Topik: ekspor

  • Ekonomi Jatim Jadi Tertinggi se-Pulau Jawa, Gubernur Khofifah Singgung Soal Soliditas Semua Pihak

    Ekonomi Jatim Jadi Tertinggi se-Pulau Jawa, Gubernur Khofifah Singgung Soal Soliditas Semua Pihak

    Liputan6.com, Jakarta Di tengah kebijakan efisiensi anggaran pemerintah dan fluktuasi ekonomi global, perekonomian Jawa Timur pada kwartal III menunjukkan kinerja yang tangguh dan tumbuh secara inklusif, bahkan mengungguli perekonomian nasional.

    Berdasarkan data terbaru yang dirilis Badan Pusat Statistik (BPS) per 5 November 2025, secara quarter to quarter (q-to-q) terhadap kwartal II 2025 perekonomian Jatim tumbuh sebesar 1,70%. Hal tersebut seperti disampaikan Gubernur Jatim Khofifah Indar Parawansa di Surabaya.

    “Alhamdulillah, secara (q-to-q) ekonomi Jatim tumbuh 1,70%, angka ini adalah pertumbuhan ekonomi tertinggi se-Pulau Jawa. Ini menunjukkan daya tahan dan soliditas ekonomi Jatim yang luar biasa,”  kata Khofifah pada Selasa, (11/11/2025).

    “Di tengah fluktuasi ekonomi dunia, Jawa Timur mampu membuktikan bahwa kolaborasi antara pemerintah, dunia usaha, dan masyarakat menjadi kekuatan utama dalam menjaga pertumbuhan yang stabil dan inklusif,” imbuhnya.

    Sementara itu, secara year on year (y-o-y) terhadap kwartal III 2024, perekonomian Jatim tumbuh 5,22%. Pertumbuhan tersebut tercatat di atas pertumbuhan ekonomi nasional yang secara (q-to-q) terhadap kwartal II 2025 tumbuh 1,43%, sementara secara (y-on-y) tumbuh 5,04%.

    “Dengan angka tersebut, Jatim tercatat penyumbang perekonomian terbesar kedua di Pulau Jawa sebesar 25,65%, dan nasional sebesar 14,54%,” terang Khofifah.

    Perbesar

    Gubernur Jawa Timur Khofifah Indar Parawansa perekonomian di wilayah provinsinya mengalami pertumbuhan. (Humas Pemprov Jatim)… Selengkapnya

    Lebih lanjut, Khofifah menyampaikan jika industri pengolahan tercatat sebagai penyumbang sumber pertumbuhan tertinggi, yakni sebesar 1,87%. Sedangkan pertumbuhan tertinggi terjadi pada pengadaan listrik dan gas sebesar 9,18%. Dari sisi pengeluaran, pertumbuhan tertinggi terjadi pada komponen PMTB sebesar 5,25%.

    Sementara dari sisi produksi, pertumbuhan tertinggi terjadi pada jasa perusahaan sebesar 9,89%. Dari sisi pengeluaran, pertumbuhan tertinggi terjadi pada komponen ekspor barang dan jasa sebesar 7,19%. “Faktor pendorong pertumbuhan ekonomi (q-to-q) adalah pertumbuhan sektor pertanian. Karena masuk masa puncak panen tebu dan masuk masa panen tembakau,” ujarnya.

    Selain itu ada juga peningkatan distribusi listrik dan gas untuk industri dan rumah tangga, serta peningkatan progres proyek infrastruktur dan peningkatan realisasi investasi. Faktor yang mempengaruhi pertumbuhan ekonomi y-on-y adalah peningkatan realisasi investasi, peningkatan jumlah wisawatan nusantara, dan peningkatan ekspor luar negeri.

    Pertumbuhan komponen ekspor barang dan jasa didorong oleh meningkatnya ekspor komoditas perhiasan/permata ke luar negeri. Selain itu, perdagangan ke luar provinsi juga mengalami peningkatan karena adanya program misi dagang antara Jawa Timur dengan beberapa provinsi seperti Kalimantan Selatan, Lampung, Sulawesi Tengah, dan Sumatera Selatan.

    “Terakhir di Nusa Tenggara Timur mampu mencatatkan transaksi tertinggi sepanjang sejarah misi dagang yaitu mencapai Rp 1,882 triliun,” ujar Gubernur Jatim.

    Perbesar

    Gubernur Jawa Timur Khofifah Indar Parawansa perekonomian di wilayah provinsinya mengalami pertumbuhan. (Humas Pemprov Jatim)… Selengkapnya

    Data BPS juga mencatat kinerja ekspor Jawa Timur selama periode Januari-September 2025 meningkat 20,23% (c-to-c) atau tercatat senilai USD 3,86 Miliar. Adapun neraca perdagangan Jawa Timur mengalami surplus sebesar USD 1,33 Miliar.

    “Hal ini membuktikan bahwa daya saing produk ekspor Jawa Timur meningkat. Negara tujuan ekspor Non Migas masih didominasi Swiss, Tiongkok dan Amerika,” ungkap Khofifah..

    Menurut Gubernur Khofifah, capaian pertumbuhan ekonomi ini adalah bukti sejalan dengan semangat “Jatim Tangguh, Terus Bertumbuh”, yang terus mengalir dalam denyut pembangunan daerah.

    “Tangguh berarti kemampuan Jawa Timur menghadapi tekanan global tanpa kehilangan arah. Terus Bertumbuh berarti konsistensi memperkuat produktivitas, memperluas investasi, dan menjaga kesejahteraan rakyat,” katanya.

    Gubernur juga menyampaikan apresiasi kepada seluruh komponen masyarakat, dunia usaha dan industri atas capaian tersebut. Menurutnya, keberhasilan ini tidak lahir secara kebetulan, melainkan hasil kerja bersama dari seluruh pihak.

    “Ini bukti ketangguhan dan kolaborasi seluruh kekuatan ekonomi daerah. Semangat ini adalah wujud dari filosofi Jatim Bisa, bahwa dengan kerja keras, gotong royong, dan inovasi, kita mampu menjaga ketahanan sekaligus menciptakan pertumbuhan yang berkualitas,” pungkasnya.

  • Pengamat: Minat Investasi Warga RI Pengaruhi Pengenaan Bea Keluar Ekspor Emas

    Pengamat: Minat Investasi Warga RI Pengaruhi Pengenaan Bea Keluar Ekspor Emas

    Bisnis.com, JAKARTA — Minat investasi masyarakat Indonesia terhadap emas dinilai menjadi salah satu motif pemerintah untuk mengenakan bea keluar untuk ekspor produk emas mulai 2026. 

