai langkah konkret, Master Bagasi dan KemenUKM akan mengembangkan Bentala Project, sebuah program yang menghubungkan UMKM dengan berbagai kementerian, pemangku kepentingan, dan diaspora Indonesia di luar negeri. Program ini dirancang untuk mempercepat pertumbuhan UMKM dan membuka lebih banyak peluang ekspor melalui strategi yang terarah dan kolaboratif.

    “Kami yakin produk UMKM Indonesia memiliki daya saing yang tinggi di pasar global. Dengan pendekatan yang tepat dan dukungan kebijakan yang kuat, produk-produk lokal bisa lebih mudah menembus panggung internasional,” tambah Hamzah.

    Selain mendorong ekspor, kolaborasi ini juga mencakup pembahasan regulasi dan klasifikasi usaha, yang akan membuka akses lebih luas terhadap kebijakan serta fasilitas ekspor. Dengan dukungan KemenUKM, Master Bagasi dapat mempercepat transformasi UMKM dari skala kecil ke menengah, dan membawa produk lokal ke panggung global.

    Kolaborasi ini menandai era baru bagi UMKM Indonesia. Dengan ekosistem yang lebih solid dan dukungan lintas sektor, produk lokal tidak hanya berdaya saing tinggi, tetapi juga memiliki akses yang lebih luas ke pasar dunia.

    (agt/agt)