    Perhimpunan Ahli Pertambangan Indonesia (Perhapi) menilai bahwa keputusan pemerintah itu lebih didorong oleh kebutuhan akan produk emas yang meningkat di pasar dalam negeri. 

    Salah satunya yakni untuk mendorong perusahaan tambang emas agar lebih memilih memasarkan produknya di dalam negeri. Utamanya, untuk peningkatan hilirisasi pada komoditas emas. Motif ini semakin diperkuat dengan tingginya minat investasi masyarakat Indonesia terhadap emas. 

    “Mengingat saat ini masyarakat Indonesia sudah mulai banyak yang menanamkan investasinya pada produk emas, sementara berdasarkan laporan Antam beberapa waktu lalu, mereka cukup kesulitan di dalam mendapatkan bahan baku produk logam mulia,” terang Ketua Umum Perhapi Sudirman Widhy kepada Bisnis, Selasa (18/11/2025). 

    Kendati demikian, Sudirman mewanti-wanti agar pemerintah berhati-hati dalam pengenaan bea keluar emas. Hal ini dinilai olehnya penting untuk menjaga harga emas di dalam negeri tetap stabil. 

    Sikap hati-hati itu juga dinilai penting agar tidak menimbulkan fluktuasi yang tajam sebagai akibat dari peningkatan pasokan produk emas ke pasar domestik sebagai akibat dari penerapan bea ekspor. 

    Di sisi lain, Kepala Ekonom PT Bank Central Asia Tbk. atau BCA David Sumual turut meyakini bahwa motif pemerintah di balik pengenaan bea keluar ekspor emas itu adalah untuk menggenjot hilirisasi. Dia menyebut ada nilai tambah bagi produk domestik bruto (PDB) Indonesia. 

    “Ini mungkin terkait upaya hilirisasi, sedangkan kebutuhan domestik juga cenderung meningkat. Ada nilai tambah buat PDB,” terangnya kepada Bisnis, Senin (17/11/2025).

    Namun demikian, David menyebut pengenaan bea ekspor terhadap emas tidak akan berpengaruh sebab motornya berasal dari harga pasar global. 

    “Harga emas domestik hanya mengikuti harga internasional,” tegasnya. 

  • Industri Lokal Teriak Perjanjian Dagang Antarnegara Bikin RI Rugi

    Industri Lokal Teriak Perjanjian Dagang Antarnegara Bikin RI Rugi

    Bisnis.com, JAKARTA — Perjanjian dagang antara Indonesia dengan sejumlah negara dinilai makin merugikan industri lokal. Pasalnya, beberapa negara justru menerapkan tarif tinggi untuk produk Indonesia yang diekspor ke negara tersebut. 

    Direktur Eksekutif Center of Reform on Economics (Core) Mohammad Faisal mengatakan, pemerintah perlu melakukan evaluasi menyeluruh terhadap berbagai perjanjian dagang dengan negara lain. Ketidakseimbangan tarif akibat perjanjian dagang justru dapat merugikan industri yang sudah mampu bersaing. 

    “Kasus-kasus seperti ini seringkali terjadi di banyak komoditas produk lain dengan negara-negara lain dengan selain negara Asean, Asia dan lainnya,” kata Faisal kepada Bisnis, Rabu (19/11/2025). 

    Misalnya, impor bioetanol yang belakangan dikeluhkan produsen lokal. Sebab, 90% impor bioetanol berasal dari Pakistan dengan tarif masuk ke pasar domestik 0%, sedangkan Indonesia mengekspor ke Pakistan dikenakan tarif 50%-90%. 

    Kondisi tersebut diduga lantaran adanya perjanjian kerjasama Indonesia-Pakistan Preferential Trade Agreement (IP-PTA) yang berlangsung sejak 2012 lalu.

    Menurut Faisal, kondisi di mana ekspor Indonesia dikenakan tarif tinggi, sementara barang impor justru menikmati tarif rendah merupakan masalah struktural yang muncul akibat minimnya evaluasi perjanjian dagang serta lemahnya sinkronisasi kebijakan lintas kementerian. 

    Situasi ini dianggap telah berlangsung cukup lama dan berdampak langsung terhadap daya saing pelaku industri dalam negeri. Dia menambahkan bahwa struktur tarif yang timpang menyebabkan pelaku usaha nasional kesulitan bersaing.

    “Memang ada dorongan memudahkan untuk impor karena ini bisnis yang sangat profitable karena pasar Indonesia itu sangat menjadi incaran banyak eksportir luar dan importir dalam negeri itu karena bisnis impor ini sangat menarik pasarnya besar demand-nya besar,” terangnya. 

    Dia pun mendesak pemerintah untuk memperbaiki berbagai perjanjian dagang yang telah berlangsung agar kebijakan perdagangan dapat sejalan dengan upaya penciptaan lapangan kerja serta pengembangan industri nasional.

    Industri Merugi

    Asosiasi Produsen Spiritus dan Etanol Indonesia (Apsendo) mencatat total impor bioetanol Indonesia mencapai 11,8 juta kiloliter pada 2024, meningkat dari tahun sebelumnya 5,5 juta kl. 

    Ketua Umum Apsendo Izmirta Rachman mengatakan, kondisi ini dapat mengancam produsen lokal, sekaligus menekan laju pengembangan industri bioetanol dalam negeri. 

    Saat ini terdapat lima perusahaan lokal yang mampu memproduksi bioetanol fuel grade atau untuk bahan bakar. Adapun, empat perusahaan berada di Pulau Jawa dengan kapasitas 55.000 kiloliter dan satu perusahaan berlokasi di Lampung dengan kapasitas 20.000 kiloliter. 

    “Jadi Indonesia ready 75.000 kiloliter bioetanol fuel grade yang siap untuk mendukung program E10 yang berada di Indonesia,” kata Izmirta dalam rapat dengar pendapat dengan Komisi VII DPR RI, Rabu (12/11/2025). 

    Secara total, industri bioetanol saat ini memiliki kapasitas sekitar 300.000 kiloliter dengan produksi rata-rata sekitar 165.000 kiloliter. Industri kini menyerap hampir 660.000 ton molase dari petani dan pabrik gula di seluruh Indonesia.  

    Namun, kapasitas tersebut didominasi food grade untuk kebutuhan domestik dan ekspor dengan rata-rata 40.000-50.000 kiloliter ke berbagai negara.  

    Tak hanya bioetanol, Asosiasi Industri Olefin, Aromatik, dan Plastik Indonesia (Inaplas) juga mengeluhkan hal serupa lantaran makin besarnya free trade agreement (FTA) yang dilakukan Indonesia dengan berbagai negara. 

    Wakil Ketua Inaplas Edi Rivai mengatakan, pihaknya melihat hal tersebut memang menjadi angin segar untuk beberapa sektor memperluas pangsa pasar. Namun, bagi industri petrokimia hal ini dapat mengancam industri dalam negeri. 

    “Apalagi ke depan adanya kebijakan dan negosiasi dari Gulf Cooperation Council [Dewan Kerja Sama Teluk] yang akan memberikan kebebasan importasi terhadap industri kimia, khususnya plastik,” jelas Edi. 

    Kesepakatan tersebut dinilai tidak menguntungkan, apalagi Indonesia dalam proses pengembangan industri kimia hulu. Misalnya, pabrik naphtha cracker dan kawasan terintegrasi petrokimia milik PT Lotte Chemical Indonesia (LCI) baru diresmikan. 

    Edi menyebutkan, industri saat ini membutuhkan kebijakan untuk mengurangi barang impor petrokimia. Sebab, jika impor terus dibuka maka kepastian pasar domestik tidak menguntungkan bagi industri lokal. 

    “Untuk itu, kami mengusulkan kiranya FTA negara-negara yang sifatnya merugikan kepada kita sehingga dapat dievaluasi kembali,” tuturnya. 

    Lebih lanjut, Ketua Umum Asosiasi Pengusaha Ban Indonesia (APBI) Aziz Pane mengatakan, kerja sama perdagangan antara Indonesia dengan Thailand justru hanya menguntungkan Negeri Gajah Putih tersebut.

    “Kami kok ke Thailand itu enggak bisa masuk, ban dari Indonesia enggak bisa masuk ke Thailand, tetapi mereka bisa masuk ke sini,” ujar Aziz, belum lama ini. 

    Tak hanya Thailand, dia juga menyoroti perjanjian perdagangan dengan India hingga Turki yang tarif masuk ke Indonesia rendah sementara untuk masuk ke negara-negara tersebut dikenakan tarif tinggi. 

    “Turki itu kita mengadakan perjanjian tapi begitu ditandatangani, seminggu kemudian impor tarifnya naik, dan Afrika Utara juga begitu,” jelasnya. 

    Pandangan serupa disampaikan oleh Kepala Pusat Industri, Perdagangan dan Investasi  Institute for Development of Economics & Finance (Indef) Andry Satrio Nugroho yang menilai kesenjangan tarif dalam perdagangan dengan mitra negara FTA menjadi contoh nyata ketidakadilan mekanisme yang berlaku.

    Andry menekankan perlunya peninjauan kembali struktur tarif yang berlaku. Dia juga mengingatkan bahwa kebijakan pemerintah harus memastikan industri lokal menjadi pihak yang menerima manfaat terbesar.

    Andry menilai kurangnya koordinasi antar kementerian membuat tujuan kebijakan perdagangan dan industri sering tidak sejalan. Dia menekankan bahwa evaluasi menyeluruh diperlukan agar perdagangan internasional dapat berjalan lebih adil dan tidak menghambat kemampuan industri domestik. 

    “Menurut saya Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian yang harusnya menjadi jalan tengah terhadap kondisi ini,” pungkasnya. 

  • China, Raksasa Energi Bersih yang Enggan Pimpin Aksi Iklim Global

    China, Raksasa Energi Bersih yang Enggan Pimpin Aksi Iklim Global

    B

    Setelah Donald Trump dilantik sebagai presiden Amerika Serikat (AS), perintah eksekutif pertama yang ia bubuhkan justru membuka jalan bagi keluarnya AS dari Perjanjian Paris—kesepakatan global yang dibangun susah payah untuk membatasi pemanasan global dan memperlambat perubahan iklim.

    Sejak saat itu, serangkaian kebijakan iklim diputar balik: program energi bersih dipangkas, regulasi emisi dilucuti.

    Tindakan Trump menandai mundurnya AS dari perang melawan krisis iklim di dunia. Padahal, ekonomi terbesar dunia itu sebelumnya memainkan peran kunci dalam merundingkan kesepakatan iklim bersejarah Paris di bawah pemerintahan Barack Obama, sementara Joe Biden, bertahun kemudian, meloloskan paket legislatif untuk mendorong pengembangan energi hijau dan memangkas emisi secara domestik.

    Ketika Amerika angkat kaki, kevakuman yang tercipta menunggu munculnya pemimpin baru. Mata dunia pun beralih ke penghasil emisi gas rumah kaca terbesar: China.

    Beijing sejatinya bukan kandidat alami untuk memimpin aksi iklim global. Betapapun juga, China masih giat menambah deretan pembangkit batu bara untuk mengamankan suplai energi nasional.

    Namun di sisi lain, negeri tirai bambu itu juga tumbuh sebagai raksasa energi bersih.

    “China memproduksi sebagian besar produk teknologi bersih yang dibutuhkan dunia untuk mendekarbonisasi,” kata Li Shuo, direktur China Climate Hub di Asia Society Policy Institute (ASPI) yang berbasis di AS.

    China mendominasi pasar energi bersih

    China kini memproduksi lebih dari 85% panel surya dunia dan mendominasi pasar kendaraan listrik (EV) serta teknologi baterai. Hanya pada tahun 2024, negara ini menginvestasikan $625 miliar (sekitar Rp10,44 kuadriliun) dalam teknologi bersih, tertinggi di antara semua negara.

    “Mereka menyadari sekitar 20 tahun lalu bahwa teknologi bersih punya nilai strategis dan mereka bisa memanfaatkan keahlian serta kekuatan industri yang sedang mereka bangun untuk benar-benar mengembangkan sektor-sektor ini dan mendapatkan keunggulan strategis,” kata Chris Aylett, peneliti di Environment and Society Centre, think tank Chatham House yang berbasis di London.

    Strategi ini membuahkan hasil. Industri energi bersih berkontribusi sekitar seperempat dari pertumbuhan PDB China tahun lalu, dan angka itu bisa berlipat ganda dalam satu dekade ke depan. Hal ini sebagian karena pergeseran global menuju energi bersih yang mempercepat permintaan teknologi dan peralatan, kata Muyi Yang, analis energi senior untuk Asia di think tank energi global Ember.

    “China sebenarnya dapat memenuhi permintaan itu dengan menyediakan teknologi yang lebih terjangkau dan lebih inovatif,” ujarnya kepada DW, menambahkan bahwa langkah ini tidak hanya mempercepat transisi energi China sendiri tetapi juga memfasilitasi perubahan secara global.

    Pengaruh China mengalir ke Global South

    Kapasitas energi terbarukan domestik China telah berkembang pesat. Tenaga angin dan surya tercatat memenuhi 84% dari permintaan listrik baru pada 2024.

    Kemampuan China memproduksi panel surya secara murah juga terlihat di negara-negara di belahan Bumi Selatan atau Global South. Pada tahun yang sama, impor panel surya dari China meningkat 32 persen, melampaui pengiriman ke negara industri maju di belahan utara.

    Negara-negara yang mengimpor teknologi bersih dari China termasuk pasar berkembang besar seperti Brasil, Meksiko, dan Pakistan. Pertumbuhan pesat juga terlihat di pasar Asia Tenggara dan seluruh Afrika.

    Aylett mencatat bahwa meskipun impor energi hijau ini membantu negara-negara memenuhi target iklim mereka, pertimbangan yang lebih “praktis” kemungkinan besar mendorong tren tersebut.

    “Ini bagus untuk ketahanan energi,” katanya, menambahkan bahwa negara-negara kemungkinan berpikir, “Kami sebenarnya tidak ingin mengimpor minyak dan gas. Harganya tidak stabil, kami tidak tahu asalnya dari mana, dan kami tidak bisa yakin dengan pemasoknya.”

    Secara keseluruhan, lonjakan ekspor teknologi terbarukan China memiliki efek terukur, membantu mengurangi emisi karbon global sebesar 1% pada 2024.

    Melampaui target yang ‘tidak ambisius’

    Namun, tidak semuanya positif. Para pengamat mengkritik target pengurangan emisi China karena dianggap tidak ambisius. Emisi global mencapai rekor tertinggi tahun ini, dengan cuaca ekstrem meningkat di seluruh dunia. Para ilmuwan kini memperingatkan bahwa pada awal 2030-an, dunia kemungkinan akan melampaui batas 1,5 derajat Celsius (2,7 Fahrenheit), yang berpotensi memicu kerusakan iklim yang tidak dapat diubah.

    Di bawah Perjanjian Paris, negara-negara berkomitmen membatasi kenaikan suhu global jauh di bawah 2°C dan berusaha menjaga pemanasan di bawah 1,5°C. Untuk tetap pada jalurnya, negara-negara wajib mengajukan target pengurangan emisi baru setiap lima tahun.

    Namun, target China yang baru diajukan, yang menjanjikan pengurangan emisi gas rumah kaca secara keseluruhan sebesar 7-10%, jauh dari cukup untuk menghentikan pemanasan global pada level yang berpotensi katastrofik.

    Meski demikian, negara ini memiliki sejarah menetapkan target rendah tetapi melampauinya.

    Angka-angka ini mungkin tampak tidak ambisius, “Tetapi jika dilihat lebih dalam, Anda bisa melihat semua perubahan ini yang merupakan tindakan yang dibutuhkan untuk mencapai target tersebut,” kata Aylett kepada DW.

    Pada 2020, Presiden China Xi Jinping berjanji negara itu akan mencapai puncak emisi pada akhir dekade ini, target yang diyakini para ahli sudah atau hampir tercapai lima tahun lebih cepat. Itu, bersama dengan tercapainya target pengurangan emisi absolut pertama mereka, merupakan langkah maju yang baik, kata Yang.

    “Ini semua tanda positif bahwa transisi di konsumen energi terbesar dunia sedang mempercepat dan memperdalam, bukan melambat, dan itu berita sangat baik untuk seluruh dunia,” ujarnya.

    Memimpin diplomasi iklim internasional

    Namun, meski ada kemajuan, Beijing belum sepenuhnya mengambil peran sebagai pemimpin diplomasi iklim global. Meskipun penyebaran energi terbarukan dan pembiayaan teknologi bersih di luar negeri “secara tidak langsung merupakan bentuk kepemimpinan,” kata Aylett, ada “keengganan” untuk secara resmi mengambil peran itu.

    “Saya tidak tahu apakah itu konsep yang benar-benar nyaman bagi mereka,” tambahnya.

    Sebaliknya, Yang dari Ember menggambarkan upaya iklim China terutama fokus pada percepatan transisi sendiri dan pendekatan “memimpin dengan memberi contoh.”

    Secara resmi, China terus mendorong keterlibatan AS dalam isu iklim. Pada KTT iklim COP30 di Belem, kepala delegasi China, Li Gao, menyatakan harapannya agar negara itu kembali berpartisipasi dalam pembicaraan iklim.

    “Mengatasi perubahan iklim membutuhkan semua negara. Kami berharap suatu hari, dan kami juga percaya bahwa suatu hari di masa depan, AS akan kembali,” kata Gao.

    Artikel ini pertama kali terbit dalam bahasa Inggris
    Diadaptasi oleh Rahka Susanto
    Editor: Rizki Nugraha

    (nvc/nvc)

  • IHSG Rabu Menanti Hasil RDG BI, Simak Rekomendasi Sahamnya

    IHSG Rabu Menanti Hasil RDG BI, Simak Rekomendasi Sahamnya

    JAKARTA – Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) menanti hasil Rapat Dewan Gubernur (RDG) Bank Indonesia (BI) pada hari ini, Rabu, 19 November.

    Adapun IHSG kemarin terkoreksi 0,65 persen atau 54,96 poin ke level 8.361,93. Phintraco Sekuritas dalam risetnya menyebut, koreksi IHSG ini terjadi seiring tekanan dari pelemahan bursa global dan regional yang mendorong aksi ambil untung di pasar domestik.

    Selain itu, depresiasi rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) turut memperberat sentimen.

    Saham sektor energi memimpin penurunan, sementara saham sektor properti menjadi satu-satunya sektor yang masih mencatatkan penguatan. Saham-saham terkait emas juga lanjut terkoreksi akibat penurunan harga emas global dan rencana penerapan bea ekspor emas sebesar 7,5 persen sampai 15 persen pada tahun 2026.

    Menjelang Rapat Dewan Gubernur Bank Indonesia, pasar cenderung berhati-hati. Konsensus memperkirakan BI akan menahan suku bunga acuan di level 4,5 persen.

    Dari eksternal, pelaku pasar turut mencermati rilis inflasi Inggris dan euro area yang diperkirakan melandai, serta notulen FOMC dari Amerika Serikat. Secara teknikal, analis melihat tekanan jual masih dominan.

    “MACD berpotensi mengalami death cross, sementara Stochastic RSI sudah terlebih dulu membentuk death cross di area overbought. IHSG juga ditutup di bawah MA5, sehingga ada potensi indeks menguji area support di kisaran 8.300 sampai 8.325,” jelas Phintraco Sekuritas.

    Area 8.400 saat ini menjadi titik pivot penting, sementara resistance terdekat berada di sekitar 8.450. Jika tekanan jual mereda dan sentimen RDG BI sesuai ekspektasi pasar, peluang pembalikan arah tetap terbuka.

    Untuk perdagangan hari ini, Phintraco Sekuritas menyarankan investor dapat mencermati saham-saham dengan fundamental solid di tengah volatilitas pasar, yakni TPIA, CPIN, ISAT, BBRI, dan ULTJ.

  • Kemenkeu Akui Perjanjian Dagang Gerus Penerimaan Negara

    Kemenkeu Akui Perjanjian Dagang Gerus Penerimaan Negara

    Bisnis.com, JAKARTA — Pemerintah menyatakan bahwa risiko penurunan penerimaan negara akibat tarif impor Amerika Serikat (AS) dan sejumlah perjanjian perdagangan bebas menjadi motif pemerintah untuk memperluas basis penerimaan dari kepabeanan dan cukai pada 2026. 

    Direktur Jenderal Strategi Ekonomi dan Fiskal Kementerian Keuangan (Kemenkeu) Febrio Nathan Kacaribu, pada rapat Komisi XI DPR, Senin (17/11/2025) memaparkan, penerimaan bea cukai tahun depan yang ditargetkan Rp336 triliun diperkirakan terdampak akibat respons pemerintah terhadap dinamika global.

    Dinamika dimaksud utamanya adalah pengenaan bea masuk impor atau tarif resiprokal AS. Dalam hal ini, produk dan komoditas asal Indonesia bakal dikenakan tarif atau bea masuk impor sebesar 19%. Sebaliknya, produk maupun komoditas asal AS yang masuk ke RI dikenai tarif 0%.

    Sejalan dengan itu, pemerintah pun menandatangani sejumlah perjanjian ekonomi komprehensif (CEPA), salah satunya yakni dengan Uni Eropa atau IEU-CEPA. Manuver itu untuk mengimbangi dinamika tarif AS, sehingga Indonesia diharapkan memperluas pasar ekspornya. 

    Kendati demikian, konsekuensi dari penandatanganan CEPA itu, Indonesia dan Uni Eropa juga akan saling memberikan insentif dalam hal ini membebaskan bea masuk pengiriman barang oleh satu sama lain. 

    “Ke depan akan menjadi sumber risiko pendapatan negara, kenapa? Karena kami harus memberikan konsesi-konsesi dalam konteks perjanjian dagang dengan Amerika dan juga termasuk Eropa. Kemarin sudah ditandatangani IEU-CEPA di mana di sana akan banyak penurunan bea masuk dan bea keluar untuk mendorong pertumbuhan ekonominya,” terang Febrio di Kompleks Parlemen Senayan, Jakarta, dikutip Selasa (18/11/2025). 

    Saat ini pun, lanjut Febrio, pemerintah Indonesia masih mendorong penyelesaian negosiasi dengan AS. Selain menyusun legal drafting, pemerintah turut mengupayakan agar komoditas asli Indonesia seperti kakao hingga sawit, serta terbaru tekstil dan alas kaki, dikecualikan dari tarif 19%. 

    Ke depan, Dirjen Kemenkeu lulusan Universitas Indonesia (UI) meyakini pertumbuhan ekspor Indonesia masih akan positif. Optimisme itu terlihat dari kinerja PDB kuartal III/2025, di mana ekspor tumbuh hingga 9,91% (yoy).  Akan tetapi, perlu dicatat pertumbuhan tinggi itu sebab eksportir melakukan frontloading guna menghindari tarif 19% ke AS. 

    Dengan potensi turunnya pemasukan sebab tarif AS dan IEU-CEPA, pemerintah pun berharap peluang penerimaan kepabeanan dan cukai lain. Oleh sebab itu, pemerintah berencana mengenakan bea keluar untuk emas dan batu bara, serta cukai MBDK. 

    Di sisi lain, tahun ini juga pemerintah telah mendapatkan sumber penerimaan kepabeanan baru dalam konteks bea keluar. Contohnya, bea keluar tembaga sejalan dengan Kementerian ESDM yang mengizinkan ekspor konsentrat untuk sementara waktu. 

    “Di mana konsentrat tembaga dikenakan bea keluar sehingga ada pendapatan dari sana, tetapi itu sifatnya tidak permanen. Kenapa? Karena arah kebijakan hilirisasi tetap kami dorong,” terang Febrio. 

    Resilien

    Menurut ekonom Center of Reform on Economics (CORE) Yusuf Rendy Manilet, prospek ekspor Indonesia diperkirakan tetap cerah di tengah penerapan tarif 19%. Hal itu kendati beberapa komoditas tertentu diperkirakan bakal tetap tertekan seperti perikanan, minyak sawit olahan, dan komponen otomotif. 

    Yusuf memperkirakan, penurunan ekspor awal pada Januari–Agustus 2025 sebesar 12,4% bisa distabilkan melalui peningkatan impor energi dan produk pertanian dari AS. Nilainya bisa mencapai US$15 miliar. 

    “Strategi ini membantu menjaga akses pasar sekaligus menyeimbangkan neraca perdagangan jangka pendek,” terangnya kepada Bisnis, Selasa (18/11/2025). 

    Kemudian, terkait dengan dampak IEU-CEPA, sekaligus sejumlah perjanjian perdagangan bebas dengan UAE, EFTA, Kanada dan Australia, turut diperkirakan berdampak signifikan secara teknis terhadap ekspor Indonesia. 

    Sebab, perjanjian perdagangan bebas itu mencakup penghapusan lebih dari 98% tarif pada produk ekspor strategis. Penerapan tarif 0% untuk ekspor Indonesia ke negara-negara dimaksud diyakini bisa meningkatkan daya saing harga, tetapi juga membuka peluang penetrasi pasar yang sebelumnya terhambat hambatan non-tarif. 

    Dia memperkirakan komoditas seperti minyak sawit, perikanan, dan komponen otomotif mengalami ekspansi volume ekspor secara substansial. 

    “Secara kuantitatif, proyeksi pertumbuhan ekspor dapat mencapai 8–10% pada 2026, dengan kontribusi ekspor terhadap PDB tetap di kisaran 23–24%,” jelas Yusuf.

    Kendati berkontribusi terhadap PDB, kebijakan baru dalam hal kepabenan ini bakal menekan penerimaan APBN dari sektor tersebut. Pada APBN 2026, target penerimaan kepabeanan dan cukai yakni Rp336 triliun. 

    “Meskipun pendapatan kepabeanan hingga Maret 2025 masih tumbuh 9,6% menjadi Rp77,5 triliun berkat meningkatnya volume perdagangan, potensi pengurangan tarif dari CEPA dan impor bebas tarif dari AS bisa menurunkan revenue secara signifikan jika tidak diimbangi oleh peningkatan volume perdagangan dan investasi asing langsung,” ungkapnya.

  • Pakistan Berpotensi Cuan dari Mandatory E10 RI, Ekonom: Optimalkan Industri Lokal

    Pakistan Berpotensi Cuan dari Mandatory E10 RI, Ekonom: Optimalkan Industri Lokal

    Bisnis.com, JAKARTA — Ekonom mewanti-wanti penerapan kebijakan mandatory campuran bensin dengan etanol 10% (E10) harus mengoptimalkan potensi dari dalam negeri. Hal ini seiring dengan masifnya produk bioetanol yang diimpor dari Pakistan. 

    Kepala Pusat Industri, Perdagangan dan Investasi Institute for Development of Economics & Finance (Indef) Andry Satrio Nugroho mengatakan, pemerintah mestinya memacu potensi bioetanol dalam negeri untuk kebijakan kewajiban pencampuran BBM dengan bioetanol 10% pada 2027 mendatang. 

    “Menurut saya harusnya industri domestik untuk bioetanol ini mendapatkan manfaat yang lebih besar,” kata Andry kepada Bisnis, Selasa (18/11/2025). 

    Dia pun menyayangkan dengan kondisi kebijakan tarif tidak berimbang yang dipicu perjanjian dagang, dalam hal ini Indonesia-Pakistan Preferential Trade Agreement (IP-PTA). 

    Pasalnya, program tersebut justru memberikan akses pasar mudah kepada Pakistan dengan tarif bea masuk ke Indonesia 0%. Sementara itu, ekspor Indonesia ke Pakistan dikenakan tarif 50%-90%. 

    “Jadi harus dilihat lagi, kalau tidak tentu produsen bioetanol dalam negeri yang sudah fuel grade ini malah dirugikan dengan adanya bioetanol impor,” jelasnya. 

    Dia mewanti-wanti agar kebijakan E10 dalam 2 tahun mendatang nantinya tidak dimanfaatkan oleh negara lain dengan memasok bioetanol impor. Untuk itu, pemerintah antarkementerian perlu mengantisipasi hal ini. 

    “Ada baiknya kita melakukan evaluasi terkait dengan perjanjian perdagangan kita, bisa jadi karena terkait dengan bioetanol ini yang 0% dari Pakistan itu bisa karena mungkin di bargain [tawar-menawar] ya dengan produk yang lain,” terangnya. 

    Sebelumnya, Asosiasi Produsen Spiritus dan Etanol Indonesia (Apsendo) menyebut, 90% impor bioetanol berasal dari Pakistan karena kebijakan tarif 0% ke Indonesia. Total impor bioetanol Indonesia mencapai 11,8 juta kiloliter pada 2024 meningkat dari tahun sebelumnya 5,5 juta kl. 

    Ketua Umum Apsendo Izmirta Rachman mengatakan, saat ini terdapat lima perusahaan lokal yang mampu memproduksi bioetanol fuel grade atau untuk bahan bakar. 

    Adapun, empat perusahaan berada di Pulau Jawa dengan kapasitas 55.000 kiloliter dan satu perusahaan berlokasi di Lampung dengan kapasitas 20.000 kiloliter. 

    “Jadi Indonesia ready 75.000 kiloliter bioetanol fuel grade yang siap untuk mendukung program E10 yang berada di Indonesia,” kata Izmirta dalam rapat dengar pendapat dengan Komisi VII DPR RI, Rabu (12/11/2025). 

    Secara total, industri bioetanol saat ini memiliki kapasitas sekitar 300.000 kiloliter dengan produksi rata-rata sekitar 165.000 kiloliter. Industri kini menyerap hampir 660.000 ton molase dari petani dan pabrik gula di seluruh Indonesia.  

    Namun, kapasitas tersebut didominasi food grade untuk kebutuhan domestik dan ekspor dengan rata-rata 40.000-50.000 kiloliter ke berbagai negara.  

  • Bisnis Kawasan Industri Diproyeksi Cerah, Ditopang 2 Sektor Ini!

    Bisnis Kawasan Industri Diproyeksi Cerah, Ditopang 2 Sektor Ini!

    Bisnis.com, JAKARTA — CBRE Indonesia mengungkap bisnis kawasan industri bakal makin bergeliat karena ditopang oleh pesatnya pertumbuhan pada sektor logistik dan pergudangan sepanjang tahun ini. Hal itu tercermin dari tingginya tingkat okupansi yang mencapai 95%.

    Head of Industrial & Logistics Services CBRE Indonesia, Ivana Susilo mengatakan geliat bisnis sektor pergudangan dan logistik akan terus berjalan setidaknya hingga sewindu ke depan

    “Sebenernya kalau ditanya [sampai kapan proyeksi pertumbuhannya], kan biasanya kita lihat oh mungkin cuma 5 tahun ke depan gitu. Tapi ini udah 8 tahun lagi, masih sangat-sangat strong gitu, bahkan tidak mengalami perlambatan pertumbuhan,” kata Ivana dalam Konferensi Pers di Jakarta, Selasa (18/11/2025).

    Ivana menambahkan, saat ini pengembalian investasi atau yield dari bisnis perkantoran ada di angka 7,5% hingga 9%. Sejalan dengan hal itu, pihaknya memproyeksi bisnis pergudangan dan logistik akan terus bergeliat dalam beberapa tahun ke depan.

    “Karena kalau kita ngomong yield-nya masih 7,5% sampai 9%, dan dari sisi demand kami lihat tadi okupansi 95% bahkan lebih dari 95%. Dan ini juga supported by sentiment among the players itu sangat-sangat bullish,” jelasnya.

    Adapun saat ini, CBRE Indonesia mencatat setidaknya terdapat 3,3 juta meter persegi (M2) ruang pergudangan modern yang terdapat di wilayah Jabodetabek. Di mana, hingga September 2025 total serapan mencapai 293.000 meter persegi.

    Hingga periode yang sama, tingkat keterisian gudang modern mencapai 95%. Di mana, total ruang yang belum terserap pasar cenderung minim di level 153.000 meter persegi.

    Lebih lanjut, CBRE Indonesia memproyeksi total suplai baru area pergudangan modern hingga 2027 akan mencapai 520.000 meter persegi. Saat ini, harga sewa gudang modern itu dipatok di harga Rp78.600 per meter persegi.

    Sementara berdasarkan catatan Bisnis, lapangan usaha transportasi dan pergudangan tercatat tumbuh sebesar 8,62% pada kuartal III/2025. Lebih tinggi dari kuartal II/2025 yang sebesar 8,52% dan di atas pertumbuhan ekonomi nasional. 

    Kelompok ini tercatat menjadi kontributor keenam terbesar, yakni 6,10%, terhadap pertumbuhan ekonomi kuartal III/2025 yang sebesar 5,04% year on year (YoY). 

    Kepala Badan Pusat Statistik (BPS) Amalia Adininggar Widyasanti mengungkapkan bahwa kinerja sektor transportasi dan pergudangan bertahan tinggi, didorong tumbuhnya ekspor, industri pengolahan, pertanian, dan perdagangan. 

    “Semakin tinggi Indonesia tumbuh ekspornya, keperluan terhadap logistik pasti semakin tinggi. Sehingga kalau kita ingin meningkatkan daya saing ekspor, bagaimana meningkatkan efisiensi logistik kita,” ujarnya dalam malam penghargaan BILA 2025 di Hotel Borobudur, Rabu (5/11/2025).

  • 10 Kelas Online Gratis dari Shopee untuk Tingkatkan Bisnis Digital

    10 Kelas Online Gratis dari Shopee untuk Tingkatkan Bisnis Digital

    Jakarta

    Sampai dengan tahun 2025, ada lebih dari 64 juta pengusaha UMKM di Indonesia, namun baru sekitar 25 juta UMKM yang terdigitalisasi. Keterampilan dan literasi digital yang masih kurang memadai menjadi tantangan bagi UMKM dalam utilisasi teknologi digital untuk mengembangkan bisnis.

    Kolaborasi strategis antara pemerintah dengan pihak swasta, khususnya platform ecommerce menjadi langkah efektif untuk meningkatkan akses digitalisasi dengan menjangkau UMKM di berbagai wilayah, dari kota besar hingga daerah terpencil.

    “Transformasi digital saat ini menjadi kunci pertumbuhan UMKM, dari 64,2 juta UMKM di Indonesia, sekitar 25 juta telah onboarding ke ecommerce, nah ini mencerminkan kemampuan adaptasi UMKM terhadap perubahan zaman,” jelas Deputi Usaha Kecil Kementerian UMKM RI, Temmy Satya Permana di acara peluncuran Kampus UMKM Shopee kelas online edisi spesial 10th birthday Shopee.

    Digitalisasi menjadi keniscayaan bagi bisnis lokal untuk membuka akses pasar yang jauh lebih luas di dalam negeri hingga menembus pasar global. “Adopsi teknologi digital bukan sebatas transisi toko fisik ke online, tetapi juga pemanfaatan teknologi digital dalam seluruh operasional bisnis, mulai dari proses pengelolaan toko, pemasaran produk, sampai peningkatan pengalaman pelanggan untuk mendorong pertumbuhan bisnis yang berkelanjutan.

    Namun, salah satu hambatan terbesar digitalisasi UMKM adalah kurangnya penguasaan teknologi digital. Program pelatihan dan pendidikan yang berfokus pada literasi dan keterampilan digital menjadi jalan keluar untuk mengatasi masalah tersebut.

    Ketika UMKM di pelosok desa dibekali pengetahuan tentang cara mengambil foto produk yang menarik, cara mengelola inventaris melalui aplikasi, atau cara menggunakan sistem pembayaran digital, mereka tidak hanya terhubung ke internet, tetapi juga terhubung ke pasar global.

    Sebagai salah satu platform e-commerce di Indonesia, Shopee punya fasilitas pelatihan digital melalui program Kampus UMKM Shopee yang dapat diakses pengusaha lokal secara gratis. Deputy Director of Public Affairs Shopee Indonesia, Radynal Nataprawira memaparkan sejak program ini berjalan tahun 2021, ada jutaan UMKM yang mendapatkan pelatihan digital mengenai optimalisasi pengelolaan toko, pemanfaatan fitur Shopee, dan sebagainya.

    Radynal menegaskan sejak awal Kampus UMKM Shopee hadir dengan satu tujuan yaitu memperluas akses edukasi digital bagi pengusaha UMKM di seluruh Indonesia.

    “Kami percaya, ketika UMKM punya akses pada ilmu dan teknologi, mereka bisa berkembang lebih cepat dan membuka akses pasar lebih luas,” jelas Radynal.

    Menandai ulang tahun ke-10, Shopee menghadirkan program pelatihan edisi khusus bertajuk Kampus UMKM Shopee Kelas Online Edisi Spesial Shopee 10th Birthday. Program ini menghadirkan 10 kelas pelatihan online dengan tema spesial yang bisa diikuti para pelaku UMKM secara gratis.

    “Sejak didirikan pada 2021, Kampus UMKM Shopee menjadi bukti komitmen kami dalam memperluas edukasi untuk pengembangan UMKM lokal. Di edisi spesial ini, kami menghadirkan materi pelatihan yang lebih komprehensif, dan dihadirkan secara online supaya semua UMKM bisa mendapatkan aksesnya dengan mudah,” tambah Radynal.

    Fitur dan Program Tingkatkan Potensi Penjualan Secara Optimal

    10 sesi dan topik ini diberikan oleh top Shopee seller, seller mentor, serta para ahli di bidangnya, dari tanggal 18 November – 9 Desember 2025 secara GRATIS dan melalui kanal online, sehingga UMKM dari berbagai penjuru Indonesia bisa dengan mudah mengaksesnya.

    Di kelas online edisi spesial 10 tahun Shopee yang diluncurkan mulai hari ini, beberapa sesi yang dapat diikuti antara lain Sesi Temukan Fitur Unggulan untuk Promosi, Sesi Shopee Live & Shopee Video, Sesi Affiliate Marketing Solution, serta Sesi Pemanfaatan Fitur Iklan di Shopee.

    Di hari ini, 18 November, ratusan UMKM hadir secara online pada sesi ‘Temukan Fitur Unggulan yang Tepat untuk Promosi’, yang telah disampaikan oleh Shopee Seller Management tim dan dua Penjual Unggulan Shopee, yakni Hirakiya dan Merche.id.

    Sesi Shopee Live & Shopee Video juga akan hadir pada 19 November, mengupas tuntas terkait kiat-kiat memanfaatkan konten interaktif untuk menjangkau lebih banyak pembeli serta membangun engagement secara real-time. Berikutnya, sesi Affiliate Marketing Solution (AMS), juga akan digelar pada 25 November, bersama MOP Beauty, yang akan membahas bagaimana kolaborasi dengan kreator dapat memperluas jangkauan dan mendorong konversi secara lebih optimal.

    Dilanjutkan dengan 3 Desember, melalui sesi ‘Strategi Meningkatkan Penjualan dengan Fitur Iklan di Shopee’ yang akan dibawakan oleh Tim Shopee, Penjual Unggulan (top Seller) Shopee, dan Seller Mentor Dedy Liem.

    Keempat sesi dan topik pilihan ini dapat menjadi manfaat bagi pengusaha UMKM yang ingin berkembang dengan potensi peningkatan penjualan melalui tren dan kebutuhan perilaku konsumen di Indonesia.

    Maksimalkan Potensi Melalui Pengoptimalisasian Operasional Toko

    Rangkaian pelatihan ini juga menghadirkan beberapa sesi yang relevan untuk menjawab kebutuhan optimalisasi operasional toko melalui Sesi Pengelolaan Stok & Gudang dan Sesi Strategi Pemanfaatan AI.

    Di sesi ‘Pengelolaan Stok & Gudang’ yang akan hadir pada 20 November, Penjual akan dipandu oleh Juara 1 Jagoan UMKM Shopee Naik Kelas untuk memahami cara mengatur stok secara lebih rapi dan efisien. Penjual juga berkesempatan untuk belajar kiat memanfaatkan teknologi dalam operasional toko.

    Melalui sesi ‘Strategi Pemanfaatan AI’ pada 4 Desember, penjual akan dipandu secara langsung oleh Head of Product Shopee Indonesia untuk bisa mengintegrasikan teknologi AI dalam keseharian operasional toko masing-masing.

    Jangkau Lebih Banyak Pelanggan hingga Tembus Pasar Ekspor

    Sesi dan topik yang tak kalah penting adalah mengenai bagaimana UMKM dapat mengembangkan bisnis melalui produk yang inovatif hingga merambah ke pasar global.

    Sesi ‘Program Ekspor Shopee’ pada 2 Desember yang dibawakan oleh tim ekspor Shopee bersama dengan penjual yang telah berhasil ekspor, akan membahas cara memanfaatkan fitur ekspor agar dapat secara optimal memasarkan produk lokal ke luar negeri secara mudah, yang tentunya diharapkan bisa meningkatkan potensi penjualan produk penjualan toko.

    Tidak kalah penting, pada 9 Desember, sesi ‘Strategi Inovasi Produk untuk Bersaing di Pasar Nasional’ yang dibawakan oleh Juara 2 Jagoan UMKM Naik Kelas bersama SMESCO, memberikan tips bagi penjual dalam membuat produk sesuai pasar nasional. Selanjutnya, berbagai aspek legalitas dan perizinan bagi pelaku UMKM juga akan dibahas pada 26 November yang akan dibawakan oleh tim perwakilan Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) dan Badan Penyelenggara Jaminan Produk Halal (BPJPH).

    Bagi para pelaku UMKM dan pengusaha lokal yang berminat untuk mengikuti sesi pelatihan Kampus UMKM Kelas Online Edisi Spesial Shopee 10th Birthday, pendaftaran dapat dilakukan melalui tautan berikut: https://shopee.co.id/m/kampus-UMKM-Shopee.

    (akd/ega)

  • Mantap! HM Sampoerna Raih Sustainable Impact Business Award

    Mantap! HM Sampoerna Raih Sustainable Impact Business Award

    Jakarta, CNBC Indonesia – Media ekonomi terbesar dan terintegrasi, CNBC Indonesia, menggelar Road to CNBC Indonesia Awards 2025 ‘Best Sustainable Companies’ sebagai bentuk apresiasi terhadap perusahaan keberlanjutan, yang mampu mengambil peran di tengah pertumbuhan ekonomi Tanah Air.

    Untuk kategori Sustainable Impact Business Award, Road to CNBC Indonesia Awards 2025 ‘Best Sustainable Companies’ diberikan kepada PT HM Sampoerna Tbk (HMSP). Penghargaan ini diserahkan secara langsung kepada Kepala Urusan Hubungan Regional dan Keberlanjutan PT HM Sampoerna Tbk (HMSP), Arief Triastika.

    “Penghargaan ini bukan hanya sebuah kehormatan tapi juga pengingat bahwa keberlanjutan adalah fondasi utama dalam setiap langkah kami. Bagi Sampoerna, keberlanjutan bukan sekedar program melainkan cara kami menjalankan bisnis kami berkomitmen untuk menciptakan dampak positif yang nyata bagi seluruh pemangku kepentingan,” ujar Arief dalam Road to CNBC Indonesia Awards 2025 ‘Best Sustainable Companies’, Selasa (18/11/2025).

    Sejalan dengan falsafah tiga tangan yang telah menjadi pedoman perusahaan, lanjut dia, selama lebih dari satu abad di bawah payung program keberlanjutan Sampoerna untuk Indonesia memastikan bahwa setiap aktivitas bisnis dijalankan secara berkelanjutan dan terintegrasi melalui pendekatan lingkungan, sosial, dan tata kelola atau ESG. Alhasil, Sampoerna dapat menciptakan efek berganda yang signifikan bagi perekonomian Indonesia.

    Sebagai informasi, PT HM Sampoerna Tbk didirikan pada tahun 1913, Sampoerna afiliasi dari Philip Morris International Inc. adalah perusahaan tembakau terkemuka di Indonesia. Ruang lingkup kegiatan Perseroan terdiri dari usaha manufaktur dan perdagangan rokok serta produk tembakau bebas asap dan produk mengandung nikotin.

    Sampoerna mengoperasikan tujuh fasilitas produksi yang berlokasi di Surabaya, Pasuruan, Probolinggo, Malang, Karawang, Blitar dan Tegal, termasuk fasilitas manufaktur untuk produk tembakau inovatif bebas asap dengan fokus ekspor ke Asia Pasifik dan pasar domestik. Sampoerna juga bermitra dengan 43 Mitra Produksi di seluruh Jawa, yang mempekerjakan secara langsung dan tidak langsung lebih dari 90.000 karyawan, sebagian besar dalam produksi sigaret kretek tangan. Sampoerna mendistribusikan produknya melalui 109 kantor penjualan dan kantor distribusi wilayah di seluruh Indonesia.

    (rah/rah)

    [Gambas:Video CNBC]